Rancangan Rancangan
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR ...
TENTANG TENTANG
PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA
PENYAKIT HERNIA INGUINALIS LATERALIS PENYAKIT HERNIA INGUINALIS LATERALIS
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
Menimbang : : a.a. bahwa bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan praktik praktik kedokteran kedokteran harusharus dilakukan sesuai dengan standar pelayanan kedokteran dilakukan sesuai dengan standar pelayanan kedokteran yang disusun dalam bentuk Pedoman Nasional yang disusun dalam bentuk Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran dan standar prosedur Pelayanan Kedokteran dan standar prosedur operasional.
operasional. b.
b. bahwa bahwa untuk untuk memberikan memberikan acuan acuan bagi bagi fasilitasfasilitas pelayanan
pelayanan kesehatan kesehatan dalam dalam menyusun menyusun standarstandar prosedur
prosedur operasional operasional perlu perlu mengesahkan mengesahkan PedomanPedoman Nasional
Nasional pelayanan pelayanan Kedokteran Kedokteran yang yang disusun disusun oleholeh organisasi profesi;
organisasi profesi; c.
c. bahwa bahwa berdasberdasarkan arkan pertimbangan pertimbangan sebagaimanasebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Nasional
Nasional Pelayanan Pelayanan Kedokteran Kedokteran Tata Tata LaksanaLaksana Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis;
Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis;
Mengingat
Mengingat : : 1. 1. Undang-Undang Undang-Undang Nomor Nomor 29 29 Tahun Tahun 2004 2004 tentangtentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2.
2. Undang-Undang Undang-Undang Nomor Nomor 36 36 Tahun Tahun 2009 2009 tentangtentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
Republik Indonesia Nomor 5063); 3.
3. Undang-Undang NoUndang-Undang Nomor 36 Tahun 20mor 36 Tahun 2014 tentang14 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607); Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607); 4.
4. Peraturan Peraturan Menteri Menteri Kesehatan Kesehatan NomorNomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis; 5.
5. Peraturan Peraturan Menteri Menteri Kesehatan Kesehatan NomorNomor 1438/Menkes/Per/2010 tentang Standar Pelayanan 1438/Menkes/Per/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 4640;
2010 Nomor 4640; 6.
6. Peraturan Peraturan Menteri Menteri Kesehatan Kesehatan NomorNomor 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 671);
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 671); 7.
7. Peraturan Peraturan Menteri Kesehatan Menteri Kesehatan Nomor Nomor 64 64 Tahun Tahun 20152015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Repulik Indonesia Tahun Kesehatan (Berita Negara Repulik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508
2015 Nomor 1508
Memperhatikan
Memperhatikan : : Surat Surat Ketua Ketua Umum Umum Perkumpulan Perkumpulan Dokter Dokter Spesialis Spesialis BedahBedah Indonesia Nomor 81/PP.IKABI/X/2016 tanggal 3 Oktober Indonesia Nomor 81/PP.IKABI/X/2016 tanggal 3 Oktober 2016;
2016;
MEMUTUSKAN: MEMUTUSKAN: Menetapkan
PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA PENYAKIT HERNIA INGUINALIS TATA LAKSANA PENYAKIT HERNIA INGUINALIS LATERALIS
LATERALIS
KESATU
KESATU : : Mengesahkan Mengesahkan dan dan memberlakukan memberlakukan Pedoman Pedoman NasionalNasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Penyakit Hernia Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis.
Inguinalis Lateralis. KEDUA
KEDUA : : Pedoman Pedoman Nasional Nasional Pelayanan Pelayanan Kedokteran Kedokteran Tata Tata LaksanaLaksana Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis, yang selanjutnya Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis, yang selanjutnya disebut PNPK Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis disebut PNPK Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis merupakan pedoman bagi dokter sebagai pembuat merupakan pedoman bagi dokter sebagai pembuat keputusan klinis di fasilitas pelayanan kesehatan, institusi keputusan klinis di fasilitas pelayanan kesehatan, institusi pendidikan, dan kelomp
pendidikan, dan kelompok profesi terkait.ok profesi terkait. KETIGA
KETIGA : PNPK : PNPK Penyakit Penyakit Hernia Hernia Inguinalis Inguinalis Lateralis Lateralis sebagaimanasebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA tercantum dalam dimaksud dalam Diktum KEDUA tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.
Keputusan Menteri ini. KEEMPAT
KEEMPAT : : PNPK PNPK Penyakit Penyakit Hernia Hernia Inguinalis Inguinalis Lateralis Lateralis sebagaimanasebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA harus dijadikan acuan dimaksud dalam Diktum KETIGA harus dijadikan acuan dalam penyusunan standar prosedur operasional di setiap dalam penyusunan standar prosedur operasional di setiap fasilitas pelayanan kesehatan.
fasilitas pelayanan kesehatan. KELIMA
KELIMA : : Kepatuhan Kepatuhan terhadap terhadap PNPK PNPK Penyakit Penyakit Hernia Hernia InguinalisInguinalis Lateralis sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA Lateralis sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA bertujuan
bertujuan memberikan memberikan pelayanan pelayanan kesehatan kesehatan dalam dalam upayaupaya terbaik. terbaik. KEENAM KEENAM :: :
: Penyesuaian Penyesuaian terhadap terhadap pelaksanaan pelaksanaan PNPK PNPK Penyakit Penyakit HerniaHernia Inguinalis Lateralis dapat dilakukan oleh dokter hanya Inguinalis Lateralis dapat dilakukan oleh dokter hanya berdasarkan
berdasarkan keadaan keadaan tertentu tertentu yang yang memaksa memaksa untukuntuk kepentingan pasien, dan dicatat dalam rekam medis.
kepentingan pasien, dan dicatat dalam rekam medis. KETUJUH
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
pelaksanaan PNPK PNPK Penyakit Penyakit Hernia Hernia Inguinalis Inguinalis LateralisLateralis dengan melibatkan organisasi profesi.
dengan melibatkan organisasi profesi. KEDELAPAN
KEDELAPAN : Keputusan Menteri ini mulai : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada berlaku pada tanggaltanggal ditetapkan ditetapkan Ditetapkan di Jakarta Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal ... Pada tanggal ... MENTERI MENTERI KESEHATAN KESEHATAN REPUBLIK REPUBLIK INDONESIA, INDONESIA, NILA FARID NILA FARID MOELOEK MOELOEK LAMPIRAN LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... NOMOR ... TENTANG TENTANG
PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN HERNIA INGUINALIS KEDOKTERAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS
BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A.
A. Latar BelakangLatar Belakang
Hernia Inguinalis Lateralis merupakan kasus bedah bayi dan anak yang Hernia Inguinalis Lateralis merupakan kasus bedah bayi dan anak yang terbanyak dari kasus pembedahan, insidensi terjadinya Hernia Inguinalis Lateralis terbanyak dari kasus pembedahan, insidensi terjadinya Hernia Inguinalis Lateralis di Indonesia secara pasti belum ada. Dari literatur yang ada ditemukan frekuensi di Indonesia secara pasti belum ada. Dari literatur yang ada ditemukan frekuensi terjadinya Hernia Inguinalis Lateralis diperkirakan sekitar 0.8 sampai 8% dari terjadinya Hernia Inguinalis Lateralis diperkirakan sekitar 0.8 sampai 8% dari kelahiran. Untuk saat ini angka kelahiran kasar di Indonesia SUSENAS 2004, kelahiran. Untuk saat ini angka kelahiran kasar di Indonesia SUSENAS 2004, (BKKBN 2010) yaitu 4.415.122 orang jumlah anak lahir hidup. Dari jumlah (BKKBN 2010) yaitu 4.415.122 orang jumlah anak lahir hidup. Dari jumlah tersebut diperkirakan tiap tahunnya di Indonesia terdapat rata-rata 160.000 kasus tersebut diperkirakan tiap tahunnya di Indonesia terdapat rata-rata 160.000 kasus Hernia Inguinalis Lateralis kongenital yang baru.
Hernia Inguinalis Lateralis kongenital yang baru.
Hernia Inguinalis Lateralis kongenital adalah hernia yang muncul segera Hernia Inguinalis Lateralis kongenital adalah hernia yang muncul segera setelah lahir atau beberapa waktu kemudian bahkan sampai usia dewasa muda setelah lahir atau beberapa waktu kemudian bahkan sampai usia dewasa muda baru
baru muncul muncul gejalanya. gejalanya. Salah Salah satu satu faktor faktor yang yang menjadi menjadi penyebabnya penyebabnya adalahadalah gagalnya obliterasi spontan dari prosesus vaginalis. Kelainan kongenital ini gagalnya obliterasi spontan dari prosesus vaginalis. Kelainan kongenital ini merupakan kasus pembedahan terbanyak dari semua kelainan kongenital pada merupakan kasus pembedahan terbanyak dari semua kelainan kongenital pada bayi dan anak.
bayi dan anak.
Patogenesa terjadinya Hernia Inguinalis Lateralis sampai saat ini masih Patogenesa terjadinya Hernia Inguinalis Lateralis sampai saat ini masih menganut gagalnyaobliterasi spontan dari prosesus vaginalis sebagai dampak dari menganut gagalnyaobliterasi spontan dari prosesus vaginalis sebagai dampak dari penurunan
penurunan testis testis sewaktu sewaktu dalam dalam kandungan. kandungan. Secara Secara normal normal prosesus prosesus vaginalisvaginalis akan menutup spontan begitu desensus testis selesai. Teori ini pada akhir-akhir ini akan menutup spontan begitu desensus testis selesai. Teori ini pada akhir-akhir ini diragukan karena pada pemeriksaan post mortem, ternyata hampir 90% dari 1785 diragukan karena pada pemeriksaan post mortem, ternyata hampir 90% dari 1785 bayi
bayi di di bawah bawah usia usia satu satu tahun tahun yang diotopsi yang diotopsi prosesus prosesus vaginalisnya vaginalisnya tetap tetap terbukaterbuka setelah kelahiran, prosesus vaginalis tetap berhubungan dengan ruang peritoneal setelah kelahiran, prosesus vaginalis tetap berhubungan dengan ruang peritoneal pada 80% sampai 94% pada bayi usia dibawah 4 bulan. Sach (2005) mendapatkan pada 80% sampai 94% pada bayi usia dibawah 4 bulan. Sach (2005) mendapatkan prosesus
prosesus vaginalis vaginalis paten paten sekitar sekitar 75% 75% pada pada usia usia 4 4 bulan bulan sampai sampai 1 1 tahun, tahun, bahkanbahkan pemeriksaan
pemeriksaan post post mortem mortem pada pada orang orang dewasa dewasa tanpa tanpa gejala gejala Hernia Hernia InguinalisInguinalis Lateralis ditemukan prosesus vaginalis masih tetap paten sekitar 20%. Pada kasus Lateralis ditemukan prosesus vaginalis masih tetap paten sekitar 20%. Pada kasus
ini hanya 15% yang menderita Hernia Inguinalis Lateralis sedangkan pada orang ini hanya 15% yang menderita Hernia Inguinalis Lateralis sedangkan pada orang dengan prosesus vaginalis yang tetap terbuka tidak muncul hernia selama dengan prosesus vaginalis yang tetap terbuka tidak muncul hernia selama hidupnya.
hidupnya.
Hernia Inguinalis Lateralis pada bayi dan anak dapat terjadi unilateral saja. Hernia Inguinalis Lateralis pada bayi dan anak dapat terjadi unilateral saja. Insiden terjadinya Hernia Inguinalis Lateralis sekitar 90% dimana pada sisi kanan Insiden terjadinya Hernia Inguinalis Lateralis sekitar 90% dimana pada sisi kanan terdapat 60% dan sisi kiri 30%. Hernia bilateral (kedua sisi) kanalis inguinalis, terdapat 60% dan sisi kiri 30%. Hernia bilateral (kedua sisi) kanalis inguinalis, mempunyai insiden sekitar 10% dan ada yang muncul atau bermanifestasi mempunyai insiden sekitar 10% dan ada yang muncul atau bermanifestasi kemudian setelah pasien yang tadinya hanya menderita unilateral saja kemudian kemudian setelah pasien yang tadinya hanya menderita unilateral saja kemudian muncul hernia pada sisi kontralateral. Pada anak dengan Hernia Inguinalis muncul hernia pada sisi kontralateral. Pada anak dengan Hernia Inguinalis Lateralis, dilaporkan insiden dari prosesus vaginalis paten kontralateral 46% Lateralis, dilaporkan insiden dari prosesus vaginalis paten kontralateral 46% sampai 60%.
sampai 60%. Rowe Rowe et et a.a., (2003), dengan melakukan injeksi kontras ke sisi, (2003), dengan melakukan injeksi kontras ke sisi kontralateral waktu operasi, menemukan frekuensi prosesus vaginalis yang tetap kontralateral waktu operasi, menemukan frekuensi prosesus vaginalis yang tetap paten sekitar 48 sampai 63% pada usia 2 tahun pertama.
paten sekitar 48 sampai 63% pada usia 2 tahun pertama.
Sparkman (2006), pada penelitian kohort prospektif mendapatkan insiden Sparkman (2006), pada penelitian kohort prospektif mendapatkan insiden hernia kontralateral berkisar 15,8% pada selama periode umur 18 bulan sampai 37 hernia kontralateral berkisar 15,8% pada selama periode umur 18 bulan sampai 37 tahun sedangkan Bock dan Soybe (2008) pada penelitian kohort mereka, tahun sedangkan Bock dan Soybe (2008) pada penelitian kohort mereka, mendapatkan 14,9% pada penderita 174 orang dengan umur 27-36 tahun. Disisi mendapatkan 14,9% pada penderita 174 orang dengan umur 27-36 tahun. Disisi lain Mc Gregor dan Mc Halverson (2007) menentukan 22% kontralateral paten lain Mc Gregor dan Mc Halverson (2007) menentukan 22% kontralateral paten (terbuka) dari 148 anak-anak yang diikuti untuk 10-20 tahun.
(terbuka) dari 148 anak-anak yang diikuti untuk 10-20 tahun.
Teori terdahulu mengatakan bahwa manifestasi hernia disebabkan karena Teori terdahulu mengatakan bahwa manifestasi hernia disebabkan karena adanya faktor pemicu yang menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal adanya faktor pemicu yang menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal karena penyakit-penyakit bawaan akan tetapi pendapat tersebut belum mempunyai karena penyakit-penyakit bawaan akan tetapi pendapat tersebut belum mempunyai bukti
bukti yang yang kuat kuat sampai sampai sekarang. sekarang. Pada Pada saat saat ini ini orang orang berpaling berpaling pada pada teori teori yangyang menyatakan bahwa ada hubungan kejadian hernia dengan kelainan jaringan menyatakan bahwa ada hubungan kejadian hernia dengan kelainan jaringan penyokong
penyokong dimana dimana kelainan kelainan jaringan jaringan penyokong penyokong mempunyai mempunyai hubungan hubungan dengandengan metabolisme kolagen yang abnormal. Friedman et al., (1993) menemukan adanya metabolisme kolagen yang abnormal. Friedman et al., (1993) menemukan adanya faktor kelemahan dinding perut sebagai pemicu terjadinya hernia primer pada faktor kelemahan dinding perut sebagai pemicu terjadinya hernia primer pada orang dewasa. Pada hernia primer orang dewasa ditemukan anulus internus orang dewasa. Pada hernia primer orang dewasa ditemukan anulus internus merupakan salah satu defek atau tempat lemah pada dinding abdomen untuk merupakan salah satu defek atau tempat lemah pada dinding abdomen untuk timbulnya Hernia Inguinalis Lateralis yang menyebabkan masuknya isi abdomen timbulnya Hernia Inguinalis Lateralis yang menyebabkan masuknya isi abdomen
kedalam kanalis inguinalis. Struktur kanalis tersebut dibentuk oleh otot obliqus kedalam kanalis inguinalis. Struktur kanalis tersebut dibentuk oleh otot obliqus eksternus dan fasia trasversalis Lindhagen (1964). Pada hernia inguinalis, fasia eksternus dan fasia trasversalis Lindhagen (1964). Pada hernia inguinalis, fasia transversalis merupakan struktur anatomi utama yang memiliki dua komponen transversalis merupakan struktur anatomi utama yang memiliki dua komponen struktural yaitu kolagen dan elastin. Untuk itu beberapa peneliti mencari struktural yaitu kolagen dan elastin. Untuk itu beberapa peneliti mencari hubungan antara daerah jaringan sehat dan hernia inguinalis. Dilain pihak hubungan antara daerah jaringan sehat dan hernia inguinalis. Dilain pihak penerliti
penerliti lain lain mengatakan bahwa mengatakan bahwa hernia inguinalis hernia inguinalis bukanlah penyakit bukanlah penyakit lokal, tlokal, tetapietapi merupakan manifestasi lokal dari kelainan sistemik metabolik kolagen (
merupakan manifestasi lokal dari kelainan sistemik metabolik kolagen ( Friedman Friedman et al.,
et al., 1993: 1993: Roschet et al., Roschet et al., 2003). 2003).
Penderita hernia peningkatan ekspresi gen kolagen tipe III sehingga terjadi Penderita hernia peningkatan ekspresi gen kolagen tipe III sehingga terjadi penurunan
penurunan rasio rasio kolagen kolagen tipe tipe I I terhadap terhadap kolagen kolagen tipe tipe III III dibandingkan dibandingkan dengandengan orang normal. Kolagen adalah substansi utama dari matriks ekstraseluler dan orang normal. Kolagen adalah substansi utama dari matriks ekstraseluler dan merupakan protein yang utama untuk kekuatan menahan tekanan. Kelainan merupakan protein yang utama untuk kekuatan menahan tekanan. Kelainan pembentukan kolagen merupakan pusat
pembentukan kolagen merupakan pusat perhatian patofisiologi perhatian patofisiologi pada saat pada saat ini. Tipeini. Tipe kolagen yang berperan pada kejadian Hernia Inguinalis adalah kolagen tipe I dan kolagen yang berperan pada kejadian Hernia Inguinalis adalah kolagen tipe I dan tipe III (
tipe III ( Kling et al., Kling et al., 2006; 2006; Janquera et al., Janquera et al., 2002). 2002). Perubahan rasio kolaegn tipe I dan t
Perubahan rasio kolaegn tipe I dan tipe III pada jaringan bagian dinding herniaipe III pada jaringan bagian dinding hernia abdominal dapat dihubungkan dengan
abdominal dapat dihubungkan dengan defek sintesisdefek sintesis kolagen atau kelainan kolagen atau kelainan ekspresi kolagen yang disebabkan
ekspresi kolagen yang disebabkan degradasi matriksdegradasi matriks ekstraseluler. Enzim yang ekstraseluler. Enzim yang terutama berperan pada degradasi ekstraseluler ini adalah
terutama berperan pada degradasi ekstraseluler ini adalah matriks metalomatriks metalo proteinase
proteinase (MMPs). MMPs diekskresikan oleh sel inflamasi dan sel seperti (MMPs). MMPs diekskresikan oleh sel inflamasi dan sel seperti makrofag
makrofag , neutrofil, fibroblast dan kondrosit. Ekspresinya dimodulasi oleh, neutrofil, fibroblast dan kondrosit. Ekspresinya dimodulasi oleh beberapa
beberapa growth growth factor factor sepertiseperti Tumor Growth Factors ( Tumor Growth Factors ( TGF-B1),TGF-B1), VascularVascular endhotelial growth factor
endhotelial growth factor (VEGF), interleukin, norephineprin, dan estrogen.(VEGF), interleukin, norephineprin, dan estrogen. Overexpression
Overexpression TGF-B1 pada fascia transversalis penderita hernia inguinalisTGF-B1 pada fascia transversalis penderita hernia inguinalis menunjukkan bahwa TGF-B1 berpengaruh terhadap ekspresi MMPs.
menunjukkan bahwa TGF-B1 berpengaruh terhadap ekspresi MMPs.
Penelitian pada hernia inguinalis lateralis kongenital mengenai rasio mRNA Penelitian pada hernia inguinalis lateralis kongenital mengenai rasio mRNA prokolagen
prokolagen tipe tipe I I dan dan tipe tipe III III ini ini belum belum ada. ada. Oleh Oleh karena karena itu itu pada pada penelitian penelitian iniini akan diteliti rasio mRNA prokolagen tipe I / tipe III pada penderita hernia akan diteliti rasio mRNA prokolagen tipe I / tipe III pada penderita hernia inguinalis lateralis unilateral kongenital, sehingga dapat mengetahui kondisi inguinalis lateralis unilateral kongenital, sehingga dapat mengetahui kondisi sebenarnya dari matriks ekstraseluler jaringan penyokong. Defek ini akan dapat sebenarnya dari matriks ekstraseluler jaringan penyokong. Defek ini akan dapat
memprediksi akan terjadinya hernia inguinalis kontralateral pada masa yang kan memprediksi akan terjadinya hernia inguinalis kontralateral pada masa yang kan datang. Dengan prediksi ini maka dapat dilakukan
datang. Dengan prediksi ini maka dapat dilakukan hernioplastihernioplasti pada kontralateral pada kontralateral sekaligus, sehingga dapat menghindarkan dampak operasi yang berulang seperti sekaligus, sehingga dapat menghindarkan dampak operasi yang berulang seperti biaya ekonomi yang tinggi d
biaya ekonomi yang tinggi dan morbiditas yang tinggi.an morbiditas yang tinggi. B.
B. PenyangkalanPenyangkalan
PNPK Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis ini memang membicarakan semua PNPK Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis ini memang membicarakan semua permasalahan
permasalahan dalam dalam penanganan penanganan penyakit penyakit hernia hernia inguinalis inguinalis mulai mulai daridari prevensi
prevensi sampai sampai terapi, terapi, tetapi tetapi tidak tidak dimasukkan dimasukkan sebagai sebagai suatu suatu buku buku teks.teks. Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis ini juga hanya membicarakan hal-hal Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis ini juga hanya membicarakan hal-hal umum dari semua permasalahan penanganan penyakit Hernia Inguinalis, umum dari semua permasalahan penanganan penyakit Hernia Inguinalis, untuk mengetahui lebih dalam dan detail dapat ditelusuri melalui daftar untuk mengetahui lebih dalam dan detail dapat ditelusuri melalui daftar rujukan yang ada.
rujukan yang ada. C.
C. Tujuan Umum dan Tujuan KhususTujuan Umum dan Tujuan Khusus 1.
1. Tujuan UmumTujuan Umum
Tenaga medis mampu memahami dan mengerti tentang patogenesis, Tenaga medis mampu memahami dan mengerti tentang patogenesis, diagnosis, penatalaksanaan penyakit hernia inguinalis lateralis sesuai diagnosis, penatalaksanaan penyakit hernia inguinalis lateralis sesuai dengan kompetensinya
dengan kompetensinya 2.
2. Tujuan KhususTujuan Khusus a.
a. Mampu menjelaskan patologi dan patogenesis penyakit herniaMampu menjelaskan patologi dan patogenesis penyakit hernia inguinalis lateralis.
inguinalis lateralis. b.
b. Mampu menjelaskan dan membuat diagnosis penyakit herniaMampu menjelaskan dan membuat diagnosis penyakit hernia inguinalis lateralis.
inguinalis lateralis. c.
c. Mampu menjelaskan indikasi dan intepretasi pemeriksaan klinis danMampu menjelaskan indikasi dan intepretasi pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
pemeriksaan radiologi radiologi dalam dalam rangka rangka diagnosis diagnosis penyakit penyakit herniahernia inguinalis lateralis.
inguinalis lateralis. d.
d. Mampu melakukan tatalaksana penyakit hernia inguinalis lateralisMampu melakukan tatalaksana penyakit hernia inguinalis lateralis sesuai dengan tingkat kompetensi dan sarana di tingkat pelayanan sesuai dengan tingkat kompetensi dan sarana di tingkat pelayanan lanjutan (PPL) setempat.
D.
D. SasaranSasaran 1.
1. Dokter umumDokter umum 2.
2. Dokter anakDokter anak 3.
3. Dokter spesialis bedahDokter spesialis bedah 4.
4. Dokter spesialis bedah anakDokter spesialis bedah anak 5.
5. PerawatPerawat 6.
BAB II BAB II METODOLOGI METODOLOGI A.
A. Penelusuran KepustakaanPenelusuran Kepustakaan
Penelusuran kepustakaan dilakukan secara manual dan elektronik, kata kunci Penelusuran kepustakaan dilakukan secara manual dan elektronik, kata kunci yang digunakan yaitu penyakit Hernia Inguinalis Lateralis.
yang digunakan yaitu penyakit Hernia Inguinalis Lateralis. B.
B. Peringkat BuktiPeringkat Bukti Level evidence
Level evidence yang digunakan adalah : yang digunakan adalah : 1.
1. TerapiTerapi Level
Level I I : : metaanalisis metaanalisis dari dari RCT RCT (( Randomized Clinical Trial Randomized Clinical Trial );); penelitian RCT
penelitian RCT Level
Level II II : : metaanalisis metaanalisis dari dari kohort; kohort; penelitian penelitian kohortkohort Level
Level III III : : metaanalisis metaanalisis kasus kasus kontrol, kontrol, penelitian penelitian kasus kasus kontrolkontrol Level
Level IV IV : : serial serial kasus, kasus, laporan laporan kasus.kasus. Level
Level V V : : opini/pengalaman opini/pengalaman ahli ahli tanpa tanpa telaah telaah kritis.kritis. 2.
2. DiagnosisDiagnosis Level
Level I I : : metaanalisis metaanalisis penelitian penelitian diagnosis diagnosis level level I; I; penelitian penelitian kohortkohort tervalidasi dengan standar buku baik
tervalidasi dengan standar buku baik Level
Level II II : : metaanalisis metaanalisis penelitian penelitian diagnosis diagnosis level level II; II; penelitianpenelitian kohort belum tervalidasi
kohort belum tervalidasi Level
Level III III : : metaanalisis metaanalisis penelitian penelitian diagnosis diagnosis level level III; III; penelitian penelitian nonnon konsekutif; penelitian tanpa standar baku yang konsisten konsekutif; penelitian tanpa standar baku yang konsisten Level
Level IV IV : : penelitian penelitian kasus kasus kontrolkontrol Level
Level V V : : opini/pengalaman opini/pengalaman ahli ahli tanpa tanpa telaah telaah kritiskritis C.
C. Derajat RekomendasiDerajat Rekomendasi
Berdasarkan peringkat di atasm dapat dibuat rekomendasi sebagai berikut : Berdasarkan peringkat di atasm dapat dibuat rekomendasi sebagai berikut : 1.
1. Rekomendasi A, bila berdasar pada waktu beberapa bukti level yangRekomendasi A, bila berdasar pada waktu beberapa bukti level yang konsisten.
konsisten. 2.
2. Rekomendasi B, bila berdasar pada beberapa bukti level II atau III yangRekomendasi B, bila berdasar pada beberapa bukti level II atau III yang konsisten.
3.
3. Rekomendasi C, bila berdasar pada bukti level IVRekomendasi C, bila berdasar pada bukti level IV 4.
4. Rekomendasi D, bila berdasar pada bukti level V atau level berapapunRekomendasi D, bila berdasar pada bukti level V atau level berapapun dengan inkonsisten atau inoklusi
BAB III BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN A.
A. DefinisiDefinisi
Hernia adalah suatu keadaan keluarnya jaringan organ tubuh dari suatu Hernia adalah suatu keadaan keluarnya jaringan organ tubuh dari suatu ruangan melalui suatu celah atau lubang di bawah kulit atau menuju ke ruangan melalui suatu celah atau lubang di bawah kulit atau menuju ke rongga lain, dapat congenital ataupun aquisita (didapat). (Brudicardi, Charles, rongga lain, dapat congenital ataupun aquisita (didapat). (Brudicardi, Charles, 2005) Pada Hernia terdapat beberapa bagian yang penting, yaitu :
2005) Pada Hernia terdapat beberapa bagian yang penting, yaitu : 1.
1. Kantung hernia : pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis.Kantung hernia : pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia insisional, adipose Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia insisional, adipose dan intersisialis.
dan intersisialis. 2.
2. Isi hernia : berupa organ atau jaringan yang keluar melIsi hernia : berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia.alui kantong hernia. 3.
3. Pintu hernia : merupakan bagianPintu hernia : merupakan bagian locus minoris resistencelocus minoris resistence yang dilalui yang dilalui kantong hernia.
kantong hernia. 4.
4. Leher/cincin hernia.Leher/cincin hernia. 5.
5. Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia. 6.
6. Locus Locus Minoris Minoris ResistenceResistence (LMR) : merupakan defek atau bagian yang (LMR) : merupakan defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga.
lemah dari dinding rongga. B.
B. EpidemiologiEpidemiologi
Hernia inguinalis adalah salah satu masalah yang paling sering dijumpai Hernia inguinalis adalah salah satu masalah yang paling sering dijumpai oleh ahli bedah. Insidensi hernia inguinalis belum diketahui secara pasti. oleh ahli bedah. Insidensi hernia inguinalis belum diketahui secara pasti. Dibelahan dunia bagian barat insiden hernia inguinalis pada usia dewasa Dibelahan dunia bagian barat insiden hernia inguinalis pada usia dewasa bervariasi
bervariasi antara antara 10-15%. 10-15%. Hernia Hernia inguinalis inguinalis terjadi terjadi lebih lebih banyak banyak pada pada laki- laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 12:1. Menurut Abrahamson laki daripada perempuan dengan perbandingan 12:1. Menurut Abrahamson (1997) pada anak-anak ditemukan sekitar 10-20 per 1000 kelahiran hidup. (1997) pada anak-anak ditemukan sekitar 10-20 per 1000 kelahiran hidup. Lichtenstein telah melaporkan lebih dari 700.000 kasus hernia inguinalis Lichtenstein telah melaporkan lebih dari 700.000 kasus hernia inguinalis dilakukan operasi di Amerika Serikat.
dilakukan operasi di Amerika Serikat. C.
C. Hernia Inguinalis Lateralis pada Anak Hernia Inguinalis Lateralis pada Anak 1.
1. InsidenInsiden
Bayi dan anak puncak kejadian hernia inguinalis ialah pada Bayi dan anak puncak kejadian hernia inguinalis ialah pada tahun-tahun pertama kehidupan. Morton W Molley melaporkan dari 1000 kasus tahun pertama kehidupan. Morton W Molley melaporkan dari 1000 kasus
yang ditemukan, 36% terjadi pada usia 6 bulan pertama kehidupan, yang ditemukan, 36% terjadi pada usia 6 bulan pertama kehidupan, sedangkan 49% pada tahun pertama kehidupam. Menurut Raphael et al, sedangkan 49% pada tahun pertama kehidupam. Menurut Raphael et al, 2002 Sekitar 50-6-% hernia inguinalis berada pada sisi kanan, 30% pada 2002 Sekitar 50-6-% hernia inguinalis berada pada sisi kanan, 30% pada sisi kiri dan 10-20% terjadi bilateral.
sisi kiri dan 10-20% terjadi bilateral. 2.
2. EtiologiEtiologi
Penyebab terjadinya hernia inguinalis pada anak adalah petensi dari Penyebab terjadinya hernia inguinalis pada anak adalah petensi dari prosesus
prosesus vaginalis. vaginalis. Kegagalan Kegagalan penutupan penutupan prosessus prosessus vaginalis vaginalis sebagiansebagian ataupun seluruh lumen dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis ataupun seluruh lumen dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis pada
pada anak. anak. Selain Selain karena karena adanya adanya prosessus prosessus vaginalis vaginalis yang yang paten, paten, jugajuga diperlukan faktor-faktor lain seperti annulus inguinalis yang cukup besar, diperlukan faktor-faktor lain seperti annulus inguinalis yang cukup besar, lemahnya dinding abdomen seperti kelainan kolagen, tekanan lemahnya dinding abdomen seperti kelainan kolagen, tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, konstipasi, atau asites.
konstipasi, atau asites. 3.
3. DiagnosisDiagnosis
Diagnosis hernia inguinalis pada anak dapat ditentukan melalui Diagnosis hernia inguinalis pada anak dapat ditentukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan ditambah dengan pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik dan ditambah dengan pemeriksaan penunjang. Gejal
penunjang. Gejala a hernia hernia inguinalis inguinalis lateralis lateralis adanya adanya benjolan benjolan pada pada regionregion inguinal, benjolan keluar dari annulus inguinal eksternus dan kadang inguinal, benjolan keluar dari annulus inguinal eksternus dan kadang sampai skrotum dan labia mayora. Benjilan dapat menetap atau hanya sampai skrotum dan labia mayora. Benjilan dapat menetap atau hanya muncul jika tekanan intra abdomen meningkat. Pada saat pemeriksaan muncul jika tekanan intra abdomen meningkat. Pada saat pemeriksaan fisik sangat penting untuk memeriksa apakah testis berada pada skrotum, fisik sangat penting untuk memeriksa apakah testis berada pada skrotum, karena benjolan retraksi testis pada kanalis inguinalis sama dengan karena benjolan retraksi testis pada kanalis inguinalis sama dengan benjolan
benjolan hernia hernia inguinalis. inguinalis. Pemeriksaan Pemeriksaan funikulus funikulus spermatikus spermatikus sepertiseperti adanya
adanya silk silk signsign, colok dubur pada bayi dan anak dapat membantu, colok dubur pada bayi dan anak dapat membantu menegakkan diagnosis.
menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan foto perut dan daerag inguinal (pneumoperitoneum) Pemeriksaan foto perut dan daerag inguinal (pneumoperitoneum) dengan posisi terbalik setelah memasukkan gas oksigen ke dalam rongga dengan posisi terbalik setelah memasukkan gas oksigen ke dalam rongga peritoneum
peritoneum melalui melalui jarum jarum yang yang ditusukkan ditusukkan ke ke dalam dalam rongga rongga abdomen,abdomen, tetapi cara ini jarang digunakan. Herniografi dengan kontras lipidol lebih tetapi cara ini jarang digunakan. Herniografi dengan kontras lipidol lebih tepat digunakan untuk menentukan ada tidaknya kantong hernia.
tepat digunakan untuk menentukan ada tidaknya kantong hernia. 4.
Penatalaksanaan hernia inguinalis dapat secara konservatif ataupun Penatalaksanaan hernia inguinalis dapat secara konservatif ataupun operatif. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan operatif. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hrnia yang telah direposisi. Pengobatan operatif merupakan isi hrnia yang telah direposisi. Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia herniotomi. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan bila ada sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan bila ada perlengketan
perlengketan kemudian kemudian direposisim direposisim lalu lalu kantong kantong hernia hernia dijahit dijahit ikatikat setinggi mungkin lalu dipotong.
setinggi mungkin lalu dipotong. D.
D. Hernia Inguinalis Lateralis pada Hernia Inguinalis Lateralis pada DewasaDewasa
Masih menjadi kontroversi mengenai apa yang sesungguhnya menjadi Masih menjadi kontroversi mengenai apa yang sesungguhnya menjadi penyebab
penyebab timbulnya timbulnya hernia hernia inguinalis. inguinalis. Hernia Hernia inguinalis inguinalis dapat dapat terjaditerjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang didapat. Berbagai karena anomaly congenital atau karena sebab yang didapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia, dan juga diperlukan faktor yang mendorong isi hernia melewati isi hernia, dan juga diperlukan faktor yang mendorong isi hernia melewati pintu
pintu yang yang sudah sudah terbuka terbuka tersebut. tersebut. Penyebab Penyebab yang yang disepakati disepakati menjadimenjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya hernia inguinalis, meliputi:
faktor yang mempengaruhi terjadinya hernia inguinalis, meliputi: 1.
1. Prosessus vaginalis persistenProsessus vaginalis persisten 2.
2. Naiknya tekanan intra abdominal secara berulang Naiknya tekanan intra abdominal secara berulang 3.
3. Lemahnya otot-otot dinding abdomenLemahnya otot-otot dinding abdomen
Diagnosis hernia inguinalis pada dewasa dapat ditegakkan melalui : Diagnosis hernia inguinalis pada dewasa dapat ditegakkan melalui : 1.
1. AnamnesisAnamnesis
Anamnesis sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Keuhan Anamnesis sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Keuhan utama pasien meliputi sifat keluhan, lokasi, dan penjalaran, bagaimana utama pasien meliputi sifat keluhan, lokasi, dan penjalaran, bagaimana awal serangan, adanya faktor pemberat dan memperingan keluhan, awal serangan, adanya faktor pemberat dan memperingan keluhan, dan keluhan penyerta dibutuhkan untuk ditanyakan. Gejala dan tanda dan keluhan penyerta dibutuhkan untuk ditanyakan. Gejala dan tanda hernia banyak ditemukan oleh keadaan isi hernia. Seperti adanya hernia banyak ditemukan oleh keadaan isi hernia. Seperti adanya
benjolan
benjolan pada pada inguinal, inguinal, dapat dapat juga juga terdapat terdapat keluhan keluhan mual, mual, muntah,muntah, ataupun nyeri.
ataupun nyeri. 2.
2. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, dan perkusi. Inspeksi Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, dan perkusi. Inspeksi dapat ditemukan adanya benjolan pada lipat paha, pada hernia dapat ditemukan adanya benjolan pada lipat paha, pada hernia skrotalis di benjolan terlihat sampai skrotum. Palpasi dilakukan di tiga skrotalis di benjolan terlihat sampai skrotum. Palpasi dilakukan di tiga titik SIAS dengan tuberkulum pubikum ditekan lalu pasien disuruh titik SIAS dengan tuberkulum pubikum ditekan lalu pasien disuruh mengejan, jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat mengejan, jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa hernia inguinalis medialis. Perkusi didapatkan diasumsikan bahwa hernia inguinalis medialis. Perkusi didapatkan perut
perut kembung kembung maka maka dapat dapat dipikirkan dipikirkan kemungkinan kemungkinan herniahernia strangulate. Selain itu ada juga tiga teknik pemeriksaan sederhana strangulate. Selain itu ada juga tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu
yaitu Finger test Finger test ,, Ziemen test Ziemen test , dan, dan Thumb test Thumb test .. E.
E. Klasifikasi HerniaKlasifikasi Hernia 1.
1. Hernia secara umum : dibagi menjadi hernia internal dan eksternal.Hernia secara umum : dibagi menjadi hernia internal dan eksternal. 2.
2. Hernia berdasarkan terjadinya : dibagi menjadi congenital dan didapat.Hernia berdasarkan terjadinya : dibagi menjadi congenital dan didapat. 3.
3. Hernia menurut letaknya : dibagi menjadi obturatorius, epigastrika,Hernia menurut letaknya : dibagi menjadi obturatorius, epigastrika, vernalis, lumbalis, littre, spiegel, perienalis, pantalon, diafragma, vernalis, lumbalis, littre, spiegel, perienalis, pantalon, diafragma, inguinalis, umbilikalis, paraumbilikalis, dan femoralis.
inguinalis, umbilikalis, paraumbilikalis, dan femoralis. 4.
4. Hernia menurut sifatnya/klasik : dibagi menjadi hernia reponibel,Hernia menurut sifatnya/klasik : dibagi menjadi hernia reponibel, irreponibel, dan Ritcher.
irreponibel, dan Ritcher. 5.
5. Hernia menurut jumlahnya : dibagi menjadi unilateral dan duplek.Hernia menurut jumlahnya : dibagi menjadi unilateral dan duplek. 6.
6. Hernia menurut letak penonjolannya : dibagi menjadi hernia inguinalisHernia menurut letak penonjolannya : dibagi menjadi hernia inguinalis lateralis (indirek) dan medialis (direk).
lateralis (indirek) dan medialis (direk). F.
F. Pernanan Anulus InternusPernanan Anulus Internus
Penelitian Mac Gregor dan Lyte memperkirakan bahwa ada mekanisme Penelitian Mac Gregor dan Lyte memperkirakan bahwa ada mekanisme sfinter yang berperan dalam hal penutupan cincin kanalis inguinalis, dalam sfinter yang berperan dalam hal penutupan cincin kanalis inguinalis, dalam hal ini annulus internus. Hal ini dapat dibuktikan secara klinis dimana pada hal ini annulus internus. Hal ini dapat dibuktikan secara klinis dimana pada pasien
pasien yang yang rileks rileks pada pada otot otot abdomen abdomen ataupun ataupun intra intra abdomen abdomen yang yang rendah,rendah, posisi
posisi sfinter sfinter lebih lebih terbuka, prominen, terbuka, prominen, dan lebar. dan lebar. Beberapa pBeberapa penyakit jaenyakit jaringanringan ikat yang berhubungan dengan gangguan metabolism kolagen telah ikat yang berhubungan dengan gangguan metabolism kolagen telah
dihubungkan dengan insidensi hernia inguinalis yaitu terjadi rasio kolagen dihubungkan dengan insidensi hernia inguinalis yaitu terjadi rasio kolagen tipe I dan tipe III
tipe I dan tipe III G.
G. KolagenKolagen
Matriks ekstraseluler jaringan ikat merupakan gabungan dari berbagai Matriks ekstraseluler jaringan ikat merupakan gabungan dari berbagai protein
protein yang menyang menyusun berbagai yusun berbagai struktur struktur dan dan fungsi fungsi fisiologis. fisiologis. Ekspresi Ekspresi dandan sintesis struktur protein serta komponen dlikoproteinnya bersifat
sintesis struktur protein serta komponen dlikoproteinnya bersifat tissuetissue specific
specific sehingga menghasilkan fungsi dan karakteristik biologi yang unik di sehingga menghasilkan fungsi dan karakteristik biologi yang unik di tempat yang berbeda. (Uitto et al, 1985)
tempat yang berbeda. (Uitto et al, 1985) Pembagian jenis-jenis kolagen :
Pembagian jenis-jenis kolagen : 1.
1. Kolagen pembentukan fibril yaitu terdiri dari Tipe Kolagen pembentukan fibril yaitu terdiri dari Tipe I, II, III, V, dan XII, II, III, V, dan XI 2.
2. Kolagen membran basalis yaitu tipe IVKolagen membran basalis yaitu tipe IV 3.
3. Kolagen mikrofibril yaitu tipe IVKolagen mikrofibril yaitu tipe IV 4.
4. Fibril penyanggaFibril penyangga 5.
5. Kolagen yang membentuk jaringan heksagonal yaitu tipe VIII dan X.Kolagen yang membentuk jaringan heksagonal yaitu tipe VIII dan X. 6.
6. Kolagen FACIT terdiri dari tipe IX, XII, XIV, XIX, XX, dan XXI.Kolagen FACIT terdiri dari tipe IX, XII, XIV, XIX, XX, dan XXI. 7.
7. Kolagen transmembran yaitu tipe XIII dan XVII.Kolagen transmembran yaitu tipe XIII dan XVII. 8.
8. Multipleksin yaitu tipe XV, XVI, dan XVIII.Multipleksin yaitu tipe XV, XVI, dan XVIII. H.
H. Kolagen Tipe I dan Tipe IIIKolagen Tipe I dan Tipe III
Kolagen tipe I adalah tipe kolagen yang paling banyak dipelajari. Kolagen Kolagen tipe I adalah tipe kolagen yang paling banyak dipelajari. Kolagen tipe I membentuk lebih dari 90% massa tulang, tendon, kolagen kulit, tipe I membentuk lebih dari 90% massa tulang, tendon, kolagen kulit, ligament, kornea dan jaringan ikat interstitial. Kolagen tipe III adalah kolagen ligament, kornea dan jaringan ikat interstitial. Kolagen tipe III adalah kolagen yang pertama kali dibentuk pada penyembuhan luka yang selanjutnya akan yang pertama kali dibentuk pada penyembuhan luka yang selanjutnya akan digantikan oleh kolagen tipe I. kolagen pada jaringan ikat membantu jaringan digantikan oleh kolagen tipe I. kolagen pada jaringan ikat membantu jaringan agar tidak terjadi kelainan bentuk.
agar tidak terjadi kelainan bentuk. I.
I. Sintesa ProteinSintesa Protein
Molekul DNA yang dapat bereplikasi sebagai unit genetik pada bakteri Molekul DNA yang dapat bereplikasi sebagai unit genetik pada bakteri disebut replikon yang terdiri dari kromosom dan plasmid. (Yuwono, 2005) disebut replikon yang terdiri dari kromosom dan plasmid. (Yuwono, 2005) Sintesa protein meliputi :
Sintesa protein meliputi : 1.
1. KromosomKromosom 2.
2. PlamisPlamis 3.
4.
4. TranskripsiTranskripsi 5.
5. TransisiTransisi 6.
6. Maturasi proteinMaturasi protein 7.
7. MutasiMutasi 8.
8. Perubahan informasi genetikPerubahan informasi genetik 9.
9. Regulasi ekspresi genRegulasi ekspresi gen 10.
10. Regulasi transkripsiRegulasi transkripsi 11.
11. Regulasi translasiRegulasi translasi Rekomendasi Diagnosis Rekomendasi Diagnosis a.
a. Diagnosis hernia inguinalis diperoleh dari manifestasi klinik yang khasDiagnosis hernia inguinalis diperoleh dari manifestasi klinik yang khas berupa
berupa tanda-tanda tanda-tanda keluar keluar masuknya masuknya benjolan benjolan di di selangkangan selangkangan sampaisampai kantong kelamin dan sampai kondisi dimana benjolan tersebut tidak dapat kantong kelamin dan sampai kondisi dimana benjolan tersebut tidak dapat keluar masuk lagi.
keluar masuk lagi. Level 2Level 2 b.
b. Kondisi lainnya sesuai derajat manifestasi kliniknya yakni reponobilis,Kondisi lainnya sesuai derajat manifestasi kliniknya yakni reponobilis, irreponibilis dan inkarserata seta strangulasi (yakni selain benjolan yang irreponibilis dan inkarserata seta strangulasi (yakni selain benjolan yang terjadi disertai gangguan aliran saluran cerna dan atau aliran darahnya) terjadi disertai gangguan aliran saluran cerna dan atau aliran darahnya) Level 2
Level 2
J.
J. ManajemeManajemen n dan Tatalaksanadan Tatalaksana
Tatalaksana penyakit hernia inguinalis : Tatalaksana penyakit hernia inguinalis :
Prinsip segera diagnosis hernia inguinalis ditegakkan maka tindakan operatif Prinsip segera diagnosis hernia inguinalis ditegakkan maka tindakan operatif segera dapat dikerjakan guna menghindari kondisi klinis akibat hernia segera dapat dikerjakan guna menghindari kondisi klinis akibat hernia inguinalis lebih lanjut.
inguinalis lebih lanjut. a.
a. Hernia Inguinalis Reponibilis dan IrreponibilisHernia Inguinalis Reponibilis dan Irreponibilis
Kondisi tersebut diatas dapat dikerjakan tindakan operatid secara elektif Kondisi tersebut diatas dapat dikerjakan tindakan operatid secara elektif dengan prinsip lebih cepat lebih baik
dengan prinsip lebih cepat lebih baik b.
b. Hernia Inguinalis Incarserata dan atau StrangulataHernia Inguinalis Incarserata dan atau Strangulata 1.
1. Minor Trangulizer, perrectal dengan tujuan mengharapkanMinor Trangulizer, perrectal dengan tujuan mengharapkan pelemasan
aliran saluran cerna, selanjutnya dapat dikerjakan operatif secara aliran saluran cerna, selanjutnya dapat dikerjakan operatif secara elektif.
elektif.
Tindakan tersebut dengan batas maksimal 4-6 jam kemudian, bila Tindakan tersebut dengan batas maksimal 4-6 jam kemudian, bila tidak tercapai kondisi membaik maka operasi segera dilakukan,
tidak tercapai kondisi membaik maka operasi segera dilakukan, 2.
2. DekompresiDekompresi
Mengurangi kompresi intra abdomen dikarenakan sumbatan oleh Mengurangi kompresi intra abdomen dikarenakan sumbatan oleh cincin hernia, hal ini dilakukan secara simultan sampai tindakan cincin hernia, hal ini dilakukan secara simultan sampai tindakan operasi dikerjakan.
operasi dikerjakan. 3.
3. Operasi, dikarenakan jeratan pada isi hernia tergantung lamanyaOperasi, dikarenakan jeratan pada isi hernia tergantung lamanya pasien
pasien datang datang maka maka informasi informasi kepda kepda keluarga keluarga sampai sampai tindakantindakan reseksi anatomisis dan atau stoma harus dapat disampaikan.
reseksi anatomisis dan atau stoma harus dapat disampaikan. c.
c. Kondisi khusus bila pasien datang dengan kondisi yang tidak optimalKondisi khusus bila pasien datang dengan kondisi yang tidak optimal Perbaiki keadaan umum
Perbaiki keadaan umum 1.
1. Resusitasi cairan dan koreksi elektrolitResusitasi cairan dan koreksi elektrolit
Resusitasi cairan melalui rehidrasi dilakukan dengan menggunakan Resusitasi cairan melalui rehidrasi dilakukan dengan menggunakan cairan isotonic. Koreksi terhadap gangguan elektrolit diberikan cairan isotonic. Koreksi terhadap gangguan elektrolit diberikan setelah dipastikan fungsi ginjal baik.
setelah dipastikan fungsi ginjal baik. 2.
2. Antibiotik spectrum luas untuk mencegah sepsisAntibiotik spectrum luas untuk mencegah sepsis
Pemberian antibiotic profilaksis untuk mencegah episode berulang Pemberian antibiotic profilaksis untuk mencegah episode berulang penyakit
penyakit hernia hernia inguinalis inguinalis datang datang dengan dengan kondisikondisi incarserata/strangulate/ileus/obstruksi dan tidak mendapat incarserata/strangulate/ileus/obstruksi dan tidak mendapat penanganan
penanganan awal. awal. Antibiotik Antibiotik digunakan untuk digunakan untuk menekanmenekan overgrowthovergrowth dan translokasi bakteri-bakteri di usus ke pembuluh darah melalui dan translokasi bakteri-bakteri di usus ke pembuluh darah melalui dinding usus. Adanya demam dan lekositosis dapat menjadi dasar dinding usus. Adanya demam dan lekositosis dapat menjadi dasar untuk memulai pemberian antibiotik.
untuk memulai pemberian antibiotik. d.
d. Tindakan operasiTindakan operasi
 Open herniotomiOpen herniotomi 
Rekomendasi Manajemen dan
Rekomendasi Manajemen dan PenatalaksPenatalaksanaananaan a.
a. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi pada keluarga pasien.Komunikasi, Informasi, dan Edukasi pada keluarga pasien. Level 1Level 1 b.
b. Dekompresi dengan pemasangan pipa orogaster/nasogaster bilaDekompresi dengan pemasangan pipa orogaster/nasogaster bila diperlukan.
diperlukan. Level 1Level 1 c.
c. Resusitasi cairan dan koreksi elektrolit.Resusitasi cairan dan koreksi elektrolit. Level 1Level 1 d.
d. Antibiotik spectrum luas untuk mencegah sepsis.Antibiotik spectrum luas untuk mencegah sepsis. Level 1Level 1 e.
e. Rehabilitasi Nutrisi.Rehabilitasi Nutrisi. Level 1Level 1 f.
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA
Andrea Hebra, Joshua B. Glenn (2011). Inguinal Hernia and hydrocele, In Peter Andrea Hebra, Joshua B. Glenn (2011). Inguinal Hernia and hydrocele, In Peter Mattei Ed. Fundamentals of pediatric surgey. Springer New York pp.663-72.
Mattei Ed. Fundamentals of pediatric surgey. Springer New York pp.663-72.
Aryani A, Kusumawaty D. Prinsip-prinsip polymerase chain reaction dan Aryani A, Kusumawaty D. Prinsip-prinsip polymerase chain reaction dan aplikasinya. Kursus singkat isolasi dan amplifikasi DNA-20 Juni 2017. Program aplikasinya. Kursus singkat isolasi dan amplifikasi DNA-20 Juni 2017. Program studi biologi jurusan pendidikan biologi UPI.
studi biologi jurusan pendidikan biologi UPI.
Shaun R, Brown, Lora Melman, (…), and Brent D. Matthews. Collagen type I:III Shaun R, Brown, Lora Melman, (…), and Brent D. Matthews. Collagen type I:III ratio of the gastroesophageal junction in patients with paraesophageal ratio of the gastroesophageal junction in patients with paraesophageal hernias.surg.endosc. May 2011:25(5), 1390-4.
hernias.surg.endosc. May 2011:25(5), 1390-4.
Beets GL, Dirksen CD, Go PM, et al., 1999. Open or laparoscopic preperitoneal Beets GL, Dirksen CD, Go PM, et al., 1999. Open or laparoscopic preperitoneal mesh repair for reccarant inguinal hernia? A randomized controlled trial. Surg mesh repair for reccarant inguinal hernia? A randomized controlled trial. Surg endosc 13(4):323-7.
endosc 13(4):323-7.
Bellom JM, Bujan J, Honduvilla NG, Jurad, et al., 1997. Study of biochemical Bellom JM, Bujan J, Honduvilla NG, Jurad, et al., 1997. Study of biochemical substrate and role of metalloproteinases in facia transversalis from hernia substrate and role of metalloproteinases in facia transversalis from hernia processus. Eur J clin invest 27(6):510-6.
processus. Eur J clin invest 27(6):510-6.
Bellom JM, Bajo Ana, Honduvilla NG, Gimeno MJ, et al., 2000. Fibroblast from Bellom JM, Bajo Ana, Honduvilla NG, Gimeno MJ, et al., 2000. Fibroblast from the transverase fascia of young oatients with direct inguinal hernia show the transverase fascia of young oatients with direct inguinal hernia show constitutive MMP-2 overexpression. Annal of
constitutive MMP-2 overexpression. Annal of surgery 233(2):287-91.surgery 233(2):287-91.
Boudet MJ, Perniceni T. 1998. Ingunal hernia treatment. J chir (paris) Boudet MJ, Perniceni T. 1998. Ingunal hernia treatment. J chir (paris) 135(2):57-64.
64.
Ceriani V, Faleschini E, Bignami P, et al., 2005. Hernia repair : open “mini Ceriani V, Faleschini E, Bignami P, et al., 2005. Hernia repair : open “mini --invasive” technique. Journal hernia 9(4):344
invasive” technique. Journal hernia 9(4):344-7.-7.
Conner WT, peacock, EE Jr. 1971. The etiology of inguinal hernia. Surg forum Conner WT, peacock, EE Jr. 1971. The etiology of inguinal hernia. Surg forum 22:69-71.
22:69-71.
Dieudonne G, Wara P, Bay-Nielse M, Juul p, et al. 2001. Plug repair of groin Dieudonne G, Wara P, Bay-Nielse M, Juul p, et al. 2001. Plug repair of groin hernias : a 10 year experience. Hernia