• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL. OLEH: AFNI ROICHATUL MUFIDAH a001 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL. OLEH: AFNI ROICHATUL MUFIDAH a001 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN APD (ALAT PELINDUNG DIRI)DENGAN KADAR KOLINESTERASE DARAH PADA PETANIHOLTIKULTURA DI DESA BUMEN KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

ARTIKEL

OLEH:

AFNI ROICHATUL MUFIDAH 020112a001

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO

UNGARAN 2016

(2)
(3)

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN APD (ALAT PELINDUNG DIRI) DENGAN KADAR KOLINESTERASE DARAH PADA PETANI HOLTIKULTURA DI DESA

BUMEN KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

Afni Roichatul Mufidah*) Sri Wahyuni, S.KM, M.Kes.,**) Puji Pranowowati, S.KM, M.Kes.,**)

*Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo ** Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo

ABSTRAK

Pestisida juga merupakan bahan berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, salah satunya yaitu dapat menurunkan aktivitas enzim kolinesterase dalam darah pada petani. Pencegahan terjadinya keracunan pestisida apabila petani kontak secara langsung dapat dilakukan dengan pemakaian alat pelindung diri (APD) yang terdiri dari pakaian lengan panjang, topi, masker, sarung tangan, kaca mata, dan sepatu boot.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pemakaian alat pelindung diri (APD) dengan kadar kolinesterase pada petani holtikultura di Desa Bumen Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan crosssectional.Sampel yang diambil sebanyak 30 responden yang diperoleh dengan menggunakan teknik simple random sampling. Analisis dalam penelitian ini menggunakan uji Fisher’s Exact Test (α=0,05)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memakai APD tidak lengkap (73,3%), APD lengkap (26,7%), dan sebagian besar responden memiliki kadar kolinesterase normal (80,0%).Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pemakaian APD dengan kadar kolinesterase darah pada petani holtikultura di Desa Bumen Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang.(p-Value = 0,029).

Disarankan kepada para petani untuk meningkatkan kesadaran diri tentang bahaya yang ditimbulkan oleh paparan pestisida dan diharapkan memakai APD yang tepat dan benar sewaktu melakukan penyemprotan tanaman,sehingga akan mengurangi kontak secara langsung dan dapat mencegah terjadinya keracunan.

Kata Kunci : Alat Pelindung Diri, Kadar Kolinesterase Daftar Pustaka : 13 (1991-2016)

(4)

ABSTRACT

Pesticides is very instrumental in improving crop yields, pesticides is also a hazardous material that can cause negative effects on health, one of which can decrease the activity of the enzyme cholinesterase in the blood of farmers. The prevention of pesticide poisoning if the farmers have direct contact can be done with the use of personal protective equipment ( PPE ) consisting of long-sleeved clothing, hats, masks, gloves, goggles and boots. The purpose of this study is to determine the correlation between the use of personal protective equipment (ppe) with blood cholinesterase levels on horticulture farmers at Bumen Village Sumowono Sub-District Semarang Regency.

This type of research was descriptive analitic with crossectional approach, Samples taken from 30 respondents was obtained by using simple random sampling technique, The analysis in this study used Fisher 's Exact Test(α=0.05).

The results show that respondents who wear incomplete PPE( 73.3 %), complete PPE ( 26.7 % ), and most respondents have normal cholinesterase levels ( 80.0 %). Statistical analysis show no correlation between the use of PPE in the blood cholinesterase levels on horticulture farmers at Bumen Village, SumowonoSub-District, Semarang Regency (P - Value = 0.029).

It is suggested to farmers to increase self-awareness about the dangers of pesticides exposure and are expected to wear PPE appropriately when spraying crops, to reduce direct contact and can prevent poisoning.

Keywords : Personal Protective Equipment, Level of Cholinesterase Bibliographies : 13 (1991-2016)

(5)

PENDAHULUAN

Iklim tropis di Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki tanah yang subur dan cocok untuk ditanami berbagai macam jenis tanaman. Dalam upaya meningkatkan mutu dan produktivitas hasil pertanian, penggunaan pestisida untuk membasmi hama tanaman sering tak terhindarkan, sehingga pestisida yang digunakan diharapkan dapat membantu petani dalam mendapatkan keuntungan yang maksimal. Petani merupakan kelompok kerja terbesar di Indonesia meski ada kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian, masih berjumlah 40% dari angkatan kerja. (Nurhayati, 1997).

Penggunaan pestisida yang tidak terkendali akan berakibat pada kesehatan petani itu sendiri dan lingkungan pada umumnya. Hingga tahun 2012 banyak sekali penelitian terhadap para pekerja atau penduduk yang memiliki riwayat kontak pestisida banyak sekali dilakukan. Dari berbagai penelitian tersebut diperoleh gambaran prevalensi keracunan tingkat sedang hingga berat yang disebabkan oleh pekerjaan yaitu antara 8,5% sampai 50%. Dengan demikian, dapat diperkirakan prevalensi angka keracunan tingkat sedang para petani bisa mencapai angka puluhan juta pada musim penyemprotan. Pada saat berhadapan dengan pestisida petani padaumumnya tertuju pada masalah pengendalian sedangkan pemakaian pestisida menjadi rutinitas yang seolah-olah tidak mendatangkan bahaya, padahal kebanyakan petani di indonesia mengetahui bahaya pestisida namun mereka tidak peduli, banyak sekali petani yang bekerja menggunakan pestisida tanpa pengamanan seperti masker, topi pakaian yang menutupi tubuh, dan lain-lain (Sumirat, 2000).

Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian keracunan pestisida organofosfat antara lain umur, jenis kelamin, pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, pendidikan, pemakaian Alat Pelindung Diri, status gizi dan praktek penanganan pestisida. Sedangkan fase kritis yang harus diperhatikan adalah penyimpanan pestisida, pencampuran pestisida, penggunaan pestisida dan pasca penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida dengan dosis besar dan dilakukan secara terus menerus akan menimbulkan beberapa kerugian, antara lain residu pestisida akan terakumulasi pada produk-produk pertanian, pencemaran pada lingkungan pertanian, penurunan produktivitas, keracunan pada hewan, keracunan pada manusia yang berdampak buruk terhadap kesehatan, sehingga akan mengalami keracunan baik akut maupun kronis yang berdampak pada kematian ( Kishi M., et al, 1993).

Dampak penggunaan pestisida sering ditemui keluhan antara lain muntah-muntah, ludah terasa lebih banyak, mencret, gejala ini dianggap oleh petani sebagai sakit biasa. Gejala klinik baru akan timbul bila aktivitas kolinesterase 50% dari normal atau lebih rendah, akan tetapi gejala dan tanda keracunan organofosfat juga tidak selamanya spesifik bahkan cenderung menyerupai gejala penyakit biasa ( Gallo M.A., 1991, Lawryk N.J.1991).

Hasil penelitian yang pernah dilakukan untuk menguji tingkat kesehatan penduduk akibat paparan pestisida organofosfat dan karbamat di daerah sentra produksi padi, sayuran, dan bawang merah menunjukkan bahwa aktifitas chollinesterase krang dari 4500 ui pada daerah petani di kabupaten semarang 30,42 %, Brebes 32,53 % petani, Cianjur 43,75 %, dan Indramayu 40 %. Aktifitas chollinesterase kurang dari 4500 ui merupakan suatu indikator adanya keracunan kronis (Sumirat,2000).

Kabupaten semarang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai potensi besar dalam sub sektoral pertanian pangan. Selain padi,Kabupaten Semarang juga merupakan pusat penghasil sayuran, dengan hasil panen lebih dari 800 kuintal perhari (BPS Kabupaten Semarang, 2010). Desa Bumen adalah salah stu desa di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sebagai satu daerah utama penghasil sayuran, dalam pengolahan pertaniannya, para petani menggunakan zat kimia seperti pestisida golongan organofosfat.

(6)

Desa Bumen adalah salah satu desa di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sebagai satu daerah utama penghasil sayuran, dalam pengolahan pertaniannya, para petani menggunakan zat kimia seperti pestisida golongan organofosfat.

A. Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan antara pemakaian APD dengan kadar kolinesterase darah pada petani Holtikultura di Desa Bumen Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

B. Manfaat Penelitian

Dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan informasi pengetahuan tentang pentingnya bagaimana menggunakan pestisida yang tepat benar dan aman pada petani holtikulturadi Desa Bumen Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

BAHAN DAN CARA PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross sectional.Pengmbilan sampel dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling.Penelitianinidilakukan di Desa Bumen Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Populasi pada penelitian ini adalah semua petani yang tergabung dalam kelompok tani Sido Dadi 1-5 di Desa Bumen Kecamatan Sumowono sebanyak 150 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 petani. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden dan pengambilan darah menggunakan alat tintometer kit. Analisa data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat. Uji statistik dilakukan dengan uji Fisher’s Exact Test.

HASIL PENELITIAN Analisis Univariat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 petani penyemprot pestisida di desa bumen kecamatan sumowono kabupaten semarang mengenai distribusi frekuensi menurut umur, masa kerja menyemprot, frekuensi menyemprot, pemakaian alat pelindung diri (APD), dan kadar kolinesterasedarah, yang diperoleh dari hasil kuesioner, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur, Masa Kerja Menyemprot, Frekuensi Menyemprot, Pemakaian Alat Pelindung Diri dan Kadar Kolinesterase Darah (n=30)

Variabel Frekuensi (f) Persentase(%) Umur

20-50 26 86,7

>50 4 13,3

Masa kerja menyemprot

Lama ( ≥ 10 th ) 23 76,7

Baru ( < 10 th ) 7 23,3

Frekuensi menyemprot

Jarang (1-2 kali seminggu) 22 73,3

Sering ( ≥ 3 kali seminggu) 8 26,7

Pemakaian alat pelindung diri

Lengkap 8 26,7

Tidak lengkap 22 73,3

Kadar kolinesterase darah

Normal 24 80,0

(7)

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar umur responden pada kelompok tani sido dadi berumur dibawah 50 tahun, yaitu sebanyak 26 responden (86,7%). Distribusi frekuensi pada masa kerja menyemprot sebagian besar responden memiliki masa kerja menyemprot ≥ 10 th yaitu sebanyak 23 responden (76,7%). Pada distribusi frekuensi menyemprot sebagian besar responden memiliki kebiasaan menyemprot jarang yaitu sebanyak 22 responden (73,3%). Distribusi frekuensi pada variable pemakaian alat pelindung diri lengkap sebanyak 8 responden (26,7%), sedangkan responden yang tidak lengkap sebanyak 22 responden (73,3%). Sedangkan untuk variable kadar kolinesterase darah normal sebanyak 24 responden (80,0%), sedangkan responden yang memiliki kadar kolinesterase tidak normal sebanyak 6 responden (20,0%).

Tabel 2.

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), Dan Kadar KolinesteraseDarah Petani Holtikultura Di Desa Bumen Kecamatan Sumowono

(n=30)

Kadar kolinesterase Jumlah

p-value

Alat Pelindung Diri Tidak Normal Normal

f (%) f (%) f (%)

Tidak lengkap 2 9,1 20 90,0 22 100,0

0,029

Lengkap 4 50,0 4 50,0 8 100,0

Berdasarkan Analisis bivariat menggunakan uji Fisher’s Exact Test.menunjukkan bahwa secara statistik menyatakan ada Hubungan yang bermakna antara pemakaian alat pelindung diri (APD), dan kadar kolinesterasedarah petani holtikultura di Desa Bumen Kecamatan Sumowono dengan nilai p-value sebesar 0,029.

PEMBAHASAN A. Analisis Univariat

1. Pemakaian Alat Pelindung Diri Pada Petani Holtikultura di Desa Bumen Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

Berdasarkan Tabel 1 Pada distribusi frekuensi pemakaian APD diketahui bahwa sebagian besar responden memakaialat pelindung diri (APD) tidak lengkap yaitu sebanyak 22 responden (73,3%). Melihat kondisi dari petani yang selalu berhubungan dengan pestisida, pemakaian alat pelindung diri yang tidak sesuai akan memperbesar peluang bagi petani untuk terkena keracunan pestisida (Yuliana, 2008). Hasil analisa didapatkan pemakaian alat pelindung diri (APD) pada petani khususnya di Desa Bumen untuk kategori lengkap tidak semua terpenuhi hal tersebut dikarenakan petani mencari mudahnya dan praktisnya saat bekerja, serta jarang merasakan efek buruk yang langsung dirasakan akibat penggunaan pestisida, disamping alasan ketidaknyamanan, hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakuakan oleh Prihadi (2007)di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang yang menyatakan bahwa masih banyak petani yang memakai alat pelindung saat penyemprotan dengan Alat pelindung diri tidak lengkap seperti topi, masker, pakaian lengan panjang, spatu boot, kacamata da sarung tangan.

Pemakaian APD secara lengkap dan benar mempunyai pengaruh secara bermakna terhadap kolinesterase dan dapat terhindar dari keracunan pestisida karena mencegah masuknya pestisida ke dalam tubuh. Salah satu faktor yang sering dilupakan petani adalah adanya perasaan ketidakpedulian bahaya racun pestisida,

(8)

apalagi bila ada kelainan pada kulit dan atau bersama keringat, penyerapan pestisida melalui kulit akan lebih efektif. Keracunan karena partikel pestisida atau butiran semprot terhisap melalui hidung merupakan kasus terbanyak setelah kontaminasi kulit, tangan, pernafasan dan mata.

2. Kadar Kolinesterase Darah Pada Petani Holtikultura di Desa Bumen Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

Berdasarkan Tabel 1 Pada distribusi frekuensi kadar kolinesterase darah responden diketahui bahwa sebagian besar respondenmemiliki kadar kolinesterase normal yaitu 24 responden (80,0%), dan 6 responden (20,0%) memiliki kadar kolinesterase tidak normal, kadar kolinesterase normal pada laki 4620-11500 u/l.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar petani mempunyai masa kerja lama lebih dari 10 tahun yaitu sebesar (76,7%). Petani juga memiliki kebiasaan menyemprot jarang (1-2 kali seminggu) yaitu sebanyak (73,3%) menyemprot tanaman menggunakan pestisida organofosfat dalam satuan jam setiap meyemprot dengan frekuensi minggu lama penyemprotan petani masih dalam batas aman 1-2 jam maka keracunan akibat pestisida bisa diminimalisir karena gejala keracunan pestisida bisa timbul setelah 4 jam kontak, tetapi gejala keracunan hilang setelah 12 jam (Sutikno, 2005).

Lama petani kontak dengan pestisida maka akan semakin besar kemungkinan petani mengalami keracunan Batas waktu lama menyemprot yang diperbolehkan tersebut juga perlu disosialisasikan pada para petani. Selain dapat mengurangi kejadian keracunan, hal ini juga dapat mengurangi penggunaan pestisida secara berlebihan.Batas lama waktu yang diperbolehkan untuk penyemprotan juga harus disertai pemakaian alat pelindung diri yang sesuai.Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hana Nika R (2010) tentang lama pajanan organofosfat terhadap penurunan aktifitas enzim kolinesterase dalam darah petani holtikultura menunjukkan distribusi aktifitas enzim kolinesterase dalam darah responden. Keracunan tingkat ringan dialami oleh 40 orang responden (71,4%) sedangkan keracunan tingkat sedang dialami oleh 16 orang responden (28,6%). Tidak ada responden yang mengalami keracunan tingkat berat.

B. AnalisisHubungan Antara Pemakaian Alat pelindung diri dengan Kadar Kolinesterase Darah Pada Petani Holtikultura di Desa Bumen Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan hasil uji statistic dengan menggunakan uji Fisher’s Exact Testdiperoleh nilaip-value sebesar 0,029(α = 0,05),yang artinya ada hubungan antara pemakaian alat pelindung diri dengan kadar kolinesterase darah Pada Petani Holtikultura di Desa Bumen Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiyono (2005) menyebutkan bahwa ada hubungan pemakaian alat pelindung diridengan tingkat keracunan pada petani, dimana dari 31 responden pada kategori pemakaian APD lengkap sebanyak 22 responden kadar kolinesterasenya normal dan berdasarkan uji ststistik menyatakan ada hubungan.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa persentase responden yang kadar kolinesterasenya normal dan memakai APD tidak lengkap yaitu 90,9 % lebih tinggi

(9)

yang kadar kolinesterasenya tidak normal dan memakai APD tidak lengkap yaitu 9,1% lebih rendah di banding responden yang memakai APD lengkap yaitu 50,0%. Hal ini terjadi karena petani sudah berpengalaman dalam melakukan pengelolaan pestisida, misalnya setelah melakukan penyemprotan petani langsung membersihkan diri dari pestisida yang menempel pada kulit seperti mandi, mencuci tangan dengan sabun, mencuci alat dan pakaian yang digunakan untuk menyemprot dengan bersih, dan menyimpan alat di tempat yang jauh dari makanan sehingga resiko terjadinya keracunan akibat paparan pestisida menjadi rendah.

Berdasarkan hasil penelitian lama petani saat melakukan penyemprotan masih dalam batas yang aman yaitu 1-3 jam sehingga paparan pestisida dapat diminimalisir. Sedangkan frekuensi menyemprot dalam semingu berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara frekuensi menyemprot dengan kadar kolinesterase darah.

Kebiasaan pemakaian alat pelindung diri adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas enzim kolinesterase.Cholinesterase adalah suatu enzim yang terdapat pada cairan seluler, yang fungsinya menghentikan aksi dari achethilcholin dengan jalan menghidrolisa menjadi cholin dan asam asetat.Achethilcholin adalah suatu neurohormon yang terdapat antara ujung-ujung syaraf dan otot, sebagai media kimia yang fungsinya meneruskan rangsangan syaraf atau impuls ke reseptor sel-sel otot dan kelenjar. Di dalam tubuh dalam darah Cholinesteraseakan mengikat pestisida golongan organofosfat (Kardinan, 2000).

Perilaku pemakaian alat pelindung diri yang dilakukan petani dihasilkan dari berbagai interaksi yang berhubungan dengan perilaku tersebut. Adanya anjuran dari petugas kesehatan, pengalaman dari orang lain yang pernah keracunan akibat tidak memakai alat pelindung diri merupakan salah satu faktor yang menyebabkan responden berperilaku memakai alat pelindung diri ketika melakukan penyemprotan pestisida. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Notoatmodjo (2005) yang mengemukakan bahwa perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, pada sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan, Pemakaian alat pelindung diri oleh petani dalam penelitian ini adalah tindakan nyata petani dalam usaha untuk pencegahan timbulnya keracunan.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada hubungan antara pemakaian Alat Pelindung Diri dengan kadar kolinesterase darah pada petani holtikultura di Desa Bumen Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. (p value = 0,029).

B. Saran

Diharapkan para petani dapat meningkatkan kesadaran diri tentang pemakaian Alat Pelindung Diri dan dapat menggunakan Alat Pelindung Diri secara baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

BPS (Badan Pusat Statistik. 2010. Kabupaten Semarang

Budiyono, DKK. 2005. Hubungan Faktor Paparan Pestisida Dengan Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot Melon di Ngawi: UNIMUS

(10)

Gallo M.A., Lawryk N.J. 1991. Organic Phosphorus Pesticides. Handbook Of Pesticide Toxicology

Hana Nika Rustia, dkk. 2010. Lama Pajanan Organofosfat terhadap Penurunan Aktivitas Enzim Cholinesterase dalam Darah Petani Sayuran,Makara, kesehatan, 14 (2): 95-101.

Kardinan, Agus. 2000. Pestisida Ramuan Nabati dan Aplikasi.Jakarta : PT. Penebar Swadaya Kishi M., Hirschhorn N., Djajadisastra M., Satterlee L.N., Strowman S., Dilts R. 1993.

Relationship Of Pesticide Spraying To Sign And Symptoms In Indonesia Farmers. Scoand J. Work Environment Health

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nurhayati. 1997. Hubungan Model Pakaian Pelindung Dengan Penurunan Cholinesterase

Pada Petani Penyemprot Hama Sayuran. Jakarta : Thesis FKM-UI

Prihadi. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Efek Kronis Keracunan Pestisida Organofosfat pada Petani Sayuran di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Tesis Magister Kesehatan Lingkungan UNDIP, Semarang

Rustia, Hana Nika, dkk. 2010. Lama Pajanan Organofosfat terhadap Penurunan Aktivitas Enzim Cholinesterase dalam Darah Petani Sayuran, Makara, kesehatan, 14 (2): 95-101.

Sumirat, Juli. 2000. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta Gajah Mada University Press Sutikno, Slamet. 2000. Dasar-Dasar Pestisida Dan Dampak Penggunaannya. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama

Yuliana, Vera. 2008. Hubungan Perilaku Dalam Aplikasi Pestisida Dengan Aktivitas Kolinesterase Petani Penyemprot Pestisida. FKM Undip Semarang

Referensi

Dokumen terkait

Contoh, estimasi model regresi untuk menentukan hasil yang optimal dalam pembuatan kertas pada pabrik A, digunakan juga pada pabrik B, karena data pada pabrik A dan pabrik B tidak

Adapun tujuan utama dari penelitian ini adalah mengembangkan suatu sistem tambat untuk memperbaiki kinerja yang dilengkapi dengan sistem kontroi otomatis untuk

Dokumen SKP yang disusun hanya meliputi SKP untuk kelompok kompetensi dasar tenaga nuklir, bagi semua personil yang akan bekerja di PLTN, dan sebagian dari

[r]

Analisis : Fungsi ilokusi ini yakni penutur menyampaikan ujarannya dengan maksud meminta petutur untuk meyakini apa yang diujarkan karena menurut penutur desas

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG KONSERVASI ENERGI POTENSI BISNIS DI SEKTOR GAS Proyeksi Permintaan... PENDAHULUAN

Hasil tersebut jika dibandingkan dengan hambatan yang diberikan oleh klorokuin dengan dosis 5 mg/kg BB hampir sama bahkan lebih baik Seperti hasil penelitian sebelumnya

Hal ini dapat diasumsikan bahwa akan lebih baik tidak diberikan bed making, apabila bed making tali sudut dapat meningkatkan tekanan interface pada pasien karena hanya