• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah fix beban kerja.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "makalah fix beban kerja.docx"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS INDIVIDU TUGAS INDIVIDU

Mata

Mata Kuliah Kuliah : : Ergonomi Ergonomi IndustriIndustri Dosen

Dosen : : Dr. Dr. dr. dr. Syamsiar Syamsiar S. S. Russeng, Russeng, MS.MS.

MAKALAH MAKALAH

SIKAP TUBUH YANG ERGONOMIS SIKAP TUBUH YANG ERGONOMIS

OLEH: OLEH: RISMAYANTI YAMIN RISMAYANTI YAMIN P1800216005 P1800216005

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR MAKASSAR 2017 2017

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayaNyalah sehingga makalah mata kuliah Ergonomi Industri yang berjudul “Sikap tubuh yang Ergonomis”.

Dalam penyusunan makalah ini, begitu banyak hambatan yang di hadapi penulis. Tapi  berkat bimbingan dan bantuan serta dorongan motivasi dari berbagai pihak, semua

kendala-kendala dan hambatan yang dihadapi penulis dapat teratasi.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi  pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat

tercapai.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Makassar, Maret 2017

(3)

DAFTAR ISI Kata pengantar ... i Daftar isi... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 4 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan ... 5 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi ergonomi ... 6 B. Sikap tubuh dalam bekerja ... 8 C. Dampak Sikap Kerja Yang Tidak Sesuai Ergonomis ... 13 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ... 16 B. Saran ... 16 DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ergonomi merupakan salah satu wahana dalam meningkatkan produktifitas  berupa aturan dalam bekerja yang bermaksud membuat sistem kerja selamat, sehat,

aman dan nyaman. Ergonomi menjamin manusia bekerja sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasan yang hasil akhirnya manusia mampu berproduksi lebih optimal selama umur produktifnya tanpa harus mengorbankan keselamatan dan kesehatannya (Adiputera, 2004). Ergonomi sikap kerja dalam bekerja sangat perlu diperhatikan, jika sikap kerja bertentangan dengan sikap alami tubuh akan menimbulkan kelelahan dan cedera pada otot. Dalam sikap yang tidak alami tersebut akan banyak terjadi pergerakan otot yang tidak seharusnya terjadi sehingga gerakan itu akan boros energi yang menimbulkan strain dan cedera otot (Adiputera, 2004). Sikap kerja saat melakukan setiap pekerjaan dapat menentukan atau berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pekerjaan, untuk menghindari hal itu dibutuhkan sikap kerja yang efektif untuk menghasilkan produksi yang maksimal. Sikap kerja adalah  posisi kerja secara alamiah dibentuk oleh tubuh pekerja akibat berinteraksi dengan

fasilitas yang digunakan ataupun kebiasaan kerja.

Dengan semakin berkembangnya industri saat ini dimana sebagian besar dari aktivitas fisik manusia dalam industri terjadi dalam kegiatan manual material handling, dengan kata lain manusia lebih banyak melakukan pekerjaan secara manual dalam melakukan pemindahan barang atau objek ditunjang lagi dengan posis kerja yang tidak sesuai dengan aspek ergonomis maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya cidera tubuh, sakit, dan cacat. Masalah dari kegiatan manual material handling dikarenakan postur tubuh yang salah, repetitif (berulang-ulang), berat, dan durasi yang terkait dengan pemindahan beban. Salah satu penyebab cedera atau keluhan muskuloskeletal tersebut jika terdapat ketidakesuaian antara tuntutan tugas (task demand) dan kemampuan pekerja (worker capability), sehingga sistem muskuloskeletal secara fisik overexerted.

(5)

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menulis makalah dengan judul posisi kerja sesuai ergonomis. Dalam makalah ini juga akan dibahas tentang dampak posisi kerja yang tidak sesuai ergonomis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi ergonomi?

2. Bagaimana Sikap tubuh dalam bekerja?

3. Apa Dampak Sikap Kerja Yang Tidak Sesuai Ergonomis ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Definisi ergonomi.

2. Untuk mengetahui Sikap tubuh dalam bekerja.

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Ergonomi

Ergonomi (ergonomics) berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum, dimana ergonomi sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Istilah ergonomi lebih populer digunakan oleh beberapa negara Eropa Barat, dan di Amerika istilah ini lebih dikenal sebagai  Human Faktors Engineerings atau  Human Engineering (Wignjosoebroto, 2000). Istilah ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, engineering, manajemen dan desain peralatan (Nurmianto dalam Santoso, 2004).

Dari survei pendahuluan yang dilakukan pekerja mengalami gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh sikap kerja yang tidak ergonomis. Keluhan yang dialami antara lain: sakit pada pinggang, lelah seluruh badan, nyeri lutut dan kaki, keluhan pada lengan dan tangan, dan nyeri bahu dan punggung (Notoadmojo, 1997).

Beberapa prinsip kerja secara ergonomis agar terhindar dari cedera antara lain:

1. Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus dikurangi atau dihilangkan, perhitungkan gaya berat yang mengacu pada berat badan dan bila  perlu gunakan pengungkit sebagai alat bantu.

2. Sikap tubuh berdiri, duduk dan jongkok hendaknya disesuaikan dengan prinsip- prinsip ergonomi.

3. Panca indera dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol, bila susah harus istirahat (jangan dipaksa) dan bila lapar atau haus harus makan /minum (jangan ditahan). 4. Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur lebih dari jumlah maksimum

yang diperbolehkan (Wignjosoebroto, 2000).

Ergonomi juga dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan poduksi yang kompleks. Dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada tenaga kerja dan yang mana kepada mesin. Dibawah ini dikemukakan beberapa prinsip ergonomi sebagai pegangan, antara lain :

(7)

1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan  penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus melayani

mesin (macam, gerak, arah dan kekuatan).

2. Dari sudut otot sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk. Sedangkan dari sudut tulang duduk yang baik adalah duduk tegak agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Maka dianjurkan memilih sikap duduk yang tegak yang diselingi istirahat dan sedikit membungkuk.

3. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Dalam hal tidak mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk.

4. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37o kebawah. Arah  penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed).

5. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan  bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak  berubah.

6. Macam gerakan yang kontinu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan gerakan yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat melelahkan. Gerakan ke atas harus dihindarkan, berilah papan penyokong pada sikap lengan yang melelahkan. Hindarkan getaran-getaran kuat pada kaki dan lengan.

7. Pembebanan sebaiknya dipilih yang optimum, yaitu beban yang dapat dikerjakan dengan pengerahan tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum telah ditentukan oleh ILO sebesar 50kg.Cara mengangkat dan menolak hendaknya memperhatikan hukum-hukum ilmu gaya dan dihindarkan penggunaan tenaga yang tidak perlu. Beban hendaknya menekan langsung pada pinggul yang mendukungnya.

8. Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisien dan kualitas kerja sangat menurun (Suma’mur, 1996).

Dalam ergonomi akan dipelajari cara-cara penyesuaian pekerjaan, alat kerja dan lingkungan kerja dengan manusia, dengan memperhatikan kemampuan dan keterbatasan manusia itu sehingga tercapai suatu keserasian antara manusia dan  pekerjaannya yang akan meningkatkan kenyamanan kerja dan produktifitas kerja. Di dalam ergonomi terbagi dalam 3 aspek, yaitu antropometri, sikap kerja dan lingkungan kerja. Dan disini akan dibahas mengenai sikap kerja (Adeyani, 2010).

(8)

B. Sikap Tubuh dalam Bekerja

Sikap tubuh adalah suatu posisi bagi tubuh seseorang dalam melakukan kegiatan. Dimana, dalam melakukan kegiatan diperlukan rasa yang nyaman sehingga efisiesi kerja dan produktivitas kerja dapat optimal. Agar mendapatkan sikap tubuh yang ergonomi dalam bekerja, perlu diperhatikan sikap duduk dan berdiri secara  bergantian. sikap tubuh yang bekerja secara tidak alamiah harus dihindari agar

tercipta rasa nyaman pada saat bekerja.

Sikap kerja merupakan penilaian kesesuaian antara alat kerja yang digunakan oleh pekerja dalam bekerja dengan ukuran antropometri pekerja dengan ukuran-ukuran yang telah ditentukan (Budiono dalam Rahayu, 2005). Sikap kerja adalah tindakan yang akan diambil pekerja dan segala sesuatu yang harus dilakukan pekerja tersebut yang hasilnya sebanding dengan usaha yang dilakukan (Sada dalam Purwanto, 2008)

Sikap kerja juga diartikan sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya (Aniek dalam Purwanto, 2008). Kemudian  pada saat bekerja perlu diperhatikan postur tubuh dalam keadaan seimbang agar dapat  bekerja dengan nyaman dan tahan lama (Merulalia, 2010). Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dikatakan sikap kerja adalah proses kerja yang sesuai ditentukan oleh anatomi tubuh dan ukuran peralatan yang digunakan pada saat bekerja.

Sikap tubuh merupakan faktor resiko ditempat kerja. Manusia di muka bumi ini untuk dapat makan harus bekerja, sikap tubuh saat melakukan setiap pekerjaan dapat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pekerjaan, mari kita mempelajari  bagaimana sikap kerja yang efektif untuk menghasilkan produk yang maksimal

(Anonim, 2010).

Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Pada posisi berdiri dengan pekerjaan ringan, tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm dibawah siku. Agar tinggi optimum ini dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi siku yaitu jarak vertikal dari lantai ke siku dengan keadaan lengan bawah mendatar dan lengan atas vertikal. Tinggi siku  pada laki-laki misalnya 100 cm dan pada wanita misalnya 95 cm, maka tinggi meja

(9)

Untuk menerapkan sikap kerja didalam ergonomi maka ada beberapa  persyaratan yang harus dilaksanakan antara lain :

a. Posisi duduk atau bekerja dengan duduk, ada beberapa persyaratan : 1. Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya.

2. Tidak menimbulkan gangguan psikologis.

3. Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan.  b. Posisi bekerja dengan berdiri :

Berdiri dengan posisi yang benar dengan tulang punggung yang lurus dan  bobot badan terbagi rata pada kedua tungkai.

Selain itu sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus melayani mesin (macam gerak, arah dan kekuatan) (Suma’mur, 1996).

Terdapat 3 macam sikap dalam bekerja, yaitu: 1. Kerja posisi duduk

Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas,  panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta  jarak lekuk lutut dan telapak kaki. Posisi duduk pada otot rangka (musculoskletal ) dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri dan cepat lelah (Santoso, 2004).

Pada posisi duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding  berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar. Tekanan posisi tidak

duduk 100%, maka tekanan akan meningkat menjadi 140% bila sikap duduk tegang dan kaku, dan tekanan akan meningkat menjadi 190% apabila saat duduk dilakukan membungkuk kedepan. Oleh karena itu perlu sikap duduk yang benar dapat relaksasi (tidak statis) (Nurmianto dalam Santoso, 2004).

Sikap kerja yang baik dengan duduk yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap tubuh dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit kifosa pada punggung dimana otot-otot  punggung menjadi terasa enak dan tidak menghalangi pernafasan. Pekerjaan

(10)

 berkurangnya pemakaian energi, dan kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah (Suma’mur, 1989).

Duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator  bekerja yang bekerja sambil duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara  potensial lebih produktif dan operator juga lebih kuat bekerja sehingga lebih cekatan dan mahir. Namun sikap duduk yang keliru akan merupakan penyebab adanya masalah-masalah punggung.

Operator dengan sikap duduk yang salah akan menderita pada bagian  punggungnya. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri atau pun berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100%, maka cara duduk yang tegang atau kaku ( erect  posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% bdan cara yang

dilakukan dengan membungkuk kedepan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190%.

Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong kedepan. Kenaikan tekanan tersebut dapat meningkat dari suatu perubahan dalam suatu lekukan tulang belakang pada saat duduk. Suatu keletihan pada pinggul sekitar 90o tidak akan dicapai hanya dengan rotasi dari tulang pada sambungan paha.

Urat-urat lutut dan otot gluteal pada bagian belakang paha dihubungkan sampai bagian belakang pinggul dan menghasilkan suatu rotasi parsial dari  pinggul ( pelvis), termasuk tulang ekor atau ( sacrum). Hal tersebut hanya menghasilkan 60o-90o kelebihan putar pinggul dengan rotasi pada persendian tulang paha itu sendiri. Oleh sebab itu perolehan 30o dari rotasi pinggul searah dengan lekukan tulang belakang (lordosis) dan bahkan memperkenalkan suatu lekukan tulang belakang kearah depan (kyphosis).

(11)

Gambar 1. Rotasi pinggul ( pelvis) pada posisi duduk (Sumber data : Mandall, 1981)

Dua bagian ruas tulang belakang (lumbar) yaitu gambar a dan b adalah yang paling sering dipengaruhi dan termasuk dalam ” slipped disc syndrome”. Kliphosis dapat sering terjadi akibat sikap duduk pada saat membaca dimeja yang terlalu kedepan.

Tekanan antar ruas tulang belakang akan meningkat pada saat duduk  jika dihubungkan oleh rata-rata degenerasi dari bagian-bagian tulang yang

saling bertekanan. Seperti cara duduk di kendaraan dimana ada getaran (vibrasi), dan dimana seseorang tidak siap untuk mengubah sikap duduknya. Bangkit dan bergerak-gerak adalah sangat berpengaruh bagi ruas tulang-tulang karena meningkatkan difusi nutrisi bagi tulang tersebut. Oleh karena itu sikap duduk yang benar sangat diharapkan. Hal ini dapat dicapai dalam situasi kantor jika kursi-kursinya disandari oleh seseorang, dan selanjutnya terjadi  perubahan dari kyphosis (lekukan ruas tulang belakang kearah belakang). Dan yang pasti seseorang tidak dapat melakukan hal ini pada saat mengendarai kendaraan.

KDC Troup ( Applied Ergonomics, 1978, V 9, P.207). memberi suatu catatan yang sangat baik “nyeri atau sakit di punggung dan pencegahannya (“ Driver’s back pain its prevention”). Beliau menyelesaikan studi yang menunjukkan bahwa ”seseorang  yang menghabiskan lebih banyak waktunya dalam mengemudi kendaraan adalah tiga kali lebih mudah terjadinya bagian yang bengkok atau turun dari pada yang tidak mengemudi”.

2. Kerja posisi berdiri

Ukuran tubuh yang penting dalam bekerja dengan posisi berdiri adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan. Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan mengakibatkan penumpukan darah dan beragai cairan tubuh pada kaki dan ini akan membuat bertambahnya biola berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang

(12)

Apabila sepatu tidak pas maka sangat mungkin akan sobek dan terjadi bengkak  pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki. Sepatu yang baik adalah yang dapat manahan kaki (tubuh) dan kaki tidak direpotkan untuk menahan sepatu, desain sepatu harus lebih longgar dari ukuran telapak kaki dan apabila bagian sepatu dikaki terjadi penahanan yang kuat pada tali sendi (ligaments)  pergelangan kaki, dan itu terjadi dalam waktu yang lama, maka otot rangka akan mudah mengalami kelelahan (Santoso, 2004).

Beberapa penelitian telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada tenaga kerja dengan posisi berdiri, contohnya yaitu seperti yang diungkapkan Granjean (dalam Santoso, 2004) merekomendasikan bahwa untuk jenis  pekerjaan teliti, letak tinggi meja diatur 10 cm di atas siku. Untuk jenis  pekerjaan ringan, letak tinggi meja diatur sejajar dengan tinggi siku, dan untuk  pekerjaan berat, letak tinggi meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku (Santoso,

2004).

3. Membungkuk

Berdasarkan penelitian bahwa tenaga kerja bubut yang telah terbiasa  bekerja dengan posisi berdiri tegak dirubah menjadi posisi setengah duduk tanpa sandaran dan setengah duduk dengan sandaran menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik antar kelompok (Santoso dalam Romanenko, 2004). Yang mana posisi kerja yang baik adalah  bergantian antara posisi duduk dan posisi berdiri, akan tetapi antara posisi

duduk dan berdiri lebih baik dalam posisi duduk (Romanenko dalam Suma’mur, 1989).

Hal itu dikarenakan sebagian berat tubuh di sangga oleh tempat duduk  juga konsumsi energi dan kecepatan sirkulasi lebih tinggi dibandingkan

tiduran, tetapi lebih rendah dari pada berdiri. Posisi duduk juga dapat mengontrol kekuatan kaki dalam pekerjaan, akan tetapi harus memberi ruang yang cukup untuk kaki karena bila ruang yang tersedia sangat sempit maka sangatlah tidak nyaman.

(13)

C. Dampak Sikap Kerja Yang Tidak Sesuai Ergonomis Dan Rekomendasi Yang Sesuai Agar Dapat Meminimalisir Dampak Yang Ditimbulkan

1. Keluhan Muskuloskeletal :

Definisi Keluhan Muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua (Tarwaka, 2004), yaitu :

 Keluhan sementara (reversible)

Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan.

 Keluhan menetap ( persistent )

Keluhan menetap yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun  pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus  berlanjut. Hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari,  punggung, pinggang dan otot  –   otot bagian bawah. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang.

Penyebab Keluhan Muskuloskeletal Menurut Peter Vi (2000) yang dikutip oleh Rizki (2007) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu :

 Peregangan Otot yang Berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat

(14)

 Aktivitas Berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus - menerus seperti  pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat  –   angkut dan lain  –   lain. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus – menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

Keluhan lainnya antara lain :

a. keluhan kepala, leher, bahu, pinggang, bokong, lengan, tangan, lutut, kaki, dan paha akibat posisi atau sikap kerja yang tidak ses uai ergonomi.

 b. Kelelahann fisik akibat kerja terlalu berat(misalnya mengangkat beban secara berlebihan).

Pada suatu kondisi kerja tertentu menggambarkan kecenderungan untuk menga-lami beberapa keluhan antara lain :

1. Algias: penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang postur tubuhnya membungkuk ke depan, vertebral syndrome pada pembawa barang, pengantar barang & penerjun payung.

2. Osteo articulardeiatins: scoliosis pada pemain violin & operator pekerja bangku,  bungkuk (kifosis) pada buuh pelabuhan dan pembawa/pemikul keranjang, datarnya

telapak kaki pada para penunggu, pembuat roti dan pemangkas rambut.

3. Rasa nyeri pada otot dan tendon: rusaknya tendon achiles bagi para penari, tendon  para ekstensor panjang bagi para drummer, tenosynovitis pada pemoles kaca, pemain  piano dan tukang kayu.

4. Iritasi pada cabang saraf tepi: saraf ulnar bagi para pengemudi kendaraan, tukang kunci, tukang pande besi, reparasi arloji, enjilidan buku, pemotong kaca, dan  pengendara sepeda.

Dari berbagai keluhan diatas, maka akan muncul CTD (Cummulative Trauma  Disorder), yaitu trauma dari keadaan yang tidak teratur. Gejala ini muncul karena terkumpulnya kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan cukup  besar untuk menimbulkan rasa sakit.

o Trauma pada jaringan timbul karena:

 Overexertion: Proses penggunaan yang berlebihan.  Overstretching : Proses peregangan yang berlebihan.  Overcompression: Proses penekanan yang berlebihan.

(15)

o Contoh-contoh dari CTD:

 Tendinitis (tendon yang meradang & nyeri).

 Rotator Cuff Tendinitis (satu atau lebih RCT pd bahu meradang).  Tenosynovitis (pembengkakan pada tendon & sarung tendon).  Carpal Tunnel Syndrome

(16)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sikap tubuh dalam bekerja atau sikap kerja adalah suatu gambaran tentang posisi  badan, kepala dan anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam hubungan antar  bagian-bagian tubuh tersebut maupun letak pusat gravitasinya.

2. Sikap tubuh dalam bekerja terdiri dari : a. Sikap Kerja Duduk.

Sikap kerja duduk merupakan sikap kerja yang kaki tidak terbebani dengan  berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Duduk memerlukan lebih sedikit

energi daripada berdiri karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki

 b. Sikap kerja berdiri

Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki

c. Sikap kerja duduk-berdiri

Posisi kerja duduk-berdiri yaitu posisi atau sikap kerja yang dapat dilakukan dengan berdiri atapun duduk.

3. Dampak sikap tubuh yang tidak ergonomis

a. keluhan kepala, leher, bahu, pinggang, bokong, lengan, tangan, lutut, kaki, dan  paha akibat posisi atau sikap kerja yang tidak sesuai ergonomi.

 b. Kelelahann fisik akibat kerja terlalu berat(misalnya mengangkat beban secara  berlebihan).

B. Saran

Bagi pekerja sebaiknya memperhatikan sikap atau posisi kerjanya agar tidak mengalami dampak neggatif bagi kesehatannya. Sedangkan bagi penyedia lapangan  pekerjaan atau industri harap memperhatikan kelengkapan alat kerja yang sesuai aspek

ergonomi agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi pekerjanya. Saran lainnya dilakukanya penyuluhan mengenai bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat posisi kerja yang salah kepada para pekerja, agar dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Kedua variabel bebas tersebut yakni ketrampilan manajerial kepala sekolah (X2) dan peran komite (X2) dapat menerangkan pengaruhnya secara bersama-sama terhadap efektivitas MBS

Pembahasan Perdes Laporan Pertanggungjawaban APBDes Tahun Anggaran 2018 untuk diterbitkannya SK Persetujuan BPD terhadap Perdes Laporan Pertanggungjawaban APBDes Tahun Anggaran 2019

Pemaparan tersebut meliputi sejarah singkat awal lahirnya hubungan antara Jepang dan Amerika Serikat yang diawali oleh kekalahan Jepang pada Perang Dunia II hingga

i sini kita akan mengubah variabel dari k!!rdinat parallelepiped ke dalam

Diawali dengan adanya gejala-gejala yang muncul sebagai iawali dengan adanya gejala-gejala yang muncul sebagai suatu bentuk perubahan menuju kearah arsitektur yang suatu

2 3.2 Mengetahui konsep gerak dasar non- lokomotor sesuai dengan dimensi anggota tubuh yang digunakan, arah, ruang gerak, hubungan, dan usaha, dalam berbagai bentuk permainan

Berdasarkan hasil uji t dan hasil uji regresi lnear berganda dapat diketahui Bahwa semakin tinggi nilai EPS yang diperoleh perusahaan maka harga saham juga

dan penulisan laporan Pengabdian Kepada Masyarakat dengan judul " Peningkatan Keterampilan Remaja Melalui Pemanfaatan Bahan Terbuang dan Membuat Aneka.. Makanan