• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI ATAS PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION DI KOTA PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI ATAS PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION DI KOTA PADANG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

ATAS PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM

TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION

DI KOTA PADANG

Audia Citra Permita

1

, Resti Yulistia M

1

,Popi Fauziati

1 1

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta

Email:

audiacitra@yahoo.co.id

Abstract

The aim of this research is to know the effect of individual tax perception on the

implementation of self assessment system toward the tax evasion. Sample of this research was

individual tax payer who has NPWP of unfixedsalary in Padang city. Method of sample was

random sampling, choosing sample randomly. The researcher used primary used primary data

by distributing a validity and realibility questionnaire. The researcher collected 70

questionnaires, the hypothesis used simple linear regression by using software SPSS version

16.0.

The result of research showed that H

0

was rejected and H

a

was accepted, because the

result showed the fuction value of tarithmatic > ttable. It means that the individual tax perception on

the self assessment system have significant influence toward the tax evasion, where the

individual perception of tax payer on the self assessment system make the tax evasion in Padang

city to be increased.

Keywords: Implementation of Self Assessment System, Tax Evasion

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber dana negara yang memberikan kontribusi terbesar

dalam membangun Negara ini. Melalui

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pemerintah dituntut untuk menetapkan berbagai macam kebijakan dan peraturan yang memadai untuk

mengelola pajak yang dibayarkan oleh

warganya. Hal ini tertuang dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dimana penerimaan pajak merupakan penerimaan yang terbesar dalam negeri. Semakin besarnya

pengeluaran pemerintah dalam rangka

pembiayaan negara menuntut peningkatan

penerimaan negara yang salah satunya berasal dari penerimaan pajak.Menurut Andriani (dalam Agoes dan Trisnawati, 2010) Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

(2)

Menurut Feldmann (dalam Resmi, 2013), Pajak adalah prestasi yang dipaksakan

sepihak oleh teutang kepada pengusaha

(menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum) tanpa adanya kontraprestasi, dan

semata-mata digunakan untuk menutup

pengeluaran-pengeluaran umum.

Perpajakan merupakan salah satu bentuk kegiatan pemerintah dalam mengelola uang Negara yang berfungsi mengurangi kesenjangan penduduk, sehingga peningkatan kesejahteraan penduduk dapat tercapai.Suatu Negara berharap

kesejahteraan ekonomi masyarakatnya

meningkat.Dengan pembayaran pajak sebagai salah satu sumber dana diharapkan banyak pembangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan Negara. Akan tetapi tidak banyak rakyat yang dapat merasakan apa yang telah mereka keluarkan atau menerima hasil dari pembayaran pajak mereka. Dan kalau pun boleh memilih, tidak ada orang yang dengan rela membayar pajak, apalagi membayarnya secara rutin.Tetapi,

pajak bukanlah suatu pilihan melainkan

kewajiban, karena yang dituntut dari Wajib Pajak adalah ketaatannya bukan kerelaannya. Oleh karena itu, banyak cara yang dilakukan

orang untuk menghindari pajak bahkan

menggelapkan pajaknya. (www.wordpress.com) Dalam laporan penerimaan pajak (pada tabel 1.1), bisa dilihat bahwa antara penerimaan pajak yang sesungguhnya hanya 18,70% artinya sekitar 81,30 pajak belum diterima. Kemana pergi pajak lainnya, apakah karena Wajib Pajak malas untuk membayar pajak atau Wajib Pajak

banyak yang melakukan penggelapan pajak atau memanipulasi data pajak yang sebenarnya (www.Direktorat Jenderal Pajak.com)

Upaya untuk mendapatkan penerimaan atau pemungutan pajak yang optimal dibutuhkan sistem pemungutan pajak.Sejak tahun 1983, sistem pemungutan pajak di Indonesia menganut

Self Assessment System.Pelaksanaan Self Assessment System memberikan kepercayaan

penuh terhadap Wajib Pajak dalam menghitung, membayar, mencatat dan melaporkan sendiri jumlah pajak terhutangnya kepada fiskus. Keberhasilan Self Assessment System tidak akan tercapai tanpa adanya kerjasama antarapetugas pajak dan Wajib Pajak. Karena faktor utama dari keberhasilan itu adalah kejujuran dan kesadaran dari masyarakat sendiri, khususnya para Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila tingkat kesadaran dan kejujuran Wajib Pajak masih

sangat rendah, hal inilah yang akan

menimbulkan berbagai macam masalah

perpajakan, salah satunya yaitu penggelapan pajak (tax evasion).

Menurut Rahayu (2010), Penggelapan pajak (Tax Evasion) mengandung arti sebagai usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak apakah berhasil atau tidak untuk mengurangi atau sama

sekali menghapus hutang pajak yang

berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai

pelanggaran terhadap perundang-undangan

(3)

1.2 Perumusan Masalah

Apakah persepsi Wajib Pajak Orang pribadi atas pelaksanaan Self Assessment System berpengaruh terhadap tindakan Tax Evasion?

II. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Wajib Pajak

Menurut Undang-undang KUP Pasal 1 butir 2 tahun 1983, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan perpajakan

ditentukan untuk melakukan kewajiban

perpajakan termasuk pemungut pajak dan pemotong pajak tertentu.

Menurut Rahayu (2010) Wajib Pajak dikelompokkan menjadi: 1) Wajib Pajak orang pribadi, 2) Wajib Pajak badan, dan 3) Wajib Pajak pemungut atau pemotong.

2.2 Sistem Perpajakan

Menurut Waluyo (2011), Indonesia mempunyai beberapa sistem pemungutan pajak, yaitu:

1. Official Assessment System. Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak

yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terhutang.

2. Self Assessment System. Sistem

perpajakan yang memberikan

wewenang, kepercayaan, tanggung

jawab kepada Wajib Pajak untuk

menghitung, meperhitungkan,

membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

3. Withholding System. Sistem ini

merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yanag terutang oleh Wajib Pajak.

2.2.1 Self Assessment System

Menurut Rahayu (2010), dalam sistem

Self Assessment, Wajib Pajak sendiri yang

menghitung, menetapkan, menyetorkan, dan melaporkan pajak yang terutang. Fiskus hanya

berperan untuk mengawasi, misalknya

melakukan penelitian apakah Surat

Pemberitahuan (SPT) telah diisi dengan lengkap dan semua lampiran sudah disertakan, meneliti kebenaran penghitungan dan meneliti kebenaran penulisan.

2.2.2 Pelaksanaan Self Assessment System Self Assessment System dikenal setelah

terjadinya reformasi perpajakan pada tahun 1983 dimana sistem yang dipakai sebelumnya adalah

official assessment system. Menurut Ilyas dan

Burton (2012) self assessment systemberarti kepada Wajib Pajak diberikan kepercayaan

sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk

melaksanakan pemenuhan kewajiban

perpajakannya dengan cara menghitung,

memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang harus dibayar ke negara.

(4)

2.3 Kepatuhan Pajak

Menurut Nurmantu (2005), Kepatuhan Perpajakan didefenisiskan sebagai suatu keadaan

dimana Wajib Pajak memenuhi semua

kewajiban dan melaksanakan hak

perpajakannya.

Pada saat sekarang tingkat kepatuhan terhadap pajak masih sangat rendah. Terbukti dari jumlah Wajib Pajak yang memberikan SPT-nya haSPT-nya 8,5 juta Wajib Pajak. Padahal penduduk yang aktif bekerja ada 110 juta orang. ”Artinya rasio SPT terhadap kelompok pekerja aktif itu hanya 7,7%. Dengan kata lain memang tingkat kepatuhan Wajib Pajak masih belum memadai, ” Sementara untuk Wajib Pajak Badan Usaha yangmenyerahkan SPT tahunannnya hanya 466 ribu badan usaha. Sedangkan badan usaha Wajib Pajak yang tercatat adalah 12 juta lebih. Itu artinya Wajib Pajak badan hanya 3,6% dari badan yang memenuhi kewajibannya. (Kompas.com)

Forrest dan Sheffrin (dalam Rahayu, 2010) menjelaskan bahwa sistem perpajakan yang simpliyfying sangat penting karena semakin kompleks sistem perpajakan akan memberikan keengganan dan penggerutuan pembayar pajak sehingga berpengaruh terhadp ketidakpatuhan Wajib Pajak.

2.4 Penggelapan Pajak (Tax Evasion)

Menurut Mortenson (dalam

Rahayu,2010) Penyelundupan Pajak adalah usaha yang tidak dapat dibenarkan berkenaan dengan kegiatan Wajib Pajak untuk lari atau menghindarkan diri dari pengenaan pajak.

2.4.1 Indikator Penggelapan Pajak

Menurut Zain (2008), Adapun yang menjadi indikator dari penggelapan Pajak yaitu:

a. Tidak menyampaikan SPT

b. Menyampaikan SPT dengan tidak benar

c. Tidak mendaftarkan diri atau

menyalahgunakan NPWP atau

pengukuhan PKP

d. Berusaha menyuap fiskus.

2.4.2 Penyebab Penggelapan Pajak

Menurut Rahayu (2010) penyebab terjadinya tax evasion atau penggelapan pajak adalah:

1. Kondisi Lingkungan

Lingkungan sosial masyarakat menjadi hal yanag terpisahkan dari manusia sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu saling bergantung satu sama lain, begitu juga dalam dunia perpajakan.

Jika lingkungan kondisinya baik,

masing-masing individu akan

termotavasi untuk memenuhi peraturan perpajakan dengan membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebaliknya jila lingkungan sekitar kerap

melakukan pelanggaran, maka

masyarakat saling meniru untuk tidak mematuhi peraturan dan melakukan perlawanan pajak.

2. Pelayanan Fiskus yang Mengecewakan

Pelayanan aparat pemungut pajak

terhadap masyarakat cukup menentukan dalam pengambilan keputusan Wajib Pajak dalam membayar pajaknya. Jika

(5)

pelayanan yang diberikan oleh aparat pemungut pajak telah memuaskan Wajib Pajak, maka tentunya merasa telah diapresiasi oleh fiskus.

3. Tingginya Tarif Pajak.

Pemberlakuan tarif pajak mempengaruhi

Wajib Pajak dalam membayarkan

pajaknya. Pembebanan pajak yang rendah membuat masyarakat tidak terlalu keberatan untuk memenuhi kewajibannya. Meskipun masih ingin menghindar dari pajak, mereka tidak akan terlalu mebangkang terhadap aturan-aturan perpajakan.

4. Sistem Administrasi Perpajakan yang buruk.

Penetapan sistem administrasi pajak mempunyai peranan penting dalam proses pemungutan pajak suatu negara. Dengan sistem administrasi yang bagus, pengelolaan perpajakan akan berjalan lancar dan tidak akan terlalu banyak menemui hambatan yang berarti.

2.4.3 Akibat Penggelapan Pajak.

Menurut Gunadi (2007), ada beberapa akibat dari perbuatan penggelapan pajak, yaitu:

1. Dalam bidang keuangan.

Penggelapan pajak merupakan pusat kerugian bagi kas negara karena dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara anggaran dan konsekuensi-konsekuensi lain yang berhubungan dengan itu, seperti kenaikan tarif pajak, keadaan inflasi.dll.

2. Dalam bidang ekonomi

Penggelapan pajak sangat

mempengaruhi persaingan sehat antara para pengusaha. Maksudnya pengusaha yang melakukabn penggelapan pajak dengan cara menekan biayanya secara tidak wajar. Sehingga perusahaan yang

menggelapkan pajak memperoleh

keuntungan yang lebih besar

dibandingkan pengusaha yang jujur. 3. Dalam bidang psikologi

Jika wajib pajak terbiasa melakukan penggelapan pajak, itu sama saja membiasakan untuk selalu melanggar undang-undang. Karena tujuan Wajib Pajak dalam menggelapkan pajak pasti untuk mencari keuntungan yang lebih besar.

2.5 Hubungan Self Assessment System dengan Tax Evasion

Prinsip utama pemungutan pajak

sebagai wujud dari kewajiban warga negara untuk ikut membantu pembiayaan negara dan

pembangunan nasional adalah dengan

diberikannya kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, melaporkan, mencatat dan membayarkan jumlah pajak terhutang. Akan tetapi banyak Wajib Pajak memanfaatkan kepercayaan yang diberikan dan berfikir untuk melarikan diri dari kewajiban atau mengurangi

jumlah pajak terhutang mereka, bahkan

cenderung tidak membayar pajak. Tindakan tersebut merupakan tindakan penyelundupan

(6)

pajak (tax evasion) dimana tindakan ini merupakan tindakan ilegal.

Menurut Ilyas dan Burton (2012),

Pemberian kepercayaan penuh melalui

pelaksanaan sistem self assessment kepada wajib pajak seakan memberi ruang amat besar dan sangat memungkinkan kalau data dan pajak yang dilaporkan oleh wajib pajak ke kantor pajak tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kalaupun itu terjadi harus diakui bahwa hal itu merupakan konsekuensi logis dari sistem yang diberlakukan.

Dari pernyataan diatas dapat

disimpulkan bahwa self assessment system masih mempunyai kelemahan dalam aturan-aturan yang nantinya menimbulkan perbuatan penggelapan pajak.

2.6

Pengembangan Hipótesis

Penelitian ini merupakan replikasi

dari penelitian Suwandhi (2010), yang

meneliti persepsi Wajib Pajak orang pribadi

atas pelaksanaan self assessment system

dalam keterkaitannya dengan tindakan tax

evasion pada KPP Pratama Bandung

Cibeunying. Pada penelitian ini pelaksanaan

Self Assessment System berkaitan signifikan

dengan tindakan tax evasion pada KPP

Pratama Bandung Cibeunying. Keterkaitan

pelaksanaan Self Assessment system dengan

tax evasion juga dipengaruhi oleh faktor lain

yaitu kesadaran yang kurang tentang

kewajiban

membayar

pajak,

kondisi

lingkungan, tarif pajak yang semakin tinggi,

pelayanan

fiskus

yang

masih

mengecewakan.

Sementara penelitian Cappelen (2006) dengan judul Fair Tax Evasion menemukan

bahwa kecenderungan orang untuk

membenarkan penghindaran pajak dipengaruhi oleh sejauh mana mereka diperlakukan adil oleh fiskus dalam sistem perpajakan. Secara khusus, individu dengan upah rendah atau jam kerja yang panjang, kedua kelompok ini yang diperlakukan tidak adil oleh sistem perpajakan yang paling memiliki tingkat kemungkinan lebih tinggi untuk melakukan atau membenarkan tindakan penggelapan pajak. Karena kelompok-kelompok ini yang lebih mungkin menghindari pajak, mereka lebih bersedia menyimpan

pendapatannya tanpa melaporkannya

kepadapetugas pajak. Jadi pertimbangan suatu sistem perpajakan terhadap distribusi penapatan yang adil penting untuk analisis penggelapan pajak.

Slemrod (2007) melakukan penelitian

dengan judul Cheating Ourselves: The

Economics of Tax Evasion. Menunjukkan bahwa

tindakan penggelapan pajak di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa lainnya terjadi karena adanya ketidakpatuhan Wajib Pajak pribadi maupun badan dan rasa kecewa Wajib pajak terhadap pelaksanaan sistem perpajakan di negara mereka masing-masing.

Dianutnya self assessment system

diharapkan menciptakan kesadaran diri warga masyarakat dalam membayar pajak secara sukarela melalui misi dan konsekuensi yang

(7)

dibawa oleh self assessment system. Karena semakin tinggi kepatuhan sukarela, maka

semakin kecil pula kebutuhan dalam

mengawasinya. Dengan demikian maka

diturunkan sebuah hipotesis bahwa:

Ha : Persepsi Wajib Pajak orang pribadi atas

pelaksanaan self assessment system

berpengaruh terhadap tindakan tax

evasion.

III. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah 70 orang Wajib Pajak orang pribadi yang sudah memiliki NPWP berpenghasilan tidak tetap di kota Padang.

Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Wajib Pajak orang pribadi yang dipilih dengan menggunakan metode

Simple Random Sampling yaitu pemilihan secara

acak.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer. (Sugiyono, 2010) data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung oleh peneliti melalui sumber asli (tidak perantara) melalui pengisian kuesioner kepada Wajib Pajak orang pribadi.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan

menggunakan survey kuesioner terhadap Wajib Pajak orang pribadi.

3.4 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.4.1 Variabel independen

Persepsi Wajib Pajak orang pribadi atas pelaksanaan Self Assessment System.

Suatu proses dalam memberikan opini kepada wajib pajak mengenai sistem pajak yang memberikan kepercayaan kepada Wajib pajak orang pribadi dalam menghitung,mencatat, membayar dan melaporkan sendiri pajak terhutangnya.

Indikator-indikator dalam variabel ini adalah:

Mendaftarkan diri ke KPP

Menghitung

Membayar

Melapor 3.4.2 Variabel Dependen Tax Evasion

Suatu tindakan yang dilakukan oleh

wajib pajak dalam menggelapkan atau

menghindarkan pajak terhutangnya secara ilegal. Indikator-indikator dalam variabel ini sebagai berikut:

 Tidak menyampaikan SPT

 Menyampaikan SPT dengan tidak benar

 Tidak mendaftar/menyalahgunakan

NPWP atau pengukuhan PKP

Tidak menyetorkan pajak yang telah

(8)

Variabel- variabel ini diukur dengan skala likert. Menurut Sugiyono (2010), skala

likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial. Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan mendukung pernyataan (positif) atau tidak mendukung pernyataan (negatif).

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1

Deskriptif Statistik

Dari tabel 4.1 hasil statistik deskriptif data dapat dilihat bahwa dari jumlah 70 responden bisa disimpulkan:

1. Variabel persepsi Wajib Pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment

system (X) memiliki nilai minimum 23,

dan maksimum 83, dengan rata-rata 56,9714 dan memiliki standar deviasi sebesar 9,06014.

2. Variabel tindakan tax evasion (Y)

memiliki nilai minimum 17 dan

maksimum 52, dengan rata-rata 35,1429 dan standar deviasi 6,93298.

4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.2.1 Uji Validitas

Pengukuran ini dilihat dari nilai KMO yang berada diatas 0,5 yang berarti bahwa item-item dari variabel tersebut valid. Dan apabila

factor loading>0,40 berarti item tersebut tidak

valid.

Berdasarkan tabel deskriptif, peneliti mendapatkan hasil untuk variabel persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan self

assessment system adalah valid, dengan nilai

0,706 dan variabel tax evasion juga didapatkan hasil yang valid, yaitu 0,690.

4.2.2 Uji Reliabilitas

Hasil uji Reliabilitas menunjukkan nilai

cronbach alpha untuk variabel persepsi Wajib

Pajak orang pribadi atas pelaksanaan self

assessment system (X) adalah 0,774 dan nilai cronbach alpha variabel tax evasion (Y) adalah

0,740, berada diatas 0,60. Ini menunjukkan bahwa indikator yang digunakan oleh variabel persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system (X) dan tax

evasion (Y) dapat dipercaya atau handal

digunakan sebagai alat ukur variabel.

4.3

Uji Normalitas

Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas

Dari gambar diatas 4.3 menunjukkan bahwa data yang ditemukan telah memenuhi asumsi kenormalan suatu data, karena data yang disebar di sekeliling garis lurus atau tidak berpencar

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Ex pec ted C um P rob

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

(9)

jauh dari garis lurus. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa persyaratan normalitas

terpenuhi.

4.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 4.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Hasil perhitungan koefisien determinasi yang dilakukan menggunakan software SPSS 16 sebagai berikut: Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 526a 277 .266 5.94007 a. Predictors: (Constant), X

Dari hasil pengolahan data pada tabel diatas diperoleh hasil bahwa R squere adalah sebesar 0,277, ini berarti 27,7% pengaruh persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system terhadap tindakan tax evasion sedangkan sisanya 72,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.4.2 Uji F-Statistik (Anova)

Hasil Penganalisaan melalui SPSS 16 hasil dapat dilihat pada tabel berikut:

Uji signifikansi simultan (uji F statistik) menghasilkan nilai F hitung sebesar 25,995 dengan tingkat signifikansi 0,000 karena probabilitas signifikansi lebih kecil dari alpha

0,05, maka dapat dikatakan bahwa persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan self

assessment system berpengaruh terhadap

tindakan tax evasion.

4.4.3 Uji t-statistik

Hasil dari uji t statistik yang dilakukan dengan software SPSS 16 sebagai berikut:

Coefficientsa Model Unstandardize d Coefficients Standa rdized Coeffi cients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Cont ant) 12.216 4.552 2.684 .009 X 402 079 526 5.099 .000 a.Dependent Variable: Y

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh model regresi sebagai berikut:

Y= 12,216 + 0,402X ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 917.231 1 917.231 25.995 .000a Residual 2399.341 68 35.284 Total 3316.571 69 a.Predictors:(Constant)X b.Dependent Variable:Y

(10)

Berdasarkan model regresi diatas bisa dilihat Nilai konstanta α memiliki arti bahwa ketika pelaksanaan self assessment system bernilai nol atau tindakan tax evasion tidak dipengaruhi oleh penerapan self assessment

system, maka nilai rata-rata tindakan tax evasion

adalah 12,216, sedangkan koefisien regresi β memiliki arti bahwa jika variabel pelaksanaan

self assessment system meningkat sebesar satu

satuan, maka tindakan tax evasion akan

meningkat pula sebesar 0,402. Artinya

pelaksanaan self assessment system berpengaruh

positif. Karena dengan pelaksanaan self

assessment system, tindakan tax evasion yang

ada di kota Padang semakin meningkat.

4.5 Pembahasan

Dari penelitian ini, hasil uji hipotesis

yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa H0

ditolak dan Ha diterimayang artinya bahwa

persepsi wajib orang pribadi atas pelaksanaan

self assessment system berpengaruh signifikan

terhadap tindakan tax evasion di Kota Padang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Suwandhi (2010) yang menemukan bahwa pelaksanaan self assessment system berkaitan signifikan dengan tindakan tax evasion. Semakin lama dan tidak baiknya pelaksanaan Self

Assessment System, maka semakin meningkat

tindakan Tax Evasion di Kota Padang. Karena

penerapan self assessment system yang

memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar dan

melaporkan pajak terhutangnya sendiri

memberikan peluang yang sangat besar kepada

wajib pajak untuk menggelapkan pajak

terhutangnya. Hal ini lah yang mengakibatkan peningkatan tindakan tax evasion di kota Padang. Selain itu kurangnya perhatian dan pengawasan yang dilakukan fiskus kepada wajib pajakdalam pelaksanaan self assessment system juga bisa menjadi alasan wajib pajak untuk melakukan tindakan tax evasion. Karena disana wajib pajak mempunyai kesempatan untuk memanipulasi data pajak terhutangnya.

V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system berpengaruh signifikan terhadap tindakan tax evasion. Karena dengan pelaksanaan self assessment system yang memberikan sepenuhnya kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, , membayar dan melaporkan pajak terhutangnya sendiri justru lebih memberikan peluang kepada wajib pajak

untuk menggelapkan pajaknya. Besarnya

pengaruh persepsi wajib pajak orang pribadi atas pelaksanaan self assessment system terhadap tindakan tax evasion adalah 27,7% sisanya 72,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.

5.2 Saran

Berdasarkan analisis dan pembahasan

hasil pengujian hipotesis maka diajukan

beberapa saran yang dapat bermanfaat posistif bagi:

(11)

1. Riset selanjutnya untuk memperluas variabel atau menambah indikator-indikator variabel lain.

2. Wajib Pajak untuk menyadari

kewajibannya dalam membayar pajak dengan kejujuran dan memiliki rasa

tanggung jawab yang besar atas

kepercayaan yang diberikan dalam menghitung, mencatat, membayar dan melaporkan pajak terhutangnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati,

2010.Akuntansi Perpajakan. Edisi

Kedua Revisi. Jakarta: Penerbit Salemba

Empat.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis

Multivariate dengan SPSS. Semarang:

Badan penerbit Universitas Dipenogoro. Gujarati, Damondar. 2001. Ekonometrik Dasar. Erlangga.

Gunadi, 2007.Pajak Internasional. Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Nurmantu, Safri. 2005. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit.

Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan

Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Resmi, Siti. 2013. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Rosalina,2011. www.Koran.Kompas.co.id.

Kasus Gayus Tambunan.

Sekaran, Uma. 2006. Metode Penelitian Untuk

Bisnis 1 (4 th Ed). Jakarta: Salemba

Empat.

Slemrod, Joel. 2007. Cheating Ourselves: The

Economics of Tax Evasion. Journal of Economic Perspectives volume 21 No. 1: 25-48.

Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono.2008.Metode Penelitian Bisnis.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Analisis Multivariate.

Universitas Dipenogoro. Semarang Suwandhi, Rezki Suhairi, 2010. Persepsi Wajib

Pajak Orang Pribadi Atas Pelaksanaan Self Assessment System Dalam Keterkaitannya Dengan Tindakan Tax Evasion (Studi Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Bandung

Cibeunying).Bandung: Skripsi Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi UNIKOM. Tarjo dan Kusumawati, 2006.Analisis Perilaku

Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Pelaksanaan Self Assessment System: Studi Bangkalan. Jurnal JAAI Volume

10 No.1: 101-102.

Undang-Undang Pajak Lengkap Tahun 2012. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Waluyo, 2011.Perpajakan Indonesia.Edisi 10 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Ilyas, Wirawan B. dan Richard Burton,

2012.Manajemen Sengketa Dalam

Pungutan Pajak: Analisis Yuridis Terhadap Teori dan Kasus. Jakarta:

Penerbit Mitra Wacana Media.

Zain, 2008.Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

www.Ipotnews.com www.pajak.go.id www.kompas.com

(12)

LAMPIRAN Tabel 1.1

Penerimaan Pajak (dalam miliar rupiah)

Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Uraian Rencana APBN 2012 Realisasi 2012 Selisih Realisasi 2012 Terhadap Rencana APBN 2012 % Realisasi 2012 Terhadap Rencana APBN 2012 PPh Non Migas 445.773,43 85.045,75 360.727,68 19,08 PPh Migas 64.596,25 12.331,64 52.264,61 19,09 PPN dan PPnBM 336.056,98 65.997,21 270.059,77 19,64 PBB 29.687,51 712,81 28.974,70 2,04 Pajak Lainnya 5.632,00 964,45 4.667,55 17,12 Total Non Migas 817.109,92 152.720,21 664.389,71 18,69 Total penerimaan pajak 1.698.856,09 317.772,07 1.381.084,02 18.70

Referensi

Dokumen terkait

DEPARITMEN PINDIDIXAN NASIONAL I-trMB,{GA PENtrLTTIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa peranan Dinas Sosial Kabupaten Pacitan setelah berlakunya Undang- Undang nomor 23 tahun 2002, bahwa Dinas Sosial

Karaktristik massa air perairan timur laut Teluk Bontang merupakan bagian wilayah Selat Makassar dan merupakan bagian dari lintasan massa air Samudera Pasifik dan ditambah

Peneliti sungguh bersyukur bahwa pada akhimya skripsi yang berjudul Motivasi Belajar dan Sikap Terhadap Pendidikan Formal Pada Atlet Bulutangkis PB WIMA.. Surabaya

Berdasarkan pemaparan di atas, kemampuan komunikasi matematis siswa merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa dan masih harus ditingkatkan, sehingga penulis tertarik untuk

Alasan lain orang menolak perubahan adalah bahwa mereka menilai situasi secara berbeda dari manajer mereka atau penginisiasi perubahan dan melihat perubahan lebih mahal dibanding

Tujuan utama dari tugas akhir ini adalah menggunakan metode kendali yang baik agar robot bisa mendeteksi adanya cahaya dan dapat menghindari rintangan di depan

Kecakapan dan kemahiran matematika yang diharapkan di atas dapat tercapai dalam belajar matematika dengan indikator sebagai berikut: menyajikan pernyataan matematika