• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bloom (1908 dalam Notoatmodjo 2003), pengetahuan merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bloom (1908 dalam Notoatmodjo 2003), pengetahuan merupakan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1. Defenisi pengetahuan

Menurut Bloom (1908 dalam Notoatmodjo 2003), pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi jika seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh orang yang didapat secara formal dan informal. Pengetahuan formal diperoleh dari pendidikan sekolah sedangkan pengetahuan informal diperoleh dari luar sekolah. Selain itu, pengetahuan juga dapat diperoleh dari media imformasi yaitu media cetak seperti buku-buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain, juga dari media elektronika seperti televisi, radio, dan internet (Purwanto, 1996 dalam Sonny, 2001)

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu : Tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi

(application), analisa (analysis), sintesis (syntesis) dan evaluasi (evaluation).

Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

(2)

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

Aplikasi (aplication), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

Analisa (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Sintesa (synthetis), menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru.

Evaluasi (evaluation), adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal (Notoadmodjo, 2003). Faktor internal meliputi:

1)Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok, masyarakat. Beberapa hasil

(3)

penelitian mempengaruhi pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu.

2) Persepsi

Persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang diambil.

3) Motivasi

Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengeyampingkankan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari dalam individu (biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga menjadi puas) maupun dari luar (merupakan pengaruh dari orang lain/lingkungan). Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku dan dirasakan satu kebutuhan.

4) Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan), juga merupakan kesadaran akan sesuatua hal yang tertangkap oleh indra manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman yang berdasarkan kenyataan yang pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan perilaku masa kini.

Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain; meliputi lingkungan, sosial ekonomi,kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sikap dan perilaku individu. Sosial

(4)

ekonomi, penghasilan, sering dilihat untuk menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai, penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup. Informasi keterangan, pemberitahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku. (Notoadmodjo, 2003).

2.2 Sikap

2.2.1 Defenisi sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi siakp itu tidak dapat di lihat secara langsung, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan makna konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Allpport (1954 dikutip dari Notoadmodjo, 2003), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu: 1) kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, 2) kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, 3) kecenderungan untuk bertindak.

Sikap merupakan kecenderungan dan kesediaan untuk bertindak dan disertai dengan perasaan-perasaan yang dimiliki oleh individu tersebut. Dengan dasar pengetahuan dan pengalaman masa lalu maka timbul sikap dalam diri manusia dengan perasaan-perasaan tertentu, dalam menanggapi suatu objek yang menggerakkan untuk bertindak. Sikap adalah cara mengkomunikasikan suasana hati (mood) dalam diri sendiri kepada oranglain. Bila merasa optimis dan memperkirakan akan berhasil, hal ini menimbulkan sikap positif. Bila merasa

(5)

pesimis dan menduga hal-hal yang buruk, hal ini bisa menimbulkan sikap negatif (chapman, 1993).

2.2.2 Tingkatan sikap

Sikap memiliki 4 tingkatan (Notoadmodjo, 2003) yaitu : Menerima

(receiving), merespon (responding), menghargai (valuing) dan bertanggung jawab (responsible).

Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek adalah suatu indikasi dari sikap tingkat pertama.

Merespon (responding), diartikan memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap tingkat dua.

Menghargai (valuing), mengajak orang untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah yang ada adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. 2.2.3. Faktor-faktor yang Mampengaruhi Pengetahuan

Menurut Azwar (2005), beberapa faktor yang mempengaruhi sikap antara lain:

1) Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi merupakan apa yang telah dan sedang dialami ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat

(6)

mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek. Penghayatan tersebut akan membentuk sikap positif atau negatif dikemudian hari.

2) Pengaruh Oranglain

Pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan komponen sosial yang mempengaruhi sikap.

3) Media Massa

Media massa sebagai sarana komunikasi yang mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individu secara langsung, namun dalam pembentukan sikap, media massa juga berperan satu bentuk informasi sugestif. 4) Faktor Emosi

Pengaruh faktor emosi, yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama (Azwar, 2005).

Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2003).

(7)

2.3. Konsep Keluarga 2.3.1 Defenisi Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan seseorang. Keluarga yang lengkap dan fungsional serta mampu membentuk homeostasis akan dapat meningkatkan kesehatan mental para anggota keluarga dan kemungkinan dapat meningkatkan ketahanan para anggota keluarganya dari adanya gangguan-gangguan mental dan ketidakstabilan emosional anggota keluarganya. Usaha kesehatan mental sebaiknya dan seharusnya dimulai dari keluarga. Karena itu perhatian utama dalam kesehatan mental adalah menggarap keluarga agar dapat memberikan iklim yang kondusif bagi anggota keluarganya yang mengalami gangguan kesehatan mental (Notosoedirdjo & Latipun, 2005). Issacs (2005) menambahkan keluarga sebagai sistem sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih yang hidup bersama dan memiliki ikatan emosional yang kuat, interaksi regular, dan berbagai kekhawatiran dan tanggung jawab (Isaacs, 2005).

Dari beberapa defenisi tersebut, Effendy (1998, dalam Friedman, 1998) menyimpulkan bahwa keluarga merupakan unit terkecil masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih, disatukan dengan ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah tanggal dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga, saling berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.

2.3.2Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dapat dilakukan (Suprajitno, 2004) meliputi :

(8)

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Dalam hal ini keluarga harus dapat memahami keadaan setiap anggota keluarga baik dalam kesehatan sehat maupun sakit terutama anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Karena kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan daat dikurangi atau bahkan teratasi, terutama dalam mengatasi gangguan jiwa keluarga harus mengambil tindakan medis dengan segera agar tidak memperburuk keadaan klien.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan terutama gangguan jiwa. Sering kali keluarga mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit jiwa atau dirumah untuk pertolongan pertama.

(9)

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. Dengan cara keluarga tidak mengucilkan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, keluarga mau mengikutsertakan klien dalam berbagai kegiatan yang pada keluarga tersebut.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga. Dalam hal ini keluarga harus mampu merawat klien baik di rumah maupun membawa klien berobat jalan ke rumah sakit jiwa yang ada, apabila keluarga tidak sanggup lagi merawat klien maka sebaiknya keluarga memasukkan klien ke rumah sakit jiwa untuk dirawat inap tapi selama klien dirawat inap sebaiknya keluarga tetap mengunjungi klien.

2.4 Konsep Depresi 2.4.1 Defenisi Depresi

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang dapat disertai gejala-gejala psikologis, gangguan somatik maupun gangguan psikomotor dalam waktu tertentu dan digolongkan ke dalam penyakit jiwa efektif (Hawari, 2000).

Depresi merupakan kesakitan yang menghancurkan sehingga dapat mempengaruhi seluruh tubuh baik fisik, emosi yang khas ditandai dengan perasaan gelisah, prihatin, takut, tegang, resah dan khawatir. Kecemasan merupakan dasar penyebab banyak masalah kesehatan mental. Kecemasan dapat menyebabkan neurosis, psikosis dan psikologis. Penyebab utama depresi adalah perilaku individu yang tidak dapat menerima dan bertanggung jawab dalam mengatasi rasa marah dan bersalah (Minirth & Meier, 2000).

(10)

Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek adanya faktor pencetusnya yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Menurut Hidayat (2006), depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai dengan:

a. Kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak semangat dan merasa tidak berdaya.

b. Perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa. c. Nafsu makan dan berat badan menurun.

d. Sulit konsentrasi dan daya ingat menurun.

e. Gangguan tidur (sulit tidur atau berlebihan) disertai mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan, misalnya mimpi orang yang telah meninggal.

f. Agitasi atau retardasi motorik (gelisah atau perlambatan getaran motorik). g. Hilang perasaan senang, semangat dan minat, meninggalkan hobi.

h. Kreativitas dan produktivitas menurun. i. Gangguan seksual (libido menurun).

j. Pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri. 2.4.2 Penyebab Depresi

Berbagai teori telah digunakan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan atau depresi. Teori ini menunjukkan faktor-faktor penyebab depresi yaitu:

a. Faktor genetik dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga atau keturunan.

(11)

b. Teori Agitasi menyerang ke dalam menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri.

c. Teori kehilangan objek menuju kepada perpisahan traumatik individu dengan benda atau yang sangat berarti.

d. Teori organisasi kepribadian menguraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap stressor.

e. Model kognitif menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang, dunia seseorang terhadap diri seseorang, dunia seseorang dan masa depan seseorang. f. Model ketidakberdayaan yang dipelajari menunjukkan bahwa semata-mata

trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya.

g. Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang mengamsumsi penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan.

h. Model biologi menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa depresi, termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi, kortisol dan variasi periodik dalam irama biologis.

2.4.3 Jenis Depresi

Depresi meerupakan respon emosi yang maladaptif berat dan dapat dikenal melalui intensitas, rembetan, terus-menerus, pengaruh pada fungsi sosial dan fisik individu. Istilah depresi dipakai untuk tanda dan gejala keadaan klinik yang

(12)

sesungguhnya. Menurut DSM-IV gangguan alam perasaan dibagi atas dua kategori (dikutip dari Wilson dan Kneisl, 1987 oleh Anna, 1991) yaitu:

1). Gangguan bipolar:

a. Gangguan bipolar (campuran, maniak dan depresi) b. Siklotimia

2). Gangguan depresi:

a. Major depresi (satu episode dan berulang) b. Distimia

2.4.4 Gejala-gejala Depresi

Menurut Tomb (2008), gejala-gejala depresi dapat digolongkan dalam 3 gambaran yaitu emosi, kognitif dan vegetatif. Depresi yang tergolong dalam gambaran emosi adalah mood depresi, sedih atau murung, iritabilitas, ansietas, anhedonia, kehilangan minat, kehilangan semangat, ikatan emosi berkurang, menarik diri dari hubungan interpersonal, preokupasi dengan kematian.

Depresi yang tergolong dalam gambaran kognitif adalah mengkritik diri sendiri, perasaan tidak berharga, rasa bersalah, pesimis, tidak ada harapan, putus asa, perhatian mudah teralih, konsentrasi buruk, tidak pasti dan ragu-ragu, berbagai obsesi, keluhan somatik (terutama pada orangtua), gangguan memori, waham dan halusinasi. Gambaran vegetatif adalah lesu, tidak ada tenaga, insomnia atau hipersomnia, anoreksia, hipereksia, penurunan berat badan atau penambahan berat badan, retardasi psikomotor, agitasi psikomotor, libido terganggu, variasi diurnal yang sering. Tanda-tanda depresi adalah berhenti dan lambat bergerak, wajah sedih, dan selalu berlinang air mata, kulit dan mulut kering dan konstipasi.

(13)

2.4.5 Klasifikasi Depresi

DSM-IV mendefenisikan bahwa gangguan mood berbeda dalam hal penampilan klinis, perjalanan penyakit, genetik dan respon pengobatan. Kondisi ini dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya mania (bipolar atau unipolar), beratnya penyakit (mayor atau minor) dan peran kondisi medis atau psikiatrik lainnya sebagai penyebab gangguan (primer atau sekunder) sehingga depresi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1). Gangguan mood mayor: depresi mayor atau tanda dan gejala maniak.

Gangguan Bipolar I (maniak-depresi): maniak pada masa lalu atau saat ini (dengan atau tanpa adanya depresi atau riwayat depresi). Kadang-kadang depresi mayor muncul.

Gangguan Bipolar II: hipomania dan depresi mayor harus ada saat ini atau pernah ada.

Gangguan Depresi Mayor: depresi berat saja.

2). Gangguan mood spesifik lainnya. Depresi minor dan tanda/gejala maniak. Gangguan dismitik: depresi saja.

Gangguan siklotimik: gejala depresi dan hipomaniak saat ini atau baru saja berlalu (secara terus-menerus selama 2 tahun).

3). Gangguan mood: akibat kondisi medis umum dan gangguan mood yang diinduksi zat; bisa depresi, maniak, atau campuran; ini merupakan gangguan mood sekunder.

4). Gangguan penyesuaian dengan mood depresi: depresi yang disebabkan oleh adanya stesor.

(14)

2.4.6 Tingkatan Depresi 1) Depresi Ringan

Setiap individu pasti pernah mengalaminya yang ciri-cirinya lain bersifat sementara, alamiah adanya rasa sedih perubahan proses pikir, komunikasi dan hubungan sosial kurang baik dan merasa tidak nyaman.

2) Depresi sedang • Afek:

Murung, cemas, kesal, marah, menangis, rasa bermusuhan, dan harga diri rendah.

• Proses pikir:

Perhatian sempit, berpikir lambat,ragu-ragu atau bimbang,konsentrasi menurun,berpikir rumit dan putus asa serta pesimis.

• Sensasi somatic dan aktivitas motorik:

bergerak lamban, tugas-tugas terasa berat, tubuh lemah dan sakit kepala dan dada,mual,muntah, konstipasi, nafsu makan dan berat badan

menurun,tidur terganggu. • Pola komunikasi:

bicara lambat, berkurang komunikasi verbal dan komunikasi non verbal meningkat.

• Partisipasi sosial:

menarik diri, tidak mau bekerja atau sekolah, mudah tersinggung, bermusuhan, tidak memperhatikan kebersihan diri.

(15)

3) Depresi Berat

Mempunyai dua episode yang berlawanan yaitu melankolis (rasa sedih tertentu depresi berat) dan mania (rasa gembira yang berlebihan disertai dengan gerakan yang hiperaktif)

• Gangguan Afek:

pandangan kosong, persaan hampa, murung,putus asa dan inisiatif kurang • Gangguan Proses Pikir:

Halusinasi dan waham, konsentrasi berkurang,pikiran merusak diri • Sensasi Somatic dan aktifitas motorik:

Diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif, bergerak tanpa tujuan, kurangnya perawatan diri, tidak mau makan dan minum, berat badan menurun, bangun pagi sekali dengan perasaan tidak enak, tugas ringan terasa berat.

• Pola Komunikasi:

introvert,tidak ada sama sekali komunikasi verbal. • Partipasi Sosial :

kesulitan menjalankan peran sosial isolasi sosial menarik diri (Dalami, 2009)

Referensi

Dokumen terkait

Saya Putri Rachmawati, mahasiswi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang, Sedang melakukan penelitian tentang Pengaruh Label

Melihat adanya langkah yang dilakukan tersebut, pihak KSU BMT Robbani berharap dapat mengetahui sisi keuangan calon anggota dengan menilai seberapa besar modal

Bentuk Implementasi Program Pelatihan dan Pembekalan kompetensi yang dilakukan oleh jurnalis anggota Aliansi Jurnalis Independen kota Semarang beserta jurnalis di daerah lainnya

Bobot 100 butir dan hasil kacang tanah yang ditanam secara monokultur lebih tinggi dibanding dengan bobot 100 butir dan hasil kacang tanah yang ditanam secara tumpangsari,

Selain itu, terdapat program One Student One Client (OSOC) yang merupakan Program yang diluncurkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam upaya penurunan AKI di

Semakin tinggi tingkat keuntungan ( earning per share ) maka laba yang diperoleh perusahaan semakin baik. Perusahaan yang memiliki nilai EPS yang tinggi akan menarik

Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara. Bahkan pada era globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi bagian dari sistem keuangan dan

Tetapi apabila kebutuhan dan sudah demikian meningkatnya karena kebutuhan perusahaan dan dana dari sumber internalsudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain