• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI TOLERANSI DALAM BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI (Studi Komparasi Agama Islam dan Agama Kristen Tingkat SMP) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS NILAI TOLERANSI DALAM BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI (Studi Komparasi Agama Islam dan Agama Kristen Tingkat SMP) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
218
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NILAI TOLERANSI

DALAM BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI (Studi Komparasi Agama Islam dan Agama Kristen Tingkat SMP)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh: KHOIRUL ALFANI

NIM 111-14-171

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)

ANALISIS NILAI TOLERANSI

DALAM BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI (Studi Komparasi Agama Islam dan Agama Kristen Tingkat SMP)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh: KHOIRUL ALFANI

NIM 111-14-171

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

Mendengarlah dengan telinga yang toleran, melihatlah melalui

mata belas kasihan, berbicaralah dengan bahasa cinta.

Jalaludin Rumi-











































(8)

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

1. Ibu Rohmatun dan Bapak Khoiri tercinta yang telah mendidik, membimbing, memberikan kasih sayang dan doanya. Terimakasih atas segala pengorbanan dan kerja keras kalian dalam membesarkanku, sejak dalam kandungan hingga kini tumbuh menjadi dewasa.

2. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. yang senantiasa sabar memberikan koreksi dan pengarahan hingga terselesaikannya penulisan Skripsi ini

3. Kakakku terkasih, Sri wahyuni yang selalu berbagi cerita, canda dan tawa dikala pikiran jenuh.

4. Bapak/Ibu guru SMP N 8 Salatiga yang telah mendukung dan memberikan fasilitas dalam bentuk buku-buku “Pendidikan Agama dan Budi Pekerti”. 5. Sahabatku-Sahabatku yang senantiasa memberikan masukan, saran, kritik dan

motivasi untuk terus berkarya.

6. Teman-teman Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga yang telah memberikan semangat dan senantiasa mendukung setiap usaha yang saya lakukan.

7. Teman-teman posko 5 KKN IAIN Salatiga Tahun 2018 yang telah memberikan semangat dan motivasi.

8. Teman-Teman PPL IAIN Salatiga di SMP N 8 Salatiga yang membantu mengumpulkan buku-buku “Pendidikan Agama dan Budi Pekerti”

9. Teman-Teman Dewan Kerja Cabang Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega Kota Salatiga

(9)

KATA PENGANTAR ميح ّرلا نمح ّرلا لله مسب

Puji Syukur kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Toleransi dalam Buku Pendidikan Agama

dan Budi Pekerti (Studi Komparasi Agama Islam dan Agama Kristen Tingkat SMP)”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada insan mulia nan agung Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabat dan para umatnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah terbatas sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangat membantu terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 4. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi. 5. Bapak Dr. Fatchurrohman, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik. 6. Bapak Dr. Mukti Ali, M. Hum selaku Pembina Racana 02.237

(10)

8. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu kepada penulis.

9. Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara tercinta yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10. Rekan-rekan seperjuangan yang acapkali saling mendukung, mendoakan, dan senantiasa menemani perjuangan jihad di kampus.

11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil dalam penulisan skripsi.

Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga Allah Swt. senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 9 Maret 2018

(11)

ABSTRAK

KHOIRUL ALFANI, 2018. Analisis Nilai Toleransi dalam Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti (Studi Komparasi Agama Islam dan Agama Kristen Tingkat SMP). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Progam Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Imam Sutomo, M.Ag.

Kata Kunci : Nilai Toleransi, Pendidikan Agama Islam dan Kristen

Pendidikan Agama bertujuan untuk mewujudkan manusia yang berkarakter, salah satu karakter yang diwujudkan adalah toleransi. Toleransi menjadi salah satu solusi dalam menyikapi kemajemukan, pluralisme dan perbedaan. Nilai toleransi dimungkinkan dapat ditemukan dalam buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap nilai toleransi dalam buku “Pendidikan Agama dan Budi Pekerti” tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), kemudian melakukan komparasi terhadap kedua buku tersebut.

Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan atau library research

dengan metode content analysis (analisis isi). Penyajian datanya dalam bentuk deskripsi dan tabel supaya mudah dipahami oleh para pembaca.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... II HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... III HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... IV HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... V MOTTO ... VI PESERSEMBAHAN ... VII KATA PENGANTAR ... VIII ABSTRAK ... X DAFTAR ISI ... XI DAFTAR GAMBAR ... XIII DAFTAR TABEL ... XIV

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Ruang Lingkup Penelitian... ... 10

F. Penelitian Terdahulu... ... 11

G. Penegasan Istilah ... 13

H. Metodologi Penelitian... 16

I. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Analisis Nilai Toleransi ... 20

(13)

BAB III PROFIL BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI

A. Identitas Buku ... 58

B. Latar Belakang dan Tujuan Penyusunan Buku ... 65

C. Konten Materi ... 68

1. Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VII ... 68

2. Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VIII ... 76

3. Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas IX ... 84

4. Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VII ... 92

5. Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VIII ... 96

6. Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas IX ... 104

BAB IV PEMBAHASAN A. Nilai Toleransi buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti ... 114

1. Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Kelas VII... ... 114

2. Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Kelas VIII... .. 129

3. Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Kelas IX... ... 142

B. Komparasi Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti ... 179

1. Aspek Positif Buku PAI dan Budi Pekerti... 179

2. Aspek Positif Buku PAK dan Budi Pekerti ... 183

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 185

B. Saran ... 186

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I : Cover Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VII... 59

Gambar II : Cover Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VIII ... 60

Gambar III : Cover Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas IX ... 61

Gambar IV : Cover Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VII ... 62

Gambar V : Cover Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VIII ... 63

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Identitas Buku PAI dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII... 58 Tabel 3.2 : Identitas Buku PAI dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII... 60 Tabel 3.3 : Identitas Buku PAI dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas IX... 61 Tabel 3.4 : Identitas Buku PAK dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII... 62 Tabel 3.5 : Identitas Buku PAK dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII... 63 Tabel 3.6 : Identitas Buku PAK dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas IX... 64 Tabel 3.7 : Sebaran Materi Buku PAI dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII... 68 Tabel 3.8 : Sebaran Materi Buku PAI dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII... 76 Tabel 3.9 : Sebaran Materi Buku PAI dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas IX... 84 Tabel 3.10 : Sebaran Materi Buku PAK dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII... 92 Tabel 3.11 : Sebaran Materi Buku PAK dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII... 96 Tabel 3.12 : Sebaran Materi Buku PAK dan Budi Pekerti

(16)

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII ... 114 Tabel 4.2 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII... 129

Tabel 4.3 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keberagaman atau kemajemukan merupakan suatu takdir dan kehendak Allah SWT yang menjadi sebuah tanda kebesaran akan kekuasaan-Nya. Allah SWT menciptakan manusia dalam beraneka ragam suku, ras, warna kulit dan bahasa agar manusia saling mengenal dan memahami satu sama lain sebagai wujud manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup sendiri karena pada hakikatnya manusia satu dengan manusia yang lain saling membutuhkan, manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga perlu adanya sikap sosial yang harus dimiliki oleh setiap manusia, merasa saling membutuhkan dan saling melengkapi satu sama lain.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al Hujurat ayat 13 :



13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

(18)

satu sama lain. Berbeda bangsa maka berbeda pula bahasanya, dan berbeda suku berarti berbeda pula budaya adat istiadatnya.

Indonesia merupakan salah satu dari sekian negara di dunia yang memiliki kemajemukan atau keberagaman sangat kompleks. Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2010 Indonesia terdiri dari 1.300 suku, 2.500 bahasa, 6 agama dan masih banyak lagi kebaragaman yang ada di Indonesia (Na’im dan Syaputra, 2010: 8). Pada sensus tahun 2000, religious demography di Indonesia menunjukkan 213 juta jiwa penganut agama yang berbeda dengan komposisi 88.2% pemeluk Islam, 5.9% Kristen, 3.1% Katolik, 1.8% Hindu, 0.8% Buddha, dan 0.2% agama serta kepercayaan lainnya. Pada Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2005 juga masih menunjukkan angka yang hampir sama, yaitu pemeluk Islam (88.58%), Kristen (5.79%), Katolik (3.08%), Hindu (1.73%), Buddha (0.60%), Khonghucu (0.10%), dan lainnya (0.12%) (Bahari, 2010: 2). Data diatas merupakan sebuah informasi yang menunjukan salah satu keberagaman yang ada di Indonesia dalam kehidupan beragama. Keberagaman tersebut tertuang dalam salah satu filosofi bangsa Indonesia yang juga merupakan salah satu dari keempat pilar kebangsaan yaitu

(19)

Keberagaman atau kemajemukan bagaikan mata pisau yang memiliki dua sisi, di satu sisi memiliki nilai positif dan di sisi lain memiliki sisi negatif. Nilai positif kemajemukan dan keberagaman yaitu menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai satu sama lain serta menunjukan suatu kekayaan dalam keberanekaragaman, namun keberagaman akan memiliki nilai negatif jika antara satu sama lain saling mengakui dirinya yang paling baik dan paling benar, serta menunjukan sikap eksklusivisme yang berlebihan. Sikap tersebut akan memunculkan perpecahan dan konflik antara satu sama lain dan pada akhirnya ukhuwah

tidak akan bisa tercapai.

Harun Yahya (2003: 14), dalam bukunya yang berjudul Justice and

Tolerance In The Qur’an mengemukakan bahwa:

In the 20th century, Hitler's annihilation of millions of people solely because he deemed the Aryan race superior to other races is a good example of this. In our day, too, there are people being subjected to cruel and unjust treatment because of the colour of their skin or their race. In the United States and South Africa, black people were for many years treated as second-class citizens, and savage conflicts raged in many Asian and African countries simply because of racial differences.

(20)

Konflik bernuansa agama di Ambon misalnya, memperlihatkan bahwa Universitas Pattimura menjadi basis perlawanan kalangan Kristiani. Wilayah kampus tersegregasi antara mahasiswa dari kalangan Kristen dan dari kalangan Islam. Di sana para mahasiswa Kristiani menggalang kekuatan dan turut terlibat secara aktif dalam konflik bernuansa agama tersebut. Di Fakultas Teknik, dengan memanfaatkan peralatan yang ada membuat senjata-senjata rakitan, anak panah, dan tombak bermata besi. Sikap serupa dilakukan pula oleh para mahasiswa muslim di STAIN Ambon atau mereka yang terlibat dalam organisasi kemahasiswaan, sebagaimana dituturkan Abu Bakar Riri, mantan aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang belakangan menjadi aktivis rekonsiliasi

Gerakan Baku BaeMaluku (Bahari, 2010: 5-6).

Dari studi kasus di atas menunjukan bahwa sikap toleransi memiliki nilai yang sangat penting, dengan adanya toleransi maka keberagaman dan kemajemukan mampu memberikan dampak positif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara normatif, tidak satupun agama yang mendorong penganutnya untuk melakukan kekerasan terhadap agama dan kebudayaan lain. Namun secara historis-faktual, banyak dijumpai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh manusia dengan justifikasi agama (Nugroho, 2016: 183). Colin Machleod dalam Michael A. Petters (2010: 5), “Toleration is supposed to help

manage such disputes by delineating the degree and manner in which both

(21)

commitments and practices whose value is strongly contested by some

citizens.” Dari pendapat Colin Machleod toleransi diharapkan dapat

mengatur hubungan antara individu dan individu kelompok, dalam konteks perselisihan evaluatif yang cukup signifikan tentang praktik, komitmen, kepercayaan yang dipegang orang lain, secara umum toleransi menjadi salah satu media untuk menyikapi sebuah perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap individu agar perbedaan tersebut menjadi sebuah kekayaan dalam keberanekaragaman dan bernilai positif.

Ahmad dan Sumyati (2015:170), “bahwa toleransi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah tasamuh. Secara bahasa toleransi berarti tenggang rasa. Sedangkan secara istilah toleransi adalah sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan antar sesama manusia.” Dari pernyataan Ahmad dan Sumyati dapat diketahui bahwa toleransi dalam istilah bahasa Arab dikenal dengan istilah tasamuh, secara bahasa toleransi memiliki pengertian tenggang rasa atau saling menghormati dan menghargai atau saling membiarkan satu sama lain. Sedangkan secara istilah toleransi memiliki arti suatu sikap menghargai atau menghormati segala bentuk perbedaan yang ada, baik dalam berbeda suku, berbeda bahasa dan berbeda pula agama antar satu orang dengan orang lain.

(22)

sikap menghargai dalam berbagai macam perbedaan, perbedaan bahasa, suku, ras dan salah satunya adalah dalam hal beragama. Toleransi beragama mengharuskan setiap pemeluk agama memiliki sikap menghargai dan saling tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain, baik dalam praktik ibadah maupun muamalah. Toleransi beragama tentu memiliki sebuah batasan-batasan karena pada dasarnya setiap pemeluk agama memiliki sikap fanatik atau menganggap bahwa agama yang dianutnya adalah agama yang paling benar. Dengan adanya batasan tersebut seorang pemeluk agama akan terhindar dari paham liberalisme dalam memahami dan memaknai sebuah agama. Sikap toleransi hendaknya harus diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat secara luas tidak hanya dalam hal beragama.

(23)

Penanaman sikap toleransi di sekolah dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar dalam berbagai macam mata pelajaran, mulai dari mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial, mata pelajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran agama dan budi pekerti serta masih banyak mata pelajaran yang lain. Pendidikan agama dan budi pekerti merupakan satu dari sekian mata pelajaran yang di dalamnya terdapat nilai-nilai toleransi yang ditanamkan kepada siswa. Salah satu penanaman tersebut melalui buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, buku ajar merupakan sumber belajar bagi siswa dalam sebuah mata pelajaran, tidak hanya sebagai sumber belajar namun juga menjadi sebuah media serta alat yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar.

Dari latar belakang masalah tersebut penulis ingin menganalisis dan mengkaji serta meneliti lebih jauh tentang nilai toleransi dalam buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dalam penelitian yang berjudul “Analisis Nilai Toleransi Dalam Buku Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti (Studi Komparasi Agama Islam dan Agama Kristen Tingkat SMP)”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas yaitu :

(24)

2. Bagaimana analisis nilai toleransi yang ada dalam buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum 2013?

3. Bagaimana komparasi antara nilai toleransi dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan nilai toleransi dalam buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Tingkat SMP Kurikulum 2013?

C. Tujuan Penelitian

Sebuah peneletian tentu harus memiliki suatu tujuan, agar memberikan hasil dan memberikan dampak yang positif dalam bidang keilmuan. Tujuan dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui analisis nilai toleransi yang ada dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum 2013.

2. Untuk mengetahui analisis nilai toleransi yang ada dalam buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum 2013.

(25)

D. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian dikatakan bermakna apabila memiliki sebuah manfaat. Agar penelitian tersebut bisa memberikan dampak positif terhadap perkembagan keilmuan yang ada. Manfaat tersebut bisa secara teoretis maupun praktis. adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu

1. Secara teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menemukan dan menampilkan analisis nilai toleransi yang terkandung dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Tingkat SMP Kurikulum 2013.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menunjukan suatu komparasi antara nilai toleransi dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Tingkat SMP Kurikulum 2013.

2. Secara Praktis

(26)

b. Hasil penenlitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan rekomendasi, agar pendidik, penulis dan penerbit buku serta praktisi di dunia pendidikan untuk lebih selektif dan lebih dalam menganalisis kandungan nilai-nilai karakter yang ada dalam buku ajar

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar pembahasan dalam sebuah penelitian tidak melebar jauh dari topik penelitian, maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan atau pembatasan masalah yang akan dibahas dalam penulisan laporan skripsi ini, yaitu :

1. Nilai-nilai yang dimaksud disini adalah nilai toleransi dalam buku ajar.

2. Buku ajar yang dikaji dan dianalisis adalah buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti tingkat SMP kurikulum 2013 yang banyak dijadikan pegangan oleh para pendidik atau guru.

3. Buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti yang dianalisis adalah buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP kurikulum 2013.

(27)

Islam dan Budi Pekerti dan buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti.

F. Penelitian Terdahulu

Tinjauan terhadap penelitian terdahulu penting untuk dilakukan, agar penelitian memiliki perbedaan sekaligus pengembangan. Penulis menyadari bahwa topik analisis buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum 2013 bukan merupakan topik penelitian yang baru, namun sudah ada beberapa orang yang melakukan penelitian terhadap buku ajar tersebut.

Seiring perkembangan keilmuan yang ada sehingga masih perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, terutama dalam konteks analisis nilai toleransi dan adanya kajian komparasi antara kedua buku ajar yaitu buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti. Dalam perkembangan keilmuan dan dunia penelitian ada beberapa orang yang sudah melakukan penelitian tentang buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, yaitu :

a) Skripsi yang ditulis oleh Zeni Hafidhotun Nisa’ dengan judul “Analisis Isi Buku Teks Pendidikan Agama Islam Untuk SMA:

(28)

terdapat bias gender di dalamnya. Lebih lanjut, Zeni menguraikan bentuk-bentuk kesetaraan gender dan bias gender dalam buku ajar tersebut sekaligus menghitung frekwensinya.

Dalam hal ini, Zeni lebih memfokuskan kajiannya pada wacana kesetaraan gender, sedangkan penulis disini menjadikan nilai toleransi sebagai fokus penelitian yang akan dilakukan.

b) Skripsi Rina Hanipah Muslimah dengan judul “Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Dalam Teks Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam SMA Kelas X”. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa

dalam buku ajar PAI untuk SMA kelas X karya Syamsuri mengandung pendidikan multikultural yang signifikan di dalamnya. Meski sama-sama meneliti buku ajaran PAI, buku ajar yang digunakan Rina berbeda dengan buku yang diteliti penulis. Selain itu Rina lebih memfokuskan pada aspek pendidikan multikultural, sementara penulis memfokuskan pada aspek nilai toleransi dalam penelitiannya.

c) Nikmatus Solikhah dalam skripsinya di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang berjudul “Analisis Buku Teks Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas VII SMPN 13 Malang”, menganalisis secara khusus isi

(29)

berbeda dengan objek yang dikaji penulis. Selain itu Nikmatus, lebih menekankan penelitiannya pada aspek kualitas isi buku sedangkan penulis menekankan penelitiannya pada aspek nilai toleransi dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Agama Kristen sehingga muncul suatu perbandingan antara keduanya.

Dari beberapa penelitian di atas dapat diketahui bahwa penelitian yang sudah dilakukan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta memiliki urgensi dalam dunia pendidikan. penelitian yang akan peneliti lakukan adalah tidak hanya terbatas pada analisis sebuah buku, namun juga membandingkan antara kedua buku yang berbeda dalam konteks agama, yaitu agama Islam dan agama Kristen sehingga perlu adanya penelitian yang serius dalam penelitian tersebut agar mampu memberikan hasil yang maksimal dan memberikan dampak positif terhadap khasanah keilmuan dan penelitian ilmiah. G. Penegasan Istilah

1. Analisis Nilai Toleransi

(30)

(2015:110) menyatakan bahwa toleransi diartikan sebagai sikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.

Dari uraian tentang arti analisis, nilai dan toleransi dapat disimpulkan bahwa analisis nilai toleransi adalah suatu penyelidikan atau penguraian suatu pokok peristiwa atau karangan tentang nilai toleransi, sedangkan nilai toleransi adalah makna yang menunjukan sikap, perbuatan dan perilaku yang baik dengan cara saling menghargai, menghormati, membiarkan dan membolehkan orang lain memiliki sebuah keyakinan, kepercayaan, prinsip atau pendapat lain yang berbeda dengan diri sendiri.

2. Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti adalah buku pegangan atau sumber belajar yang digunakan dalam proses Pembelajaran Agama dan Budi Pekerti yang disusun oleh praktisi-praktisi atau pakar-pakar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, serta diterbitkan oleh instansi formal dan disebarluaskan guna menunjang pelaksanaan proses Pembelajaran Agama dan Budi Pekerti.

3. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

(31)

merupakan salah satu sarana membentuk karakter religius pada peserta didik. Menurut Zakiyah Daradjat (1975:97), “secara ringkas arti luas Pendidikan Agama dan Budi Pekerti adalah dimulai dari keluarga, dilanjutkan di sekolah dan dikembangkan dalam masyarakat.” Dari

pernyataan Zakiyah Daradjat di atas dapat disimpulkan bahwa arti luas Pendidikan Agama adalah dimulai dari keluarga, keluarga merupakan madrasah pertama bagi anak, tempat membangun pondasi atau dasar kepribadian bagi anak, kemudian dilanjutkan di sekolah, ketepatan orang tua dalam memilih lembaga pendidikan bagi anak akan membawa pengaruh besar terhadap perkembangan anak, dan dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

4. Kurikulum 2013

(32)

Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan data, mengasosiasi atau menalar dan mengkomunikasikan (Majid dan Rochman, 2014: 2). Dari kutipan tersebut dijelaskan bahwa penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik yang meliputi kegiatan 5 M dalam proses pembelajaran. 5 M tersebut yaitu mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan data, mengeksplorasi dan mengkomunikasikan.

H. Metodelogi Penelitian 1. Jenis Penelitan

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan

(Library Research), Menurut Zed (2004:89), “Library Research adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber literatur perpustakaan. Objek penelitian yang digali lewat beragam informasi kepustakaan berupa buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah dan dokumen.” Peneliti menggunakan jenis penelitian

(33)

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

a) Sumber data Primer

Sumber data primer adalah sumber data utama yang akan dikaji dalam penelitian ini. Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu buku-buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti baik buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum 2013 mulai dari kelas 7 sampai kelas 9 yang banyak dijadikan pegangan oleh pendidik atau guru mata pelajaran tersebut.

b) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung dari sumber data primer, sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu buku-buku yang terkait dan dapat dijadikan referensi oleh peneliti dalam penyusunan skripsi, yaitu buku tentang toleransi beragama, tentang pendidikan dan buku-buku yang lain yang relevan dengan topik penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data

(34)

kabar, majalah dan lain sebagainya. Selain itu peneliti juga menggunakan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen agenda dan lain sebagainya (Suharsimi, 2002:231). Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan langkah-langkah berikut:

a) Peneliti mengumpulkan buku-buku dan sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian tersebut.

b) Peneliti membaca buku-buku dan sumber-sumber informasi terkait dengan penelitian.

c) Peneliti mempelajari, mengkaji dan memahami kajian-kajian yang ada dalam sumber data baik primer maupun sekunder.

d) Peneliti menganalisis, mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sumber-sumber data baik primer maupun sekunder.

4. Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis tentang nilai toleransi dalam buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum 2013 peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

a) Analisis Isi (Content Analsis).

(35)

akan menelaah secara sistematis buku-buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti serta buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum 2013 sebagai sumber data primer, serta buku-buku lain yang relevan sebagai sumber data sekunder.

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyusunan penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu:

1. BAB I :Berisi pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

2. BAB II :Berisi kajian pustaka yang terdiri atas tinjauan tentang analisis nilai toleransi dan pendidikan agama dan budi pekerti.

3. BAB III :Berisi tentang profil buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP kurikulum 2013.

4. BAB IV : Berisi tentang analisis nilai toleransi dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti untuk SMP Kurikulum 2013.Pada bab ini akan dipaparkan analisis cakupan nilai toleransi dan komparasi atau perbandingan antara kedua buku ajar tersebut.

(36)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Analisis Nilai Toleransi

Sebelum membahas lebih jauh tentang analisis nilai toleransi secara mendalam, penulis akan terlebih dahulu membahas tentang makna analisis, nilai dan toleransi.

1. Pengertian Analisis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2007: 43) kata “analisis” memiliki arti penyelidikan terhadap suatu peristiwa

(karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya). Analisis juga memiliki arti penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

Dari uraian kamus di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa analisis berasal dari kata “analisa”, sedangkan kata “analisis” memiliki

(37)

2. Pengertian Nilai

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2007: 783) kata “nilai” memiliki arti harga, harga uang, angka kepandaian, banyak sedikitnya isi, sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan, sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya. Istilah nilai juga banyak digunakan dalam dunia pendidikan, dalam dunia pendidikan nilai cenderung diartikan sebagai sebuah angka atau huruf yang merupakan hasil dari sebuah proses pembelajaran.

Dari kutipan kamus di atas dapat diketahui bahwa nilai dalam bahasa Indonesia memiliki arti suatu harga, harga uang, angka kepandaian, kadar atau banyak sedikitnya isi, sifat-sifat (hal-hal) yang penting dan memiliki nilai kegunaan bagi kemanusiaan, makna yang lain yaitu sesuatu hal yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya, dalam konteks penelitian ini maka makna nilai yang relevan dengan istilah toleransi adalah nilai merupakan sifat-sifat (hal-hal) yang penting dan berguna bagi kemanusiaan atau bagi banyak orang.

3. Pengertian Toleransi

(38)

yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Toleransi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga bermakna sifat atau sikap toleran, batas ukur atau penambahan pengurangan yang masih diperbolehkan. Dalam The American Heritage Dictionary of The English Language,

kata“toleransi” secara etimologis “The Capacity for or the practice of recognizing and respecting the belief or practice of others”. Yang artinya

kemampuan atau kebiasaan mengakui dan menghormati kepercayaan, atau kebiasaan dari orang lain.

Voltaire dalam Susan Mendus (2001: 6), dalam buku yang berjudul On Toleration mengemukakan bahwa :

Tolerantion is a neccessary consequence of our being human. we are all products of frailty fallible and prone to error. so let us mutuallypardon each other's follies. This is the first principle of all human rights. the recognition that we are all fallible, all frail and liable to error, when coupled with the belief that rational discussion may help us to correct our mistakes and approach nearer to the truth, generates a presumption in favour of toleration. on this account, refusal to tolerate is a from intellectual arrogance, a blindness to the possibility that i may be wrong and you my be right.

(39)

dilakukan mendekati kebenaran, menghasilkan suatu anggapan yang mendukung adanya toleransi. Pada anggapan ini penolakan terhadap sikap toleransi adalah dari arogansi intelektual, suatu kebutuhan pendapat bahwa bisa jadi saya salah dan anda benar.

Michael Jinkin (2004: 175) dalam buku yang berjudul .Christianity, Tolerance, and Pluralism:a theological engangement with

Isaiah Berlin’s sosial theory, mengemukakan bahwa :

Toleration is an expression of modern liberalism, which

‘embodied’, Gray writes, ‘two incompatible philosophies’. From one perspective, ‘liberal toleration is the ideal of a rational consensus on the best way of life. From the other, it is the belief

that human beings can flourish in many ways of life’.35

Contemporary Western civilization owes an inestimable debt to the traditions of liberal democracy which gave us a society that values more the toleration than the suppression of ideas, a society that, through its relative tolerance, has engendered a considerable diversity of cultural, artistic, social and political expressions that enrich our common life.

(40)

politik yang memperkaya kehidupan kita bersama. Toleransi juga merupakan istilah dalam konteks sosial, budaya, dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya deskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda dan tidak diterima oleh mayoritas atau kelompok terbanyak dalam masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, yaitu masyarakat mayoritas dalam suatu masyarakat mengijinkan keberadaan agama-agama lain. tidak hanya mengijinkan, tetapi juga menghargai setiap kegiatan dan pelaksanaan peribadatan agama lain (Suleeman dan Sumiyatiningsih, 2015:110-111).

Toleransi (Tasamuh) berarti sikap membolehkan atau membiarkan ketidaksepakatan dan tidak menolak pendapat, sikap, ataupun gaya hidup yang berbeda dengan diri sendiri(Niam,2014:182). Menurut Cak Nur (1999:64) menegaskan bahwa:

Pada dasarnya toleransi merupakan persoalan ajaran dan kewajiban melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan adanya tata cara pergaulan yang “enak” antara berbagai kelompok yang berbeda-beda, maka hasil itu harus dipahami sebagai “hikmah” atau “manfaat” dari pelaksanaan suara ajaran yang benar. Hikmah atau manfaat itu adalah sekunder nilainya, sedangkan yang primer adalah ajaran yang benar itu. Maka sebagai yang sekunder itu toleransi harus kita laksanakan dan wujudkan dalam masyarakat, sekalipun untuk kelompok tertentu-bisa jadi untuk diri kita sendiri. pelaksanaan toleransi secara konsekuen itu mungkin tidak menghasilkan sesuatu yang “enak”.

(41)

hanya sebatas mengijinkan namun juga menghargai menghormati suatu amalan ibadah atau praktek peribadatan agama lain.

Suleeman dan Sumiyatiningsih, (2015:111), toleransi beragama dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Toleransi negatif adalah sikap yang tidak menghargai dan menolak isi ajaran dan pandangan agama dan keyakinan lain, serta tidak menerima penganutnya tetapi membiarkan saja, karena menguntungkan (misal dari segi keamanan dan ketentraman) atau karena sikap acuh tak acuh terhadap agama.

b. Toleransi positif adalah sikap yang menolak isi ajaran dan pandangan agama dan keyakinan lain, namun menerima atau menghargai para penganutnya.

c. Toleransi ekumenis adalah sikap menerima dan menghargai baik isi ajaran agama dan keyakinan lain, pandangan dan para pengikutnya karena pengakuan bahwa di dalamnya ada nilai-nilai kebenaran yang dapat memperkaya dan memperdalam ajaran, pandangan dan kepercayaan diri sendiri.

(42)

perilaku yang tidak menghargai dan menolak keberadaan agama lain dan hanya membiarkan bahkan acuh tak acuh terhadap agama lain, yang kedua toleransi positif yaitu sikap atau sifat yang menolak ajaran atau agama lain namun menerima para penganutnya, yang ketiga yaitu toleransi ekumenis yaitu suatu sifat dan perilaku menerima dan menghargai baik ajaran agama lain dan para penganutnya.

4. Toleransi Perpektif Islam dan Kristen

Kerukunan hidup sangat dimungkinkan karena setiap agama pada dasarnya memiliki prinsip ajaran hidup damai dan rukun. Semua agama menganjurkan kepada para pemeluknya untuk senantiasa hidup damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.

a. Toleransi Perspektif Agama Islam

Agama Islam secara positif mendukung kerukunan hidup bermasyarakat. Sikap kerukunan hidup tertanam dalam setiap pribadi muslim adalah didasarkan atas pelajaran Al-Qur’an dan As-Sunah. Umat Islam sudah terpimpin dengan Al-Qur’an untuk hidup rukun bersama umat agama lain, dan dalam dakwahnya pun orang Islam diberi garis jelas yaitu tidak dibenarkan melakukan paksaan untuk menarik orang yang berlainan agama menjadi penganut Islam (Daradjat, 1996: 143).

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Asy-Syura ayat 15 :

(43)



tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)".

Allah SWT juga berfirman dalam Al-Qur’an Surat AL-Kafirun ayat 1-5:



1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,

2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. 3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.

4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,

5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.

6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

(44)

memberikan nilai-nilai moral serta aqidah-aqidah dalam kehidupan sosial agar seorang muslim memiliki perilaku atau akhlak yang mulia, sehingga tercipta kedamaian dan kerukunan antar sesama manusia.

Umar Hasyim dalam Mukti Ali (2006: 89-90), bahwa segi-segi toleransi yaitu:

1) Mengakui Hak Setiap Orang

Setiap manusia memiliki hak yang sama dengan manusia yang lain. agar setiap hak dari masing-masing individu terjamin, maka dari masing-masing individu tersebut diharapkan adanya saling pemahaman dan sikap toleransi. Hal ini akan terwujud dengan baik jika setiap orang mengakui hak setiap orang lain di dalam menentukan sikap, prinsip, keyakinan, agama dan nasibnya masing-masing.

2) Menghormati Keyakinan Orang Lain

Setiap orang dengan keyakinannya mempunyai klaim masing-masing bahwa apa yang dijalankan dan dianutnya mempunyai kebenaran dan dasar yang nyata. Oleh karena itu antara individu-individu dalam suatu masyarakat diharapkan adanya sikap saling memahami dan menghormati perbedaan keyakinan tersebut.

3) Menghargai dalam Perbedaan

(45)

4) Saling Pengertian

Sikap saling pengertian akan menimbulkan suatu sikap saling menghormati dan saling menghargai satu sama lain sekalipun terdapat perbedaan pandangan atau persepsi. Sikap saling pengertian ini sangat penting karena merupakan inti dari toleransi.

5) Kesadaran dan Kejujuran

Seseorang yang tidak memiliki sikap saling pengertian, tidak jujur pastilah memiliki sifat penggerutu dan mengumpat. Tetapi bagi mereka yang memiliki sikap yang positif pastilah mereka akan menekan perasaannya, kesadaran jiwa menimbulkan kejujuran dan kepolosan sikap laku.

(46)

adanya sebuah eksistensi dari agama, kepercayaan, pendapat , pandangan dan prinsip lain yang berbeda dengan diri sendiri.

b. Toleransi Perspektif Agama Kristen

Kristen Protestan beranggapan bahwa aspek kerukunan hidup beragama dapat diwujudkan melalui hukum kasih sayang yang merupakan norma dan pedoman hidup yang terdapat dalam Al Kitab. Hukum kasih tersebut ialah mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia (Daradjat,1996:139-140). Kristen Protestan menjadikan sikap toleransi atau kerukunan sebagai pedoman dalam beragama yang tertera dalam kitab suci Kristen Protestan. Sikap tolaransi tersebut diwujudkan dalam sebuah kasih. Sikap kasih terbagi menjadi dua yaitu kasih kepada Allah dan kasih kepada manusia, bagian dari kasih kepada manusia adalah dengan sikap toleransi, menghargai dan menghormati terhadap perbedaan antara satu orang dengan orang lain.

Toleransi menurut ajaran Kristen Katolik sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Konsili Vatikan II tentang sikap Gereja terhadap agama-agama bukan Kristen didasarkan asal Kisah Rasul-Rasul 17:26.“Adapun

segala bangsa itu merupakan satu masyarakat, dan asalnyapun satu juga,

karena Allah menjadikan seluruh bangsa manusia untuk menghuni seluruh

bumi.”

(47)

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa toleransi perspektif Kristen dijelaskan dalam sebuah Deklarasi Konsili Vatikan II dan dalam Kitab Suci Kristen, yang menganjurkan kepada setiap orang Kristen untuk senantiasa mengasihi Allah dengan segenap jiwa dan kekuatan yang dimiliki oleh seorang Kristian dan menganjurkan kepada setiap orang Kristen untuk mengasihi sesama manusia sama seperti mengasihi dirinya sendiri. Dan dapat diketahui juga bahwa agama Kristen memeritahkan kepada para pemeluknya untuk menjaga kerukunan antar sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari dengan cara mengimplementasikan sikap kasih dan toleransi terhadap pemeluk agama lain.

B. Tinjauan Tentang Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

(48)

Ahmad D. Marimba (1987:19), “pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang bertujuan untuk membina akhlak, perilaku, budi pekerti, agar seorang individu memiliki budi pekerti yang baik.

Dari pernyataan Hasbulah dan Ahmad D Marimba di atas dapat diketahui bahwa pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana dalam membentuk kepribadian manusia seutuhnya jasmani dan rohaninya agar terwujud pribadi yang memiliki perilaku sesuai dengan aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat dan agama. Pendidikan memiliki peran yang penting dalam usaha membentuk pribadi yang unggul. penanaman dan pengimplementasian nilai-nilai luhur dilakukan melalui pendidikan, baik pendidikan formal dan non formal.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Alaq ayat 1-5 yaitu :



1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

(49)

َةَرْ يَرُه يِبَأ ْنَع

َلاَق

ٍلُجَر ْنِم اَم َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا ُلوُسَر َلاَق

ْنَمَو ِةَّنَجْلا َقيِرَط ِهِب ُهَل ُهَّللا َلَّهَس َّلَِّإ اًمْلِع ِهيِف ُبُلْطَي اًقيِرَط ُكُلْسَي

ُهُبَسَن ِهِب ْعِرْسُي ْمَل ُهُلَمَع ِهِب َأَطْبَأ

3643. Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah orang yang meniti jalan untuk menuntut ilmu kecuali Allah akan memudahkan jalannya menuju surga, sedangkan orang yang memperlambat dalam mengamalkannya maka tidak akan cepat mendapatkan nasabnya (keberuntungan). " (Shahih: Muslim)

Dari penjelasan ayat Al-Qur’an dan hadits di atas dapat diketahui bahwa Allah SWT dan Rasulullah memerintahkan kepada setiap muslim untuk menuntut ilmu. Islam adalah agama yang sangat menghormati dan menghargai sebuah ilmu pengetahuan dan pendidikan, dalam hadits di atas dijelaskan bahwa orang yang menuntut ilmu Allah akan memudahkan jalannya menuju surga, hal itu merupakan suatu bukti yang kongkrit bahwa ilmu pengetahuan atau pendidikan memiliki posisi yang sangat penting dalam agama Islam.

Pendidikan ditinjau dari bidang kajiannya memiliki banyak kajian, salah satunya yaitu dalam hal agama, yang disebut dengan Pendidikan Agama.

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dalam Arti Luas

(50)

Pekerti, apa manfaat dari Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan masih banyak lagi yang lain. keberagaman pendapat tentang Pendidikan Agama dan Budi Pekerti disebabkan karena kurangnya pengertian orang tentang Pendidikan Agama dan Budi Pekerti itu sendiri atau kurangnya suatu penghayatan dalam kehidupan beragama. Secara ringkas perbedaan pandangan tentang Pendidikan Agama dan Budi Pekerti disebabkan sikap yang berbeda-beda pada setiap individu terhadap Pendidikan Agama dan Budi Pekerti.

Menurut perhitungan dan penelitian Ahli Jiwa, dikatakan bahwa orang-orang yang pada masa kecilnya tidak mendapat didikan Agama, atau mendapatkannya dengan cara yang tidak sesuai dengan pertumbuhan jiwanya, serta tidak pernah dilatih atau dibiasakan melaksanakan ajaran-ajaran agama, terutama ibadah, maka setelah dewasa mereka tidak akan merasakan kebutuhan terhadap agama. Sehingga sikap mereka terhadap agama, yaitu kadang-kadang menghina dan menyerang orang-orang yang tekun beragama, terutama para pemimpin agama dan ulama-ulamanya (Daradjat, 1975: 92).

(51)

yang besar terhadap perkembangan anak jika dilakukan sejak kecil yaitu dalam lingkungan keluarga yaitu dari kedua orang tuanya. Keluarga memiliki peran yang besar dalam membentuk pola dasar kepribadian anak yang akan menentukan seperti apa kepribadian anak setelah mereka dewasa.

Setelah sang anak masuk masa sekolah, maka sang anak mendapatkan pengalaman yang membantu pembinaan kepribadiannya, salah satunya yaitu pembinaan keagamaan anak. Dalam lingkungan sekolah pengaruh guru sangatlah besar, keyakinan dan kepercayaan agama seorang guru akan terpantul dalam sikap dan perilakunya, sehingga membawa pengaruh besar pada anak. Dengan kondisi ini orang tua haruslah selektif dalam memilih pendidikan bagi anak, agar tidak salah dalam memberikan pendidikan anak. Jika orang tua tidak berhati-hati dalam memilih lembaga pendidikan untuk anak, maka anak akan memperoleh pendidikan dan pembinaan agama yang tidak sesuai dengan diri anak dan harapan orang tua.

(52)

memilih lembaga pendidikan bagi anak akan membawa pengaruh besar terhadap perkembangan anak, dan dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

2. Dasar-Dasar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Sebuah pendidikan haruslah memiliki sebuah dasar sebagai landasan dan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Dasar pelaksanaan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti yaitu :

a. Yuridis

Merupakan dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti yang berasal dari perundang-undangan yang secara langsung atau pun tidak langsung dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan.

Menurut Zuhairini (1983: 21-23), dari segi yuridis dasar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti ada 3 jenis , diantaranya yaitu :

1) Dasar Ideal

(53)

a) Dasar Konstitusional

Yakni dasar dari UUD 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :

1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu.

Agar supaya umat beragama tersebut menunaikan ibadah sesuai ajaran agamanya masing-masing diperlukan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

b) Dasar Operasional

Yang dimaksud dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di sekolah-sekolah, di Indonesia seperti yang disebutkan pada Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pada Pasal 12 ayat 1 poin a yang berbunyi :

1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:

a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama;

(54)

langsung terdapat dalam Undang-Undang tersebut yang tertera dalam pasal 12 ayat 1 poin a.

b. Religius

Yang dimaksud dasar religius dalam uraian ini adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama, menurut Ajaran Islam, bahwa melaksanakan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya.

Dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang menunjukan adanya perintah tersebut, antara lain :

1) Dalam surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi :



dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

2) Dalam surat Ali-Imran ayat 104 yang berbunyi :

(55)

ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.

3) Dalam surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi :



manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Zuhairini,1983:23-24).

Dari ayat-ayat di atas dapat diketahui bahwa dalam ajaran Agama Islam terdapat perintah untuk mendidik Agama dan Budi Pekerti, perintah Allah tersebut terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an yang menjadi dasar dan pedoman hidup bagi umat muslim,

memberikan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti baik terhadap keluarga maupun orang lain sesuai dengan kemampuannya.

c. Sosial Psikologis

(56)

beribadah sesuai dengan ajaran agama. Tanpa adanya Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dari satu generasi ke generasi berikutnya maka orang akan semakin jauh dari agama yang benar (Zuhairini,1983: 25-26).

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa manusia pada hakikatnya akan senantiasa mendekatkan diri dan mengabdi kepada Tuhan dalam rangka menciptakan kedamainan dan ketentraman dalam diri manusia tersebut. Dengan adanya Pendidikan Agama dan Budi Pekerti maka dapat memberikan petunjuk kepada seseorang untuk melakukan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya dengan benar serta mewujudkan generasi yang lebih baik lagi.

3. Kedudukan, Fase dan Tujuan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

a. Kedudukan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling utama, karena Pendidikan Agama dan Budi Pekerti menjamin memperbaiki akhlak anak-anak dan mengangkat mereka kederajat yang tinggi, serta berbahagia dalam hidup dan kehidupannya.

(57)

mendorong mereka untuk memperbuat pekerjaan yang mulia. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti membentuk semua anak-anak tanah airnya menjadi satu kekuatan yang kokoh kuat, tidak goyang oleh badai dan topan, karena kekuatannya bersumber dari perhubungan hati dan pencampuran rohani (Yunus, 1983: 7-8).

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa pendidikan agama dan budi pekerti memiliki kedudukan yang penting, yaitu diantaranya, Pendidikan Agama dan Budi Pekerti menjamin untuk memperbaiki akhlak, perilaku dan budi pekerti anak-anak, Pendidikan Agama dan Budi Pekerti membersihkan hati dan mensucikan jiwa, dan pendidikan agama membentuk semua anak-anak ditanah air ini menjadi kokoh kuat dan tidak mudah terpecah belah oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

b. Fase-Fase Pendidikan Agama dan Budi Peketi

Agama Islam pada khususnya adalah agama fitrah dan agama amalan, agama rohani, dan perasaan, agama logika dan fikiran, agama masyarakat dan peraturan. Mahmud Yunus (1983:9), fase Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu :

(58)

2) Fase Pendidikan Agama dan Budi Pekerti untuk pemuda pemudi

3) Fase Pendidikan Agama dan Budi Pekerti untuk orang dewasa.

c. Tujuan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Mahmud Yunus (1983:13), tujuan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti yaitu sebagai berikut :

1) Menanamkan perasan cinta dan taat kepada Allah dalam hati kanak-kanak, yaitu dengan mengingatkan nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya.

2) Menanamkan ittikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam dada kanak-kanak.

3) Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya mengikuti perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya, baik terhadap Allah maupun terhadap masyarakat, yaitu dengan mengisi hati mereka, supaya takut kepada Allah dan ingin akan pahalanya.

4) Mendidik anak dari kecilnya supaya membiasakan akhlak mulia dan adat kebiasaan yang baik.

5) Memberi petunjuk mereka untuk hidup didunia dan menuju akhirat.

6) Memberikan contoh dan suri teladan yang baik, serta pengajaran dan nasihat-nasihat.

7) Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik, yang berbudi luhur dan berakhlak mulia, serta berpegang teguh pada ajaran agama.

(59)

menjadi mutiara di dalamnya untuk mengajak masyarakat kepada kebijakan.

d. Faktor-Faktor Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

Dalam melaksanakan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti perlu diperhatikan adanya beberapa faktor-faktor yang ikut menentukan keberhasilan sebuah Pendidikan Agama dan Budi Pekerti tersebut.

Zuhairini (1983:28), faktor-faktor Pendidikan Agama dan Budi Pekerti ada lima macam, yaitu :

1) Faktor Anak Didik

Faktor anak didik adalah merupakan salah satu faktor pendidikan yang paling penting, karena tanpa adanya faktor tersebut, maka pendidikan tidak akan berlangsung. Oleh karena itu faktor anak didik tidak dapat digantikan oleh faktor yang lain.

2) Faktor Pendidik

(60)

terhadap pembentukan pribadi yang sesuai ajaran agama, ia bertanggungjawab terhadap Allah SWT.

3) Faktor Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting, karena merupakan arah yang hendak di tuju oleh pendidikan. Demikian pula halnya dalam Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, maka tujuan pendidikan itulah yang hendak dicapai dalam kegiatan atau pelaksanaan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti.

4) Faktor Alat-Alat Pendidikan

Adapun yang dimaksud dengan alat-alat pendidikan yaitu segala sesuatu yang dipergunakan dalam usaha untuk mencapai tujuan dari pada pendidikan. Dengan demikian yang dimaksud alat Pendidikan Agama dan Budi Pekerti yaitu segala sesuatu yang dipakai dalam mencapai tujuan pembelajaran agama.

5) Faktor Lingkungan

(61)

sikapnya, dalam akhlaknya maupun dalam perasaan agamanya. Pengaruh tersebut terutama datang dari teman-teman sebaya dan masyarakat sekitarnya.

e. Kurikulum Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematis atas dasar norma-norma yang berlaku, yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Manab, 2016:118).

Sedangkan Zuhairini (1983:57), istilah kurikulum berasal dari kata “curriculum” yang mempunyai arti “a course of study in aschool or university”. Kurikulum

adalah semua pengetahuan, kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman belajar yang diatur dengan sistematis metodis, yang diterima oleh anak untuk mencapai suatu tujuan.

(62)

tujuan pendidikan. kurikulum juga diartikan proses atau seperangkat kegiatan yang harus dilalui peserta didik untuk mendapatkan ijazah.

Kurikulum Pendidikan Agama dan Budi Pekerti merupakan bahan-bahan pendidikan agama berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti (Zuhairini, 1983:59).

(63)

f. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di SMP

Mahmud Yunus (1983: 71), Pendidikan Agama dan budi Pekerti di Sekolah Menengah Pertama dibagi menjadi sebagai berikut :

1) Keimanan

Sebagaimana asas pengajaran keimanan di Sekolah Dasar ialah membangkitkan semangat dan perasaan halus kanak-kanak, maka di Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini asas ini juga tidak dapat dilepaskan. Jadi perasaan halus murid-murid harus dipergunakan dalam pelajaran keimanan, serta ditambah dan diperkuat dengan ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits -hadits untuk menetapkan ittiqad itu. Pendeknya asas pengajaran keimanan di tingkat ini, selain mempergunakan perasaan juga mempergunakan dalil aqli dan nash agama. Dengan tiga asas itu keimanan murid-murid akan bertambah tebal dan kuat.

2) Ibadat

(64)

Begitu juga diterangkan apa-apa yang membatalkan serta hikmah-hikmanya untuk kehidupan perseorangan dan kebahagiaan masyarakat.

Selain dari pada itu harus diterangkan juga tujuan amal ibadat, yaitu untuk mengingat Allah dan memohonkan hidayat dan taufiq kepada-Nya, supaya selamat dan berbahagai dunia dan akhirat.

3) Akhlak

Materi akhlak ditingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki tujuan yaitu, mendidik murid-murid supaya berlaku sopan santun dan berakhlak mulia, sesuai dengan ajaran agama dan masyarakat, membentuk kepribadian murid-murid sebagai seorang individu sejati dan membiasakan sifat-sifat yang baik dan akhlak yang mulia, sopan santun, halus budi pekerti, adil, sabar, serta menjauhi sifat-sifat buruk. 4) Sejarah

(65)

dijadikan contoh dalam segala perilakunya. Dengan demikian pelajaran sejarah, khususnya sejarah islam, bertujuan untuk pendidikan akhlak, selain mengetahui perkembangan agama Islam seluruh dunia.

5) Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadits-Hadits serta Islam dan Kemasyarakatan

Materi pembelajaran Al-Qur’an dan hadits di Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdiri dari dua macam yaitu, membaca Al-Qur’an dan Tafsir Al -Qur’an. Sedangkan materi Islam dan kemasyarakatan

pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu dimaksudkan agar mengetahui bahwa Islam berhubungan rapat dengan masyarakat dan tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Misalnya musyawarah dalam Islam, Islam dan perdamaian.

g. Pendidikan Agama pada Sekolah Umum

(66)

anak akan mulai bersosialisasi dan berinteraksi dengan banyak orang, dengan teman sebaya dan dengan bapak ibu guru. Dari pergaulan yang kompleks tersebut seorang anak akan dapat menemukan berbagai hal baru diantaranya yaitu kepribadian orang yang berbeda-beda. Dalam kaitanya dengan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, anak akan menemukan teman atau guru yang memiliki kepribadian agama yang baik atau positif dan kepribadian agama yang negatif hal itu semua terbungkus dalam sebuah suasana sekolah.

Dari suasana sekolah yang begitu beragam dan sangat kompleks maka tugas guru agama di sekolah umum sebenarnya cukup berat, guru agama harus menghadapi sikap jiwa bermacam-macam yang dibawa oleh anak dari rumah, di samping dia harus berhadapan dengan guru-guru pengetahuan umum yang beraneka ragam sikapnya terhadap agama. Oleh karena itu syarat pertama yang harus dimiliki oleh guru agama yaitu kepribadian yang mencerminkan ajaran agama yang akan diajarkan kepada murid-muridnya(Daradjat, 1975: 99).

(67)

melaksanakan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dengan cara yang sesuai dengan perkembangan anak. Tidak hanya terbatas dengan cara mengajar yang sesuai dengan perkembangan anak, namun juga isi materi, media pembelajaran dan model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan kepribadian anak.

Zakiah Daradjat (1975:101), guru agama harus dapat memperbaiki kesalahan yang terlanjur dibuat oleh orang tua, di samping menjaga jangan tersalah pula dalam memberikan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di sekolah. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di sekolah umum akan berjalan dengan lancar dan sukses mencapai tujuannya jika suasana sekolah secara keseluruhan membantu dan tidak bertentangan dengan tujuan .

h. Pendidikan Agama pada Sekolah Lanjutan

(68)

1) Guru Agama

Sebagai seorang guru yang akan berhadapan dengan remaja yang sedang mengalami kegoncangan jiwa maka ia harus mengerti betul tentang keadaan remaja itu. Karena dia tidak hanya bertugas memberi pelajaran, namun dalam arti membekali anak didik dengan pengetahuan agama, akan tetapi ia bertugas mendidik dan membina jiwa anak didik yang sedang mengalami berbagai perubahan dan kegoncangan itu, serta membekali mereka dengan pengetahuan agama yang mereka butuhkan.

2) Pemilihan Materi

(69)

3) Metode Pengkajian

Pengkajian Pendidikan Agama dan Budi Pekerti hendaknya memperhatikan keadaan jiwa anak didik yang dihadapi dan menyadari bahwa Pendidikan Agama dan Budi Pekerti bertujuan untuk membina pribadi anak didik, di samping itu perlu diingatkan pula bahwa agama mempunyai segi-segi yang harus dipercayai dan sukar untuk membuktikannya secara langsung, dan satu hal yang tidak boleh dilupakan, adalah bahwa latihan-latihan keagamaan sangat penting agar agama itu betul-betul masuk menjadi bagian dari pribadi anak dan agama itu amaliyah sebelum ilmiyah. Berilah kesempatan kepada anak didik untuk mempunyai pengalaman yang bersifat keagamaan sebanyak mungkin.

(70)
(71)

BAB III

PROFIL BUKU AJAR

PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI

Buku ajar digunakan sebagai sumber belajar oleh peserta didik sesuai dengan mata pelajaran yang ada, pendidik menjadikan buku ajar tidak hanya sebagai sumber belajar namun sebagai pedoman dalam memberikan atau menyampaikan materi, memberikan tugas dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Buku ajar dalam penerapan di sekolah-sekolah dikenal pula dengan sebutan buku teks, buku materi, buku paket, atau buku panduan belajar. Melihat konten atau isi buku teks sama dengan buku ajar. Jadi buku ajar yang dimaksudkan adalah buku teks, buku paket, buku materi.

Dalam Permendiknas Nomor 2 Tahun 2008 Pasal 1 dijelaskan pula bahwa:

Buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.

Gambar

Tabel 3.1 Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi
Tabel 3.2 Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi
Tabel 3.3 Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi
Tabel 3.4 Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi
+7

Referensi

Dokumen terkait

adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. Sedangkan menurut Herjanto

Tepung biji nangka memiliki kandungan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur terutama karbohidrat.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tepung biji nangka

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

7.2 Retry dilakukan atas permintaan dari Tim dan mendapat persetujuan dari wasit lapangan atau keputusan wasit terhadap Tim robot yang melakukan pelanggaran/penalty di

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penambahan asam benzoat dan asam propionat pada edible film protein whey memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0.05) terhadap

menfatwakan sah menikah dengan anak di bawah umur yang ditetapkan Undang-Undang. Alasan mereka adalah masalah umur ini tidak disebutkan dalam al-Quran maupun al-Hadis. Jawaban

Pengembangan pertanian lahan kering melalui peningkatan produktivitas ternak kambing memerlukan dukungan kebijakan pemerintah daerah dalam menetapkan kawasan yang potensial

Di kalangan masyarakat luas juga berlaku pendapat umum bahwa semakin berpendidikan maka makin baik status sosial seseorang dan penghormatan masyarakat terhadap