• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI ASPEK KOGNITIF MELALUI METODE JIGSAW LEARNING PADA SISWA KELAS VIII C SMP ISLAM SUDIRMAN KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 20152016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI ASPEK KOGNITIF MELALUI METODE JIGSAW LEARNING PADA SISWA KELAS VIII C SMP ISLAM SUDIRMAN KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 20152016"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI ASPEK KOGNITIF

MELALUI METODE JIGSAW LEARNING

PADA SISWA KELAS VIII C SMP ISLAM SUDIRMAN

KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

LAILATUL MUFIDAH

NIM 11111128

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)

iii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI ASPEK KOGNITIF

MELALUI METODE JIGSAW LEARNING

PADA SISWA KELAS VIII C SMP ISLAM SUDIRMAN

KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

LAILATUL MUFIDAH

NIM 11111128

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO

“Jika (Seorang Guru) adalah benar bijaksana, dia tidak akan mengajak Anda masuk ke rumah kebijaksanaan dia, namun dia akan membawa Anda ke pintu

gerbang pikiran anda sendiri”

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini ku persembahkan kepada:

1. Bapak terhebatku Khusaeni dan Mamak terkasihku Maryati, terima kasih yang tak terhingga atas segala yang pernah kuterima sejauh perjalan hidupku. 2. Kakakku Muhammad Arif Mahfudhi, Adikku Ahmad Zainal Mahfudz yang

selalu menjadi inspirasi terbesarku untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 3. Keluarga besar yang senantiasa menyayangi dan mendoakanku.

(9)

ix

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat Iman, Islam, dan Ihsan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita ke jalan yang benar. Semoga kita tergolong umat yang mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam. Adapun judul skripsi ini adalah Peningkatan Hasil Belajar PAI Aspek Kognitif Melalui Jigsaw Learning Pada Siswa Kelas VIII C SMP Islam Sudirman Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menghadapi suatu kendala namun itu tidak terlalu berarti karena adanya dorongan dan bantuan dari banyak pihak, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Ucapan terimakasih terutama penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, S.Pd. M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

(10)

x 4. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

5. Ibu Eva Palupi, S.Psi. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberi dukungan dan pengarahan selama masa perkuliahan di IAIN Salatiga.

6. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, bimbingan dan pengalaman berharga selama perkuliahan di jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

7. Bapak Sunanto, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Islam Sudirman Ampel dan Ibu Musrifah, S.Ag selaku guru mata pelajaran PAI SMP Islam Sudirman Ampel yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.

8. Seluruh guru dan karyawan SMP Islam Sudirman Ampel Kabupaten Boyolali yang telah memberikan bantuan dan menjadi tempat penelitian di laksanakan. 9. Siswa kelas VIII C SMP Islam Sudirman Ampel Kabupaten Boyolali yang telah

membantu terlaksananya penelitian ini.

10.Kedua orang tua terhebat (Bapak Khusaeni dan Ibu Maryati).

11.Kakak dan adik tersayang (Mas Arif Mahfudhi dan Ahmad Zainal Mahfudz). 12.Teman-temanku seperjuangan IAIN SALATIGA angkatan 2011 khususnya FTIK

PAI yang selama ini telah berjuang bersama.

13.Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

(11)

xi Penulis menyadari bahwa sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, serta penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembacanya.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Salatiga, 1 Februari 2016 Penulis

(12)

xii

ABSTRAK

Mufidah, Lailatul. 2016. Peningkatan Hasil Belajar PAI Aspek Kognitif Melalui Metode Jigsaw Learning Pada Siswa Kelas VIII C SMP Islam Sudirman Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Fatchurrohman, M.Pd.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Pengetahuan Agama Islam dan Jigsaw Learning.

Penelitian ini dilatar belakangi rendahnya hasil belajar siswa SMP Islam Sudirman Ampel saat pembelajaran PAI. Salah satu penyebabnya rendahnya hasil belajar siswa adalah kurangnya metode yang digunakan oleh guru saat pembelajaran. Metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran adalah metode konvensional yaitu ceramah. Rumusan masalah yang dikaji adalah Apakah Jigsaw Learning dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam aspek kognitif pada siswa kelas VIII C SMP Islam Sudirman Ampel kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016?

Penelitian ini menggunakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebanyak dua siklus. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas kelas VIII C SMP Islam Sudirman Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dengan jumlah siswa 19 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi dan tes.

(13)

xiii

HALAMAN PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR DIAGRAM ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Hipotesis ... 7

F. Definisi Operasional ... 7

G. Metode Penelitian ... 9

H. Sistematika Penulisan... .. 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19

A. Belajar dan Hasil Belajar... 19

1. Pengertian Belajar ... .... 21

2. Komponen-komponen Belajar ... .... 23

3. Pengertian Hasil Belajar ... .... 23

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ... .... 24

5. Indikator Hasil Belajar ... .... 31

(14)

xiv

B. Model Pembelajaran Aktif ... 39

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 39

2. Pengertian Model Pembelajaran Aktif ... 41

3. Macam-macam Model Pembelajaran Aktif ... 42

C. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran Jigsaw ... 44

1. Pengertian Metode Pembelajaran Jigsaw ... 44

2. Langkah-langkah dalam Metode Pembelajaran Jigsaw ... 46

3. Kelebihan Metode Pembelajaran Jigsaw... 48

4. Kelemahan Metode Pembelajaran Jigsaw ... 49

D. Tinjauan Tentang Pendidikan Agama Islam ... 50

E. SK dan KD Kelas VIII Semester I ... ... 52

BAB III HASIL PENELITIAN ... 55

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 55

1. Tempat Penelitian ... 55

2. Sejarah Berdirinya SMP Islam Sudirman Ampel ... 55

3. Visi dan Misi SMP Islam Sudirman Ampel ... 55

4. Tenaga Pendidik ... ... 56

5. Data Peserta Didik ... .. 58

6. Fasilitas Pendidikan... .. 60

7. Struktur Organisasi SMP Islam Sudirman Ampel ... .. 61

B. Subjek Penelitian ... 63

C. Pelaksanaan Penelitian ... 64

D. Penjelasan Pelaksanaan Siklus I ... 65

E. Penjelasan Pelaksanaan Siklus II ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 SK dan KD PAI Kelas VIII Semester I ... 52

Tabel 3.1 Daftar Tenaga Pendidik ... 57

Tabel 3.2 Daftar Tata Usaha ... 58

Tabel 3.3 Jumlah Siswa ... 59

Tabel 3.3 Fasilitas Fisik... 60

Tabel 3.4 Data Siswa ... 63

Tabel 4.1 Nilai Hasil Ulangan Harian PAI Siswa (Pra Siklus) ... 79

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Guru pada Siklus I ... .. 81

Tabel 4.3 Data Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... ……… .. 84

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Guru pada Siklus II ... 88

Tabel 4.5 Data Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... .. 91

Tabel 4.6 Hasil Rekapitulasi Nilai-nilai pada Pra Siklus, Siklus I dan II ... . 95

(16)

xvi

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Diagram Nilai Rata-rata Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ... 98

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Siklus I Lampiran 2 RPP Siklus II

Lampiran 3 Nilai Hasil Belajar Pra Siklus Lampiran 4 Nilai Hasil Belajar Siklus I Lampiran 5 Nilai Hasil Belajar Siklus II

Lampiran 6 Nilai Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan II Lampiran 7 Lembar Observasi Guru Siklus I

Lampiran 8 Lembar Observasi Guru Siklus II Lampiran 9 Lembar Observasi Siswa Siklus I Lampiran 10 Lembar Observasi Siswa Siklus II Lampiran 11 Foto Kegiatan Pembelajaran Lampiran 12 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 13 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 14 Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 15 Surat Pembimbing Skripsi Lampiran 16 Daftar Nilai SKK

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia, di samping itu juga merupakan kewajiban bagi manusia. Manusia belajar sejak dari lahir sampai usia manusia itu berakhir, dari hal yang mudah sampai masalah-masalah yang sangat sulit tentunya memerlukan pembelajaran sebelum dikerjakan. Seperti contoh yaitu seorang anak belajar mengenal huruf terlebih dahulu untuk bisa membaca, seorang bayi perlu belajar untuk dapat makan, berjalan sampai usianya bertambah, maka proses pembelajaran terus berlanjut. Namun kenyataannya meskipun belajar merupakan kebutuhan manusia, manusia tidak mungkin dapat melakukan sendiri, diperlukan proses belajar mengajar. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu wadah atau lembaga yang dinamakan pendidikan.

Rasulullah saw bersabda:

مِلْسُم ِ لُك ىَلَع ٌةَضي ِرَف ِمْلِعْلا ُبَلَط

Artinya: Mencari ilmu itu kewajiban bagi setiap orang Islam (H.R. Ibnu Majah, 275: 17).

(19)

2 pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia agar dapat melakukan aktifitas sosial masyarakat tempat mereka berada.

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat (Baharuddin, 2007: 11). Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami tindak mengajar dan merespons dengan tindak belajar. Dalam proses belajar tersebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat (Dimyati, 2006: 22).

Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Dalam perkembangannya peserta didik memiliki kemampuan untuk berkembang ke arah kedewasaan. Di samping itu, dalam diri peserta didik juga kebergantungan pada pihak lain. Karena itu setahap demi setahap orang tua atau pendidik perlu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mandiri dan bertanggung jawab sesuai dengan kepribadiannya sendiri (Desmita, 2010: 40).

(20)

3 pasal 1 ayat 1, dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik profesional dengan

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua (Daradjat, 2000: 222-223).

Berdasarkan UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 3 dijelaskan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Untuk mencapai tujuan tersebut seharusnya guru menggunakan banyak pendekatan dalam proses pembelajaran. Pendekatan tersebut setidaknya mampu mendorong anak untuk berkreativitas dan mampu mengembangkan potensi anak. Oleh sebab itu dituntut seorang guru yang kreatif dan inovatif dalam mewujudkan lingkungan belajar yang menyenangkan.

(21)

4 kolaborasi berbagai strategi dan metode pembelajaran untuk membangkitkan minat siswa, salah satunya adalah active learning.

Proses belajar mengajar PAI di sekolah masih banyak mengalami kendala di antaranya mengajar yang monoton. Fasilititas kurang memadai dan daya serap siswa rendah. Proses pembelajaran yang kurang baik juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Bila guru menggunakan metode yang monoton siswa akan menjadi bosan. Hal ini yang mengakibatkan perhatian siswa menurun, aktivitas siswa menurun maka hasil belajar pun menurun. Maka diperlukan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan.

Pada kasus yang terjadi di sekolah SMP Islam Sudirman Ampel, metode pembelajaran PAI yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran masih belum efektif dan masih banyak kekurangan kata guru sekolah tersebut. Metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMP Islam Sudirman adalah metode ceramah, dimana guru lebih aktif berbicara untuk menjelasakan materi dan siswa lebih pasif dan cenderung diam untuk mendengarkan materi yang disampaikan. Sehingga para siswa merasa bosan bahkan ngantuk. Maka dibutuhkan metode pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan.

(22)

5 masalah tersebut perlu ada tindakan yang tepat agar proses kegiatan belajar mengajar mampu mencapai tujuannya. Dalam hal ini peneliti ingin mencoba menggunakan Strategi Jigsaw Learning untuk mengatasi masalah tersebut.

Strategi belajar aktif dapat diartikan sebagai proses belajar mengajar yang menggunakan berbagai metode, yang menitikberatkan kepada keaktifan siswa dan melibatkan berbagai potensi siswa, baik yang bersifat fisik, mental, emosional maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara optimal (Zuhairini dkk, 1993: 114).

Dari kasus yang terjadi di SMP Islam Sudirman tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode

Jigsaw Learning. Metode ini adalah alternatif menarik ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat di saat tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang lain-lain. Penggunaan metode Jigsaw Learning ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari permasalahan dan hasil studi pendahuluan yang dipaparkan di atas. Maka penulis termotivasi untuk meneliti tentang “PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI ASPEK KOGNITIF MELALUI METODE JIGSAW LEARNING PADA SISWA KELAS VIII C SMP ISLAM SUDIRMAN

AMPEL BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016”.

(23)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah Jigsaw Learning dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam aspek kognitif pada siswa kelas VIII C SMP Islam Sudirman Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan metode Jigsaw Learning.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Manfaat Teoritis

a. Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengkaji sebuah teori tentang konsep pembelajaran yang mudah dan menyenangkan. Kemudian hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi dan bahan pertimbangan untuk melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

b. Secara khusus penelitian ini memberikan kontribusi pada srategi berupa pergeseran dari paradigma mengajar menuju ke paradigma belajar yang mementingkan pada proses untuk mencapai hasil.

2. Manfaat Praktis

(24)

7 b. Bagi Siswa, untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga lebih

semangat dalam melaksanakan pembelajaran.

c. Bagi Lembaga, sebagai masukan dan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka memperbaiki sistem pembelajaran serta meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat mengantarkan peserta didik ke arah yang diharapkan.

E. HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara dan bersifat teoritis. Dalam metode penelitian, hipotesis adalah alat yang mempunyai kekuatan dalam proses inkuiri. Karena hipotesis dapat menghubungkan dari teori yang relevan dengan kenyataan yang ada atau fakta, atau dari kenyataan dengan teori yang relevan (Sukardi, 2011:41). Jadi Suatu hipotesis akan diterima jika disertai dengan fakta-fakta yang membenarkan. Setelah menelaah berbagai sumber, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Learning dapat meningkatan prestasi belajar PAI materi Puasa dan Zakat pada siswa Kelas VIII C SMP Islam Sudirman Ampel Kabupaten Boyolali Tahun 2015/2016.

(25)

8

F. DEFINISI OPERASIONAL

1. Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran dan dapat diukur melalui pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis, yang diraih siswa dan merupakan tingkat penguasaan setelah menerima pengalaman belajar (Sam’s, 2010:37).

2. Kognitif

Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah.

Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2001: 66-88) yakni: mengingat (remember),

memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create).

3. Metode Jigsaw Learning

Jigsaw Learning merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik “pertukaran dari kelompok ke

kelompok” (group-to-group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. Ini adalah alternative menarik, ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat atau “dipotong” dan di

(26)

9 yang dipelajari oleh peserta didik lain, buatlah sebuah kumpulan pengetahuan yang bertalian atau keahlian (Silbermen, 2006: 168).

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang diterapkan oleh peneliti adalah tindakan kelas atau dikenal dengan sebutan PTK. Prosedur dan langkah-langkah penelitian mengikuti prinsip dan dasar yang berlaku dalam penelitian tindakan kelas. Karena penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (Action Research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelasnya (Arikunto, 2006: 58).

Jenis penelitian yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah PTK, guna mencari pemecahan masalah yang ditemui dalam kelas. PTK akan dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan-tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

a. Perencanaan

Dalam penelitian kelas ini kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah:

1) Membicarakan rencana Penelitian Tindakan Kelas dengan kepala sekolah dan guru mapel.

(27)

10 3) Membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP).

4) Merpersiapkan fasilitas fasilitas dan sarana pendukung yang akan diperlukan di kelas.

5) Mempersiapkan lembar observasi.

6) Menyediakan alat evaluasi yang terdiri dari lembar tes dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

b. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini terdiri dari beberapa langkah:

1) Awal kegiatan pembelajaran: a) Persiapan:

(1) Melakukan Pembelajaran Pendahuluan

(2) Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.

b) Materi

(28)

11 c) Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli

Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang heterogen baik dari kemampuan akademis maupun jenis kelamin.

d) Menentukan Skor Awal

Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.

2) Rencana Kegiatan

a) Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.

b) Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.

c) Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang didiskusikannya.

d) Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.

e) Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau menghargai prestasi kelompok.

3) Sistem Evaluasi

(29)

12 a) Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik. b) Membuat laporan mandiri atau kelompok.

c) Presentasi

Sedangkan materi evaluasi dalam system evaluasi mencakup beberapa hal sebagi berikut:

a) Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh siswa.

b) Proses belajar yang dilakukan oleh siswa. c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan, untuk mengamati kondisi dan reaksi serta keaktifan siswa terhadap tugas yang diberikan. Aspek-aspek keaktifan siswa yang diamati antara lain:

1) Aktifitas siswa dalam menerima materi. 2) Aktifitas siswa dalam belajar kelompok 3) Kemampuan mengungkapkan pendapat 4) Kerjasama dengan teman

d. Refleksi

(30)

13

2. Lokasi, Waktu dan Subyek Penelitian a. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini adalah SMP Islam Sudirman Ampel Tahun Ajaran 2015/2016, yang beralamatkan di desa Candi Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Sekolah dipilih menjadi tempat penelitian karena memerlukan pengembangan model pembelajaran yang akan meningkatkan prestasi kinerja guru dan aktifitas siswa. Selain itu juga adanya kesediaan untuk bekerjasama dari kepala sekolah dan guru kelas yang bersangkutan di SMP Islam Sudirman Ampel.

b. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan kurang lebih satu bulan pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016 di SMP Islam Sudirman Ampel.

c. Subyek Penelitian

(31)

14 pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Puasa dan Zakat dengan menggunakan metode Jigsaw Learning.

3. Instrument Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Silabus

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

c. Lembar observasi untuk mengamati aktivitas peserta didik.

d. Lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru yang melaksanakan kegiatan pembelajaran.

e. Soal evaluasi yang berupa soal post test.

4. Pengumpulan Data a. Metode Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik, fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1996:136). Peneliti mengadakan pengamatan secara langsung datang ke lokasi penelitian untuk mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaiatan dengan tujuan penelitian di SMP Islam Sudirman Ampel Boyolali.

b. Tes

(32)

15

c. Dokumentasi

Instrument yang dapat peneliti gunakan dalam tehnik dokumentasi adalah silabus, rencana perencanaan pembelajaran (RPP) dan nilai siswa sebelum diterapkan strategi Jigsaw Learning. Pada mata pelajaran PAI.

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.

Sedangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu indikator atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih.

5. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, selanjutnya adalah menganalisis data untuk mengetahui hasil akhir dari penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 131) dalam Penelitian Tindakan Kelas dalam menganalisis data menggunakan dua jenis data, sebagai berikut:

(33)

16 mencarai nilai rerata dan mencari presentase keberhasilan belajar. Dengan rumus sebagai berikut :

1) Rumus mencari nilai rerata.

Keterangan :

Mx = Mean ( rerata )

⅀X= Jumlah dari hasil perkalian antara masing-masing skor dengan frekuensinya.

N = Jumlah siswa (Sudijono, 2010: 83)

2) Rumus mencari presentase keberhasilan belajar.

Keterangan :

P= Angka Presentase

f = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya

N = Number of Case (jumlah frekuensi/banyaknya individu) (Sudijono, 2010: 43)

(34)

17 diri, motivasi belajar dan sejenisnya dapat dianalisis secara deskriptif (Arikunto, 2007: 131)

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi hasil tindakan kelas ini dimaksudkan sebagai gambaran yang akan menjadi pembahasan dalam penulisan skripsi sehingga dapat memudahkan dalam memahami atau mencerna masalah-masalah yang akan dibahas. Maka akan disusun sistematika sebagai berikut:

1. Bagian Awal

Bagian awal yang terdiri dari: halaman sampul, lembar logo, halaman judul, lembar persetujuan, pernyataan keaslian tulisan, moto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar diagram, dan daftar lampiran.

2. Bagian Inti

Bab I berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II berisi tentang kajian pustaka yang menjelaskan ruang lingkup hasil belajar, ruang lingkup model pembelajaran aktif, strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Learning dan ruang lingkup PAI.

(35)

18 Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi hasil observasi pada tahap pra penelitian, hasil penelitian deskripsi per siklus dan pembahasan.

Bab V berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran. 3. Bagian Akhir

(36)

19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yaitu memahami. ”Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya” (Hamalik, 1992:45).

Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2).

Oemar Hamalik (1992: 54-55) berpendapat ada beberapa elemen/asumsi dasar yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa:

a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku. b. Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu.

c. Belajar dilaksanakan dengan latihan daya-daya, membentuk hubungan asosiasi dan melalui penguatan.

(37)

20 e. Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung maupun secara

tidak langsung.

f. Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan faktor dari luar individu.

g. Belajar sering dihadapkan kepada masalah dan kesulitan yang perlu dipecahkan.

h. Hasil belajar dapat ditransferkan ke dalam situasi lain.

Berikut ini ciri-ciri perubahan tingkah laku menurut Slameto, (2010: 3).

a. Perubahan terjadi secara sadar.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku pada diri seseorang dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia.

(38)

21 seseorang dalam belajar untuk memperoleh tujuan belajar yang sudah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera atau pengalamannya. Oleh karena itu, apabila setelah belajar seseorang tidak ada perubahan tingkah laku yang positif, dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.

2. Komponen-Komponen belajar

Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dari komponen-komponen yang ada didalamnya, menurut Moedjiono dan Dimyati (1993:23) komponen-komponen proses belajar megajar tersebut adalah peserta didik, guru, tujuan pembelajaran, materi/isi, metode, media dan evalusi.

a. Peserta didik

(39)

22 yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik adalah subjek yang bersifat unik yang mencapai kedewasaan secara bertahap.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa peserta didik adalah seseorang dengan segala potensi yang ada pada dirinya untuk senantiasa dikembangkan baik melalui proses pembelajaran maupun ketika ia berinteraksi dengan segala sesuatu.

b. Guru

Guru merupakan pemegang peranan sentral proses belajar mengajar. Guru yang setiap hari berhadapan langsung dengan siswa termasuk karakterisrik dan problem mengajar yang mereka hadapi berkaitan dengan proses belajar mengajar. Guru adalah seseorang dengan fitrahnya sebagai manusia berkepribadian yang memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar dan berpartisipasi penuh dalam menyelenggarakan pendidikan.

c. Tujuan Pembelajaran

(40)

23 tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa.

d. Materi/isi

Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting darikeseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator.

3. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Sam’s (2010: 37) adalah kemampuan yang

(41)

24 Merujuk pemikiran Gagne, (Driscoll, 2005: 79) hasil belajar berupa: a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasikan, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktifitas kognitifnya sendiri, seperti penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud kemampuan menerima atau menolak.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Maka dari itu, hasil dari proses belajar dapat merubah diri seseorang dalam berperilaku, bersikap maupun tingkat kemampuannya baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

(42)

25 mata pelajaran. Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terdapat apa yang telah dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes ahir semester dan sebagainya.

Menurut Slameto (2003: 54-60) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain:

a. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa)

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua faktor, yakni:

1) Faktor Fisiologis

(43)

26 2) Faktor psikologis

a) Tingkat Intelegensi

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik tubuh mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ – organ tubuh lainnya. Akan tetapi memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya lantaran otak merupakan menara pengontrol hampir seluruh aktivitas manusia.

Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang bersifat umum (general ability) untuk membuat atau mengadakan analisis, memecahkan masalah, menyesuaikan diri dan menarik generalisasi, serta merupakan kesanggupan berfikir seseorang. Adapun tingkat intlegensi siswa dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (Arikunto, 1995: 12)

Tingkat IQ Kelompok

130 Ke atas Pandai sekali (Genius) 120 - 130 sangat pandai

110 - 120 Pandai

(44)

27 70 - 80 Lemah ingatan (dungu)

30 – 70 luar biasa Kurang dari 30 Imbeciel – idiot

Intelegensi ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Apabila seseorang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi, maka seseorang tersebut dapat dengan mudah mempelajari sesuatu dalam proses pembelajaran.

Namun meskipun demikian, intelegensi tidak mutlak menjadi pengaruh bagi keberhasilan belajar. Terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hal tersebut.

b) Bakat Siswa

Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat sesuai dengan kapasitas masing-masing.

c) Motifasi Siswa

(45)

28 ini motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.

d) Kematangan.

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.

e) Kesiapan.

(46)

29 ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

b. Faktor ekstern (faktor dari luar diri siswa)

Faktor yang berasal dari luar diri siswa sendiri terdiri dari tiga faktor, yakni:

1) Faktor keluarga

a) Cara orang tua mendidik. b) Relasi antar anggota keluarga c) Suasana rumah

d) Keadaan ekonomi keluarga 2) Faktor sekolah

a) Metode mengajar b) Kurikulum

c) Relasi guru dengan siswa d) Relasi siswa dengan siswa e) Disiplin sekolah

f) Alat pelajaran g) Waktu sekolah

h) Standar pelajaran di atas ukuran i) Keadaan gedung

(47)

30 3) Faktor masyarakat

a) Kesiapan siswa dalam masyarakat b) Mass media

c) Teman bergaul

d) Bentuk kehidupan masyarakat

Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56) melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.

b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

(48)

31 wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.

e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

5. Indikator Hasil Belajar

Untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran dibagi atas beberapa tingkatan taraf sebagai berikut:

a. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh siswa.

b. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar bahan pelajaran dapat dikuasai 76%-99%.

c. Baik/minimal, apabila bahan pelajaran hanya dikuasai 60%-75%. d. Kurang, apabila bahan pelajaran yang dikuasai kurang dari 60%.

(Djamarah, 2006: 107).

Sehubungan dengan hal di atas, adapun hasil pengajaran dikatakan betul-betul baik apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.

b. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik.

(49)

32 suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya (Sardiman, 2008: 49).

Penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan prilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik. Pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk yaitu peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas prilaku yang diinginkan dan mereka mendapatkan bahwa prilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi kesenjangan antara penampilan prilaku yang sekarang dengan yang diinginkan.

Penilaian hasil bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan kompetensi peserta didik. Standar nasional pendidikan mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk penilaian harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, dan penilaian kenaikan kelas.

(50)

33 dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 4).

6. Aspek Kognitif

Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2001:66-88) yakni: mengingat (remember),

memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create).

a. Mengingat (Remember)

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat. b. Memahami/mengerti (Understand)

(51)

34 Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu.

Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan.

c. Menerapkan (Apply)

Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing).

(52)

35 permasalahan maka siswa diperbolehkan melakukan modifikasi dari prosedur baku yang sudah ditetapkan.

Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau masih asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini maka siswa perlu mengenali dan memahami permasalahan terlebih dahulu kemudian baru menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Mengimplementasikan berkaitan erat dengan dimensi proses kognitif yang lain yaitu mengerti dan menciptakan.

Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur baku/standar yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan mudah, kemudian berlanjut pada munculnya permasalahan-permasalahan baru yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan.

d. Menganalisis (Analyze)

(53)

36 kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung.

(54)

37 e. Mengevaluasi (Evaluate)

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses kognitif memerlukan penilaian. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian yang merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika standar atau kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur yang digunakan maka apa yang dilakukan siswa merupakan kegiatan evaluasi.

(55)

38 Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini. f. Menciptakan (Create)

Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.

(56)

39 mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi.

B. Model Pembelajaran Aktif

1. Pengertian Model Pembelajaran

Setiap guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat yang dapat dikembangkan dalam kelasnya sehingga dapat mendorong siswa untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Untuk dapat memahami model pembelajaran yang tepat untuk dikembangkan sebelumnya harus dipahami pengertian model pembelajaran terlebih dahulu. Berikut adalah pengertian model pembelajaran dari beberapa ahli: a. Menurut Suprijono (2013: 45-46),

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologis pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas.

Model pembelajaran dalam pengertian ini digunakan sebagai landasan dalam praktik pembelajaran, di mana landasan ini dirancang berdasarkan implementasi dari kurikulum dan implikasi di kelas.

b. Menurut Joyce dalam Suprijono (2013: 46),

(57)

40 mengekspresikan ide, hal ini berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Dalam pengertian ini, model pembelajaran diartikan sebagai pedoman guru dalam merancang kegiatan dan aktivitas belajar mengajar sehingga siswa akan mendapatkan informasi, ide, ketrampilan-ketrampilan, dan dapat mengekspresikan ide yang dipikirkannya.

c. Menurut Arends dalam Suprijono (2013: 46)

Model pembelajaran adalah mengacu pada pendekatan yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahapan kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran serta pengelolaan kelas.

Model pembelajaran dalam pengertian ini merupakan pemilihan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan oleh guru yang menyangkut aspek belajar yaitu tujuan pembelajaran, tahapan kegiatan belajar, lingkungan belajar, dan tata cara pengelolaan kelas.

(58)

41 tata cara pengelolaan kelas. Model pembelajaran yang tepat ini pada akhirnya akan membuat siswa memperoleh informasi, ide, ketrampilan-ketrampilan, dan dapat mengekspresikan ide yang dipikirkannya.

2. Pengertian Model Pembelajaran Aktif

Dari pemaparan sebelumnya sudah diketahui bahwa model pembelajaran merupakan landasan atau pedoman bagi guru untuk melakukan pembelajaran di kelasnya. Salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan adalah model pembelajaran aktif. Untuk lebih memahami tentang pengertian model pembelajaran aktif, berikut ini akan dijelaskan pengertian model pembelajaran aktif menurut beberapa ahli:

a. Warsono & Hariyanto (2010: 14)

(59)

42 b. A.Y. Soegeng (2014: 1)

Memberikan pengertian pembelajaran aktif “suatu kegiatan

pembelajaran dimana terdapat keterlibatan pelajar dalam melakukan kegiatan dan memikirkan apa yang sedang dilakukan. Dari pengertian di atas, diketahui bahwa pembelajaran aktif siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran, dan siswa juga berusaha untuk memikirkan materi pembelajaran yang sedang dipelajari atau dengan kata lain siswa aktif dalam menggali pengetahuan.

c. Hartono (2013: 1)

Berpendapat bahwa “Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka.

Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada siswa dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses.

(60)

43 dari tahapan proses berpikir menggali infomasi, sampai menarik kesimpulan. Model pembelajaran ini menuntut keaktifan siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar dengan seoptimal mungkin sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan pada akhirnya siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dalam kehidupan sehari-hari.

3. Macam-macam Model Pembelajaran Aktif

Model pembelajaran aktif terdiri dari berbagai macam. Macam-macam model pembelajaran aktif ini dapat dikembangkan oleh guru di kelas dengan menyesuaikan situasi dan kondisi yang ada di kelasnya. Zaini, Munthe, dan Ayu Aryani (2008) menyebutkan 43 model pembelajaran aktif yang dapat dikembangkan dikelas. Model-model pembelajaran aktif tersebut adalah:

1) Critical Incident (Pengalaman Penting); 2) Prediction Guide

(Tebak Pelajaran); 3) Teks Acak; 4) Reading Guide (Panduan

(Membangkitkan Minat); 14) Listening Teams (Tim Pendengar); 15) Guided Note Taking (Catatan Terbimbing); 16) Synergetic Teaching (Pengajaran Sinergis); 17) Guided Teaching (Panduan Mengajar); 18) Active Debate (Debat Aktif); 19) Point-counterpoint; 20) Reading Alaound (Membaca Keras); 21)

Learning Starts with A Questions (Pelajaran Dimulai dengan Pertanyaan); 22) Plantet Questions (Pertanyaan Rekayasa); 23)

(61)

44 (Belajar dari Teman); 31) Learning Contract (Kontrak Belajar); 32) Index Card Match (Mencari Pasangan); 33) Giving Question and Getting Answers (Memberi Pertanyaan dan Menerima Jawaban); 34) Crossword Puzzle (Teka-teki Silang); 35) Physical Self Sssessment (Mempersiapkan Diri dalam Kelompok); 36)

Keep on Learning (Belajar Terus); 37) Modelling the Way

(Membuat Contoh Praktek); 38) Billboard Ranking (Papan Rangking); 39) Silent Demonstration (Demonstrasi Bisu); 40)

Practice – Rehearsal Pairs (Praktek Berpasangan); 41)

Lightening the Learning Climate (Menghidupkan Suasana Belajar); 42) Bermain Jawaban; 43) The learning Cell (Sel belajar).

C. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran Jigsaw

1. Pengertian Metode Pembelajaran Jigsaw

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Pada model pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student centered) sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Jigsaw Learning merupakan sebuah teknik dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik pertukaran dari kelompok ke kelompok dengan suatu perbedaan penting yaitu setiap peserta didik mengajarkan sesuatu (Hamruni, 2012: 248).

(62)

45 dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

(63)

46 positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.

2. Langkah- Langkah Dalam Metode Jigsaw

Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji. Menurut Arends (1997: 112), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:

a. Awal kegiatan pembelajaran 1) Persiapan

a) Melakukan Pembelajaran Pendahuluan

b) Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut. 2) Materi

Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa.

3) Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli

Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw

(64)

47 4) Menentukan Skor Awal

Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.

b. Rencana Kegiatan

1) Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.

2) Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.

3) Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang didiskusikannya.

4) Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.

5) Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau menghargai prestasi kelompok.

c. Sistem Evaluasi

Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan: 1) Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik. 2) Membuat laporan mandiri atau kelompok.

(65)

48 Materi evaluasi dalam system evaluasi harus mencakup hal-hal berikut, diantaranya:

1) Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh siswa.

2) Proses belajar yang dilakukan oleh siswa.

3. Kelebihan Metode Jigsaw

Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan, seperti yang diadaptasikan dari internet pada laman (http://pembelajaran- kooperatifmodel-pembelajaran-kooperatif-tipe-Jigsaw-kelebihan-dan-kelemahan-tipe-Jigsaw/. diakses pada 5 Oktober 2015. pukul 11:30 WIB) yaitu:

a. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah adakelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.

b. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat

c. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.

4. Kelemahan Metode Jigsaw

(66)

(http://model-pembelajaran-49 kooperatif-tipe-Jigsaw-kelebihan-dan-kelemahan-tipe-Jigsaw. diakses pada 5 Oktober 2015. pukul 11:40 WIB), yaitu :

a. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.

b. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat. c. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.

d. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.

e. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.

D. Tinjauan Tentang Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

(67)

50 mencakup kepribadian peserta didik. Sehingga pengajaran lebih terfokus pada bagaimana mentransfer pengetahuan kepada peserta didik sehingga unsur kepribadian relatif terabaikan. Dalam pandangan Agus Salim (2004:13), pendidikan merupakan gerakhumanis yang bertujuan memperbaiki peradaban manusia secara umum.

Sementara itu, Wahyudin (2008:1) menyatakan bahwa pendidikan adalah humanisi, yaitu upaya memanusiakan manusia atau upaya membantu manusia agar mampu mewujudkan dari sesuai dengan martabat kemanusiaannya.

Dari dua pendapat tersebut di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan sebenarnya merupakan sebuah upaya untuk membentuk peserta didik menjadi manusia seutuhnya. Hal tersebut sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mendefinisikan pendidikan sebagai “usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki muatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

(68)

51 karena dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya tidak hanya dalam hal fisik tetapi jiwa. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjoko (2009:11) yang menyatakan bahwa pendidikan pada manusia yang membuat dirinya manusiawi bukanlah semata-mata pendidikan teknologi, melainkan pendidikan agama, filsafat, ilmu, seni, dan budaya.

Berkaitan dengan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan agama merupakan salah satu mata pelajaran yang diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan bagi tujuan pendidikan nasional yaitu dalam hal membentukan manusia yang bertaqwa dan berbudi pekerti luhur. Dengan demikian diperlukan suatu perpaduan antara pendidikan yang memuat materi pelajaran secara umum dengan materi yang tentang dalam mata pelajaran pendidikan agama islam.

Depdiknas (2001:8) dalam (FIP-UPI, 2009:2) menyatakan bahwa pendidikan agama islam (PAI) adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlaq mulia dalam menjalankan ajaran agama islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan serta penggunaan pengalaman.

E. SK dan KD PAI Kelas VIII Semester 1

(69)

52 Tabel 2.1

SK dan KD PAI Kelas VIII Semester 1

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR Hukum Bacaan Qalqalah

dan Ra

1. Menerapkan hukum bacaan qalqalah lam dan ra.

1.1 Menjelaskan hukum bacaan qalqalah lam dan ra.

1.2 Menerapkan hukum bacaan qalqalah dan ra dalam bacaan surat-surat Alquran dengan benar.

Iman kepada Kitab-Kitab Allah

2. Meningkatkan keimanan kepada kitab-kitab Allah

2.1 Menjelaskan pengertian beriman kepada kitab-kitab Allah.

2.2 Menyebutkan nama-nama kitab Allah yang diturunkan kepada Rasul.

Zuhud dan Tawakal

3. Membiasakan perilaku

terpuji 3.1 Menjelaskan pengertian zuhud

dan tawakal

3.2 Menampilkan contoh perilaku zuhud dan tawakal.

3.3 Membiasakan perilaku zuhud dan tawakal dalam kehidupan sehari-hari

Ananiyah, Gadab, Hasad, Gibah, dan Namimah

4. Menghindari perilaku tercela.

4.1 Menjelaskan pengertian ananiyah, gadab, hasad, gibah dan namimah.

4.2 Menyebutkan contoh-contoh perilaku ananiyah, gadab, hasad, gibah dan namimah. 4.3 Menghindari perilaku ananiyah,

gadab, hasad, gibah dan namimah dalam kehidupan sehari-hari.

Sholat Sunat Rawatib

5. Mengenal tatacara

(70)

53 5.2 Mempratikkan shalat sunat

rawatib.

Macam-macam Sujud

6. Memahami macam-macam

sujud 6.1 Menjelaskan pengertian sujud

syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah.

6.2 Menjelaskan tatacara sujud syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah.

6.3 Mempratikkan sujud syukur, sujud sahwi dan sujud tilawah.

Puasa

7. Memahami tatacara puasa 7.1 Menjelaskan ketentuan puasa wajib.

7.2 Mempratikkan puasa wajib. 7.3 Menjelaskan ketentuan puasa

sunah senin kamis, syawal dan arafah.

7.4 Mempratikkan puasa sunah senin kamis, syawal dan arafah.

Zakat

8. Memahami Zakat 8.1 Menjelaskan pengertian zakat fitrah dan zakat mal.

8.2 Membedakan antara zakat fitrah dan zakat mal.

8.3 Menjelaskan orang yang berhak menerima zakat fitrah dan zakat mal.

(71)

54

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Sudirman yang merupakan salah satu SMP Swasta di Kabupaten Boyolali. Lembaga ini telah teruji dengan akreditasi B. Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Ampel. Letaknya strategis sehingga SMP Islam Sudirman menjadi pilihan bagi masyarakat untuk menjadi tempat bagi anak mereka untuk mengenyam pendidikan.

2. Sejarah Berdirinya

Sejarah berdirinya Sekolah Menengah Pertama Islam Sudirman Ampel. Pada tahun 1999 di bawah naungan Yayasan Islam Sudirman. Dan pada tahun ajaran 2008 mendapat Akreditasi B dari Badan Akreditasi Nasional.

(72)

55

3. Visi dan Misi SMP Islam Sudirman Ampel a. Visi

“Berprestasi Dalam Akademik, Luhur Dalam Budi dan Bertaqwa

Kepada Allah”

Indikator Visi

1) Terwujudnya peningkatan pengembangan kurikulum.

2) Terwujudnya peningkatan sumber daya pendidik dan pendidikan.

3) Terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, efisien, dinamis dan inovatif.

4) Terwujudnya keseimbangan prestasi iptek dan imtaq.

5) Terwujudnya pribadi yang santun, berbudi luhur dan cinta tanah air.

b. Misi

1) Melaksanakan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2) Melaksanakan pengembangan kurikulum.

3) Melaksanakan pengembangan kompetensi TU dan tenaga kependidikan lainnya.

4) Melaksanakan pengembangan kompetensi dasar.

(73)

56 6) Melaksanakan pengembangan dan peningkatan standar

ketuntasan dan standar kelulusan.

4. Tenaga Pendidik

Pada saat penelitian ini dilakukan, jumlah staff pegawai di SMP Islam Sudirman Ampel terdiri dari Kepala Sekolah, kepala tata usaha, Waka. Sek. Kurikulum dan Sarpras, Waka. Sek. Kesiswaan dan Humas, kemudian seksi-seksi sebagai berikut, seksi kurikulum, seksi sarpras, seksi kesiswaan, seksi humas, seksi tata usaha dan wali kelas, Kep. Lab, Kep. Perpus, Seluruh guru Mapel dan guru BK.

Untuk mengetahui keadaan guru, karyawan, tenaga kebersihan dan tenaga keamanan secara keseluruhan, berikut ini akan penulis sajikan table keadaan guru di SMP Islam Sudirman Ampel tahun ajaran 2015/2016.

Tabel 3.1

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. b) Guru melakukan tanya jawab materi yang akan disampaikan. c) Guru menyampaikan materi menulis puisi pada

Prosiding ini terdiri dari 39 makalah yang berupa hasil kajian ataupun hasil penelitian pendidikan yang terkait dengan pembelajaran aktif dan/atau pengembangan

Tumbuhan Artocarpus juga menghasilkan senyawa-senyawa turunan piranoflavon, senyawa jenis ini dihasilkan dari siklisasi antara gugus hidroksil pada posisi C-2’ di cincin B

Lewat karyanya yang berjudul The Peasants‟ Revolt of Banten in 1888 , 11 Sartono bahkan mendefinisikan secara lebih sempit lagi dengan batasan bahwa sejarah

Jl.. ketinggian manakah metode yang dianggap lebih akurat tersebut efektif perhitungannya. Efisiensi perencanaan gedung ini akan dibandingkan melalui indikator biaya.

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah

Jika tidak ada perjanjian khusus menyangkut pembagian laba dan rugi, semua sekutu akan membaginya secara rata tanpa memandang investasi yang dilakukan atau waktu yang dicurahkan

Hasil yang digunakan untuk presentasi berupa Game Centeng Robot (Level 1) dengan Robot sebagai karakter utama menembaki pesawat musuh. Selanjutnya jika robot tertabrak oleh