• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DEWASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DEWASA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KELUARGA DEWASA

Disusun Oleh :

Kelas Transfer IA

AKBAR DWI NUGRAHA - 2014727002

EDI SUSMANTO - 2014727015

HASMI RATNA UDAWATI - 2014727021

IMELDA SANDI - 2014727026

RETNO DEWI PALUPI - 2014727050

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Sistem Muskuloskeletal.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada dosen pembimbing kami yang telah memberikan kesempatan dan memberi fasilitas sehingga makalah ini dapat diselaikan dengan lancar sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik..

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...1

DAFTAR ISI...2

BAB I PENDAHULUAN...3

A. PENDAHULUAN...3

B. TUJUAN PENULISAN...4

C. METODE PENULISAN...4

BAB II KONSEP KELUARGA...5

A. PENGERTIAN...5

B. TIPE KELUARGA...6

C. FUNGSI KELUARGA...8

D. DIMENSI STRUKTUR KELUARGA...10

E. PERAN PERAWAT KELUARGA...12

F. TINGKAT PENCEGAHAN...13

BAB III KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA DEWASA...15

A. KARAKTERISTIK KELUARGA DEWASA...15

B. TUGAS PERKEMBANGAN...16

C. PERAN PERAWAT PADA KELUARGA DEWASA...17

D. PERTIMBANGAN KESEHATAN...18

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN...22

A. PENGKAJIAN...22

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN...25

C. INTERVENSI KEPERAWATAN...25

BAB V PENUTUP...31

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A.

PENDAHULUAN

Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan individu manusia. Keadaan yang harus disadari adalah setiap individu merupakan bagian dari keluarga dan dikeluarga juga semua dapat diekspresikan. Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegitatan yang diberi via praktek keperawatan pada keluarga.

Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga, tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya dan perlu paham setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya.

Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya mempengaruhi jalanya suatu penyakit dan status kesehatan anggota keluarga. Keluarga cenderung dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada para anggota keluarga. Keluarga merupakan para anggota sebuah keluarga baiasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah tangga mereka.

Pada keluarga dewasa merupakan tahap dimana semua anak akan pergi atau keluar meninggalkan rumah atau orang tuanya. Didalam kehidupan keluarga dewasa dimana orang tuanya akan merasa banyak kehilangan karena perginya anak-anak dari rumah. Pada keluarga ini juga terdapat berbagai masalah yang dialami oleh keluarga itu sendiri. Dan perawat sangat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kesehatan kepada keluarga.

(5)

keperawatan keluarga pada dewasa pertengahan , agar dapat memenuhi kebutuhan akan informasi yang mengenai kesejahteraan hidup dan khususnya kesehatan, yang nantinya akan kami bahas secara rinci dan mendalam pada bab selanjutnya.

B.

TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Untuk memahami aplikasi konsep dasar asuhan keperawatan keluarga dewasa pertengahan.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar keluarga. b. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep keluarga dewasa.

c. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan keluarga dewasa.

C.

METODE PENULISAN

(6)

BAB II KONSEP KELUARGA

A.

PENGERTIAN

Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya (Logan’s, 2004). Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang komplek dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai sebagaimana individu ( Illis, 2004 ). Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek. (Raisner, 2009). Duvall (1986, dalam Ali, 2009 ), menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari setiap anggota keluraga.

Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya individu dewasa dan anak yang hidup bersama secara harmonis dan memuaskan. Keluarga bukan sekedar gabungan dan jumlah dari beberapa individual. Keluarga memiliki keragaman seperti anggota individunya dan klien memiliki nilai – nilai tersendiri mengenai keluarganya yang harus dihormati. Keluarga sebagai suatu kelompok hubungan yang indentifikasi klien sebagai keluarga atau jaringan individu yang mempengaruhi kehidupan masing – masing tanpa melihat adanya hubungan biologis atau pun hukum (Perry, 2009, hal 202).

Menurut (Friedman, 1998), membuat defenisi yang berorientasi pada tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas :

1. Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.

(7)

3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran – peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki – laki dan anak perempuan, saudara dan saudari.

4. Keluarga sama – sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

B.

TIPE KELUARGA

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikuti. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga (Suprajitno, 2004).

Menurut (Friedman, 2009), adapun tipe keluarga sebagai berikut :

1. Tipe keluarga tradisional

a. Keluarga Inti (The nuclear family)

Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat).

b. Keluarga Dyad

Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.

c. Single Parent

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.

d. Single adult living alone

Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa hidup sendiri.

e. The childless

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.

f. Keluarga Besar (The extended family)

(8)

g. Commuter family

Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari minggu atau hari libur saja.

h. Multi generation

Beberapa generasi atau kelompok umum yang tinggal bersama dalam 1 rumah.

i. Kin-network family

Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.

j. Blended family

Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.

k. Keluarga usila

Keluarga terdiri dari suami dan istri yang ssudah usia lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.

2. Tipe keluarga non tradisional

a. Keluarga Orang Tua Tunggal Tanpa Menikah (The unmerrid teenage mother).

Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan anak dari hubungan tanpa nikah.

b. The step parents family

Keluarga dengan orang tua tiri.

c. Commune family

Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan monogami yang menggunakan fasilitas secara bersama.

d. The nonmarrital hetero seksual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa nikah.

(9)

Seorang yang mempunyai persamaan seks tinggal dalam 1 rumah sebagaimana pasangan suami istri.

f. Cohabitating couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena alasan tertentu.

g. Groupmarriage family

Beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah berbagi sesuatu termasuk seks dan membesarkan anak.

h. Group nertwork family

Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab membesarkan anak.

i. Foster family

Keluaraga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk waktu sementara.

j. Home less family

Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.

k. Gang

Keluarga yang dekstruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

C.

FUNGSI KELUARGA

Menurut (Friedman, 2009), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu :

1. Fungsi afektif

(10)

melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagian dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangan melalui interaksi dan hubungan dalam kelurga. Dengan demikian kelurga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam fungsi afektif adalah :

a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain maka kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan maningkat yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar memberi hubungan dengan orang lain diliat keluarga atau masyarakat.

b. Saling menghargai bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.

c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengemban proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut.

Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kabahagian keluarga keretakan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah kelurga timbul karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.

2. Fungsi sosialisasi

(11)

3. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

4. Fungsi ekonomi

Keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain sebagainya.

5. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga memberikan asuahan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan kelurga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :

a. Mengenal masalah.

b. Membuat keputusan tindakan yang tepat.

c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit. d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat. e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.

D.

DIMENSI STRUKTUR KELUARGA

Menurut (Friedman, 2009), struktur keluarga terdiri atas:

1. Pola dan proses komunikasi

Pola interaksi keluarga yang berfungsi: a. Bersifat terbuka dan jujur.

b. Selalu menyelesaikan konflik keluraga. c. Berfikir positif.

d. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapatnya sendiri.

Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi:

(12)

1) Yakin dalam mengemukakan pendapat. 2) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas. 3) Selalu minta maaf dan menerima umpan balik. b. Karakteristik penerima :

1) Siap mendengar.

2) Memberikan umpan balik. 3) Melakukan validasi. 2. Struktur peran

Peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami atau istri atau anak.

3. Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan dalam (potensial atau aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah prilaku seseorang kearah positif. Tipe struktur kekuatan antara lain :

a. Legitimate power/authority : Hak untuk mengatur seperti orang tua pada anak. b. Referent power : Seseorang yang ditiru.

c. Reword power : Pendapat ahli.

d. Coercive power : Dipaksakan sesuai keinginan. e. Informational power : Pengaruh melalui persuasi.

f. Affectif power : Pengaruh melalui manipulasi cinta kasih.

4. Nilai –nilai dalam keluarga

(13)

E.

PERAN PERAWAT KELUARGA

Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unti pelayanan untuk mewujudkan keluarga sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga (Suprajitno, 2004). Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Suprajitno, 2004) :

1. Pendidik

Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :

a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri. b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga

2. Koordinator

Koordinasi diperlukan pada perawatan agar pelayanan komperhensif dapat dicapai. Koordianasi juga diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.

3. Pelaksanaan

Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarga dengan menggunakan metode keperawatan.

4. Pengawas kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan hime visit yang teratur untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga

5. Konsultan

(14)

6. Kolaborasi

Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang optimal.

7. Fasilisator

Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana sehat.

8. Penemu kasus

Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyrakat sehingga menghindari dari ledakan kasus atau wabah.

9. Modifikasi lingkungan

Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun masyarakat agar tercipta lingkungan sehat.

F.

TINGKAT PENCEGAHAN

Mengembangkan sebuah kerangka kerja, yang disebut sebagai tingkat pencegahan, yang digunakan untuk menjelaskan tujuan dari keperawatan keluarga. Tingkat pencegahan tersebut mencakup seluruh spektrum kesehatan dan penyakit, juga tujuan-tujuan yang sesuai untuk masing-masing tingkat. Leavell dkk. (1965, dalam Friedman, 1998). Ketiga tingkatan tersebut adalah adalah :

a. Pencegahan primer yang meliputi peningkatan kesehatan ddan tindakan preventif khusus yang dirancang untuk menjaga orang bebas dari penyakit dan cedera.

b. Pencegahan sekunder yang terdiri dari atas deteksi dini, diagnosa, dan pengobatan. c. Pencegahan tertier, yang mencakup tahap penyembuhan dan rehabilitasi, dirancang

untuk meminimalkan ketidakmampuan klien dan memaksimalkan tingkat fungsinya.

(15)
(16)

BAB III KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA DEWASA

A.

KARAKTERISTIK KELUARGA DEWASA

Menurut Hurlock (1991: 247-252), ciri-ciri umum perkembangan fase usia dewasa awal sebagai berikut:

1. Masa pengaturan, usia dewasa awal merupakan saat ketika seseorang mulai menerima tanggungjawab sebagai orang dewasa.

2. Usia reproduktif, usia dewasa awal merupakan masa yang paling produktif untuk memiliki keturunan, dengan memiliki anak, mereka akan memiliki peran baru sebagai orang tua.

3. Masa bermasalah, pada usia dewasa awal akan muncul masalah-masalah baru yang berbeda dengan masalah sebelumnya, diantaranya masalah pernikahan.

4. Masa ketegangan emosional, usia dewasa awal merupakan masa yang memiliki peluang terjadinya ketegangan emosional, karena pada masa itu seseorang berada pada wilayah baru dengan harapan-harapan baru, dan kondisi lingkungan serta permasalahan baru.

5. Masa keterasingan sosial, ketika pendidikan berakhir seseorang akan memasuki dunia kerja dan kehidupan keluarga. Seiring dengan itu, hubungan dengan kelompok teman sebaya semakin renggang.

6. Masa komitmen, pada usia dewasa awal seseorang akan menentukan pola hidup baru, dengan memikul tanggungjawab baru dan memuat komitmen-komitmen baru dalam kehidupan.

7. Masa ketergantungan, meskipun telah mencapai status dewasa dan kemandirian, ternyata masih banyak orang dewasa awal yang tergantung pada pihak lain.

8. Masa perubahan nilai, jika orang dewasa awal ingin diterima oleh anggota kelompok orang dewasa.

9. Masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru.

(17)

B.

TUGAS PERKEMBANGAN

Sudah umum diakui bahwa suatu perkembangan tidak berhenti pada waktu orang mencapai kedewasaan fisik pada masa remaja atau kedewasaan sosial pada masa dewasa awal. Selama manusia berkembang maka akan terjadi perubahan-perubahan yakni perkembangan-perkembagan yang dialami oleh individu tersebut.

Perubahan tersebut terjadi pada fungsi biologis dan motoris, pengamatan dan berpikir, motif-motif dan kehidupan afeksi, hubungan sosial serta integrasi masyarakat. Perubahan fisik yang menyebabkan seseorang bekurang harapan hidupnyadisebut proses menjadi tua. Proses ini merupakan sebagian dari pada keseluruhan proses menjadi tua. Proses ini banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor kehidupan bersama dan faktor pribadi orang itu sendiri, yaitu regulasi diri sendiri.

Perkembangan dalam arti tumbuh, bertambah besar, mengalami diferensiasi, yaitu sebagai proses perubahan yang dinamis pada masa dewasa berjalan bersama keadaan menjadi tua. Dalam hal ini ada tiga macam perubahan, yaitu dalam tubuh orang yang menjadi tua, dalam kedudukan sosial, dan dalam pengalaman batinnya.

Berbagai perubahan ini terjadi selama hidup seseorang meskipun tidak harus terkait pada usia tertentu secara eksak. Tempo dan bentuk akhir proses penuaan berbeda-beda pada orang yang satu dengan orang yang lain.

Seperti halnya sulit untuk menentukan kapan dimulainya fase dewasa, begitu pula dirasa sulit untuk menunjukkan kapan dimulainya proses menjadi tua. Hal itu sebetulnya tidak terlalu penting bila pendapat mengenai orang lanjut usia tidak diwarnai oelh gambaran citra yang negatif seperti yang ada pada masyarakat pada umumnya. (F.J. Monks. 2006. 323-324)

Berikut tugas perkembangan pada keluarga dewasa :

1. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup

(18)

Mereka akan beruapaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai persyaratan pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.

2. Membina kehidupan rumah tangga

Sikap yang mandiri merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memaasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga harus dapat membentuk, membina, danmengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup.

3. Meniti karir dalam rangkan memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga

Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya, mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, sertamemberi jaminan masa depan keuangan yang baik.

4. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab

Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan bahagia ditengah-tengah masyarakat. Syarat-syarat untuk menjadi warga negara yang baik harus dipenuhi oleh seseorang, sesuai dengan norma sosial budaya yang berlaku di masyarakat

C.

PERAN PERAWAT PADA KELUARGA DEWASA

Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.

(19)

masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat masalah yaitu potensial atau aktual.

Tugas bantuan pelayanan kesehatan antara lain:

 Nasehat meningkatkan hubungan antara anggota keluarga

 Nasehat untuk hidup mandiri

 Nasehat kepada anak dewasa yang akan memulai sebuah keluarga

D.

PERTIMBANGAN KESEHATAN

Dewasa awal umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan utama minimum. Akan tetapi gaya hidup mereka dapat menempatkan mereka pada resiko penyakit atau kecacatan selama masa dewasa tengah atau akhir. Dewasa awal mungkin juga rentan secara genetik terhadap penyakit kronis tertentu seperti diabetes mellitus dan hiperkolesterolemia keturunan ( Price dan Wilson, 1992). Penyakit crohn, radang kronis pada usus halus lebih umum terjadi pada usia 15-35 tahun. Insiden infertalitas juga meningkat pada masa sekarang yang mempengaruhi 15-20% dewasa sehat lain, banyak klien infertile merupakan dewasa awal (Bobak dan Jensen, 1993)

1. Masalah Fisiologis a. Faktor Resiko

Faktor risiko bagi kesehatan dewasa awal berasal dari komunitas, gaya hidup dan riwayat keluarga. Faktor risiko ini mempunyai kategori sebagai berikut ;

 Kematian dan Cedera karena kekerasan

Kekerasan adalah penyebab terbesar mortalitas dan morbilitas pada populasi dewasa awal. Kematian dan cedera dapat terjadi karena serangan fisik, kecelakaan kendaraan bermotor atau kecelakaan lain dan usaha bunuh diri.

Pengkajian faktor yang mempredisposisi kekerasan yang mengakibatkan cedera atau kematian, yaitu :

 Kemiskinan

 Keretakan keluarga

 Penganiayaan

(20)

Penting sekali bila seseorang perawat melakukan pengkajian psikososial secara keseluruhan termasuk faktor seperti : pola perilaku, riwayat penganiayaan fisik dan peyalahgunaan zat, pendidikan, riwayat pekerjaan dan system pendukung sosial untuk mengetahui faktor risiko terhadap kekerasan personal dan lingkungan.

 Penyalahgunaan Zat

Penyalahgunaan zat secara langsung maupun tidak langsung berperan terhadap mortalitas dan morbilitas pada dewasa awal. Intoksikasi pada dewasa awal dapat menyebabkan cedera berat dalam kecelakaan kedaraan bermotor yang dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan permanen. Penyalahgunan pada obat stimulan dan depresan yang (“upper”) dapat menekan system kardiovaskuler dan persyarafan yang dapat meluas sehingga menyebabkan kematian.

Penyalahgunaan zat tidak selalu dapat didiagosa, khususnya pada tahap awal. Informasi yang penting mungkin diperoleh dengan membuat pertanyaan yang spesifik tentang masalah medis di masa lalu, perubahan masukan makanan, pola tidur atau masalah labilitas emosi. Laporan penangkapan karena mengemudi saat intoksikasi, penganiayaan istri dan anak atau perilaku yang melanggar peraturan untuk memeriksa kemungkinan penyalahgunaan obat secara cermat (Winger, Hofmam dan Woods, 1992).

 Kehamilan yang tidak diinginkan

(21)

 Penyakit Menular Seksual (PMS)

Penyakit menular seksual yaitu sifilis, klamidia, gonore, herpes genital dan AIDS. Penyakit sekual menular mempunyai efek yang cepat seperti keluarnya rabas, ketidaknyamanan dan infeksi. PMS juga memicu gangguan kronis yang diakibatkan penyakit herpes genital, infertilitas yang diakibatkan gonore atau bahkan kematian yang disebabkan AIDS. Penyakit ini dapat terjadi pada orang yang aktif secara seksual dan diperkirakan hampir dua pertiga kasus PMS terjadi pada individu berusia antara 15-24 tahun (Killion,1994).

 Faktor Lingkungan dan Pekerjaan

Faktor lingkungan dan pekerjaan yang umum yaitu : paparan terhadap partikel udara yang dapat menyebabkan penyakit paru dan kanker. Penyakit paru yang termasuk silikosis berasal dari inhalasi bedak atau debu silikon dan emfisema karena kanker disebabkan paparan tentang pekarjaan dapat menyerang paru, hati, otak, darah atau kulit. Pertanyaan tentang paparan pekerjaan terhadap bahan-bahan berbahaya harus menjadi bagian rutin pengkajian perawat.

2. Gaya Hidup

Kebiasaan gaya hidup seperti merokok, stres, kurang large dan higiene personal yang buruk meningkatkan risiko penyakit di masa depan. Riwayat penyakit dalam keluarga seperti kardiovaskular, ginjal, endokrin atau neoplastik meningkatkan risiko penyakit juga. Peran perawat dalam meningkatkan kesehatan yaitu mengidentifikasi faktor yang meningkatkan risiko masalah kesehatan pada dewasa awal.

Merokok adalah faktor risiko penyakit paru, jantung dan vaskular yang diketahui dengan baik pada perokok dan orang yang menghisap asap rokok. Inhalasi polutan rokok meningkatkan risiko kanker paru-paru, emfisema dan bronkhitis kronis. Nikotin pada tembakau adalah vasokontriktor yang bekerja pada arteri koroner, darah meningkatkan risiko penyakit angina, infark miokard dan arteri koroner. Nikotin juga menyebabkan penyempitan vasokonstriksi perifer dan memicu masalah vaskular.

(22)

meningkatkan frekuensi nadi selama 15 sampai 20 menit 3 kali seminggu meningkatkan fungsi kardiopulmonal dengan menurunkan rata-rata tekanan darah dan denyut jantung. Selain itu latihan menurunkan kecenderungan mudah lelah insomnia, ketegangan dan iritabilitas. Perawat harus melakukan pengkajian muskuloskletal secara menyeluruh, termasuk mobilitas sendi dan tonus otot, dan pengkajian psikososial untuk meningkatkan toleransi terhadap stres dalam menentukan efek-efek latihan.

Pada semua kelompok usia, kebiasaan higiene personal pada dewasa awal dapat menjadi faktor risiko. Meminjamkan peralatan makan dengan seseorang yang mempunyai penyakit yang mudah menular meningkatkan risiko penyakit. Higiene gigi yang buruk meningkatkan risiko penyakit periodontal.

Riwayat penyakit dalam keluarga menempatkan dewasa awal pada risiko berkembangnya penyakit pada masa dewasa tengah atau dewasa akhir. Contohnya, seorang pria muda yang ayah dan kakek dari ayahnya yang mempunyai infark miokard (serangan jantung), pada usia 50-an mempunyai risiko infark miokard di masa depan. Adanya penyakit kronik tertentu dalam keluarga meningkatkan risiko bagi anggota keluarga terhadap perkembangan penyakit itu. Risiko penyakit keluarga jelas merupakan penyakit herediter. Kurangnya kepatuhan untuk pemeriksaan skrining rutin dapat menempatkan klien pada risiko penyakit berat karena kegagalan deteksi dini.

3. Infertilitas

(23)

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN

A.

PENGKAJIAN

Ketika mengkaji dewasa awal dan tengah, perawat harus mempertimbangkan perbandingan tugas perkembangan mereka dan juga membedakan tahap serta konsekuensi perkembangan baik psikologi dan biologis.

1. Perkembangan Psikologis

Dewasa muda telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20 tahun. Pengecualian pada hal ini adalah wanita hamil dan menyusui. Perubahan fisik, kognitif dan psikososial serta masalah kesehatan pada wanita hamil dan keluarga usia subur sangat luas.

Dewasa awal biasanya lebih aktif, mengalami penyakit berat tidak sesering kelompok usia yang lebih tua. Cenderung mengakibatkan gejala fisik dan sering menunda dalam mencari perawatan kesehatan. Karakteristik dewasa muda mulai berubah mendekati usia baya. Temuan pengkajian umumnya dalam batas normal, kecuali klien mempunyai penyakit.

Namun demikian klien pada tahap perkembangan ini dapat mengambil manfaat dari pengkajian gaya hidup pribadi. Pengkajian gaya hidup dapat membantu perawat dan klien mengidentifikasi kebiasaan yang meningkatkan resiko penyakit jantung, maligna, paru, ginjal atau penyakit kronik lainnya.

Pengkajian gaya hidup pribadi dewasa awal meliputi pengkajian kepuasan hidup secara umum, yaitu:

 Hobi dan Minat

 Kebiasaan meliputi : diet, tidur, olah raga, perilaku seksual dan penggunaan

kafein, alcohol dan obat terlarang

(24)

 Lingkungan pekerjaan meliputi : jenis pekerjaan, pemajanan terhadap fisik dan mental.

2. Perkembangan Kognitif

Kebiasaan berpikir rasional meningkat secara tetap pada masa dewasa awal dan tengah. Pengalaman pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup secara umum dan kesempatan pekerjaan secara dramatis meningkatkan konsep individu, pemecahan masalah dan keterampilan motorik.

Mengidentifikasi area pekerjaan yang diinginkan adalah tugas utama dewasa awal. Ketika seseorang mengetahui persiapan pendidikannya, keahlian, bakat dan karakteristik kepribadian. Pilihan pekerjaan menjadi lebih muda dan biasanya meraka akan lebih luas dengan pilihannya. Akan tetapi, banyak dewasa awal kekurangan sumber dan system pendukung untuk memfasilitasi pendidikan lebih lanjut atau pengembangan keahlian yang diperluhkan untuk berbagai posisi pekerjaan. Akibatnya, beberapa dewasa awal mempunyai pilihan pekerjaan yang terbatas

3. Perkembangan Psikososial

Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan kemampuan individu mengarahkan dan memecahkan tugas pribadi dan social. Dewasa awal kadang terjebak antara keinginan untuk memperpanjang masa remaja yang tidak ada tanggung jawab dan memikul tanggung jawab dewasa. Namun pola tertentu atau kecenderungan relatif dapat diperkirakan. Antara usia 23-28 tahun, arang dewasa memperbaiki perpepsi diri dan kemampuan berhubungan. Dari usia 29-34 tahun orang dewasa mengarahkan kelebihan energinyaterhadap pencapaian dan penguasaan dunia sekitarnya. Usia 35-43 tahun adalah waktu ujian yang besar dari tujuan hidup dan hubungan. Perubahan telah dibuat dalam kehidupan pribadi, sosial dan pekerjaan. Seringkali stress dalam ujian ini mengakibatkan “krisi usia baya” ketika pasangan dalam pernikahan, gaya hidup dan pekerjaan dapat berubah.

(25)

tetapi adanya kecenderungan saat ini terhadap pengecilan perusahaan menyebabkan kehidupan dewasa dan faktor tersebut dapat merupakan tantangan yang jelas bagi asuhan keperawatan. Dewasa awal harus membuat keputusan mengenain kerier, pernikahan dan menjadi orang tua. Meskipun setiap orang membuat keputusan tersebut berdasarkan faktor individu, perawat harus memahami prinsip umum yang tercangkup dalam aspek pengembangan psikososial dewasa awal.

4. Stress Pekerjaan

Stres pekerjaan dapat terjadi setiap hari atau dari waktu ke waktu. Kebanyakan dewasa awal dapat mengatasi krisis dari hari ke hari. Stres situasi pekerjaan situasional dapat terjadi ketika atasan baru memasuki tempat pekerjaan, tenggat waktu hampir dekat, atau seorang pekerja diberi tanggung jawab baru atau besar. Kecenderungan terbaru pada dunia bisnis saat ini dan faktor risiko stres pekerjaan menurun, yang memicu peningkatan tanggung jawab pegawai dengan posisinya lebih sedikit dalam struktur perusahaan. Stres pekerjaan juga terjadi jika seseorang tidak puas pada pekerjaan atau tanggung jawabnya. Karena setiap individu menerima pekerjaan yang berbeda, maka tiap stresor bervariasi pada setiap klien. Pengkajian perawat pada dewasa awal harus meliputi deskripsi pekerjaan yang biasa dilakukan dan pekerjaan saat ini jika berbeda. Pengkajian pekerjaan juga meliputi kondisi dan jam kerja, durasi bekerja, perubahan pada kebiasaan tidur atau makan, dan tanda peningkatan iritabilitas dan kegugupan.

5. Stress Keluarga

(26)

perubahan akibat dari penyakit, krisis keadaan dapat terjadi. Perawat harus mengkaji faktor lingkungan dan keluarga termasuk sistem pendukung, penguasaan mekanisme yang biasa digunakan oleh anggota keluarga.

B.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada keluarga dewasa adalah :

1. Masalah Potensial

a. Gangguan proses keluarga b. Gangguan penampilan c. Gangguan proses berpikir

d. Gangguan pemeliharaan kesehatan e. Gangguan peyalahgunaan zat f. Gangguan pola seksual g. Konflik peran keluarga

h. Konflik pengambilan keputusan i. Ketidakefektifan koping keluarga j. Hambatan interaksi social

k. Ketidakberdayaan l. Defisit pengetahuan m. Defisit perawatan diri n. Perubahan kebutuhan nutrisi 2. Masalah Resiko

a. Risiko perubahan peran orang tua b. Risiko penularan infeksi

c. Risiko kesepian d. Risiko cedera 3. Masalah Potensial

(27)

C.

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber psikologi untuk beradaptasi terhadap proses meninggalkan rumah, pilihan karier ANALISA DATA

Data Mayor :

 Pengungkapan ketidakmampuan untuk mengatasi atau menerima bantuan

 Penggunaan mekanisme koping yang tidak sesuai

 Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan

Data Minor :

 Rasa khawatir, ansietas

 Melaporkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan

 Ketidaefektifan partisipasi social

 Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar

 Perubahan pola komunikasi yang biasa

Intervensi :

a. Kaji status koping individu saat ini

 Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta

 Dengarkan dengan cermat dan amatiwajah, gerak tubuh, kontak mata,

intonasi, dan intensitas suara

b. Berikan dukungan jika individu berbicara

 Tenangkan bahwa perasaan yang dimulainya memang sulit

 Jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih member harapan

pandangan realistis

c. Dorong untuk melakukan evaluasi diri tentang perilakunya  Apa hal tersebut berguna bagi anda?

 Bagaimana hal tersebut dapat membantu?

d. Bantu individu untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif  Apa yang menjadi masalah

 Siapa yang akan bertanggungjawab terhadap masalah tersebut

 Apa keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan

(28)

f. Berikan kesempatan untuk belajar dan menggunakan teknik pelaksanaan

Tidak berkomunikasi secara terbuka dan efektif diantara anggota keluarga

Data Minor :

 Tidak dapat memenuhi kebutuhan fisik, emosi,dan spiritual semua anggota

keluarga

 Tidak dapat mengekspresikan atau menerima perasaan secara terbuka

Intervensi :

a. Bantu keluarga menghadapi kekhawatirannya terhadap masalah tersebut

b. Dorong keluarga untuk mengungkapkan rasa bersalah, marah, menyalahkan diri, bermusuhan, dan mengenal lebih lanjut perasaannya dalam anggota keluarga

c. Bantu keluarga untuk mengenal peran dan menentukan prioritas untuk mempertahankan integritas keluarga dan menurunkan stress

d. Bina hubungan saling percaya antara anggota keluarga

3. Ketidakfektifan pemeliharan kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyakit

ANALISA DATA

Data Mayor :

Melaporkan atau memperlihatkan gaya hidup yang tidak sehat (misalnya penggunaan obat-obatan, makan dalam jumlah yang berlebihan, diet tinggi lemak)

Data Minor :

Melaporkan atau memperlihatkan :

 Sistem pernapasan (sering terinfeksi, batuk kronis, dispnea saat aktivitas)

 Rongga mulut (sering sariawan, ompong pada usia dini)

 Sistem pencernaan dan nutrisi (obesitas, anoreksia, kakeksia, anemia kronis)

(29)

 Konstitusional (keletihan kronis, malaise, apatis)

 Neurosensori (sakit kepala,adanya kerutan pada wajah)

 Psikoemosional (emosi rapuh, gangguan perilaky, sering merasa sanga kacau)

Intervensi :

a. Kaji pengetahuan tentang pencegahan primer

 Diet yang sehat ( misalnya, “empat dasar”, rendah lemak dan garam, tinggi karbohidrat kompleks, asupan vitamin, mineral yang mencukupi, air 2-3 liter sehari)

 Kontrol berat badan

 Hindari penyalahguanaan zat (misalnya alcohol, obat-obatan, tembakau)

 Hindari penyakit hubungan seksual

 Hygiene gigi/mulut (misalnya setiap hari, dokter gigi)

 Imunisasi

c. Tentukan pengetahuan yang diperluakn untuk mengatasi kondisi penyakit d. Kaji apakah sumber daya yang dibutuhkan dirtumah tersedia (pemberi asuhan,

keuangan, peralatan)

4. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan pertentangan dalam system pendukung

ANALISA DATA

Data Mayor :

 Mengungkapkan ketidakpastian tentang pilihan-pilihan dan konsekuensi alternative tindakan yang diinginkan

 Kebimbangan tentang alternative pilihan

 Menunda pengambilan keputusan

(30)

 Mengungkapakan perasaan disstres saat mengupayakan suatu keputusan

 Berfokus pada diri sendiri tanda-tanda fisik disstres atau keteganagan

(peningkatan frekuensi jantung dan ketegangan otot, gelisah)saat keputusan menjadi focus perhatian

 Mempertanyakan nilai-nilai atau keyakinan pribadi saat mengusahakan suatu pengambilan keputusan

Intervensi :

a. Jalin hubungan saling percaya dan berarti yang meningkatkan saling pengertian dan perhatian

b. Fasilitasi proses pengambilan keputusan yang logis

 Bantu individu mengenlai apa masalahnya dan dengan jelas mengidentifikasi keputusan yang harus dibuat

 Gali apa yang akan timbul bila tidak membuat keputusan

 Bantu mengidentifikasi kemungkinann hasil berbgaai alternative

 Bantu individu untuk menghadapi ketakutan

 Benahi kesalahan informasi

 Bantu dalam mengevaluasi alternative berdasarakan pada ancaman

potensial atau actual terhadap nilai-nilai atau keyakinan  Beri dorongan pada individu untuk membuata keputusan

c. Beri dorongan pada orang terdekat untuk terlibat dalam keseluruhan proses pengambilan keputusan

d. Dengan aktif yakinkan individu bahwa keputusan sepenuhnya ditangannya dan menjadi haknya untuk melakukan itu

e. Libatkan seluruh anggota keluarga dalam proses pengambilan keputusan

5. Risiko kesepian berhubungan dengan pelepasan anak (anak telah menikah dan pergi dari rumah)

ANALISA DATA

Data Mayor :

 Pengungkapan rasa kesepian karena telah melepaskan anak yang menikah

 Ingin mencari suasana yang lebih ramai

Data Minor :

(31)

 Sedih

 Sering merenung

Intervensi :

a. Identifikasi factor penyebab dan penunjang

b. Beri dorongan individu untuk membicarakan perasaan kesepian c. Tingkatkan interksi social

 Kerahkan system pendukung tetangga dan keluarga individu

 Rujuk pada penyuluhan keterampilan social

 Tawarkan umpan balik tentang bagaimana individu menampilkan diri pada

orang lain

d. Kurangi hambatan kontak sosial

 Tentukan ketersediaan transportasi dalam komunitas (umum, yang berubngan dengan ibadah)

(32)

BAB V PENUTUP

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan. Praktek.

Jakarta : EGC

Mubarak, wahit iqbal. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 1. Jakarta : EGC

Mubarak, wahit iqbal. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 2. Jakarta : EGC

Perry and Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan I: konsep, proses, dan praktik Edisi 4 / Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa, Yasmin Asih [et all]; editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester. Jakarta : EGC

Setiawati, santun. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans info med

Sudiharto, (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah famili yang paling banyak ditemukan yaitu pada penelitian Elmi (2007) pada Kawasan Gua Berangin kapur Batu Laki Desa Malutu kecamatan padang batung

Bermain adalah hal yang paling disukai oleh anak dan menjadi fitrahnya. Beragam permainan menjadi pesona dan daya tarik anak, baik itu permainan yang dilakukan

Kaolin merupakan jenis tanah liat primer yang digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan keramik putih, dan menggandung mineral kaolinit Al 2 Si 2 O 5 (OH) 4.. Dilihat dari

Oleh karena itu, masalah tersebut dibahas dan dituangkannya dalam bentuk Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Penilaian Tanah Dan Bangunan Sebagai Salah Satu Agunan Dalam

c) Huraikan dua kesan peningkatan suhu kepada proses geomorfologi [4m] c1. Peningkatan proses luluhawa- suhu tinggi, batu mengembang, percepat luluhawa kimia c2. Peningkatan

Apabila Orang tua calon siswi tidak dapat hadir wawancara pada waktu yang sudah ditentukan, mohon konfirmasi ke SMA Stella Duce 2 di No Telp 0274 513129 atau ke Bapak Y. Himawan

Bahan kimia meli%u$i Da$,Da$ ang di%erlukan dalam %er(obaan,%er(obaan H +engenalan Reaksi Kimia3 7eknik +emisahan dan +emurnian3 7i$rasi sam,Basa3 9lek$rokimia3 9nerge$ika3

PERDA NOMOR 7, 8, 9 DAN 10 TAHUN 2000 DAN PERDA NOMOR 11 TAHUN 1999 TENTANG RSUD dr.. Doris Sylvanus Palangka Raya serta Perda tentang UPTD, tetapi mengacu pada