• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROSES PRODUKSI KULIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PROSES PRODUKSI KULIT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PROSES PRODUKSI KULIT

3.1 Proses Produksi

Selama magang penulis mengikuti secara langsung kegiatan proses dan melakukan beberapa percobaan dengan beberapa side kulit, tetapi dalam hal ini penulis membatasi pada pelaksanaan proses peminyakan kulit sapi wet blue untuk Nappa UpperShoe. Adapun urutan prosesnya adalah sebagai berikut :

a. Sortasi Wet Blue (Penyeleksian)

Tujuan : Menentukan kualitas kulit wet blue sehingga dapat diperoleh wet blue yang cocok sebagai bahan baku

Perlakuan : Kulit diletakan pada tempat yang datar (lantai) dan terang kemudian dan terang kemudian diamati secara organoleptis.

Hasil Pengamatan : Diperoleh 212 Side. Kulit sapi wet blue itu dibagi menjadi dua kelompok Yaitu ”Alus” / Baik ± 40 % dan ”Awon” / Jelek ± 60 %, dengan pH akhir 3,8 Dari ± 40 % / ± 85 Side kelompok ”Alus” diambil 10 Side dengan berat 22 kg untuk order Nappa UpperShoe.

b. Shaving ( Pengetaman )

Tujuan : Untuk mendapatkan tebal yang sesuai dengan standar yang diinginkan.

Perlakuan : Kulit diketam pada bagian flesh dengan shaving machine. Hasil Pengamatan : Tebal kulit setelah di shaving 1,4 – 1,5 mm. c. Weighing ( Penimbangan )

Tujuan : Untuk mengetahui berat kulit, sebagai dasar perhitungan bahan kimia yang diperlukan.

Perlakuan : Kulit wet blue ditimbang dengan menggunakan timbangan besar untuk order besar dan timbangan kecil untuk order kecil.

(2)

d. Wetting Back ( Pembahasan kembali )

Tujuan : Mengembalikan kadar air, membersihkan kulit dari lemak natural yang tersisa.

Formula : 100 % ; 22 Lt Air

0,2 % ; 44 gr Asam Formiat 30' Cek pH 0,3 % ; 66 gr Sandosin Nil

Drain, cuci bersih

Perlakuan : Kulit, air, dan Sandosin oil dimasukkan kedalam drum lalu diputar dan ditambahkan Asam formiat yang telah diencerkan ( 1 : 10 ) kemudian diputar selama 30' setelah itu cairan dibuang dan kulit dicuci.

Pengamatan : pH cairan 3,5 – 4 e. Rechroming ( Retanning I )

Tujuan : Menyempurnakan proses penyamakan , memberikan karakter sesuai yang dikehendaki seperti kepadatan, kelemasan, kemuluran, fleksibiltas, ringan dan beratnya kulit dsb. Juga bertujuan memperbaiki sifat-sifat alami kulit yang kurang baik.

Formula : 100 % ; 22 Lt Air

2 % ; 440 gr Sinthochrome 60' 1 % ; 220 gr Cassatan FH

+

O,5 % ; 110 gr Lipsol E 30 '

0,5 % ; 110 gr Sodium Format 30', Drain Perlakuan : Air, Chrome syntan ( synthochrome ) dan Glutar aldehide ( Cassatan FH ) dimasukkan kedalam drum kemudian diputar selama 60 menit. Lipsol E dimasukkan dan diputar selama 30 menit kemudian menyusul Sodium format dimasukkan kedalam drum dan diputar selama 30 menit.

(3)

sebelumnya. f. Netralisasi

Tujuan : Menghilangkan sebagian asam yang terikat atau bebas yang terdapat pada kulit wet blue agar tidak mengganggu proses rettaning, dyeing dan fatliquoring yang menggunakan bahan kimia yang bermuatan negatif (-) Formula : 100 % ; 22 Lt Air 2 % ; 440 gr Sodium Format 90' 1 % ; 220 gr Tanor PGN 0,5 % ; 110 gr Natrium Bikarbonat Cek pH = 5,2

Cek BCG = Ø Biru kehijauan, buang dan cuci bersih. Perlakuan : Kulitn Air, Sodium Format dimasukkan kedalam drum dan diputar 10', kemudian ditambah Tanor PGN dan diputar selama 15', kemudian Natrium Bikarbonat yang telah diencerkan dimasukan 2 @ 10' + putaran 30'

Pengamatan : pH cairan 5 – 5,2 dan Ø (penampang kulit) dicek dengan BCG berwarna biru kehijauan , berikut ini range kontrol pH dengan BCG,

4 – 4,5

pH 2,5 – 5,3 pH 6 – 6,5 Kuning Hijau Biru

g. Retanning, Dyeing dan Fatliquoring

Tujuan Retanning : Untuk memperbaiki sifat-sifat fisik kulit yang telah disamak agar mempunyai sifat yang lebih baik , lebih halus, lebih berisi, supel, dan rajahnya kuat.

Tujuan Dyeing : untuk memberikan warna dasar pada kulit tersamak agar dapat memperindah penampakan kulit jadinya .

Tujuan Fatliquoring : Untuk mendapatkan kulit yang lemas, lebih fleksibel, lebih lunak, lebih liat, dan memperbaiki kemuluran yang tinggi, sesuai dengan standar dan tujuan pemakaiannya.

(4)

Formula : 100 % Lt Air 4 % ; 880 gr Tergotan RA 30' 4 % ; 880 gr Elkatan R6 + 2 % ; 440 gr Tamol M 1 % ; 220 gr Mimosa 90' cek Ø 3 % 660 gr Black 2N + 2 % ; 440 gr Basyntan DI 30' 2 % ; 440 gr Fapsint FL + 5 % ; 1100 gr Sintol K 60' 3 % ; 660 gr Lipsol E +

1,5 % ; 330 gr Asam Formiat 2 @ 10' + putaran 30' Cek cairan, drain dan cuci bersih

Perlakuan : Kulit, Air, Tergotan RA & Elkatan R6 dimasukkan kedalam drum dan diputar selama 30', kemudian ditambahkan Tamol dan diputar selama 10',

kemudian ditambahkan Mimosa dan Dyestuff.

( Black 2N ) dan diputar selama 90' sampai tembus, kemudian ditambahkan Basyntan DI dan Fapsint FL dan diputar selama 30' kemudian ditambah Sintol K dan Lipsol E (diemulsikan dengan air panas) dan diputar selama 60', kemudian ditambah Asam Formiat yang telah diencerkan 10x dan diputar selama 2 @ 10' + 30'.

Pengamatan : Penampang kulit tembus dengan cat dasar, Cairan bening dan kulit lemas. Kemudian dilakukan proses fisik, sampai kulit siap di finishing.

Perlakuan : Kulit di horse up, setting out, hunging up, staking, Conditioning dan Tacking.

(5)

h. Topping

Tujuan : Untuk mendapatkan warna dan kelemasan yang maksimal sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

Formula : 100 % ; 22lt Air 0,3 % ; 66 gr Sandosin NIL 30' + 100 % ; 22 lt Air 0,5 % ; 110 gr Black N 20' + 0,5 % ; 110 gr FA 10' + 0,25 % ; 55 gr Black N 20' + 0,25 % ; 55 gr FA 10' + 1 % ; 220 gr Lipsol E 60' + 0,5 % ; 110 gr FA 30' +

10 gr Preventol CR (Anti Jamur) 10'

Perlakuan : Kulit, Air dan Dyestuff dimasukan kedalam drum dan dioutar selama 20', kemudian ditambahkan Asam Formiat yang telah diencerkan dan diputar selama 10', kemudian ditambahkan Dyestuff dan diputar selama 20', kemudian ditambah FA dan diputar selama 10', kemudian ditambah Lipsol E dan diputar selama 60', kemudian

ditambah lagi FA dan diputar selama 30' dan terakhir ditambah anti jamur dan diputar selama 10', kemudian cairan dibuang dan kulit dicuci.

Pengamatan : Kulit lemas, warna lebih deep dan cairan bening. Ringkasan dari proses diatas tertera pada tabel berikut :

(6)

Tabel 3 : Formula proses pengolahan kulit Nappa Upper Shoe dari kulit sapi wet - blue

Proses Nama Chemical % Jumlah Waktu

(menit) Keterangan Sortasi Shaving Weighing Wetting Back Drain Rechroming Drain Netralisasi Drain Retanning + Dyeing + Fatliquoring Drain, H up, Sett Out, Hang Up Wetting Back Topping Air Sandosin NIL Asam Formiat Air Sinthochrome Cassatan FH Lipsol E Sodium Format Air Sodium Format Tanor PGN Natrium Bikarbonat Air Tergotan RA Elkatan R6 Mimosa Tamol Black 2N Basyntan DI Fapsint FL Sintol K Lipsol E Asam Formiat Air Sandosin NIL Air Dyestuff (Black N) Asam Formiat Dyestuff (Black N) Asam Formiat Lipsol E Asam Formiat Preventol CR 100 0,3 0,2 100 2 1 0,5 0,5 100 2 1 0,5 100 4 4 1 2 3 2 2 5 3 1,5 100 0,3 100 0,5 0,5 0,25 0,25 1 0,5 22lt/22K g 22 lt 66 gr 44 gr 22 lt 440 gr 220 gr 110 gr 110 gr 22 lt 440 gr 220 gr 110 gr 22 lt 880 gr 880 gr 220 ge 440 gr 660 gr 440 gr 440 gr 1100 gr 660 gr 330 gr 22 lt 66gr 22 lt 110 gr 110 gr 55 gr 55 gr 220 gr 110 gr 10 gr 30’ 60’ 30’ 30’ 90’ 30’ 90’ 30’ 60’ 2@ 10’ +30’ 20’ 20’ 10’ 20’ 10’ 60’ 30’ 10’

Kulit sapi alus (Baik), 10Lb 1,4 – 1,5 mm

pH cairan 3,5 – 4

pH cairan 5,2 Indikator BCG Biru kehijauan

(7)

3.2 Permasalahan Yang Dihadapi Perusahaan

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan selama magang dan pengamatan pada hasil kulit jadinya , penulis menemukan dan mencoba untuk membahas masalah yang timbul didalam proses Pembahasan kembali yaitu : Kulit sukar dibasahi kembali.

3.3 Data Penunjang

Ditemukannya beberapa kulit sapi wet blue yang sukar dibasahi kembali, pada proses pembahasan kembali untuk artikel Nappa Upper Shoe. Banyaknya kulit sapi wet blue yang sukar dibasahi adalah sebagai berikut : Tabel 4 : Jumlah Kulit Sapi Wet Blue yang sukar dan mudah dibasahi

No Nama Jumlah Keterangan

1 Kulit sapi wet blue 7 Side Mudah dibasahi

2 Kulit sapi wet blue 3 Side Sukar dibasahi Sumber : CV. Lengtat Leathers, 2008

3.4 Pemecahan Masalah

Kulit sapi wet blue yang sukar dibasahi kembali disebabkan oleh kesalahan metode penyimpanan dalam gudang dan pada saat proses wetting back kurang sempurna.

1. Metode penyimpanan yang salah

Maksudnya adalah kesalahan dalam hal perawatan kulit sapi wet blue selama penyimpanan. Penyebab utamanya adalah akibat permukaan kulit sapi wet blue yang cenderung relatif asam dan adanya lemak natural yang masih tersisa, sehingga membuat ligan-ligan chrome yang sangat reaktif saling berikatan satu sama lain. Hal inilah yang membuat kulit sukar dibasahi kembali, karena itulah selama penyimpanan kulit sapi wet blue harus dijaga agar tetap basah.

(8)

cenderung relatif asam sehingga membuat ligan-ligan chrome yang sangat reaktif dapat saling berikatan satu sama lain.

Menurut O’Flaherty 1958, protein kulit terdiri dari gugus-gugus karboksil bebas, secara teori dapat membentuk ikatan kompleks dengan garam-garam kromium. Protein kulit merupakan ikatan koordinasi yang mana gugus karboksil akan mengion sebagai asam karboksil yang akan menarik garam kromium kompleks dan akan mengadakan reaksi kromium kompleks, kemudian menurut Thortensen 1976, kromium dalam larutan mempunyai reaksi yang kuat dengan ion hidroksi. Reaksi kromium dengan OH akan terjadi ikatan hidroksi, setahap demi setahap akan terjadi aikatan kovalen koordinasi antara kromium dengan oksugen. Thortensen juga berpendapat bahwa kenaikan pH akan menaikan basisitas kromium kompleks (lebih banyak OH yang masuk kedalam kompleks) dengan naiknya nilai pH maka reaktifitas protein juga meningkat . Pada akhir penaikan basisitas tinggi maka ion sulfat sebagian sudah meninggalkan kompleks secara sempurna kemudian protein kulit akan menghasilkan ikatan silang, dengan naiknya basisitas, dua senyawa kromium saling berhubungan antara satu dengan lainnya melalui gugus OH, peristiwa ini dikenal dengan reaksi olation. Setelah dilakukan basifikasi dilanjutkan dengan boiling test ( tes kematangan kulit ), caranya dengan memasukan kulit kedalam air bersuhu 98 - 100°C, kulit dikatakan matang apabila penyusutan kurang dari 10 % berwarna biru dan lemas. Kulit kemudian melalui proses ageing, pada proses ageing inilah krom kompleks terbentuk semakin stabil karena ion-ion hidrogen terlepas, sehingga reaksi semakin kompleks dan terbentuk ikatan silang. Peristiwa ini berakibat permukaan kulit menjadi sangat asam sehingga dapat menyebabkan ligan-ligan chrome yang sangat reaktif saling berikatan satu sama lain. Hal ini yang menyebabkan kulit sapi wet blue menjadi sukar dibasahi kembali, oleh karena itulah mengapa kulit sapi wet blue selama penyimpanan harus dijaga agar tetap basah.

Berdasarkan hal tersebut diatas , maka untuk menghindari terjadinya stok kulit wet blue yang sukar dibasahi kembali, harus dilakukan hal-hal

(9)

sebagai berikut :

a). Ruang penyimpanan kulit wet blue harus diatur dengan baik tentang penyinarannya, sirkulasi udara dan ventilasinya.

b). Sebelum kulit wet blue dimasukkan gudang, harus dijaga kebasahannya dan diletakkan diatas landasan penyimpanan kulit wet blue yang memadai.

c). Kulit wet blue selama penyimpanan harus selalu dijaga kelembabannya supaya tidak sampai kering.

2. Proses yang kurang sempurna

Untuk kulit wet blue yang sukar dibasahi kembali akibat kurang sempurnanya proses, dapat dilakukan wetting back berulang-ulang dengan penambahan bahan pembasah yang lebih banyak . Hal ini dapat terus dilakukan hingga kulit mencapai syarat kelemasan yang diinginkan yaitu kulit tidak ada perlawanan ( Lemas ).

Gambar

Tabel 3 : Formula proses pengolahan kulit Nappa Upper Shoe dari kulit sapi  wet - blue
Tabel 4 : Jumlah Kulit Sapi Wet Blue yang sukar dan mudah dibasahi

Referensi

Dokumen terkait

2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah Ketenagaan Penyuluhan Pertanian yang Ditingkatkan Kualitas dan Kuantitasnya(Orang) Persentase (%) Jumlah Kegiatan yang

Secara rinci, pada tahap perencanaan ini, prosedur tindakan yang dilakukan peneliti adalah (1) membagi guru dalam beberapa kelompok kecil, (2) peneliti memberikan

meningkatkan sesuai dengan peningkatan suhu, pada jaringan akan terjadi peningkatan metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh dengan cairan

Tumor otak mulai dikenal sebagai salah satu penyebab kematian dan kecacatan pada masyarakat disamping penyakit-penyakit seperti; stroke, dan lain-lain. Dengan kemajuan

Pengertian kalibrasi menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara

Menanamkan sikap disiplin dan tanggungjawab pada peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka bukanlah hal yang mudah, tetapi diperlukan latihan

pada web dengan cara yang sekarang dipakai untuk HTML..  XML dirancang untuk

Allah yang sejati dari allah yang sejati,/ diperanakkan, bukan dibuat, sehakekat dengan sang Bapa,/ yang dengan perantaraan-Nya segala sesuatu dibuat;/