• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Tb Paru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Tb Paru"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN TB PARU KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN TB PARU

A. KONSEP DASAR KELUARGA A. KONSEP DASAR KELUARGA

1. Pengertian Keluarga 1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. (Friedman 1998).

masing yang merupakan bagian dari keluarga. (Friedman 1998).

Keluarga adalah suatu ikatan / persekutuan hidup atas dasar perkawinan Keluarga adalah suatu ikatan / persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik  laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik  anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.(Sayekti anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.(Sayekti 1994).

1994).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Effendy, 1998)

keadaan saling ketergantungan. (Effendy, 1998) 2. Bentuk / Type Keluarga

2. Bentuk / Type Keluarga a.

a. Keluarga Keluarga inti inti (nuclear (nuclear family)family) Ke

Keluluararga ga yayang ng hahanynya a teterdrdiriri i ayayahah, , ibibu, u, dadananananak k yayang ng didipeperoroleleh h dadariri keturunannya, adopsi atau keduanya.

keturunannya, adopsi atau keduanya.  b.

 b. Keluarga besar (extended family)Keluarga besar (extended family) Kel

Keluauargrga a ininti ti diditatambmbah ah ananggoggota ta kelkeluauargrga a lalain in yayang ng mamasisih h memempmpununyayaii hubungan darah (kakek-nenek, paman bibi).

hubungan darah (kakek-nenek, paman bibi). c.

(2)
(3)

Kel

Keluauargrga a barbaru u yanyang g bebentntuk uk teterbrbenentutuk k dardari i papasasangangan n ynyng g berbercecerarai i atatauau kehilangan pasangannya.

kehilangan pasangannya. d.

d. Orang tOrang tua tua tunggal (unggal (single single parent parent family)family) Kel

Keluaruarga ga yanyang g terterdirdiri i dardari i salsalah ah satsatu u oraorang ng tua tua dengdengan an anakanak-an-anak ak akiakibatbat  perceraian atau ditinggal pasangannya.

 perceraian atau ditinggal pasangannya. e.

e. Ibu dengan anak tanpa Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried perkawinan (the unmarried teenage mother)teenage mother)

Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone)

menikah (the single adult living alone) Kel

Keluauargrga a dedengngan an ananak ak tatanpa npa pepernrnikikahaahan n sesebebelulumnmnya ya (t(the he nonon n mamariritatall heterosexsual cobabiting family)

heterosexsual cobabiting family) f.

f. KeluaKeluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjrga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamenis kelamin sama (gay andin sama (gay and lesbian family).

lesbian family). g.

g. Keluarga Indonesia Keluarga Indonesia menganut keluarga menganut keluarga besar besar (extended fami(extended family), karenaly), karena masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup

masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam satu kominitidalam satu kominiti dengan adat istiadat yang sangat kuat (Depkes RI. 2002)

dengan adat istiadat yang sangat kuat (Depkes RI. 2002) 3. Peranan &. Struktur keluarga

3. Peranan &. Struktur keluarga aa.. PPoolla a kkoommuunniikkaassii

Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah akan sangat mendukung bagi

akan sangat mendukung bagi penderpenderita TBC. ita TBC. SalinSaling g mengimengingatkan danngatkan dan me

memomotitivavasi si pependndereritita a ununtutuk k teterurus s memelalakukukakan n pepengngobobatatan an dadapapatt mempercepat proses penyembuhan.

(4)

 b.

 b. Struktur peran keluargaStruktur peran keluarga Bi

Bila la ananggggotota a kekeluluararga ga dadapapat t memenernerimima a dadan n memelalaksksanaanakakan n peperarannnnyaya deng

dengan an baibaik k akan akan memmembuat buat anganggotgota a kelkeluaruarga ga puapuas s dan dan menmenghighindarndarii terjadinya konflik dalam keluarga dan masyarakat.

terjadinya konflik dalam keluarga dan masyarakat. cc.. SSttrruukkttuur r kkeekkuuaattaan n kkeelluuaarrggaa

Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan. orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan. Penyel

Penyelesaiaesaian n masalmasalah ah dan dan pengampengambilan bilan keputuskeputusan an secarsecara a musyamusyawarahwarah aka

akan n dapdapat at menmencipciptaktakan an suasuasansana a kekekekelualuargargaan. an. AkaAkan n timtimbul bul perperasaasaanan dihargai dalam keluarga.

dihargai dalam keluarga. d

d.. NNiillaai i aattaau u nnoorrmma a kkeelluuaarrggaa Per

Perililaku aku indindiviividu du masmasinging-ma-masinsing g anganggotgota a kelkeluaruarga ga yanyang g ditditampampakaakann merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga. merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga. (Suprajitno, 2004: 7)

(Suprajitno, 2004: 7)

4. Fungsi Keluarga (Friedman, 1998) 4. Fungsi Keluarga (Friedman, 1998)

a. Fungsi Afektif  a. Fungsi Afektif 

Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang sakit TBC akan mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya yang sakit TBC akan mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya  partisipasi

 partisipasi dari dari anggota anggota keluarga keluarga dalam dalam merawat merawat anggota anggota keluarga keluarga yangyang sakit.

sakit.

 b. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi  b. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi

Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain. sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain.

(5)

Tidak ada batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan Tidak ada batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan ak

akan an memempmpenengargaruhi uhi kekesesembmbuhuhan an pependenderirita ta asasalalkakan n pependenderirita ta tetetatapp memper

memperhatikahatikan n kondiskondisinya inya .Sosi.Sosialisalisasi asi sangat diperlukasangat diperlukan n karena dapatkarena dapat mengurangi stress bagi penderita.

mengurangi stress bagi penderita. c. Fungsi Reproduksi

c. Fungsi Reproduksi Ke

Keluluararga ga berberfufungngsi si ununtutuk k memempmperertatahanhankakan n gegenernerasasi i dan dan memenjnjagagaa ke

kelalangngsusungngan an kekeluluarargaga.D.Dan an jujuga ga tetempmpat at memengngemembabangngkakan n fufungngsisi reproduksi secara universal, diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, reproduksi secara universal, diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas,  pendidikan seks pada anak sangat penting.

 pendidikan seks pada anak sangat penting. d. Fungsi Ekonomi

d. Fungsi Ekonomi Ke

Keluluararga ga beberfrfungungsi si ununtutuk k memememenunuhi hi kekebutbutuhuhan an kelkeluauargrga, a, sesepepertrtii kebu

kebutuhtuhan an makmakan, an, pakapakaian ian dan dan temtempat pat untuntuk uk berberlilindunndung g (ru(rumahmah).D).Danan te

tempmpat at ununtutuk k memengengembmbanangkgkan an kekemamampmpuan uan inindidivividu du memeniningkngkatatkankan  penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

 penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. e. Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan e. Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan

Berfu

Berfungsi ngsi untuk mempertahuntuk mempertahankan ankan keadaan kesehatan keadaan kesehatan anggota keluargaanggota keluarga ag

agar ar tetetatap p mememimililiki ki prproduoduktktivivititas as titinggnggi. i. FunFungsgsi i inini i didikekembmbangangkakann menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. 5. Tugas keluarga di bidang Kesehatan

5. Tugas keluarga di bidang Kesehatan Dik

Dikaitaitkan kan dendengan gan kemkemampampuan uan kelkeluaruarga ga daldalam am melmelaksaksanaanakan kan 5 5 tugtugasas keluarga di bidang kesehatan yaitu :

(6)

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan . Kurangnya  pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, perawatan dan  pencegahan TBC.

 b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari  pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,dengan pertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan menentukan tindakan.keluarga.Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi.Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat,disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan.Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada  penyakitnya.Jika demikian ,anggota keluarga yang mengalami gangguan

(7)

kesehatanperlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga

Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan bisa di sebabkan karena terbatasnya sumber-sumber  keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.

e . Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh  pertolongan dan mendapat perawatan segera agar masalah teratasi.

B. KONSEP DASAR TUBERKULOSIS 1. Definisi

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menahun menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) ke dalam paru-paru, kemudian menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui peredaran darah, yaitu : kelenjar limfe, saluran pernafasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Depkes RI, 2002).

(8)

Tuberkulos adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang  parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya

termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer 2001). 2. Etiologi

Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis. . Kuman Mycobacterium Tuberkulosis adalah kuman berbentuk batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap  panas dan sinar ultraviolet (Smelzer, 2001: 5584).

Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant.Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif lagi (Bahar, 1999: 715).

Sifat lain kuman ini adalah kuman aerob, sifat ini menunjukkan  bahwa kuman lebih menyenani jaringan yang lebih tinggi kandungan oksigennya.Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian apikal inimerupakan tempat prediksi penyakit tuberculosis.

Kuman TBC menyebar melalui udara (batuk,tertawa dan bersin) dan melepaskan droplet. Sinar matahari langsung dapat mematikan

(9)

kuman, akan tetapi kuman dapat hidup beberapa jam dalam suhu kamar  (Dep Kes RI 2002).

3. Patofisiologi

Tempat masuk kuman M. Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan melakukan reaksi inflamasi Bakteri dipindahkan melalui  jalan nafas ,basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil ; gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi  peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembang-biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui

(10)

getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini membutuhkan waktu 10 – 20 hari .

 Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif   padat dan seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini

disebut dengan lesi primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan  jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk  suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru-paru dinamakan  fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar   bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi

(11)

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen  bronkhus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi  berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai  penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh.

Komplikasi yang dapat timbul akibat tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan tuberkulosis usus, meningitis serosa, dan tuberkulosis milier.

(12)

4. Manifestasi Klinik  

Tanda dan gejala yang sering terjadi pada tuberkulosis adalah  batuk yang tidak spesifik tetapi progresif. Biasanya tiga minggu atau lebih dan ada dahak. Selain tanda-tanda tersebut diatas, penyakit TBC biasanya tidak tampak adanya tanda dan gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :

1. Demam : terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.

2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang / mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent ( menghasilkan sputum ).

3. Sesak nafas : terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.

4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

5. Malaise : ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat di waktu di malam hari.

(13)

5. Klasifikasi

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai.

 Klasifikasi penyakit 

1.1. Tuberculosis Paru

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam a. Tuberkulosis Paru BTA (+)

• Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya

BTA (+).

• 1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada

menunjukan gambaran tuberculosis aktif.  b. Tuberkulosis Paru BTA (-)

Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat keparahan  penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila

gambaran foto rontgan dada memperlihatkan gambaran kerusakan  paru yang luas

.1.2. Tuberculosis Ekstra Paru

TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :

(14)

Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.

2. TBC ekstra-paru berat

Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin.

Tipe penderita

Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya,ada beberapa tipe penderita yaitu : a. Kasus Baru

Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).

 b. Kambuh (Relaps)

Adalah penderita tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat denga hasil pemeriksaan dahak BTA (+).

c. Pindahan (Transfer In)

Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahhhan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah (Form TB.09).

d. Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)

Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian dating kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).

(15)

Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Diagnostik. 2) Pemeriksaan sputum

3) Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA  positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA negatif. Untuk memastikan jenis kuman mengidentifikasi perlu dilakukan pemeriksaan biakan/kultur kuman dari dahak  yang diambil (Depkes RI, 2002).

4) Ziehl-Neelsen (pewarnaan terhadap sputum) 5) Positif jika ditemukan bakteri tahan asam. 6) Skin test (PPD, Mantoux)

7) Hasil tes mantoux dibagi menjadi dalam;

8) Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negatif  9) Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan

10) Indurasi 10-15 mm : hasil mantoux positif  11) Indurasi lebih dari 16 mm : hasil mantouk positif kuat

12) Reaksi timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen intra kutan,berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara antibody dan antigen tuberculin.

(16)

13) Rontgen dada menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan perkembangan tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.

14) Pemeriksaan histologi/kultur jaringan

15) Positif bila terdapat mikobakterium tuberkulosis. 16) Biopsi jaringan paru

17) Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan terjadinya nekrosis.

18) Pemeriksaan elektrolit

Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi, misalnya hipernatremia yang disebabkan retensi air mungkin ditemukan pada penyakit tuberkulosis kronis.

19) Analisa gas darah (BGA)

Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan jaringan  paru.

20) Pemeriksaan fungsi paru

Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang rugi, meningkatnya rasio residu udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi parenkim/fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis kronis).

(17)

6. Penatalaksanaan  Pengobatan TBC Paru

Tujuan pemberian obat pada penderita tuberculosis adalah: menyembuhkan, mencegah kematian,dan kekambuhan, menurunkan tingkat  penularan (Depkes RI. 2002).

Sejak ditemukannya obat-obat anti TB dan dimulainya dengan monotherapi, kemudian mulai timbul masalah resistensi terhadap obat-obat tersebut, maka pengobatan secara paduan beberapa obat ternyata dapat mencapai tingkat kesembuhan yang tinggi dan memperkecil jumlah kekambuhan.

Paduan obat jangka pendek 6 – 9 bulan yang selama ini dipakai di Indonesia dan dianjurkan juga oleh WHO adalah 2 RHZ/4RH dan variasi lain adalah 2 RHE/4RH, 2 RHS/4RH, 2 RHZ/4R3H3/ 2RHS/4R2H2, dan lain-lain. Untuk TB paru yang berat ( milier ) dan TB Ekstra Paru, therapi tahap lanjutan diperpanjang jadi 7 bulan yakni 2RHZ / 7RH. Departemen Kesehatan RI selama ini menjalankan program pemberantasan TB Paru dengan panduan 1RHE / 5R2H2.

Bila pasien alergi/hipersensitif terhadap Rifampisin, maka paduan obat  jangka panjang 12–18 bulan dipakai kembali yakni SHZ, SHE, SHT, dan

lain-lain.

Beberapa obat anti TB yang dipakai saat ini adalah : 1. Obat anti TB tingkat satu

(18)

Rifampisin (R), Isoniazid (I), Pirazinamid (P), Etambutol (E), Sterptomisin ( S ).

2. Obat anti TB tingkat dua

Kanamisin ( K ), Para-Amino-Salicylic Acid ( P ),Tiasetazon ( T ), Etionamide, Sikloserin, Kapreomisin, Viomisin, Amikasin, Ofloksasin, Sifrofloksasin, Norfloksasin, Klofazimin dan lain-lain.

Obat anti TB tingkat dua ini daya terapeutiknya tidak sekuat yang tingkat satu dan beberapa macam yang teakhir yaitu golongan aminoglikosid dan quinolon masih dalam tahap eksperimental.

Belakangan ini WHO menyadari bahwa pengobatan jangka pendek  tersebut baru berhasil bila obat-obat yang relatif mahal ( R & Z ) tersedia sampai akhir masa pengobatan. Di beberapa negara berkembang, pengobatan jangka  pendek ini banyak yang gagal mencapai angka kesembuhan yang ( cure rate )

ditargetkan yakni 85 % karena :

-

Program pemberantasan kurang baik 

-

Buruknya kepatuhan berobat

Hal ini menyebabkan :

-

Populasi TB semakin meluas

-

Timbulnya resistensi terhadap bermacam obat

Adanya epidemi AIDS akan lebih mengobarkan kembali aktifnya TB. Menyadari bahaya tersebut di atas, WHO pada tahun 1991 mengeluarkan  pernyataan baru dalam pengobatan TB Paru sebagai berikut :

(19)

Tahap intensif ( initial ), dengan memberikan 4 – 5 macam obat anti TB  per hari dengan tujuan :

-

Mendapatkan konversi sputum dengan cepat ( efek bakterisidal )

-

Menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit lebih lanjut

-

Mencegah timbulnya resistensi obat

Tahap lanjutan ( continuation phase ), dengan hanya memberikan 2 macam obat per hari atau secara intermitten dengan tujuan :

-

Menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi )

-

Mencegah kekambuhan

Pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan yakni kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari 50 kg.

Pengobatan dibagi atas 4 katagori yakni : 1. Katagori I

Ditujukan terhadap :

• Kasus baru dengan sputum negatif 

• Kasus baru dengan bentuk TB berat seperti meningitis, TB diseminata,

 perikarditis, peritonitis, pleuritis, spondilitis dengan gangguan neurologis, kelainan paru yang luas dengan BTA negatif, TB usus, TB genito urinarius.

Pengobatan tahap intensif adalah dengan paduan 2RHZS ( E ). Bila setelah dua bulan BTA menjadi negatif, diteruskan dengan tahap lanjutan. Bila setelah dua bulan masih positif, tahap intensif diperpanjang lagi selama 2 – 4 minggu

(20)

dengan 4 macam obat. Pada populasi dengan resistensi primer terhadap INH rendah pada tahap intensif cukup diberikan 3 macam obat yakni RHZ.

Pengobatan tahap lanjutan adalah dengan paduan 4 RH atau 4R3H3. Pasien dengan TB berat ( meningitis, TB diseminata, spondilitis dengan kelainan neurologis ), R dan H harus diberikan setiap hari selama 6 – 7 bulan. Paduan obat alternatif adalah 6 HE ( T ).

2. Kategori II

Ditujukan terhadap :

• Kasus kambuh

• Kasus gagal dengan sputum BTA positif 

Pengobatan tahap intensif selama 3 bulan dengan 2 RHZE / 1RHZE. Bila setelah tahap intensif BTA menjadi negatif, maka diteruskan dengan tahap lanjutan. Bila setelah 3 bulan tahap intensif BTA tetap positif, maka tahap intensif  tersebut diperpanjang lagi 1 bulan dengan RHZE. Bila setelah 4 bulan BTA masih  juga positif pengobatan dihentikan selama 2 – 3 hari, lalu diperiksa biakan dan resistensi terhadap BTA dan pengobatan diteruskan dengan tahap lanjutan. Bila  pasien masih mempunyai data resistensi BTA dan ternyata BTA masih sensitif 

terhadap semua obat dan setelah tahap intensif BTA menjadi negatif, maka tahap lanjutan harus diawasi dengan ketat di RS rujukan. Kemungkinan konversi sputum masih cukup besar. Bila data menunjukkan resiten terhadap R dan H, maka kemungkinan keberhasilan menjadi kecil.

(21)

Pengobatan tahap lanjutan adalah dengan paduan 5 RHE atau paduan 5 R3H3E3 yang perlu diawasi dengan ketat. Bila sputum BTA masih tetap positif  setelah selesai tahap lanjutan, maka pasien tidak perlu diobati lagi.

3. Kategori III

Ditujukan terhadap :

• Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas.

• Kasus TBC ekstra paru selain yang disebut dalam kategori I

Pengobatan tahap intensif dengan panduan 2 RHZ atau 2 R3H3Z3

Pengobatan tahap lanjutan dengan panduan 2RH atau 2 R3H3. Bila kelainan paru lebih luas dari 10 cm2 atau pada TB ekstra paru yang belum remisi sempurna, maka tahap lanjutan diperpanjang lagi dengan H saja selama empat  bulan lagi. Paduan obat alternatif adalah 6 HE ( T )

4. Kategori IV

Ditujukan terhadap kasus TB kronik.

Prioritas pengobatan disini rendah, terdapat resistensi terhadap obat-obat anti TB (sedikitnya R dan H), sehingga masalahnya jadi rumit. Pasien mungkin  perlu dirawat beberapa bulan dan diberikan obat-obat anti TB tingkat dua yang

kurang begitu efektif, lebih mahal dan lebih toksis.

Di negara yang maju dapat diberikan obat-obat anti TB eksperimental sesuai dengan sensitivitasnya, sedangkan di negara yang kurang mampu cukup dengan pemberian H seumur hidup dengan harapan dapat mengurangi infeksi dan  penularan.

(22)

Departemen Kesehatan RI dalam program baru pemberantasan TB paru telah mulai dengan paduan obat : 2RHZE / 4R3HE ( kategori I ), 2 RHZSE / 1 RHZE / 5 R3H3E3 ( kategori II ), 2 RHZ/2 R3H3 ( kategori IV ).

Evaluasi Pengobatan.

Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis ( hilangnya keluhan, nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lain-lain ), berkurangnya kelainan radiologis paru dan konversi sputum menjadi negatif.

Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada akhir bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. Biakan BTA dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan. Pemeriksaan resistensi dilakukan pada pasien baru yang BTA-nya masih positif setelah tahap intensif dan pada awal terapi pasien yang mendapat pengobatan ulang ( retreatment ).

Kontrol terhadap pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu berperan dalam evaluasi pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada akhir pengobatan sebagai dokumentasi untuk perbandingan bila nanti timbul kasus kambuh.

Untuk mengetahui efek samping obat ( yang terbanyak hepatitis ), perlu  pemeriksaan darah terhadap enzim hati, bilirubin, kreatinin/ureum, darah perifer. Asam urat darah perlu diperiksa bagi yang memakai obat Z. bila terdapat hepatitis karena obat ( kebanyakan karena R dan H ), maka obat yang hepatotoksis diganti dengan yang non-hepatotoksis. Pemberian steroid dapat dipertimbangkan. R atau

(23)

H kemudian dapat diberikan kembali secara desensitisasi. Tes mata untuk warna  perlu bagi yang memakai E, sedangkan tes audiometri perlu bagi yang memakai

S.

Resistensi obat sudah harus diwaspadai yakni bila dalam 1 – 2 bulan  pengobatan tahap intensif tidak terlihat perbaikan. Di Amerika Serikat prevalensi  pasien yang resisten terhadap obat anti TB makin meningkat dan sudah mencapai 9 %. Di negara yang sedang berkembang seperti di Afrika, diperkirakan lebih tinggi lagi. BTA yang sudah resisten terhadap obat anti TB saat ini sudah dapat dideteksi dengan cara PCR-SSCP (Single Stranded Confirmation Polymorphism) dalam waktu satu hari. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi 99% BTA yang resisten terhadap R, 70% terhadap H, dan 60% terhadap S.

Ada 3 Dampak masalah. a. Terhadap individu.

1. Biologis.

Adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus, sesak  napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badan menurun, keringat  pada malam hari dan kadang-kadang panas yang tinggi.

2. Psikologis.

Biasanya klien mudah tersinggung , marah, putus asa oleh karena batuk  yang terus menerus sehingga keadaan sehari-hari yang kurang menyenangkan.

(24)

3. Sosial.

Adanya perasaan rendah diri oleh karena malu dengan keadaan  penyakitnya sehingga klien selalu mengisolasi dirinya.

4. Spiritual.

Adanya distress spiritual yaitu menyalahkan Tuhan karena penyakitnya yang tidak sembuh-sembuh juga menganggap penyakitnya yang manakutkan

5. Produktifitas menurun oleh karena kelemahan fisik.  b. Terhadap keluarga.

1. Terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain karena kurang pengetahuan dari keluarga terhadap penyakit TB Paru serta kurang pengetahuan penatalaksanaan pengobatan dan upaya pencegahan  penularan penyakit.

2. Produktifitas menurun.

Terutama bila mengenai kepala keluarga yang berperan sebagai  pemenuhan kebutuhan keluarga, maka akan menghambat biaya hidup

sehari-hari terutama untuk biaya pengobatan. 3. Psikologis.

Peran keluarga akan berubah dan diganti oleh keluarga yang lain. 4. Sosial.

Keluarga merasa malu dan mengisolasi diri karena sebagian besar  masyarakat belum tahu pasti tentang penyakit TB Paru .

(25)

c. Terhadap masyarakat.

Apabila penemuan kasus baru TB Paru tidak secara dini serta pengobatan Penderita TB Paru positif tidak teratur atau droup out pengobatan maka resiko penularan pada masyarakat luas akan terjadi oleh karena cara  penularan penyakit TB Paru

.Untuk keberhasilan pengobatan, oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dilakukan strategi DOTS (Directly Observed Treatmen Shortcourse). Strategi ini merupakan yang paling efektif untuk mengontrol pengobatan tuberculosis .

Lima langkah strategi DOTS adalah dukungan dari semua kalangan, semua orang yang batuk dalam 3 minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada obat yang disiapkan oleh pemerintah, pengobatan harus dipantau selama 6 bulan oleh Pengawas Minum Obat (PMO) dan ada system pencatatan/pelaporan.

 Perawatan bagi penderita TBC 

Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberculosis adalah :

1) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang terdekat yaitu keluarga.

2) Mengetahui adanya gejala samping obat dan merujuk bila diperlukan. 3) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita

4) Istirahat teratur minimal 8 jam per hari

5) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua, kelima dan enam

(26)

6) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang  baik (Depkes RI, 2002)

 Pencegahan penularan TBC 

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah : 1) Menutup mulut bila batuk 

2) Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup yang diberi lisol

3) Makan, makanan bergizi

4) Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita

5) Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik  6) Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI, 2002)

 Proses Keperawatan

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan, keluarga untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Depkes RI, 1998:3).

Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga (Effendi, 1998:55).

(27)

1. Pengkajian

Lima tahap proses keperawatan terdiri dari pengkajian terhadap keluarga, identifikasi masalah keluarga dan individu (diagnosa keperawatan), rencana keperawatan, implementasi rencana pengerahan sumber-sumber dan evaluasi  perawatan.

Proses keperawatan memiliki tahapan-tahapan yang saling bergantung dan disusun secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap satu ke tahap lain, (Friedman,1998:55).

Menurut Friedman (1998:56) proses pengkajian keperawatan dengan  pengumpulan informasi secara terus-menerus terhadap arti yang melekat pada informasi yang sedang dikumpulkan tersebut. Pengkajian yang dilakukan meliputi  pengumpulan informasi dengan cara sistematis, diklasifikasi dianalisa artinya.

Pengumpulan data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan, studi dokumentasi (melihat KMS, kaetu keluarga) dan pemeriksaan fisik  (Effendi,1998:47).

Data yang dikumpulkan meliputi:

a. Identitas keluarga, yang dikaji adalah umur,pekerjaan dan tempat tinggal. Yang beresiko menjadi penderita tuberculosis adalah: individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tuna wisma,tahanan), dibawah umur 15 tahun dan

(28)

dewasa muda antara 15-44 tahun ,tinggal ditempat kumuh dan perumahan di  bawah standart dan pekerjaan.

b. Latar belakang budaya atau kebiasaan keluarga

• Kebiasaan makan

Pada penderita tuberculosis mengalami nafsu makan menurun bila terjadi terus menerus akan menyebabkan penderita menjadi lemah. Bagi penderita tuberculosis dianjurkan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) (Tempointeraktif, 23 Juli 2005).

• Pemanfaatkan fasilitas kesehatan

Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan sangat  berpengaruh dalam perawatan tuberculosis baik untuk mendapatkan informasi maupun pengobatan. Beberapa tempat yang memberikan pelayanan kesehatan  bagi tuberculosis adalah Puskesmas, BP4, Rumah Sakit dan Dokter pratek 

swasta (Depkes RI, 2002).

• Status Sosial Ekonomi

Pendidikan yang rendah berpengaruh terhadap pola pikir dan tindakan keluarga dalam mengatasi masalah dalam keluarga (Effendy, 1998). Sebaliknya dengan tingkat pendidikan tinggi keluarga akan mampu mengenal masalah dan mampu mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah.

(29)

Pekerjaan dan penghasilan merupakan hal yang sangat berkaitan. Penghasilan keluarga akan menentukan kemampuan mengatasi masalah kesehatan yang ada. Kemampuan menyediakan perumahan yang sehat, kemampuan  pengobatan anggota keluarga yang sakit dan kemampuan menyediakan makanan dengan Gizi yang seimbang. 60% penderita tuberculosis adalah  penduduk miskin (Sinar Harapan, 23 Juli 2005).

• Aktivitas

Selain kebutuhan makanan, kebutuhan istirahat juga harus diperhatikan. Bagi  penderita tuberculosis dianjurkan istirahat minimal 8 jam perhari (Depkes RI,

2002).

• Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga

Tingkat perkembangan pada tahap pembentukan keluarga akan didapati masalah dengan social ekonomi yang rendah karena harus belajar  menyesuaikan dengan kebutuhan yang harus dipenuhi. Keluarga baru belajar  memecahkan masalah. Dengan keadaan tersebut berpengaruh pada tingkat kesehatan keluarga. Social ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karena ketidak mampuan dan ketidak tahuan dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi (Effendy,1998). Tidak adanya riwayat keluarga yang mempunyai masalah kesehatan tidak berpengaruh pada status kesehatan keluarga.

Data lingkungan

(30)

Keadaan rumah yang sempit, ventilasi kurang, udara yang lembab termasuk  rumah dengan kondisi di bawah standart kesehatan. Salah satu factor yang bisa menyebabkan kuman tuberculosis bertahan hidup adalah kondisi udara yang lembab (Depkes RI, 2002).

a. Karakteristik lingkungan

Lingkungan rumah yang bersih, pembuangan sampah dan pembuangan limbah yang benar dapat mengurangi penularan TBC dan menghambat  pertumbuhan bakteri tuberkulosa. TBC sangat erat berhubungan dengan

kondisi lingkungan yang kumuh .

 b. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Kuman tuberculosis dapat menular dari ke orang melalui udara. Semakin sering kontak langsung dengan penderita bereksiko sekali tertular TBC. Terutama yang merawat di rumah berkesempatan terkena TBC dari pada yang berada di tempat umum

2. Struktur keluarga a. Pola komunikasi

Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah akan sangat mendukung bagi penderita TBC. Saling mengingatkan dan memotivasi  penderita untuk terus melakukan pengobatan dapat mempercepat proses  penyembuhan.

(31)

Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan perannya dengan baik  akan membuat anggota keluarga puas dan menghindari terjadinya konflik dalam keluarga dan masyarakat.

c. Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan. Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan secara musyawarah akan dapat menciptakan suasana kekeluargaan. Akan timbul perasaan dihargai dalam keluarga.

d. Nilai atau norma keluarga

Perilaku individu masing-masing anggota keluarga yang ditampakan merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga.(Suprajitno,.2004: 7) 3. Fungsi Keluarga (Friedman, 1998)

a. Fungsi Afektif 

Keluarga yang saling menyayangi dan peduli terhadap anggota keluarga yang sakit TBC akan mempercepat proses penyembuhan. Karena adanya  partisipasi dari anggota keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

b. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi

Fungsi keluarga mengembangkan dan melatih untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain.

Tidak ada batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan lingkungan akan mempengaruhi kesembuhan penderita asalkan penderita tetap

(32)

memperhatikan kondisinya .Sosialisasi sangat diperlukan karena dapat mengurangi stress bagi penderita.

c. Fungsi Perawatan/Pemeliharaan Kesehatan

Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas keluarga di  bidang kesehatan yaitu :

• Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Ketidak  sanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan . Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, akibat, pancegahan, perawatan dan  pengobatan TBC.

• Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari  pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,dengan pertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan menentukan tindakan .keluarga.Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Ketidak sanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah.

(33)

Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi  pelayanan kesehatan.

• Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga

Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan bisa di sebabkan karena terbatasnya sumber-sumber  keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.

• Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga

Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan segera agar masalah teratasi.

4. Fungsi Reproduksi 

Keluarga berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.Dan juga tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal, diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks pada anak sangat  penting.

5. Fungsi Ekonomi 

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti kebutuhan makan, pakaian dan tempat untuk berlindung (rumah).Dan tempat untuk 

(34)

mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk  memenuhi kebutuhan keluarga.

6. Koping keluarga

Bila koping keluarga tidak efektif terhadap stressor yang akan menyebabkan stress yang berkepanjangan.Hal ini akan mempengaruhi daya tahan tubuh .

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri dari

Masalah ( problem, P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota (individu).

Penyebab (etiology ,E) adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan .

Tanda (Sign, S) adalah sekumpulan data subyektif dan obyektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab.

Apabila perawat merumuskan diagnosis keperawatan lebih dari satu perlu dilakukan skor Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya (1978). Proses scoring untuk setiap diagnosis keperawatan:

• Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang di buat perawat.

• Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

Skor yang diperoleh

(35)

Skor tertinggi

• Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah

 bobot, yaitu 5).

Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

a) Diagnosis actual  adalah masalah keperwatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.

 b) Diagnosis resiko / resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan actual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.

c) Diagnosis  potensial  adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.

Diagnosa yang mungkin muncul pada keluarga dengan penyakit TBC adalah : a. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

 b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan secret yang keluar 

c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret yang berlebih.

d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplay O2 yang menurun

(Doenges,1999:240-247).

Dalam merumuskan diagnosa dalam keperawatan keluarga perlu dilakukan prioritas masalah dan adanya kriteria prioritas masalah.

(36)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah sebagai berikut : a. Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan

dalam keluarga dapat diatasi sekaligus.

 b. Perlu mempertimbangkan masalah-masalan yang dapat mengancam kehidupan keluarga seperti masalah penyakit.

c. Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan yang akan diberikan.

d. Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.

e. Sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan masalah kesehatan/ keperawatan keluarga.

f. Penetahuan dan kebudayaan keluarga (Effendy,1998).  Kriteria prioritas masalah

Beberapa kriteria dalam penyusunan prioritas masalah menurut Effendy (1998:52) 1. Sifat masalah, dikelompokkan menjadi : ancaman kesehatan, keadaan

sakit atau kurang sehat dan situasi krisis.

2. Kemungkinan masalah dapat dirubah, adalah kemungkinan keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masalah TBC dapat dirubah adalah: a. Pengetahuan dan tindakan untuk menangani masalah TBC.

 b. Sumber daya keluarga, diantaranya adalah keuangan, tenaga, sarana dan prasarana.

(37)

c. Sumber daya perawatan, diataranya adalah pengetahuan dan ketrampilan dalam penanganan masalah TBC serta waktu.

d. Sumber daya masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas, organisasi, seperti posyandu, polindes dan sebagainya.

3. Potensi masalah TBC untuk dicegah, adalah sifat dan beratnya masalah TBC yang akan timbul dan dapat dikuraangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah TBC adalah :

a. Kepelikan/kesulitan masalah,hal ini berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah TBC yang menunjukkan pada prognosa dan beratnya TBC yang diderita oleh anggota keluarga.

 b. Tindakan yang sudah dan sedang dijalankan, adalah tindakan untuk mencegah dan mengobati masalah TBC dalam rangka meningkatkan status kesehatan keluarga.

c. Lamanya masalah, berhubungan dengan beratnya masalah TBC pada keluarga dan potensi masalah untuk dicegah.

d. Adanya kelompok resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok yang sangat  peka menambah potensi untuk mencegah masalah.

4. Menonjolnya masalah TBC,adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah TBC dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi keperawatan dan kesehatan.

(38)

3. Rencana Keperawatan

Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang  berorientasi pada kriteria dan standart.

Ada beberapa tingkatan tujuan dalam penyusunan rencana keperawatan menurut Friedman (1998;64). Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur, langsung dan spesifik. Dan tujuan jangka panjang yang merupakan tingkatan akhir yang menyatakan maksud-maksud luas yang diharapkan oleh perawat dan keluarga agar dapat tercapai.

Penyusunan kriteria evaluasi dan standar evaluasi, disesuaikan dengan sumber daya yang ada pada keluarga Tn .S yaitu biaya, pengetahuan dan sikap dari keluarga Tn.S berupa respon verbal, afektif dan psikomotor untuk mengatasi masalahnya.

Tujuan asuhan keperawatan pada keluarga dengan masalah TBC : 1. Tujuan jangka pendek antara lain :

Setelah di berikan informasi kepada keluarga mengenai TBC, maka keluarga mampu mengenal masalah TBC, mampu mengambil keputusan dan mampu merawat anggota keluarga yang menderita TBC.

 Kriteria evaluasi :

a. Respon verbal,keluarga mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala,  penyebab, cara penularan perawatan dan pencega han TBC.

(39)

 b. Respon efektif, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita TBC.

c. Respon Psikomotor, keluarga mampu memodifikasi lingkungan bagi penderita TBC.

Standar evaluasi :

Pengertian, tanda dan gejala, penyebab, cara pencegahan TBC, cara pencegahan  penularan dan cara perawatan TBC.

2. Tujuan jangka panjang

Masalah TBC dalam keluarga dapat teratasi / dikurangi setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Tahap intervensi diawali dengan penyelesaian perencanaan perawatan. Seperti  pendapat Friedman (1998: 67). Selama pelaksanaan intervensi keperawatan, data-data baru secara terus-menerus mengalir masuk. Karena informasi ini (respon dari klien, perubahan situasi, dll) dikumpulkan, perawat perlu cukup fleksibel dan dapat beradaptasi untuk mengkaji ulang situasi keluarga dengan membuat modifikasi-modifikasi tanpa rencana terhadap perencanaan. Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk pemecahan.

Intervensi pada keluarga dengan masalah TBC antara lain sebagai berikut (Doenges, 1999) :

1. Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tissue dan menghindarkan meludah di sembarang tempat.

(40)

3. Kontrol berat badan secara periodic

4. Dorong pasien untuk makan sedikit tapi sering dengan makanan tinggi karbohidart dan tinggi protein.

5. Dorong pasien untuk minum obat secara teratur  4. Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga, didasarkan pada rencana keperawatan yang telah disusun.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga dengan TBC adalah :

a. Sumber daya Keluarga (keuangan)

Sumber daya (keuangan) yang memadai diharapkan mampu menunjang proses  penyembuhan pada anggota keluarga yang menderita TBC

 b. Tingkat pendidikan keluarga

Tingkat pendidikan keluarga dapat mempengaruhi kemampuam keluarga dalam mengenal masalah TBC dan mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita TBC.

c. Adat istiadat yang berlaku

Adat istiadat yang berlaku berpengaruh pada kemampuan kelurga dalam merawat anggota keluarga yang menderita TBC

d. Respon dan penerimaan keluarga

Respon dan penerimaan keluarga sangat berpengaruh pada penyembuhan karena keluarga mampu memberi motivasi.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pengabdian ini meliputi: 1) Koordinasi dengan mitra, terkait dengan penyusunan jadwal kegiatan; 2) Persiapan penyuluhan dan pelatihan; 3) Penyuluhan tentang

Letak geografis wilayah sumatera yang merupakan wilayah anggota kerjasama segitiga pertumbuhan dengan semenanjung Malaysia dan Thailand sejak dulu telah terjalin

Praktikan dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan berusaha untuk selalu memakai sarana dan prasarana kantor dengan baik dan mempertimbangkan aspek –

Seperti halnya pada hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa aksesi Bogor 80-II-5 dan Medan yang memiliki cabang produktif lebih banyak dibandingkan aksesi lainnya ternyata

pada tahun 2012 Aceh akan tumbuh menjadi negeri makmur yang berkeadilan dan adil dalam. makmur yang berkeadilan dan adil dalam

The present results are compared with those of previous studies dealing with the mushroom coral fauna of Brunei (Chou et al., 1987; Turak & DeVantier, 2011) and with those

Tahap pengembangan konseptual model tingkat kematangan industri komponen otomotif, yaitu; pengkajian ulang, pengumpulan dan pengembangan data dengan menggunakan data

Pengaruh Keharmonisan Keluaga Terhadap Kedisiplinan Siswa Kelas XI MAN Krecek Pare Kabupaten Kediri, Psikologi Islam, Ushuluddin dan Ilmu Sosial, STAIN Kediri, 2017..