• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA SEKOLAH DI SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA SEKOLAH DI SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA SEKOLAH

DI SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Maria Nona Sulistyoningtyas 151134051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN Karya tulisanku ini dipersembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menuntun setiap langkahku dan tiada henti memberikan berkat yang melimpah.

2. Kedua orang tuaku, Bapak YB. Christian dan Ibu Anastasia Rustiani yang selalu memberiku kasih sayang dan cintanya dengan penuh kesabaran dan tidak pernah lupa untuk mendoakanku.

3. Kakakku tercinta Bayu Chrisma dan Riyati Adityas yang selalu memberikan semangat.

4. Teman-teman sepayung yang selalu berjuang dan bertukar pikiran bersama- sama: Amanda dan Intan

5. Teman-teman OMK Minomartani yang selalu ada untuk memberikan semangat, waktu untuk menemani mengerjakan skripsi, motivasi, dan bantuannya: Imelda, Lusek, Elis, Edi, Yuan, Abi, Anzel, Lia Gendot, Wiku. 6. Sahabatku sekaligus teman seperjuangan yang selalu ada untuk memberikan

semangat: Yutta, Rika, Rani, Lintang, Agnes, Nina, Lidya, Vina. 7. Teman-teman alumni PGSD E.

8. Almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(5)

MOTTO

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan

syukur” (Filipi 4:6)

“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Petrus 5:7)

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Juli 2019 Peneliti

Maria Nona Sulistyoningtyas

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Maria Nona Sulistyoningtyas

NIM 151134051

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA SEKOLAH DI SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Dengan surat ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 18 Juli 2019 Yang Menyatakan,

Maria Nona Sulistyoningtyas

(8)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA SEKOLAH DI SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH

DASAR SE-KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN Maria Nona Sulistyoningtyas (151134051)

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2019

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh lemahnya karakter generasi bangsa sehingga pemerintah mencanangkan program Penguatan Pendidikan Karakter yang memiliki tiga basis yaitu masyarakat, budaya sekolah, dan kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi dan bentuk Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah di Sekolah Dasar se- Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah guru kelas I sampai VI Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Mlati yang berjumlah 182 guru. Sampel penelitian berjumlah 123 guru yang ditetapkan melalui penentuan jumlah sampel minimal menurut Krejcie dan Morgan dengan teknik simple random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Sekolah Dasar se-Kecamatan Mlati sudah mengimplementasikan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah dengan hasil 77,5% menjawab “Ya” dan 22,5% menjawab “Tidak”, implementasi tertinggi pada pelaksanaan ekstrakurikuler wajib sebesar 93%, dan implementasi terendah pada penentuan branding sekolah sebesar 54% responden. Kata Kunci: Implementasi, Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah

(9)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION PROGRAM OF STRENGTHEN CULTURE SCHOOL- BASED CHARACTER EDUCATION IN ELEMENTARY SCHOOL EDUCATION

UNITS, IN MLATI, SLEMAN DISTRICT

Maria Nona Sulistyoningtyas (151134051) Sanata Dharma University Yogyakarta

2019

The background of research is the weakness of the character of the nation's generation so that the government plans Character Education Strengthening program what has community, school culture and class. This research has purpose to know the implementation of a Culture-Based Character Education Strengthening program and the form of to implement a Culture-Based Character Education Strengthening program at the Public Elementary School in Mlati District, Sleman Regency.

This type of research is quantitative descriptive with survey methods. The population in this research were 182 teachers of class first until sixth grade of State Elementary Schools in Mlati Subdistrict. The research sample amounted to 120 teachers who were determined by determining the minimum number of samples according to Krejcie and Morgan using simple random sampling technique. Data collection is done using a questionnaire consisting of open questions and closed questions.

The research result shows that, elementary school in Mlati district already implement school culture-based Character Education Strengthening program; with the result that 77.5% answered "Yes" and 22.5% answered "No", the highest implementation in required extracurricular activities with 93% and the lowest implementation in school branding determination with 54% respondents.

Keywords: Implementation, Strengthen Character Culture Based on School

Culture

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Skripsi dengan judul “Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah Di Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Se-Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti tidak akan berhasil tanpa bimbingan, bantuan dan dukungan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih dengan tulus hati kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing II.

4. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan ide, saran, kritik dan bimbingan yang sangat berguna selama penelitian.

5. Kepala UPT Pelayanan Pendidikan Kecamatan Mlati yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SD Negeri se-Kecamatan Mlati.

6. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SD Negeri se-Kabupaten Sleman khususnya se-Kecamatan Mlati.

7. Kepala Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Mlati yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SD yang bersangkutan.

8. Bapak dan Ibu wali kelas I sampai VI SD Negeri se-Kecamatan Mlati yang telah bersedia menyempatkan waktu untuk mengisi instrumen penelitian.

(11)

9. Bapak-Ibu validator instrumen penelitian di Daerah Istimewa Yogyakarta. 10. Odo Hadinata, M.Pd. selaku Tim Pengembang Program Penguatan

Pendidikan Karakter (PPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayan untuk masukan yang diberikan selama penyusunan skripsi.

11. Orang tuaku tercinta, YB. Christian dan Anastasia Rustiani yang dengan tulus hati memberikan doa, dukungan, dan motivasi.

12. Kakakku tercinta Bayu Chrisma dan Riyati Adityas yang memberi motivasi dan bantuan.

13. Sahabatku Imelda, Lusek, Rika, Elis, Yuan, Jacob, Edi, Abi, Anzel, Yutta, Vina, Lintang, Lia Gendot, Wiku, dan Rani yang telah memberikan dukungan selama proses studi dan penyusunan penelitian.

14. Teman-teman satu kelompok studi Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter di SD Negeri se-Kecamatan Mlati yang telah memberikan dukungan, semangat, dan motivasi selama pelaksanaan penelitian.

15. Teman-teman PGSD angkatan 2015 yang telah memberikan dukungan dan doa selama pelaksanaan penelitian.

16. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti sangat bersyukur karena bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi. Semoga semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada peneliti mendapat balasan terbaik dan berlimpah dari Tuhan Yesus. Demikian ucapan terima kasih yang peneliti sampaikan kepada semua pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana semestinya.

Peneliti

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KARYA TULIS ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

HALAMAN KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Operasional ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

1. Pendidikan Karakter ... 11

2. Karakter ... 12

B. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) ... 14

C. Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah .... 15

1. Pengertian Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah ... 16

2. Langkah-Langkah Pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah ... 16

3. Pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah ... 21

D. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 26

E. Kerangka Berpikir ... 30

F. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Setting Penelitian ... 35

1. Waktu Penelitian ... 35

(13)

2. Tempat Penelitian... 36

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

1. Populasi ... 37

2. Sampel ... 38

D. Variabel Penelitin ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

1. Studi Dokumenter (Documentary Study) ... 42

2. Kuesioner ... 43

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 44

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 48

1. Validitas Isi ... 49

2. Validitas Muka ... 54

H. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Hasil Penelitian ... 59

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah ... 59

2. Deskripsi Responden Penelitian ... 59

3. Data Hasil Survei Berdasarkan Kuesioner Tertutup ... 60

4. Deskripsi Kuesioner Terbuka ... 61

B. Pembahasan ... 76 BAB V PENUTUP ... 87 A. Kesimpulan ... 97 B. Keterbatasan Penelitian ... 97 C. Saran 98 DAFTAR PUSTAKA ... 100

DAFTAR PUSTAKA ONLINE ... 102

LAMPIRAN ... 104

CURRICULUM VITAE ... 156

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 36

Tabel 3.2 Populasi Penelitian ... 37

Tabel 3.3 Penentuan Jumlah Sampel Minimal Menurut Krejcie dan Morgan.... 38

Tabel 3.4 Data Sampel Penelitian ... 39

Tabel 3.5 Daftar Cek Dokumentasi ... 45

Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Tertutup ... 47

Tabel 3.7 Skor Kuesioner Instrumen Penelitian ... 47

Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuesioner Terbuka ... 48

Tabel 3.9 Konversi Nilai Skala Lima ... 49

Tabel 3.10 Modifikasi Nilai Skala Lima ... 49

Tabel 3.11 Kriteria Kelayakan Instrumen ... 52

Tabel 3.12 Rekapitulasi Hasil Validasi Isi ... 53

Tabel 3.13 Hasil Validitas Muka ... 54

Tabel 4.1 Kuesioner Tertutup ... 64

Tabel 4.2 Rangkuman Kuesioner Terbuka ... 71

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan ... 29 Gambar 4.1 Persentase Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter

Berbasis Budaya Sekolah di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman untuk Seluruh Item ... 62 Gambar 4.2 Persentase Implementasi PPK Berbasis Budaya Sekolah untuk Item

1 Kuesioner Tertutup ... 65 Gambar 4.3 Persentase Implementasi PPK Berbasis Budaya Sekolah untuk Item

2 Kuesioner Tertutup ... 66 Gambar 4.4 Persentase Implementasi PPK Berbasis Budaya Sekolah untuk Item

3 Kuesioner Tertutup ... 68 Gambar 4.5 Persentase Implementasi PPK Berbasis Budaya Sekolah untuk Item

4 Kuesioner Tertutup ... 69 Gambar 4.6 Persentase Implementasi PPK Berbasis Budaya Sekolah untuk Item

5 Kuesioner Tertutup ... 70 Gambar 4.7 Persentase Implementasi PPK Berbasis Budaya Sekolah untuk Item

6 Kuesioner Tertutup ... 71 Gambar 4.8 Persentase Implementasi PPK Berbasis Budaya Sekolah untuk Item

7 Kuesioner Tertutup ... 72 Gambar 4.9 Persentase Implementasi PPK Berbasis Budaya Sekolah untuk Item

8 Kuesioner Tertutup ... 73 Gambar 4.10 Persentase Implementasi PPK Berbasis Budaya Sekolah untuk Item

9 Kuesioner Tertutup ... 74 Gambar 4.11 Persentase Implementasi PPK Berbasis Budaya Sekolah untuk Item

10 Kuesioner Tertutup ... 75

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma ... 105

Lampiran 1.2 Surat Rekomendasi Ijin Penelitian dari Kantor Kecamatan Kesatuan Bangsa dan Politik ... 106

Lampiran 1.3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari UPTD Kecamatan Mlati ... 107

Lampiran 1.4 Surat Keterangan Sudah Mengumpulkan Hasil Penelitian kepada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik ... 108

Lampiran 2.1 Rangkuman Data Sekolah Dasar di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman ... 109

Lampiran 2.2 Data Sekolah Dasar Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman... 111

Lampiran 2.3 Rekap Data Implementasi Instrumen Kuesioner Tertutup ... 112

Lampiran 2.4 Rekap Data Implementasi Instrumen Kuesioner Terbuka ... 115

Lampiran 2.5 Daftar Instrumen Kuesioner Tertutup ... 118

Lampiran 3.1 Surat Permohonan Penelitian ... 119

Lampiran 3.2 Biodata Responden ... 120

Lampiran 3.3 Instrumen Penelitian ... 121

Lampiran 3.4 Hasil Validasi Ahli SD ... 127

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat, dan berakhlak (berkarakter) mulia (UU No. 22 Tahun 2003). Fungsi pendidikan sendiri adalah sebagai tempat untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan karakter bagi peserta didik. Selain melalui bimbingan yang dilakukan oleh seorang pendidik, pembiasaan tingkah laku secara tidak langsung mempengaruhi karakter pada diri peserta didik.

Pembiasaan tingkah laku dan pengembangan pendidikan karakter pada peserta didik dapat dilakukan melalui Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter peserta didik melalui olah hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olahraga (kinestetik) (Kemendikbud, 2017:1). PPK menurut Perpres ini memiliki tujuan (a) membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas Indonesia tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan, (b) mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan perubahan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan dukungan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan budaya Indonesia, (c) merevitalisasi dan memperkuat potensi

(18)

dan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan PPK. Ketiga tujuan Perpres tersebut memperkuat kegiatan PPK yang ada di Indonesia dan bertitik fokus pada generasi bangsa.

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan melibatkan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (UU No 87 Tahun 2017 Pasal 1). Pada peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2018 pasal 2 yang berisikan tentang nilai-nilai utama PPK yang meliputi religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas yang terintegrasi dalam kurikulum. Terdapat subnilai dalam lima nilai-nilai utama PPK yaitu religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab.

Satuan pendidikan formal disebut dengan sekolah yang berarti kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal, terstruktur dan berjenjang, terdiri atas Taman Kanak-Kanak (TK), satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan satuan pendidikan jenjang menengah yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat, daerah dan masyarakat (UU No. 87 Tahun 2017 Pasal 2). Gerakan PPK dalam pendidikan nonformal maupun formal perlu mengintegrasikan,

(19)

memperdalam, memperluas dan sekaligus menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan maupun yang akan dilaksanakan (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 5).

Pendidikan karakter pada saat ini menjadi hal yang sangat penting, dikarenakan perkembangan dan perubahan pada peserta didik yang mengalami penurunan karakter. Hal tersebut nampak dalam sikap sosialnya dengan masyarakat baik dalam segi moral dan etika seperti mengkonsumsi narkoba, mengonsumsi alkohol, bullying, merokok, tawuran antar pelajar, dan aborsi. Penurunan karakter pada anak-anak maupun remaja perlu diperbaiki dan disikapi secara serius. Pendidikan karakter dapat membantu usaha perbaikan karakter negatif dan meningkatkan berkembangnya karakter yang positif, sehingga dengan adanya tuntunan tersebut menjadikan manusia seutuhnya yang berkarakter baik dengan hati, pikir, raga, rasa, dan karsa (Samani, 2012:45). Adapun manfaat penerapan pendidikan karakter bagi peserta didik yaitu mampu membentuk kepribadian yang baik dan berkarakter sesuai dengan yang Pancasila maupun norma yang berlaku di Indonesia, selain itu manfaat penerapan pendidikan karakter bagi peserta didik untuk menyiapkan generasi bangsa yang berkualitas dan memiliki karakter yang positif (Zubaedi, 2011: 17-18).

Banyak pemberitaan tentang penurunan karakter generasi bangsa yang beredar, salah satunya yaitu berita yang dimuat oleh Tribun Jogja, pada 20 Februari 2019. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Sleman mencatat ada sebanyak 179 kasus per tahun 2018 dimana terjadi pada

(20)

usia anak hingga remaja dengan kasus perundungan atau bullying di Kabupaten Sleman (Tribun Jogja, 20 Februari 2019). Selain pada pemberitaan diatas, penurunan karakter pada generasi bangsa terjadi pada beberapa SD Negeri di Kecamatan Mlati. Hal tersebut nampak pada saat melakukan perizinan. Nilai-nilai karakter utama mengalami penurunan, seperti nilai religiusitas (saat mengheningkan cipta, terdapat peserta didik yang asik bercanda dengan temannya) dan nilai nasionalisme (saat menyanyikan lagu kebangsaan dinyanyikan dengan sikap tidak siap).

Berbagai macam penyimpangan dan penurunan karakter pada generasi bangsa membuat berbagai pihak prihatin dan cemas dengan masa depan bangsa. Hal tersebut membuat pemerintah Joko Widodo mencanangkan program Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) melalui Nawacita ke 8. Nawacita adalah istilah umum yang diambil dari Bahasa Sansekerta nawa artinya sembilan dan cita artinya harapan, impian, dan keinginan. Melalui Nawacita ke 8, diharapkan mampu melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan pendidikan kewarganegaraan dan menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara, dan budi pekerti dalam kurikulum pendidikan Indonesia. Tidak hanya program Nawacita yang dicanangkan oleh Pemerintahan Joko Widodo, melalui Peraturan Presiden (Perpres) No 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter yang memiliki tujuan memperkuat Program Pendidikan Karakter di Indonesia.

(21)

PPK memiliki tiga struktur yang dapat digunakan sebagai wahana, jalur dan medium untuk memperkuat karakter bangsa yaitu struktur program, antara lain jenjang dan kelas, ekosistem sekolah, penguatan kapasitas guru, kegiatan pembentukan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran (intrakurikuler), kokurikuler, dan ekstrakurikuler, berbagai program dan kegiatan yang mampu mensinergikan empat dimensi pengolahan karakter dari Ki Hadjar Dewantara (olahraga, olah pikir, olah rasa, dan olah hati) (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 12).

Terlepas dari ketiga struktur di atas, gerakan PPK memiliki basis yang dapat dilaksanakan dengan struktur kurikulum yang sudah ada dan mantap dimiliki oleh sekolah yaitu berbasis kelas, masyarakat, dan budaya sekolah. Ketiga basis tersebut saling berhubungan dan berkaitan satu sama lain. PPK berbasis kelas adalah proses penguatan pendidikan karakter yang dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK ke dalam proses pembelajaran dan kurikulum. PPK berbasis masyarakat melakukan kerja sama atau kolaborasi dengan lembaga, komunitas, dan organisasi untuk menyukseskan gerakan PPK, sedangkan PPK berbasis budaya sekolah memfokuskan pada pembiasaan dan pembentukan budaya yang merepresentasikan nilai-nilai utama PPK menjadi prioritas satuan pendidikan. Budaya memiliki peran dalam penguatan pendidikan karakter. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwandayani (2017) yang mengungkapkan bahwa budaya di sekolah merupakan sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, dan simbol-simbol yang

(22)

dipraktekkan oleh kepala sekolah, pendidik/guru, petugas tenaga kependidikan/administrasi, peserta didik, masyarakat sekitar sekolah PPK berbasis budaya sekolah merupakan sebuah kegiatan untuk menciptakan iklim dan lingkungan sekolah yang mendukung program PPK dengan melibatkan seluruh sistem, struktur dan pelaku pendidikan di sekolah. Pengembangan PPK berbasis budaya sekolah termasuk di dalamnya keseluruhan tata kelola sekolah, desain Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) serta pembuatan peraturan dan tata tertib sekolah (Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter, 2017: 35). Pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah karena peneliti tertarik mengenai budaya setiap sekolah yang ditekankan untuk membentuk karakter peserta didik melalui pembiasaan budaya sekolah dan tradisi sekolah seperti budaya literasi dan pemberian tempat untuk berkembang melalui ekstrakurikuler dan kokurikuler.

Peneliti melakukan penelitian di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. Kecamatan Mlati memiliki wilayah sebagian berada di pedesaan dan ada yang dipinggir kota dengan luas daerah 2.852 Ha, luas daerah dan jumlah penduduknya akan nampak perbedaan budaya sekolah antara satu sekolah dengan yang sekolah lainnya. Jarak Kecamatan Mlati dari Kabupaten Sleman yaitu 10,6 km. Sedangkan jarak satu sekolah dengan sekolah lainnya relatif jauh dengan dipisahkan sungai maupun ringroad. Hal tersebut membuat peneliti tertarik melakukan penelitian di Kecamatan Mlati karena perbedaan jarak antar sekolah dapat mempengaruhi budaya sekolah

(23)

atau tradisi sekolah. Perbedaan jarak antar sekolah yang dapat mempengaruhi budaya sekolah nampak pada kondisi yang terjadi di salah satu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Mlati yang menghapuskan kegiatan ekstrakurikuler karena masalah keuangan sehingga peserta didik tidak dapat mengembangkan potensi secara maksimal. Kegiatan ekstrakurikuler memiliki peran penting dalam mengimplementasikan program PPK berbasis budaya sekolah dikarenakan ekstrakurikuler termasuk dalam 4 aspek nilai utama. Selain kegiatan ekstrakurikuler yang menjadi salah satu aspek nilai utama, satuan pendidikan Sekolah Dasar se-Kecamatan Mlati juga memiliki berbagai kegiatan non akademik yang menunjang keaktifan dan karakter peserta didik untuk mengekspresikan diri maupun mengeksplorasi dirinya sendiri. Oleh karena ini peneliti melakukan survei mengenai “IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA SEKOLAH DI SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN”.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah sudah diimplementasikan di Satuan Pendidikan Sekolah Dasar se-Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman?

2. Bagaimana bentuk implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah di Satuan Pendidikan Sekolah Dasar se-Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman?

(24)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah di Satuan Pendidikan Sekolah Dasar se- Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman.

2. Mendeskripsikan bentuk implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah di Satuan Pendidikan Sekolah Dasar se-Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman.

D. Manfaat Penelitian 1. Guru

Penelitian ini menjadi masukan bagi guru, sehingga mampu menerapkan dan mengembangkan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis khususnya berbasis budaya sekolah.

2. Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu sekolah mengetahui sejauh mana implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah dan sekolah dapat melakukan evaluasi terhadap implementasi pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter. 3. Peneliti

Peneliti dapat menambah pengetahuan mengenai program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah dan mengetahui upaya yang dilakukan dalam mewujudkan program Penguatan Pendidikan Karakter. Selain itu, dapat dijadikan sebagai bekal peneliti untuk mengembangakan pendidikan karakter khususnya program Penguatan

(25)

Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah di satuan pendidikan sekolah dasar.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional berisi tentang istilah yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini. Berikut definisi operasional dalam penelitian ini:

1. Pendidikan Karakter adalah sebuah upaya yang dilakukan secara sengaja baik dari sebuah instansi maupun keluarga untuk membentuk, menanamkan dan mengembangkan karakter anak menjadi lebih kuat dan sesuai dengan nilai-nilai norma yang baik.

2. Program Penguatan Pendidikan Karakter adalah sebuah program untuk mengembangkan dan meningkatkan pembiasaan positif peserta didik melalui 3 basis, yaitu basis kelas yang menitikfokuskan pada proses pembelajaran di dalam kelas melalui RPP, basis masyarakat menitikfokuskan pada hubungan kerja dengan pihak diluar sekolah untuk mengembangkan potensi peserta didik di berbagi bidang, dan budaya sekolah dengan memiliki 4 aspek dalam mengembangkan pendidikan karakter yang berkaitan dengan budaya yang ada di sekolah itu sendiri. 3. Budaya Sekolah adalah sebuah tradisi atau pembiasaan yang dilakukan

oleh sekolah secara terus menerus dan dari generasi ke generasi.

4. PPK Berbasis Budaya Sekolah adalah sebuah program yang berisikan kegiatan dengan menitikfokuskan pada karakter peserta didik melalui 4

(26)

aspek utama yaitu branding sekolah, pembiasaan, ekstrakurikuler wajib dan pilihan, dan peraturan sekolah.

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bagian ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan sebagai pedoman peneliti dalam penulisan yang berisikan kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Berikut adalah uraian mengenai landasan teori.

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka yang akan dibahas dalam landasan teori yaitu sebagai berikut:

1. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter menurut Thomas (dalam Sjarkawi, 2006: 45) merupakan pendidikan yang secara sengaja merancang penanaman dan pengembangan serta mengubah cara berpikir dan bertindak dalam situasi moral agar dapat diterima dalam lingkungan masyarakat. Pendidikan karakter merupakan penanaman dan pengembangan nilai- nilai karakter yang baik berdasarkan kebajikan-kebajikan individu maupun masyarakat. Nilai kebajikan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat pada umumnya sudah disepakati baik secara tertulis maupun tidak tertulis (Saptono, 2011: 23).

Menurut Megawangi (dalam Kesuma, 2011: 5) mengatakan pendidikan karakter yaitu sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Berdasarkan pengertian

(28)

tersebut, peneliti memiliki pendapat yang sama dikarenakan pada saat ini karakter pada setiap peserta didik masih perlu ditingkatkan dalam memberikan kontribusi yang positif.

Menurut Suparno (2015:29) menyatakan bahwa pendidikan karakter berarti pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa- siswa mengalami, memperoleh dan memiliki karakter kuat yang diinginkan. Misalnya, kalau ingin karakter jujur terjadi, maka pendidikan karakter berarti usaha membantu siswa agar nilai kejujuran itu menjadi miliknya dan menjadi bagian hidupnya yang mempengaruhi seluruh cara berpikir dan bertindak dalam hidupnya.

Berdasarkan teori yang disampaikan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara sengaja baik dari sebuah instansi maupun keluarga untuk membentuk karakter anak menjadi lebih kuat seperti yang diinginkan. Pendidikan karakter juga merupakan sebuah penanaman atau pengembangan karakter peserta didik agar sesuai dengan norma maupun nilai-nilai yang baik dan perlunya pengawasan perkembangan karakter pada peserta didik.

2. Karakter

Secara etimologis, kata karakter (character) berasal dari bahasa Yunani, eharassein yang berarti “to engrave” (Ryan and Bohlin, 1995: 5). Menurut Echols dan Shadily (dalam Suyadi, 2013: 5) mengatakan bahwa kata “to engrave” sendiri dapat diterjemahkan menjadi mengukir, melukis, memahatkan atau menggoreskan.

(29)

Karakter merupakan nilai-nilai universal perilaku manusia yang meliputi seuluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia maupun dengan lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma, agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat (Suyadi, 2013: 5-6). Menurut Koesoema (dalam Suyadi 2013: 6) karakter atau akhlak merupakan ciri khas seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan sejak lahir.

Menurut Ki Hadjar Dewantara (dalam Suyadi 2013: 407-409) karakter sama dengan watak. Karakter atau watak adalah paduan daripada segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain. Menurut Ki Hadjar Dewantara, karakter itu terjadi karena perkembangan dasar yang telah kena pengaruh pengajaran.

Driyarkara (2006: 488-494) menyamakan karakter dengan budi pekerti. Menurut Driyakara, seseorang disebut mempunyai budi pekerti atau karakter bila ia mempunyai kebiasaan mengalahkan dorongan yang tidak baik dalam dirinya.

Berdasarkan teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakter yang dimiliki seseorang berbeda tergantung dari bentukan-bentukan pertama yang diterima dari lingkungan awal anak tersebut. Karakter yang beranekaragam tersebut selalu berhubungan dengan Tuhan dan

(30)

sesama manusia yang berbentuk sebuah tindakan langsung dan sesuai dengan norma maupun agama.

B. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui olah hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olahraga (kinestetik) dengan dukungan melibatkan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga dan masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) (Kemendikbud, 2017:1). Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa merupakan bagian integral Nawacita. Nawacita adalah istilah umum yang diambil dari Bahasa Sansekerta, nawa artinya sembilan dan cita artinya harapan, keinginan dan impian. Nawacita yaitu sembilan harapan, keinginan, impian dari Joko Widodo untuk kesejahteraan rakyat Indonesia termasuk dalam karakter yang sesuai dengan nilai dan moral bangsa. Melalui program Nawacita 8, diharapkan mampu meningkatkan dan mengembangkan pendidikan karakter yang ada di Indonesia.

Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) menempatkan gerakan dengan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadakan. Terdapat 5 (lima) nilai utama karakter yang dituangkan dalam Permendikbud No. 20 Tahun 2018 sebagai prioritas gerakan PPK yaitu religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Kelima nilai utama karakter bangsa ini merupakan kristalisasi dari berbagai nilai-nilai karakter yang sudah dikembangkan sebelumnya.

(31)

Kelima nilai utama PPK memiliki subnilai yang meliputi religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab.

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan melibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) (Perpres Nomor 87 tahun 2017 pasal 1).

Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa Program Penguatan Pendidikan Karakter merupakan sebuah gerakan satuan pendidikan yang dipertanggungjawabkan oleh pihak itu sendiri dengan adanya kerjasama dari seluruh lapisan sekolah atau satuan pendidikan untuk menerapkan lima karakter utama yang sudah ditentukan.

C. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis Budaya Sekolah

1. Pengertian Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis Budaya Sekolah

Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis Budaya Sekolah atau Kultur Sekolah sangatlah penting sebab “nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti

(32)

dalam komunikasi antara anggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa” (Kemdiknas, 2010:8). Kultur sekolah dalam konteks pendidikan merupakan sebuah pola perilaku dan cara bertindak yang telah terbentuk secara otomatis menjadi bagian yang hidup dalam sebuah komunitas pendidikan. Dasar pola perilaku dan cara bertindak itu adalah norma sosial, peraturan sekolah dan kebijakan pendidikan tingkat lokal (dalam Koesoema 2017: 125). Program PPK berbasis budaya sekolah sangat penting bagi karakter peserta didik, melalui kegiatan ekstrakurikuler peserta didik mampu mengembangkan kemampuan, kepribadian dan menemukan kemampuannya yang lain, peraturan yang dibentuk sekolah mampu membentuk dan menanamkan nilai-nilai sesuai dengan norma yang berlaku sehingga penurunan moral atau karakter bangsa dapat di atasi dengan menekankan berbagai kegiatan atau cara melalui lingkungan sekolah terutama program PPK berbasis budaya sekolah.

2. Langkah-langkah Pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah

Terdapat langkah-langkah dalam melaksanakan PPK berbasis budaya sekolah (Tim Kemendikbud, 2017: 3 ) sebagai berikut:

a. Menentukan Nilai Utama PPK

Sekolah memulai program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dengan melakukan asesmen awal dengan memilih nilai utama yang akan menjadi fokus dalam pengembangan pembentukan dan

(33)

penguatan karakter di lingkungan mereka. Pemilihan nilai utama tersebut dilakukan dengan berdiskusi, musyawarah, dan di dialogkan dengan seluruh pemangku kepentingan sekolah (kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik). Pemilihan nilai utama yang dilakukan sekolah, seperti membuat branding yang menunjukkan kekhasan, keunikan, dan keunggulan sekolah. Branding sekolah adalah suatu cara seseorang dalam membedakan satu sekolah dengan sekolah lainnya melalui pesan yang masuk atau terekam di memori seseorang ketika mendengar nama sebuah sekolah (Asa, 2019: 34).

b. Menyusun Jadwal Harian/Mingguan

Satuan pendidikan dapat menyusun jadwal kegiatan harian atau mingguan untuk memperkuat nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang telah dipilih sebagai upaya penguatan secara habituasi dan terintegrasi.

c. Mendesain Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan diwujudkan dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP tersebut memuat dan atau mengintegrasikan nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) serta nilai-nilai pendukung lainnya. Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut: Langkah 1 (Memeriksa kelengkapan dokumen kurikulum)

(34)

1) Dokumen 1 yang disebut dengan Buku I Kurikulum Sekolah, berisi sekurang-kurangnya visi, misi, tujuan, muatan, pengaturan beban belajar dan kalender pendidikan. Contoh: memasukkan nilai-nilai utama PPK pada visi dan misi sekolah. Nilai-nilai karakter dimaksud dapat diambil dari lima nilai utama dan/atau subnilai lainnya yang relevan dengan kearifan dan budaya sekolah.

2) Dokumen 2 yang disebut dengan Buku II Kurikulum Sekolah, berisi silabus. Contoh: silabus merupakan rencana pembelajaran dan dikembangkan oleh satuan pendidikan, yang mencakup kompetensi ini, kompetensi dasar, materi pokok/pelajaran, kegiatan pembelajaran dan seterusnya. Silabus sebaiknya dipastikan diberi muatan nilai-nilai karakter yang dituangkan secara eksplisit, meskipun dalam implementasinya dapat dikembangkan secara relevan dan kontekstual.

3) Dokumen 3 yang disebut dengan Buku III Kurikulum Sekolah, berisi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun sesuai kompetensi dasar, potensi, minat, bakat dan kemampuan peserta didik di lingkungan belajar. Contoh: RPP yang dibuat sebaiknya secara sengaja memuat nilai-nilai karakter. Hal ini dapat dilakukan bukan dengan sekedar menambahkan komponen “fokus penguatan karakter” setelah indikator atau tujuan dalam RPP tersebut yang berfungsi sebagai “pengingat” melainkan juga menuliskan pada kompetensi dasar mana

(35)

pembentukan karakter yang akan diajarkan, disadarkan dan dibahas, dan bagaimana mengajarkannya.

4) Penyusunan/pengembangan KTSP tersebut menjadi tanggung jawab satuan pendidikan dan dilakukan oleh tim pengembang KTSP, di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor kementrian agama provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masing-masing. Contoh: sekolah dapat melakukan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) melalui dokumen KTSP dengan: (1) Melakukan penyesuaian nilai-nilai karakter yang sudah dilaksanakan di sekolah dengan nilai utama PPK, (2) Menyesuaikan visi dan misi sekolah sesuai.

d. Evaluasi Peraturan Sekolah

Budaya sekolah yang baik terlihat dalam konsep pengelolaan sekolah yang mengarah pada pembentukan dan penguatan karakter. Sebagai sebuah gerakan nasional, setiap lembaga pendidikan wajib melakukan koreksi dan evaluasi atas berbagai peraturan yang mereka miliki dan menyelaraskannya dengan nilai-nilai revolusi mental yang ingin diarahkan pada penguatan pendidikan karakter. Penguatan pendidikan karakter perlu mempergunakan sarana yang sudah ada dan memiliki indikator yang jelas, terukur dan objektif. Upaya pelaksanaan PPK berbasis budaya sekolah, pihak sekolah dapat membuat atau merevisi peraturan dan tata tertib secara bersama-sama dengan melibatkan semua komponen sekolah yang terkait.

(36)

e. Pengembangan Tradisi Sekolah

Satuan pendidikan dapat mengembangkan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah dengan memperkuat tradisi yang sudah dimiliki oleh sekolah. Selain mengembangkan yang sudah ada, satuan pendidikan tetap perlu mengevaluasi dan merefleksikan diri apakah tradisi yang diwariskan dalam satuan pendidikan tersebut masih relevan dengan kebutuhan dan kondisi sekarang atau perlu direvisi kembali, agar dapat menjawab tantangan yang berkembang serta selaras dengan upaya penguatan karakter di satuan pendidikan tersebut.

f. Pengembangan Kegiatan Kokurikuler

Kegiatan kokurikuler dilakukan melalui serangkaian penugasan yang sesuai dengan target pencapaian kompetensi setiap mata pelajaran yang relevan dengan kegiatan inkurikuler. Kegiatan kokurikuler dapat dilaksanakan baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, tetapi kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan perencanaan pembelajaran (silabus dan RPP) yang telah disusun guru. Kegiatan tersebut dapat berupa pengamatan, observasi, praktikum, wawancara, olahraga, dan kegiatan produktif lainnya.

g. Ekstrakurikuler (Wajib dan Pilihan)

Penguatan nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sangat dimungkinkan dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Peraturan Presiden (Perpres) No. 87 Tahun

(37)

2018 pasal 1 ayat 9 ekstrakurikuler adalah kegiatan pengembangan dalam rangka perluasan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja sama, dan kemandirian peserta didik secara optimal. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan bakat peserta didik sesuai dengan minat dan kemampuannya masing-masing. Kegiatan ekstrakurikuler ada dua jenis, yaitu ekstrakurikuler wajib (pendidikan kepramukaan) dan ekstrakurikuler pilihan (sesuai dengan kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan). Kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan tersebut harus memuat dan menegaskan nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam setiap bentuk kegiatan yang dilakukan.

3. Pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah

Pelaksanaan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah berfokus pada pembiasaan dan pembentukan budaya yang mempresentasikan nilai- nilai PPK dan menjadi prioritas satuan pendidikan. Pembiasaan ini diintegrasikan dalam keseluruhan kegiatan di sekolah yang tercermin dari suasana dan lingkungan sekolah yang kondusif (Tim Kemendikbud, 2017: 35).

Penerapan lima nilai utama karakter dalam pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yaitu sebagai berikut:

(38)

1) Religiusitas

Nilai karakter religiusitas mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religiusitas ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan (Tim Kemendikbud, 2017: 8). Pada Permendikbud No. 20 Tahun 2018, nilai religius direvisi menjadi religiusitas.

Subnilai religiusitas antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulisan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, dan melindungi yang kecil dan tersisih. Contoh sikap yang menunjukkan nilai karakter religiusitas yaitu menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, misalnya saat umat Islam berpuasa maka umat yang beragama lain menghargai dengan cara makan dan minum tidak di depannya.

(39)

2) Nasionalisme

Nilai karakter nasionalisme merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya (Tim Kemendikbud, 2017: 8). Pada Kemendikbud No. 20 Tahun 2018, nilai nasionalis direvisi menjadi nasionalisme. Subnilai nasionalisme antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama. Contohnya sikap menghormati keragaman budaya, suku, dan agama, artinya peserta didik dan guru mengenakan baju tradisional dari masing-masing daerah saat Hari Kartini maupun setiap Kamis Pahing. Contoh lainnya sikap menjaga lingkungan seperti setiap hari Jumat mengadakan kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah dan membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan.

3) Kemandirian

Nilai karakter kemandirian merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan

(40)

cita-cita (Tim Kemendikbud, 2017: 9). Pada Kemendikbud No. 20 Tahun 2018, nilai mandiri direvisi menjadi kemandirian.

Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. Contohnya yaitu keberanian yang artinya peserta didik berani dalam mengakui kesalahan yang diperbuat dan meminta maaf, atau peserta didik berani berbicara di tempat umum.

4) Gotong Royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan atau pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan (Tim Kemendikbud, 2017: 9). Contoh dari subnilai gotong royong diantaranya yaitu melakukan piket bersama untuk membersihkan ruang kelas sebelum maupun sesudah proses pembelajaran berlangsung sebagai wujud nilai kerja sama. Contoh lainnya yaitu menghargai, artinya saat ada teman yang berpendapat atau orang lain berbicara lawan bicaranya bisa diam dan mendengarkan.

(41)

5) Integritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integrits moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas) (Tim Kemendikbud, 2017: 9). Contoh subnilai anti korupsi, artinya saat menerima kembalian uang lebih ketika membayar di kantin dikembalikan kepada bapak/ibu kantin yang bertugas. Contoh lainnya kejujuran, saat tidak mengerjakan tugas rumah dan diminta untuk dikumpulkan di sekolah maka peserta didik berbicara jujur dan meminta maaf karena tidak mengerjakan tugas rumahnya kepada guru.

Berdasarkan nilai-nilai karakter di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai macam nilai karakter yang mampu dikembangkan maupun ditumbuhkan dalam pribadi peserta didik melalui satuan pendidikan dengan menerapkan program PPK di setiap kegiatannya. Nilai-nilai tersebut berhubungan dengan keberlangsungan program PPK sehingga karakter nilai-nilai positif yang

(42)

ditanamkan dan diberikan kepada peserta didik mampu menjadikan generasi bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai moral bangsa.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini tidak lepas dari hasil penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan mengenai Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) telah dilakukan oleh beberapa peneliti, yaitu Engkizar, dkk (2016) merupakan penelitian tentang “Pola Pelaksanaan Pendidikan Karakter terhadap Siswa Sekolah Dasar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pendidikan karakter terhadap siswa yang dilaksanakan oleh empat sekolah dasar berkategori unggul di Kota Padang Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui pendekatan studi kasus (qualitative case study design). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat delapan tema penting tentang pola pelaksanan pendidikan karakter efektif yang dilaksanakan terhadap siswa di empat sekolah tersebut.

Penelitian di atas mendukung penelitian yang dilakukan karena mengidentifikasi pola pelaksanaan pendidikan karakter di empat sekolah dasar. Perbedaannya terdapat pada fokus penerapan pendidikan karakter dan pola pelaksanaan, pada penelitian di atas menggunakan delapan tema tentang pola pelaksanaan dan fokus ke seluruh lapisan sekolah sedangkan peneliti mengambil fokus implementasi program pendidikan karakter berbasis budaya atau kultur sekolah.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Malinda (2015) yang meneliti mengenai “Implementasi Pendidikan Karakter melalui Kultur Sekolah di

(43)

SMP N14 Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa kultur sekolah merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam proses internalisasi nilai karakter di sekolah. Berbagai strategi dalam mengimplementasikan pendidikan karakter melalui kultur seperti adanya kegiatan rutin, kegiatan spontan, pemodelan, pengajaran, dan penguatan lingkungan sekolah. Kerja sama oleh seluruh lapisan satuan pendidikan seperti kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa merupakan poin terpenting agar menciptakan kultur sekolah yang positif.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Andriani, dkk (2016) yang berjudul “Model Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal pada Sekolah Dasar di Bantul Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model pendidikan karakter melalui lagu tradisional Jawa dengan mendeskripsikan strategi penanaman nilai dalam model pendidikan karakter. Pada pembelajaran karakter berbasis kearifan lokal meliputi tiga komponen utama yaitu moral knowing (sadar moral, mengenal nilai-nilai moral, perspektif, pembuatan keputusan, pengetahuan tentang diri, penalaran moral), moral feeling (kesadaran hati nurani, mencintai kebaikan, kontrol diri dan rendah hati), moral action (kompetensi, kehendak baik dan kebiasaan baik). Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa para guru mampu menerapkan strategi penanaman nilai pendidikan karakter melalui lagu tradisional Jawa yang dinyanyikan dengan gerakan permainan anak. Nilai- nilai yang terkandung di dalam lagu tradisional Jawa seperti (a) lagu gundul-

(44)

gundul pacul (baik, rendah hati, tanggung jawab), (b) jaranan (hormat dan sopan santun, tanggung jawab, kedisiplinan, kerjasama), (c) sluku-sluku bathok (cinta kepada Tuhan, taat beribadah, dermawan, kerjasama), (d) kidang talun (tata cara makan, berdoa sebelum makan) dan (e) menthog- menthog (baik dan rendah hati, kedamaian, percaya diri).

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Ermayani (2015) mengenai “Pembentukan Karakter Remaja melalui Keterampilan Hidup”. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji persoalan remaja dengan berbagai tantangan yang dihadapinya serta upaya untuk mengatasinya. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan pendekatan psikologis analitik dan sosiologis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa remaja harus dibekali dengan pendidikan keterampilan hidup yang akan membawa remaja pada pembentukan karakter dan menjadikan karakter yang semakin sehat dan bermartabat di masyarakat.

(45)

Ermayani (2015), Pembentukan Karakter Remaja melalui Keterampilan Hidup

Andriani (2016), Model Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal pada Sekolah Dasar di Bantul Yogyakarta

Puspitasari (2015), Pengaruh Pola Asuh Disiplin dan Pola Asuh Spiritual Ibu terhadap Karakter Anak Usia Sekolah Dasar

Sulistyoningtyas (2019) Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah di Satuan Pendidikan Sekolah Dasar se-Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman

Murniyetti (2016), Pola Pelaksanaan Pendidikan Karakter terhadap Siswa Sekolah Dasar

Gambar 2. 1 Literature Map Penelitian yang Relevan

Gambar 2.1 memaparkan keempat penelitian relevan yang digunakan oleh peneliti dan memperkuat peneliti untuk melakukan penelitian mengenai implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mengenai implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah di Sekolah Dasar se- Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman dengan menggunakan subjek dan lokasi penelitian di Sekolah Dasar se-Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman dan

(46)

menggunakan metode survey dan kuesioner. Harapannya penelitian yang dilakukan ini dapat mengetahui implementasi dari program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah di Sekolah Dasar se- Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman, serta untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter.

E. Kerangka Berpikir

Karakter pada remaja dan anak-anak di jaman saat ini menjadi sebuah kekhawatiran bagi masyarakat di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat melalui perilaku dan hubungan sosialnya yang mulai tidak sesuai dengan norma maupun nilai-nilai positif yang ada. Berbagai penyimpangan norma yang sudah ada di Indonesia khususnya pada remaja dan anak-anak seperti minum obat terlarang, bullying, mengkonsumsi alkohol maupun obat terlarang, dan tawuran. Melihat keadaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengawasan dan pengarahan menjadi faktor bagi remaja maupun anak-anak untuk bertindak sesuai norma dan nilai-nilai yang positif. Pengawasan dan pengarahan dapat dilakukan oleh pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat. Pemerintah turut prihatin atas menurunnya etika moral di Indonesia, sehingga pemerintahan Joko Widodo mencanangkan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) melalui program Nawacita 8 yang bertitik fokus pada pendidikan karakter bagi generasi bangsa. Program Nawacita 8 diharapkan mampu melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan pendidikan kewarganegaraan dan menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriorisme dan

(47)

cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti dalam kurikulum pendidikan Indonesia.

Program PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan melibatkan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (UU No 87 Tahun 2017 Pasal 1). Berbagai macam kegiatan dan cara dilakukan oleh pihak sekolah agar terwujudnya karakter peserta didik yang positif bagi dirinya sendiri maupun lingkungan masyarakat. Program PPK memiliki tiga basis dalam pelaksanaannya di bidang pendidikan yaitu basis kelas, basis masyarakat dan basis budaya sekolah. Pada penelitian ini peneliti fokus pada pendidikan karakter berbasis budaya sekolah di sekolah. Beranekaragam budaya yang ada di Sekolah Dasar se-Kecamatan Mlati mempunyai kinerja yang sama untuk membentuk karakter peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai norma. Sekolah Dasar memiliki peran penting dalam menanamkan, mengembangkan dan memperbaiki karakter peserta didik dengan berbagai cara seperti kegiatan di sekolah, seperti ekstrakurikuler, jadwal piket, peraturan sekolah, kegiatan rutin seminggu sekali untuk kerja bakti, mengikuti ekstrakurikuler wajib, memilih salah satu ekstrakurikuler pilihan, program kunjungan perpustakaan, ruang pojok baca di setiap kelas, program literasi, menyanyikan lagu kebangsaan atau Indonesia Raya sebelum pembelajaran dan sesudah pembelajaran, memberi salam dan sapa kepada guru dan teman yang di jumpai di sekolah dan diluar sekolah, sholat

(48)

berjamaah, program peduli sosial dan sebagainya. Berbagai kegiatan dan cara ditempuh sekolah untuk membentuk dan menanamkan karakter positif bagi peserta didik sebagai generasi bangsa. Program PPK yang dicanangkan oleh pemerintahan Joko Widodo didukung oleh satuan pendidikan dengan adanya berbagai cara dan kegiatan yang mendukung penanaman karakter pada peserta didik. Berbagai kegiatan yang mengarahkan karakter positif perlu ditingkatkan dan dipertahankan demi kelangsungan masa depan bangsa. Pembiasaan positif yang dilakukan di sekolah, diharapkan mampu menjadi pembiasaan positif juga di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Pembentukan dan penanaman karakter di sekolah memerlukan hubungan yang seimbang dengan pihak masyarakat, instansi terkait, dan keluarga. Hal tersebut dilakukan agar apa yang diharapkan sekolah dan keluarga mengenai karakter peserta didik dapat terwujud.

Berdasarkan uraian di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi program pendidikan karakter di Sekolah Dasar se-Kecamatan Mlati berbasis budaya sekolah. Budaya memiliki peran dalam penguatan pendidikan karakter. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwandayani (2017) yang mengungkapkan bahwa budaya di sekolah merupakan sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, dan melibatkan seluruh sistem, struktur dan pelaku pendidikan di sekolah.

Peneliti melakukan penelitian ini dengan harapan penelitian ini dapat dijadikan pembelajaran di lingkungan pendidikan Indonesia khususnya mengenai program pendidikan karakter berbasis budaya sekolah dapat lebih

(49)

ditekankan dalam setiap Sekolah Dasar di Yogyakarta agar melalui budaya yang ditanamkan dan dimiliki sekolah mampu menjadikan karakter peserta didik mengarah ke hal yang positif.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis Budaya Sekolah sudah diimplementasikan di Satuan Pendidikan Sekolah Dasar se- Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman.

2. Bentuk implementasi program penguatan pendidikan karakter berbasis Budaya Sekolah di Satuan Pendidikan Sekolah Dasar se-Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman dilakukan melalui kegiatan etik, literasi, dan, menggunakan berbagai sumber belajar.

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III akan membahas tentang jenis penelitian, desain penelitian, waktu, tempat, subjek dan objek penelitian, variabel dan data penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif metode survey. Penelitian kuantitatif deskriptif adalah suatu bentuk penelitian untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, implementasi kurikulum pada berbagai jenis, jenjang dan satuan pendidikan (Sukmadinata, 2008: 72). Menurut Werang (2015: 12) penelitian kuantitatif deskriptif adalah penelitian untuk mendapatkan informasi sebanyak- banyaknya tentang sesuatu yang terjadi. Sependapat dengan tokoh di atas, Sudaryono (2016: 12) mengatakan bahwa penelitian kuantitatif deskriptif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kuantitatif deskriptif adalah sebuah penelitian yang mendeskripsikan fenomena-fenomena dengan apa adanya.

Dalam penelitian kuantitatif deskriptif, peneliti menggunakan metode survei. Survei merupakan metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan data pada masa lampau atau saat ini tentang keyakinan, pendapat, karakteristik, perilaku, hubungan variabel, dan untuk menguji

(51)

beberapa hipotesis dari sampel maupun populasi tertentu. Teknik pengumpulan data pada metode survei menggunakan kuesioner, wawancara dan pengamatan tertutup, kemudian teknik analisis data menggunakan statistik yang cenderung digeneralisasikan (Sugiyono, 2017: 69).

Penelitian ini mengumpulkan data-data berupa angka yang dapat dihitung berdasarkan kuesioner atau angket yang diberikan pada responden berupa fakta dan berdasarkan survei. Setelah data diolah, dilanjutkan dengan penulisan jawaban secara deskriptif dari setiap responden.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang Implementasi Program Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah dan upaya pengimplementasian Program Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah di Sekolah Dasar se-Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman tahun 2018.

B. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2018–Juni 2019. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini yang akan dirinci pada tabel jadwal 3.1 berikut:

(52)

Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian N o Kegiatan Bulan 2018 2019 M a r Apr M ei J un Jul Ag t Sep Okt No v Des Jan Feb M a r Apr M ei J un 1 Penyusuna n Proposal 2 Mengurus Perijinan 3 Penyusuna n Instrumen Penelitian 4 Validasi Instrumen dan Revisi 5 Uji Coba Instrumen 6 Pengumpu lan Data 7 Pengolaha n Data 8 Penyusuna n Laporan 9 Revisi

Berdasarkan tabel 3.1 tentang jadwal penelitian tersebut dimulai dari bulan Maret pembuatan proposal skripsi dibuat untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitiannya. Pembuatan jadwal tersebut dapat membuat peneliti mampu melakukan setiap langkah penelitiannya dan mengkoordinir agar mampu menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu.

2. Tempat Penelitian

Peneliti meneliti penelitian Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah di Satuan Pendidikan Sekolah Dasar se-Kecamatan Mlati Yogyakarta dengan jumlah 31 sekolah.

(53)

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi penelitian adalah Sekolah Dasar se-Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta sejumlah 31 (tiga puluh satu) sekolah. Populasi selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3. 2 Populasi Penelitian

No Nama Sekolah Alamat Kelas

Paralel

Jumlah Guru

1 SDN Rogoyudan Dusun Rogoyudan, Sinduadi,

Mlati 1 6

2 SDN Mlati 1 Mulungan Wetan, Sendangadi,

Mlati 1 6

3 SDN Mlati 2 Gondangan, Sendang Asih, Mlati 1 6 4 SDN Sinduadi 1 Kutu Dukuh, Sinduadi, Mlati 1 6 5 SDN Sinduadi 2 Kutu Patran, Sinduadi, Mlati 1 6 6 SDN Sendangadi 2 Jatirejo, Sendangadi, Mlati 1 6 7 SDN Nglarang Area Sawah, Tlogoadi, Mlati 1 6

8 SDN Kaweden Kaweden, Tirtoadi, Mlati 1 6

9 SDN Jumeneng Lor Jumeneng Lor, Jumeneng Kidul,

Sumberadi, Mlati 1 6

10 SDN Jumeneng Bakalan, Sumberadi,Mlati 1 6

11 SDN Bakalan Jombor Lor, Sinduadi, Mlati 1 6

12 SDN Jatisari Joten, Sendangadi, Mlati 1 6

13 SDN Pogung Kidul Pogung Kidul, Sinduadi, Mlati 1 5 14 SDN Plaosan 1 Area sawah, Tlogoadi, Mlati 1 6

15 SDN Plaosan 2 Tlogoadi, Mlati 1 6

16 SDN Ngemplak Nganti Karang Geneng, Mlati 1 6

17 SDN Gombang Gombang, Tirtoadi, Mlati 1 6

18 SDN Tlogoadi Area Sawah, Tlogoaadi, Mlati 1 6 19 SDN Sumberadi Warak Kidul, Sumberadi, Mlati 1 6

20 SDN Bedelan Bakalan, Sumberadi, Mlati 1 6

21 SDN Gemawang Putu Tegal, Sinduadi, Mlati 1 5 22 SDN Purwosari Pogung Lor, Sinduadi, Mlati 1 5

23 SDN Gabahan Gabahan, Sumberadi, Mlati 1 6

24 SDN Sinduadi Barat Kutu patran, Sinduadi, Mlati 1 5 25 SDN Pundong Pundong II, Tirtoadi, Mlati 1 6 26 SDN Jombor Lor Jombor Kidul, Sinduadi, Mlati 1 6

27 SDN Pojok Kragilan, Sinduadi, Mlati 1 6

28 SDN Sendangadi 1 Mlati Glondong, Sendangadi,

Mlati 2 6

29 SDN Cebongan Kebonagung, Sumberadi, Mlati 2 6 30 SDN Sinduadi Timur Pogung Kidul, Sinduadi, Mlati 1 6

31 SDN Tirtoadi Sendon, Tirtoadi, Mlati 1 6

Gambar

Gambar 2. 1 Literature Map Penelitian yang Relevan
Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian
Tabel 3. 2 Populasi Penelitian
Tabel 3. 3 Penentuan Jumlah Sampel Minimal menurut Krejcie dan Morgan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil rekapitulasi diketahui persamaaan regresi linear berganda yang tertera dalam tabel diatas maka dapat dijelaskan Nilai βo artinya jika tidak ada perubahan pada variabel

Hasil pengujian hipotesis 3 yaitu Word of mouth berpengaruh terhadap brand trust pada pembelian gadget secara online di Surabaya.. Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari

23 Tahun 2011 Kantor Pajak Patama merujuk pada Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-15/PJ/2012 tentang perubahan peraturan Jenderal Pajak Nomor PER-33/PJ/2011

Jenis data pada penelitian ini berupa; (a) proses penamaan atau pembuatan brand lembaga zakat, (b) cara yang dilakukan oleh lembaga zakat dalam sosialisasi

Dengan berkembangnya sistem pengelolaan dan pemberdayaan yayasan, sekarang Lembaga Amil Zakat sudah mencapai ditingkat Kabupaten dan Kota, seperti di Kota

Ini yang mendoromg peneliti tertarik melakukan penelitian dieL-Zawa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi

Pusdiklat Bulutangkis di Semarang tidak hanya sebagai wadah pembinaan dan pelatihan, tetapi juga menjadi salah satu tempat seleksi atlet-atlet berbakat dari sekitar

Atozz Jaya Indonesia merupakan perusahaan yang memiliki sistem penjualan electronic dan komponen electronic yang mempunyai mutu yang baik dan berkualitas untuk