• Tidak ada hasil yang ditemukan

DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS) DALAM PENGANGKATAN PELATIH PENCAK SILAT GERAK SAKA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS) DALAM PENGANGKATAN PELATIH PENCAK SILAT GERAK SAKA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

DECISION SUPPORT SYSTEM (DSS) DALAM

PENGANGKATAN PELATIH PENCAK SILAT GERAK

SAKA DENGAN METODE ANALYTICAL

HIERARCHY PROCESS (AHP)

Hardiyan AMIK BSI Tangerang e-mail: [email protected]

Abstrak

Angka kriminalitas di Indonesia masih sangat tinggi, oleh karena itu beladiri akan menjadi sangat berguna ketika terjadi suatu hal yang tidak kita inginkan. Pencak silat gerak saka adalah salah satu bela diri tradisonal yang berasal dari tanah betawi dan bersih dari unsur kesyirikan. Namun, terbatasnya jumlah pelatih menjadi kendala tersendiri dalam penyebarannya. Dengan adanya system penunjang keputusan menjadi solusi dimana memberikan dukungan atas pertimbangan dalam proses pengangkatan pelatih yang dapat menjadi referensi standar dalam proses pengangkatan pelatih dan memudahkan proses pengangkatan sehingga menghasilkan pelatih baru dengan tepat dalam memperluas penyebaran pencak silat gerak saka. Dalam proses penelitian menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dimana terdapat tiga criteria yaitu akhlak, pola pikir, dan rasa yang menghasilkan penunjukan ketua umum sebagai alternative terpenting.

Keywords: kriminalitas, tradisonal, Analytical Hierarchy Process.

1. Pendahuluan

Angka kriminalitas di Indonesia masih sangat tinggi dimana berita-berita kejahatan setiap hari bisa dilihat melalui media-media baik media cetak, elektronik, maupun media sosial. Hal ini membuat seseorang harus lebih berhati-hati karena kejahatan bisa terjadi kapan saja tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu.Oleh karena itu, bela diri akan menjadi sangat berguna ketika terjadi suatu hal yang tidak diinginkan dimana bisa menjaga diri tanpa ada rasa takut. Namun banyak perguruan bela diri dimana dalam proses latihan melakukan kegiatan yang mengandung unsur syirik, sangat disayangkan ketika dalam proses belajar bela diri malah terjerumus dalam kesesatan yang justru mengakibatkan kerugian.

Tentu tidak semua perguruan pencak silat mengandung unsur kesyirikan. Pencak silat gerak sakaadalah salah satu dimana termasuk seni beladiri tradisional yang berasal dari tanah betawi dan bersih dari unsur syirik dan menyesatkan. Kata saka diambila dari bahasa sunda, 'Sakadaekna' yang berarti sekenanya. Aliran yang satu ini memang mengutamakan efektivitas, kesederhanaan gerak, serta rasa yang

dimiliki sebagai filosofi pertarungannya. Gerak saka merupakan pengembangan dari aliran silat tradisional sunda, gerak gulung budidaya yang dibawa ke Jakarta oleh Raden Widarma. Akan tetapi, terbatasnya jumlah pelatih membuat permintaan untuk pelatihan itu sendiri hanya berada di kawasan Jakarta dan sekitarnya seperti Karawang dan Tangerang. Pengangkatan pelatih baru menjadi salah satu pilihan masalah tersebut dimana peserta yang telah dianggap layak bisa membantu pengajaran sekaligus penyebaran Gerak Saka itu sendiri.

Dalam membantu memilih keputusan, adanya sistem penunjang keputusan menjadi sebagai solusi dimana memberikan dukungan atas pertimbangan alternatif dalam proses pengangkatan pelatih. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode yang memiliki keunggulan dimana dapat digambarkan secara grafis sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan pengangkatan pelatih.

(2)

Tempat penelitian berada di Perguruan Pencak Silat Gerak Saka, yang beralamat Jl. Karyawan 3 Gg. Kenanga 5 No.79 B Rt.004/09 Karang Tengah Ciledug Tangerang.

Teknik Pengumpulan Data dan Analisa Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. (Sugiyono, 2010:224)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga metode dalam teknik pengumpulan datanya yaitu:

1. Observasi

Menurut Nasution dalam

Sugiyono (2010:226)

mengemukakan bahwa

“Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi partisipatif secara lengkap, dimana dalam pengumpulan data peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data.

2. Wawancara

Menurut Nasution dalam

Sugiyono (2010:231)

mengemukakan bahwa

“Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu”. Wawancara dilakukan melalui Tanya jawab langsung antara penulis dengan narasumber mengenai tahapan yang dilakukan.

3. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010:142). Kuesioner

dimana akan menjadi data primer yang nantinya akan diolah. Metode Analisis Data

Pada dasarnya, metode analisis data dalam metode AHP meliputi:

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan hierarki adalah dengan menetapkan tujuan yang merupakan sasaran system secara keseluruhan pada level teratas.

2. Menentukan prioritas elemen a. Langkah pertama dalam

menentukan prioritas elemen

adalah membuat

perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan. b. Matriks perbandingan

berpasangan diisi

menggunakan bilangan untuk merepresentasikan

kepentingan relative dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya.

Tabel 1 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Elemen A Elemen B Elemen C Elemen A Elemen B Elemen C 3. Sintesis Pertimbangan pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan di sintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah:

a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks. b. Membagi setiap nilai dari

kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks.

c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya

(3)

mendapatkan nilai rata-rata. 4. Mengukur konsistensi

Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsitensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah:

a. Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relative elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relative kedua, dan seterusnya.

b. Jumlahkan setiap baris. c. Hasil dari penjumlahan baris

dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan.

d. Jumlahkan hasil bagi diatas dengan banyaknya elemen yang ada, hasilnya disebut λ maks.

5. Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus:

CI = (λ maks-n)/n

dimana n = banyaknya elemen 6. Hitung Rasio Konsistensi/

Consistency Ratio (CR) dengan rumus:

CR = CI/IR Dimana :

CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index

IR = Indeks Random Consistency 7. Memeriksa konsistensi hierarki.

Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgment harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1, maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar.

3. Pembahasan

Tahapan pendefinisian masalah dipakai dalam hal memecah masalah yang besar serta menyederhanakan tersebut menjadi permasalahan yang kecil, dan digambarkan dalam suatu bentuk hirarki. Dalam hirarki ini dibuat menjadi tiga bagian yaitu tujuan, kriteria, dan alternative.

Tujuan

Kriteria

Alternatif

Gambar .1

Hirarki Penentuan Program Pengangkatan Pelatih

Rasa

Penentuan

Program

Pengangkatan

Akhlak

Pola Pikir

(Mindset)

Musyawar

ah Dewan

Pelatih

TFT

(Training

For

Penunjukan

Ketua

Umum

(4)

Penjelasan dari ketiga elemen hirarki diatas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1

Penjelasan Hirarki Penentuan Program Pengangkatan Pelatih Tujuan Penjelasan Penentuan Program Pengangkatan Pelatih Sasaran yang ingin dicapai oleh perguruan pencak silat Gerak Saka untuk penentukan jenis program pengangkat an pelatih yang sesuai bagi anggota yang layak. Kriteria Penjelasan Akhlak Perilaku sebagai seorang pelatih Gerak Saka maupun dalam kehidupan sehari-hari sebagai manusia sosial

Pola Pikir (Mindset)

Pola Pikir yang sesuai dengan filosofi gerak saka yang dimana ketika seseorang menyerang maka sebagai pemain gerak fokus pada mencari poin pada lawan bukan pada serangan yang ditujukan ke pemain Rasa Sensitifitas pada pemain gerak saka ketika musuh ingin melakukan sesuatu dan pemain Gerak Saka bisa bertindak untuk langkah selanjutnya Kriteria Penjelasan TFT (Training For Trainer) Para peserta yang telah memenuhi syarat mengikuti pelatihan tentang kepelatihan yang diadakan oleh Pencak Silat Gerak Saka Penunjukan Ketua Umum Ketua Umum mengangkat seseorang menjadi pelatih secara langsung dengan pertimbanga n tertentu Musyawarah Dewan Pelatih Dewan pelatih berkumpul untuk musyawara h dimana para anggota dewan pelatih mengajukan

(5)

nama-nama yang dianggap layak sebagai seorang pelatih untuk dibahas bersama-sama

5.2. Menentukan Prioritas Elemen Pada tahapan menentukan prioritas elemen, langkah yang dilakukan pertama adalah membuat matriks perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang telah diberikan. Matriks perbandingan berpasangan diisi dengan menggunakan angka untuk menggambarkan tingkat kepentingan dari suatu elemen terhadap elemen yang lain.

Pada penelitian ini penulis menggunakan informan yang dimana merupakan anggota tim pelatih pencak silat Gerak Saka. Untuk bentuk kuesioner yang dibagikan kepada partisipan yaitu sebagai berikut:

Tabel V.2

Level 1: Perbandingan Kriteria Utama Dalam penentuan pengangkatan pelatih, kriteria manakah yang lebih penting dibandingkan kriteria-kriteria berikut? Berapa Tingkat Kepentingannya? Akhl ak Pola Pikir (Min dset) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Akhl ak Rasa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pola Pikir (Min dset) Rasa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Keterangan : 1 = Sama pentingnya 7 =

Jauh lebih penting

3 = Sedikit lebih penting 9 = Mutlak lebih penting daripada

5 = Lebih penting daripada 2,4,6,8 = Nilai antara dua pertimbangan

Tabel V.3

Level 2 : Perbandingan Akhlak

Berdasarkan kriteria "Akhlak", manakah yang lebih penting diantara perbandingan alternatif-alternatif berikut

Berapa Tingkat Kepentingannya? TFT (Training For Trainer) Penunjukan Ketua

Umum 1 2 3 4 5 6 7 8 9

TFT (Training For Trainer) Musyawarah Dewan

Pelatih 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penunjukan Ketua Umum Musyawarah Dewan

Pelatih 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tabel V.4

Level 2 : Perbandingan Pola Pikir (Mindset) Berdasarkan kriteria

"Pola Pikir

(Mindset)", manakah yang lebih penting diantara perbandingan alternatif-alternatif berikut Berapa Tingkat Kepentingannya? TFT (Traini ng For Traine r) Penun jukan Ketua Umum 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TFT (Traini ng For Traine r) Musya warah Dewa n Pelatih 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penu njuka n Ketua Umu m Musya warah Dewa n Pelatih 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tabel V.5

Level 2 : Perbandingan Rasa Berdasarkan kriteria

"Rasa", manakah yang lebih penting diantara perbandingan alternatif-alternatif berikut Berapa Tingkat Kepentingannya? TFT (Traini ng For Traine Penunj ukan Ketua Umum 1 2 3 4 5 6 7 8 9

(6)

r) TFT (Traini ng For Traine r) Musya warah Dewan Pelatih 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penun jukan Ketua Umum Musya warah Dewan Pelatih 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Untuk tata cara pengisian kuesioner dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Jika KRITERIA A dianggap sedikit lebih penting daripada KRITERIA B, maka pengisian kuesioner dilakukan seperti contoh berikut:

2. Jika KRITERIA A dianggap mutlak sangat penting daripada KRITERIA C, maka pengisian kuesioner dilakukan seperti contoh berikut:

3. Jika KRITERIA B dianggap sama penting daripada KRITERIA C, maka pengisian kuesioner dilakukan seperti contoh berikut:

4. Jika KRITERIA B dianggap berada diantara lebih penting (5) dan sangat penting (7) daripada KRITERIA C, maka pengisian kuesioner dilakukan seperti contoh berikut:

Setelah data dari kuesioner diisi oleh informan dan dikumpulkan, penulis merangkum dalam bentuk empat tabel matrik perbandingan berpasangan, yaitu: 1. Matrik perbandingan berpasangan

level 1 berdasarkan kriteria utama 2. Matrik perbandingan berpasangan

level 2 berdasarkan kriteria akhlak 3. Matrik perbandingan berpasangan

level 2 berdasarkan kriteria pola pikir (mindset)

4. Matrik perbandingan berpasangan level 2 berdasarkan kriteria rasa

Matrik perbandingan berpasangan level 1 berdasarkan kriteria utama

Matrik perbandingan berpasangan level 1 berdasarkan kriteria utama dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel V.6

Perbandingan Kriteria Utama Kriteria

Informan 1 Akhlak Pola Pikir

(Mindset) Rasa Akhlak 1 7 5 Pola Pikir (Mindset) 1/7 1 1/3 Rasa 1/5 3 1 Kriteria Informan 2 Akhlak Pola Pikir

(Mindset) Rasa Akhlak 1 1/9 1/5 Pola Pikir (Mindset) 9 1 5 Rasa 5 1/5 1 Kriteria Informan 3 Akhlak Pola Pikir

(Mindset) Rasa Akhlak 1 1 1 Pola Pikir (Mindset) 1 1 1 Rasa 1 1 1 Kriteria Informan 4 Akhlak Pola Pikir

(Mindset) Rasa Akhlak 1 1 9 Pola Pikir (Mindset) 1 1 9 Rasa 1/9 1/9 1 Kriteria Informan 5 Akhlak Pola Pikir

(Mindset) Rasa Akhlak 1 9 7 Pola Pikir (Mindset) 1/9 1 1/3 Rasa 1/7 3 1 Kriteria Informan 6

(7)

Akhlak Pola Pikir (Mindset) Rasa Akhlak 1 9 5 Pola Pikir (Mindset) 1/9 1 1/5 Rasa 1/5 5 1 Kriteria Informan 7 Akhlak Pola Pikir

(Mindset) Rasa Akhlak 1 1 5 Pola Pikir (Mindset) 1 1 5 Rasa 1/5 1/5 1 Kriteria Informan 8 Akhlak Pola Pikir

(Mindset) Rasa Akhlak 1 1 3 Pola Pikir (Mindset) 1 1 3 Rasa 1/3 1/3 1 Kriteria Informan 9 Akhlak Pola Pikir

(Mindset) Rasa Akhlak 1 7 3 Pola Pikir (Mindset) 1/7 1 1/5 Rasa 1/3 5 1 Kriteria Informan 10 Akhlak Pola Pikir

(Mindset) Rasa

Akhlak 1 7 8

Pola Pikir

(Mindset) 7 1 2

Rasa 1/8 1/2 1

Dalam matrik perbandingan berpasangan dimana data diperoleh dari informan yang berjumlah 10 orang, maka perlu dibuat rata-rata untuk masing-masing elemen perbandingan dengan cara mengalikan semua elemen matrik banding yang sama letaknya kemudian diakar pangkatkan sesuai dengan jumlah narasumber sehingga didapatkan matrik perhitungan rata-rata untuk masing-masing elemen. Hasil rata-rata dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel V.7

Perbandingan Rata-Rata Kriteria Utama

Kriteria Akhlak Pola Pikir

(Mindset) Rasa Akhlak 1.000 3.466 4.418 Pola Pikir

(Mindset) 0.426 1.000 0.755 Rasa 0.226 0.960 1.000 Matrik perbandingan berpasangan level

2 berdasarkan akhlak

Matrik perbandingan berpasangan level 2 berdasarkan akhlak dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel V.8 Perbandingan Akhlak Kriteria Informan 1 TFT (Traini ng For Traine r) Penunju kan Ketua Umum Musyaw arah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/7 1/3 Penunju kan Ketua Umum 7 1 5 Musyaw arah Dewan Pelatih 3 1/5 1 Kriteria Informan 2 TFT (Traini ng For Traine r) Penunju kan Ketua Umum Musyaw arah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/9 1/5 Penunju kan Ketua Umum 9 1 5 Musyaw arah Dewan Pelatih 5 1/5 1 Kriteria Informan 3

(8)

TFT (Traini ng For Traine r) Penunju kan Ketua Umum Musyaw arah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 5 1/5 Penunju kan Ketua Umum 1/5 1 1/9 Musyaw arah Dewan Pelatih 5 9 1 Kriteria Informan 4 TFT (Traini ng For Traine r) Penunju kan Ketua Umum Musyaw arah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1 1 Penunju kan Ketua Umum 1 1 1 Musyaw arah Dewan Pelatih 1 1 1 Kriteria Informan 5 TFT (Traini ng For Traine r) Penunju kan Ketua Umum Musyaw arah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/8 1/6 Penunju kan Ketua Umum 8 1 3 Musyaw arah Dewan Pelatih 6 1/3 1 Kriteria Informan 6 TFT (Traini ng For Traine r) Penunju kan Ketua Umum Musyaw arah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/5 1/3 Penunju kan Ketua Umum 5 1 3 Musyaw arah Dewan Pelatih 3 1/3 1 Kriteria Informan 7 TFT (Traini ng For Traine r) Penunju kan Ketua Umum Musyaw arah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 3 1 Penunju kan Ketua Umum 1/3 1 1/3 Musyaw arah Dewan Pelatih 1 3 1 Kriteria Informan 8 TFT (Traini ng For Traine r) Penunju kan Ketua Umum Musyaw arah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/9 1 Penunju kan Ketua Umum 9 1 9 Musyaw arah Dewan 1 1/9 1

(9)

Pelatih Kriteria Informan 9 TFT (Traini ng For Traine r) Penunju kan Ketua Umum Musyaw arah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/7 1/3 Penunjuk an Ketua Umum 7 1 5 Musyaw arah Dewan Pelatih 3 1/5 1 Kriteria Informan 10 TFT (Traini ng For Traine r) Penunju kan Ketua Umum Musyaw arah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 6 1/2 Penunjuk an Ketua Umum 1/6 1 1/7 Musyaw arah Dewan Pelatih 2 7 1

Matrik perhitungan rata-rata untuk masing-masing elemen dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel V.9

Perbandingan Rata-Rata Akhlak

Kriteria TFT (Training For Trainer)

Penunjukan Ketua Umum

Musyawarah Dewan Pelatih

TFT (Training For Trainer) 1.000 0.474 0.407

Penunjukan Ketua Umum 2.112 1.000 1.489

Musyawarah Dewan Pelatih 2.460 0.672 1.000

Matrik perbandingan berpasangan level 2 berdasarkan pola pikir (mindset)

Matrik perbandingan berpasangan level 2 berdasarkan pola pikir (mindset) dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel V.10

Perbandingan Pola Pikir (Mindset)

Kriteria Informan 1 TFT (Traini ng For Traine r) Penunjuk an Ketua Umum Musyawa rah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/7 1/3 Penunjuk an Ketua Umum 7 1 5 Musyawa rah Dewan Pelatih 3 1/5 1 Kriteria Informan 2 TFT (Traini ng For Traine r) Penunjuk an Ketua Umum Musyawa rah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/7 3 Penunjuk an Ketua Umum 7 1 9 Musyawa rah Dewan Pelatih 1/3 1/9 1 Kriteria Informan 3 TFT (Traini ng For Traine r) Penunjuk an Ketua Umum Musyawa rah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 9 3 Penunjuk an Ketua Umum 1/9 1 1/7 Musyawa rah Dewan Pelatih 1/3 7 1 Kriteria Informan 4

(10)

TFT (Traini ng For Traine r) Penunjuk an Ketua Umum Musyawa rah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/7 1 Penunjuk an Ketua Umum 7 1 7 Musyawa rah Dewan Pelatih 1 1/7 1 Kriteria Informan 5 TFT (Traini ng For Traine r) Penunjuk an Ketua Umum Musyawa rah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/8 1/8 Penunjuk an Ketua Umum 8 1 1 Musyawa rah Dewan Pelatih 8 1 1 Kriteria Informan 6 TFT (Traini ng For Traine r) Penunjuk an Ketua Umum Musyawa rah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/5 1/3 Penunjuk an Ketua Umum 5 1 3 Musyawa rah Dewan Pelatih 3 1/3 1 Kriteria Informan 7 TFT (Trainin g For Trainer ) Penunjuk an Ketua Umum Musyawar ah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 5 1/3 Penunjuka n Ketua Umum 1/5 1 1/7 Musyawar ah Dewan Pelatih 3 7 1 Kriteria Informan 8 TFT (Trainin g For Trainer ) Penunjuk an Ketua Umum Musyawar ah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/9 1 Penunjuka n Ketua Umum 9 1 9 Musyawar ah Dewan Pelatih 1 1/9 1 Kriteria Informan 9 TFT (Trainin g For Trainer ) Penunjuk an Ketua Umum Musyawar ah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/7 1 Penunjuka n Ketua Umum 7 1 7 Musyawar ah Dewan Pelatih 1 1/7 1 Kriteria Informan 10 TFT (Trainin g For Trainer ) Penunjuk an Ketua Umum Musyawar ah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/4 6 Penunjuka n Ketua Umum 4 1 1/8 Musyawar ah Dewan Pelatih 6 8 1

Matrik perhitungan rata-rata untuk masing-masing elemen dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(11)

Tabel V.11

Perbandingan Rata-Rata Pola Pikir (Mindset)

Kriteria TFT (Training For Trainer)

Penunjukan Ketua Umum

Musyawarah Dewan Pelatih

TFT (Training For Trainer) 1.000 0.325 0.871

Penunjukan Ketua Umum 3.080 1.000 1.653

Musyawarah Dewan Pelatih 1.149 0.605 1.000

5.2.4. Matrik perbandingan berpasangan level 2 berdasarkan rasa

Matrik perbandingan berpasangan level 2 berdasarkan rasa dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel V.12 Perbandingan Rasa Kriteria Informan 1 TFT (Trainin g For Trainer ) Penunjuk an Ketua Umum Musyawar ah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/7 1/3 Penunjuka n Ketua Umum 7 1 5 Musyawar ah Dewan Pelatih 3 1/5 1 Kriteria Informan 2 TFT (Trainin g For Trainer ) Penunjuk an Ketua Umum Musyawar ah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/7 1 Penunjuka n Ketua Umum 7 1 7 Musyawar ah Dewan Pelatih 1 1/7 1 Kriteria Informan 3 TFT (Trainin g For Trainer ) Penunjuk an Ketua Umum Musyawar ah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 5 1/5 Penunjuka n Ketua Umum 1/5 1 1/9 Musyawar ah Dewan Pelatih 5 9 1 Kriteria Informan 4 TFT (Trainin g For Trainer ) Penunjuk an Ketua Umum Musyawar ah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1 1 Penunjuka n Ketua Umum 1 1 1 Musyawar ah Dewan Pelatih 1 1 1 Kriteria Informan 5 TFT (Trainin g For Trainer ) Penunjuk an Ketua Umum Musyawar ah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/7 1/8 Penunjuka n Ketua Umum 7 1 1/2 Musyawar ah Dewan Pelatih 8 2 1 Kriteria Informan 6 TFT (Trainin g For Trainer ) Penunjuk an Ketua Umum Musyawar ah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/5 1/3 Penunjuka n Ketua Umum 5 1 3 Musyawar ah Dewan Pelatih 3 1/3 1 Kriteria Informan 7 TFT (Trainin g For Trainer Penunjuk an Ketua Umum Musyawar ah Dewan Pelatih

(12)

) TFT (Training For Trainer) 1 7 3 Penunjuka n Ketua Umum 1/7 1 1/5 Musyawar ah Dewan Pelatih 1/3 5 1 Kriteria Informan 8 TFT (Trainin g For Trainer ) Penunjuk an Ketua Umum Musyawar ah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/9 1 Penunjuka n Ketua Umum 9 1 9 Musyawar ah Dewan Pelatih 1 1/9 1 Kriteria Informan 9 TFT (Trainin g For Trainer ) Penunjuk an Ketua Umum Musyawar ah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 1/9 1 Penunjuka n Ketua Umum 9 1 9 Musyawar ah Dewan Pelatih 1 1/9 1 Kriteria Informan 10 TFT (Trainin g For Trainer ) Penunjuk an Ketua Umum Musyawar ah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1 3 1/3 Penunjuka n Ketua Umum 1/3 1 1/7 Musyawar ah Dewan Pelatih 3 7 1

Matrik perhitungan rata-rata untuk masing-masing elemen dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel V.13

Perbandingan Rata-Rata Rasa

Kriteria TFT (Traini ng For Traine r) Penunjuk an Ketua Umum Musyawa rah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1.000 0.487 0.555 Penunjuk an Ketua Umum 1.914 1.000 2.013 Musyawa rah Dewan Pelatih 1.801 0.497 1.000 Sintesis

Dalam melakukan pertimbangan-pertimbangan terhadap maka matrik perbandingan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini yaitu:

1. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.

2. Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks.

3. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.

Sintesis dilakukan sebanyak jumlah matrik perbandingan yang telah dibuat. Dalam penelitian ini sintesis yang ada meliputi:

1. Sintesis level 1 berdasarkan kriteria utama.

2. Sintesis level 2 berdasarkan akhlak.

3. Sintesis level 2 berdasarkan pola pikir (mindset).

4. Sintesis level 2 berdasarkan rasa. Sintesis Level 1 Berdasarkan Kriteria Utama

Tabel V.14

Penjumlahan Nilai Kolom Kriteria Utama Kriteria Akhlak Pola Pikir

(Mindset) Rasa Akhlak 1.000 3.466 4.418

(13)

Pola Pikir

(Mindset) 0.426 1.000 0.755 Rasa 0.226 0.960 1.000 Total 1.652 5.426 6.173

Tabel V.15

Normalisasi Kriteria Utama Kriteria Akhlak Pola Pikir (Mindset) Rasa Akhlak 0.605 0.639 0.716 Pola Pikir (Mindset) 0.258 0.184 0.122 Rasa 0.137 0.177 0.162 Tabel V.16

Nilai Rata-Rata Kriteria Utama Kriteria Akhla k Pola Pikir (Mindset ) Ras a Rata -rata Akhlak 0.605 0.639 0.71 6 0.65 3 Pola Pikir (Mindset ) 0.258 0.184 0.12 2 0.18 8 Rasa 0.137 0.177 0.16 2 0.15 9 Vektor Eigen 1.00 0 Dari vektor eigen terlihat bahwa: 1. Kriteria Akhlak memiliki prioritas

tertinggi dengan bobot 0.657. 2. Kriteria Pola Pikir memiliki prioritas

kedua dengan bobot 0.188.

3. Kriteria Rasa memiliki prioritas terendah dengan bobot 0.159. Jadi untuk urutan kriteria untuk penentuan program pengangkatan pelatih yaitu:

1. Akhlak

2. Pola Pikir (Mindset) 3. Rasa

Sintesis Level 2 Berdasarkan Akhlak Tabel V.17

Penjumlahan Nilai Kolom Akhlak

Kriteria TFT (Traini ng For Traine r) Penunju kan Ketua Umum Musyaw arah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1.000 0.474 0.407 Penunjuk an Ketua Umum 2.112 1.000 1.489 Musyaw arah Dewan Pelatih 2.460 0.672 1.000 Total 5.571 2.145 2.896 Tabel V.18 Normalisasi Akhlak Kriteria TFT (Traini ng For Traine r) Penunjuk an Ketua Umum Musyawa rah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 0.179 0.221 0.140 Penunjuk an Ketua Umum 0.379 0.466 0.514 Musyawa rah Dewan Pelatih 0.441 0.313 0.345 Tabel V.19 Nilai Rata-Rata Akhlak

Kriteria TFT (Trai ning For Train er) Penunj ukan Ketua Umum Musyaw arah Dewan Pelatih Rat a-rat a TFT (Trainin g For Trainer) 0.179 0.221 0.140 0.1 80 Penunju kan Ketua Umum 0.379 0.466 0.514 0.4 53 Musyaw arah Dewan Pelatih 0.441 0.313 0.345 0.3 67 Vektor Eigen 1.0 00 Dari vektor eigen terlihat bahwa:

(14)

1. Alternatif Penunjukan Ketua Umum memiliki prioritas tertinggi dengan bobot 0.453.

2. Alternatif Musyawarah Dewan Pelatih memiliki prioritas kedua dengan bobot 0.367.

3. Alternatif TFT (Training For Trainer) memiliki prioritas terendah dengan bobot 0.180.

Jadi untuk urutan alternatif untuk penentuan program pengangkatan pelatih berdasarkan kriteria akhlak yaitu:

1. Penunjukan Ketua Umum 2. Musyawarah Dewan Pelatih 3. TFT (Training For Trainer)

5.3.3 Sintesis Level 2 Berdasarkan Pola Pikir (Mindset)

Tabel V.20

Penjumlahan Nilai Kolom Pola Pikir (Mindset) Kriteria TFT (Traini ng For Traine r) Penunju kan Ketua Umum Musyawa rah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1.000 0.325 0.871 Penunjuk an Ketua Umum 3.080 1.000 1.653 Musyawa rah Dewan Pelatih 1.149 0.605 1.000 Total 5.229 1.930 3.523 Tabel V.21

Normalisasi Pola Pikir (Mindset)

Kriteria TFT (Traini ng For Traine r) Penunjuk an Ketua Umum Musyawa rah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 0.191 0.168 0.247 Penunjuk an Ketua Umum 0.589 0.518 0.469 Musyawa rah Dewan Pelatih 0.220 0.314 0.284 Tabel V.22

Nilai Rata-Rata Pola Pikir (Mindset)

Kriteria TFT (Trai ning For Train er) Penunj ukan Ketua Umum Musyaw arah Dewan Pelatih Rat a-rat a TFT (Trainin g For Trainer) 0.191 0.168 0.247 0.2 02 Penunju kan Ketua Umum 0.589 0.518 0.469 0.5 25 Musyaw arah Dewan Pelatih 0.220 0.314 0.284 0.2 72 Vektor Eigen 1.0 00 Dari vektor eigen terlihat bahwa: 1. Alternatif Penunjukan Ketua Umum

memiliki prioritas tertinggi dengan bobot 0.525.

2. Alternatif Musyawarah Dewan Pelatih memiliki prioritas kedua dengan bobot 0.270.

3. Alternatif TFT (Training For Trainer) memiliki prioritas terendah dengan bobot 0.202.

Jadi untuk urutan alternatif untuk penentuan program pengangkatan pelatih berdasarkan kriteria pola pikir (mindset) yaitu:

1. Penunjukan Ketua Umum 2. Musyawarah Dewan Pelatih 3. TFT (Training For Trainer) Sintesis Level 2 Berdasarkan Rasa

Tabel V.23

Penjumlahan Nilai Kolom Rasa

Kriteria TFT (Traini ng For Traine r) Penunjuk an Ketua Umum Musyawa rah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 1.000 0.487 0.555 Penunjuk an Ketua Umum 1.914 1.000 2.013

(15)

Musyawa rah Dewan Pelatih 1.801 0.497 1.000 Total 4.716 1.984 3.568 Tabel V.24 Normalisasi Rasa Kriteria TFT (Traini ng For Traine r) Penunjuk an Ketua Umum Musyawa rah Dewan Pelatih TFT (Training For Trainer) 0.212 0.246 0.156 Penunjuk an Ketua Umum 0.406 0.504 0.564 Musyawa rah Dewan Pelatih 0.382 0.250 0.280 Tabel V.25 Nilai Rata-Rata Rasa

Kriteria TFT (Trai ning For Train er) Penunj ukan Ketua Umum Musyaw arah Dewan Pelatih Rat a-Rat a TFT (Trainin g For Trainer) 0.212 0.246 0.156 0.2 04 Penunju kan Ketua Umum 0.406 0.504 0.564 0.4 91 Musyaw arah Dewan Pelatih 0.382 0.250 0.280 0.3 04 Vektor Eigen 1.0 00 Dari vektor eigen terlihat bahwa: 1. Alternatif Penunjukan Ketua Umum

memiliki prioritas tertinggi dengan bobot 0.491.

2. Alternatif Musyawarah Dewan Pelatih memiliki prioritas kedua dengan bobot 0.304.

3. Alternatif TFT (Training For Trainer) memiliki prioritas terendah dengan bobot 0.204.

Jadi untuk urutan alternatif untuk penentuan program pengangkatan pelatih berdasarkan kriteria rasa yaitu:

1. Penunjukan Ketua Umum 2. Musyawarah Dewan Pelatih 3. TFT (Training For Trainer) Mengukur Konsistensi

Dalam pembuatan keputusan, seberapa baik konsistensi yang ada penting untuk diketahui karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini yaitu:

1. Mengalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif kedua, dan seterusnya.

2. Jumlahkan setiap baris.

3. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan.

4. Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada, hasilnya disebut λ maksimal.

5. Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus:

CI = (λ maks-n)/n

5. Hitung Rasio Konsistensi/ Consistency Ratio (CR) dengan rumus:

CR = CI/IR

5.4.1 Konsistensi Level 1 Berdasarkan Kriteria Utama [1.000 3.466 4.4180.426 1.000 0.755 0.226 0.960 1.000 ] x [0.6530.188 0.159 ] = [0.653 0.652 0.7010.278 0.188 0.120 0.148 0.181 0.159 ] = [2.0060.586 0.487 ] = [2.0060.586 0.487 ] : [0.6530.188 0.159 ] = [3.0713.115 3.070 ] λ maksimal → (3.071 + 3.115 + 3.070) / 3 = 3.086 CI → (3.086-3) / 3 = 0.029 CR → 0.029 / 0.58 = 0.049

Karena nilai CR < 0,1 (10%) maka “dapat diterima”, artinya:

Matrik perbandingan berpasangan level 1 berdasarkan kriteria utama telah diisi dengan pertimbangan-pertimbangan yang konsisten dan vektor eigen yang dihasilkan dapat diandalkan.

(16)

Konsistensi Level 2 Berdasarkan Akhlak [1.000 0.4742.112 1.000 1.4890.407 2.460 0.672 1.000 ] x [0.1800.454 0.357 ] = [0.180 0.215 0.2150.381 0.453 0.546 0.443 0.304 0.367 ] = [0.5441.380 1.114 ] = [0.5441.380 1.114 ] : [0.1800.454 0.357 ] = [3.0183.045 3.039 ] λ maksimal → (3.018 + 3.045 + 3.039) / 3 = 3.034 CI → (3.034-3) / 3 = 0.011 CR → 0.011 / 0.58 = 0.019

Karena nilai CR < 0,1 (10%) maka “dapat diterima”, artinya:

Matrik perbandingan berpasangan level 2 berdasarkan kriteria akhlak telah diisi dengan pertimbangan-pertimbangan yang konsisten dan vektor eigen yang dihasilkan dapat diandalkan.

Konsistensi Level 2 Berdasarkan Pola Pikir (Mindset) [1.000 0.325 0.8713.080 1.000 1.653 1.149 0.605 1.000 ] x [0.2020.525 0.272 ] = [0.202 0.171 0.2370.623 0.525 0.450 0.232 0.318 0.272 ] = [0.6101.598 0.823 ] [0.6101.598 0.823 ] : [0.2020.525 0.272 ] = [3.0163.042 3.020 ] λ maksimal → (3.016 + 3.042 + 3.020) / 3 = 3.026 CI → (3.026-3) / 3 = 0.009 CR → 0.009 / 0.58 = 0.015

Karena nilai CR < 0,1 (10%) maka “dapat diterima”, artinya:

Matrik perbandingan berpasangan level 2 berdasarkan kriteria pola pikir (mindset) telah diisi dengan pertimbangan-pertimbangan yang konsisten dan vektor eigen yang dihasilkan dapat diandalkan. Konsistensi Level 2 Berdasarkan Rasa [1.000 0.487 0.5551.914 1.000 2.013 1.801 0.497 1.000 ] x [0.2040.491 0.304 ] = [0.204 0.239 0.1690.391 0.491 0.612 0.368 0.244 0.304 ] = [0.6131.495 0.917 ] = [0.6131.495 0.917 ] : [0.2040.491 0.304 ] = [2.9983.043 3.013 ] λ maksimal → (2.998 + 3.043 + 3.013) / 3 = 3.018 CI → (3.018-3) / 3 = 0.006 CR → 0.006 / 0.58 = 0.010

Karena nilai CR < 0,1 (10%) maka “dapat diterima”, artinya:

Matrik perbandingan berpasangan level 2 berdasarkan kriteria rasa

telah diisi dengan pertimbangan-pertimbangan yang konsisten dan vektor eigen yang dihasilkan dapat diandalkan.

Setelah melakukan proses pengukuran konsistensi kegiatan selanjutnya adalah melakukan sistesa global untuk pengambilan keputusannya. Prosedurnya adalah sebagai berikut:

1. Mengalikan gabungan vektor eigen pada level 2 (level alternatif keputusan) dengan vektor eigen pada level 1 (level kriteria), dan hasil operasi perkalian tersebut selanjutnya disebut sebagai “vektor eigen keputusan”.

2. Keputusan yang diambil adalah keputusan yang mempunyai nilai yang paling besar.

[0.180 0.202 0.2040.454 0.525 0.491 0.357 0.272 0.304 ] x [0.6350.188 0.159 ] = [0.1900.475 0.335 ] Dari vektor eigen keputusan terlihat bahwa:

1. Penunjukan Ketua Umum memiliki bobot prioritas tertinggi yaitu 0.475. 2. Musyawarah Dewan Pelatih

memiliki bobot prioritas kedua yaitu 0.335.

3. TFT (Training For Trainer) memiliki bobot prioritas terendah yaitu 0.190.

Jika digambarkan dalam bentuk grafik maka dapat dilihat jumlah persentasenya sebagai berikut:

Gambar IV.2

Prosentase Vektor Eigen Keputusan Berdasarkan vektor eigen keputusan, maka pihak perguruan pencak silat Gerak Saka akan melakukan program pengangkatan pelatih melalui Penunjukan Ketua Umum.

Perhitungan terakhir adalah melakukan pengujian Rasio Konsistensi Hirarki (CRH). Pengujian Rasio Konsistensi Hirarki dapat dilakukan dengan rumus: CRH = CIH / RIH

Dimana :

CIH →CI level 1 + (vektor eigen level 1) (CI level 2) Penunj ukan Ketu… Musya warah Dew… TFT (Traini ng … 0%

(17)

0.029 + (0.657 0.188 0.159) [0.0110.009

0.006 ]

0.029 + 0.010 = 0.039

RIH →RI level 1 + (vektor eigen level 1) (RI level 2) 0.049 + (0.657 0.188 0.159) [0.5800.580 0.580 ] 0.029 + 0.582 = 0.631 CRH→ 0.039 / 0.631 = 0.061

Dari perhitungan di atas diperoleh nilai CRH kurang dari 0.1 atau kurang dari 10% maka hirarki secara keseluruhan bersifat konsisten, sehingga kesimpilan yang diperoleh dapat diterima, artinya keputusan yang ditetapkan dapat diandalkan. Maka, kesimpulan yang didapatkan dari hasil yang telah diperoleh sudah sesuai terhadap hasil hipotesis. 4. Simpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pengolahan data yang dilakukan oleh penulis, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

1. Dalam penelitian ini ada tiga kriteria utama yang digunakan yaitu Akhlak, Pola Pikir (Mindset), dan Rasa dimana didapatkan bahwa akhlak menjadi kriteria tertinggi

padapenentuan program

pengangkatan pelatih.

2. Pada penelitian ini dalam proses pengangkatan pelatih terdapat tiga alternatif yaitu TFT (Training For Trainer), Penunjukan Ketua Umum dan Musyawarah Dewan Pelatih yang menghasilkan Penunjukan Ketua Umum sebagai alternatif terpenting dengan bobot 0.47 atau sebesar 47%.

Referensi

Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem

Pendukung Keputusan.

Yogyakarta. Andi

Moelong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung. Rosda

Mustakini, Jogiyanto Hartono. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta. Andi

O’Brien, James A. dan George M. Marakas. 2014. Sistem Informasi Manajemen Edisi 9 Buku 2. Jakarta. Salemba Empat

Prasetyo, Bagus, Wawan Laksito, Sri Siswanti. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Paket Internet Operator Telekomunikasi dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process). ISSN: 2338-4018. Surakarta: Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi dan Komunikasi Vol.1 No. 2 Oktober

2013. Diambil dari:

http://p3m.sinus.ac.id/jurnal/index.p hp/TIKomSiN/article/view/125/21. Saaty, Thomas L. 2008. Decision making

with the analytic hierarchy process.Colorado:International Journal Services Sciences No. 1 No. 1 2008. Diambil dari: http://www.colorado.edu/geography /leyk/geog_5113/readings/saaty_20 08.pdf.

Saragih, Sylvia Hartati. 2013. Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Laptop. ISSN:2301-9425. Medan: Jurnal Pelita Informatika Budi Darma Vol. IV No. 2 Agustus 2013. Diambil dari:

http://pelita-informatika.com/berkas/jurnal/4216. pdf.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta

Tominanto. 2012. Sistem Pendukung

Keputusan Dengan

MetodeAnalytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Penentuan Prestasi Kinerja Dokter Pada RSUD. Sukoharjo. ISSN : 2086 – 2628. Surakarta: Jurnal Ilmiah Infokes Vol. 2, No. 1 Agustus 2012.

Diambil dari:

http://www.apikescm.ac.id/ejurnalinf okes/images/volume1/tominanto.pd f.

Gambar

Tabel  1  Matriks  Perbandingan  Berpasangan  Tujuan  Elemen  A  Elemen B  Elemen C  Elemen  A           Elemen  B           Elemen  C           3
Tabel V.8  Perbandingan Akhlak  Kriteria  Informan 1 TFT (Traini ng  For  Traine r)  Penunjukan Ketua Umum  Musyawarah  Dewan Pelatih  TFT  (Training  For  Trainer)  1  1/7  1/3  Penunju kan  Ketua  Umum  7  1  5  Musyaw arah  Dewan  Pelatih  3  1/5  1  Kr
Gambar IV.2

Referensi

Dokumen terkait

Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan agar lebih berdaya

Dari hasil penelitian pada Balita Usia 1-4 tahun di Puskesmas Tuban ternyata pemberian ASI Eksklusif masih rendah, hal ini akan menyebabkan banyak bayi maupun

Lokasi yang dipilih penulis ialah lingkungan SMK Swasta GKPS 2 Pematang Siantar, alasan penulis melakukan penelitian di lingkungan sekolah ialah agar penulis

Pemikiran at-Tufi yang mengedepankan akal atas wahyu dapat berimplikasi kemungkinan studi hukum Islam yang berbasis empiris karena dasar penetapan nilai maslahat atau

1) La situation dialectale et les relations linguistiques avec les parlers proches, ainsi que les attitudes envers ces parlers. 2) Le niveau du bilinguisme dans une ou

Untuk mencapai indikator tersebut rencana pelaksanaan pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap yaitu: (1) kegiatan awal (2) kegiatan inti (3) kegiatan akhir. Ketiga

Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat perbedaan forgiveness pada mahasiswa yang mengikuti Aikido dengan yang tidak mengikuti Aikido di enam kampus dan dojo kampus yang ada

41. Tentukan nilai tunai dari modal sebesar Rp1.650.000,00 dibungakan dengan suku bunga majemuk 7%/tahun setelah berbunga selama 3 tahun 8 bulan!.. Rente.. nda dapat: