• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI BUDAYA DALAM SASTRA LISAN TALE KERINCI: KAJIAN STRUKTURAL DAN SEMIOTIK NAZURTY RINGKASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI-NILAI BUDAYA DALAM SASTRA LISAN TALE KERINCI: KAJIAN STRUKTURAL DAN SEMIOTIK NAZURTY RINGKASAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN

Sastra adalah bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian sastra lisan merupakan bagian dari sistem kebudayaan, maka dalam sastra lisan akan terekam pengalaman hidup masyarakat pemiliknya. Berbagai cara digunakan untuk menyebarluaskan informasi budaya suatu masyarakat, misalnya pendidikan formal dan informal. Khususnya bagi mereka yang masih berpegang teguh pada tradisi lama terdapat cara tersendiri untuk menyampaikan nilai dan norma-norma yang berlaku, seperti tradisi lisan yakni sastra lisan.

Penyampaian nilai-nilai dan norma–norma merupakan proses pendidikan nonformal kepada masyarakat penikmat sastra. Untuk itu sastra lisan dapat digunakan sebagai alat untuk menyebarluaskan informasi budaya baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan informal. Khususnya untuk pendidikan formal sastra lisan dapat memperkaya bahan atau materi ajar pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Lebih jelasnya, sastra lisan dapat dijadikan bahan ajar untuk memperkaya bahan dan sumber materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah-sekolah dan di Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, sastra lisan banyak memberikan manfaat terhadap masyarakat pendukungnya karena sastra lisan dapat mewariskan nilai-nilai budaya masa lalu yang sangat bermanfaat untuk masa sekarang. Terlebih lagi pada sastra lisan penggambaran tentang norma-norma dan

(2)

adat-istiadat sangat kental mempengaruhi lahirnya sebuah karya sastra. Hal ini merupakan nilai-nilai budaya yang sebagian besarnya dapat diaplikasikan kepada yang masih berlaku dalam tatanan masyarakat sekarang.

Mengingat kedudukan dan peranan sastra lisan yang cukup penting, maka penelitian mengenai sastra lisan perlu dilakukan sesegera mungkin. Apa lagi mengingat terjadinya pergeseran tatanilai budaya dalam masyarakat, seperti adanya kemajuan-kemajuan dalam bidang teknologi dapat menyebabkan hilangnya sastra lisan. Dengan demikian usaha pewarisan nilai budaya suatu bangsa kepada anak-cucu kelak akan terabaikan, karena dalam karya sastra lisan dapat ditemukan nilai moral, falsafah, ideologi dan nilai budaya suatu suku bangsa yang bisa menjadi teladan untuk generasi berikutnya.

Salah satu bentuk sastra tradisional yang perlu diteliti adalah sastra lisan Kerinci. Sastra lisan Kerinci merupakan bentuk sastra yang dimiliki oleh masyarakat Kerinci. Sebagai produk budaya, sastra lisan Kerinci pada prinsipnya memiliki karakteristik yang sama dengan sastra lisan daerah lain di Nusantara. Sastra lisan Kerinci berkembang di tengah masyarakat Kerinci sebagai kristalisasi budaya masyarakat yang berproses secara alami. Sastra lisan Kerinci sarat dengan nilai-nilai budaya masyarakat Kerinci. Salah satu bentuk sastra lisan Kerinci adalah Tale. Tale adalah sejenis pantun yang dinyanyikan. Setiap jenis Tale berbeda isi dan iramanya sesuai dengan kegunaan dan tujuan pemakaiannya. Tale sangat dikenal dan frekuensi pemakaiannya cukup tinggi. Tale digunakan dalam berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat Kerinci, seperti saat gotong royong, menuai padi di sawah, muda-mudi yang sedang bercinta (bertandang), penampilan hiburan rakyat, acara pelepasan jemaah calon haji, dan berbagai upacara tradisional.

(3)

Tale yang masih tetap digunakan secara tradisi sampai sekarang adalah Tale yang digunakan dalam tradisi untuk melepaskan jemaah haji ke Tanah Suci Mekkah. Tale ini sangat akrab dengan tatakrama kehidupan masyarakat Kerinci. Tale pelepasan jemaah haji ini sampai sekarang tetap dilaksanakan secara tradisi dan rutin setiap tahun jika ada anggota masyarakat Kerinci yang akan pergi menunaikan ibadah haji. Di samping dilaksanakan secara tradisi di tengah keluarga Tale pelepasan jemaah haji ini juga harus dilaksanakan secara adat di tengah pemimpin negeri, pemimpin adat, dan masyarakat kampung dengan segala persyaratan tradisi yang berlaku.

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini akan mengkaji nilai-nilai budaya dalam sastra lisan Tale Kerinci dengan menggunakan kajian struktural dan semiotik. Objek penelitian ini adalah Tale pelepasan jemaah haji.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Berhubung dengan penelitian ini termasuk jenis penelitian sastra, yaitu pengungkapan nilai-nilai budaya sastra lisan Tale, maka penelitian ini menggunakan metode analisis isi (content analysis) dengan pendekatan struktural dan semiotik. Metode analisis isi digunakan untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya dalam sastra lisan Tale berkaitan dengan struktur, simbol, makna, pesan yang terkandung di dalamnya serta fungsi dan pengaruh terhadap masyarakat pendukungnya. Sebagai penelitian kualitatif dengan metode analisis isi (content analysis) data-data formalnya diambil dari teks naskah Tale dalam bentuk nilai-nilai budaya yang terdapat dalam ungkapan satra lisan Tale

Hasil penelitian yang ditemukan adalah Tale tergolong ke dalam karya puisi konvensional yang strukturnya mengacu kepada konvensi yang sudah ada, yaitu tifografi, rima, ritma dan metrum, diksi, pencitraan, dan

(4)

majas sama pada setiap kelompok atau identitas Tale, kecuali tema. Tema yang ditemukan di dalam Tale adalah perpisahan, kesedihan dan keharuan, nasehat, petunjuk, dan kasih sayang keinginan, kehendak, harapan, atau cita-cita. Tema-tema tersebut diungkapkan sesuai dengan situasi, kondisi, dan hubungan antara si Petale dengan para jemaah baik hubungan secara kontak dan lingkungan sosial maupun maupu kontak emosional.

Nilai-nilai budaya yang ditemukan dalam hubungan manusia dengan Tuhan, yaitu taat, tawakkal, takdir Allah, kekuasaan Allah, bersyukur, kekuatan iman. Hubungan manusia dengan alam, yaitu manusia meguasai alam, perilaku manusia dan alam, manusia dan alam sekitarnya, pemanfaatan alam. Hubungan manusia dengan masyarakat, manusia sebagai anggota masyarakat. Hubungan manusia dengan manusia lain, manusia dan pemimpin, manusia dan keluarga, manusia dan kerabat. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri, yaitu menjaga keseimbangan antara kehendak atau harapan dengan kenyataan dengan cara meningkatkan keimanan kepada Allah Swt.

Selain itu, untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya di dalam Tale pendistribusian prosedur analisis semiotik secara simbol, indeks, ikon ternyata representamen semiotik lebih banyak dapat dianalisis secara indeksasi. Hal ini disebabkan oleh repsentamen semiotik yang muncul di dalam Tale lebih merupakan sebab-akibat dengan objek yang ingin disampaikan oleh si Petale. Sehingga interpretasi terhadap makna lebih mudah dianalisis berdasarkan sebab-akibat antara tanda dan penanda. Selain itu, secara kedalaman interpretasi nilai-nilai budaya di dalam Tale juga prosedur analisis secara indeksasi lebih banyak bisa dilakukan karena interpretan-interpretan yang dihasilkan dapat memunculkan representamen

(5)

baru yang dapat diinterpretasikan yang mengacu kepada objek yang baru pula. Meskipun analisi semitik secara indeksasi lebih banyak dapat digunakan namun analisis semiotik dalam bentuk simbol dan ikon jumlah tidak terlalu jauh bedanya dengan analisis semiotik dalam bentuk indeks.

(6)

1. Pendahuluan

Sastra adalah bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian sastra lisan merupakan bagian dari sistem kebudayaan, maka dalam sastra lisan akan terekam pengalaman hidup masyarakat pemiliknya. Berbagai cara digunakan untuk menyebarluaskan informasi budaya suatu masyarakat, misalnya pendidikan formal dan informal. Khususnya bagi mereka yang masih berpegang teguh pada tradisi lama terdapat cara tersendiri untuk menyampaikan nilai dan norma-norma yang berlaku, seperti tradisi lisan yakni sastra lisan.

Penyampaian nilai-nilai dan norma–norma merupakan proses pendidikan nonformal kepada masyarakat penikmat sastra. Untuk itu sastra lisan dapat digunakan sebagai alat untuk menyebarluaskan informasi budaya baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan informal. Khususnya untuk pendidikan formal sastra lisan dapat memperkaya bahan atau materi ajar pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Lebih jelasnya, sastra lisan dapat dijadikan bahan ajar untuk memperkaya bahan dan sumber materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah-sekolah dan di Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, sastra lisan banyak memberikan manfaat terhadap masyarakat pendukungnya karena sastra lisan dapat mewariskan nilai-nilai budaya masa lalu yang sangat bermanfaat untuk masa sekarang. Terlebih lagi pada sastra lisan penggambaran tentang norma-norma dan adat-istiadat sangat kental mempengaruhi lahirnya sebuah karya sastra. Hal ini merupakan nilai-nilai budaya yang sebagian besarnya dapat diaplikasikan kepada yang masih berlaku dalam tatanan masyarakat sekarang.

Mengingat kedudukan dan peranan sastra lisan yang cukup penting, maka penelitian mengenai sastra lisan perlu dilakukan sesegera mungkin.

(7)

Apa lagi mengingat terjadinya pergeseran tatanilai budaya dalam masyarakat, seperti adanya kemajuan-kemajuan dalam bidang teknologi dapat menyebabkan hilangnya sastra lisan. Dengan demikian usaha pewarisan nilai budaya suatu bangsa kepada anak-cucu kelak akan terabaikan, karena dalam karya sastra lisan dapat ditemukan nilai moral, falsafah, ideologi dan nilai budaya suatu suku bangsa yang bisa menjadi teladan untuk generasi berikutnya.

Salah satu bentuk sastra tradisional yang perlu diteliti adalah sastra lisan Kerinci. Sastra lisan Kerinci merupakan bentuk sastra yang dimiliki oleh masyarakat Kerinci. Sebagai produk budaya, sastra lisan Kerinci pada prinsipnya memiliki karakteristik yang sama dengan sastra lisan daerah lain di Nusantara. Sastra lisan Kerinci berkembang di tengah masyarakat Kerinci sebagai kristalisasi budaya masyarakat yang berproses secara alami. Sastra lisan Kerinci sarat dengan nilai-nilai budaya masyarakat Kerinci. Salah satu bentuk sastra lisan Kerinci adalah Tale. Tale adalah sejenis pantun yang dinyanyikan. Setiap jenis Tale berbeda isi dan iramanya sesuai dengan kegunaan dan tujuan pemakaiannya. Tale sangat dikenal dan frekuensi pemakaiannya cukup tinggi. Tale digunakan dalam berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat Kerinci, seperti saat gotong royong, menuai padi di sawah, muda-mudi yang sedang bercinta (bertandang), penampilan hiburan rakyat, acara pelepasan jemaah calon haji, dan berbagai upacara tradisional.

Tale yang masih tetap digunakan secara tradisi sampai sekarang adalah Tale yang digunakan dalam tradisi untuk melepaskan jemaah haji ke Tanah Suci Mekkah. Tale ini sangat akrab dengan tatakrama kehidupan masyarakat Kerinci. Tale pelepasan jemaah haji ini sampai sekarang tetap dilaksanakan secara tradisi dan rutin setiap tahun jika ada anggota masyarakat Kerinci yang akan pergi menunaikan ibadah haji. Di samping

(8)

dilaksanakan secara tradisi di tengah keluarga Tale pelepasan jemaah haji ini juga harus dilaksanakan secara adat di tengah pemimpin negeri, pemimpin adat, dan masyarakat kampung dengan segala persyaratan tradisi yang berlaku.

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini akan mengkaji nilai-nilai budaya dalam sastra lisan Tale Kerinci dengan menggunakan kajian struktural dan semiotik. Objek penelitian ini adalah Tale pelepasan jemaah haji.

2. Masalah Penelitian

Berdasarkan fokus dan subfokus penelitian masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut; Pertama, bagaimana struktur Tale Kerinci? Yang terdiri dari unsur 1) tema, 2) Tipografi, 3) rima 4) metrum dan ritma, 5) diksi, 6) pencitraan, dan 7) majas. Kedua, bagaimana nilai-nilai budaya yang terdapat dalam sastra lisan Tale Kerinci? Yang mencakup; 1) hubungan manusia dengan Tuhan, 2) hubungan manusia dengan alam, 3) hubungan manusia dengan masyarakat, 4) hubungan manusia dengan manusia lain, dan 5) hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Berhubung dengan penelitian ini termasuk jenis penelitian sastra, yaitu pengungkapan nilai-nilai budaya sastra lisan Tale, maka penelitian ini menggunakan metode analisis isi (content analysis) dengan pendekatan struktural dan semiotik. Metode analisis isi digunakan untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya dalam sastra lisan Tale berkaitan dengan struktur, simbol, makna, pesan yang

(9)

terkandung di dalamnya serta fungsi dan pengaruh terhadap masyarakat pendukungnya. Sebagai penelitian kualitatif dengan metode analisis isi (content analysis) data-data formalnya diambil dari teks naskah Tale dalam bentuk nilai-nilai budaya yang terdapat dalam ungkapan satra lisan Tale 4. Temuan Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang ditemukan adalah Tale tergolong ke dalam karya puisi konvensional yang strukturnya mengacu kepada konvensi yang sudah ada, yaitu tifografi, rima, ritma dan metrum, diksi, pencitraan, dan majas sama pada setiap kelompok atau identitas Tale, kecuali tema. Tema yang ditemukan di dalam Tale adalah perpisahan, kesedihan dan keharuan, nasehat, petunjuk, dan kasih sayang keinginan, kehendak, harapan, atau cita-cita. Tema-tema tersebut diungkapkan sesuai dengan situasi, kondisi, dan hubungan antara si Petale dengan para jemaah baik hubungan secara kontak dan lingkungan sosial maupun maupu kontak emosional.

Nilai-nilai budaya yang ditemukan dalam hubungan manusia dengan Tuhan, yaitu taat, tawakkal, takdir Allah, kekuasaan Allah, bersyukur, kekuatan iman. Hubungan manusia dengan alam, yaitu manusia meguasai alam, perilaku manusia dan alam, manusia dan alam sekitarnya, pemanfaatan alam. Hubungan manusia dengan masyarakat, manusia sebagai anggota masyarakat. Hubungan manusia dengan manusia lain, manusia dan pemimpin, manusia dan keluarga, manusia dan kerabat. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri, yaitu menjaga keseimbangan antara kehendak atau harapan dengan kenyataan dengan cara meningkatkan keimanan kepada Allah Swt.

Selain itu, untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya di dalam Tale pendistribusian prosedur analisis semiotik secara simbol, indeks, ikon

(10)

ternyata representamen semiotik lebih banyak dapat dianalisis secara indeksasi. Hal ini disebabkan oleh repsentamen semiotik yang muncul di dalam Tale lebih merupakan sebab-akibat dengan objek yang ingin disampaikan oleh si Petale. Sehingga interpretasi terhadap makna lebih mudah dianalisis berdasarkan sebab-akibat antara tanda dan penanda. Selain itu, secara kedalaman interpretasi nilai-nilai budaya di dalam Tale juga prosedur analisis secara indeksasi lebih banyak bisa dilakukan karena interpretan-interpretan yang dihasilkan dapat memunculkan representamen baru yang dapat diinterpretasikan yang mengacu kepada objek yang baru pula. Meskipun analisi semiotik secara indeksasi lebih banyak dapat digunakan namun analisis semiotik dalam bentuk simbol dan ikon jumlah tidak terlalu jauh bedanya dengan analisis semiotik dalam bentuk indeks.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Konsep pemanfaatan yang dapat dilakukan di Sanur adalah pembuatan daerah perlindungan, karena dapat menjaga populasi bulu babi dan juga biota lainnya.. Kata kunci: Tripneustes

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kemacetan lalu lintas kota Surabaya didapatkan hasil yang sesuai dan memberi dukungan terhadap teori moda angkutan yang

Kesimpulan penelitian ini adalah Pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Learning dapat meningkatkan hasil belajar PAI materi puasa dan

Ditinjau dari latihan soal atau evaluasi pembelajaran buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terdapat latihan soal dan evaluasi pembelajaran yang

Kemudian untuk sensor LDR dan lampu terkendali sangat berkaitan, penjelasannya adalah sebagai berikut LDR berfungsi sebagai mendeteksi apakah lampu terkendali

Pasal ini menerangkan bahwa tidak dapat dijadikan alasan pembatalan perjanjian jika salah satu pihak khilaf bukan mengai hal yang pokok dalam perjanjian (bukan objek

Rintangan haus komposit matriks aluminium yang dihasilkan melalui kaedah metalurgi serbuk meningkat bila peratusan meningkat daripada 20 ke-40% berat bahan tetulang partikel SiC.