• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi (return on investment) atau penghasilan per saham (earnings per

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi (return on investment) atau penghasilan per saham (earnings per"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 1. Kinerja Perusahaan

Kinerja Perusahaan umumnya diukur berdasarkan penghasilan bersih (laba) atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on investment) atau penghasilan per saham (earnings per share). Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban. Pengakuan dan pengukur an penghasilan dan beban, dan karenanya juga penghasilan bersih (laba), tergantung sebagian pada konsep modal dan pemeliharaan modal yang digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan. Unsur penghasilan dan beban didefenisikan sebagai berikut :

1. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

2. Beban ( expenses ) adalah penurunan manfaat ekonomi selama

suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar dan berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.

Penghasilan dan beban dapat disajikan dalam laporan laba rugi dengan beberapa cara yang berbeda demi untuk menyediakan informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi. Misalnya,

(2)

pembebanan antara pos penghasilan dan beban yang berasal dan tidak berasal dari pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa (ordinary) merupakan praktik yang lazim. Pembedaan ini dilakukan berdasarkan argumentasi bahwa sumber suatu pos adalah relevan dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk menghasilakan kas (setara kas) di masa depan. Misalnya, aktivitas incidental seperti pengalihan investasi jangka panjang tampaknya tidak akan terjadi secara regular. Pada waktu membedakan pos dengan cara ini tampaknya perlu mempertimbangkan hakikat perusahaan dan operasinya. Pos yang timbul dari aktivitas yang biasa bagi suatu perusahaan mungkin tidak biasa bagi perusahaan lain.

Untuk melihat tingkat keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya, diperlukan suatu ukuran dari hasil kerja. Ukuran hasil kerja ini yang disebut dengan kinerja. Sistem pengukuran kinerja memainkan peranan kunci dalam membentuk rencana strategi, evaluasi pencapaian objektif organisasi, dan kompensasi para manajer. Dasar yang digunakan dalam menilai kinerja suatu perusahaan adalah finansial.

Rasio yang sering digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi keuangan perusahaan adalah Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio), Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio), Rasio Aktivitas (Activity Ratio), dan Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio).

1. Rasio Likuiditas (rasio modal kerja).

Rasio Likuiditas menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban keuangan

(3)

pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran maupun aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek. Sebaliknya jika perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih, berarti perusahaan itu dalam keadaan likuid. Rasio likuiditas digunakan untuk menganalisa dan menginterprestasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan. (Munawir, 2002: 71).

Suatu perusahaan dapat dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu (Munawir, 2002: 71).

a. Memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya, yaitu pada saat ditagih (kewajiban keuangan terhadap pihak intern).

b. Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang noemal (kewajiban keuangan terhadap pihak intern).

c. Membayar bunga dan deviden yang dibutuhkan.

d. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan.

s Liabilitie Current Asset Current Ratio Current =

2. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

Disebut juga Rasio perputaran. Rasio ini menunjukan kemampuan serta efisiensi perusahaan di dalam memanfaatkan harta-harta yang dimilikinya. Setelah perusahaan menjadi milik publik, kinerja perusahaan

(4)

(manajemen) harus lebih professional yaitu dengan meningkatkan kemampuan serta efisiensinya dalam mengelola asset perusahaan. Dengan meningkatnya kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan hartanya, maka pihak penanam modal tidak akan merasa rugi dalam menanamkan modalnya. Pihak penanam modal dapat melihat efisiensi kinerja perusahaan dengan menggunakan ratio aktivitas.

Sales Net tax After Income Net in m ofit Net Pr arg =

3. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio).

Rasio ini disebut juga dengan Rasio Rentabilitas. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan di dalam menghasilkankeuntungan selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan demikian rentabilitas perusahan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Suatu perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi tentu akan menarik penanam modal untuk ikut berinvestasi didalamnya. Setelah perusahaan melakukan penawaran saham, para pemilik modal berharap keuntungan perusahaan akan meningkat sehingga mereka akan memperoleh deviden yang tinggi pula. Pihak pemodal bisa menilai kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan ini dengan menggunakan Rasio Profitabilitas.

Sales Net tax After Income Net in m ofit Net Pr arg =

(5)

4. Rasio Solvabilitas.

Rasio Solvabilitas menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini disebut juga Leverage Ratio. Suatu perusahaan dikatakan Solvable apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau lebih kecil dari pada jumlah hutangnya, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan Insovable. Dengan masukan dana dari masyarakat, perusahaan dapat melakukan banyak hal, salah satunya adalah membayar hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek. Setelah go public itu, masyarakat sebagai pemilik perusahaan menginginkan adanya penurunan tingkat utang yang dapat dilihat dari Rasio Solvabilitas.

Equity s r Shareholde Total Debt Total Ratio Equity to Debt ' = 2. Posisi Keuangan

Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Pos – pos ini didefenisikan sebagai berikut:

1. Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan diharapkan akan diperoleh manfaat ekonomi di masa depan.

2. Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus

(6)

keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.

3. Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.

3. Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan dapat diklasifikasikan ke dalam 5 aspek rasio keuangan perusahaan, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas dan rasio nilai perusahaan. Hasil penelitian Chesnick (2000) meneliti tentang perbedaan tujuan manajemen keuangan yang berorientasi pada investor dan para kreditor. Kinerja keuangan perusahaan akan dinilai melalui analisis rasio keuangan oleh para investor dan lembaga perbankan sebagai kreditor. Pada umumnya, dasar evaluasi yang digunakan dalam penilaian kinerja keuangan adalah memanfaatkan alat analisis rasio keuangan sebelum memberikan kredit. Hasil penilaian menunjukkan bahwa rasio keuangan yang digunakan dalam praktik mencakup rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas.

Evans (2000) menyatakan bahwa rasio likuiditas menjelaskan mengenai kesanggupan perusahaan untuk melunasi utang jangka pendek. Tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan kemampuan melunasi utang jangka pendek semakin tinggi pula. Rasio aktivitas adalah rasio keuangan perusahaan yang mencerminkan perputaran aktiva mulai dari kas dibelikan persediaan, untuk perusahaan manufaktur perusahaan tersebut diolah sebagai bahan baku sampai menjadi produk jadi kemudian dijual baik secara kredit maupun tunai yang pada akhirnya kembali menjadi kas lagi.

(7)

Rasio aktivitas ini dapat dijadikan indicator kinerja manajemen yang menjelaskan tentang sejauh mana efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi perusahaan yang dilakukan oleh manajemen.

Tahap analisis rasio keuangan selanjutnya adalah analisis profitabilitas perusahaan, analisis profitabilitas ini menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba. Dimensi – dimensi konsep profitabiltas dapat menjelaskan kinerja manajemen perusahaan. Sesuai dengan perkembangan model penelitian bidang manajemen keuangan, umumnya dimensi profitabilitas memiliki hubungan kausalitas terhadap nilai perusahaan. Sedangkan nilai perusahaan secara konsep dapat dijelaskan oleh nilai yang ditentukan oleh harga saham yang diperjual belikan di pasar modal. Hubungan kausalitas ini menunjukkan bahwa apabila kinerja manajemen perusahaan yang diukur menggunakan dimensi – dimensi profitabilitas dalam kondisi baik, maka akan memberikan dampak positif terhadap keputusan investor di pasar modal untuk menanamkan modalnya dalam bentuk penyertaan. Modal, demikian halnya juga akan berdampak pada keputusan kreditor dalam kaitannya dengan pendanaan perusahaan melalui utang.

Jadi, secara konsep dapat disimpulkan bahwa kinerja fundamental perusahaan yang diproksikan melalui dimensi profitabilitas perusahaan memiliki hubungan kausalitas terhadap nilai perusahaan melalui indikator harga saham dan struktur modal perusahaan berkenaan dengan besarnya komposisi utang perusahaan (Harmono, 2005).

(8)

4. Perseroan Terbatas Go Public

Go public merupakan peristiwa penting dalam perusahaan. Karena peristiwa tersebut terjadi transaksi antara perusahaan dengan pemegang saham baru, sehingga berakibat terjadinya perubahan komposisi pemilikan saham dari pemilik lama dengan pemegang saham yang baru. Dana yang diperoleh perusahaan dari penjualan saham dapat digunakan untuk ekspansi usaha, perbaikan struktur modal dan diversifikasi.

Perusahaan yang go public dapat menawarkan sahamnya melalui bursa efek yang menurut UUPM No 8/1995 pasal 1, adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihak – pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Dengan berubahnya perusahaan menjadi perusahaan publik maka harusa terjadi pula transformasi sikap dan tindak tanduk dari para pengelolanya. Perusahaan yang semula bersifat tertutup, setelah go public harus bersifat terbuka. Transparansi dalam mengelola perusahaan public akan mengubah manajemen perusahaan yang sebelumnya berjalan sekehendak hati tanpa pengawasan masyarakat menjadi lebih berhati – hati, karena setiap kejadia yang menyangkut perusahaan publik akan menjadi sorotan masyarakat, baik masyarakat umum, para investor maupun media masa.

Undang – undang no 8 tahun 1995 mendefinisikan perusahaan publik sebagai perseroan yang sahamnya telah memiliki sekurang – kurangnya 300 pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang – kurangnya 3

(9)

milyar atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan peraturan pemerintah

5. Persiapan Perseroan Terbatas Go Public

Sesuai dengan ketentuan (SK Mentri Keuangan No. 1199/KMK.023/1991 dalam Sunariyah, 2000:33-34), yang dapat melakukan penawaran umum adalah emiten yang telah menyampaikan pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam untuk menjual atau menawarkan efek kepada masyarakat. Selain itu, pernyataan pendaftaran itu telah efektif. Perusahaan yang bermaksud menawarkan efeknya kepada masyarakatnya melalui pasar modal, terlebih dahulu harus mempersiapkan hal – hal yang diperlukan. Dalam mengajukan pernyataan pendaftaran emisi efek hal – hal yang harus dipersiapkan emiten dalam rangka go public adalah :

1. Manajemen perusahaan menetapkan rencana mencari persetujuan kepada para pemegang saham dan perubahan anggaran dalam RUPS

2. Rencana go public tersebut dimintakan persetujuan kepada para pemegang saham dan perubahan anggaran dalam RUPS.

3. Emiten mencari profesi penunjang dan lembaga penunjang untuk membantu menyiapkan kelengkapan dokumen.

a) Penjamin Emisi (underwriter), adalah pihak yang bertindak sebagai penjamin dan membantu emiten dalam proses emisi.

(10)

1. Akuntan Publik (auditor independen). Untuk melakukan audit atas laporan keuangan emiten untuk dua tahun terakhir.

2. Notaris, untuk melakukan perubahan anggaran dasar, membuat akta perjanjian – perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen rapat.

3. Konsultan hokum, untuk memberi pendapatan dari segi hukum.

4. Wali amanat akan bertindak selaku wali bagi kepentingan pemegang obligasi (untuk emisi obligasi).

5. Penanggungan (Guarantor).

6. Biro Administrasi efek.

7. Tempat Penitipan harta.

4. Mempersiapkan kelengkapan dokumen emisi.

5. Kontrak pendahuluan dengan bursa efek.

6. Public Expose, kepada masyarakat luas.

7. Penandatanganan berbagai perjanjian – perjanjian emisi.

8. Khusus penawaran obligasi atau efek lain yang bersifat hutang, terlebih dahulu harus memperoleh peringkat pendaftaran beserta dokumen – dokumennya kepada Bapepam.

9. Menyampaikan pernyataan pendaftaran beserta dokumen – dokumennya kepada Bapepam.

(11)

Menurut (Singgih, 2000:288-289) Tahapan dalam Rangka Penawaran Umum dikelompokan menjadi empat (4) tahapan yaitu :

1. Tahapan Persiapan

Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses penawaran umum. Pada Tahap paling awal perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan Rapat Pemegang Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang saham

dalam rangka penawaran umum saham.

Setelah mendapatkan persetujuan, selanjutnya emitan melakukan penunjukan penjamin emisi serta lembaga dan profesi penunjang pasar yaitu:

a) Penjamin emisi (underwriter) merupakan pihak yang paling banyak terlibat membantu emiten dalam rangka penerbitan saham.

b) Akuntan publik (Auditor Independen) bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan calon emiten.

c) Penilai untuk melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan menentukan nilai wajar dari aktiva tetap tersebut.

d) Konsultan hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion).

e) Notaris untuk membuat akta – akta perubahan anggaran dasar, akta perjanjian – perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen – notulen rapat.

(12)

2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran

Pada tahap ini, dilengkapi dengan dokumen – dokumen pendukung calon emiten menyampaikan pendaftaran kepada Badan Pengawas Pasar Modal hingga Bapepam menyatakan Pernyataan Pendaftaran menjadi efektif.

3. Tahap Penawaran Saham

Tahapan ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu inilah emiten menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham tersebut melalui agen – agen penjual yang telah dirujuk. Masa penawaran sekurang – kurangnya 3 hari kerja.

4. Tahap Pencatatan Saham di Bursa Efek

Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana. Selanjutnya saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Di Indonesia, saham dapat dicatatkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES) atau dicatatkan dikedua bursa tersebut.

Dibawah ini adalah gambar yang menunjukkan Proses dan Pendaftaran Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI):

(13)

Gambar : 5.1 Proses dan Pendaftaran Go Public di BEI

Sumber : Jakarta Stock Exchange

6. Hubungan Go Public dengan Kinerja Keuangan

Go Public merupakan kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh perusahaan karena pemilik ingin meningkatkan nilai dan likuiditas saham perusahaan serta untuk meningkatkan kemampuan atau kinerja keuangan perusahaan. Go Public dapat dijadikan sebagai salah satu pembiayaan yang murah. Dengan go public perusahaan akan mendapatkan dana yang relatif besar dan diterima sekaligus. Aliran dana yang cukup besar bagi para pemodal akan dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan publik tersebut. PRUSAHAAN GO PUBLIC Kontak Pendahuluan dengan BEI BAPEPAM melakukan review Persyaratan disclousure PASAR PERDANA TERDAFTAR DI PASAR SEKUNDER Fee Persetuj -uan BEI melakukan review untuk listing - Disclousure - Kinerja Perusahaan - Likuiditas sekuritas

(14)

7. Profil Perusahaan

1. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Pasar modal secara historis telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintahan kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaaan dai pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977 dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat dalam situsnya www.idx.co.id pada tanggal 05 Juni 2010 sebagai berikut:

1. Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 14 Desember 1912.

2. Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I pada tahun 1914 – 1918.

(15)

3. Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya pada tahun 1925 – 1942.

4. Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup pada awal tahun 1939.

5. Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali selama Perang Dunia II pada tahun 1942 – 1952.

6. Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof. DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950) pada tahun 1952.

7. Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif pada tahun 1956.

8. Perdagangan di Bursa Efek mengalami kevakuman pada tahun 1956 – 1977.

9. Bursa Efek di resmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong sebagai emiten pertama pada tahun Agustus 1977.

10. Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrument perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal pada tahun 1977 – 1987.

(16)

11. Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia pada tahun 1987.

12.Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing dan aktivitas bursa terlihat meningkat pada tahun 1988 – 1990.

12. Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE) pada tanggal 2 Juni 1988 sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

13. Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 8) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal pada tanggal 14 Desember 1988.

14. Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya pada tanggal 16 Juni 1989.

15. Swastanisasi BEJ BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal pada tanggal 13 Juli 1992. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

16. Sistem Otomasi perdaganan di BEJ dilaksanakan dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading Systems) pada tanggal 22 Mei 1995.

(17)

17. Pemerintah mengeluarkan Undang – Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang – Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

18. Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1995.

19. Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia pada tahun 2000.

20. BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading) pada tahun 2002.

21. Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007.

2. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia

Struktur organisasi merupakan suatu hal yang penting bagi suatu organisasi, karena dengan adanya struktur organisasi maka tugas, fungsi, dan tanggung jawab, garis perintah dan koordinasi dapat diketahui dengan jelas sehingga pelaksanaan kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik. Struktur organisasi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut:

DEWAN KOMISARIS

1. I Nyoman Tjager : Komisasir Utama 2. Mustofa : Komisaris

(18)

4. Johnny Darmawan : Komisaris 5. Felix Oentoeng Soebagjo : Komisaris DEWAN DIREKSI

1. Ito Warsito : Direktur Utama

2. Eddy Sugito : Direktur Penilaian Perusahaan

3. Wan Wei Yio : Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa

4. Uriep Budhi Prasetyo :Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan

5. Friderica Widyasari Dewi : Direktur Pengembangan

6. Adikin Basirun : Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko

7. Supandi :Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia

NAMA PEJABAT KEPALA DIVISI / KEPALA SATUAN a. Direktorat Utama :

1. Sekretaris Perusahaan : Irmawati Amran

2. Divisi Hukum : DewiArum

Prasetyaningyas 3. Satuan Pemeriksa Internal : Widodo

b. Direktorat Penilaian Perusahaan :

1. Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Riil : I Gede Nyoman B.Y 2. Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Jasa :Umi Kulsum

(19)

c. Direktorat Perdagangan & Pengaturan Anggota Bursa : 1. Divisi Perdagangan Saham : Andre PJ Tolle 2. Divisi Perdagangan Surat Utang : Erna Dewayani 3. Divisi Keanggotaan : Andi Sudhana d. Direktorat Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan :

1. Divisi Pengawasan Transaksi : Hamdi Hassyarbaini 2. Divisi Kepatuhan Anggota Bursa :KristianS.Manullang e. Direktorat Pengembangan :

1. Divisi Riset : Edison Hulu

2. Divisi Pengembangan Usaha : Hari Purnomo 3. Divisi Pemasaran : Isharsaya

4. Chief Economist : Edison Hulu

f. Direktorat Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko : 1. Divisi Operasional Teknologi Informasi : Yohannes Liauw 2. Divisi Pengembangan Solusi Bisnis TI : Didit Agung

3. Divisi Manajemen Risiko :Mohammad Mukhlis g. Direktorat Keuangan dan Sumber Daya Manusia :

1. Divisi Keuangan :Yohannes A. Abimanyu 2. Divisi Sumber Daya Manusia : Mirna Kurniawati

3. Divisi Umum : -

3. Profil Pembagian Sektor Perusahaan

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 12 emiten. Profil masing – masing perusahaan asuransi di Bursa Efek Indonesia yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut:

(20)

1. PT BISI INTERNASIONAL Tbk.

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 3 Maret 1983 dan bergerak dalam bisnis Cultivation of Seedings and Trading (Seed, Vegetables and Paddy). Perusahaan ini telah terdaftar (listing) pertama kali sebagai perusahaan yang go public pada tahun 28 Mei 2007. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Raya Surabaya Mojokerto Km. 19 Desa Bringinbendo, Kec. Taman Sidoarjo Jawa Timur.

2. PT SAMPOERNA AGRO Tbk.

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 20 Maret 1980 dan bergerak dalam bisnis Palm Seed Production and Palm Plantation. Perusahaan ini telah terdaftar (listing) pertama kali sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 18 Juni 2007. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Jend. Sudirman Kav. 45 Jakarta.

3. PT MALINDO FEEDMILL Tbk.

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 15 Juni 1998 dan bergerak dalam bisnis Animal Feed. Perusahaan ini telah terdaftar (listing) pertama kali sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 10 Februari 2006. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. RS. Fatmawati No. 39 Komp. Duta Mas Fatmawati Blok A1 30 – 32 Jakarta.

4. PT ELNUSA Tbk.

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 20 Januari 1969 dan bergerak dalam bisnis Mining (Oil and Gas). Perusahaan ini telah terdaftar (listing) pertama kali sebagai perusahaan yang go public pada tanggal

(21)

6 Februari 2008. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. TB. Simatupang Kav 1B Jakarta.

5. PT INDO TAMBANG RAYA MEGAH Tbk.

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 26 September 1988 dan bergerak dalam bisnis Mining (Coal). Perusahaan ini telah terdaftar (listing) pertama kali sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 18 Desember 2007. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. RA. Kartini No. 26, Cilandak Jakarta.

6. PT TOTAL BANGUN PERSADA Tbk.

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 27 Maret 1970 dan bergerak dalam bisnis Construction Design. Perusahaan ini telah terdaftar (listing) pertama kali sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 25 Juli 2006. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Ledjen S. Parman No. 106 Jakarta.

7. PT JAYA KONTRUKSI MANGGALA PRATAMA Tbk.

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 23 Desember 1982 dan bergerak dalam bisnis Construction Services. Perusahaan ini telah terdaftar (listing) pertama kali sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 4 Desember 2007. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Bintaro Raya Jakarta.

8. PT YANAPRIMA HASTAPERSADA Tbk.

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 18 Juni 1995 dan bergerak dalam bisnis Plastic Packaging. Perusahaan ini telah terdaftar (listing) pertama kali sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 5 Maret

(22)

2008. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. HR. Rasuna Said Blok X – 1 Kav. 1 – 2 Jakarta.

9. PT INDONESIA AIR TRANSPORT Tbk.

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 22 November 1968 dan bergerak dalam bisnis Air Charter and Helicopter Services. Perusahaan ini telah terdaftar (listing) pertama kali sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 13 September 2006. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Baru Skatek – Apron Selatan, Halim Perdana Kusuma Airport Jakarta.

10. PT BAKRI TELECOM Tbk.

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 10 Agustus 1993 dan bergerak dalam bisnis Telecomunication Services. Perusahaan ini telah terdaftar (listing) pertama kali sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 3 Februari 2006. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. HR. Rasuna Said Kav B – 1 Jakarta.

11. PT ACE HARDWARE INDONESIA Tbk.

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 3 Februari 1995 dan bergerak dalam bisnis Trade (Electronic, Kitchen Appliance, Tools, Gardening, Plumbing and Kitchen Sets). Perusahaan ini telah terdaftar (listing) pertama kali sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 6 November 2007. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Puri Kencana No. 1 Meruya Kembangan Jakarta.

(23)

12. PT BEKASI ASRI PEMULA Tbk

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 22 Oktober 1993 dan bergerak dalam Real Estate. Perusahaan ini telah terdaftar (listing) pertama kali sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 14 Januari 2008. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Arjuna No. 1 Tj. Duren Selatan Jakarta.

2.2 Penelitian Terdahulu

Koesmoyo dan Yulianti (2001) melakukan penelitian kinerja keuangan pada sektor pertambangan yang melakukan go public . Variabel yang digunakan adalah return on assets (ROA), return on equity (ROE), gross profit margin (GPM), net pofit margin (NPM), operating profit margin (OPM), dan debt to equity ratio (DER). Hasil dari Penelitian tersebut, menunjukkan tidak adanya peningkatan dan perubahan yang signifikan antara kinerja perusahaan pada sektor pertambangan.

Oktiani (2004) melakukan penelitian kinerja keuangan pada sektor manufaktur yang melakukan go public. Variabel yang digunakan adalah Current Ratio (CR), Total Assets Turnover (TATO), Net Profit Margin (NPM), dan Debt to Equity Ratio (DER). Sedangakan rasio nilai pasar yang digunakan adalah Price Earning Ratio (PER) dan Dividen Yield.

Hasil dari Penelitian tersebut, menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan sektor manufaktur mengalami fluktuasi dan kenaikan yang cukup baik.

(24)

2.3 Kerangka Konseptual

Perusahaan yang sudah Go Public akan mengalami perubahan dalam beberapa kondisi. Perusahaan publik akan memiliki dana yang lebih besar dibandingkan sebelumnya, yang didapat dari publik. Karena perusahaan telah menjadi milik publik, maka kinerja perusahaan akan diawasi oleh publik. Dengan adanya pengawasan dari publik tersebut, manajemen dituntut untuk bertindak secara profesional agar investor tidak menarik modalnya dan meninggalkan perusahaan. karena kebutuhan dana relatif terpenuhi dan manajer lebih profesional, maka diharapkan kinerja perusahaan setelah menjadi perusahaan publik akan lebih baik.

Jenis – jenis rasio yang dipergunakan untuk menganalisis kinerja keuangan adalah berdasarkan pada rasio perusahaan yang data keuangannya terdapat pada website www.idx.co.id yaitu rasio likuiditas (current ratio), rasio solvabilitas (debt to equity ratio), rasio profitabilitas (net profit margin), dan rasio aktivitas (total asset turnover).

Analisis laporan keuangan umumnya dilakukan oleh para pemberi modal seperti kreditor, investor, dan oleh perusahaan itu sendiri berkaitan dengan kepentingan manajerial dan penilaian kinerja perusahaan. Kerangka konsep analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang diawali dari analisis kondisi lingkungan perusahaan yang memperhatikan berbagai pihak yang berkepentingan, kemudian informasi manajerial mulai dari visi dan misi manajemen, pengendalian manajemen, sampai tingkat kebijakan operasional perusahaan, yang direfleksikan dalam bentuk kinerja laporan keuangan (Harmono). Adapun alat analisis

(25)

Kinerja Keuangan Perusahaan sektor yg satu yang terdiri dari:

1. Ratio Likuiditas. 2. Ratio Aktivitas. 3. Ratio Profitabilitas. 4. R atio Solvabilitas.

yang umum digunakan adalah analisis rasio keuangan.

Berdasarkan uraian diatas, esensi kinerja keuangan berdasarkan analisis rasio dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 3.1 : Kerangka Konseptual

Sumber : Young dan O’Byrne (2001); Brigham dan Houston (2006)

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan anggapan dasar yang kemudian membuat suatu teori yang masih diuji kebenarannya. Hipotesis akan ditolak jika salah satu palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya. Penolakan atau penerimaan hipotesis tergantung pada hasil penyelidikan terhadap fakta-fakta. Dengan demikian hipotesis adalah suatu teori sementara yang kebenarannya masih diuji. Berdasarkan landasan teori diatas dapat disusun penelitian sebagai berikut:

1. Kinerja keuangan perusahaan antar sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia telah berjalan dengan baik.

2. Terdapat perbedaan kinerja keuangan antar sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kinerja Keuangan Perusahaan sektor yg lain yang terdiri dari: 1. Ratio Likuiditas.

2. Ratio Aktivitas. 3. Ratio Profitabilitas. 4. R atio Solvabilitas.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari pernyataan “ Jika perang terjadi maka setiap orang gelisah maka kehidupan menjadi kacau “ adalah.. jika perang terjadi maka setiap orang gelisah

Hasil fermentasi kemudian didestilasi hingga didapatkan kemurnian sebesar 22%, sampel kemudian dimurnikan dengan menggunakan CuSO 4 anhidrat

Pada contoh ini digunakan ekstensi Readium 2.24.0 yang tersedia pada Google Chrome. Readium adalah sebuah perangkat lunak open source yang dapat digunakan sebagai alat

Hal ini dibenarkan oleh De-Lazzari (2000), lansia dengan kondisi fisik yang baik, akan berprilaku sebagaimana mestinya. Pikiran dan jiwanya akan tenang, tidak

akan disimpan dalam map snelhecter atau ordner. 3) Perforator dengan lima pelubang, digunakan untuk melubangi kertas yang. akan dimasukkan ke dalam ordner. Perforator digerakkan

Karena hampir semua web server yang mampu menangani CGI menggunakan UNIX sebagai platform-nya, maka tentu saja program CGI yang kita buat dengan Windows tidak dapat berjalan dengan

Peristiwa Luar Biasa adalah kejadian atau transaksi yang secara jelas.. berbeda dari aktivitas normal entitas dan karenanya

Penggunaan DES dalam bidang pembuatan biodiesel selain sebagai pelarut untuk memudahkan pencampuran fasa minyak dengan alkohol juga dapat digunakan sebagai katalis