PENGARUH PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
ATAS PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM
TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION
DI KOTA PADANG
Audia Citra Permita
1, Resti Yulistia M
1,Popi Fauziati
1 1Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta
Email:
audiacitra@yahoo.co.id
Abstract
The aim of this research is to know the effect of individual tax perception on the
implementation of self assessment system toward the tax evasion. Sample of this research was
individual tax payer who has NPWP of unfixedsalary in Padang city. Method of sample was
random sampling, choosing sample randomly. The researcher used primary used primary data
by distributing a validity and realibility questionnaire. The researcher collected 70
questionnaires, the hypothesis used simple linear regression by using software SPSS version
16.0.
The result of research showed that H
0was rejected and H
awas accepted, because the
result showed the fuction value of tarithmatic > ttable. It means that the individual tax perception on
the self assessment system have significant influence toward the tax evasion, where the
individual perception of tax payer on the self assessment system make the tax evasion in Padang
city to be increased.
Keywords: Implementation of Self Assessment System, Tax Evasion
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sumber dana negara yang memberikan kontribusi terbesar
dalam membangun Negara ini. Melalui
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pemerintah dituntut untuk menetapkan berbagai macam kebijakan dan peraturan yang memadai untuk
mengelola pajak yang dibayarkan oleh
warganya. Hal ini tertuang dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dimana penerimaan pajak merupakan penerimaan yang terbesar dalam negeri. Semakin besarnya
pengeluaran pemerintah dalam rangka
pembiayaan negara menuntut peningkatan
penerimaan negara yang salah satunya berasal dari penerimaan pajak.Menurut Andriani (dalam Agoes dan Trisnawati, 2010) Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Feldmann (dalam Resmi, 2013), Pajak adalah prestasi yang dipaksakan
sepihak oleh teutang kepada pengusaha
(menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum) tanpa adanya kontraprestasi, dan
semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum.
Perpajakan merupakan salah satu bentuk kegiatan pemerintah dalam mengelola uang Negara yang berfungsi mengurangi kesenjangan penduduk, sehingga peningkatan kesejahteraan penduduk dapat tercapai.Suatu Negara berharap
kesejahteraan ekonomi masyarakatnya
meningkat.Dengan pembayaran pajak sebagai salah satu sumber dana diharapkan banyak pembangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan Negara. Akan tetapi tidak banyak rakyat yang dapat merasakan apa yang telah mereka keluarkan atau menerima hasil dari pembayaran pajak mereka. Dan kalau pun boleh memilih, tidak ada orang yang dengan rela membayar pajak, apalagi membayarnya secara rutin.Tetapi,
pajak bukanlah suatu pilihan melainkan
kewajiban, karena yang dituntut dari Wajib Pajak adalah ketaatannya bukan kerelaannya. Oleh karena itu, banyak cara yang dilakukan
orang untuk menghindari pajak bahkan
menggelapkan pajaknya. (www.wordpress.com) Dalam laporan penerimaan pajak (pada tabel 1.1), bisa dilihat bahwa antara penerimaan pajak yang sesungguhnya hanya 18,70% artinya sekitar 81,30 pajak belum diterima. Kemana pergi pajak lainnya, apakah karena Wajib Pajak malas untuk membayar pajak atau Wajib Pajak
banyak yang melakukan penggelapan pajak atau memanipulasi data pajak yang sebenarnya (www.Direktorat Jenderal Pajak.com)
Upaya untuk mendapatkan penerimaan atau pemungutan pajak yang optimal dibutuhkan sistem pemungutan pajak.Sejak tahun 1983, sistem pemungutan pajak di Indonesia menganut
Self Assessment System.Pelaksanaan Self Assessment System memberikan kepercayaan
penuh terhadap Wajib Pajak dalam menghitung, membayar, mencatat dan melaporkan sendiri jumlah pajak terhutangnya kepada fiskus. Keberhasilan Self Assessment System tidak akan tercapai tanpa adanya kerjasama antarapetugas pajak dan Wajib Pajak. Karena faktor utama dari keberhasilan itu adalah kejujuran dan kesadaran dari masyarakat sendiri, khususnya para Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila tingkat kesadaran dan kejujuran Wajib Pajak masih
sangat rendah, hal inilah yang akan
menimbulkan berbagai macam masalah
perpajakan, salah satunya yaitu penggelapan pajak (tax evasion).
Menurut Rahayu (2010), Penggelapan pajak (Tax Evasion) mengandung arti sebagai usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak apakah berhasil atau tidak untuk mengurangi atau sama
sekali menghapus hutang pajak yang
berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai
pelanggaran terhadap perundang-undangan
1.2 Perumusan Masalah
Apakah persepsi Wajib Pajak Orang pribadi atas pelaksanaan Self Assessment System berpengaruh terhadap tindakan Tax Evasion?
II. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Wajib Pajak
Menurut Undang-undang KUP Pasal 1 butir 2 tahun 1983, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan perpajakan
ditentukan untuk melakukan kewajiban
perpajakan termasuk pemungut pajak dan pemotong pajak tertentu.
Menurut Rahayu (2010) Wajib Pajak dikelompokkan menjadi: 1) Wajib Pajak orang pribadi, 2) Wajib Pajak badan, dan 3) Wajib Pajak pemungut atau pemotong.
2.2 Sistem Perpajakan
Menurut Waluyo (2011), Indonesia mempunyai beberapa sistem pemungutan pajak, yaitu:
1. Official Assessment System. Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak
yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terhutang.
2. Self Assessment System. Sistem
perpajakan yang memberikan
wewenang, kepercayaan, tanggung
jawab kepada Wajib Pajak untuk
menghitung, meperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
3. Withholding System. Sistem ini
merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yanag terutang oleh Wajib Pajak.
2.2.1 Self Assessment System
Menurut Rahayu (2010), dalam sistem
Self Assessment, Wajib Pajak sendiri yang
menghitung, menetapkan, menyetorkan, dan melaporkan pajak yang terutang. Fiskus hanya
berperan untuk mengawasi, misalknya
melakukan penelitian apakah Surat
Pemberitahuan (SPT) telah diisi dengan lengkap dan semua lampiran sudah disertakan, meneliti kebenaran penghitungan dan meneliti kebenaran penulisan.
2.2.2 Pelaksanaan Self Assessment System Self Assessment System dikenal setelah
terjadinya reformasi perpajakan pada tahun 1983 dimana sistem yang dipakai sebelumnya adalah
official assessment system. Menurut Ilyas dan
Burton (2012) self assessment systemberarti kepada Wajib Pajak diberikan kepercayaan
sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk
melaksanakan pemenuhan kewajiban
perpajakannya dengan cara menghitung,
memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang harus dibayar ke negara.
2.3 Kepatuhan Pajak
Menurut Nurmantu (2005), Kepatuhan Perpajakan didefenisiskan sebagai suatu keadaan
dimana Wajib Pajak memenuhi semua
kewajiban dan melaksanakan hak
perpajakannya.
Pada saat sekarang tingkat kepatuhan terhadap pajak masih sangat rendah. Terbukti dari jumlah Wajib Pajak yang memberikan SPT-nya haSPT-nya 8,5 juta Wajib Pajak. Padahal penduduk yang aktif bekerja ada 110 juta orang. ”Artinya rasio SPT terhadap kelompok pekerja aktif itu hanya 7,7%. Dengan kata lain memang tingkat kepatuhan Wajib Pajak masih belum memadai, ” Sementara untuk Wajib Pajak Badan Usaha yangmenyerahkan SPT tahunannnya hanya 466 ribu badan usaha. Sedangkan badan usaha Wajib Pajak yang tercatat adalah 12 juta lebih. Itu artinya Wajib Pajak badan hanya 3,6% dari badan yang memenuhi kewajibannya. (Kompas.com)
Forrest dan Sheffrin (dalam Rahayu, 2010) menjelaskan bahwa sistem perpajakan yang simpliyfying sangat penting karena semakin kompleks sistem perpajakan akan memberikan keengganan dan penggerutuan pembayar pajak sehingga berpengaruh terhadp ketidakpatuhan Wajib Pajak.
2.4 Penggelapan Pajak (Tax Evasion)
Menurut Mortenson (dalam
Rahayu,2010) Penyelundupan Pajak adalah usaha yang tidak dapat dibenarkan berkenaan dengan kegiatan Wajib Pajak untuk lari atau menghindarkan diri dari pengenaan pajak.
2.4.1 Indikator Penggelapan Pajak
Menurut Zain (2008), Adapun yang menjadi indikator dari penggelapan Pajak yaitu:
a. Tidak menyampaikan SPT
b. Menyampaikan SPT dengan tidak benar
c. Tidak mendaftarkan diri atau
menyalahgunakan NPWP atau
pengukuhan PKP
d. Berusaha menyuap fiskus.
2.4.2 Penyebab Penggelapan Pajak
Menurut Rahayu (2010) penyebab terjadinya tax evasion atau penggelapan pajak adalah:
1. Kondisi Lingkungan
Lingkungan sosial masyarakat menjadi hal yanag terpisahkan dari manusia sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu saling bergantung satu sama lain, begitu juga dalam dunia perpajakan.
Jika lingkungan kondisinya baik,
masing-masing individu akan
termotavasi untuk memenuhi peraturan perpajakan dengan membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebaliknya jila lingkungan sekitar kerap
melakukan pelanggaran, maka
masyarakat saling meniru untuk tidak mematuhi peraturan dan melakukan perlawanan pajak.
2. Pelayanan Fiskus yang Mengecewakan
Pelayanan aparat pemungut pajak
terhadap masyarakat cukup menentukan dalam pengambilan keputusan Wajib Pajak dalam membayar pajaknya. Jika
pelayanan yang diberikan oleh aparat pemungut pajak telah memuaskan Wajib Pajak, maka tentunya merasa telah diapresiasi oleh fiskus.
3. Tingginya Tarif Pajak.
Pemberlakuan tarif pajak mempengaruhi
Wajib Pajak dalam membayarkan
pajaknya. Pembebanan pajak yang rendah membuat masyarakat tidak terlalu keberatan untuk memenuhi kewajibannya. Meskipun masih ingin menghindar dari pajak, mereka tidak akan terlalu mebangkang terhadap aturan-aturan perpajakan.
4. Sistem Administrasi Perpajakan yang buruk.
Penetapan sistem administrasi pajak mempunyai peranan penting dalam proses pemungutan pajak suatu negara. Dengan sistem administrasi yang bagus, pengelolaan perpajakan akan berjalan lancar dan tidak akan terlalu banyak menemui hambatan yang berarti.
2.4.3 Akibat Penggelapan Pajak.
Menurut Gunadi (2007), ada beberapa akibat dari perbuatan penggelapan pajak, yaitu:
1. Dalam bidang keuangan.
Penggelapan pajak merupakan pusat kerugian bagi kas negara karena dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara anggaran dan konsekuensi-konsekuensi lain yang berhubungan dengan itu, seperti kenaikan tarif pajak, keadaan inflasi.dll.
2. Dalam bidang ekonomi
Penggelapan pajak sangat
mempengaruhi persaingan sehat antara para pengusaha. Maksudnya pengusaha yang melakukabn penggelapan pajak dengan cara menekan biayanya secara tidak wajar. Sehingga perusahaan yang
menggelapkan pajak memperoleh
keuntungan yang lebih besar
dibandingkan pengusaha yang jujur. 3. Dalam bidang psikologi
Jika wajib pajak terbiasa melakukan penggelapan pajak, itu sama saja membiasakan untuk selalu melanggar undang-undang. Karena tujuan Wajib Pajak dalam menggelapkan pajak pasti untuk mencari keuntungan yang lebih besar.
2.5 Hubungan Self Assessment System dengan Tax Evasion
Prinsip utama pemungutan pajak
sebagai wujud dari kewajiban warga negara untuk ikut membantu pembiayaan negara dan
pembangunan nasional adalah dengan
diberikannya kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, melaporkan, mencatat dan membayarkan jumlah pajak terhutang. Akan tetapi banyak Wajib Pajak memanfaatkan kepercayaan yang diberikan dan berfikir untuk melarikan diri dari kewajiban atau mengurangi
jumlah pajak terhutang mereka, bahkan
cenderung tidak membayar pajak. Tindakan tersebut merupakan tindakan penyelundupan
pajak (tax evasion) dimana tindakan ini merupakan tindakan ilegal.
Menurut Ilyas dan Burton (2012),
Pemberian kepercayaan penuh melalui
pelaksanaan sistem self assessment kepada wajib pajak seakan memberi ruang amat besar dan sangat memungkinkan kalau data dan pajak yang dilaporkan oleh wajib pajak ke kantor pajak tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kalaupun itu terjadi harus diakui bahwa hal itu merupakan konsekuensi logis dari sistem yang diberlakukan.
Dari pernyataan diatas dapat
disimpulkan bahwa self assessment system masih mempunyai kelemahan dalam aturan-aturan yang nantinya menimbulkan perbuatan penggelapan pajak.
2.6
Pengembangan Hipótesis
Penelitian ini merupakan replikasi
dari penelitian Suwandhi (2010), yang
meneliti persepsi Wajib Pajak orang pribadi
atas pelaksanaan self assessment system
dalam keterkaitannya dengan tindakan tax
evasion pada KPP Pratama Bandung
Cibeunying. Pada penelitian ini pelaksanaan
Self Assessment System berkaitan signifikan
dengan tindakan tax evasion pada KPP
Pratama Bandung Cibeunying. Keterkaitan
pelaksanaan Self Assessment system dengan
tax evasion juga dipengaruhi oleh faktor lain
yaitu kesadaran yang kurang tentang
kewajiban
membayar
pajak,
kondisi
lingkungan, tarif pajak yang semakin tinggi,
pelayanan
fiskus
yang
masih
mengecewakan.
Sementara penelitian Cappelen (2006) dengan judul Fair Tax Evasion menemukan
bahwa kecenderungan orang untuk
membenarkan penghindaran pajak dipengaruhi oleh sejauh mana mereka diperlakukan adil oleh fiskus dalam sistem perpajakan. Secara khusus, individu dengan upah rendah atau jam kerja yang panjang, kedua kelompok ini yang diperlakukan tidak adil oleh sistem perpajakan yang paling memiliki tingkat kemungkinan lebih tinggi untuk melakukan atau membenarkan tindakan penggelapan pajak. Karena kelompok-kelompok ini yang lebih mungkin menghindari pajak, mereka lebih bersedia menyimpan
pendapatannya tanpa melaporkannya
kepadapetugas pajak. Jadi pertimbangan suatu sistem perpajakan terhadap distribusi penapatan yang adil penting untuk analisis penggelapan pajak.
Slemrod (2007) melakukan penelitian
dengan judul Cheating Ourselves: The
Economics of Tax Evasion. Menunjukkan bahwa
tindakan penggelapan pajak di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa lainnya terjadi karena adanya ketidakpatuhan Wajib Pajak pribadi maupun badan dan rasa kecewa Wajib pajak terhadap pelaksanaan sistem perpajakan di negara mereka masing-masing.
Dianutnya self assessment system
diharapkan menciptakan kesadaran diri warga masyarakat dalam membayar pajak secara sukarela melalui misi dan konsekuensi yang
dibawa oleh self assessment system. Karena semakin tinggi kepatuhan sukarela, maka
semakin kecil pula kebutuhan dalam
mengawasinya. Dengan demikian maka
diturunkan sebuah hipotesis bahwa:
Ha : Persepsi Wajib Pajak orang pribadi atas
pelaksanaan self assessment system
berpengaruh terhadap tindakan tax
evasion.
III. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah 70 orang Wajib Pajak orang pribadi yang sudah memiliki NPWP berpenghasilan tidak tetap di kota Padang.
Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Wajib Pajak orang pribadi yang dipilih dengan menggunakan metode
Simple Random Sampling yaitu pemilihan secara
acak.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer. (Sugiyono, 2010) data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung oleh peneliti melalui sumber asli (tidak perantara) melalui pengisian kuesioner kepada Wajib Pajak orang pribadi.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan
menggunakan survey kuesioner terhadap Wajib Pajak orang pribadi.
3.4 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.4.1 Variabel independen
Persepsi Wajib Pajak orang pribadi atas pelaksanaan Self Assessment System.
Suatu proses dalam memberikan opini kepada wajib pajak mengenai sistem pajak yang memberikan kepercayaan kepada Wajib pajak orang pribadi dalam menghitung,mencatat, membayar dan melaporkan sendiri pajak terhutangnya.
Indikator-indikator dalam variabel ini adalah:
Mendaftarkan diri ke KPP
Menghitung
Membayar
Melapor 3.4.2 Variabel Dependen Tax EvasionSuatu tindakan yang dilakukan oleh
wajib pajak dalam menggelapkan atau
menghindarkan pajak terhutangnya secara ilegal. Indikator-indikator dalam variabel ini sebagai berikut:
Tidak menyampaikan SPT
Menyampaikan SPT dengan tidak benar
Tidak mendaftar/menyalahgunakan
NPWP atau pengukuhan PKP
Tidak menyetorkan pajak yang telahVariabel- variabel ini diukur dengan skala likert. Menurut Sugiyono (2010), skala
likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan mendukung pernyataan (positif) atau tidak mendukung pernyataan (negatif).
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1
Deskriptif StatistikDari tabel 4.1 hasil statistik deskriptif data dapat dilihat bahwa dari jumlah 70 responden bisa disimpulkan:
1. Variabel persepsi Wajib Pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment
system (X) memiliki nilai minimum 23,
dan maksimum 83, dengan rata-rata 56,9714 dan memiliki standar deviasi sebesar 9,06014.
2. Variabel tindakan tax evasion (Y)
memiliki nilai minimum 17 dan
maksimum 52, dengan rata-rata 35,1429 dan standar deviasi 6,93298.
4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.2.1 Uji Validitas
Pengukuran ini dilihat dari nilai KMO yang berada diatas 0,5 yang berarti bahwa item-item dari variabel tersebut valid. Dan apabila
factor loading>0,40 berarti item tersebut tidak
valid.
Berdasarkan tabel deskriptif, peneliti mendapatkan hasil untuk variabel persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan self
assessment system adalah valid, dengan nilai
0,706 dan variabel tax evasion juga didapatkan hasil yang valid, yaitu 0,690.
4.2.2 Uji Reliabilitas
Hasil uji Reliabilitas menunjukkan nilai
cronbach alpha untuk variabel persepsi Wajib
Pajak orang pribadi atas pelaksanaan self
assessment system (X) adalah 0,774 dan nilai cronbach alpha variabel tax evasion (Y) adalah
0,740, berada diatas 0,60. Ini menunjukkan bahwa indikator yang digunakan oleh variabel persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system (X) dan tax
evasion (Y) dapat dipercaya atau handal
digunakan sebagai alat ukur variabel.
4.3
Uji Normalitas
Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas
Dari gambar diatas 4.3 menunjukkan bahwa data yang ditemukan telah memenuhi asumsi kenormalan suatu data, karena data yang disebar di sekeliling garis lurus atau tidak berpencar
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0
Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Ex pec ted C um P rob
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
jauh dari garis lurus. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa persyaratan normalitas
terpenuhi.
4.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 4.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Hasil perhitungan koefisien determinasi yang dilakukan menggunakan software SPSS 16 sebagai berikut: Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 526a 277 .266 5.94007 a. Predictors: (Constant), X
Dari hasil pengolahan data pada tabel diatas diperoleh hasil bahwa R squere adalah sebesar 0,277, ini berarti 27,7% pengaruh persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system terhadap tindakan tax evasion sedangkan sisanya 72,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.4.2 Uji F-Statistik (Anova)
Hasil Penganalisaan melalui SPSS 16 hasil dapat dilihat pada tabel berikut:
Uji signifikansi simultan (uji F statistik) menghasilkan nilai F hitung sebesar 25,995 dengan tingkat signifikansi 0,000 karena probabilitas signifikansi lebih kecil dari alpha
0,05, maka dapat dikatakan bahwa persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan self
assessment system berpengaruh terhadap
tindakan tax evasion.
4.4.3 Uji t-statistik
Hasil dari uji t statistik yang dilakukan dengan software SPSS 16 sebagai berikut:
Coefficientsa Model Unstandardize d Coefficients Standa rdized Coeffi cients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Cont ant) 12.216 4.552 2.684 .009 X 402 079 526 5.099 .000 a.Dependent Variable: Y
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh model regresi sebagai berikut:
Y= 12,216 + 0,402X ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 917.231 1 917.231 25.995 .000a Residual 2399.341 68 35.284 Total 3316.571 69 a.Predictors:(Constant)X b.Dependent Variable:Y
Berdasarkan model regresi diatas bisa dilihat Nilai konstanta α memiliki arti bahwa ketika pelaksanaan self assessment system bernilai nol atau tindakan tax evasion tidak dipengaruhi oleh penerapan self assessment
system, maka nilai rata-rata tindakan tax evasion
adalah 12,216, sedangkan koefisien regresi β memiliki arti bahwa jika variabel pelaksanaan
self assessment system meningkat sebesar satu
satuan, maka tindakan tax evasion akan
meningkat pula sebesar 0,402. Artinya
pelaksanaan self assessment system berpengaruh
positif. Karena dengan pelaksanaan self
assessment system, tindakan tax evasion yang
ada di kota Padang semakin meningkat.
4.5 Pembahasan
Dari penelitian ini, hasil uji hipotesis
yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak dan Ha diterimayang artinya bahwa
persepsi wajib orang pribadi atas pelaksanaan
self assessment system berpengaruh signifikan
terhadap tindakan tax evasion di Kota Padang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Suwandhi (2010) yang menemukan bahwa pelaksanaan self assessment system berkaitan signifikan dengan tindakan tax evasion. Semakin lama dan tidak baiknya pelaksanaan Self
Assessment System, maka semakin meningkat
tindakan Tax Evasion di Kota Padang. Karena
penerapan self assessment system yang
memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar dan
melaporkan pajak terhutangnya sendiri
memberikan peluang yang sangat besar kepada
wajib pajak untuk menggelapkan pajak
terhutangnya. Hal ini lah yang mengakibatkan peningkatan tindakan tax evasion di kota Padang. Selain itu kurangnya perhatian dan pengawasan yang dilakukan fiskus kepada wajib pajakdalam pelaksanaan self assessment system juga bisa menjadi alasan wajib pajak untuk melakukan tindakan tax evasion. Karena disana wajib pajak mempunyai kesempatan untuk memanipulasi data pajak terhutangnya.
V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system berpengaruh signifikan terhadap tindakan tax evasion. Karena dengan pelaksanaan self assessment system yang memberikan sepenuhnya kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, , membayar dan melaporkan pajak terhutangnya sendiri justru lebih memberikan peluang kepada wajib pajak
untuk menggelapkan pajaknya. Besarnya
pengaruh persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system terhadap tindakan tax evasion adalah 27,7% sisanya 72,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.
5.2 Saran
Berdasarkan analisis dan pembahasan
hasil pengujian hipotesis maka diajukan
beberapa saran yang dapat bermanfaat posistif bagi:
1. Riset selanjutnya untuk memperluas variabel atau menambah indikator-indikator variabel lain.
2. Wajib Pajak untuk menyadari
kewajibannya dalam membayar pajak dengan kejujuran dan memiliki rasa
tanggung jawab yang besar atas
kepercayaan yang diberikan dalam menghitung, mencatat, membayar dan melaporkan pajak terhutangnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati,
2010.Akuntansi Perpajakan. Edisi
Kedua Revisi. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan SPSS. Semarang:
Badan penerbit Universitas Dipenogoro. Gujarati, Damondar. 2001. Ekonometrik Dasar. Erlangga.
Gunadi, 2007.Pajak Internasional. Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Nurmantu, Safri. 2005. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit.
Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan
Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Resmi, Siti. 2013. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Rosalina,2011. www.Koran.Kompas.co.id.
Kasus Gayus Tambunan.
Sekaran, Uma. 2006. Metode Penelitian Untuk
Bisnis 1 (4 th Ed). Jakarta: Salemba
Empat.
Slemrod, Joel. 2007. Cheating Ourselves: The
Economics of Tax Evasion. Journal of Economic Perspectives volume 21 No. 1: 25-48.
Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono.2008.Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Analisis Multivariate.
Universitas Dipenogoro. Semarang Suwandhi, Rezki Suhairi, 2010. Persepsi Wajib
Pajak Orang Pribadi Atas Pelaksanaan Self Assessment System Dalam Keterkaitannya Dengan Tindakan Tax Evasion (Studi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bandung
Cibeunying).Bandung: Skripsi Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi UNIKOM. Tarjo dan Kusumawati, 2006.Analisis Perilaku
Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Pelaksanaan Self Assessment System: Studi Bangkalan. Jurnal JAAI Volume
10 No.1: 101-102.
Undang-Undang Pajak Lengkap Tahun 2012. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Waluyo, 2011.Perpajakan Indonesia.Edisi 10 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Ilyas, Wirawan B. dan Richard Burton,
2012.Manajemen Sengketa Dalam
Pungutan Pajak: Analisis Yuridis Terhadap Teori dan Kasus. Jakarta:
Penerbit Mitra Wacana Media.
Zain, 2008.Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
www.Ipotnews.com www.pajak.go.id www.kompas.com
LAMPIRAN Tabel 1.1
Penerimaan Pajak (dalam miliar rupiah)
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak
Uraian Rencana APBN 2012 Realisasi 2012 Selisih Realisasi 2012 Terhadap Rencana APBN 2012 % Realisasi 2012 Terhadap Rencana APBN 2012 PPh Non Migas 445.773,43 85.045,75 360.727,68 19,08 PPh Migas 64.596,25 12.331,64 52.264,61 19,09 PPN dan PPnBM 336.056,98 65.997,21 270.059,77 19,64 PBB 29.687,51 712,81 28.974,70 2,04 Pajak Lainnya 5.632,00 964,45 4.667,55 17,12 Total Non Migas 817.109,92 152.720,21 664.389,71 18,69 Total penerimaan pajak 1.698.856,09 317.772,07 1.381.084,02 18.70