• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Pengelolaan Limbah Tajam Puskesmas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Pengelolaan Limbah Tajam Puskesmas"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan medis hingga rawat jalan, termasuk kegiatan imunisasi yang saat ini dilakukan dalam skala besar. Dari kegiatannya, PUSKESMAS juga menghasilkan limbah yang bersifat spesifik, yakni infeksius dan tajam. Limbah dari sarana pelayanan kesehatan (PUSKESMAS, rumah sakit, dll) termasuk ke dalam kategori limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

Survei yang dilakukan terhadap limbah padat medis PUSKESMAS, rata-rata timbulan limbah medis adalah sebanyak 7,5 gram/pasien/hari. Komposisi timbulan limbah medis PUSKESMAS meliputi 65% dari imunisasi, 25% dari kontrasepsi dan sisanya dari perawatan medis. Banyaknya pemakaian jarum suntik setiap tahun terus bertambah, pada tahun 2003 untuk kegiatan kuratif mencapai 300 juta alat suntik, sedangkan untuk imunisasi sebanyak 50 juta alat suntik.

Benda tajam khususnya jarum suntik meskipun hanya dalam jumlah sedikit, tetapi dapat menghasilkan dampak yang sangat besar terhadap kesehatan. Pada tahun 2000, WHO mencatat kasus infeksi akibat tusukan jarum yang terkontaminasi diperkirakan mengakibatkan:

a. terinfeksi virus Hepatitis B sebanyak 21 juta (32% dari semua infeksi baru), b. terinfeksi virus Hepatitis C sebanyak 2 juta (40% dari semua infeksi baru), c. infeksi HIV sebanyak 260 ribu (5% dari seluruh infeksi baru).

2. TUJUAN a. Umum

Terwujudnya pengelolaan limbah medis tajam di PUSKESMAS secara benar dan aman bagi masyarakat, baik di dalam maupun sekitarnya sesuai persyaratan kesehatan.

b. Khusus

1) Terselenggaranya pengelolaan limbah medis tajam di PUSKESMAS secara benar dan aman.

2) Terselenggaranya tatacara pencatatan dan pelaporan limbah medis tajam di PUSKESMAS secara benar dan berkesinambungan.

(2)

3) Terselenggaranya pengorganisasian dan pembiayaan pengelolaan limbah medis tajam secara benar dan berkesinambungan.

3. RUANG LINGKUP

Dalam buku pedoman ini yang dibahas berbagai hal yang mencakup pengelolaan limbah medis tajam yang dihasilkan dari berbagai kegiatan di PUSKESMAS.

4. SASARAN a. Institusional

Secara institusional, sasaran buku pedoman pengelolaan limbah medis tajam di PUSKESMAS ini meliputi:

1) PUSKESMAS Rawat Inap

2) PUSKESMAS Tanpa Rawat Inap 3) PUSKESMAS Pembantu

b. Petugas

Dari sisi petugas pengelola, sasaran buku pengelolan limbah medis di PUSKESMAS ini meliputi:

1) Dokter 2) Perawat/Bidan 3) Tenaga Laboratorium 4) Tenaga Sanitarian 5) Tenaga Kebersihan 5. DASAR HUKUM

Dasar hukum yang digunakan dalam pedoman pengelolaan limbah medis tajam di PUSKESMAS adalah sebagai berikut:

a. Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 22 menjelaskan:

(ayat 3) bahwa ”Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air, udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor penyakit, dan penyehatan atau pengamanan lainnya.”

(ayat 4) bahwa ”Setiap tempat atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan persyaratan.”

(3)

b. Undang Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 1 menjelaskan:

(ayat 1) bahwa ”Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.” (ayat 2) bahwa ”Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.”

c. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 jo Nomor 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

Pasal 3 menjelaskan

(ayat 1) bahwa ”Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan limbah B3 dilarang membuang limbah yang dihasilkannya itu secara langsung ke dalam media lingkungan hidup tanpa pengelolaan terlebih dahulu”.

”Lampiran I Tabel 2 Daftar limbah B3 dari sumber yang spesifik, bahwa rumah sakit (sarana layanan kesehatan) termasuk penghasil limbah B3 dari yang spesifik dengan Kode limbah D 227 dengan asal/uraian limbah sebagai berikut: limbah klinis, produk farmasi kadaluarsa, peralatan laboratorium terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah laboratorium, residu dari proses insenerasi.”

Pasal 8 menjelaskan

(ayat 1) bahwa “Limbah yang tidak termasuk dalam daftar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) diidentifikasi sebagai limbah B3 apabila setelah melalui pengujian memiliki salah satu atau lebih karakteristik sebagai berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif”.

(4)

BAB II

PENGERTIAN, JENIS LIMBAH DAN

DAMPAKNYA TERHADAP KESEHATAN

1. PENGERTIAN DAN JENIS LIMBAH

Pengertian limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan, sedangkan limbah medis atau limbah klinis mencakup semua hasil buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium.

Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Pada Sarana layanan kesehatan termasuk PUSKESMAS, limbah medis dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, meliputi:

a. Limbah Benda Tajam adalah materi padat yang memiliki sudut kurang dari 90 derajat, dapat menyebabkan luka iris atau tusuk, misalnya:

 Jarum suntik

 Kaca sediaan (Preparat Glass)  Infus set

 Ampul/vial obat, dll

b. Limbah Infeksius adalah limbah yang diduga mengandung patogen (bakteri, virus, parasit, dan jamur) dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada penjamu yang rentan, misalnya:

 Kultur dan stok agen infeksius dari aktifitas laboratorium.

 Limbah hasil operasi atau otopsi dari pasien yang menderita penyakit menular.

 Limbah pasien yang menderita penyakit menular dari bagian isolasi.  Alat atau materi lain yang tersentuh orang yang sakit.

c. Limbah Patologis adalah limbah yang berasal dari jaringan tubuh manusia, misalnya:

 Organ tubuh  Janin

(5)

d. Limbah Farmasi adalah limbah yang mengandung bahan-bahan farmasi, misalnya:

 Mencakup produk farmasi, obat, vaksin, serum yang sudah kadaluarsa, tumpahan obat, dll

 Termasuk sarung tangan, masker, dll

e. Limbah Kimia adalah limbah yang mengandung zat kimia yang berasal dari aktifitas diagnostik, pemeliharaan kebersihan, dan pemberian desinfektan, misalnya:

 Formaldehid

 Zat kimia fotografis  Solven, dll

f. Limbah Kemasan Bertekanan adalah limbah medis yang berasal dari kegiatan di instalasi kesehatan yang memerlukan gas, misalnya:

 Gas dalam tabung  Cartridge

 Kaleng aerosol

g. Limbah Logam Berat adalah limbah medis yang mengandung logam berat dalam konsentrasi tinggi termasuk dalam sub kategori limbah berbahaya dan biasanya sangat toksik, misalnya:

 Limbah logam Merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran (termometer, alat pengukur tekanan darah)

2. DAMPAK LIMBAH TERHADAP KESEHATAN

Limbah medis dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme patogen, yang dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur:

 Melalui tusukan, lecet, atau luka di kulit

 Melalui membran mukosa

 Melalui pernapasan

 Melalui ingesti

Di PUSKESMAS, keberadaan bakteri yang resisten terhadap antibiotika dan desinfektan kimia juga dapat memperbesar bahaya yang muncul akibat limbah layanan kesehatan yang tidak dikelola dengan benar dan aman.

Limbah medis tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka tusuk, tetapi juga dapat menginfeksi luka jika terkontaminasi patogen. Karena risiko ganda ini (cedera dan penularan penyakit), limbah medis tajam termasuk dalam kelompok limbah yang sangat berbahaya.

(6)

Untuk infeksi virus yang serius seperti HIV/AIDS serta Hepatitis B dan C, tenaga PUSKESMAS, terutama perawat, merupakan kelompok yang berisiko paling besar terkena infeksi melalui cedera akibat limbah medis tajam. Risiko serupa dihadapi oleh tenaga layanan kesehatan lain dan pelaksana pengelolaan limbah di luar PUSKESMAS, juga pemulung di lokasi pembuangan akhir limbah.

Perawat merupakan kelompok yang berisiko mengalami cedera, angka cedera tahunan mencapai 10-20 orang per 1000 petugas, sedangkan tenaga kebersihan mencapai 180 orang per 1000 pekerja (WHO). Angka tertinggi cedera okupasional di kalangan petugas yang mungkin terpajan limbah layanan kesehatan ternyata pada kelompok tenaga kebersihan dan pengelola limbah. Sebagian besar cedera okupasional adalah terkilir dan ketegangan otot/pegal akibat kelelahan bekerja, jumlah yang bermakna justru berasal dari luka teriris dan tertusuk limbah medis tajam.

Beberapa infeksi yang menyebar melalui media lain atau disebabkan oleh agens yang lebih resisten dapat menimbulkan risiko yang bermakna pada pasien dan masyarakat. Contoh: pembuangan limbah medis cair yang tidak terkendali pada perawatan pasien kolera memberikan dampak yang cukup besar terhadap terjadinya wabah kolera.

Tabel 1

Contoh infeksi akibat terpajan limbah layanan kesehatan, organisme penyebab, dan media penularan

Jenis Infeksi Organisme penyebab Media Penularan

Infeksi gastroenteritis Enterobakteria

Misal: salmonella, shigella spp., Vibrio cholerae, cacing

Tinja dan/atau muntahan Infeksi saluran Pernapasan Mycobacterium tuberculosis, Streptococcus pneumoniae, virus campak

Sekret yang terhirup, air liur

Infeksi Mata Herpes virus Sekret mata

Infeksi Genital Neisseria gonorrhoeae, herpes virus

Sekret genital

Infeksi Kulit Streptococcus spp. Nanah

Antraks Bacillus anthracis Sekret kulit

Meningitis Neisseria meningitis Cairan serebrospinal

AIDS Human immunodeficiency virus

(HIV)

Darah, sekret alat kelamin

(7)

Jenis Infeksi Organisme penyebab Media Penularan Demam Berdarah Virus junin, Lassa, Ebola, dan

Marburg Seluruh cairan tubuh dan sekret

Septikimia Staphylococcus spp. Darah

Bakteriemia Staphylococcus spp., koagulase negatif, Staphylococcus aureus, enterobacter, enterococcus, klebsiella, dan Streptococcus sp.

Darah

Kandidemia Candida albicans Darah

Hepatitis Virus A Virus hepatitis A Tinja

Hepatitis Virus B dan C Virus hepatitis B dan C Darah dan cairan tubuh

Sumber: ...

Mikroorganisme patogen memiliki kemampuan yang terbatas untuk bertahan hidup di alam bebas. Kemampuan ini bergantung pada jenis mikroorganisme dan merupakan cara kerja dari pertahanan dirinya terhadap kondisi lingkungan, seperti: suhu, kelembaban, iradiasi ultraviolet, ketersediaan zat organik, keberadaan predator, dan sebagainya.

Contoh mikroorganisme tersebut sebagai berikut : Virus Hepatitis (B)

 Persisten di udara kering

 Hidup beberapa minggu di tanah  Tahan terhadap pajanan antiseptic  Tahan sampai 10 jam pada suhu 60OC

 Tahan 1 minggu pada tetesan darah dalam jarum suntik (termasuk virus hepatitis C)

Virus HIV

 Tahan 3 – 7 hari pada suhu ambien  Tahan 15 menit pada cairan etanol 70%  Inaktif pada suhu 56OC

(8)

BAB III

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS TAJAM

1. PRINSIP PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

Pada dasarnya dalam melaksanakan pengelolaan limbah medis perlu menganut prinsip dasar berdasarkan kesepakatan internasional, yakni:

a. The ”polluter pays” principle atau prinsip “pencemar yang membayar” bahwa semua penghasil limbah secara hukum dan finansial bertanggung jawab untuk menggunakan metode yang aman dan ramah lingkungan dalam pengelolaan limbah.

b. The ”precautionary” priciple atau prinsip ”pencegahan” merupakan prinsip kunci yang mengatur perlindungan kesehatan dan keselamatan melalui upaya penanganan yang secepat mungkin dengan asumsi risikonya dapat terjadi cukup signifikan.

c. The ”duty of care” principle atau prinsip “kewajiban untuk waspada” bagi yang menangani atau mengelola limbah berbahaya karena secara etik bertanggung jawab untuk menerapkan kewaspadaaan tinggi.

d. The ”proximity” principle atau prinsip ”kedekatan” dalam penanganan limbah berbahaya untuk meminimalkan risiko dalam pemindahan.

Berkaitan dengan kegiatan PUSKESMAS, sebagaimana tertuang pada Global Immunization 2009, disampaikan bahwa dalam penyelenggaraan imunisasi harus memiliki sistem pengelolaan limbah tajam.

2. TEKNIK PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS TAJAM a. Dengan Safety Box

Alternatif 1

1) Jarum dan syringe langsung dimasukkan ke dalam safety box pada setiap selesai satu penyuntikan. 2) Setelah penuh, safety box dan isinya dikirim ke

sarana kesehatan lain yang memiliki incinerator dengan suhu pembakaran minimal 10000C atau yang memiliki alat pemusnah Carbonizer.

Alternatif 2

1) Jarum dan syringe langsung dimasukkan ke dalam safety box pada setiap selesai satu penyuntikan. 2) Setelah penuh, safety box dan isinya ditanam di

dalam sumur galian yang kedap air (silo) atau needle pit yang lokasinya di dalam PUSKESMAS.

Gambar 1 Safety Box

(9)

b. Dengan Needle Cutter Alternatif 1

1) Jarum dipatahkan dengan needle cutter pada setiap selesai satu penyuntikan.

2) Potongan jarum yang terkumpul di dalam needle collection container dimasukkan ke dalam safety box, kemudian dilanjutkan dengan proses penanganan seperti yang dijelaskan dalam

penanganan menggunakan safety box. Alternatif 2

1) Jarum dipatahkan dengan needle cutter pada setiap selesai satu penyuntikan.

2) Potongan jarum yang terkumpul di dalam needle collection container dimasukkan ke dalam needle pit.

3) Syringe bekas pakai didisinfeksi dengan menggunakan larutan sodium hipoklorit 5% dan direndam selama 30 menit, sehingga syringe telah steril dan dapat didaur ulang.

Pada setiap PUSKESMAS diharapkan menyediakan needle pit, dapat dibuat dengan bahan buis beton diameter 60 cm panjang 1 meter ataupun pipa PVC dengan diameter minimal 4 inchi panjang 3 meter. Untuk needle pit dengan buis beton sepanjang 60 cm ditanam dan ditutup dengan bahan beton tetapi menyediakan lubang untuk memasukkan needle. Sedangkan untuk needle pit dengan pipa PVC ditanam sepanjang 2,5 meter dan ditutup dengan dop ulir PVC yang sewaktu-waktu dapat dibuka bila akan memasukkan needle.

Gambar 2 Needle Cutter

Gambar 4

Needle Pit dengan PVC

Gambar 4

(10)

Gambar 5 memperlihatkan cara memasukkan needle dari penampungan needle cutter ke dalam needle pit

c. Dengan Needle Burner

1) Jarum dimusnahkan dengan needle burner langsung pada setiap selesai satu penyuntikan. 2) Syringe selanjutnya diproses seperti dijelaskan

dalam penanganan dengan needle cutter.

3) Hasil proses pemusnahan dengan needle burner dimasukkan ke dalam kantong plastik warna hitam, karena sudah tidak infeksius.

4) Sisa proses bersama kantong plastiknya langsung dibawa ke tempat penampungan sementara limbah domestik.

Gambar 6 Needle Burner

(11)

BAB IV

PENGORGANISASIAN

Pengelolaan yang tepat untuk pengelolaan limbah medis PUSKESMAS selain tergantung pada administrasi dan organisasi yang baik, juga memerlukan kebijakan dan pendanaan yang memadai sekaligus partisipasi aktif dari staf yang terlatih dan terdidik. Oleh sebab itu, Kepala PUSKESMAS harus membentuk Tim Pengelolaan Limbah untuk menyusun rencana pengelolaan limbah. Uraian tugas dari masing-masing penanggung jawab di PUSKESMAS terhadap sistem pengelolaan limbah medis, khususnya limbah tajam adalah sebaga berikut:

1. KEPALA PUSKESMAS Bertanggung jawab atas:

a. Membentuk tim pengelolaan limbah medis PUSKESMAS untuk menyusun rencana tertulis pengelolaan limbah PUSKESMAS. Rencana harus dapat menjabarkan dengan jelas tugas dan kewajiban semua anggota staf baik bagian medis dan non medis yang berkaitan dengan penanganan limbah medis dan menetapkan garis-garis pertanggunggugatan.

b. Menugaskan petugas pengelola limbah untuk menyelia dan mengkoordinasikan rencana pengelolaan limbah. Kepala PUSKESMAS tetap berkewajiban memastikan bahwa limbah medis dan limbah lainnya dikelola sesuai persyaratan.

c. Menjaga agar rencana pengelolaan sejalan dengan perkembangan. d. Mengalokasikan cukup dana dan sumber daya manusia untuk menjamin

efisiensi pelaksanaan kegiatan.

e. Memastikan bahwa prosedur pemantauan terintegrasi di dalam rencana. Efisiensi dan efektifitas sistem pembuangan harus dipantau agar sistem tersebut dapat diperbaharui dan diperbaiki jika diperlukan.

f. Segera tunjuk seorang pengganti jika ada petugas yang meninggalkan posisi kunci dalam tim pengelolaan limbah.

g. Memastikan pelatihan yang memadai bagi anggota staf kunci dan menunjuk staf yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasi dan menerapkan materi yang diberikan dalam pelatihan.

h. Kepala PUSKESMAS juga bertanggung jawab untuk proses pemilahan, penampungan, dan pembuangan limbah medis yang dihasilkan.

i. Memastikan bahwa semua Petugas yang berhubungan langsung dengan pasien memahami prosedur pemilahan dan penampungan limbah dan mematuhi kebijakan yang berlaku.

(12)

j. Tetap bekerjasama dengan petugas sanitarian untuk memantau praktek kerja guna menemukan ada tidaknya kegagalan atau kesalahan.

k. Memastikan bahwa semua petugas diberikan pelatihan mengenai prosedur pemilahan dan pembuangan limbah

2. PETUGAS YANG BERHUBUNGAN LANGSUNG DENGAN PASIEN

a. Yang dimaksud dengan petugas yang berhubungan langsung adalah dokter, perawat, bidan

b. Bertanggung jawab untuk proses pemilahan, penampungan, dan pembuangan limbah yang dihasilkan oleh bagiannya.

c. Menyadari tanggung jawab mereka dalam pemilahan dan penampungan dan bahwa tugas sanitarian dan staf pendukung terbatas hanya penanganan dan pengangkutan kantong limbah yang sudah ditutup/diikat.

d. Bekerjasama dengan petugas sanitarian untuk memantau praktek kerja guna menemukan ada tidaknya kegagalan atau kesalahan.

e. Bertanggung jawab untuk selalu mengikuti prosedur pengelolaan limbah yang benar.

3. PETUGAS SANITARIAN

a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dan pemantauan harian terhadap sistem pengelolaan limbah. Dengan demikian sanitarin harus memiliki akses langsung pada seluruh petugas PUSKESMAS.

b. Sanitarian bertanggung jawab langsung kepada kepala PUSKESMAS. c. Mengontrol proses internal pengumpulan limbah dan pengangkutannya

ke fasilitas penampungan limbah PUSKESMAS setiap hari.

d. Memastikan kecukupan jumlah dan jenis kantong termasuk safety box harus tersedia setiap saat.

e. Memastikan bahwa seluruh petugas PUSKESMAS selalu dengan segera mengganti kantong termasuk safety box dengan yang baru dan tepat. f. Mengkoordinasikan dan memantau setiap kegiatan pembuangan

limbah.

g. Memastikan bahwa limbah tidak ditampung terlalu lama sesuai persyaratan

(13)

BAB V

PENCATATAN DAN PELAPORAN

1. PENCATATAN

Pengelolaan limbah medis harus diselenggarakan secara baik dan tertib untuk mengendalikan risiko yang mungkin ditimbulkan, baik terkait aspek kesehatan maupun legal serta berfungsi pula untuk pengukuran kinerja pengelolaan limbah medis. Oleh sebab itu perlu dilakukan penertiban melalui pencatatan yang baik dari sumber hingga proses penanganan akhir di dalam PUSKESMAS. Beberapa yang perlu dicatat meliputi jumlah yang dihasilkan dan jumlah yang dikirim untuk dibuang.

Sistem pencatatan yang perlu dilakukan meliputi: a. Buku Pencatatan Harian

Pencatatan limbah yang dihasilkan, meliputi jenis dan volume timbulan limbah (Contoh Formulir terlampir)

b. Buku Pencatatan Insiden

Pencatatan mengenai petugas yang mendapatkan kecelakaan, jenis kecelakaan, penyebab, waktu dan pertolongan yang dilakukan (Contoh Formulir terlampir).

c. Buku Pencatatan Perjalanan

Pencatatan mengenai jenis dan volume limbah medis yang akan diangkut ke lokasi pengolahan di luar PUSKESMAS (Contoh Formulir terlampir). 2. PELAPORAN

Pelaporan kegiatan pengelolaan limbah medis perlu dilakukan dan disampaikan kepada berbagai pihak terkait dalam rangka menginformasikan potensi risiko dan potensi pelanggaran hukum. Informasi ini perlu dilaporkan kepada instansi-instansi berikut ini:

1. Pimpinan PUSKESMAS

2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 3. Bapedalda Kabupaten/Kota

(14)

BAB VI

PEMBIAYAAN

Berdasarkan prinsip ”pencemar yang membayar”, setiap instansi layanan kesehatan bertanggung gugat secara finansial terhadap keamanan pengelolaan limbah apapun yang dihasilkannya. Biaya untuk pengumpulan yang terpisah, pengemasan yang tepat, dan penanganan di tempat merupakan biaya internal, biaya untuk transportasi, penanganan di luar dan pembuangan akhir merupakan biaya eksternal.

Biaya konstruksi, kegiatan operasional, dan perawatan sistem untuk mengelola limbah medis mewakili satu bagian yang signifikan dari keseluruhan anggaran PUSKESMAS. Biaya itu harus tertutup oleh alokasi khusus yang disediakan dalam anggaran PUSKESMAS. Biaya total umumnya harus diperhitungkan dengan seksama dalam saat menetapkan pilihan yang paling cost-effective.

Prinsip dasar yang harus diperhitungkan untuk meminimalkan biaya tersebut, yaitu: Minimisasi, pemilahan, dan daur ulang limbah, dapat memberikan penurunan yang sangat besar pada biaya pengelolaan. Manfaat yang didapat akibat penurunan timbulan limbah sudah jelas, dan proses pemilahan menyebabkan kita tidak perlu melakukan pengolahan yang tidak penting pada limbah umumnya dengan menggunakan metode mahal seperti yang digunakan untuk limbah berbahaya.

Pengurangan biaya dapat diwujudkan dengan cara melakukan tindakan khusus pada tahapan yang berbeda di dalam sistem pengelolaan limbah.

1. PENGELOLAAN DI TEMPAT

a. Pengelolaan terpadu pada tempat penampungan bahan kimia dan farmasi. b. Penggantian perlengkapan medis sekali pakai dengan perlengkapan yang

dapat didaur ulang.

c. Pemilahan limbah yang tepat untuk menghindari pengolahan yang menghabiskan dana atau adekuat yang sebenarnya tidak dibutuhkan. d. Perbaikan cara mengenali limbah untuk mempermudah pemilahan,

pengolahan, dan daur pengolahan. 2. PERENCANAAN TERPADU

a. Penyusunan dan penerapan strategi pengelolaan limbah PUSKESMAS dalam kerangka kerja rencana pengelolaan limbah.

(15)

b. Perencanaan pengumpulan dan transportasi sedemikian rupa sehingga semua kegiatan operasional menjadi aman dan cost effecient.

c. Potensi kerjasama dengan menggunakan fasilitasi regional, termasuk fasilitas sektor swasta jika perlu.

d. Pembentukan rencana pembuangan limbah medis. 3. DOKUMENTASI

Dokumentasi pengelolaan limbah dan biaya: pengkajian terhadap biaya yang sebenarnya akan mempermudah dalam menetapkan prioritas untuk mengurangi biaya dan untuk memantau kemajuan dalam mencapai tujuan. 4. PEMILIHAN METODE PENGOLAHAN ATAU PEMBUANGAN YANG TEPAT a. Seleksi pilihan metode pengolahan dan pembuangan yang tepat sesuai

jenis limbah dan kondisi setempat.

b. Penggunaan peralatan pengolahan yang jenis dan kapasitasnya sesuai. 5. TINDAKAN PADA TINGKAT TENAGA KERJA

a. Pembentukan program pelatihan untuk tenaga kerja guna meningkatkan mutu dan kuantitas kerja.

(16)

BAB VII

PENUTUP

Setiap PUSKESMAS diharapkan dapat menerapkan sistem penanganan ini dengan berbagai pilihannya sesuai dengan kondisi setempat. Sedangkan penanganan berikutnya dapat bekerja sama dengan instansi yang memiliki alat pengolah limbah medis non insinerasi. Bila terpaksa harus menggunakan incinerator, PUSKESMAS harus memilih instansi pengelola incinerator yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk tahap awal dapat mengembangkan sistem jaringan kerja antar PUSKESMAS yang saling berdekatan dengan menetapkan satu PUSKESMAS yang memiliki fasilitas lengkap sebagai induk, yang lain mengirimkan limbah medisnya untuk secara bersama-sama diolah. Bila tidak ada, dapat memafaatkan secara bersama-sama rumah sakit yang telah memiliki alat pengolah limbah medis.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization; 2005; Management of Solid Waste Health-Care Waste at Primary Health-Care Centres, A Decision Making Guide; Immunization, Vaccines and Biologicals (IVB), Departement of Protection of the Human Environment, Water, Sanitation and Health (WSH), World Health Organization, Geneva.

2. World Health Organization, Policy Paper,Safe Health-care, Waste Management, Departement of Protection of the Human Environment Water, Sanitation and Health (WSH), World Health Organization, Geneva.

(18)

Lampiran 1

BUKU PENCATATAN HARIAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

DI PUSKESMAS Bulan : ... Tahun : ...

HARI/

TANGGAL JENIS LIMBAH SUMBER LOKASI VOLUME/ BERAT PENANGANAN PETUGAS KETERANGAN

..., ... Mengetahui

Ka PUSKESMAS Petugas Pencatatan

(19)

Lampiran 2

BUKU PENCATATAN INSIDENS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

DI PUSKESMAS Bulan : ... Tahun : ...

HARI/

TANGGAL TERKENA INSIDENS NAMA PETUGAS KEJADIAN JENIS PENYEBAB LOKASI KETERANGAN

..., ... Mengetahui

Ka PUSKESMAS Petugas Pencatatan

(20)

Lampiran 3

FORMULIR

PENGIRIMAN LIMBAH MEDIS PUSKESMAS : ………..………. Tanggal : ………..………. Penanggung Jawab : Nama

………..………..

Tanda tangan

……… Petugas Penanganan Limbah : Nama

………..……… Tanda tangan ……… Petugas Pengangkutan Limbah : Nama ………..……… Tanda tangan ……… NO JENIS LIMBAH LOKASI SUMBER VOLUME/ BERAT KETERANGAN

…………, ………. Petugas Penerima

Gambar

Gambar 2  Needle Cutter
Gambar  5  memperlihatkan  cara  memasukkan  needle dari  penampungan  needle  cutter  ke  dalam  needle pit

Referensi

Dokumen terkait

Serbet yang digunakan untuk membersihkan material dan dies terbuat dari bahan wol. Bahan serbet tidak memiliki kemampuan yang baik dalam membersihkan kotoran dan

Dengan hasil perbandingan teknik modulasi DSSS (Direct Sequence Spread Spectrum) dan FHSS (Frequency Hopping Spread Spectrum) ini diharapkan dapat membantu memberikan

Penelitian ini bertujuan (a) merancang dan merakit alat pengering handuk dengan mempergunakan mesin siklus kompresi uap, alat ini dapat digunakan setiap waktu tanpa tergantung

Jaringan bagi kegiatan industri memiliki fungsi yang sangat penting terutama dalam rangka kemudahan mobilitas pergerakan dan tingkat pencapaian (aksesibilitas) baik dalam

Nur Azizah selaku ketua jurusan Program Studi Ilmu Hubungan Internasional UMY yang telah memberikan kesempatan kepada ananda untuk turut serta berkontribusi

Secara khusus penulis menghaturkan rasa terima kasih tak terhingga kepada saudara-saudara penulis yaitu Abangda Kompol Pria Premos, SIK dan Kakanda Dokter Meity

Hasil tersebut menandakan bahwa hipotesis null (Ho) penelitian ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang

Bulan A$% *ratis ini ialah program yang bertujuan untuk mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan Ante $atal %are (A$%) dengan kualitas baik dan gratis