• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI APLIKASI BEBERAPA JENIS BIOKOMPOS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI APLIKASI BEBERAPA JENIS BIOKOMPOS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

UJI APLIKASI BEBERAPA JENIS BIOKOMPOS (hasil fermentasi jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. harzianum isolat SAPRO-07) PADA DUA VARIETAS KEDELAI TERHADAP

PENYAKIT LAYU FUSARIUM DAN HASIL KEDELAI

APPLICATION TEST FOR TYPES OF BIOCOMPOS (fermented by the fungi T. koningii isolate

ENDO-02 and T. harzianum isolate SAPRO-07) ON TWO VARIETIES OF SOYBEANS AGAINST FUSARIUM WILT DISEASE AND YIELD

I Made Sudantha

PS. HPT Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNRAM ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi biokompos (hasil fermentasi jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. harzianum isolat SAPRO-07) pada dua varietas kedelai terhadap penyakit layu Fusarium dan hasil kedelai. Penelitian menggunakan metode eksperimental yang dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Unram. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan percobaan faktorial yang terdiri dari dua faktor, yaitu: .Faktor aplikasi biokompos terdiri dari lima aras, yaitu: Tanpa biokompos, biokompos jerami padi hasil fermentasi jamur Trichoderma spp., biokompos seresah daun tanaman hasil fermentasi jamur Trichoderma spp., biokompos jerami padi bukan hasil fermentasi, biokompos seresah daun tanaman bukan hasil fermentasi. Faktor varietas kedelai terdiri dari dua aras, yaitu: varietas Willis dan varietas Anjasmoro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan biokompos jerami padi dan seresah daun tanaman hasil fermentasi dari jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. harzianum isolat SAPRO-07 dapat meningkatkan ketahanan terinduksi tanaman kedelai varietas Willis dan Anjosmoro terhadap penyakit layu Fusarium, selain itu dapat pula memacu waktu pembungaan tanaman kedelai lebih cepat dan meningkatkan jumlah polong isi.

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of the application biocompos (fermented by fungi of T. koningii isolates Endo-02 and T. harzianum isolates Sapro-07) in two soybean varieties against Fusarium wilt disease and soybean yields. Research using experimental methods conducted at the Faculty of Agriculture Greenhouse Unram. Research using Completely Randomized Design with factorial experiment consisting of two factors, namely:. Factors biocompos application consists of five levels, namely: Without biocompos, biocompos rice straw fermented by fungi Trichoderma spp., Biocompos plant leaf manure fermented by fungi Trichoderma spp. , biocompos rice straw not fermented, and biocompos plants leaf manure not fermented. Factor soybean varieties consists of two levels, namely: Willis varieties and Anjasmoro varieties. The results showed that the use biocompos rice straw and leaf plant manure fermented by the fungi T. koningii isolates Endo-02 and T. harzianum isolates Sapro-07 can enhance induced resistance of soybean varieties Willis and Anjosmoro against Fusarium wilt disease, but it can also stimulate flowering time of soybean plants faster and increase the number of pod fill.

_______________________________________

Kata kunci: T. koningii ENDO-2, T. harzianum SAPRO-07, biokompos, layu Fusarium, kedelai. Keywods: T. koningii ENDO-2, T. harzianum SAPRO-07, biocompos, Fusarium wilt, soybean.

PENDAHULUAN

Salah satu kendala dalam pengembangan tanaman kedelai adalah masalah penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f. sp. glycine. Penyakit ini menyebabkan tanaman kedelai terhambat pertumbuhannya baik pada fase vegetatif maupun generatif. Penyakit ini sulit untuk dikendalikan, karena kemampuan dari jamur ini

untuk mempertahankan diri dalam tanah sekalipun tak tersedia tanaman inang, yaitu dalam bentuk struktur istirahat (clamydospora) yang tahan terhadap kondisi tanah yang ekstrim. Kemampuan bertahan ini bisa mencapai 10 tahun lebih. Propagul ini sangat penting sebagai inokulum primer bagi terjadinya infeksi pada musim tanam berikutnya (Sudantha et al., 1997).

Dengan demikian untuk mengatasi permasalahan ini perlu adanya penerapan

(2)

teknologi inovasi. Salah satu alternatif untuk pemecahan masalah ini adalah pengendalian secara hayati menggunakan jamur saprofit dan endofit antagonis. Jamur saprofit adalah jamur yang mengambil makanan dari sisa bahan organik atau bahan mati (Abadi, 2003), sedang jamur endofit adalah jamur yang hidup di dalam jaringan tanaman sehat tanpa menyebabkan gejala atau kerusakan pada tanaman inang. (Petrini, 1991).

Hasil kajian pendahuluan secara in-vitro dan in-vivo (di laboratorium) ternyata penggunaan jamur saprofit antagonistik T. harzianum efektif mengendalikan jamur F. oxysporum f. sp. glycine penyebab penyakit layu pada tanaman kedelai hingga mencapai 90% (Sudantha et al., 1997). Aplikasi jamur T. harzianum pada stek vanili efektif mengendalikan penyakit busuk batang yang disebabkan oleh jamur F. oxysporum f. sp. vanillae dan memacu pembentukan bunga dan buah lebih awal. Dilaporkan pula bahwa jamur T. harzianum dapat berperan sebagai dekomposer yaitu mempercepat penguraian seresah daun menjadi biokompos (Sudantha, 2007).

Menurut Cook dan Baker (1983), pada umumnya mekanisme antagonisme jamur Trichoderma spp. dalam menekan patogen sebagai mikoparasitik dan kompetitor yang agresif. Mula-mula pertumbuhan miselia jamur Trichoderma spp. memanjang, kemudian membelit dan mempenetrasi hifa jamur inang, sehingga hifa inang mengalami vakoulasi, lisis dan akhirnya hancur. Selanjutnya antagonis tumbuh di dalam hifa patogen. Chet dan Baker (1980 dalam Cook dan Baker, 1983) melaporkan bahwa jamur T. harzianum dan T. hamatum bertindak sebagai mikoparasit terhadap jamur Rhizoctonia solani dan Sclerotium rolfsii, menghasilkan enzim ß-(1,3) glucanase dan chitinase yang menyebabkan eksolisis pada hifa inang. Lebih lanjut Chet dan Baker (1981 dalam Cook dan Baker, 1983) mengungkapkan bahwa Jamur T. hamatum juga menghasilkan enzim selulase, sehingga menambah kemampuannya sebagai mikoparasit pada jamur Phytium spp. Menurut Tronsmo dan Hjeljord (1998 dalam Khetan, 2001), kombinasi kedua enzim tersebut meningkatkan sinergistik jamur T. harzianum sebagai antifungal. Jones dan Watson (1969 dalam Cook dan Baker, 1983) melaporkan bahwa enzim ß-(1,3) glucanase dihasilkan oleh jamur T. koningii, sehingga mampu menghancurkan miselia jamur Sclerotinia sclerotiorum.

Bharat et al. (1988) melaporkan bahwa jamur Trichoderma sp. selain bersifat antagonis

terhadap jamur patogenik juga dapat bertindak sebagai pengurai limbah organik. Widyastuti et al. (1998) mengemukakan bahwa jamur Trichoderma spp. mempunyai kemampuan sebagai jasad pengurai aktif dari seresah Acacia mangium. Menurut Harman dan Taylor (1988), kemampuan jamur Trichoderma spp. sebagai agen pengurai seresah disebabkan karena kemampuannya untuk menghasilkan enzim chitinolitik dan selulase yang dapat menguraikan selulosa, hemi selulosa dan lignin yang tinggi menjadi senyawa yang lebih sederhana. Trautmann dan Olynciw (1996) mengungkapkan bahwa selulosa yang ada pada bahan organik dapat dipisahkan oleh enzim selulase yang telah dihasilkan oleh jamur T. harzianum menjadi ligni–selulose, kemudian merombaknya menjadi senyawa yang lebih sederhana yang mampu larut dalam air, sehingga segera dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan. Lebih lanjut Chet dan Baker (1981 dalam Cook dan Baker, 1983) mengungkapkan bahwa Jamur T. hamatum juga menghasilkan enzim selulase. Menurut Kuter et al. (1983 dalam Hoitink, Madden dan Boehm, 1996), jamur T. harzianum dan T. hamatum merupakan hiperparasit pradominan dalam kompos dapat sebagai pengendali biologis penyakit rebah kecambah.

Isolat jamur saprofit Trichoderma spp. ini mengeluarkan substansi kimia atau hormon yang didifusikan ke dalam jaringan tanaman yang dapat memacu pembungaan (Sudantha, 2007). Windham et al. (1986) pernah melaporkan bahwa jamur T. harzianum dapat meningkatkan perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman. Tronsmo dan Dennis (1977 dalam Cook dan Baker, 1983) melaporkan bahwa penyemprotan konidia jamur T. koningii dan T. koningii untuk melindungi tanaman strawberi dari penyakit busuk ternyata dapat memacu pembungaan lebih awal.

Jamur endofit antagonistik T. koningii dilaporkan juga efektif mengendalikan patogen tular tanah secara in-vitro dan in-vivo hingga mencapai 90% (Sudantha, 2008). Aplikasi jamur T. koningii dengan cara perendaman stek vanili selain menginduksi ketananan tanaman vanili terhadap penyakit busuk batang juga dapat memacu pertumbuhan akar dan sulur stek vanili (Sudantha, 2007).

Mekanisme antagonisme jamur endofit dalam menekan perkembangan patogen sehingga tanaman menjadi tahan karena antibiosis. Petrini (1993) melaporkan bahwa jamur endofit menghasilkan alkaloid dan mikotoksin sehingga memungkinkan digunakan untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Menurut

(3)

Dahlam, Eichenseer dan Siegel (1991), dan Brunner dan Petrini (1992), jamur endofit menghasilkan senyawa aktif biologis secara in-vitro antara lain alkaloid, paxillin, lolitrems dan tetranone steroid. Selain itu menurut Photita (2003 dalam Lumyong et al., 2002), jamur endofit antagonis mempunyai aktivitas tinggi dalam menghasilkan enzim yang dapat digunakan untuk mengendalikan patogen. Jamur endofit Neotyphodium sp. menghasilkan enzim β-1,6-glucanase yang menyerupai enzim yang sama yang dihasilkan oleh jamur T. harzianum dan T. virens (Moy et al., 2002).

Yang dimaksud dengan biokompos dalam penelitian ini adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoselulolitik unggul lokal NTB (jamur endofit T. koningii isolat ENDO-02 dan jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07) yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali penyakit layu Fusarium.

Berdasarkan uraian di atas maka telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan biokompos hasil fermentasi dari jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. harzianum isolat SAPRO-07 pada dua varietas kedelai terhadap penyakit layu Fusarium dan hasil kedelai.

METODE PENELITIAN

Rancangan Percobaan

Penelitian menggunakan metode eksperimental yang dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Unram. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan percobaan faktorial yang terdiri dari dua faktor, yaitu: .

Faktor aplikasi biokompos hasil fermentasi jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. harzianum isolat SAPRO-07 (K) terdiri dari lima aras, yaitu:

k0 = Tanpa biokompos

k1 = Biokompos jerami padi hasil fermentasi jamur Trichoderma spp. k2 = Biokompos seresah daun tanaman

hasil fermentasi jamur Trichoderma spp.

k3 = Biokompos jerami padi bukan hasil fermentasi

k4 = Biokompos seresah daun tanaman bukan hasil fermentasi

Faktor varietas kedelai (V) terdiri dari dua aras, yaitu:

v1 = varietas Willis v2 = varietas Anjasmoro

Perlakuan merupakan kombinasi dari faktor biokompos dan varietas kedelai yang masing-masing perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 30 unit percobaan.

Persiapan dan Pelaksanaan Percobaan

Pembuatan biokompos sebagai berikut: jerami padi dan seresah daun tanaman dipotong-potong terlebih dahulu menjadi bagian yang lebih kecil, kemudian dikeringkan. Bahan-bahan dikomposkan dengan cara mencampur dengan suplemen berupa kotoran kuda dan dedak padi, kemudian disiramkan dengan larutan jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. harzianum isolat SAPRO-07 secara merata sambil bahan kompos diaduk, sampai kandungan air mencapai 30 - 40 %. Selanjutnya dibungkus rapat-rapat dan dibiarkan selama 2 minggu dengan pembalikan setelah satu minggu.

Medium yang digunakan untuk menanam adalah campuran tanah dan pasir yang sudah disterilkan dengan perbandingan 1 : 1 (v/v/) sebanyak 3 kg yang dimasukkan ke dalam polybag berukuran 15 x 35 cm. Cara perlakuan biokompos yaitu dengan cara dibenamkan ke lubang tanam sebanyak 100 g/polybag, selanjutnya benih kedelai ditanam sebanyak dua biji per lubang tanam. Setelah satu minggu diinokulasi dengan suspensi spora jamur F. oxysporum f.sp. glycine pada tanaman kedelai, sebanyak 25 ml suspensi (kerapatan konidia 10

7/ml).

Pengamatan Peubah

1. Masa inkubasi penyakit layu Fusarium, pengamatan dilakukan setiap hari sampai timbulnya gejala pertama.

2. Persentase tanaman yang terserang penyebab penyakit layu Fusarium dilakukan pada umur empat dan enam minggu setelah tanam. Persentase tanaman yang terserang dihitung menggunakan rumus:

%

100

x

b

a

I

=

Keterangan :

I = persentase tanaman yang terserang a = jumlah tanaman terserang

b = jumlah keseluruhan tanaman. 3. Umur tanaman kedelai mulai berbunga 4. Jumlah polong isi

Analisis data

Data semua hasil pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan Analisis Keragaman dengan tingkat kebenaran 95%,

(4)

kemudian apabila antar perlakuan berbeda nyata (signifikan) yang ditunjukkan dengan F hitung ≥ F tabel maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur dengan tingkat kebenaran yang sama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh aplikasi biokompos terhadap masa inkubasi dan intensitas penyakit layu Fusarium pada tanaman kedelai disajikan pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Hasil pengamatan masa inkubasi penyakit layu Fusarium pada beberapa varietas kedelai sebagai akibat pengaruh aplikasi beberapa biokompos

Rata-rata masa inkubasi penyakit layu Fusarium (hari) Varietas Kedelai

No. Biokompos

Wilis Anjasmoro 1. Tanpa biokompos (kontrol) 10,00 25,00

2. Biokompos jerami padi hasil

fermentasi jamur Trichoderma spp. * *

3. Biokompos seresah daun tanaman hasil

fermentasi jamur Trichoderma spp. * *

4. Biokompos jerami padi bukan hasil

fermentasi 36,00 46,67

5. Biokompos seresah daun tanaman bukan hasil fermentasi

36,00 48,33 Keterangan: *) Sampai akhir pengamatan pada umur tujuh minggu setelah tugal benih tidak ada gejala

penyakit layu Fusarium pada tanaman kedelai

Tabel 2. Hasil pengamatan intensitas penyakit layu Fusarium pada beberapa varietas kedelai sebagai akibat pengaruh aplikasi beberapa biokompos

Rata-rata intensitas penyakit layu Fusarium (%) Varietas Kedelai

No. Biokompos

Wilis Anjasmoro 1. Tanpa biokompos (kontrol) 88,33 b*)

C**)

38,67 a C 2. Biokompos jerami padi hasil fermentasi

jamur Trichoderma spp. 0,00 a A 0,00 a A 3. Biokompos seresah daun tanaman hasil

fermentasi jamur Trichoderma spp. 0,00 a A 0,00 a A 4. Biokompos jerami padi bukan hasil

fermentasi 24,67 b B 19,00 a B

5. Biokompos seresah daun tanaman bukan hasil fermentasi

25,33 b B

19,00 a B Keterangan:

*) Angka-angka pada setiap baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada p ≤ 0,05.

**) Angka-angka pada setiap kolom yang diikuti oleh huruf kapital yang sama tidak berbeda nyata pada p ≤ 0,05.

0) Sampai akhir pengamatan pada umur tujuh minggu setelah tugal benih tidak ada gejala penyakit layu Fusarium pada tanaman kedelai

(5)

Pada Tabel 1 dan 2 terlihat bahwa aplikasi biokompos berpengaruh terhadap masa inkubasi penyakit layu Fusarium dan intensitas penyakit layu Fusarium pada tanaman kedelai. Aplikasi biokompos dari bahan jerami padi dan seresah daun tanaman yang difermentasi dengan jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. harzianum isolat SAPRO-07 menyebabkan tanaman kedelai tidak terinfeksi oleh jamur Fusarium, baik pada varietas Willis maupun Anjasmoro. Berbeda halnya dengan biokompos dari bahan jerami padi, yang tidak difermentasi dengan kedua jamur tersebut ternyata tanaman kedelai terinfeksi oleh jamur Fusarium, hal ini terlihat dari masa inkubasi penyakit layu Fusarium rata-rata 36,00 hari dengan intensitas penyakit 24,67% pada varietas Willis dan 46,67 hari dengan intensitas penyakit 19,00% pada varietas Anjasmoro. Pada tanaman kedelai yang diaplikasi dengan biokompos dari bahan seresah daun tanaman yang tidak difermentasi dengan jamur Trichoderma spp. menunjukkan masa inkubasi rata-rata 36,00 hari dengan intensitas penyakit rata-rata 25,33 hari pada varietas Willis dan 19,00 hari dengan intensitas penyakit 19,00% pada varietas Anjasmoro. Pada tanaman kontrol yang tidak diaplikasikan dengan biokompos ternyata masa inkubasi penyakit layu Fusarium lebih cepat yaitu rata-rata 10,00 hari dengan intensitas penyakit 88,33% pada varietas Willis dan 25 hari dengan intensitas penyakit 38,67% pada varietas Anjasmoro.

Adanya perbedaan masa inkubasi penyakit Fusarium dan intensitas penyakit layu Fusarium pada tanaman kedelai akibat aplikasi biokompos ini diduga erat kaitannya dengan peran dari jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. harzianum isolat SAPRO-07 yang terkandung dalam biokompos tersebut. Sudantha (2007) melaporkan bahwa hasil percobaan uji antagonis jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. harzianum isolat SAPRO-07 terhadap jamur F. oxysporum secara in-vitro di laboratorium melalui metode oposisi langsung dan uji uap biakan, ternyata kedua isolat jamur ini dapat menghambat pertumbuhan jamur F. Oxysporum. Mekanisme penghambatan terhadap jamur F. oxysporum terjadi secara fisik (kompetisi ruang dan mikoparasit) dan antibiosis (mengeluarkan antibiotik) yang didifusikan ke cawan Petri. Abd-El Moity dan Shatla (1981) menyatakan bahwa Trichoderma spp. merupakan mikoparasit yang dapat melakukan penetrasi ke miselium dan sclerotia jamur S. rolfsii sehingga terjadi lisis dan pengkristalan. Papavizas (1985) menyatakan bahwa mekanisme mikoparasitisme dimulai dengan pelunakan sel inang oleh enzim yang dihasilkan oleh mikoparasit sebelum

kerusakan dan kematian sel inang. Menurut Hadar et al. (1979), jamur T. harzianum memproduksi enzim ekstra selluler ß-(1,3) glucanase dan chitinase yang mampu merusak dinding sel R. solani. Cook dan Baker (1983) mengatakan bahwa strain tertentu dari Trichoderma menghasilkan antibiotik viridin yang dapat menghambat pertumbuhan jamur lain. Elfina et al. (2001) juga melaporkan bahwa jamur T. harzianum mengeluarkan senyawa anti mikroba yang mampu menghambat pertumbuhan jamur S. rolfsii.

Dari percobaan ini dapat dikatakan bahwa penggunaan biokompos dari bahan jerami padi atau seresah daun tanaman yang difermentasi dengan jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. harzianum isolat SAPRO-07 dapat meningkatkan ketahanan terinduksi terhadap penyakit layu Fusarium. Hal ini dapat dilihat dari tanaman kontrol menunjukkan intensitas serangan Fusarium mencapai 83,33% pada varietas Willis dan 38,67% pada varietas Anjasmoro, namun pada tanaman yang diperlakukan dengan biokompos yang difermentasi dengan kedua jamur tersebut tidak menunjukkan gejala layu Fusarium. Telah dijelaskan di atas bahwa ada tiga peran jamur Trichoderma spp. dalam menghambat pertumbuhan jamur Fusarium yang pada akhirnya dapat meningkatkan ketahanan terinduksi tanaman kedelai terhadap penyakit layu Fusarium. Selain itu ketahanan terinduksi diduga terjadi karena jamur T. harzianum isolat SAPRO-07 mengeluarkan substansi kimia atau hormon yang didifusikan ke dalam jaringan tanaman kedelai. Etilen merupakan hormon yang mudah menguap sehingga mudah berpindah dari satu organ tanaman ke organ lainnya. Pengaruh etilen dalam jaringan dapat meningkatkan sintesis enzim, jenis enzimnya bergantung pada jaringan sasaran. Jika jamur patogenik tertentu menyerang sel, etilen menginduksi tanaman untuk membentuk dua macam enzim yang menguraikan dinding sel jamur tersebut, yaitu ß-(1,3) glucanase dan chitinase (Boller, 1988 dalam Salisbury dan Ross, 1995). Dengan demikian dikatakan bahwa etilen dapat mengaktifkan mekanisme ketahanan induksi tanaman terhadap jamur patogenik.

Pengaruh aplikasi biokompos terhadap waktu mulai berbunga tanaman kedelai dan jumlah polong isi kedelai disajikan pada Tabel 3 dan 4.

Pada Tabel 3 dan 4 terlihat bahwa aplikasi biokompos hasil fermentasi dari jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. harzianum isolat SAPRO-07 berpengaruh terhadap waktu tanaman kedelai mulai berbunga dan jumlah

(6)

polong isi per tanaman. Aplikasi biokompos jerami padi dan seresah tanaman yang difermentasi oleh kedua jamur tersebut menyebabkan tanaman kedelai lebih cepat mengeluarkan bunga dan meningkatkan jumlah

polong isi per tanaman, baik pada varietas Willis maupun Anjasmoro, dan hal ini berbeda nyata dengan aplikasi biokompos bukan hasil fermentasi kedua jamur tersebut dan pada kontrol.

Tabel 3. Hasil pengamatan waktu tanaman kedelai mulai berbunga sebagai akibat pengaruh aplikasi beberapa biokompos

Rata-rata waktu tanaman kedelai mulai berbunga (hari) Varietas Kedelai

No. Biokompos

Wilis Anjasmoro 1. Tanpa biokompos (kontrol) 43,00 a *)

C **)

42,67 a C 2. Biokompos jerami padi hasil

fermentasi jamur Trichoderma spp. 30,67 a A 31,33 a A 3. Biokompos seresah daun tanaman

hasil fermentasi jamur Trichoderma

spp. 31,67 a A 32,33 a A

4. Biokompos jerami padi bukan hasil fermentasi

38,33 a B

39,33 a B 5. Biokompos seresah daun tanaman

bukan hasil fermentasi 38,67 a B 38,33 a B Keterangan:

*) Angka-angka pada setiap baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada p ≤ 0,05.

**) Angka-angka pada setiap kolom yang diikuti oleh huruf kapital yang sama tidak berbeda nyata pada p ≤ 0,05.

Tabel 4. Hasil pengamatan jumlah polong isi pada tanaman kedelai sebagai akibat pengaruh aplikasi beberapa biokompos

Rata-rata jumlah polong isi (buah) Varietas Kedelai

No. Biokompos

Wilis Anjasmoro 1. Tanpa biokompos (kontrol) 15,67 a *)

A **)

16,33 a A 2. Biokompos jerami padi hasil

fermentasi jamur Trichoderma spp. 68,33 a C 68,67 a C 3. Biokompos seresah daun tanaman

hasil fermentasi jamur

Trichoderma spp. 67,00 a C 67,00 a C

4. Biokompos jerami padi bukan hasil fermentasi

52,00 a B

54,33 a B 5. Biokompos seresah daun tanaman

bukan hasil fermentasi 53,00 a B 53,33 a B Keterangan:

*) Angka-angka pada setiap baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada p ≤ 0,05.

**) Angka-angka pada setiap kolom yang diikuti oleh huruf kapital yang sama tidak berbeda nyata pada p ≤ 0,05.

(7)

Adanya perbedaan waktu mulai berbunganya tanaman kedelai dan jumlah polong isi kedelai akibat perlakuan biokompos tersebut diduga erat kaitannya dengan pengaruh dari jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. harzianum isolat SAPRO-07 yang terkadung dalam biokompos tersebut. Jamur saprofit Trichoderma spp. ini mengeluarkan substansi kimia atau hormon yang didifusikan ke dalam jaringan tanaman kedelai yang dapat memacu pembungaan. Windham et al. (1986) melaporkan bahwa jamur T. harzianum dapat meningkatkan perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman. Tronsmo dan Dennis (1977 dalam Cook dan Baker, 1983) melaporkan bahwa penyemprotan konidia jamur T. viride dan T. polysporum untuk melindungi tanaman strawberi dari penyakit busuk ternyata dapat memacu pembungaan lebih awal. Menurut Salisbury dan Ross (1995), beberapa jenis jamur yang hidup di tanah dapat menghasilkan etilen. Diduga etilen yang dilepaskan oleh jamur tersebut membantu mendorong perkecambahan biji, mengendalikan pertumbuhan kecambah, memperlambat serangan organisme patogen tular tanah, dan memacu pembentukan bunga.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan biokompos jerami padi dan seresah daun tanaman hasil fermentasi dari jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. harzianum isolat SAPRO-07 pada tanaman kedelai dapat meningkatkan ketahanan terinduksi terhadap penyakit layu Fusarium, baik pada varietas Willis maupun Anjosmoro.

2. Penggunaan biokompos jerami padi dan seresah daun tanaman hasil fermentasi dari jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. harzianum isolat SAPRO-07 pada tanaman kedelai menyebabkan waktu pembungaan tanaman menjadi lebih cepat dan jumlah polong isi menjadi lebih tinggi, baik pada varietas Willis maupun Anjasmoro.

Dari hasil penelitian ini maka perlu dipertimbangkan aplikasi biokompos hasil fermentasi jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan jamur T. harzianum isolat SAPRO-07 pada tanaman kedelai di lapang dalam upaya mengurangi penggunaan pupuk kimiawi sehingga pencemaran lingkungan dapat dikurangi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Ditjen Dikti dan Ketua Lembaga Penelitian Universitas Mataram yang telah memberikan dana Penelitian Hibah Kompetensi sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Kompetensi Nomor: 247/SP2H//PP/DP2M/III/2010 tanggal 1 Maret 2010.

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A. L. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan I Edisi Pertama. Bayumedia Publishing dan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang Jawa Timur – Indonesia. 137 hal Abadi, A. L. dan I. M. Sudantha. 2007.

Pengembangan dan Aplikasi Jamur Endofit Trichoderma sp. Untuk Meningkatkan Ketahanan Induksi Tanaman Vanili terhadap Penyakit Busuk Batang Fusarium. Laporan Penelitian Hibah Bersaing DP2M DIKTI. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. 93 hal.

Bharat, R., R. S. Upadhayay and A. K. Srivastava. 1988. Utilization of Cellulose and Gallic Acid by Litter Inhabiting Fungi and Its Possible Implication in Litter Decomposition of A Tropical Deciduous Forest, Pedobiologia. Dept. Bot. Banaes Hindu University, Varanasi, India.

Cook, R. J. and K. F. Baker. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of Plant Pathogens. The American Phytopathol. Society, St. Paul MN. 539 p.

Guest, D. 2005. Induced Disease Resistance in Plants. In Program and Abstract The 1st International Conference of Crop Security 2005, Brawijaya University, Malang, September 20th – 22nd, 2005. 264 p.

Hadisutrisno, B. 2005. Budidaya Vanili Tahan Penyakit Busuk Batang. Penerbit Penebar Swadaya, Depok. 87 p.

Harman, G. E. and A. Taylor, 1988. Improved seedling performance by integration of biological control agents at favourable pH levels with solid matrix priming. Phytopatholgy 78: 520 – 525.

Hoitink, H. A. J., L. V. Madden and M. J. Boehm. 1996. Relationships Among Organic Matter Decomposition Level, Microbial Species Diversity, and Soilborne

(8)

Disease Severity. In. Hal. R (Ed.) Principles and Practice of Managing Soilborne Plant Pathogens. APS Press, The American Phytopathological Society. St. Paul, Minnesota. 330 p.

Kethan, S. K. 2001. Microbial Pest Control. Marcel Dekker, Inc. New York – Basel. 300p.

Nurawan, A., M. Tombe dan K. Matsumoto. 1995. Penelitian Daya Antagonisme Isolat Bakteri yang Diisolasi dari Rhizosfera Berbagai Jenis Tanaman Terhadap Patogen Busuk Batang Vanili. Dalam Parman et al. (Penyunting), Peran Fitopatologi dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Kawasan Timur Indonesia. Risalah Kongres Nasional XIII dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia di Mataram. 356 – 359.

Ruhnayat, A. 2004. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Bertanam Vanili Si Emas Hijau nan Wangi. Agromedia Pustaka, Jakarta. 51 hal.

Salisbury, F. B. and C. W. Ross, 1995. Fisiology Tumbuhan Jilid 3. Perkembangan tumbuhan dan fisiologi Tumbuhan (Terjemahan D. R. Lukman dan Sumaryono). Penerbit ITB Bandung.

Sudantha, I. M. Dan A. L. Abadi. 2006. Biodiversitas Jamur endofit Pada Vanili (Vanilla planifolia Andrews) dan Potensinya Untuk Meningkatkan Ketahanan Vanili Terhadap Penyakit Busuk Batang. Laporan Penelitian Fundamenatal DP2M DIKTI. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram 107 hal.

Sudantha, I. M., 2007. Karakterisasi dan Potensi Jamur Endofit dan Saprofit Antagonistik Sebagai Agens Pengendali Hayati Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae Pada Tanaman Vanili di Nusa Tenggara Barat.

Disertasi Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang. 337 hal.

Sudantha, I. M. Dan A. L. Abadi. 2007. Sinergisme Jamur Saprofit dan Endofit Antagonistik Dalam Meningkatkan Ketahanan Induksi Bibit Vanili Terhadap Penyakit Busuk Batang Fusarium. Laporan Penelitian Fundamenatal DP2M DIKTI. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram 105 hal.

Sudantha, I. M. 2008. Aplikasi Jamur Trichoderma spp. (Isolat ENDO-02 dan 04 serta SAPRO-07 dan 09) sebagai Biofungisida, Dekomposer dan Bioaktivator Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Vanili dan Pengembangannya pada Tanaman Hortikultura dan Pangan Lainnya di NTB. Laporan Penelitian Hibah Kompetensi DP2M - Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram. 117 hal. Sukamto dan M. Tombe. 1995. Antagonisme

Trichoderma viride terhadap Fusarium oxysporum f. sp. vanillae secara In-Vitro. Dalam Parman et al. (Penyunting), Peran Fitopatologi dalam Pembangunan Pertanian Berkelanjutandi Kawasan Timur Indonesia. Risalah Kongres Nasional XIII dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia di Mataram. 600 – 604.

Trautman, N. and E. Olynciw, 1996. Compost microorganism. Cornell Composting. Science and Engineering. Cornell University. 16 hal.

Widyastuti, S. M., Sumardi dan N. Hidayat. 1998. Kemampuan Trichoderma spp. untuk Pengendalian Hayati Jamur Akar Putih pada Acacia mangium secara In-vitro. Buletin Kehutanan No. 36. 24 – 38.

Windham, M., Y. Elad and R. Baker. 1986. A Mechanism of Increased Plant Growth Induced by Trichoderma spp. Phytopathology 76: 518 – 521.

Gambar

Tabel 1. Hasil pengamatan  masa inkubasi penyakit layu  Fusarium pada beberapa varietas kedelai   sebagai akibat  pengaruh aplikasi   beberapa biokompos
Tabel 3. Hasil pengamatan waktu tanaman kedelai mulai berbunga sebagai akibat  pengaruh aplikasi  beberapa biokompos

Referensi

Dokumen terkait

Data yang diterima selama satu hari bukan merupakan data untuk lokasi yang sama, namun untuk lokasi yang berbeda dan bergantung pada satelit dan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan yaitu mengenai pengaruh kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan

Bila dikaitkan dengan konsep maqhasid syari‟ah , jelas bahwa, dalam pandangan Islam menurut Al-Syatibi, motivasi manusia dalam melakukan aktivitas ekonomi

Aspek keamanan di Taman Lansia Surabaya baik pada variabel fungsi, desain, aksesibilitas, maupun material masih banyak yang memiliki kekurangan terutama bagi pengguna

Leverage keuangan adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan akan memperoleh tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban

Mahasiswa yang menghayati tujuan dari pembelajaran yang dilakukan adalah untuk dapat memahami teori serta materi, dan juga yang membutuhkan kemampuan berpikir yang tinggi,

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ervina (2017) yang menyatakan bahwa LKS berbasis discovery learning efektif untuk