• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Hernia Inguinalis pada Anak di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Juli 2008 – Juli 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prevalensi Hernia Inguinalis pada Anak di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Juli 2008 – Juli 2010"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PREVALENSI HERNIA INGUINALIS PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PERIODE JULI 2008 – JULI 2010

Oleh:

SONDANG NAPITUPULU 070100372

(2)

PREVALENSI HERNIA INGUINALIS PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PERIODE JULI 2008 – JULI 2010

”Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh:

SONDANG NAPITUPULU 070100372

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Prevalensi Hernia Inguinalis pada Anak di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Juli 2008 – Juli 2010

Nama : Sondang Napitupulu NIM : 070100372

Pembimbing Penguji I

(dr. Iqbal Nasution, Sp. BA) (dr. Mustafa Mahmud Amin, Sp. KJ) NIP : 19730721 2009 121001 NIP : 19780330 2005 011003

Penguji II

(dr. Muara Panusunan Lubis, Sp. OG) NIP : 19751023 2008 121001

Medan, 14 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul

Prevalensi Hernia Inguinalis pada Anak di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Juli 2008 – Juli 2010

Yang dipersiapkan oleh:

Sondang Napitupulu 070100372

Hasil Penelitian Ini Telah Diperiksa dan Disetujui untuk Dilanjutkan ke Sidang Hasil Penelitian

Medan, 27 November 2010 Disetujui,

Dosen Pembimbing

(5)

ABSTRAK

Pendahuluan. Hernia adalah kelemahan atau robeknya otot perut. Lapisan dalam perut mendorong melalui area melemahnya dinding perut untuk membentuk sebuah kantung seperti balon kecil. Jaringan usus atau perut dapat mendorong ke dalam kantung, yang dapat menyebabkan tonjolan nyata di bawah kulit. Sekitar 80% dari semua perbaikan hernia adalah di selangkangan paha/hernia inguinalis. Hernia inguinalis sering terjadi adalah hernia inguinalis lateralis (HIL). HIL adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Pada bayi yang sudah lahir, kanalis inguinalis sudah menutup, namun beberapa hal kanalis masih terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka akan menutup pada usia 2 bulan. Bila terbuka terus (tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.

Metode. Secara objektif, penelitian ini ingin mengetahui prevalensi hernia inguinalis pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli 2008 - Juli 2010. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan rancangan cross-sectional dan menggunakan bantuan program SPSS 17.0 dan teknik pengambilan sampel diambil dengan teknik total sampling.

Hasil. Telah diperiksa 46 orang anak penderita hernia inguinalis. Dari semua penderita ini didapatkan 39 orang (84,8%) laki-laki dan 7 perempuan (15,2%). Penderita hernia inguinalis terbanyak dijumpai pada kelompok umur 1-5 tahun (39,1%). Lokasi hernia inguinalis terbanyak adalah kanan/dextra (52,2%). Jenis hernia yang paling banyak adalah lateralis (100%). Dan didapatkan tidak ada keterangan (65,2%) pada isi kantong hernia saat operasi hernia inguinalis.

(6)

ABSTRACT

Introduction. A hernia is a weakness or tear in the abdominal muscles. The inner lining of

the abdomen pushes through the weakened area of the abdominal wall to form a small

balloon-like sac. A loop of intestine or abdominal tissue can push into the sac, which can

cause a noticeable bulge under the skin. Approximately 80% of all hernia repairs are for

hernias in the groin, which are called inguinal hernias. The most common hernia is lateral

hernia inguinal. It is a hernia that through the inguinal anulus internus which is located next

to the inferior epigastric vasa laterally along the inguinal canal and out into the abdominal

cavity through the inguinal ring eksternus. In infants who are born, the inguinal canal was

closed, but some things are still open canal. Under normal circumstances, an open canal

which will close at the age of 2 months. When the open and hold (do not have obliterasi) will

arise lateral congenital inguinal hernia.

Methods. The objective of this study is to find out the pevalensi of inguinal hernia children in

RSUP H. Adam Malik Medan period Juli 2008-Juli 2010. This research uses descriptive

research with cross-sectional planning, by using Statistical Product and Service Solution

(SPSS) 17.0. The sample technical is taken by total sampling technique

Results. We looked 46 children of ingunal hernia and found that 39 male (84,8%) and 7

female (15,2%). The largest age distribution of children with hernia inguinal was in the age

group of 1-5 years old (39,1%). The most location of hernia inguinal was dextra (52,2%).

The commonest hernia was lateralis (100%). End we found no illustration (65,2%) from

content of pocket hernia inguinal in moment of operation inguinal hernia.

Discussion. This made to a conclusion that early diagnosis in children with atresia ani is

making a progress. Surgery rate for atresia ani in children at RSUP H. Adam Malik Medan is

still low and we hope the number of surgery performed will increase. It will discuss the

possibility of other diseases in accordance with the inguinal hernia.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “PREVALENSI HERNIA INGUINALIS PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE JULI 2008 – JULI 2010”. Karya tulis ilmiah ini merupakan suatu kewajiban bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh lulusan sarjana kedokteran.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD (KGEH) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) selaku Pembantu Dekan I atas izin penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Iqbal Nasution, Sp. BA selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan laporan hasil karya tulis ilmiah ini.

4. dr. Mustafa Mahmud Amin, Sp. KJ dan dr. Muara Panusunan Lubis, Sp. OG sebagai dosen penguji pada seminar hasil dan seminar proposal karya tulis ilmiah yang telah memberi saran dan kritik yang membangun penulis untuk memperbaiki dan menyusun karya tulis ilmiah ini.

5. Kepala Tata Usaha dan semua tenaga kesehatan RSUP H. Adam Malik Medan atas bantuan dalam penyediaan karakteristik lokasi penelitian, berbagai urusan administrasi di RSUP H. Adam Malik Medan, dan semua dukungan moril dalam mendukung penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

6. Kak Ester, Bapak Triwanda, Ibu Nurhaidah, Bapak Abdul Halim, dan Bapak Retno selaku KAPOJA penyimpanan data rekam medik dan rekan-rekannya di RSUP H. Adam Malik Medan dalam pengambilan data rekam medik.

(8)

9. Orang tua penulis, Ir. Lintong Napitupulu dan Tiurma Pangaribuan, B.Sc., yang dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan mengasuh, membesarkan, mendidik dan menanamkan rasa disiplin dan tanggung jawab serta memberikan dorongan semangat, bantuan moril dan material, sujud dan bakti penulis haturkan dengan tulus hati.

10. Adik-adik penulis Lowelly Bonar Alexander Napitupu lu dan Laura Cindy Martalena Napitupulu, serta saudara penulis Elis Mindo Siahaan, S.Kom., Dewi Berliana Siahaan, SE., Irene Putri Naibaho, Bou Frida Simanjuntak, dan Maktua Minar Pangaribuan yang telah memberikan dukungan materi dan moril selama pengerjaan karya tulis ilmiah ini serta untuk doanya terhadap penulis yang selalu menguatkan penulis untuk tetap bersandar dan percaya akan rencana Allah yang indah pada waktunya.

11. Kekasih penulis, Rodeo Valentino Siahaan dimana mahasiswa Fakultas Kedokteran stambuk 2007 yang telah memberi bantuan, saran, dan dukungan materi dan moril serta doanya yang menguatkan penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

12. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kedokteran stambuk 2007, Dewi Pertiwi Maha, Eva Sonatalia, Mia, Nur Akhmal Hayati, Deza, Eva Ramadhani, Ovia, Sri Ramadhani, Dewi Puji, Candly, Vina, Margaret Minaria, Peny, Maal, dan rekan-rekan lain, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang juga telah memberi saran, kritik, dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

13. Senior penulis, Alland Kewas, S. Ked, Arthur Hutabarat, S.Ked, Ranap, S.Ked, Budi Sinaga, S.Ked, Agung Purba, S.Ked dan lain-lain yang juga telah mendukung penulis dalam materi dan moril.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan, maka penulis memohon saran dan kritik yang membangun, demi perbaikan karya tulis ilmiah ini, dari berbagai pihak.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 27 November 2010 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Hernia ... 5

2.1.1. Definisi Hernia ... 5

2.1.2. Herniasi Fisiologis... 5

2.1.3. Klasifikasi Hernia ... 5

2.2. Hernia Inguinalis ... 6

2.2.1. Etiologi Hernia Inguinalis... 6

2.2.2. Klasifikasi Hernia Inguinalis ... 6

2.2.2.1. Hernia Inguinalis Direk ... 6

2.2.2.2. Hernia Inguinalis Indirek ... 8

2.2.3. Manifestasi Klinis Hernia Inguinalis ... 8

2.2.4. Penatalaksanaan Hernia Inguinalis... 9

(10)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN

DEFENISI OPERASIONAL ... 12

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 11

3.2. Defenisi Operasional ... 11

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 14

4.1. Rancangan Penelitian ... 14

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 14

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 15

4.5 Pengolahan dan Analisis Data ... 15

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 16

5.1. Hasil Penelitian ... 16

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 16

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel... 17

5.1.2.1.Deskripsi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin 5.1.2.2.Deskripsi Sampel berdasarkan Usia 5.1.2.3.Deskripsi Sampel berdasarkan Lokasi Hernia 5.1.2.4.Deskripsi Sampel berdasarkan Jenis Hernia 5.1.2.5.Deskripsi Sampel berdasarkan Isi Kantong 5.2. Pembahasan ... 19

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 22

6.1. Kesimpulan ... 22

6.2. Saran... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Definisi Operasional 13

5.1 Distribusi Jenis Kelamin Penderita Hernia Inguinalis 17 5.2 Distribusi Kelompok Umur Penderita Hernia Inguinalis 18

5.3 Distribusi Lokasi Hernia Inguinalis 18

5.4 Distribusi Jenis Hernia Inguinalis 19

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Anatomis Hernia Inguinalis 7

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup Penulis 2. Ethical Clearence

3. Surat Izin Penelitian 4. Formulir Penelitian 5. Data Induk

(14)

ABSTRAK

Pendahuluan. Hernia adalah kelemahan atau robeknya otot perut. Lapisan dalam perut mendorong melalui area melemahnya dinding perut untuk membentuk sebuah kantung seperti balon kecil. Jaringan usus atau perut dapat mendorong ke dalam kantung, yang dapat menyebabkan tonjolan nyata di bawah kulit. Sekitar 80% dari semua perbaikan hernia adalah di selangkangan paha/hernia inguinalis. Hernia inguinalis sering terjadi adalah hernia inguinalis lateralis (HIL). HIL adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Pada bayi yang sudah lahir, kanalis inguinalis sudah menutup, namun beberapa hal kanalis masih terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka akan menutup pada usia 2 bulan. Bila terbuka terus (tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.

Metode. Secara objektif, penelitian ini ingin mengetahui prevalensi hernia inguinalis pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli 2008 - Juli 2010. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan rancangan cross-sectional dan menggunakan bantuan program SPSS 17.0 dan teknik pengambilan sampel diambil dengan teknik total sampling.

Hasil. Telah diperiksa 46 orang anak penderita hernia inguinalis. Dari semua penderita ini didapatkan 39 orang (84,8%) laki-laki dan 7 perempuan (15,2%). Penderita hernia inguinalis terbanyak dijumpai pada kelompok umur 1-5 tahun (39,1%). Lokasi hernia inguinalis terbanyak adalah kanan/dextra (52,2%). Jenis hernia yang paling banyak adalah lateralis (100%). Dan didapatkan tidak ada keterangan (65,2%) pada isi kantong hernia saat operasi hernia inguinalis.

Diskusi. Dapat disimpulkan bahwa penegakan diagnosis dini hernia inguinalis pada anak belum mengalami kemajuan. Tingkat tindakan operatif terhadap kasus hernia inguinalis pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan masih rendah dan diharapkan terjadi peningkatan. Selanjutnya akan dibahas beberapa keadaan yang terkait dengan kejadian hernia inguinalis ini.

(15)

ABSTRACT

Introduction. A hernia is a weakness or tear in the abdominal muscles. The inner lining of

the abdomen pushes through the weakened area of the abdominal wall to form a small

balloon-like sac. A loop of intestine or abdominal tissue can push into the sac, which can

cause a noticeable bulge under the skin. Approximately 80% of all hernia repairs are for

hernias in the groin, which are called inguinal hernias. The most common hernia is lateral

hernia inguinal. It is a hernia that through the inguinal anulus internus which is located next

to the inferior epigastric vasa laterally along the inguinal canal and out into the abdominal

cavity through the inguinal ring eksternus. In infants who are born, the inguinal canal was

closed, but some things are still open canal. Under normal circumstances, an open canal

which will close at the age of 2 months. When the open and hold (do not have obliterasi) will

arise lateral congenital inguinal hernia.

Methods. The objective of this study is to find out the pevalensi of inguinal hernia children in

RSUP H. Adam Malik Medan period Juli 2008-Juli 2010. This research uses descriptive

research with cross-sectional planning, by using Statistical Product and Service Solution

(SPSS) 17.0. The sample technical is taken by total sampling technique

Results. We looked 46 children of ingunal hernia and found that 39 male (84,8%) and 7

female (15,2%). The largest age distribution of children with hernia inguinal was in the age

group of 1-5 years old (39,1%). The most location of hernia inguinal was dextra (52,2%).

The commonest hernia was lateralis (100%). End we found no illustration (65,2%) from

content of pocket hernia inguinal in moment of operation inguinal hernia.

Discussion. This made to a conclusion that early diagnosis in children with atresia ani is

making a progress. Surgery rate for atresia ani in children at RSUP H. Adam Malik Medan is

still low and we hope the number of surgery performed will increase. It will discuss the

possibility of other diseases in accordance with the inguinal hernia.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit hernia inguinalis lateralis pada anak tetap merupakan problem kesehatan yang tidak bisa lepas dari problem sosial. Banyak orang tua membawa anaknya dengan tonjolan dilipat paha kemudian dibawa ke dukun sebelum dibawa ke rumah sakit atau dokter. Ada pula sebagian masyarakat yang merasa malu bila anak mereka diketahui orang lain sakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang kadang kala memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia. Problem kedokteran yang penting adalah bagaimana mengurangi frekuensi timbulnya hernia inguinalis lateralis. (Daninilege, 2008 dalam Hidayati, 2009).

Hernia inguinalis merupakan keadaan yang paling lazim dan membutuhkan pembedahan pada kelompok umur anak. Insiden hernia inguinalis pada anak belum ditegakkan tetapi antara 10-20: 1.000 kelahiran hidup. Rasio antara anak laki-laki dan wanita adalah 4:1. Sekitar 50% akan muncul sebelum umur 1 tahun; kebanyakan akan muncul pada umur 6 bulan. Hernia inguinalis yang paling lazim pada anak adalah hernia inguinalis tidak langsung. Hernia langsung jarang dan terjadi pada sekitar 1% dari seluruh hernia inguinalis. Hernia femoralis juga jarang pada populasi anak. Enam puluh persen dari hernia ingunalis ada pada sisi kanan, 30% pada sisi kiri, dan 10% bilateral. (Shochat, 1999).

Bayi prematur mempunyai insiden hernia inguinalis dan inkarserata yang lebih tinggi. Sampai dengan 7% anak laki-laki yang dilahirkan kurang dari 30 minggu usia kehamilan menderita hernia inguinalis dibanding dengan hanya 0,6% bayi laki-laki yang lahir lebih lama dari 36 minggu usia kehamilan. (Shochat, 1999). Lagi pula, ada 20 kali lebih besar insiden hernia pada bayi prematur dengan berat badan kurang dari 1000 g dibanding bayi-bayi yang lebih besar. Karena insiden inkarserata mendekati 30% pada populasi penderita ini. (William, 1999).

(17)

memerlukan tindakan pembedahan, dimana menurut data RSCM pada 3 bulan terakhir dari 108 pasien dengan persentase (8%) dibandingkan dengan persentase penyakit bedah lainnya.

Menurut penelitian Girl dan Mantu (1992), secara keseluruhan dari 95 kasus hernia inguinalis lateralis yang diteliti di RSU Dadi, Ujung Pandang dari bulan Januari 1988 sampai bulan Desember 1991 pada penderita yang berumur sampai 14 tahun, terdapat 75 laki-laki dan 20 perempuan. Dan jumlah ini didapatkan 78,9% kasus laki-laki, 42,1% kelompok umur 0-1 tahun; 52,6% hernia inguinalis lateralis dekstra; 31,6% hernia inguinalis inkarserata, terbanyak pada kelompok umur 0-1 tahun (50%).

Hernia sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan. Itu disebabkan karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Pada janin laki-laki, testis (buah pelir) turun dari rongga perut menuju skrotum (kantung kemaluan) pada bulan ketujuh hingga kedelapan usia kehamilan. Lubang yang berupa saluran itu akan menutup menjelang kelahiran atau sebelum anak mencapai usia satu tahun. Ketika dewasa, daerah itu dapat menjadi titik lemah yang potensial mengalami hernia. (Wijayanti, 2008).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis mengambil judul tentang “Prevalensi Hernia Inguinalis pada Anak di RSUP Adam Malik Medan”. Penulis akan meneliti berapa banyak hernia inguinalis pada anak di RSUP Adam Malik. Penulis menentukan lokasi penelitian di RSUP Adam Malik karena merupakan pusat pelayanan kesehatan pemerintah yang menjadi tempat rujukan di Sumatera Utara.

1.2. Rumusan Masalah

(18)

Mengetahui prevalensi penyakit hernia inguinalis pada anak di RSUP Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui jenis kelamin terbanyak yang menderita hernia inguinalis pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Mengetahui usia terbanyak yang menderita hernia inguinalis pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan.

3. Mengetahui lokasi terbanyak yang menderita hernia inguinalis pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan.

4. Mengetahui jenis terbanyak yang menderita hernia inguinalis pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan.

5. Mengetahui isi kantong terbanyak yang menderita hernia inguinalis pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, 1. Bagi pemerintah dan dinas kesehatan

a. Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam penanggulangan dan pencegahan terjadinya komplikasi hernia inguinalis pada masyarakat sebagai wujud kepedulian dalam mengurangi angka morbiditas dan mortalitas.

b. Memberikan informasi tambahan serta sebagai perbandingan terhadap laporan cakupan hernia inguinalis.

c. Menyediakan informasi untuk langkah-langkah strategis bagi penatalaksanaan hernia inguinalis.

2. Bagi masyarakat

a. Sebagai pengetahuan dan masukan tentang hernia inguinalis. b. Dapat mencegah komplikasi hernia inguinalis sedini mungkin.

3. Bagi peneliti

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hernia

2.1.1. Definisi Hernia

Hernia (Latin) merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lobang abnormal. (Dorland,1998). Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskolo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. (Jong, 2004).

(20)

menampung semua usus, dan gelung-gelung ini masuk ke rongga selom ekstraembrional di dalam tali pusat selama perkembangan minggu ke-6 atau disebut dengan hernia umbilikalis fisiologis. (Sadler, 2000).

2.1.3. Klasifikasi Hernia

Hernia diberi nama menurut letaknya, umpamanya diafragma, inguinal, umbilikal, dan femoral. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk (usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk ke perut, tidak ada keluha nyeri atau gejala obstruksi usus) dan jika isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, maka disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta (perleketan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan usus. Dan disebut dengan hernia inkarserata atau hernia strangulate bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. (Jong, 2004).

2.2. Hernia inguinalis

2.2.1. Etiologi Hernia Inguinalis

Hernia inguinal adalah hernia ke dalam kanalis inguinal. (Dorland,1998).

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak lelaki daripada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong hernia dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. (Jong, 2004).

Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia. (Jong, 2004).

(21)

kongenital maupun didapat), tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites, kelemahan otot dinding perut karena usia, defisiensi otot, dan hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau penyakit sistemik. (Jong, 2004 dan Schwartz, 2000)

2.2.2. Klasifikasi Hernia Inguinalis 2.2.2.1.Hernia Inguinalis Direk (Medialis)

Hernia inguinalis direk terjadi sekitar 15% dari semua hernia inguinalis. Kantong hernia inguinalis direk menonjol langsung ke anterior melalui dinding posterior kanalis inguinais medial terhadap arteria, dan vena epigastrika inferior, karena adanya tendo conjunctivus (tendo gabungan insersio musculus obliquus internus abdominis dan musculus

transversus abdominis) yang kuat, hernia ini biasanya hanya merupakan penonjolan biasa,

oleh karena itu leher kantong hernia lebar. (Snell, 2006).

Hernia inguinalis direk jarang pada perempuan, dan sebagian besar bersifat bersifat bilateral. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki tua dengan kelemahan otot dinding abdomen. (Snell, 2006).

(22)

Gambar 2. Hernia Inguinalis Indirek dan Hernia Inguinalis Direk

2.2.2.2.Hernia Inguinalis Indirek (Lateralis)

Hernia inguinalis indirek merupakan bentuk hernia yang paling sering ditemukan dan diduga mempunyai penyebab kongenital. (Snell, 2006).

Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastric inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. (Mansjoer, 2000).

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penutunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dahulu maka kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. (Mansjoer, 2000).

Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis kongenital. Pada orang tua, kanalis tersebut telah menutup namun karena lokus minoris resistensie maka pada keadaan yang menyebabkan peninggian tekanan intra abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. (Mansjoer, 2000).

(23)

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau periumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul kalau terjadi inkaserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau ganggren. (Jong, 2004).

Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada saat inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateral muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas medial bawah. Kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi pada umumnya tanda ini susah ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum maupun ovarium. Dengan jari telunjuk atau dengan jari kelingking, pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan cara mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah hernia ini dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masuk berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentu hernia berarti hernia inguinalis lateralis, dan bagian sisi jari yang menyentuhnya adalah hernia inguinalis medial. (Jong, 2004).

2.2.4. Penatalaksanaan Hernia Inguinalis

(24)

Pemakaian bantalan atau penyangga hanya bertujuan agar menahan hernia yang sudah direposisi dan tidak pernah menyembuh dan harus dipakai seumur hidup. Cara ini mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang ditekan sedangkan strangulasi tentang mengacam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah testis. (Jong, 2004).

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip pengobatan hernia adalah herniotomi dan hernioplasti. (Jong, 2004).

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi, Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. (Jong, 2004).

Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik dalam mencegah residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenalnya berbagai metode hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia tranversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus abdominis internus dan m. internus abdominis yang dikenal dengan cojoint tendon ke ligamentum inguinal poupart menurut metode basinni atau menjahit fasia tranversa, m.tranversa abdominis, m.oblikus internus ke ligamentum cooper pada Mc Vay. (Jong, 2004).

Teknik herniorafi yang dilakukan oleh basinni adalah setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekontruksi lipat paha dengan cara mengaproksimasi muskulus oblikus internus, muskulus tranversus abdominis dan fasia tranversalis dengan traktus iliopubik dan ligamentum inguinale, teknik ini dapat digunakan pada hernia direk maupun hernia indirek. (Jong, 2004).

2.2.5. Komplikasi Hernia Inguinalis

(25)

kaku seperti pada hernia hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. (Jong, 2004 ; Girl dan Mantu, 1992).

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudant berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut. (Jong, 2004). Akibat penyumbatan usus terjadi aliran balik berupa muntah-muntah sampai dehidrasi dan shock dengan berbagai macam akibat lain. (Girl dan Mantu, 1992).

BAB 3

(26)

3.2. Definisi Operasional

Sesuai dengan masalah, tujuan, dan model penelitian, maka yang menjadi variabel dalam penelitian beserta dengan definisi operasionalnya masing-masing sesuai dengan yang dicatat oleh petugas rumah sakit sebagai berikut :

1. Penderita Hernia Inguinalis, yaitu: penderita yang dikatakan sakit berdasarkan hasil diagnosa dokter yang tercatat dalam rekam medik.

2. Usia, yaitu: usia saat responden pertama kali datang ke RS dan didiagnosis menderita hernia inguinalis yang tercatat dalam rekam medik.

3. Jenis kelamin, yaitu: jenis kelamin responden saat didiagnosis hernia inguinalis yang tercatat dalam data rekam medik.

4. Lokasi, yaitu: letak bagian tubuh pasien yang mengalami hernia inguinalis. 5. Jenis hernia, yaitu: jenis hernia responden saat didiagnosis hernia inguinalis

6. Isi kantong hernia, yaitu: isi kantong hernia saat responden didiagnosis hernia inguinalis yang tercatat dalam rekam medik.

Variabel Definisi Operasional

Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur Usia Usia saat responden

pertama kali didiagnosis

menderita hernia inguinalis.

Data rekam medik

- 0 hari – 28 hari

- lebih 1 bulan - 12 bulan - lebih 1 tahun - 5 tahun - lebih 5 tahun - 12 tahun - lebih 12 tahun - 18 tahun

Numerik

Jenis Jenis kelamin Data - laki-laki Nominal

Penderita

Hernia Inguinalis Yang tercatat dalam Rekam Medik

- Usia

- Jenis Kelamin - Lokasi

(27)

kelamin respoden saat didiagnosis menderita hernia inguinalis dalam rekam medik. rekam medik - perempuan

Lokalisasi lokasi bagian tubuh

pasien yang mengalami hernia inguinalis. Data rekam medik

- sinister/ kiri - dextra/ kanan - bilateral Nominal Jenis hernia jenis hernia responden saat didiagnosis hernia inguinalis yang tercatat dalam rekam medik. Data rekam medik - lateralis - medialis Nominal Isi kantong hernia

isi kantong hernia saat responden didiagnosis hernia inguinalis yang tercatat dalam rekam medik. Data rekam medik - usus - omentum - kosong

- tidak ada keterangan

Nominal

Table 1. Definisi Operasional

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional retrospektif. Desain cross sectional adalah suatu desain penelitian dimana pengumpulan data

(28)

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan. Adapun pertimbangan memilih lokasi tersebut dengan beberapa alasan yaitu RSUP H. Adam Malik merupakan pusat pelayanan kesehatan pemerintah yang menjadi tempat rujukan di Sumatera Utara, dan jumlah penderita hernia inguinalis di RSUP H. Adam Malik relatif memadai untuk dijadikan sampel penelitian.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh data rekam medik penderita hernia inginalis selama periode 1 Juli 2008 - 31 Juli 2010.

Sampel penelitian adalah subyek yang diambil dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian yang diambil dengan metode total sampling, dimana seluruh populasi dijadikan sampel (Notoatmodjo 2005), dengan teknik consecutive sampling, dimana semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang dimasukkan dalam penelitian.

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah semua anak yang tercatat di rekam medis sebagai penderita hernia inguinalis, baik direk maupun indirek, anak umur 0 hari – 18 tahun, tidak menderita penyakit bedah anak lainnya berdasarkan catatan medik. Sedangkan kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah anak yang menderita hernia inguinalis 18 tahun ke atas, menderita hernia femoralis dan hernia lainnya yang bukan hernia inguinalis, serta hal-hal yang tidak memenuhi tujuan khusus penelitian ini.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai dengan membawa surat pengantar dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ke bagian rekam medik dan direktur RSUP H. Adam Malik Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan data sekunder yang diperoleh dari pencatatan pada rekam medis pada pasien hernia inguinalis di poli bedah RSUP H. Adam Malik Medan.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

(29)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. RSUP Haji Adam Malik Medan telah meiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(30)

RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik, mikrobiologi, bedah anak, anak, dll), pelayanan penunjang non medis (instalasi gizi, farmasi, Central Sterilization Supply Depart (CSSD), bioelektrik medik, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil pemulasaraan jenazah).

Bagian rekam medik terletak di lantai dasar tepat di belakang poliklinik Obstetri Ginekologi.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel yang diperoleh selama periode Juli 2008 sampai Juli 2010 sebanyak 46 sampel. Semua data diperoleh dari data sekunder yatu rekam medis pasien yang menderita hernia inguinalis.

5.1.2.1. Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

[image:30.595.116.481.487.570.2]

Dari tabel 5.1, jenis kelamin sampel penelitian penderita hernia inguinalis yang paling banyak adalah laki-laki sebanyak dimana terdapat 39 orang (84,8%) laki-laki dan 7 (15,2%) perempuan.

Tabel 5.1. Distribusi Jenis Kelamin Penderita Hernia Inguinalis

No. Jenis kelamin Jumlah Persentasi (%)

1. laki-laki 39 84,8

2. perempuan 7 15.2

Jumlah 46 100

5.1.2.2. Deskripsi Sampel Berdasarkan usia

(31)
[image:31.595.93.441.216.371.2]

Tabel 5.2. Distribusi Kelompok Umur Penderita Hernia Inguinalis

No Kelompok Umur Jumlah %

1 0 hari – 28 hari (neonatus) 4 8,7 2 Lebih 1 bulan – 12 bulan (bayi) 7 15,2 3 Lebih 1 tahun – 5 tahun (balita) 18 39.1 4 Lebih 5 tahun – 12 tahun (anak) 15 32,6 5 Lebih 12 tahun – 18 tahun (remaja) 2 4,3

Total 46 100,0

5.1.2.2. Deskripsi Sampel berdasarkan Lokasi Hernia

Dari tabel 5.3, lokasi sampel penelitian penderita hernia inguinalis yang paling banyak adalah dextra sebanyak 24 orang (52,2%), sinistra 21 orang (45,7%) dan 1 orang bilateral (2,2%).

Tabel 5.3. Distribusi Lokasi Hernia Inguinalis

No Lokasi Hernia jumlah %

1 Sinistra 21 45,7

2 Dextra 24 52,2

3 Bilateral 1 2,2

Total 46 100,0

5.1.2.3. Deskripsi Jenis Hernia Inguinalis

[image:31.595.105.432.515.630.2]
(32)
[image:32.595.105.431.154.249.2]

Tabel 5.4. Distribusi Jenis Hernia Inguinalis

No Jenis Hernia jumlah %

1 Laterlis 46,0 100,0

2 Medialis 0 0,0

Total 46 100,0

5.1.2.4. Deskripsi Isi Kantong pada Hernia Inguinalis

Dari tabel 5.5., isi kantong penderita hernia inguinalis yang paling banyak adalah tidak ada keterangan pada rekam medis dengan jumlah 30 orang (65,2%) dan diikuti kosong dengan jumlah 9 orang (19,6%), lalu usus 4 orang (8,7%), serta berisi omentum 3 orang (6,5%).

Tabel 5.5. Distribusi Isi Kantong Hernia Inguinalis

No Isi Kantong Hernia Inguinalis jumlah %

1 Usus 4 8,7

2 Omentum 3 6,5

3 Kosong 9 19,6

4 Tidak ada keterangan 30 65,2

Total 46 100,0

5.2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi dari hernia inguinalis secara umum dan mengetahui prevalensi hernia inguinalis berdasarkan jenis kelamin, usia, jenis hernia dan isi kantong pada penderita hernia di RSUP H Adam Malik Medan pada periode Juli 2008 – Juli 2010.

[image:32.595.98.432.411.546.2]
(33)

(42%) hernia inguinalis pada bayi dibawah 1 tahun. Menurut Shochat (1999), insiden hernia inguinalis pada anak belum ditegakkan tetapi antara 10-20: 1.000 kelahiran hidup. Dan menurut Jong (2004), insidensi hernia inguinalis lateralis adalah 15/1000.

Pada tabel 5.1., terlihat penderita terbanyak adalah laki-laki sebanyak 39 penderita (84,8%) dan perempuan 7 penderita (15,2%), dimana sekitar 6:1. Sama halnya dengan penelitian Puri dan Barry (1984), pada tahun 1971-1980 ditemukan 149 anak laki-laki (42%) dan 9 anak perempuan menderita hernia inguinalis. Hasil penelitian Sochat (1999), didapatkan pada penderita hernia inguinalis 4:1 merupakan laki-laki.Serta menurut penelitian Girl dan Mantu (1992), di RSU Dadi, Ujung Pandang dari bulan Januari 1988 sampai bulan Desember 1991 pada penderita yang berumur sampai 14 tahun, terdapat 75 laki-laki dan 20 perempuan, didapatkan 78,9% kasus laki-laki.

Hernia sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan. Itu disebabkan karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Pada janin laki-laki, testis (buah pelir) turun dari rongga perut menuju skrotum (kantung kemaluan) pada bulan ketujuh hingga kedelapan usia kehamilan. Lubang yang berupa saluran itu akan menutup menjelang kelahiran atau sebelum anak mencapai usia satu tahun. Ketika dewasa, daerah itu dapat menjadi titik lemah yang potensial mengalami hernia. (Wijayanti, 2008).

(34)

enam puluh persen dari hernia ingunalis ada pada sisi kanan, 30% pada sisi kiri, dan 10% bilateral. Dan penelitian Girl dan Mantu (1992), 52,6% hernia inguinalis lateralis dekstra.

Dari table 5.4., didapatkan jenis hernia yang paling banyak adalah lateralis dengan jumlah 46 orang (100%), sedangkan hernia inguinalis medialis tidak ditemukan pada kasus ini. Menurut Shochat (1999), lateralis lebih sering ditemukan dan hernia direct atau medialis jarang dan jika terjadi, sekitar 1% dari seluruh hernia inguinalis.

Dari tabel 5.5., didapatkan tidak ada keterangan sekitar 30 orang (65,2%) pada isi kantong hernia yang ditemukan pada saat operasi hernia inguinalis, lalu diikuti yang kosong sekitar 9 orang (19,6%), dan isi yang usus sekitar 4 orang (8,7%), serta omentum sekitar 3 orang (6,5%). Sedangkan kantong hernia atau prosessus vaginalis pada penelitian Puri dan Barry (1984), pada tahun 1971-1980 di bagian anak Lady’s Hospital ditemukan yang ada isinya adalah 29 kasus (30%) dari 96 kasus.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Prevalensi penderita hernia inguinalis pada anak di RSUP H Adam Malik Medan

periode Juli 2008 – Juli 2010 adalah 2,26%, dimana 46 anak menderita hernia inguinalis dan total anak yang berada di bedah anak adalah 2033 orang.

2. Jenis kelamin penderita hernia inguinalis di RSUP H Adam Malik Medan pada umumnya adalah anak laki-laki (84,8%) dan anak perempuan (15,2%).

(35)

anak-anak usia 5-12 tahun (32,6%), lalu kelompok bayi usia 1-12 bulan (15,2%), kelompok neonatus usia 0 hari - 1 bulan (8,7%), dan kelompok remaja usia 12-18 tahun (4,3%). 4. Lokasi penderita hernia inguinalis di RSUP H Adam Malik Medan pada umumnya

adalah dextra (52,2%), diikuti sinistra (45,7%) dan bilateral (2,2%).

5. Jenis penderita hernia inguinalis di RSUP H Adam Malik Medan pada umumnya adalah lateralis dengan jumlah 46 orang (100,0%) dan tidak dijumpai jenis hernia medialis.

6. Isi kantong penderita hernia inguinalis di RSUP H Adam Malik Medan pada umumnya adalah tidak ada keterangan pada rekam medis (65,2%) dan diikuti kosong (19,6%), lalu usus (8,7%), serta berisi omentum (6,5%).

6.2. Saran

Adapun saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menurut penelitian ini, kelompok usia yang paling banyak menderita adalah

kelompok balita umur lebih dari 1-5 tahun (39,1%), untuk itu, hendaknya ditingkatkan informasi atau pengetahuan ibu mengenai penyakit HIL yang mendekati kelompok usia tersebut disarankan agar segera berobat ke RS.

2. Pemerintah dan petugas kesehatan setempat bekerja sama untuk memikirkan dan menyusun upaya-upaya pencegahan terjadinya komplikasi lanjut pada anak yang menderita hernia inguinalis melalui mengubah pola pikir ibu tentang pengetahuan penyakit hernia inguinalis agar tidak berobat ke dukun atau dikusut atau menggunakan pengobatan alternatif.

3. Dokter dalam melakukan tindakan medis hendaknya mencantumkan isi kantong hernia pada saat anak dioperasi/dibedah.

(36)

5. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya sampel yang diambil lebih banyak, waktu lebih lama dan penelitiannya dapat dilakukan di beberapa tempat agar dapat mewakili data di Medan.

DAFTAR PUSTAKA

Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New York. WB Saunders Company. 795-801

Girl, M.K., Mantu, F.M., 1992. Cermin Dunia Kedokteran. 1993. Hernia Inguinalis Lateralis pada Anak-anak. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Jakarta: 51 – 55.

Hay, W.W., Hayward, A.R., Levin, M.Y., Sondheimer, J.M., 2003. Current Pediatric Diagnosis and Treatment. 16th ed. Singapore: Mc. GRAW-Hill: 627-628.

Jong, W.D., 2004. Dinding Perut, Hernia, Retroperitoneum, dan Omentum. Dalam: Sjamsuhidayat, R., ed. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC, 519-537.

Kumala, Poppy. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland: 25 th ed, Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. In: Mansjoer,A., ed. Bedah Digestif. Jakarta: Media Aesculapius, 302–328.

(37)

5. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya sampel yang diambil lebih banyak, waktu lebih lama dan penelitiannya dapat dilakukan di beberapa tempat agar dapat mewakili data di Medan.

DAFTAR PUSTAKA

Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New York. WB Saunders Company. 795-801

Girl, M.K., Mantu, F.M., 1992. Cermin Dunia Kedokteran. 1993. Hernia Inguinalis Lateralis pada Anak-anak. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Jakarta: 51 – 55.

Hay, W.W., Hayward, A.R., Levin, M.Y., Sondheimer, J.M., 2003. Current Pediatric Diagnosis and Treatment. 16th ed. Singapore: Mc. GRAW-Hill: 627-628.

Jong, W.D., 2004. Dinding Perut, Hernia, Retroperitoneum, dan Omentum. Dalam: Sjamsuhidayat, R., ed. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC, 519-537.

Kumala, Poppy. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland: 25 th ed, Jakarta: EGC.

(38)

Nurlaili Hidayat, 2009. Asuhan Keperawatan pada An. E dengan HIL (Hernia Inguinalis Lateralis) di Bangsal Flamboyan RSUD Pandan Arang Boyolali, Fakultas Ilmu Kesehatan: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available from:

Puri,P., Guiney, E.J., O’Donnell, Bary, 1984. Hernia Inguinalis pada Bayi: Nasib Testis pada Inkaserata, Journa1 of Pediatric Surgery. 19 (1). Available from:

[Accesed 20 Agustus

2010].

Sadler, T.W. 1997. Sistem Pencernaan. Dalam: Ronardy, D.H., ed. Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta: EGC, 243–271.

Schwartz, S.I., 2000. Hernia Dinding Abdomen. Dalam: Chandranata, Linda., ed. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC, 509–517.

Snel, R.S., 2006. Abdomen: Bagian I Dinding Abdomen. Dalam: Hartanto, Huriawati, ed. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC, 147–200.

Surya, B., 2006. Perbandingan Nyeri Pasca Hernioplasty Shouldice “ Pure Tissue” dengan Lichtenstein “Tension Free”. Majalah Kedokteran Nusantara. 39 (3): 211-218.

Wijayanti, 2008. Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan gangguan Sistem Pencernaan: Post Op Hernia Inguinalis di Bangsal Anggrek RSUD Wonogiri, Fakultas Ilmu Kesehatan: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available from:

(39)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Sondang Lenny Veronica Napitupulu Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 21 April 1989

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Turi No. 69. Medan

No. HP : 085762186877

Orang Tua : Ir. Lintong Napitupulu (Ayah) Tiurma Pangaribuan, B.Sc (Ibu) Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Riwayat Pendidikan :

1. TK Santo Antonius VI Medan 1994-1995 2. SD Santo Antonius VI Medan 1995-2001

3. SLTP Santa Maria Medan 2001-2004

4. SMA Santo Thomas Medan 2004-2007

Riwayat Organisasi :

1. Sie Konsumsi Pra Kepaniteraan Klinis Senior FK USU tahun 2008 2. Koordinator Konsumsi Pra Kepaniteraan Klinis Senior FK USU tahun

2009

3. Sie Dana Panitia Natal FK USU tahun 2009

(40)

LAMPIRAN 4

FORMULIR PENELITIAN

No. Rekam Medik :

Nama Pasien :

Jenis Kelamin :

Umur :

Lokasi :

Jenis Hernia :

(41)

LAMPIRAN 5

DATA INDUK

PREVALENSI HERNIA INGUINALIS PADA ANAK

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE JULI 2008 – JULI 2010

No No

Rekam medk

Jenis

kelamin Umur Lokasi

Jenis

Hernia Isi kantong

1. 368017 Laki-laki 5 bulan sinister Inguinalis Tidak ada keterangan 2. 373090 Laki-laki 4 tahun dextra Inguinalis Tidak ada keterangan 3. 366000 Laki-laki 3 tahun sinister Inguinalis Tidak ada keterangan 4. 419478 Laki-laki 2 tahun dextra Inguinalis Tidak ada keterangan 5. 373354 Laki-laki 24 hari sinister Inguinalis Tidak ada keterangan 6. 415548 Laki-laki 3 tahun sinister Inguinalis Tidak ada keterangan 7. 419478 Laki-laki 2 tahun dextra Inguinalis Tidak ada keterangan 8. 373354 Laki-laki 5 bulan sinister Inguinalis Tidak ada keterangan 9. 415548 Laki-laki 3 tahun sinister Inguinalis Tidak ada keterangan 10. 412743 Laki-laki 7 tahun dextra Inguinalis Tidak ada keterangan 11. 366972 Laki-laki 2 tahun sinister Inguinalis Tidak ada keterangan 12. 410931 Laki-laki 5 tahun sinister Inguinalis Tidak ada keterangan 13. 434063 Laki-laki 9 tahun dextra Inguinalis Tidak ada keterangan 14. 431545 Perempuan 9 tahun sinister Inguinalis Omentum 15. 394516 Laki-laki 28 hari sinister Inguinalis Kosong 16. 394423 Perempuan 7 bulan dextra Inguinalis Usus

17. 402320 Laki-laki 20 hari bilateral Inguinalis Tidak ada keterangan 18. 405663 Laki-laki 4 tahun sinister Inguinalis Usus

(42)

26. 261050 Laki-laki 9 tahun dextra Inguinalis Omentum 27. 007537 Perempuan 8 tahun sinister Inguinalis Omentum 28. 369121 Laki-laki 2 tahun dextra Inguinalis Kosong 29. 368303 Laki-laki 5 tahun dextra Inguinalis Kosong

30. 372003 Laki-laki 11 tahun dextra Inguinalis Tidak ada keterangan 31. 421289 Laki-laki 6 tahun sinister Inguinalis Kosong 32. 422746 Laki-laki 3 tahun sinister Inguinalis Tidak ada keterangan 33. 389244 Laki-laki 2 tahun dextra Inguinalis Tidak ada keterangan

34. 384093 Laki-laki 27 hari dextra Inguinalis Usus

35. 372014 Laki-laki 8 bulan dextra Inguinalis Tidak ada keterangan 36. 296148 Laki-laki 11 tahun sinister Inguinalis Kosong

37. 434890 Laki-laki 7 tahun dextra Inguinalis Kosong

38. 435691 Perempuan 8 tahun dextra Inguinalis Tidak ada keterangan 39. 438298 Laki-laki 3 tahun dextra Inguinalis Tidak ada keterangan 40. 361055 Perempuan 7 tahun dextra Inguinalis Kosong 41. 415112 Laki-laki 17 tahun dextra Inguinalis Tidak ada keterangan 42. 435150 Laki-laki 9 tahun dextra Inguinalis Tidak ada keterangan 43. 434890 Laki-laki 7 tahun dextra Inguinalis Kosong 44. 435691 Perempuan 8 tahun dextra Inguinalis Tidak ada keterangan 45. 438298 Laki-laki 3 tahun sinister Inguinalis Kosong

(43)

LAMPIRAN 6

HASIL OUTPUT

PREVALENSI HERNIA INGUINALIS PADA ANAK

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE JULI 2008 – JULI 2010

1. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin anak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 39 84.8 84.8 84.8

perempuan 7 15.2 15.2 100.0

Total 46 100.0 100.0

2. Distribusi sampel berdasarkan golongan umur anak

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 hari – 28 hari 4 8.7 8.7 8.7

lebih 1 bulan - 12 bulan 7 15.2 15.2 23.9

lebih 1 tahun - 5 tahun 18 39.1 39.1 63.0

lebih 5 tahun - 12 tahun 15 32.6 32.6 95.7

lebih 12 tahun - 18 tahun 2 4.3 4.3 100.0

(44)

3. Distribusi sampel berdasarkan lokasi menderita hernia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sinister 21 45.7 45.7 45.7

Dextra 24 52.2 52.2 97.8

Bilateral 1 2.2 2.2 100.0

Total 46 100.0 100.0

4. Distribusi berdasarkan jenis hernia

Frequency Percent

Valid

Percent Cumulative Percent

Valid Lateralis 46 100.0 100.0 100.0

5. Distribusi berdasarkan isi kantong hernia

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid usus 4 8.7 8.7 8.7

omentum 3 6.5 6.5 15.2

kosong 9 19.6 19.6 34.8

tidak ada keterangan 30 65.2 65.2 100.0

Gambar

Gambar 1. Anatomis Hernia Inguinalis
Gambar 2. Hernia Inguinalis Indirek dan Hernia Inguinalis Direk
Table 1. Definisi Operasional
Tabel 5.1. Distribusi Jenis Kelamin Penderita Hernia Inguinalis
+3

Referensi

Dokumen terkait

Jenis Kelamin Keadaan tunuh penderita yang membedakan manusia secara fisik Data Rekam Medis Rekam Medis Laki-laki Perempuan Nominal Stadium Keluhan Utama Gejala Klinis

Berdasarkan penelitian, diperoleh derajat hipertensi penderita retinopati hipertensi yang paling banyak adalah hipertensi tahap I dengan jumlah 23 orang (46,9%), kemudian

akan terjadi penambahan jumlah penderita retinopati diabetik yang signifikan..

Hasil penelitian menunjukkan prevalensi penderita kelainan refraksi 6,19% yaitu 283 pasien, dengan persentase terbanyak terdapat pada miopia 70.31% yaitu 199 orang, pada

retinopati diabetik berdasarkan lama menderita diabetes melitus yang paling banyak. adalah kurang dari 10 tahun sebanyak 26 orang (65,0%), lalu diikuti

Hasil yang diperoleh bahwa prevalensi PPOK berdasarkan usia, paling banyak pada kelompok usia lebih dari 70 tahun yaitu sebanyak 51 penderita (37,5%), berdasarkan jenis

Cara memilih penderita : dari catatan rekam medis pasien yang didiagnosa dengan suspek

Data atau informasi hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak RSUP Haji Adam Malik tentang karakteristik kelompok umur ketahui hernia, jenis kelamin dan lokasi sisi