i
PERBEDAAN PENGARUH METODE DRILL DAN METODE GAME
TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN LOB BULUTANGKIS PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS
SMP NEGERI 1 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI OLEH ADHEGORA LESTYANTORO K5608078
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA Januari 2013
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Adhegora Lestyantoro
NIM : K.5608078
Jurusan/Program Studi : JPOK UNS/Penkepor
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul PERBEDAAN PENGARUH METODE DRILL DAN METODE GAME TERHADAP KEMAMPUAN
PUKULAN LOB BULUTANGKIS PADA SISWA PUTRA
EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS SMP NEGERI 1 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicatumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sangsi atas perbuatan saya.
Surakarta, Januari 2013 Yang membuat pernyataan
Adhegora Lestyantoro NIM. K.5608078
iii
PERBEDAAN PENGARUH METODE DRILL DAN METODE GAME
TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN LOB BULUTANGKIS PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS
SMP NEGERI 1 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh : ADHEGORA LESTYANTORO K.5608078 Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepeltihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A Januari 2013
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Januari 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Agustiyanto, M.Pd. Drs. Sarjoko Lelono, M.Kes. NIP. 19511009 198702 1 001 NIP. 196001119 198503 1 007
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs, H. Mulyono, M.M
Sekretaris : Dr. Sapta Kunta Purnama, M.Pd Anggota I : Drs. Agustiyanto, M.Pd
Anggota II : Drs. Sarjoko Lelono, M.Kes
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727198702 1 001
vi MOTTO
Bertanyalah kepada seseorang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
- Q.S. Annahl : 4 -
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik
- Evelyn Underhill
vii
PERSEMBAHAN
Teriring syukur kepada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
Jatipuro
Kepada Kepala SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar dan guru Penjasorkes diucapkan terima kasih yang telah memberi bantuan dan bimbingan, sehingga saya dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diterima di bangku kuliah.
Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak terbatas dan kasih sayang yang tidak terbatas pula. Semuanya membuatku bangga memiliki orang tua seperti kalian. Tiada kasih sayang yang seindah dan seabadi kasih sayangmu.
Fajar Setya Nugraha S.Pd
Guru Penjasorkes SMP Negeri 1 Jatipuro, terima kasih telah memberikan waktu dan bimbingannya
-Teman-teman Angkatan 2008 seperjuangan menempuh ilmu. Suka dan duka bisa kita lalui bersama demi meraih cita-cita masa depan yang lebih baik.
Luki Junanto, Dodit Daniel Fahrudin, Tristyanto, Muh. Reza Hamid, Wahyu Sukarno Putro
Yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
viii ABSTRAK
Adhegora Lestyantoro. PERBEDAAN PENGARUH METODE DRILL DAN
METODE GAME TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN LOB
BULUTANGKIS PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER
BULUTANGKIS SMP NEGERI 1 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Surakarta, Januari 2013.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh latihan pukulan lob bulutangkis menggunakan metode drill dan metode game terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis pada siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013. (2) Latihan yang lebih baik pengaruhnya antara latihan pukulan lob bulutangkis menggunakan metode drill dan metode game terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis pada siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan Pretest
Posttes Design. Populasi penelitian ini siswa putra peserta ekstrakurikuler
bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013 berjumlah 30 orang. Keseluruhan siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013 dijadikan sampel penelitian, sehingga penelitian ini penelitian populasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan tes kemampuan pukulan lob bulutangkis dari Frank M. Verducci yang dikutip oleh Sapta Kunta Purnama (2010: 34-36). Analisis data yang digunakan dengan uji t pada taraf signifikansi 5%.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan pukulan lob bulutangkis menggunakan metode drill dengan metode game terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis pada siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013, dengan nilai perhitungan thit sebesar 2,483 dan ttabel sebesar 2.145 pada taraf signifikasi 5%. (2) Latihan pukulan lob bulutangkis menggunakan metode drill lebih baik pengaruhnya daripada latihan pukulan lob bulutangkisdengan metode game terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis pada siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013. Kelompok 1 (latihan pukulan lob bulutangkis dengan metode drill) memiliki peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis sebesar 217,925%. Sedangkan kelompok 2 (latihan pukulan lob bulutangkis dengan metode game) memiliki peningkatan sebesar 210,680%.
Kalimat kunci: Latihan pukulan lob bulutangkis menggunakan metode drill dan metode game, kemampuan pukulan lob bulutangkis.
ix DAFTAR ISI JUDUL ... i PENYATAAN ... ii PENGAJUAN ... iii PERSETUJUAN ... iv PENGESAHAN ... v MOTO ... vi PERSEMBAHAN ... vii ABSTRAK ... viii DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR GRAFIK ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
KATA PENGANTAR ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 4
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 6
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan... 6
1. Permainan Bulutangkis ... 6
a. Karakter Permainan Bulutangkis ... 6
b. Teori Dasar Bulutangkis ... 6
1). Teknik Memegang raket ... 7
2). Kerja Kaki (Footwork) ... 9
x
3). Teknik Memukul Bola ... 10
(a). Pukulan Service ... 11
(b). Pukulan Lob ... 14
(c). Pukulan Drop (Dropshot) ... 15
(d). Pukulan Drive ... 15
(e). Pukulan Netting ... 16
(f). Pukulan Smash ... 16
4). Pola-Pola Pukulan ... 18
2. Karakteristik Anak Usia SMP ... 18
a. Pengertian Remaja ... 19
b. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Remaja Usia SMP ... 20
1). Pertumbuhan fisik ... 20
2). Perkembangan Seksual ... 20
3). Cara berfikir kausalitas ... 21
4). Emosi yang meluap-meluap ... 23
5). Perkembangan Sosial ... 23
6). Perkembangan Moral ... 24
7). Perkembangan Kepribadian ... 26
3. Latihan ... 26
a. Hakikat Latihan ... 26
b. Hukum dan Prinsip Latihan ... 27
c. Sistematika Latihan ... 28
4. Latihan Pukulan Lob Bulutangkis dengan Metode Drill dan Game 29
a. Metode Drill ... 29
1). Macam Metode Drill ... 30
2). Syarat-Syarat dalam Metode Drill ... 31
b. Metode Game ... 32
B. Kerangka Berpikir ... 35
xi
1. Perbedaan Pengaruh Metode Drill dan Metode Game
Terhadap Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ... 35
2. Metode drill Lebih Baik Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Kemampuan Pukulan lob Bulutangkis 6 C. Perumusan Hipotesis ... 36
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 38
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38
1. Tempat Penelitian... 38
2. Waktu Penelitian ... 38
B. Populasi dan Sampel ... 38
1. Populasi ... 38
2. Sampel ... 38
C. Metode Penelitian ... 39
D. Variabel Penelitian ... 40
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 40
F. Teknik Pengumpulan Data ... 41
G. Teknik Analisis Data ... 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 44
A. Deskripsi Data ... 44
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 45
1. Uji Normalitas ... 45
2. Uji Homogenitas ... 46
C. Hasil Penelitian ... 46
1. Uji Reliabilitas ... 47
2. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan ... 47
3. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan ... 49
a. Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1 ... 49
xii
b. Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada
Kelompok 2 ... 50
c. Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 51
4. Perbedaan Prosentase Peningkatan Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ... 52
D. Pengujian Hipotesis ... 54
1. Perbedaan Pengaruh Metode Drill dan Metode Game terhadap Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ... 54
2. Latihan Pukulan Lob Bulutangkis dengan Metode Drill Dibandingakan dengan Metode Game terhadap Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ... 54
E. Pembahasan Hipotesis ... 55
1. Perbedaan Pengaruh Latihan Pukulan Lob Bulutangkis Menggunakan Metode Drill dan Metode Game terhadap Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ... 55
2. Latihan Pukulan Lob Bulutangkis dengan Metode Drill Dibandingkan dengan Metode Game terhadap Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ... 56
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 57
A. Simpulan ... 57 B. Implikasi ... 57 C. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN ... 60
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Perbedaan Antara Dua Pendekatan ... 34 2. Deskripsi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Pukulan Lob
Bulutangkis Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 44 3. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Tes Awal ... 45 4. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas ... 46 5. Hasil Uji Reliabilitas Tes Awal Kemampuan Pukulan Lob
Bulutangkis ... 47 6. Range Kategori Reliabilitas ... 47 7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal pada Kelompok 1
dan Kelompok 2 ... 48 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada
Kelompok 1 ... 49 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada
Kelompok 2 ... 50 10. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 51 11. Penghitungan Prosentase Peningkatan Kemampuan Pukulan Lob
Bulutangkis antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 53
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Tehnik Pegangan Forehand ... 9
2. Tehnik Pegangan Backhand ... 9
3. Servis Panjang ... 12
4. Servis Pendek Fore Hand ... 12
5. Servis Pendek Back Hand ... 13
6. Tehnik Pukulan Lob ... 15
7. Gambar Lapangan Tes Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ... 62
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik
1. Rerata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 44 2. Rerata Perbedaan Data Tes Awal Kemampuan Pukulan Lob
Bulutangkis antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 48 3. Rerata Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan
Pukulan Lob Bulutangkis Kelompok 1 ... 49 4. Rerata Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan
Pukulan Lob Bulutangkis Kelompok 2 ... 50 5. Rerata Perbedaan Data Tes Akhir Kemampuan Pukulan Lob
Bulutangkis antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 52 6. Prosentase Peningkatan Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis
antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 53
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Tes Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ... 62
2. Program Latihan Pukulan Lob Bulutangkis dengan Metode Drill ... 65
3. Program Latihan Pukulan Lob Bulutangkis dengan Metode Game ... 67
4. Data Hasil Tes Awal Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ... 69
5. Data Hasil Tes Akhir Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis... 70
6. Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ... 71
7. Data Hasil Tes Awal Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ... 72
8. Pemasangan Subyek Penelitian Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis 74 9. Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Kelompok 1 ... 75
10. Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Kelompok 2 ... 76
11. Uji Reliabilitas Dengan Anava ... 77
12. Uji Normalitas Data Dengan Metode Lilliefors ... 83
13. Uji Homogenitas ... 85
14. Uji Perbedaan ... 87
15. Tabel Kerja Menghitung Nilai Perbedaan antara Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Pukulan Lob Bulutangkis pada Kelompok 1 ... 89
16. Tabel Kerja Menghitung Nilai Perbedaan antara Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Pukulan Lob Bulutangkis pada Kelompok 2 ... 91
17. Tabel Kerja Menghitung Nilai Perbedaan antara Hasil Tes Akhir Pukulan Lob Bulutangkis pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 93
18. Menghitung Nilai Peningkatan Pukulan Lob Bulutangkis dalam Persen pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 95
19. Dokumentasi dan Pelaksanaan... 96
xvii
20. KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. H. Agustiyanto, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan, sehingga skripsi ini terselesaikan
4. Drs. Sarjoko Lelono, M.Kes., sebagai pembimbing II yang telah memberi semangat dan dorongan serta pembimbingan skripsi, sehingga skripsi dapat tersusun dengan baik.
5. Bapak dan Ibu Dosen JPOK FKIP UNS Surakarta yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.
6. Bapak, Ibu dan Adik yang tercinta, doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak terbatas dan kasih sayang yang tidak terbatas pula
7. Kepala SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
8. Siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.
xviii
9. Teman-teman PENKEPOR JPOK FKIP UNS angkatan 2008, teman-teman Angkatan 2008 seperjuangan menempuh ilmu. Suka dan duka untuk mencapai masa depan yang lebih berarti.
10. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca, khususnya permainan bulutangkis tekmik dasar lob.
Surakarta, Januari 2013
Penulis
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang dalam pelaksanaan permainannya menggunakan raket sebagai pemukul dan
shuttlecock sebagai obyek yang dipukul. Hal yang mendasar agar dapat bermain
bulutangkis yaitu menguasai macam-macam tehnik dasar. Dengan menguasai tehnik-tehnik dasar bulutangkis maka akan dapat mendukung penampilannya menjadi lebih baik sehingga prestasi yang lebih tinggi dapat dicapai. Adapun macam-macam tehnik dasar bulutangkis menurut Sumarno dkk (2002:164)
mengklasifikasi tehnik dasar bulutangkis menjadi empat macam, yaitu:
(grips), (2) Tehnik mengatur kerja kaki (footwork),
(3) Tehnik menguasai pukulan (strokes), dan (4) Tehnik menguasai
pola-Seluruh permainan bulutangkis dilakukan dengan memukul bola. Pukulan-pukulan dalam permainan bulutangkis di antaranya pukulan service, lob,
drive, dropshot, netting, dan lob. Salah satu pukulan yang penting dalam
permainan bulutangkis adalah pukulan lob. Pukulan lob merupakan pukulan
overhead yang keras dengan kecepatan tinggi arahnya menukik ke bawah bidang
lapangan lawan. Upaya menguasai tehnik dasar pukulan lob harus dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu. Untuk mencapai hasil latihan yang optimal dibutuhkan metode latihan yang baik dan tepat.
Metode latihan merupakan suatu cara yang bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan bagi atlet yang dilatih. Tuntutan terhadap metode latihan yang efektif dan efisien didorong oleh kenyataan-kenyataan atau gejala-gejala yang timbul dalam pelatihan. Banyaknya macam-macam metode latihan, maka dalam pelaksanaan latihan harus mampu menerapkan metode latihan yang
1
yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan ketrampilan tehnik di antaranya dengan metode drill dengan metode game
Metode drill adalah metode latihan, atau metode training yang merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan (Syaiful Sagala, 2009:21. Ditambahkan
drill) adalah kegiatan yang berupa pengulangan yang berkali-kali supaya asosiasi
stimulus dan respons menjadi sangat kuat dan tidak mudah untuk dilupakan. Sedangkan metode game merupakaan bentuk pembelajaran yang dirancang dalam
Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (19
pembelajaran permainan berbeda dengan strategi pembelajran skill, harus dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan modifikasi atau pengembangan agar sesuai dengan prinsip DAP (delevopmentally Approplate Pactice) dan body scalling
Baik metode drill maupun metode game memiliki karakteristik yang berbeda dan masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga belum diketahui efektifitasnya terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis. Untuk mengetahui dan menjawab permasalahan yang muncul, maka perlu dikaji dan diteliti lebih mendalam melalui penelitian eksperimen di kelas ekstrakurikuler SMP N 1 Jatipuro Karanganyar.
Sisi menarik untuk melakukan penelitian pada kelas ekstrakurikuler SMP N 1 Jatipuro Karanganyar yaitu, kelas tersebut adalah kelas ekstrakurikuler yang baru berjalan kurang lebih 2 tahun. Sehingga peneliti ingin mengkaji secara mendalam antara 2 metode yang digunakan untuk membantu pelatih supaya peserta didik dapat mencapai prestasi yang maksimal. Karena kellas ekstra ini baru berjalan kurang lebih 2 tahun, maka prestasinya pun juga belum maksimal, Hal ini disebabkan oleh beberapa permasalahan, antara lain: (1) Kemampuan pukulan lob siswa kelas ekstrakurikuler SMP N 1 Jatipuro Karanganyar masih
rendah dan perlu ditingkatkan. Pukulan lob bulutangkis yang dilakukan sering tidak sesuai dengan harapan, misalnya bola yang dipukul sering keluar lapangan, bahkan pukulan lob jatuh di garis serang lawan sehingga lawan justru mudah mengembalikannya. (2) Pelaksanaan latihan di kelas ekstrakurikuler SMP N 1 Jatipuro Karanganyar kurang maksimal. Waktu yang tersedia tidak dimanfaatkan untuk melakukan pengulangan pukulan secara maksimal. Siswa hanya melakukan pengulangan beberapa kali, kemudian berhenti dan kelihatan lelah. Selain itu, pengaturan antara waktu latihan dan istirahat kurang diperhatikan. Jika ambang rangsang telah dicapai dan waktu istirahat terlalu lama, maka kondisi tersebut akan pulih kembali dan keterampilan akan lambat dicapai.
Permasalahan yang telah dikemukakan di atas yang melatar
Drill dan Metode Game
terhadap Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Pada Siswa Putra Ekstrakurikuler Bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kurangnya frekuensi pengulangan gerakan pukulan lob, sehingga tehnik dasar pukulan lob siswa putra bulutangkis kelas ekstrakurikuler SMP N 1 Jatipuro Karanganyar kurang dikuasai dengan baik.
2. Waktu latihan kurang dimanfaatkan secara maksimal untuk mengulang-ulang gerakan pukulan lob sebanyak-banyaknya, sehingga kemampuan pukulan lob masih rendah.
3. Masih rendahnya kemampuan pukulan lob para siswa putra bulutangkis kelas ekstrakurikuler SMP N 1 Jatipuro Kabupaten Karanganyar perlu ditingkatkan. 4. Belum diketahui pengaruh metode latihan drill dan metode game terhadap
kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis.
5. Kemampuan pukulan lob bulutangkis siswa putera ekstrakurikuler bulutangkis SMP N 1 Jatipuro Karanganyar belum diketahui.
C. Pembatasan Masalah
Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian perlu dibatasi agar tidak menyimpang tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengaruh metode latihan drill dan metode game terhadap kemampuan pukulan lob bulutangkis.
2. Kemampuan pukulan lob bulutangkis siswa putra kelas ekstrakurikuler SMP N 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh metode latihan drill dan metode game terhadap kemampuan pukulan lob bulutangkis siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP N 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013?
2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara metode latihan drill dan game terhadap kemampuan pukulan lob bulutangkis siswa putra kelas ekstrakurikuler SMP N 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh metode latihan drill dan metode game terhadap kemampuan pukulan lob bulutangkis siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP N 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013.
2. Metode latihan yang lebih baik pengaruhnya antara drill dan metode game terhadap kemampuan pukulan lob bulutangkis siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP N 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat dijadikan sebagai pedoman pembina atau pelatih pada Persatuan
Bulutangkis ekstrakurikuler SMP N 1 Jatipuro Kabupaten Karanganyar untuk menentukan dan memilih metode latihan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan lob bulutangkis para siswanya.
2. Sebagai masukan bagi pembina atau pelatih dan siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMP N 1 Jatipuro Karanganyar pentingnya pengulangan gerakan dengan frekuensi sebanyak-banyaknya untuk menguasai suatu ketrampilan olahraga.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Permainan Bulutangkis
a. Karakter Permainan Bulutangkis
Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang melwan dua orang. Permainan bulutangkis menggunakan raket sebagai alat pemukul dan shuttlecock sebagai obyek yang dipukul. Lapangan permainan berbentuk segi empat dan dibatasi oleh net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dan daerah permaiann lawan. Tujuan permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan shuttlecock di daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttlecock dan menjatuhkannya di daerah permainan sendiri. Pada saat permainan berlangsung, masing-masing pemain berusaha agar shuttlecock jatuh di lantai atau menyangkut net, maka permainan berhenti dan dimulai dengan melakukan servis.
Permainan dilaksanakan dengan sistem penialaian rally point. Pemain atau regu yang memperoleh nilai 21 dinyatakan menang. Dan apabila terjadi nilai sama 20 lawan 20 dicari selisih dua angka. Untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik, maka seorang pemain bulutangkis harus menguasai macam-macam teknik dasar bulutangkis.
b. Teknik Dasar Bulutangkis
Bulutangkis merupakan olahraga permainan yang didalam perlaksanaan permainannya dibutuhkan keterampailan yang baik. Menguasai teknik dasar bulutangkis merupakan salah satu bagian yang dapat mendukung keterampilan bermain bulutangkis. Macam-macam teknik dasar bulutangkis menurut Soemarno dkk (2002:164) mengklasifikasikan teknik dasar bulutangkis menjadi empat
6
grips), (2) Teknik mengatur kerja kaki (footwork), (3) Teknik menguasai pukulan (strokes), dan (4) Teknik menguasai
pola-Moekarto Mi
dapat diklasifikasikan menjadi empat macam yaitu (1) Tehnik memegang raket
(grips), (2) Tehnik mengatur kaki (footwork), (3) Tehnik menguasai pukulan
(strokes), dan (4) Tehnik menguasai pola-pola pukulan.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik dasar permainan bulutangkis terdiri empat macam, yaitu: teknik memegang raket
(grips), teknik mengatur kerja kaki (footwork), teknik menguasai pukulan
(strokes), dan teknik pola-pola pukulan. Kualitas permainan atau penampilan
pemain bergantung pada penguasaan macam-macam teknik dasar bulutangkis dengan didukung kemampuan fisik yang memadai, taktik dan mental yang baik. Untuk lebih jelasnya berikut ini diuraikan secara singkat macam-macam teknik dasar permainan bulutangkis sebagai berikut:
1) Teknik Memegang Raket
Teknik pegangan raket merupakan unsur yang penting dan harus dikenalkan bagi pemain pemula. Hal ini karena teknik pegangan raket ini akan membentuk tipe permainan seseorang. Sumarno dkk (2002:165) menyatakan -tama yang perlu mendapat perhatian bagi pemain pemula yang baru mulai bermain bulutangkis adalah cara memegang raket. Kesalahan di dalam cara memegang raket cenderung membentuk tipe permainan seseorang dan ini sangat
Teknik memegang raket ini harus dipahami dan dimengerti oleh setiap pemain, terutama bagi pemain pemula. Ada beberapa macam cara memegang raket atau grips yang dapat digunakan. Menurut Sumarno dkk (2002 : 165) -macam tipe pegangan raket yaitu, pegangan gebuk kasur (American
Grip), pegangan forehand (forehand grip), pegangan backhand (backhand grip)
dan pegangan campuran atau kombinasi (combination grip).
Teknik pegangan gebuk kasur merupakan istilah lain dari pegangan cara Amerika (American grip). Teknik pelaksanaan pegangan gebuk kasur adalah letakkan raket di lantai, ambil dan peganglah pada bagian ujung pengagan raket yang luas (sejajar permukaan kepala raket). Pegangan gebuk kasur ini lebih efektif digunakan dalam melakukan semes dan untuk mengambil bila di atas jaring (net) dengan menekan bola ke bawah secara tajam. Sebaliknya tipe pegangan ini kurang efektif dalam permainan di depan net, karena kurang memiliki keleluasaan gerak. Moekarto Mirman (1996/1997: 24) menyataka American grip) kurang efektif untuk melakukan pukulan backhand dan untuk permainan netting
Teknik pegangan forehand dilakukan dengan cara ibu jari dan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan pegangan yang sempit (sejajar dinding kepala raket). Yang perlku diperhatikan dalam teknik pegangan ini adalah letak ujung ibu jari tidak melebihi dan tidak kurang dari jari telunjuk. Menurut Moekarto Mirman (1996/1997:25) teknik pegangan forehand memiliki beberapa
Memudahkan melakukan pukulan terhadap bola yang datangnya di sebelah kanan badan (forehand). (3) Tidak perlu memutar pegangan yang disebabkan kesalahan menempelkan posisi kepala raket. Tetapi pegangan forehand juga memiliki
backhand, (2) lemah dalam menerkam bola di
Teknik pegangan backhand merupakan jenis pegangan lanjutan dari pegangan forehand, yaitu dari pegangan forehand grip dapat beralih ke backhand grip dengan memutar raket seperempat putaran ke kiri, namun posisi ibu jari tidak seperti pada forehand grip, melainkan agak dekat dengan daun raket, atau dengan jalan menempelkan penampang ibu jari pada permukaan tangkai raket yang terlebar. Menurut Moekarto Mirman (1996/1997:26) keuntungan pegangan backhand
terkontrol. Sebaliknya kelemahan dari teknik ini, pemain akan kesukaran dalam mengembalik
Teknik pegangan campuran atau combination grip sering pula disebut pegangan jabat tangan. Pegangan campuran atau combination grip adalah suatu cara memegang raket dengan mengubah cara pegangan raket sesuai dengan datangnya bola dan jenis pukulan. Pegangan campuran ini merupakan kombinasi antara pegangan gebuk kasur dan teknik pegangan forehand. Teknik pegangan kombinasi hampir sama seperti pegangan forehand, yaitu posisi raket dimiringkan, dipegang seperti pada saat berjabat tangan. Teknik pegangan kombinasi ini merupakan salah satu cara pegangan yang paling efektif, karena pegangan raket sesuai dengan berbagai jenis datangnya bola. Oleh karena itu, dengan teknik pegangan kombinasi ini atlet akan memiliki pukulan yang lengkap dan sulit dianalisis kelemahannya. Berikut disajikan gambar macam-macam teknik pegangan raket sebagai berikut:
Gambar 1. Tehnik pegangan forehand
(http://dwikiprasetya.blogspot.com/2011/09/cara-memegang-raket-bulutangkis.html)
Gambar 2. Tehnik pegangan backhand
(http://dwikiprasetya.blogspot.com/2011/09/cara-memegang-raket
-bulutangkis.html)
2) Kerja Kaki (Footwork)
Kerja kaki memiliki peranan yang sangat penting dalam permainan
footwork yang baik
adalah supaya pemain dapat bergerak seefisien mungkin ke segala bagian dari
footwork yang baik ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik melangkah (footwork)
bergerak mengejar bola dan menentukan saat-saat yang tepat kapan harus berbuat dan memukul bola dengan tenang, (2) Tetap memiliki keseimbangan badan pada
Prinsip dasar footwork bagi pemain yang menggunakan pegangan kanan
(right handed) adalah kaki kanan selalu berada di ujung/ akhir atau setiap
melakukan langkah selalu diakhiri dengan kaki kanan. Sebagai contoh, jika hendak memukul kok yang berada di lapangan bagian depan atau di samping badan, kaki kanan selalu berada di depan. Demikian pula jika hendak memukul kok di belakang, posisi kaki kanan berada di belakang.
3) Teknik Memukul Bola
Memukul bola (shuttlecock) merupakan ciri dalam permainan bulutangkis. prinsip teknik memukul bola dalam permainan bulutangkis adalah untuk menyeberangkan bola ke daerah permainan lawan. Dapat dikatakan bahwa seorang pebulutangkis yang terampil apabila memiliki keterampilan melakukan pukulan yang baik. Hal yang mendasar dan harus dikuasai agar terampil melakukan pukulan dalam permainan bulutangkis adalah menguasai teknik memukul yang benar dan didukung kemampuan kondisi fisik yang baik.
Berdasarkan jenisnya pukulan dalam permainan bulutangkis dikelompokkan menjadi beberapa macam. Menurut Sumarno dkk. (2002: 194) -jenis pukulan yang harus dikuasai oleh pemain bulutangkis antara
an service, (2) Pukulan lob, (3) Pukulan dropshot, (4) Pukulan
smash, (5) Pukulan drive, (6) Pengembalian service
-macam pukulan dalam permainan bulutangkis terutama adalah sevice, lob, drive, smash, dropshot dan netting
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik pukulan yang harus dikuasai dalam permainan bulutangkis meliputi: service, lob, drive,
dropshot, smash, netting, dan pengembalian servis. Jenis-jenis pukulan dapat
dilakukan dengan forehand maupun backhand, kecuali pukulan servis tinggi yang sulit dilakukan dengan pukulan backhand. Jenis-jenis pukulan tersebut diuraikan sebagai berikut:
(a) Pukulan Servis
Servis dalam permainan bulutangkis merupakan pukulan pembuka atau sajian bola pertama untuk memulai permainan. Tohar (1992: 67) menyatakan,
shuttlecock ke
bidang lapangan lain secara diagonal dan bertujuan sebagai pembuka permainan dan merupakan suatu pukulan
merupakan pukulan yang sangat menentukan dalam awal perolehan nilai, karena hanya pemain yang melakukan servis yang dapat mengendalikan jalannya
Berdasarkan pengertian pukulan servis yang dikemukakan kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, pukulan service merupakan pukulan dengan raket yang menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lain secara diagonal yang sangat menentukan dalam awal perolehan nilai.
Agar servis berhasil dengan baik dan sah, maka dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sapta Kunta Purnama (2010: 16) menyatakan ketentuan yang berkaitan dengan pelaksnaan servis pada saat perkenaan antara lain:
1) Ketinggian bola pada saat perkenaan dengan kepala raket berada di bawah pinggang.
2) Saat perkenaan dengan bola, kepala raket harus condong ke bawah.
3) Kedua kaki berada pada bidang servis, tidak menyentuh garis tengah atau garis depan.
4) Tidak ada gerakan ganda (saat ayunan memukul sampai perkenaan dengan bola satu kali gerakan). Gerakan raket harus berkelanjutan tanpa adanya saat yang putus-putus.
Servis yang baik dalam bulutangkis akan memberikan kesempatan yang baik pula bagi lawan untuk mencetak angka. Untuk mendapatkan servis yang legal kontak dengan bola harus dilakukan di bawah pinggang dan tangkai raket harus mengarah ke bawah. Seluruh kepala raket harus dapat dilihat di bawah setiap bagian pegangan raket sebelum memukul bola. Ada tiga macam jenis servis yang biasa dilakukan oleh pemain bulutangkis ialah servis, panjang, servis pendek dan servis tanggung. Servis panjang adalah servis yang yang mengarahkan bola edekat mungkin dengan garis belakang, dengan demikian bola lebih sulit untuk diperkirakan dan dipukul, sehingga semua
Gambar : 3. Servis Panjang (Tony Grice, 2002: 26)
Servis pendek dilakukan rendah adalah paling sering digunakan dalam partai ganda, karena lapangan untuk ganda lebih pendek, tetapi lebih lebar dari pada
fore hand ataupun dengan
backhand
Gambar : 4. Servis Pendek Fore Hand (Tony Grice, 2002: 27) Servis tanggung sebenarnya hanya variasi saja dari servis pendek.
Gambar : 5. Servis Pendek Back Hand (Tony Grice, 2002: 28) Dilakukan dengan drive dan flick
m
2002: 25)
Pukulan servis merupakan pukulan yang sangat menentukan dalam awal perolehan nilai, karena pemain yang melakukan servis dengan baik dapat mengendalikan jalannya permainan, misalnya sebagai strategi awal dalam sebuah serangan. Pelaksanaan servis panjang dilakukan dengan cara forehand. Sapta Kunta Purnama (2010: 16), memberi petunjuk untuk melakukan pukulan servis sebagai berikut:
1) Berdirilah sedekat mungkin dengan garis depan.
2) Letak kedua kaki dapat sejajar atau depan belakang menyesuaikan kebiasaan.
3) Bola dipegang salah satu tangan dengan ketinggian di bawah pinggang. 4) Kepala raket ditempatkan di belakang bola.
5) Tentukan arah sasaran servis.
Pukulan ini hendaknya dilakukan dengan arah ke belakang lapangan lawan dan melambung tinggi sehingga tidak dapat dijangkau oleh uluran raket lawan dan shuttlecock jatuh langsung tegak lurus ke lantai. Shuttlecock sebaiknya mendarat sedekat mungkin dengan garis belakang bidang lapangan lawan. Untuk
(James Poole, 2005: 31).
Dalam pelaksanaan servis panjang, pelaku servis dan penerima servis harus berdiri berhadapan secara diagonal dalam kotak servis tanpa menyentuh garis-garis yang membatasi kotak servis. Sebagian dari kedua kaki baik pelaku maupun penerima servis harus tetap berdiri di permukaan lapangan dalam posisi diam (tidak bergerak) dari saat servis mulai dilakukan sampai servis telah dilaksanakan.
(b) Pukulan Lob
Pukulan lob merupakan pukulan yang dilakukan dengan arah pukulan bola lurus, tinggi dan jatuh ke belakang pertahanan lawan. Sasaran pukulan lob adalah bidang lapangan lawan bagian belakang. Agar dapat mencapai sasaran di daerah belakang lapangan, maka pukulan ini dilakukan dengan keras dan panjang. Pukulan lob penting peranannya dalam permainan bulutangkis. Moekarto Mirman lob merupakan pukulan yang sangat penting bagi bola pertahanan (defensive) maupun penyerangan (ofensive) Lob yang cepat dan jauh ke belakang dapat membuat lawan kewalahan dalam mengembalikan bola. Oleh karena itu tiap pemain bulutangkis harus memiliki kemampuan pukulan lob.
Pukulan lob bulutangkis dapat dilakukan dengan berbagai macam variasi. Menurut Soemarno dkk. (2004:198) adapun jenis lob dapat dibagi menjadi 2
lob serang (attack clear) dan lob tangkisan (high defensive clear
senada dikemukakan Hal senada dikemukakan Moekarto Mirman (1996/1997:48) lob dapat dibagi menjadi lob serang dan lob
Lob serang yaitu lob yang bertujuan untuk melakukan serangan terhadap lawan. Lob ini dilakukan dengan bola dipukul lebih cepat dengan lambungan agak
rendah (lebih rendah dari lambungan bola lob tinggi) melewati lawan ke lapangan bagian belakang. Lob serang ini dilakukan misalnya pada saat lawan sudah
kehilangan keseimbangan atau salah posisi, atau lawan harus maju ke depan jaring untuk mengejar suatu drop yang dilancarkan.
Sedangkan yang dimaksud dengan lob tangkisan atau lob pertahanan adalah pukulan lob yang dilakukan pemain untuk menahan dan mempertahankan diri dari serangan lawan. Pukulan lob pertahanan ini, lintasan bolanya tinggi dan panjang. Dengan pukulan yang tinggi dan panjang ini akan memberikan
kesempatan pemain untuk kembali ke posisi di tengah lapangan. Baik lob serangan maupun lob pertahanan, cara pelaksanaannya sama. Yang
membedakan kedua jenis lob tersebut adalah arah lintasan bola. Gambar 6. Teknik pukulan Lob
(http://teknikbermainbadminton.blogspot.com/2011_01_01_archive.html)
(c) Pukulan Drop (Dropshot)
Pukulan dropshot merupakan pukulan yang diarahkan di dekat net pada lapangan permainan lawan. Moekarto Mirman (1996/1997:52) menyatakan bahwa pukulan dropshot
bola secepatnya dan
sedekat-Hal yang sama dikemukakan Sumarno dkk. (2004:201) dropshot adalah pukulan yang dilakukan dengan tujuan menempatkan bola secepatnya dan
Pada prinsipnya dropshot merupakan teknik memukul shuttlecock agar jatuh secepat mungkin dekat net. Pukulan yang cepat dan ditempatkan sedekat mungkin di depan net akan sulit dikembalikan oleh lawan. Untuk membuat pukulan dropshot ada beberapa cara. Menurut Moekarto Mirman (1996/1997:52)
dropshot Dropshot dari atas (Overhead
dropshot) terdiri atas drop penuh dan drop potong, (2) Dropshot dari bawah
(
(d) Pukulan Drive
Pukulan drive merupakan jenis pukulan yang dilakukan dengan keras dan mendatar yang arah lambungan bolanya sejajar dengan lantai atau net. Moekarto Mirman (1996/1997:50) menyata drive adalah pukulan yang biasa digunakan untuk menekan lawan atau untuk tidak memberikan kesempatan kepada lawan mendapatkan bola-bola yang melambung, sehingga lawan tidak memperoleh kesempatan menyerang dengan pukulan over head
Pukulan drive merupakan pukulan yang laju bolanya cepat, sehingga pukulan ini termasuk jenis pukulan serangan yang dapat digunakan untuk mempercepat tempo permainan. Soemarno dkk. (2004:200) menyatakan,
drive adalah mempercepat tempo permainan dengan meluncurkan bola
serendah-rendahnya dengan net. Selain itu itu pukulan drive berfungsi untuk
(e) Pukulan Netting
Pukulan netting atau jaring adalah salah satu jenis pukulan yang cukup sulit dalam permainan bulutangkis, karena permainan netting ini banyak memerlukan kecermatan yang penuh perasaan atau feeling. Dalam permainan
netting faktor tenaga hampir tidak diperlukan sama sekali. Pukulan dilakukan
tenang dan pasti. Dengan cara demikian bola yang ringan itu dengan sendirinya akan memantul. Hal ini terutama dalam permainan jaring dengan pengambilan bola di atas. Prinsip-prinsip dalam melakukan permainan netting, menurut
mungkin. (2) Lambungan bola harus serendah mungkin dengan net, dan (3)
Dalam permainan net bola harus diambil sewaktu bola masih di atas. Apabila bola diambil setelah berada di bawah, tempo permainan akan menjadi lambat dan hal ini memberi kesempatan lawan lebih siap untuk maju. Bola harus serendah mungkin dengan bibir jaring, hal ini untuk mempertinggi target kesulitan awan memukul kembali bola terutama untuk menerobosnya.
(f). Pukulan Smash
Smash merupakan pukulan overhead yang keras dengan kecepatan tinggi
arahnya menukik ke bawah di bidang lapangan lawan. Menurut Sumarno dkk. (2004:203) menyatakan pukulan smash
cepat dan sekeras-kerasnya, ke arah bawah lapangan lawan.
Smash merupakan teknik serangam yang paling efektif dalam permainan
bulutangkis. penguasaan teknik dasar smash dalam permainan bulutangkis sangat penting, karena keberhasilan pemain dalam suatu pertandingan bulutangkis sangat banyak ditentukan oleh kemampuanya melakukan smash. Setiap pemain harus benar-benar menguasai teknik smash dengan baik, karena lob merupakan bentuk serangan yang paling mematikan.
Pukulan smash dapat dilakukan dengan forehand maupun backhand. Hasil dari smash dengan pukulan forehand biasanya lebih kuat dan keras daripada
smash dengan backhand, karena ayunannya yang lebih luas dan panjang. Dalam
permainan bulutangkis pukulan smash dapat dilakukan dengan berbagai macam. Menurut Moekarto Mirman (1996/1997:54-56) ada beberapa jenis pukulan smash yang dapat dilakukan, sesuai dengan kemauan atlet dan situasi di lapangan saat
full smash), (2) smes potong, (3) smes seputar
kepala (around the head lob), (4) backhand smash
Smash penuh ini dilakukan dengan daun raket seluruhnya, dan smash
penuh memiliki kekuatan yang penuh tetapi shutlecock menjadi kurang terarah.
smash penuh pada umumnya harus sepanjang garis atau tertuju penuh badan
lawan. smash penuh dilakukan dengan sekuat tenaga, maka akan penuh
menggunakan posisi smash. Oleh karena itu, smash ini harus dapat mematikan lawan
Smash potong bila dibandingkan dengan smash penuh kurang keras, tetapi
shutlecock lebih tajam dan lebih terarah. Pada umumnya smash potong dilakukan
secara menyilang sebagai smash silang atau cross smash. Jika akan mensmash dari lini belakang, maka lebih baik jika dilakukan smash potong daripada smash penuh.
Around the head smash dapat pula disebut dengan smash melingkar.
Gerakan lengan dalam smash melingkar ini sangat diperlukan keterampilan gerak pergelangan lengan, kelentukan, dan keseimbangan badan untuk menjaga posisi agar bisa tetap berdiri dengan tegak dan tidak sempoyongan.
Backhand smash mengutamakan gerakan keterampilan pergelangan
tangan, shutlecock yang terlanjur melewati posisi badan juga dapat dipukul dengan backhand smash, untuk membackhand yang tepat diperlukan pergelangan yang kuat dan mantap. Backhand smash biasanya paling tepat untuk menyambar
shutlecock yang meluncur tanggung di dekat depan net, mudah dilakukan dengan
cukup menggunakan keterampilan pergelangan tangan tanpa perlu memukulnya sekuat tenaga.
4) Pola-Pola Pukulan
Penguasaan pola-pola pukulan penting untuk mengembangkan permainan dan memperoleh kemenangan pada permainan bulutangkis. pemain perlu mendapatkan pola latihan teknik pukulan secara sistematis, berulang-ulang dan teratur. Pola pukulan pada dasarnya merupakan rangkaian dari beberapa pukulan yang dikombinasikan dan dilakukan secara terpadu. Untuk dapat mengalahkan lawan dengan mudah, pemain harus memiliki kemampuan memukul bola dengan baik dan ditunjang dengan penguasaan pola pukulan yang baik pula.
Kemenangan dalam suatu pertandingan bulutangkis sangat sulit diperoleh jika hanya mengandalkan kemampuan memukul bola yang baik, tanpa disertai dengan penguasaan pola-pola pukulan yang baik.Pola-pola pukulan yang dapat dikembangkan oleh pemain banyak sekali jenisnya dan bervariasi. Selain dengan
pola-pola tersebut pemain dapat pula mengembangkan dengan pola yang lain. Namun pola pukulan yang dikembangkan harus memperhitungkan efisiensi dan efektifitas gerakan.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik dasar permainan bulutangkis merupakan faktor yang mendasar dan harus dipahami dan dikuasai oleh setiap pemain agar mampu bermain bulutangkis dengan baik dan terampil.
2. Karakteristik Anak Usia SMP
Dalam kehidupan anak terdapat dua proses yang terjadi secara kontinue, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung secara interdependent, saling bergantung satu sama lainnya dan tidak dapat dipisahkan (tidak bisa berdiri sendiri), akan tetapi dapat dibedakan (Kartono, K., 1979).
Pertumbuhan dimaksudkan untuk menunjukkan bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik yang murni. Perubahan ukuran akibat bertambah banyaknya atau bertambah besarnya sel (Edwina, 2004) Misalnya : bertambahnya tinggi badan, bertambahnya berat badan, otot-otot tubuh bertambah pesat (kekar).
Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu yaitu proses yang menuju kedepan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju (Ahmadi, A., 1991). Dalam makalah ini, kami hanya akan membahas mengenai tumbuh dan kembang masa remaja khususnya anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu antara usia 12 15 tahun.
a. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Masa remaja ini sering dianggap sebagai masa peralihan, dimana saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa. Menurut Anna Freud (dalam Yusuf. S,
2000) masa remaja juga dikenal dengan masa strom and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan psikis yang bervariasi. Pada masa ini remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan dan sebagai akibatnya akan muncul kekecewaan dan penderitaan, meningkatnya konflik dan pertentangan, impian dan khayalan, pacaran dan percintaan, keterasinagan dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan (Gunarsa, 1986).
Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/jati diri. Individu ingin mendapat pengakuan tentang apa yang dapat ia hasilkan bagi orang lain. Apabila individu berhasil dalam masa ini maka akan diperoleh suatu kondisi yang disebut identity reputation (memperoleh identitas). Apabila mengalami kegagalan, akan mengalami Identity Diffusion (kekaburan identitas). Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya.
Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut Monks dkk (2004) yaitu antara umur 12 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir.
b. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Remaja Usia SMP
1.) Pertumbuhan fisik
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini remaja memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara optimal. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh berkembang pesat.
2.) Perkembangan seksual
Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja. Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang
pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama.
Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan merdu.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone
(FSH); dan 2). Luteinizing Hormone(LH). Pada anak perempuan, kedua hormon
tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan
Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan
testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas
merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
3.) Cara berfikir kausalitas
Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis. Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya
itu tidak boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan maka dia akan tetap melakukannya. Apabila guru/pendidik dan oarang tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar.
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit,
dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
4.) Emosi yang meluap-meluap
Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.
5.) Perkembangan Sosial
Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.
Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial. Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan
tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dsb. Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.
Ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan.
Salah satu pola hubungan sosial remaja diwujudkan dengan membentuk satu kelompok. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orang tua dinomorduakan, sedangkan kelompoknya dinomorsatukan. Contohnya, apabila seorang remaja dihadapkan pada suatu pilihan untuk mengikuti acara keluarga dan berkumpul dengan teman-teman, maka dia akan lebih memilih untuk pergi dengan teman-teman.
Pola hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan jenisnya dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti dan melarangnya maka akan menimbulkan masalah sehingga remaja cenderung akan bersikap tertutup pada orang tua mereka. Anak perempuan secara biologis dan karakter lebih cepat matang daripada anak laki-laki.
6.) Perkembangan Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat
diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi
mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan
oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika
dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
7.) Perkembangan Kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.
3. Latihan a. Hakikat Latihan
Latihan merupakaan salah satu bagian yang penting untuk
mencapai prestasi yang tinggi. Untuk mencapai prestasi yang tinggi, maka latihan harus dilakukan secara berulang-ulang, sistematis dan terprogram. A. Hamidsyah
dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontinyu
dengan kian hari kian
adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas
training)
merupakan proses kerja yang sistematis dan dilakukan secara berulang-ulang
Berdasarkan pengertian latihan yang dikemukakan tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, latihan merupakan proses kerja atau berlatih yang dilakukan secara sistematis dan kontinyu, berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin meningkat. Melalui latihan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang ditingkatkan secara bertahap, maka akan terjadi perubahan
melalui pengulangan-pengulangan akan menyebabkan mekanisme susunan syaraf bertambah baik. Hasil nyatanya adalah gerakan-gerakan menjadi otomatis yang tidak terlalu membutuhkan konsentrasi pusat-pusat syaraf. Gerakan-gerakan yang
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan yang dilakukan secara teratur dan melakukan pengulangan yang konsisten, maka mekanisme susunan syaraf menjadi baik, sehingga menghasilkan gerakan yang otomatis dan menghemat tenaga secara efektif dan efisien.
b. Hukum dan Prinsip Latihan
Latihan merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk mencapai prestasi yang tinggi. Untuk mencapai prestasi yang tinggi, maka latihan menganut hukum dan prinsip latihan yang tepat. Hukum dan prinsip latihan secara impirik dan keilmuan telah terbukti dan teruji secara jelas seiring dengan berkembangnya ilmu kepelatihan. Oleh karena itu, hasil latihan tidak selalu positif dan optimal bila pembebanan tidak diberikan dengan kaidah hukum dan prinsip-prinsip latihan yang benar.
Hukum latihan merupakan suatu kaidah dari latihan olahraga yang harus dipenuhi agar tujuan latihan dapat tercapai. LANKOR (2007: 44-46) menyatakan,
overload, (2) hukum
reversibility
yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Lebih lanjut LANKOR (2007:
46-diperhatikan yaitu (1) prinsip pedagogik, (2) prinsip individual, (3) prinsip
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam latihan olahraga prestasi harus menganuh hukum latihan yang tepat, yaitu hukum
overload, hukum reversibilitas dan hukum kekhususan. Sedangkan prinsip-prinsip
latihan yang harus diterapkan terdiri dari: prinsip pedagogik, prinsip individual, prinsip keterlibatan aktif dan prinsip variasi. Latihan yang didasarkan pad ahukum dan prinsip latihan yang tepat, maka akan diperoleh hasil latihan yang maksimal.
c. Sistematika Latihan
Latihan yang baik harus dirancang secara sistematis dengan mengikuti berbagai karakteristik cabang olahraga yang dipelajar, ketersediaan waktu dan atlit yang dilatih atau dibina. LANKOR (2007: 49-52) menyatakan:
Beberapa aspek penting untuk menentukan sistematika latihan sebagai berikut:
1) Tahapan latihan: a) Tahap latihan dasar b) Tahap latihan lanjut c) Tahap prestasi tinggi 2) Pembebanan latihan
a) Unsur-unsur beban b) Indikator beban
Pendapat tersebuit menunjukkan bahwa, sistematika latihan mencakup dua aspek yaitu: tahapan latihan dan pembebanan latihan. Dari kedua sistematika