• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Putih Produksi Film Pendek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buku Putih Produksi Film Pendek"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Buku Putih Produksi Film Pendek

Bikin Film Itu Gampang !!

Andy Prasetyo

Cetakan Pertama Februari 2011 Bengkel Sinema

(3)

Buku Putih Produksi Film Pendek Bikin Film Itu Gampang

Oleh Andy Prasetyo

@2011 Bengkel Sinema

Editor : Novie Yektiningsih Cover Desain : Andy Prasetyo

Diterbitkan pertama kali oleh

BeNgkel SiNema

Jl. Sindoro No.22 Panggung Tegal - Jawa Tengah

e-mail : bengkelsinema@yahoo.co.id

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin tertulis dari penerbit

(4)

Daftar Isi

Judul ………

Penerbitan ………

Sekapur Sirih ………

1. Pra Produksi ………

a. Menciptakan Visi & Misi ……… b. Penulisan Scenario ………

c. Desain Produksi ………

c.1 Script Breakdown ……… c.2 Budget Breakdown ……… c.3 Casting Pemain ……… c.4 Reading & Rehearsal ………

2. Produksi ………

a. On Cam !! ………

a.1. Penyutradaraan ……… a.2. Tata Kamera ……… a.3. Tata Artistik ………

b. Countinity ……… c. Mood Countinity ……… 3. Paska Produksi ……… Video Editing ……… Capture ……… Cutting ……… Title ……… Audio ……… Make Movie/Render/Encode ………. Packing ………

Harapan & Impian ………

Scenario Film ‘Laskar Ilalang‘ ………

Filmografi Penulis ………

(5)

Sekapur Sirih

Film adalah salah satu cabang seni yang memiliki tingkat exclusivitas tinggi dalam estetika kehidupan masyarakat kita. Karena keberadaannya yang high class ini lah akhirnya justru menimbulkan paradigma yang sebenarnya menghambat proses berkembangnya film di tanah air. Banyak orang beranggapan bahwa untuk membuat film adalah hal yang mustahil bagi masyarakat umum karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan perangkat yang mahal, belum lagi film harus di dukung SDM dengan pendidikan yang tinggi di bidangnya.

Mendapati paradigma di atas penulis yang juga pendiri sebuah komunitas film sangatlah miris, hingga akhirnya penulis menerbitkan buku yang diharapkan dapat di jadikan pedoman dan sekaligus dapat menjadi guru bagi masyarakat umum yang akan membuat film pendek. Buku ini berisi step by step dalam membuat film, penjelasan point-point yang lengkap dan mudah di pahami menjadikan buku ini enak untuk di pelajari baik oleh pemula yang sama sekali belum pernah berkreasi di bidang sinematografi maupun untuk di gunakan oleh tenaga-tenaga lanjutan.

Akhirnya, ‘tiada gading yang tak retak’ penulis sangat menyadari buku ini tidaklah mampu menciptakan insan film yang sempurna, masih banyak yang harus di benahi karena kekurangan dan ketidak mampuan penulis dalam mengcapture ilmu dan teknik sinematografi serta produksi film. Untuk itu kami sangat mengharapkan adanya kritik, saran, dan sumbangan ide untuk menyempurnakan buku ini hingga mampu menjadi pedoman, panduan, pengetahuan dan sebagai bahan kajian bagi pelajar (SMP/SMA) yang merupakan akar rumput film Indonesia, juga sineas-sineas baru dalam memulai karyanya.

Namun demikian, kami sampaikan, selamat datang di dunia film kembangkan intuisi untuk mengcapture sisi-sisi kehidupan agar dapat di pahami orang lain lewat sentuhan ide, tulisan, penyutradaraan, dan editing yang di kemas indah dalam kado pesan moral dan kritik sosial. Mari bersama-sama memasyarakatkan film dan memfilmkan masyarakat, agar film Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

(6)
(7)

PRA PRODUKSI

Proses pra produksi adalah sebuah tahapan awal yang harus di lewati dalam pembuatan film, disinilah tujuan film, jenis film, dan bagai mana film itu, berawal.

Banyak film maker professional menjadikan beberapa bagian dalam proses pra produksi berdiri sendiri di luar team, artinya penulis scenario bekerja terpisah dengan team inti yang telah terbentuk. Hal itu bisa saja di lakukan mengingat saat ini banyak penulis scenario yang menjual hasil tulisannya kepada rumah-rumah produksi maupun TV.

Banyak film maker baru yang cenderung kehilangan arah di tengah-tengah produksinya, hingga mengakibatkan film susah di nikmati pemirsa bahkan tidak jarang film justru berubah alur cerita di tengah-tengah produksi. Hal ini banyak kita jumpai di sinema elektronik (sinetron), dimana cerita di perpanjang paksa karena permintaan pihak sponsor dan ; atau stasiun TV. Hal ini berakibat pada perubahan alur yang kadang hilang kendali dan berkesan di paksakan. FATAL !!

Hal-hal tersebut diataslah yang menyebabkan, Pra Produksi memiliki power 70% dalam proses pembuatan film. Semakin matang pra produksi sebuah film maka akan semakin sempurna film itu di buat, karena proses shooting film adalah praktik dan pelaksanaan dari pra produksi, hal yang membosankan. Dalam buku ini, penulis akan lebih banyak membahas tentang pra produksi untuk mengantisipasi dan meminimalisasi kesalahan-kesalahan di lapangan saat proses shooting sudah di mulai.

Jangan patah semangat saat menjalani lamanya proses pra produksi, bahkan seorang Martin Scorsese baru berhasil membuat film Gangs of New York secara utuh setelah melewati proses selama 32 tahun atau Francis Ford Coppola, sutradara trilogy Godfather yang membutuhkan waktu 5 tahun untuk memproduksi filmnya yaitu Heart of Darkness. Namun tentu saja hal itu hanya sebagai tolak ukur semata, dan kita tidak akan menunggu selama itu untuk membuat film.

MENCIPTAKAN VISI & MISI

Seluruh proses pra-produksi berawal dari sini, dimana kita mulai membuat visi dan misi film yaitu dengan menentukan jenis film, genre film, format film dan untuk apa film kita buat. Di awal ini sebaiknya rekrutlah rekan yang mempunyai kapasitas, karena pemikiran satu orang tidak akan lebih baik dari pada pemikiran beberapa orang. Minimal team inti untuk memulai proses ini berjumlah 5 orang. Dimana nantinya masing-masing akan membidangi satu divisi pada saat produksi.

Sekarang team inti produksi telah terbentuk, segeralah berkumpul untuk menciptakan visi dan misi film. Tentunya setelah sebelumnya menentukan ketua dari team ini. Kekompakan, konsekuensi dan keuletan adalah kunci dari semua proses pembuatan film.

(8)

Langkah Awal

Sebelum memulai, bahaslah bersama kelompok anda tujuan pembuatan filmnya. Disini pilihan untuk itu sudah sangat jelas, yaitu untuk keperluan screening, festival, komersial atau sekedar koleksi kelompok. Hal ini yang nantinya memiliki peran besar di penentuan langkah selanjutnya.

Screening, ketika menentukan pilihan ini berarti kita akan membuat sebuah film yang nantinya akan di

pertontonkan kepada public di mana di dalamnya bisa kita isi dengan konsep-konsep kritik sosial, pembelajaran atau pesan moral lain yang membangun bagi para penontonnya.

Ketika kita menentukan film untuk keperluan screening ini, maka sudah tentu di dalamnya harus di lengkapi data akurat, jangan sampai saat film sudah jadi, kita kembali di pusingkan dengan public yang akan kita pertontonkan. Artinya disini kita harus memikirkan 5 langkah kedepan.

Festival Film, untuk keperluan festival film, biasanya kita di tuntut dengan beberapa hal yang menjadi wajib

ada di film kita, misalnya tema film, durasi, genre dan hal-hal lain yang di tentukan panitia penyelenggara festival dan teknis penjurian festival itu sendiri.

Hal yang sangat mengembirakan bagi pembuat film jenis ini adalah dimasukannya film pendek dalam ajang perlombaan film nasional terbesar di Indonesia yaitu FFI (Festival Film Indonesia)

Film Komersial, seperti halnya tujuan film di atas film komersialpun di buat dengan beberapa kondisi yang

harus di capai dalam proses kreatifnya. Ketika film jenis ini di pilih maka kita harus sudah menentukan, siapa yang akan membeli/membayar produk kita atau kemana kita akan menjual produk kita. Selain standar mutu dan produksi yang di tentukan oleh pembeli/pemakai jasa kita. Yang masuk dalam pilihan ini adalah jenis-jenis film seperti Video Profile, Iklan, Video Clip Musik, Sinetron, FTV atau bahkan Film Layar Lebar.

Koleksi Kelompok, pilihan terakhir ini mungkin tidak terlalu menuntut banyak di bidang standar produksi

dan mutu, karena standarisasi di tentukan oleh kelompok sendiri dan hanya akan di pertontonkan kepada kalangan sendiri.

Setelah kita mempelajari sisi baik dan buruk, sisi standarisasi produksi, dan sisi-sisi lain dari masing-masing tujuan film di atas, segeralah tentukan pilihan !.

(9)

Job Description

Pembagian kerja kelompok inti yang minimal terdiri dari 5 orang ini memiliki tanggung jawab dan resiko yang berbeda-beda dan semuanya harus di laksanakan dengan penuh tanggung jawab dan tingkat konsekuensi yang tinggi.

Produser, adalah orang/anggota kelompok yang memiliki tugas memimpin semua jalannya produksi film

dan menggalang dana untuk membuat film, jabatan ini biasanya di pegang oleh pencetus atau penggagas awal. Dana produksi biasanya berasal dari sponsor, donatur/sumbangan, dana pribadi, atau bahkan patungan dari team inti. Pada proses ini, hukum ekonomi berlaku, yaitu mencari dana sebanyak-banyaknya untuk di pergunakan seminimal mungkin.

Job Point :

Setelah team inti terbentuk dan terbagi masing-masing job nya, produser harus sudah mulai melebarkan telinga dan menajamkan mata untuk mencari sumberdana yang bisa di gali dalam rangka mensukseskan kerja film kita. Mulailah lobby atau mencari referensi dari teman-teman tentang perusahaan atau orang-orang yang biasa menjadi sponsor dan donatur kegiatan, kemudian buatlah proposal kerja. Sumbangan sekecil apapun, terimalah!

Sutradara, jabatan ini di Indonesia seringkali di gabungkan dengan jabatan lain, seperti penulis scenario

ataupun producer. Sutradara mempunyai kewenangan memimpin produksi dari segi kerja kreatif. Keuntungannya ketika sutradara juga merangkap penulis scenario adalah film akan benar-benar punya roh karena sutradara paham benar yang di harapkan scenario.

Job Point :

Mulailah menulis scenario sesuai dengan visi dan misi film yang telah di tentukan bersama.

Gunakan sumber cerita yang ada, cari referensi dari pihak lain yang nantinya dapat mendukung cerita kamu, tajamkan konflik, pendekkan cerita.

Cameraman, tugas ini tidak dapat di gabungkan dengan tugas lain, diproses produksi film ini. Kameraman

harus menjadi orang terdekat sutradara sebagai partner diskusi dalam mengolah visualkan scenario

Job Point :

Tugas kamu sudah di tentukan, mulailah hunting handycam/camera sesuai amanat visi dan misi film yang telah di buat bersama, ingat bukan karena kamera mahal kemudian film pendek kita menjadi bagus, tetapi scenario dan kerja team yang baik akan menghasilkan film yang bagus dan layak ditonton. Setelah dapat pelajarilah kameramu, akrabkan dengan tombol-tombol digital dan manual yang ada agar lebih familiar, dan usahakan tidak adalagi percobaan gambar di lapangan. Karena kameraman akan di tuntut mendapatkan gambar sesuai permintaan scenario dan sutradara. Berlatihlah !

(10)

Manager Produksi, anggota team kita yang ke 4 memiliki tugas dan kewajiban bertanggung jawab terhadap

keseluruhan proses kerja lapangan dan bertanggung jawab langsung kepada produser. Manager Produksi, secara spesifik bertugas mempersiapkan crew, pemain dan peralatan serta seluruh kebutuhan operasional dan logistic team di lapangan.

Job Point :

Tugas besar dan tanggung jawab besar sekarang ada di pundakmu, segera data dan recruit teman-teman yang bisa di ajak kerjasama, dan berbagilah tanggung jawab dengan mereka. Siapkan infrastruktur transportasi dan logistic, security, Unit Kerja, Listrik, TV monitor, kabel-kabel dan semua yang berkaitan dengan produksi di lapangan nantinya. Ingat bagi tugas bersama teman yang telah di recruit.

Departemen Artistik, disini bertanggung jawab atas lokasi shooting (lighting dan dekorasi/setting) serta

pemain (make up dan wardrobe)

Job Point :

Departemen yang kamu bidangi merupakan ujung tombak dari kesempurnaan film yang akan di produksi. Gambar yang nantinya akan di saksikan penonton film kamu tergantung dari kesempurnaan kerja team artistic. Disini kamu memiliki tanggung jawab yang tidak kalah besar daripada bidang lainnya, yaitu penataan ruang sesuai kebutuhan scenario, wardrob (busana) pemain sesuai kebutuhan scenario, tata lampu juga sesuai kebutuhan scenario.

Nah, team inti kita telah terbagi dan masing-masing telah memiliki job dan tanggung jawab sendiri-sendiri. Meski dalam pelaksanaannya team inti membutuhkan rekan kerja/pendamping namun ketentuan kerja tetap pada porsinya. Bisa saja seorang sutradara butuh pendamping (assisten sutradara) untuk meringankan beban kerjanya, atau Cameraman butuh seorang assisten cameraman. Dengan terbentuknya team inti ini artinya satu fase telah di lewati yaitu kita telah memiliki visi dan misi untuk film kita nantinya.

(11)

PENULISAN SCENARIO

Scenario adalah hal terpenting dalam proses produksi film, meskipun kemampuan sutradara dan team produksi nya yang juga memegang peranan dalam mentranslate scenario menjadi sebuah gambar bergerak. Namun sebelum kita mulai untuk menulis scenario ada baiknya kita mengetahui konsep-konsep dasar dari sebuah cerita yaitu ;

TENTANG CERITA :

SASARAN CERITA

1. Anak-anak (Usia 5 – 12 th)

Cerita yang menampilkan unsur : pendidikan, panutan, kejadian, binatang, fantasi, dan hiburan.

2. Remaja (Usia 13 – 17 th)

Cerita yang menampilkan unsur : pendidikan yang mengarah pada moral dan etika, serta ketaatan beragama.

3. Dewasa (Usia 18 +)

Cerita yang biasanya disisipi adegan dewasa : erotisme, sadism, dll

4. Umum

Cerita basanya bersifat umum.

JENIS CERITA

1. Drama

Cerita tentang kehidupan dan perilaku manusia sehari-hari a. Drama Tragedi

Cerita yang berakhir dengan duka lara atau kematian b. Drama Komedi

Cerita yang menampilkan kelucuan

Macam-macam drama komedi berdasarkan konsep 1. Komedi Situasi

Cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari para pemain melainkan karena situasinya.

2. Komedi SLAPSTIC

Cerita lucu yang diciptakan dengan adegan menyakiti para pemainnya, atau gerak vulgar dan kasar.

3. Komedi SATIRE

Cerita lucu yang penuh dengan sindiran tajam 4. Komedi FARCE

Cerita lucu yang bersifat dagelan.

c. Drama Misteri

Cerita yang menampilkan ketegangan (suspense) 1. Misteri KRIMINAL

(12)

2. Misteri HOROR

Cerita misteri yang berkaitan dengan roh halus atau mahluk halus yang menakutkan.

3. Misteri MISTIK

Cerita misteri yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat klenik, perdukunan, atau unsur gaib.

d. Drama Laga

Cerita yang lebih banyak menampilkan adegan perkelahian atau pertempuran 1. MODERN

Drama laga yang dikemas dengan setting modern. 2. TRADISIONAL

Drama laga yang dikemas dengan setting tradisional

e. Melodrama

Cerita drama yang bersifat sentimental dan melankolis, biasanya cenderung mendramatisir kesedihan.

f. Drama Sejarah

Cerita drama yang menampilkan kisah sejarah masa lalu baik tokoh maupun peristiwanya.

ALUR CERITA / PLOT

Jalan cerita

1. Plot Lurus/Linear

Plot yang alur ceritanya terfokus pada konflik seputar tokoh sentral (utama).

2. Plot Bercabang/Multiplot

Plot yang alur ceritanya sedikit melebar ke tokoh lain.

GRAFIK CERITA

Grafik cerita merupakan irama plot untuk mengembangkan konflik pada setiap adegan dalam naskah.

Bekal dasar bagi seorang penulis adalah sebagai berikut

A. Dukungan dari diri sendiri, meliputi 1. Minat 2. Bakat 3. Motivasi 4. Disiplin 5. Kecerdasan 6. Pengetahuan 7. Pengalaman 8. Pergaulan 9. Komunikasi 10. Semangat belajar

(13)

B. Dukungan dari luar diri sendiri, yaitu berasal dari 1. Keluarga 2. Team kerja 3. Lingkungan 4. Penonton 5. Sesama seniman

C. Dukungan fasilitaspun tidak kalah penting dengan dua hal di atas, yaitu 1. Peralatan kerja

2. Tempat kerja

3. Perpustakaan atau sumber referensi

Selain hal tersebut diatas, dalam penulisan scenario, ada beberapa langkah awal yang harus di perhatikan, diantaranya ;

1. Visi dan Misi Film

Visi dan misi film telah di temukan dan dibahas bersama dalam kelompok inti yang telah kita bentuk, selanjutnya gunakan visi dan misi tersebut sebagai benang merah cerita hingga scenario yang kita buat tidak akan lepas kendali.

2. Ide Dasar & Tema Cerita

Ide dasar merupakan plafon dari sebuah runutan/plot cerita. Dari ide dasar inilah dapat kita kembangkan point-point cerita dan berbagai konflik yang nantinya mampu menjadi bumbu pendukung cerita.

3. Observasi

Observasi dilakukan sebagai usaha untuk memperkuat cerita dengan meminimalis adegan-adegan yang tidak sesuai dengan kenyataan, hal ini di lakukan dengan mencari referensi dari berbagai pihak yang nantinya dapat di jadikan acuan.

4. Menulis Cerpen

Untuk mempermudah dalam penulisan scenario, maka sebelumnya kita sebelumnya kita rangkum, seluruh point yang di dapat dari hasil pemikiran kreatif dan observasi lapangan dalam bentuk cerpen. Hal ini dilakukan agar penulisan scenari tidak kehilangan arah di tengah jalan dan lebih penting lagi akan mempermudah kita dalam membuat scenario.

5. [Pengendapan]

Mengendapkan cerita, merupakan hal yang lazim di gunakan para penulis untuk mendapatkan ide baru/tambahan, sampai dengan scenarionya siap di produksi. Pengendapan yang di maksud adalah berhentilah menulis ketika kita mulai tidak fresh, kehabisan ide, atau merasa jemu hal ini dilakukan agar tulisan kita benar-benar mendekati sempurna.

6. Scenario Film

Setelah cerpen selesai kita buat, saatnya mentranslate menjadi sebuah scenario film .

Proses ini bisa dilakukan siapa saja, jika kita telah benar-benar kelelahan saat menulis cerpen nya. Meski lebih baik jika proses dilakukan oleh penulisnya sekaligus, hingga scenario tidak akan kehilangan roh dari sang penulis.

(14)

Contoh dasar penulisan :

Tujuan Produksi : Festival Film Ide Dasar : Merah Putih

Tema Cerita : Pengartian merah putih secara harfiah Hasil Observasi : - Malam minggu, penonton banyak

- Nonton TV selepas Sholat Isya - TV satu-satunya di Desa

Cerpen :

Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya Dika berada di baris terdepan dalam antrian nonton televisi di rumah pak lurah. Mungkin karena malam minggu, sehingga antrian di rumah pak lurah semakin panjang saja.

Begitulah aktivitas di desa kami selepas sholat isya, meskipun orang-orang tidak pernah tahu acara apa yang di saksikan dari kotak 14 inch, kebanggan pak lurah dan memang itu satu-satunya di desa kami.

Entah acara apa pula yang telah di saksikan Dika, hingga dia tak mampu memejamkan matanya malam itu. Jam berdetak begitu kencang terdengar di telinga Bagas, bahkan 2 gelas darahnya habis di hisap 6 koloni nyamuk got pun tak ia rasakan. Sesaat pikiran Bagas menerawang me review kembali yang di saksikannya di layar TV, ketika presiden memberikan semangat kepada para atlit nasional, “ Kibarkan Merah Putih di puncak tertinggi “….

Scenario :

SCENE 12 CUT TO.

Ext. POHON BESAR DEPAN KELURAHAN – SIANG HARI CAST : DIKA

Dika termangu di depan pohon beringin tua, menatap ragu. Tiba-tiba matanya berbinar seakan mendapatkan semangat baru, senyum kemenangan tersungging indah di bibirnya.

DIKA

Aku pasti bisa..

Dengan serta merta Dika menyerbu beringin tua dengan bendera merah putih yang telah terikat kuat pada tiang 2 meter di punggungnya

VO

(15)

TIPS PENULISAN SCENARIO

1. Menulis Scenario adalah sebuah proses terpisah antara hati dan otak

a. Proses hati, penuangan ide kedalam cerita tanpa batasan-batasan jangan masukan logika hingga ide telah tertuang habis.

b. Proses Otak, mereview hasil proses hati dengan logika dan kenyataan lapangan.

2. Dalam menulis dialog usahakan seminimal mungkin untuk memberi perintah gesture tubuh, ekspresi dan gerak-gerik pemain dalam kolom dialog agar improvisasi pemain tidak di batasi. Lebih penting lagi, buatlah dialog sesuai karakter yang kita ciptakan, sebab akan menjadi aneh jika karakter petani/orang kampung berbicara dengan bahasa intelektual yang tinggi dan usahakan untuk tidak menggunakan dialog-dialog yang berat yang nantinya akan membuat jenuh penonton (Filosofi yang membahas Intuisi)

3. Hindari penulisan detail-detail angle kamera yang menjadi hak sutradara dalam mengeksekusi gambar.

4. Percaya diri menjadi hal yang sangat wajib di miliki oleh penulis ketika draft scenario mengalami revisi berkali-kali.

5. Menulis scenario bukanlah pekerjaan kesenian (art) akan tetapi lebih ke bentuk kerja kerajinan (craft).

Penulis bebas dalam menuangkan ide cerita tetapi harus mampu meng akomodir kepentingan-kepentingan pihak tertentu.

6. Perbanyaklah menonton berbagai genre film di sela-sela menulis dengan tujuan menghilangkan stress, me refresh otak dan mencari ide tambahan yang bisa di serap tetapi ingat bukan sebagai plagiat (peniru)

(16)

DESAIN PRODUKSI

Desain produksi lebih mengacu kepada kerangka dan;atau rancangan produksi dimana nantinya proses produksi/shooting sebenarnya hanyalah pelaksanaan dari rancangan yang telah kita buat. Sebagai pembelajaran untuk mempermudah proses produksi kita akan membagi breakdown ini menjadi 2 yaitu, script dan budget. Disinilah proses vital sebuah produksi. Ibarat membangun sebuah rumah jika di rencanakan dengan asal maka rumah yang dibangun tidak akan sempurna atau bahkan jelek.

Script Breakdown

Adalah proses menguraikan scenario menjadi informasi tentang segala sesuatu yang di butuhkan pada saat shooting di mulai. Disini kita akan memperoleh informasi tentang jumlah pemain, kebutuhan kostum, kebutuhan make up, kebutuhan artistic, bahkan kebutuhan dana untuk proses produksi film kita. Tidak kalah penting lagi kita akan dapat menentukan jadual shooting berdasarkan informasi per scene yang telah kita uraikan. Sebagai langkah awal penguraian/breakdown kita akan membuat table yang nantinya mempermudah kita dalam mencatat hasilnya. Contoh sheet yang akan kita buat :

SCRIPT BREAKDOWN

Title : Day :

Production : Date :

Scene Cast Ext Wardrobe Make Up Property I/E D/N Scene Des

Keterangan :

1. Scene, urutan scene sesuai scenario

2. Cast, berisi nama-nama pemain dalam 1 scene

3. Extras/Athmosfere, adalah orang-orang yang mendukung (figuran) dalam 1 scene 4. Wardrobe, jenis/warna/no busana sesuai karakteristik pemain berdasarkan scenario 5. Make Up, riasan wajah yang di perlukan pemain/figuran sesuai kebutuhan scenario 6. Property, uraian kebutuhan peralatan yang di gunakan

(17)

8. D/N, Day/Night merupakan keterangan waktu shooting (Siang/Malam)

9. Scene Description, gambaran / garis besar cerita / benang merah cerita per scene

Setelah semua scene telah kita breakdown, mulailah memisahkan scene berdasarkan pemain, waktu, dan lokasi untuk membuat jadual shooting.

1. Kumpulkan adegan berdasarkan lokasi (location set), carilah adegan dengan lokasi yang sama, utamakan pilih yang terjauh terlebih dahulu. Hal ini untuk mengantisipasi ketika semangat crew dan pemain turun, maka proses shooting telah berada di lokasi yang terdekat untuk meminimalisasi biaya.

2. Setelah mendapatkan urutan sesuai lokasi, pisahkan masing-masing urutan adegan bagian luar dan dalam ruangan (INT/EXT) dan juga pisahkan adegan siang dan malam (D/N)

3. Dahulukan adegan di luar ruangan, adegan siang hari, dan adegan yang membutuhkan banyak pemain.

Sekarang kita telah memiliki urutan shooting (bukan urutan scene), sekarang buatlah jadual shooting nya. Jadual shooting ini diperlukan oleh semua departemen untuk mempersiapkan kebutuhan sesuai tanggung jawab masing-masing.

SHOOTING SCHEDULE

Title :

Production :

Day/Date Scene Cast Athmosfere Wardrobe Property Location

Selain untuk menentukan jadual shooting dan menghitung estimasi anggaran produksi, script breakdown juga sangat di perlukan oleh DOP / cameraman untuk membuat shoot list (urut-urutan pengambilan gambar) yang nantinya akan mempermudah kerja kameraman di lapangan dan yang jelas akan mempersingkat waktu produksi, dalam memproyeksikan shoot list ini sangat erat kaitannya dengan pembuatan storyboard yaitu gambaran mentah film dalam 2 dimensi. Storyboard bisa berbentuk seperti komik dari film yang akan kita produksi. Shoot list dan Storyboard juga merupakan panduan cameraman dalam memposisikan kamera ketika di lapangan.

(18)

Budget Breakdown

Estimasi budget untuk pembuatan film kita dapat dilihat melalui script breakdown dan shooting schedule yang telah kita susun.

• Waktu dan lokasi shooting film kita dapat di lihat pada shooting schedule

• Jumlah pemain & Figuran yang akan kita pakai dapat dilihat lewat kolom cast dan extras

• Jenis busana dan make-up yang akan di pakai pemain dapat di lihat di kolom wardrobe dan make up

• Total kebutuhan property setiap scene pun telah terdata di kolom property

Perlu di ingat bahwa, informasi daftar belanja kebutuhan pembuatan film yang diperoleh dari script breakdown, itu bukanlah total anggaran produksi kita, masih ada departemen yang belum melampirkan mata anggarannya, yaitu departemen logistic. Bahkan jumlah crew dan honor mereka pun belum masuk ke daftar budget, agar total anggaran produksi kita dapat diketahui secara pasti kita perlu membreakdown budget.

BUDGET BREAKDOWN Title : Production : Day Date Scene Cast Athmosfere Property Wardrobe make-up EQ Rent tape Crew Labour Transport Locations Logistic

Day-Date, adalah kolom hari shooting dan tanggal shooting.

Scene, Jumlah scene yang akan di laksanakan.

Cast-Athmosphere, berisi nama-nama pemain mulai dari pemeran utama sampai dengan figuran.

Property-Wardrobe-Make-up, merupakan kolom untuk department artistic yang berisi total

kebutuhan art hari itu.

EQ-Rent-tape, adalah kolom dimana semua alat yang di pakai baik hasil sewa maupun milik sendiri

di data beserta kebutuhan media rekam/kaset.

Crew-Labour, merupakan kolom informasi jumlah SumberDaya Manusia yang berkerja mulai dari

(19)

Transport-Locations-Logistic, Kebutuhan kendaraan sebagai alat transportasi, lokasi shooting

yang mungkin di sewa, dan kebutuhan logistic selama 24 jam (masa shooting)

Data valid dari BUDGET BREAKDOWN inilah yang nantinya akan kita jadikan patokan pembuatan proposal kerja kita. Meski demikian, sebaiknya kita tetap menyediakan anggaran cadangan untuk hal-hal yang tidak terduga saat di lokasi shooting. Kondisi alam, cuaca dan kondisi lokasi yang tidak dapat kita prediksi kadang dapat menghambat waktu shooting kita yang berakibat pada membengkaknya biaya di luar perhitungan.

Casting Pemain

Setelah scenario selesai tiba saatnya untuk memilih pemain berdasarkan kebutuhan scenario. Casting adalah proses penentuan pemain (actor/aktris) berdasarkan analisa scenario yang telah di sepakati team.

Macam-macam casting

1. Casting by ability

Berdasarkan kecakapan (pandai), biasanya untuk perang utama

2. Casting by type

Berdasarkan kecocokan fisik si pemain

3. Anti type casting

Berdasarkan bertentangan dengan watak dan fisik si pemain (educational casting)

4. Casting to emotional temperament

Berdasarkan hasil observasi hidup pribadi, karena mempunyai banyak kesamaan atau kecocokan dengan peran yang akan dipegang

5. Therapeutic casting

Berdasarkan pertentangan watak aslinya dengan maksud mengurangi ketidak seimbangan jiwanya.

Untuk memulai proses ini buatlah lembar penokohan terlebih dahulu yang nantinya akan membantu dan mempermudah kita dalam melakukan casting.

(20)

CASTING SHEET

Title :

Production :

No Cast Age Phisic Character Note

No, berisikan urutan pemeran dari peran utama hingga peran pembantu

Cast, adalah nama-nama tokoh sesuai nomor

Age, usia tokoh sesuai permintaan scenario

Phisic, merupakan ciri fisik tokoh

Charcter, bentuk dari kepribadian para pemeran film kita

Note, catatan tersendiri bagi sutradara yang dapat memperkuat karakter pemain

Setelah membuat casting sheet ini segeralah memilih orang-orang yang akan bermain di film kita. Pilih dengan jeli, karena mereka akan mewakili suara kita kepada masyarakat lewat tayangan nantinya.

Tips Menentukan Pemeran :

1. Gunakan Casting Sheet sebagai pedoman dalam menentukan pemeran/pemain.

2. Memilih pemeran yang sudah professional akan lebih bagus, karena dapat memperkuat film kita nantinya. Meski lebih mahal tetapi akan menghemat disisi waktu yang imbasnya kita dapat berhemat lebih di bidang lain.

3. Selalu gunakan kamera untuk melihat sisi camera face

4. Gunakanlah potongan dialog scenario yang dilengkapi dengan permintaan expresi dan gesture tubuh

5. Kecantikan/ketampanan bukan jaminan, meski tetap memiliki nilai point

6. Jika sudah mendapatkan calon pemain, ceritakan hal terpahit dalam produksi kita dan jangan pernah menjanjikan apapun yang nantinya tidak bisa kita tepati

(21)

READING & REHEARSAL

Proses Reading dan rehearsal adalah proses akhir dari pra produksi dimana semua pemain yang telah kita tunjuk, bersama-sama membaca dan mempelajari scenario. Sebelum proses ini dilaksanakan seluruh pemain seyogyanya telah mendapatkan scenario untuk terlebih dahulu di pelajari di rumah, minimal satu minggu sebelum proses di mulai. Dalam proses ini semua adegan dalam scenario dilakukan, mulai dari artikulasi, ekspresi, gesture, dialog, dan semua aktivitas yang di minta scenario.

Reading dan rehearsal sangat di perlukan untuk mengetahui durasi dialog yang nantinya dapat menjadi patokan dasar dalam menentukan durasi film dan lebih kompleks lagi dapat di jadikan ukuran belanja media rekam/kaset sehingga anggaranpun bisa disesuaikan. Proses ini biasanya di pimpin oleh assisten sutradara yang nantinya melaporkan hasil kepada sutradara, selain itu dalam proses ini kerap terjadi perubahan scenario untuk penyesuaian dengan kondisi pemain dan atau untuk memperkuat cerita.

(22)
(23)

PRODUKSI

Masa pra produksi yang melelahkan telah kita lewati, yang artinya segala sesuatu yang akan dilaksanakan pada waktu produksi telah terpikirkan dan di perhitungkan dengan matang. Sebelum kita masuk ke produksi ada baiknya kita check point terlebih dahulu persiapan shooting kita, jangan sampai ada yang tertinggal atau terlupakan saat sudah di lokasi shooting yang jauh dari basecamp karena hal ini akan merugikan banyak pihak dan jelas akan membebani cost produksi.

• Peralatan Shooting (kamera, lampu, kabel dan peralatan pendukung lainnya)

• Lokasi (akses, izin, keamanan, suara, sumber air, sumber listrik, cuaca, geografis,dll)

ON CAM

On Cam, adalah istilah untuk pertama kali kamera roll / merekam adegan sebuah film. Dalam proses kerja kreatif ini kewenangan sepenuhnya ada di tangan sutradara beserta departemen nya. Proses pengambilan gambar yang tidak sesuai dengan urutan scenario, memaksa departemen penyutradaraan bekerja lebih ekstra disetiap pengambilan gambar untuk mempertahankan continuity dan mood continuity pemain.

Hal ini di maksudkan agar pada saat film memasuki tahap editing tidak terjadi jumping / perbedaan gambar yang terlalu menyolok.

(24)

PENYUTRADARAAN

Seperti telah kita ketahui bahwasanya tugas sutradara adalah mentranslate bahasa tulisan menjadi bahasa visual/gambar. Dalam sebuah produksi sutradara benar-benar menjadi sentral, dimana semua departemen memiliki kewajiban mengakomodir kehendak sutradara ketika menginterpretasikan sebuah scenario. Untuk itu sudah menjadi sebuah keharusan bahwa sutradara harus benar-benar menguasai beberapa hal ;

1. Sutradara menjiwai scenario, artinya seorang sutradara harus sudah benar-benar memahami cerita se detail-detailnya.

2. Sutradara harus memiliki inisiatif, kreatifitas dan inovatif, hal ini sangat di perlukan untuk dapat menghasilkan gambar dan frame yang sempurna, hingga nantinya dapat ikut membantu mengangkat cerita/film.

3. Sutradara harus paham benar karakter team kerjanya, kondisi tubuh team perlu di perhatikan. Terlalu lelah membuat hasil kerja kurang maksimal.

4. Sutradara harus mampu mengikat penontonnya. Menurut pengamatan, kekuatan konsentrasi penonton di Asia maksimal 10 menit, artinya jika gambar yang kita sajikan selama 10 menit terlalu monoton maka dengan sendirinya penonton akan jenuh dan bukan tidak mungkin film kita akan di tinggalkan penonton

bahkan penonton berhak menghakimi film kita dengan hasil “Jelek”.

5. Sutradara harus mampu membangun struktur dramatisasi cerita yang sangat berguna untuk mengolah emosi penonton.

6. Sutradara minimal menguasai konsep 5C yaitu ; a. Close Up

Pengambilan gambar jarak dekat yang di lakukan kameraman digunakan sutradara untuk mempertegas efek mimic dan emosi pemain.

b. Camera Angel

Unsur ini biasanya di gunakan untuk mempercantik gambar atau memberikan sentuhan-sentuhan artistic dalam gambar tanpa mengurangi maksud dan tanggung jawab gambar.

c. Composisi

Merupakan unsur visualisasi yang membantu memberikan keseimbangan frame/gambar hingga POV (Point Of View) tercapai

d. Cutting

Adalah unsur imaginasi yang harus di miliki oleh seorang sutradara yang berarti pada saat produksi berjalan sutradara sudah memiliki bayangan cut to cut gambar atau bagaimana gambar yang sedang di ambil akan di edit nantinya.

(25)

e. Countinity

Ketika produksi dimulai seorang sutradara harus mampu memproyeksikan pengadegan antar scene, hingga ketika jumping scene di lakukan, sutradara tidaklah kebingungan untuk menyambungnya kembali. Hal ini berkaitan dengan departemen pendukung produksi yang lainnya (Art,Light,Wordrobe,Make-Up,Script)

Berikut shooting call yang di lakukan oleh Sutradara/Astrada I untuk memulai pengambilan gambar

1. Stand by for picture

Semua elemen gambar mulai dari sett, cahaya, pemain, crew harus sudah mempersiapkan memposisikan diri

2. Picture up

Camera On gambar masuk ke dalam monitor untuk menunggu persetujuan sutradara 3. Lock

Begitu sutradara sudah menyetujui gambar yang ada di monitor maka perintah ini dikeluarkan yang berarti semua elemen telah benar-benar siap

4. Mark

Clapper memposisikan slate di depan kamera yang dibantu oleh kameraman agar slate in frame (benar-benar masuk ke frame camera) ini sangat berguna bagi editor nantinya

5. Camera

Sutradara/Asstrada akan memberikan aba-aba “ Camera ! “ yang artinya kamera harus diposisi on, dan di jawab oleh kameraman setelah siap dengan “ roll ”

6. Audio

Sama hal nya dengan aba-aba untuk kameraman, pada saat perintah ini terdengar, maka audioman harus menjawab “ Speed / Ready “ ketika alat rekam audio telah siap

7. Action

Setelah kondisi elemen-elemen gambar telah siap sutradara pun memulai proses shooting dengan aba-aba “ Action”

8. Cut

Aba-aba yang satu ini berarti semua kegiatan berhenti sejenak untuk menunggu perintah berikutnya 9. Retake

Ini adalah perintah dari sutradara/asstrada untuk memulai dan atau mengulang kembali adegan. Proses dan perintah-perintah yang di lakukanpun kembali seperti saat awal pertama.

10. Break

Break ini akan di suarakan untuk menghentikan aktifitas sementara dan beristirahat sejenak, untuk selanjutnya kembali pada adegan yang sama.

11. Next

Ketika perintah ini di keluarkan berarti gambar untuk adegan telah fix dinilai oleh sutradara. Di Indonesia perintah ini lazim diganti “bungkus” yang berarti pengambilan gambar telah selesai.

(26)

TATA KAMERA

Film merupakan bahasa universal yang bisa di pahami dengan mudah lintas negara dan kebudayaan. Untuk itulah sudah sewajarnya jika unsur visual adalah hal yang paling dominan dalam penyampaian pesan moral maupun visi misi film kepada penontonnya. Dan hal ini menjadi tugas seorang kameraman/juru kamera. Seorang penata kamera wajib memberikan masukan-masukan frame kepada sutradara, meskipun telah dibuat shoot list dan storyboard dan eksekutor akhirnya tetap berada di tangan sutradara.

Sudut-sudut gambar yang lazim di gunakan :

1. One Shot

Pengambilan gambar dengan object hanya seorang pemain. Penambahannya di sebut Two Shot dan Group Shot

2. High Angel

Pengambilan gambar dari sudut atas object 3. Top Angel

Pengambilan gambar dari atas Object 4. Bird eye View

Pengambilan gambar dengan High Angel yang di padukan dengan unsure art hingga seperti penglihatan seekor burung

5. Low Angel

Pengambilan gambar dari sudut bawah 6. Profile Shot

Adalah pengambilan gambar sejajar dengan objek sering disebut juga dengan Eye Level 7. Over Shoulder

Pengambilan gambar di belakang punggung/bahu lawan bicara/objek lain, teknik ini banyak di gunakan untuk pengambilan gambar dialog yang di padukan dengan group shot dan One Shot 8. Walking Shot

Pengambilanan dengan mengikuti acting pemain, pengembangan dari teknik ini memunculkan extreme shot yang lebih banyak di gunakan pada adegan2 keras (Fighting, Kejar-kejaranan, kecelakaan, dll)

9. Back Light Shot

Teknik yang di gunakan untuk mendapatkan siluet yaitu dengan menghadapkan kamera kearah sumber cahaya

10. Reflection Shoot

Gambar yang di ambil dari hasil refleksi objek banyak di gunakan pada pengambilan di depan cermin dan air

(27)

TATA ARTISTIK

Tata artistic merupakan proses pengolahan lokasi dan pemain sesuai dengan interpretasi visual sutradara yang tersirat dalam scenario. Penata artistic atau art departemen di dalamnya terdiri dari banyak bagian diantaranya yaitu, setting, make-up, lighting, wardrobe, dll. Koordinator tata artistic seyogyanya selalu berkoordinasi dengan penata kamera dan sutradara untuk menghasilkan view gambar yang sempurna.

I. TATA LAMPU

Tujuan penggunaan tata lampu adalah untuk menerangi dan menyinari setting dan actor.

Menerangi :

Adalah cara menggunakan lampu sekedar untuk memberi terang, melenyapkan gelap.

Biasanya digunakan lampu general illumination, untuk menerangi seluruh lokasi/setting, benda-benda penting maupun yang tidak penting, diterangi secara merata.

Menyinari :

Adalah cara penggunaan lampu untuk membuat bagian-bagian pengadegan sesuai dengan keadaan dramatic lakon, bisa untuk memperkuat karakteristik benda mati maupun karakteristik penokohan sesuai scenario

Biasanya digunakan lampu specific illumination, untuk menyinari terpusat pada suatu tempat, dan tempat lain yang kurang penting. Dengan penyinaran ini efek dramatic dan pictorial bertambah.

Tata Lampu sesuai dengan kegunaannya, meliputi ;

1. Mengingatkan efek lighting alamiah.

Maksudnya ialah menentukan keadaan jam, musim, cuaca dengan lighting.

2. Membantu melukis dekor/scenery dalam menambah nilai warna sehingga tercapai adanya sinar dan bayangan. Lukisan itu menjadi dekor selama dipakai, bila tidak dipakai ada dekor.

3. Membantu permainan lakon dalam melambangkan maksudnya dan memperkuat kejiwaannya.

Tata Lampu sesuai dengan komposisi latar/setting yaitu ;

1. Lampu Primer

Lampu Primer adalah sumber sinar yang langsung menuju benda atau daerah yang ingin kita sinari. Sinar ini mengakibatkan bayangan.

2. Lampu Sekunder

Lampu Sekunder adalah sumber sinar yang menetralisir bayangan, biasanya ditaruh berlawanan dengan lampu primer.

3. Lampu Background (latar belakang)

(28)

II. MAKE UP

Teknik menggunakan bahan-bahan kosmetik untuk mewujudkan wajah/kulit pemain sesuai karakter dalam penokohan/peranan untuk mendekati karakter sesuai scenario.

Pedoman dasar dalam olah/tata make-up yaitu;

1. Melihat dengan jelas apa yang dikemukakan untuk suatu peranan tertentu sesuai scenario 2. Kepribadian pemain, yaitu jenis, bangsa, watak, serta usianya.

3. Dalam hubungan dengan keseluruhan scenario harus diperhatikan hakiki dramanya.

Teknik dasar Make-Up

1. Rata dan halusnya base.

Guna base ialah untuk melindungi kulit, memudahkan pelaksanaan make up dan penghapusannya.

2. Kesamaan foundation.

Guna foundation ialah memberikan dasar warna kulit sesuai dengan warna kulit peranan.

3. Penggunaan garis yang layak.

Garis-garis itu untuk membuat jelas anatomi muka, batas-batas bagian wajah : alis, mata, keriput-keriput.

4. Harmoni antara sinar dan bayangan-bayangan.

Highlight dan shadow memberi efek bahwa manusia itu tiga dimensional. Highlight memberikan pembulatan serta penonjolan bagian-bagian wajah, kelengkapan keriput-keriput dan bayangan.

5. Blending.

Gunanya ialah agar campuran bahan-bahan pada wajah terwujud dengan sempurna. Blending dipakai untuk menutup warna dasar, untuk menambah warna kulit yang tidak terkena rias, untuk menghaluskan warna jangan sampai terlalu tebal.

Bahan-bahan yang di gunakan, meliputi ;

1. BASE

Yang termasuk base ialah coldcream (netral)

2. FOUNDATION

Gunanya untuk menutupi ketidakrataan pada kulit.

Ada dua macam foundation :

a. stick b. pasta

3. LINES

Gunanya untuk memberikan batas anatomi muka.

Macam-macamnya :

a. Eyebrow pencil (pensil alis) : membentuk alis dan memperindah mata. b. Eyelash (mascara) : membentuk bulu mata agar melengkung.

c. Lipstik : memperjelas bentuk bibir.

d. Highlight dan shadow (blas-on) : menciptakan efek tiga dimensional. Ada dua macam : pancake dan panstick

(29)

4. RUOGE

Menghilangkan bagian pipi dekat mata, tulang pipi, dagu, kelopak mata antara hidung dan mata

5. CLEANSING

Cairan untuk menghilangkan segala make up. Ini juga memberikan makanan dan pengobatan pada kulit.

PROSES TATA RIAS (MAKE UP)

1. Bedah Naskah untuk penata rias :

Sebelum memulai pekerjaan rias, seniman rias/make-up harus mempelajari dengan mendalam isi cerita, kemudian mendalami satu per satu personal yang akan main. Selain itu, pemain-pemain sendiri harus menjiwai peranan yang akan dimainkan.

2. Kerja make up :

a. Membersikan muka pemain sebelum memakai alat-alat make up. b. Memberikan warna dasar (foundation)

c. Penggunaan Rouge untuk memberikan warna tiga dimensi pada pipi.

d. Lining untuk memberikan garis-garis sesuai dengan watak dan usia peranan. Anatomi wajah terdiri dari tiga bagian :

1) Alis 2) Mata 3) Bibir

e. Menyusun dan membentuk hairdo (tata rambut). Bias mengunakan rambut palsu menurut bentuk yang diinginkan sutradara/scenario. Juga penempatan kumis.

Make Up dapat dibedakan atas delapan macam :

1. Rias Jenis

Rias jenis dilakukan bila perias harus mengubah seorang laki-laki menjadi wanita atau sebaliknya.

2. Rias Bangsa

Rias bangsa terjadi bila misalnya pemain bangsa Indonesia harus melakukan peranan sebagai seorang Inggris. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang pelbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan watak, agar bisa mendekati dengan yang nyata.

3. Rias Usia

Rias usia misalnya mengubah seorang pemuda menjadi kakek tua. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai anatomi manusia dari pelbagai umur.

4. Rias Tokoh

Rias tokoh amat sukar dilaksanakan. Memang ada hubungan antara bentuk luar dan watak seseorang, tetapi pedoman itu sukar dipegang oleh seniman rias.

5. Rias Watak

Baca pada rias tokoh

6. Rias Temporal

Rias temporal ialah merias menurut perbedaan waktu. Misalnya orang bangun tidur membutuhkan rias yang berbeda dengan orang yang akan pergi ke pesta.

(30)

7. Rias Aksen

Rias aksen hanya memberikan tekanan kepada pelaku yang sudah mendekati peranan yang akan dimaikannya. Misalkan pemuda jawa yang memainkan peranan pemuda jawa hanya membutuhkan rias aksen.

8. Rias Lokal

Rias local ialah rias yang ditentukan oleh tempat. Misalkan seorang napi dipenjara akan berbeda dengan rias sesudah dia keluar dari penjara.

III. SETTING

Setting merupakan sebuah bentuk penataan ruang/tempat/lokasi/media sesuai dengan permintaan dan deskripsi visual sutradara terhadap scenario

Dalam penataannya banyak hal yang menjadi bahan pertimbangan yaitu ; 1. Internal

Merupakan penyesuaian penataan lokasi di dalam ruangan yang nantinya akan di kolaborasikan dengan hasil kerja team penata lampu.

2. External

Seperti halnya pengertian Internal, maka tata setting external merupakan penyesuaian penataan lokasi di luar ruangan, dimana hasil akhirnya akan di kolborasikan dengan situasi dan keadaan alam sekitar.

3. Day

Penyesuaian yang di lakukan berdasarkan situasi dan kondisi waktu dengan ukuran temperatur cahaya dan equipment siang hari

4. Night

Penataan dan penyesuaian lokasi yang di bentuk untuk pemenuhan kebutuhan pengadegan malam hari.

Dalam proses kerjanya penataan lokasi dengan type D/N (Day/Night) dapat dilakukan di dalam atau di luar ruangan (INT/EXT) dengan tetap berpedoman pada kondisi yang real.

(31)

IV. WARDROBE / COSTUM

Adalah segala sandangan dan perlengkapan (accessories) yang dikenakan pemain untuk memperkuat karakter atau menurut pengejawantahan tokoh oleh sutradara.

Costum akan lebih efektif bila direncanakan bersama dengan fase-fase produksi lainnya yaitu pada saat breakdown scenario.

Costum harus disesuaikan dengan scenery (benda-benda yang membentuk latar belakang)

Costum dapat digolongkan menjadi lima bagian :

1. Pakaian Dasar

Pakaian dasar / dalam yang kelihatan maupun yang tidak, yang penting untuk memberikan silhouette pada costum.

Contoh : korset, petikut, stagen, dll.

2. Pakaian Kaki / Sepatu

Segala sesuatu yang berkaitan dengan kaki.

Contoh : sepatu, kaos kaki, sandal, dll

3. Pakaian Tubuh / Body

Pakaian-pakaian tubuh yang kelihatan oleh penonton.

Contoh : blus, rok, celana, kemeja, dll

4. Pakaian Kepala / Head dress

Segala sesuatu yang berkaitan dengan kepala.

Contoh : penataan rambut, jilbab, dll

5. Perlengkapan-perlengkapan / accessories

Pakaian-pakaian yang melengkapi bagian costum yang bukan termasuk no 1,2,3,4 untuk menambah efek dekoratif.

Contoh : kalung, gelang, cincin, jam, anting, bros, pita, slayer, sal, dll

Tujuan Costum

1. Membantu penonton agar mendapatkan suatu ciri atas pribadi peranan.

2. Membantu memperlihatkan adanya hubungan peranan yang satu dengan yang lain, misalnya seragam tentara.

Fungsi Costum

1. Membantu perwatakan pelaku.

Artinya costum menunjukan siapa dia sesungguhnya, umur, kebangsaan, status social, kepribadian, dll.

2. Untuk individualisasi peranan.

Artinya costum dapat membedakan seseorang peranan dari peranan yang lain.

3. Memberikan fasilitas dan membantu gerak laku.

(32)

Costum dapat digolongkan dalam empat tipe :

1. Costum Historis

Adalah pakaian dari periode-periode spesifik dalam sejarah.

2. Costum Modern

Adalah pakaian yang dipakai dalam masyarakat sekarang

3. Costum Nasional

Adalah pakaian dari Negara atau tempat spesifik, sekaligus histori dan nasional

4. Costum Tradisional

Adalah pakaian representasi karakter spesifik secara simbolis dan distilasi.

Countinity

Masalah yang kerap kali terjadi adalah ketidak sinambungan (discountinity) gambar ketika masuk proses editing, artinya jadual shooting yang tidak sesuai dengan urutan scenario sudah pasti akan menyisakan beberapa adegan untuk di laksanakan hari berikutnya. Permasalahan yang timbul adalah dapatkan kita kembali menata ulang setting dan posisi pemain (screen direction) agar sama seperti saat pengambilan gambar yang lalu? Karena hal itulah di perlukan script writer/pencatat script dari departemen penyutradaraan. Pencatat Script harus memiliki catatan yang valid dari posisi pemain, arah pemain, posisi meja, posisi kursi, busana, make up dan seluruh elemen pendukung dalam satu frame terakhir adegan tersebut. Dalam beberapa pekerjaan film biasanya hal ini di dukung dengan still foto untuk membantu mengingat kondisi adegan terakhir.

(33)

Mood Countinity

Setelah semua posisi dan letak sudah sesuai dengan frame adegan terakhir, masih ada pekerjaan yang tidak kalah pentingnya dengan penataan ulang tersebut, yaitu memompa mood dan emosi pemain agar bisa sama dengan adegan terakhir. Disadari atau tidak bidang ini adalah bidang yang sangat vital dan embutuhkan konsentrasi dan ketelitian yang tinggi, untuk itu alangkah lebih baiknya jika crew script lebih dari satu orang dan tidak merangkap pekerjaan apapun dalam departemen penyutradaraan.

Seperti sudah kita ketahui bersama bahwa, dalam proses kerja kreatif ini departemen penyutradaraan menjadi titik sentral selama shooting. Dan sudah sepatutnya seluruh crew dan pemain, benar-benar mengerti dan memahami perintah dari sutradara.

Catatan Produksi :

Sutradara :

- Amatilah monitor dengan seksama, terkadang boom mik tidak stabil

- Konsentrasi jangan pernah lepas dari monitor saat sudah mulai tape-ing atau merekam - Perhatikan gerak mata, direction, ekspresi dan gesture pemain

Cameraman :

- Selalu lock kamera saat frame telah di sepakati sutradara, kecuali ada perintah correction, pen atau zoom

- Bantu sutradara untuk ikut mengamati gambar dari layar monitor kamera atau dari view finder

Lighting :

- Selalu waspadai shadowing (bayangan) pada pemain

- Sumber daya listrik yang naik turun akan berakibat pada pencahayaan dan pewarnaan gambar

Make Up

- Perhatikan keringat pemain yang dapat memantulkan cahaya - Hindari over make-up karena akan di bantu cahaya lampu

Wardrobe

- Hati-hati dengan busana-busana yang berakibat flicker dan distorsi pada gambar

- Bantu sutradara untuk membangun POV (Point Of View) penonton dengan warna-warna busana dan jenis busana yang sesuai scenario

Audio

- Test kualitas record audio sebelum di mulai proses shooting - Waspadai suara-suara di sekitar lokasi

(34)
(35)

PASCA PRODUKSI

Saat shooting yang sangat melelahkan dan menjemukan telah berakhir, kini tiba waktunya untuk melihat hasil kerja kita di studio editing. Hal awal yang harus dilakukan adalah mengurutkan kaset sesuai hari/jadual pengambilan gambar. Hal ini penting karena nantinya editor akan bekerja berdasarkan breakdown dan schedule yang telah di buat terlebih dahulu.

A. VIDEO EDITING

Kini semua hasil kerja kreatif kita telah berubah menjadi data digital dalam computer kita, hal ini berarti kita akan lebih mudah memotong, meng-copy dan memindah bagian-bagian gambar tanpa merusak master gambar.

Sebenarnya ada dua jenis proses editing yang lazim di pergunakan di Indonesia yaitu Linear dan

Non Linear. Namun untuk mempermudah pekerjaan kita proses editing di kerjakan dengan

mempergunakan software yang banyak di temukan di pasaran, bahkan sudah tersedia free version-nya yaitu Pinnacle Studio Pro.

CAPTURE

Capture adalah proses pemindahan data analog ke data digital artinya proses transfer dari pita kaset yang kita gunakan saat shooting ke dalam computer editing.

Pada bagian ini sudah jelas kita memerlukan perangkat-perangkat editing, seperti Video Card/Fireware Card, Software Capturing, Kabel data camera / Kabel composite / Atau Kabel AV. Namun jika kita mempergunakan camera dengan media rekam CD/DVD proses ini bisa kita lewati. Sementar jika kita mempergunakan Hardisk kita akan lebih mudah meng-capture gambar hanya dengan meng-copy file. Inti dari proses ini adalah hasil kerja kita di lapangan bisa dip roses dengan menggunakan software editing yang ada di computer kita. Adapun software-software editing yang lazim di gunakan dan mampu mensupport proses capture ini adalah Avid Express, Adobe Premiere, Pinnacle Studio, Ulead Video Studio dan masih banyak yang lainnya.

• Masukan kabel fireware/data dari kamera ke socket Video Card Computer.

• Buka Software Pinnacle Studio yang telah di install

• Masuk ke halaman capture ( 1 ), dengan klik capture button kita akan langsung di hadapkan pada menu capture AV/DV composite, masuklah ke halaman setting dan aturlah, device source kita, format video dan audio, Standar Gambar, Aspec rasio dan pengaturan-pengaturan lain yang sesuai untuk film kita nantinya.

(36)

Screenshoot Tampilan Capture (1) pada Pinnacle

• Mulailah proses capturing dengan memasukan nama file terlebih dahulu dan tempat kita akan menyimpan file hasil capture.

• Setelah semua data kita pindahkan ke hardisk mulailah meng-edit gambar hasil kerja kita, dengan masuk ke halaman Edit (2)

CUTTING

Disinilah proses editing video yang sesungguhnya meliputi ; pemilihan gambar, pemotongan gambar, penyisipan gambar dan penggabungan gambar. Dalam proses ini selalu pergunakan scenario sebagai patokan dalam proses penyuntingan sehingga kita tidak akan tersesat nantinya.

(37)

Screenshoot tampilan Edit (2) pada Pinnacle mode Timeline view

• Setelah masuk ke menu Edit (2) mulailah bekerja dengan Time Line karena akan mempermudah kita dalam memilih gambar nantinya. Klik tombol Timeline View yang berada di bagian kanan project (di bawah screen)

• Drag dan drop gambar video hasil capture sesuai urutan scene dalam scenario

• Pilihlah dengan teliti gambar adengan demi adegan, scene demi scene

• Gunakan razor tool untuk splitting dan cutting gambar, atau klik di toolbox video yang berada di kiri atas time line untuk memotong atau membuang gambar yang tidak sesuai kemudian delete.

Pada proses ini kita tidak perlu khawatir karena file video capture kita akan tetap utuh dan tidak ikut terpotong.

• Kita juga dapat menyisipkan gambar ditengah-tengah deretan frame hanya dengan drag gambar ke tempat yang kita inginkan

• Setelah gambar kita dapatkan sesuai urutan scenario perhaluslah dengan memberikan video transisi untuk bagian-bagian yang kita anggap perlu. Ingat, film tidak membutuhkan banyak jenis transisi karena akan mengacaukan POV penonton.

• Gunakan basic transisi hanya untuk menghaluskan sambungan antar frame yang memiliki korelasi gambar (Dissolve/Fade)

(38)

TITTLE

Title disini dapat berarti text yang menjadi bagian dari sebuah film, adapun macamnya yaitu ;

Main Title ; Judul utama film, biasanya terletak dibagian depan film atau sebelum film mulai. Menggunakan font yang menarik sesuai dengan cerita/genre

Sub Title ; Merupakan text lain dalam film biasanya di gunakan untuk menterjemahkan dialog pemain ke bahasa lain

Credite Title ; Merupakan urutan text yang berisi daftar nama pemain dan pekerja film tersebut, biasanya berada di akhir film

Ket. Jendela kerja Title

Proses kerja :

• Masih di halaman Edit (2) masuk ke sub menu show title yang berada di bagian kiri atas

• Kita akan di hadapkan langsung dengan jenis dan tipografi text yang siap di pakai

• Drag dan drop salah satu gambar tipografi text yang kita inginkan ke track Title di Timeline kita, kemudian double klik hasil drop tersebut maka kita akan langsung berhadapan dengan jendela Editing Title

• Klik text yang telah kita pilih kemudian ubahlah sesuai kesepakatan team

• Disini kita telah disediakan berbagai fasilitas title, mulai dari jenis font, warna, ukuran, justify, moving.

• Roll Title : pergerakan text secara vertical ( atas-bawah)

• Crawl Title : pergerakan text secara horizontal (antar sisi kanan-kiri)

• Dalam menu ini kita

• Dengan meng klik Title button buatlah title dan subtitle sesuai kesepakatan team

• Untuk memasukan audio kita memiliki 2 bar, yaitu untuk audio effect dan illustrasi

(39)

AUDIO

Konsep dasar dari editing audio sebenarnya tidak jauh berbeda dengan editing pada video (cutting) hanya saja, pada audio yang kita hadapi bukanlah deretan gambar/frame tetapi wave form yaitu bentuk grafis dari tinggi rendah audio yang terletak di track audio yaitu di bawah track gambar/frame film kita. Audio yang akan kita edit pun merupakan bagian dari film yang meliputi dialog pemain. Disini editing audio lebih kepada channeling yaitu menaikan chanel volume audio agar audio rata, sehingga tidak ada suara/dialog pemain yang terlalu pelan dan;atau terlalu keras.

1. Audio Channeling : buka Audio Toolbox yang berada di sisi kiri atau bisa langsung klik di audio bar yang berbentuk garis hijau di tengah track audio, naikan atau turunkan

2. Pemotongan audio tanpa harus memotong fram yang sudah kita atur bisa dilakuan dengan razor tool sama seperti proses cutting frame video, tentunya terlebih dahulu kita lock video tracknya dengan menekan tombol kunci di sisi kanan video track

3. Penggunaan audio effect dapat dilakukan dengan cara memotong terlebih dahulu kedua sisi audio yang akan kita beri effect kemudian pilihlah jenis effect audio di audio toolbox

4. Sama halnya dengan proses kerja video untuk mereview hasil kerja audio kita tekan spacebar pada keyboard atau tombol play pada VTR (Screen)

(40)

MAKE MOVIE / Render / Encoding

Hasil shooting kini telah selesai di edit dan kita sudah dapat di nikmati potongan-potongan gambar yang telah di urutkan sesuai scenario. Tahap terakhir dari proses editing adalah render/encoding yaitu proses penggabungan kembali file-file potongan hasil edit kita menjadi satu file film utuh, yang nantinya akan kita masukan ke media CD/DVD/Tape

• Klik Lembar Make Movie ( 3 ) di software Pinnacle kita.

• Disitu kita akan di sajikan menu pilihan-pilihan hasil akhir edit kita

• Tape, adalah pengolahan hasil akhir editing di transfer kembali ke media kaset MiniDV/VHS/BETA

• AVI, pilihan ini akan memberikan hasil akhir edit kita menjadi file yang sama seperti hasil capture awal kita / sama dengan file project sehingga kualitas gambar tidak turun. Hasil akhir ini di rekomendasikan apabila kita masih akan menambahkan beberapa gambar ke dalam film yang telah kita edit

• Mpeg, merupakan hasil akhir untuk menuju VCD/SVCD/DVD dengan mengubah setting menjadi media yang kita kehendaki.

Screenshoot tampilan Make Movie (3) pada Pinnacle

• Stream, adalah hasil akhir file untuk di streamingkan (Video Streaming)

• Share, merupakan pilihan hasil akhir jika kita bermaksud untuk meng upload file kita langsung ke website (dibutuhkan koneksi internet)

• Disc, adalah pilihan untuk langsung burning/mentransfer hasil edit kita ke media DVD untuk pilihan ini seyogyanya kita telah menyediakan perangkat DVD RW dan piringan DVDnya.

(41)

Kini film telah selesai kita kerjakan, sebelum kita kirim ke festival, atau kita screening di tempat umum, sebaiknya undanglah semua team yang ikut bekerja dalam produksi ini beserta para pemain/pemeran untuk bersama-sama menyaksikan pemutaran perdananya. Tujuannya adalah, apabila masih ada bagian-bagin yang kurang maka hanya kita sendiri yang mengetahuinya dan segeralah perbaiki.

Catatan Editing :

1. Copy Frame/Gambar dapat di lakukan sama seperti software yang lain, yaitu dengan menempatkan kursor di bagian yang akan kita copy kemudian tekan ctrl-c.

2. Paste Frame/Gambar, klik daerah timeline dimana kita akan meletakkan gambar tersebut kemudian pastekan, tekan ctrl-v atau file-edit-paste

3. Setiap kita melakukan perubahan dalam pengolahan video selalu perhatikan tombol safety lock di samping kanan, pergunakan jika ingin merubah gambar dengan tetap mempertahankan audionya

(42)

COVERING

Kini proses editing telah usai, tiba saatnya kita mempersiapkan cover & packing. Disini kita membutuhkan gambar-gambar still foto yang bisa di dapatkan dengan cara memfoto adegan di lokasi shooting maupun dengan grab frame.

Pada saat kita meng edit hasil shooting, sudah tentu kita menemukan gambar-gambar yang menarik dan mewakili film kita, namun sayang gambar-gambar tersebut berbentuk file video. Untuk itu kita perlu meng-grab-ing gambar video kita untuk di jadikan still foto yang nantinya akan kita pergunakan dalam pembuatan cover

• Masih dalam jendela editing Pinnacle Studio kita, pilihlah gambar yang dapat mewakili film kita.

• Masuklah ke halaman Video Toolbox kemudian pilih grab frame from video input

• Selanjutnya klik tombol GRAB maka gambar yang kita pilih akan muncul di jendela grabber

• Selanjutnya pilihlah save to disk untuk menyimpan hasil grab kita ke folder lain dalam bentuk BMP/JPG

• Proses tersebut diatas juga berlaku, jika kita menginginkan beberapa bagian dalam film kita terdapat freeze frame / still image, untuk itu pilihlah Add to movie

Screenshoot tampilan Make Movie (3) pada Pinnacle

• Still image yang dapat mewakili film kita untuk di tempatkan di cover packing telah siap, tahapan selanjutnya adalah print cover dan label untuk VCD/DVD.

(43)

Untuk membuat cover dan label kita memerlukan software pendukung lain yaitu, A Head Nero. Software ini selain dapat di gunakan untuk burning hasil kerja kita juga dilengkapi dengan fasilitas Make Label & Cover

Screenshoot tampilan Nero

• Bukalah software NERO kemudian pilih Extras, disana kita di sajikan dengan berbagai menu pilihan termasuk Make Label or Cover

• Setelah masuk ke jendela Make Label or Cover kita akan di hadapkan kepada menu pilihan packing produksi kita yaitu case Standar, case DVD, dan beberapa menu lain

(44)

• Jika kita memilih mode standar maka kita akan mendapati case berukuran 12x12 cm (VCD Case)

• Masing-masing case yang kita pilih di dalamnya telah disediakan frame Booklet (sampul luar), Booklet Rear, Inlay ( Sampul dalam) dan Disc 1 (Label Disc berukuran standar)

• Stelah menentukan pilihan case untuk packing, tiba saatnya memasukan gambar hasil grab frame yang telah kita simpan dalam bentuk BMP atau JPG

Screenshoot tampilan Nero pada pengaturan posisi dan komposisi gambar cover

• Klik kanan di work area, pilih insert, kemudian image atau bisa dilakukan dengan memilih menu object, insert, image bisa juga hanya dengan menekan tombol shoutcut image yang berada di barisan menu shoutcut samping kiri work area

• Aturlah posisi dan komposisi gambar yang telah kita masukan ke dalam work area

• Buatlah title dengan menekan tombol title di barisan shoutcut sebelah kiri work area, sesuaikan warna dan tipografi huruf sesuai dengan gambar

(45)

• Proses pengaturan posisi dan komposisi serta penambahan title sama dengan proses kerja pada pembuatan cover

• Setelah semua proses selesai dengan sempurna, print Label dan Cover kita masukan ke dalam case yang sesuai, dan kita telah memiliki produk yang siap di pasarkan, Sukses !

(46)
(47)

Harapan dan Impian

Selamat, untuk anda beserta team yang telah menyelesaikan produksi dan berhasil membuat sebuah film pendek. Sejelek apapun itu adalah karya dan prestasi yang berhasil diraih, kekurangan dapat di perbaiki di kemudian hari. Buatlah komitmen bersama team anda untuk tetap eksis dan memproduksi 2 film setiap semester / setiap tahunnya. Minimal team anda telah berhasil untuk ikut meramaikan dan membangkitkan kembali dunia perfilman di Indonesia, dan anda beserta team adalah satu dari sekian banyak akar-akar rumput bagi pohon film Indonesia. Kata kunci yang harus tetap di miliki selama produksi dan selalu di gunakan oleh sutradara-sutradara besar adalah, semangat.

Sutradara / Team / Komunitas film akan berkembang menjadi besar ketika mereka masih mempunyai harapan dan impian yang secara langsung ataupun tidak, impian tersebut akan berusaha untuk di wujudkan. Tetaplah berkarya untuk memfilmkan Indonesia dan meng Indonesiakan film.

(48)
(49)

LASKAR ILALANG

Scenario : Andy Prasetyo

Durasi

: 12 menit

Produksi

: SMP Ikhsaniyah 2 Tegal

SCENE 01

Ext. : Padang Rumput – Sore hari

Cast : DIKA

Establish : Matahari menjelang senja

Sebuah padang rumput

DIKA (VO)

Namaku DIKA, aku lahir dari keluarga miskin.

Emak ku hanya seorang buruh cuci,

sedangkan Bapak ku seorang Tukang Becak

Seorang pemuda tengah merenung ditengah padang ilalang yang luas

DIKA (VO)

Saat itu …

apalagi untuk bersekolah,

untuk makan sehari 3x saja Emak dan Bapak harus bekerja keras, huh

(menghela nafas)

ya… kami memang orang miskin…

Hanya satu yang bisa membuat kami bertahan hingga saat ini, yaitu ….

SEMANGAT

CUT TO.

SCENE 02

EXT

: Stasiun Kota Tegal – Siang

Cast : Naryo (Bapak Dika)

Naryo berebut penumpang yang turun dari kereta Kali Gung, Berkali-kali

gagal, hingga akhirnya mendapat satu penumpang.

Naryo mengayuh becak …

DISSOLVE

SCENE 03

EXT

: Rumah Dika – Siang

Cast : DIKA, AMINAH (Ibu DIKA), NARYO (Bapak DIKA), UJANG (Bapak RUDI)

DIKA tengah membantu Emaknya mencuci pakaian

Sesekali EMAK batuk-batuk, pertanda tidak sehat

DIKA

(50)

EMAK

Ya dadi uwong, sih pan dadi kucing ? (tersenyum)

DIKA

Bukan kuwe mak maksude …

Iz.. hob..hob..hob..mak…

DIKA menghentikan EMAK yang akan menaruh baju seragam biru putih di bak

cucian

EMAK

Kiye? Kiye tah klambine RUDI anake Pak UJANG

DIKA

Sini MAK inyong pengen nyoba make

EMAK

Geh mana …

(memberikan baju merah putih kepada DIKA)

Secepat kilat DIKA melepas bajunya dan berganti dengan baju putih biru

Disaat yang bersamaan datang lah bapak DIKA dengan becaknya

BAPAK

Iz.. ganteng nemen ah anake inyong

Pan kondangan neng ndi tong?

DIKA

Pak.. nih pak.. DIKA wis pantes sekolah maning

DIKA pengin sekolah maning pak, ke SMP.

( sambil menarik-narik tangan bapaknya, memohon)

BAPAK

(Tersenyum kecut)

DIKA..DIKA.. buat makan saja kita masih susah… apalagi buat biaya

sekolah kamu di SMP duit dari mana?

DIKA

Pak.. tapi DIKA pengen sekolah lagi pak

Seperti teman-teman dika yang lain

Gambar

Gambar  yang  nantinya  akan  di  saksikan  penonton  film  kamu  tergantung  dari  kesempurnaan  kerja  team  artistic

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Miten minä selittäisin, bosnialaiset käyttävät paljon omia: jos on kuva seinässä, pitää olla bosnialaisen tekemä, bosnialaisilla yleensä koti pitää olla lämmin, kotoisa,

Model Student Facilitator and Explaining adalah rangkai penyajian materi ajar yang diawali dengan menjelaskannya dengan didemonstrasikan, kemudian diberikan kesempatan

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun tabel volume pohon jenis Merbau ( Intsia spp. Tabel volume lokal dapat digunakan di Areal Kerja IUPHHK-HA PT Arfak Indra

Infografis adalah mendesain informasi yang kompleks ke dalam visualisasi data agar dapat dipahami dengan mudah dan cepat (Lankow, Crooks & Richie,

penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa Laporan Penelitian dengan judul “Uji Ekstender Madu Dengan Dosis Yang Berbeda Pada Proses Kriopreservasi Telur Ikan

quality function deployment (QFD) menurut Cohen pada proses perancangan desain produk Laksmi Islamic Wedding Service Surabaya. dalam memenuhi kebutuhan dan

(2) Pemberlakuan secara wajib SNI Helm Pengendara Kendaraan Bermotor Roda Dua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi helm yang digunakan pengendara

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan pukulan lob bulutangkis menggunakan metode drill dengan metode game