SKRIPSI
KONSUMSI PANGAN KELUARGA DAN POLA PANGAN
HARAPAN (PPH) DI DESA KAMPONG JEUMPA KECAMATAN
GLUMPANG TIGA KABUPATEN PIDIE
Oleh :
Ria Rosida
NIM. 051000073
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul :
KONSUMSI PANGAN KELUARGA DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) DI DESA KAMPONG JEUMPA KECAMATAN GLUMPANG TIGA
KABUPATEN PIDIE
Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :
RIA ROSIDA 051000073
Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi
Pada Tanggal 14 Januari 2011 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Dr.Ir.Evawany Y Aritonang, MSi Ernawati Nasution, SKM, MKes NIP. 196806161993032003 NIP. 197002121995012001 Penguji II Penguji III
Dr.Ir.Albiner Siagian, Msi Dra. Jumirah, Apt, Mkes NIP. 196706131993031004 NIP. 195803151988112001
Medan, 10 Februari 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan
ABSTRAK
Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang harus tersedia setiap saat untuk dapat hidup. Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi maka setiap orang perlu mengonsumsi makanan yang sesuai dengan yang dibutuhkan tubuhnya agar dapat beraktivitas sehat dan berkarya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran konsumsi pangan keluarga dan pola pangan harapan di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang bertempat tinggal di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga yaitu sebanyak 110 keluarga. Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan metode acak sederhana yaitu 53 keluarga. Pengumpulan data primer menggunakan alat bantu formulir Food Recall 24 jam, Food List dan Food Weighing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat tidak mengonsumsi jenis pangan yang sesuai dengan kelompok pangan dalam PPH. Dari 53 keluarga hanya 23 rkeluarga (43,4%) yang mengonsumsi jenis pangan yang sesuai dengan kelompok pangan dalam PPH. Sementara itu rata-rata konsumsi energi penduduk sebesar 2045 kalori. Dari 53 keluarga hanya 60,4% yang konsumsi energinya cukup sedangkan 39,6% tidak cukup. Dan untuk protein hanya 79,2% konsumsi proteinnya cukup sedangkan 20,8% tidak cukup. Ini disebabkan banyaknya jumlah anggota keluarga sehingga makanan yang disajikan tidak memenuhi kebutuhan energi perorang perhari. Ini juga menyebabkan hanya 9,4% dari 53 keluarga yang skor PPH nya hampir memenuhi skor PPH harapan. Skor PPH penduduk untuk Desa Kampong Jeumpa rendah yaitu 68,2.
Berdasarkan hasil yang ditemukan, disarankan adanya kerjasama dengan lintas sektor secara terpadu untuk memeberikan penyuluhan gizi dan kesehatan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesehatan. Perlunya peran aktif dari masyarakat setempat untuk memanfaatkan lahan sendiri agar tersedia bahan pangan tanpa harus mengeluarkan biaya.
ABSTRACT
Food is as the basic needs for human which must be available every time in order to survive. To fulfill the needs of the body for the nutrient, everyone should consume appropriate food required by the body in order to get energy and have healthy life.
The objective of this research is to know the description of food consumption of family and the availability of food in Kampong Jeumpa village, Glumpang Tiga sub-district. This is descriptive research with cross-sectional design. The population is all families residing in Kampong Jeumpa village Glumpang Tiga sub-district that is 110 family. The sample is partly from the population selected with simple random method that is 53 family. Primary data collection used form assisted sheet of Food Recall 24 hours.
The results of the research show that mostly of the people do not consume appropriate food in accordance with the food classification in Desirable Dietary Pattern (DDP). Of 53 respondents, only 23 respondents (43.45%) consuming the appropriate food with food classification in DDP. Whereas, average energy consumption of the people is 2045 calorie. Of 53 respondents, only 60.4% consume adequate protein whereas for 20.8%, it is inadequate. And for the protein, it is only 79.2% consume adequate protein whereas 20.8% is inadequate. It is caused by the number of family members and the food to serve is inadequate for integrated cross sectors in order to give nutritional guidance and health for the society in order food availability the health. The need of active participation from local society is necessary to use their own land for producing the food without spending the cost.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ria Rosida
Tempat/Tanggal Lahir : Kp. Jeumpa, 12 Juni 1988
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Jumlah Anggota Keluarga : Anak ke 1 dari 4 bersaudara
Alamat Rumah : Kp. Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1993-1999 : SD N 1 Glumpang Tiga 2. Tahun 1999-2002 : SMP N 1 Glumpang Tiga 3. Tahun 2002-2005 : SMA Negri 2 Sigli
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah! Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT, karena atas rahmat dan ridho-NYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konsumsi Pangan Keluarga dan Pola Pangan Harapan (PPH) di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie” ini.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi memperkaya materi skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, MSi dan Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.kes selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara;
2. Bapak Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat;
4. Seluruh dosen dan staf FKM-USU khususnya kepada Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, yang telah banyak memberikan bimbingan dan membantu penulis selama proses pengerjaan skripsi ini;
5. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda (Alm) Idris Abdurrahman dan Ibunda Mariani yang telah membesarkan penulis dengan pengorbanan yang tidak ternilai dengan materi, penuh tanggung jawab dan hati yang ikhlas serta memberikan perhatian, dorongan dan doa’nya;
6. Adikku tersayang Deni dan Edi (cepat selesai kuliahnya), Nurul dan Jakfar (semoga lulus UN nya) dan Nurulita yang telah memberikan perhatian dan do’anya;
7. Sahabat-sahabat di lingkungan FKM USU terima kasih atas motivasi dan do’anya; dan
8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu.
Akhir kata semoga ALLAH senantiasa melimpahkan karunia-NYA kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat untuk semua pihak.
Medan, Januari 2011
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 21
4.1.1. Geografis ... 21
4.1.2. Demografi ... 21
4.2. Gambaran Umum Keluarga Responden ... 22
4.2.1. Umur Kepala Keluarga dan Responden ... 22
4.2.2. Pendidikan Kepala Keluarga dan Responden ... 23
4.2.3. Pekerjaan Kepala Keluarga dan Responden ... 23
4.2.4. Jumlah Anggota Keluarga Responden ... 24
4.3. Jenis Pangan yang Dikonsumsi Keluarga ... 25
4.4. Konsumsi Energi dan Protein Keluarga ... 25
4.5. Skor Pola Pangan Harapan ... 28
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Jenis Pangan ... 30
5.2. Konsumsi Energi dan Protein ... 31
5.3. Skor Pola Pangan Harapan ... 33
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 35
6.2. Saran ... 35
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Pola Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi dan Berimbang
Nasional (PPH Nasional) Tahun 2005 ... 14 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir di
Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga ... 21 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di
Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga ... 22 Tabel 4.3. Distribusi Umur kepala Keluarga dan Responden di
Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga ... 22 Tabel 4.4. Distribusi Tingkat Pendidikan Terakhir Kepala Keluarga dan
Responden di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan
Glumpang Tiga... 23 Tabel 4.5.Distribusi Pekerjaan Kepala Keluarga di Desa Kampong
Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga ... 23 Tabel 4.6. Distribusi Pekerjaan Responden di Desa Kampong Jeumpa
Kecamatan Glumpang Tiga... 24 Tabel 4.7. Distribusi Keluarga Responden Berdasarkan Jumlah
Anggota Keluarga di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan
Glumpang Tiga... 24 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan jenis Pangan yang
Dikonsumsi Keluarga di Desa Kampong Jeumpa
Kecamatan Glumpang Tiga... 25 Tabel 4.9. Distribusi Konsumsi Energi/keluarga/hari di Desa
Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga... 25 Tabel 4.10. Distribusi Konsumsi Protein/keluarga/hari di Desa
Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga ... 25 Tabel 4.11.Konsumsi Energi dan Protein Keluarga Responden Desa
Kampong Jeumpa Berdasarkan Kelompok Umur... 26 Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Skor PPH di Desa Kampong Jeumpa
Tabel 4.13. Konsumsi Energi Rata-rata Per Orang Per Hari Serta Skor Mutunya di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan
ABSTRAK
Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang harus tersedia setiap saat untuk dapat hidup. Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi maka setiap orang perlu mengonsumsi makanan yang sesuai dengan yang dibutuhkan tubuhnya agar dapat beraktivitas sehat dan berkarya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran konsumsi pangan keluarga dan pola pangan harapan di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang bertempat tinggal di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga yaitu sebanyak 110 keluarga. Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan metode acak sederhana yaitu 53 keluarga. Pengumpulan data primer menggunakan alat bantu formulir Food Recall 24 jam, Food List dan Food Weighing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat tidak mengonsumsi jenis pangan yang sesuai dengan kelompok pangan dalam PPH. Dari 53 keluarga hanya 23 rkeluarga (43,4%) yang mengonsumsi jenis pangan yang sesuai dengan kelompok pangan dalam PPH. Sementara itu rata-rata konsumsi energi penduduk sebesar 2045 kalori. Dari 53 keluarga hanya 60,4% yang konsumsi energinya cukup sedangkan 39,6% tidak cukup. Dan untuk protein hanya 79,2% konsumsi proteinnya cukup sedangkan 20,8% tidak cukup. Ini disebabkan banyaknya jumlah anggota keluarga sehingga makanan yang disajikan tidak memenuhi kebutuhan energi perorang perhari. Ini juga menyebabkan hanya 9,4% dari 53 keluarga yang skor PPH nya hampir memenuhi skor PPH harapan. Skor PPH penduduk untuk Desa Kampong Jeumpa rendah yaitu 68,2.
Berdasarkan hasil yang ditemukan, disarankan adanya kerjasama dengan lintas sektor secara terpadu untuk memeberikan penyuluhan gizi dan kesehatan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesehatan. Perlunya peran aktif dari masyarakat setempat untuk memanfaatkan lahan sendiri agar tersedia bahan pangan tanpa harus mengeluarkan biaya.
ABSTRACT
Food is as the basic needs for human which must be available every time in order to survive. To fulfill the needs of the body for the nutrient, everyone should consume appropriate food required by the body in order to get energy and have healthy life.
The objective of this research is to know the description of food consumption of family and the availability of food in Kampong Jeumpa village, Glumpang Tiga sub-district. This is descriptive research with cross-sectional design. The population is all families residing in Kampong Jeumpa village Glumpang Tiga sub-district that is 110 family. The sample is partly from the population selected with simple random method that is 53 family. Primary data collection used form assisted sheet of Food Recall 24 hours.
The results of the research show that mostly of the people do not consume appropriate food in accordance with the food classification in Desirable Dietary Pattern (DDP). Of 53 respondents, only 23 respondents (43.45%) consuming the appropriate food with food classification in DDP. Whereas, average energy consumption of the people is 2045 calorie. Of 53 respondents, only 60.4% consume adequate protein whereas for 20.8%, it is inadequate. And for the protein, it is only 79.2% consume adequate protein whereas 20.8% is inadequate. It is caused by the number of family members and the food to serve is inadequate for integrated cross sectors in order to give nutritional guidance and health for the society in order food availability the health. The need of active participation from local society is necessary to use their own land for producing the food without spending the cost.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar, dianggap strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis. Terpenuhinya pangan secara kuantitas dan kualitas merupakan hal yang sangat penting sebagai landasan bagi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dalam jangka panjang. Undang-undang Pangan Nomor 7/1996 mengamanatkan bahwa pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang pemenuhannya bagian dari hak asasi manusia (Depkes RI, 2005).
Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan atau kelompok pangan yang didasarkan atas sumbangan energinya, baik secara absolut maupun relativ terhadap total energi baik dalam hal ketersediaan maupun konsumsi pangan, yang mampu mencukupi kebutuhan dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, agama dan cita rasa (Depkes RI, 2005).
rumah tangga akan berpengaruh pada komposisi konsumsi pangan (Depkes RI, 2005).
Persyaratan kecukupan untuk mencapai keberlanjutan konsumsi pangan adalah adanya aksesibilitas fisik dan ekonomi terhadap pangan. Aksesibilitas ini tercermin dari jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Dengan demikian data konsumsi pangan secara riil dapat menunjukkan kemampuan rumah tangga dalam mengakses pangan dan menggambarkan tingkat kecukupan pangan dalam rumah tangga. Perkembangan tingkat konsumsi pangan tersebut secara implisit juga merefleksikan tingkat pendapatan atau daya beli masyarakat terhadap pangan.
Perilaku konsumsi pangan merupakan perwujudan dari kebiasaan makan yang tumbuh berkembang dalam proses sosialisasi keluarga dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sedikit banyaknya memberi pengaruh (Baliwati, 2004).
Secara konseptual, penganekaragaman pangan dapat dilihat dari komponen-komponen sistem pangan, yaitu penganekaragaman produksi, distribusi dan penyediaan serta konsumsi pangan. Dalam hal konsumsi pangan, permasalahan yang dihadapi tidak hanya mencakup keseimbangan komposisi, namun juga masih belum terpenuhinya kecukupan gizi. Selama ini pangan yang tersedia baru mencukupi dari segi jumlah dan belum memenuhi keseimbangan yang sesuai dengan norma gizi.
untuk mengganti bahan pangan pokok beras dengan sumber karbohidrat lain, tetapi untuk mendorong peningkatan sumber zat gizi yang cukup kualitas dan kuantitas, baik komponen gizi makro maupun gizi mikro (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI, 1998).
Diversifikasi pangan adalah suatu proses pemanfaatan dan pengembangan suatu bahan pangan sehingga penyediaannya semakin beragam. Latar belakang pengupayaan diversifikasi pangan adalah melihat potensi negara kita yang sangat besar dalam sumber daya hayati. Indonesia memiliki berbagai macam sumber bahan pangan hayati terutama yang berbasis karbohidrat. Setiap daerah di Indonesia memiliki karakteristik bahan pangan lokal yang sangat berbeda dengan daerah lainnya. Diversifikasi pangan juga merupakan solusi untuk mengatasi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap satu jenis bahan pangan yakni beras.
Tidak dapat dipungkiri juga bahwa faktor gaya hidup dapat mempengaruhi kebiasaan makan individu dalam mengkonsumsi aneka ragam makanan. Pada penelusuran gaya hidup dalam upaya peningkatan gizi keluarga dalam aspek pola makan, distribusi makanan serta pengolahan makanan terdapat kecenderungan masih jauh dari pola makan yang sehat. Hal ini dilihat dari konsumsi pangan peduduk yang masih belum seimbang. Rata-rata konsumsi energi penduduk Nanggroe Aceh Darussalam adalah sebesar 1805 Kkal/kap/hari dan tingkat konsumsi protein 69,3 gram/kap/hari. Untuk konsumsi energi belum memenuhi anjuran 2000 Kkal/kap/hari tetapi untuk protein sudah memenuhi anjuran 52 gram/kap/hari.
Penelitian yang dilakukan oleh Irma (2007), di Kelurahan Namo Gajah mengenai PPH diketahui bahwa dari 76 responden hanya 21 responden yang mengkonsumsi jenis pangan yang sesuai dengan kelompok pangan dalam Pola Pangan Harapan.
Sementara penelitian yang dilakukan oleh Ervina (2008), di Kompleks Perumahan Dosen USU mengenai PPH diketahui bahwa PPH menunjukkan angka 90,8 hanya saja kelompok pangan yang dikonsumsi belum berimbang karena tingginya konsumsi pangan hewani, minyak dan lemak serta sayur dan buah yang memiliki bobot PPH cukup tinggi.
Kegiatan ini telah dilakukan sinkronisasi dengan instansi terkait Kabupaten Pidie dalam rangka memberdayakan masyarakat tani di lokasi Prima Tani. Hampir semua
masyarakat yang tinggal di Desa Kampong Jeumpa adalah petani. Di Desa Kampong Jeumpa juga terdapat Lumbung Desa Modern yang dikelola oleh Provinsi. Beras yang tersedia di lumbung desa nantinya akan didisdribusi ke seluruh Aceh sebagai bahan pangan pokok masyarakat Aceh.
Berdasarkan hal ini penulis ingin mengetahui konsumsi keluarga ditinjau dari Pola Pangan Harapan (PPH) dan ketersediaan pangan di Desa kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana konsumsi pangan keluarga dan Pola Pangan Harapan (PPH) di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie. 1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jenis pangan yang dikonsumsi keluarga sehari-hari. 2. Untuk mengetahui tingkat kecukupan energi dan protein.
3. Untuk mengetahui Skor Pola Pangan Harapan keluarga. 1.4. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsumsi Pangan
Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya dipengaruhi banyak hal yang saling kait mengait, di samping untuk memenuhi rasa lapar juga memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis (Khumaidi, 1994).
Menurut Suharjo (1996), yang mempengaruhi perilaku konsumsi pangan adalah adanya gaya hidup yang dipengaruhi oleh pandangan, pekerjaan, tempat pemukiman, identitas suku, struktur rumah tangga, agama dan kepercayaan, pengetahuan gizi, pengetahuan kesehatan dan karakteristik fisiologis.
Rasa lapar dan dahaga merupakan tanda pertama bahwa gizi yang diperlukan untuk kegiatan tubuh tidak lagi mencukupi. Usaha untuk mengatasi rasa lapar sebenarnya juga diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup, menjalankan alat-alat dalam tubuh, pertumbuhan (pada bayi dan anak) dan penggantian badan-badan yang aus (kulit, ari). Gizi harus diterima secara teratur dalam ragam mutu dan jumlah yang cukup sehingga dapat memberikan kesehatan, kegairahan dan kekuatan dalam bekerja (Khumaidi, 1994).
Tersedianya pangan yang cukup dalam keluarga atau masyarakat, belum menjamin bahwa kebutuhan akan gizi setiap anggota keluarga sudah terpenuhi. Kecukupan gizi bagi seseorang sepenuhnya tergantung pada apa yang dimakannya.
semakin melemahnya daya produksi dan kegiatan ekonomi masyarakat (Suhardjo, 1996).
Kualitas sumber daya manusia dan kehidupan masyarakat pada umumnya dipengaruhi oleh keadaan gizinya. Keadaan gizi pada dasarnya ditentukan oleh konsumsi pangan dan kemampuan tubuh untuk menggunakan zat gizi. Konsumsi zat gizi pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak kurang pentingnya adalah kebiasan makan masyarakat. Cara atau kebiasaan makan yang salah dapat berpengaruh negatif terhadap tingkat pertumbuhan yang pada akhirnya turut berpengaruh pada produktivitas kerja (Badan Bimas Ketahanan Pangan, 2005).
Adapun sasaran pembangunan pangan selama PJP II adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga, yang tercermin pada ketersediaan dan konsumsi pangan dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata, serta terjangkau oleh setiap individu. Ketahanan pangan dikembangkan antara lain dengan bertumpu pada keragaman sumber daya bahan pangan, kelembagaan dan potensi lokal.
kecukupan gizi dan kualitas tertentu, serta sedapat mungkin penyediaannya dilakukan dengan mengoptimalkan potensi sumber daya lokal.
Namun pola konsumsi penduduk selalu berubah dari waktu ke waktu maupun antara daerah yang satu dengan daerah lainnya tergantung kepada selera, pendapatan dan kebiasaan setempat/lingkungan. Pola konsumsi pada gilirannya akan menentukan berapa yang harus disediakan dan bagaimana distribusinya, yang menyangkut permintaan dan penawaran pangan yang seimbang agar harga tidak terguncang.
Maka seiring dengan semangat otonomi daerah adalah bagi setiap peranan propinsi dan kebudayaan/kota sangat penting untuk menyusun perencanaan pangan yang memenuhi, prinsip-prinsip di atas guna mewujudkan ketahanan pangan yang berbasis sumber daya lokal. Salah satu acuan/pendekatan yang dapat digunakan untuk itu adalah Pola Pangan Harapan (BKP, 2005).
2.1.1. Konsumsi Pangan Keluarga
Tersedianya pangan pada tingkat rumah tangga sangat tergantung pada kemampuan daya beli masyarakat dan kestabilan harga pangan. Keterjangkauan rumah tangga terhadap pangan ditentukan oleh daya beli masyarakat. Masih cukup besarnya jumlah penduduk yang tergolong miskin menggambarkan keperluan adanya kebijaksanaan harga dan sistem distribusi pangan yang efektif dan efisien.
pangan adalah meningkatkan ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga sesuai dengan keadaan dan pola pangan setempat.
Ketersediaan pangan telah berhasil ditingkatkan, tetapi ketersediaan itu belum berimbang karena ketersediaan energi sebagian besar berasal dari karbohidrat. Pola konsumsi pangan secara nasional menggambarkan bahwa padi-padian dikonsumsi oleh hampir seluruh penduduk. Untuk penduduk yang berpendapatan rendah, padi-padian hampir merupakan satu-satunya makanan pokok utama. Keseimbangan pola konsumsi pangan padi-padian dengan pangan hewani, kacang-kacangan dan sayuran serta buah-buahan merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian dalam pembangunan pangan. Dengan mengacu pada patokan pola ketersediaan pangan yang dikonsumsi penduduk Indonesia tergolong rendah (Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 1994).
Selain itu kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan utuk dikonsumsi, seperti misalnya budaya mengajarkan orang tentang apa yang akan digunakan sebagai makanan, untuk siapa, kapan boleh dimakan atau tidak boleh dimakan (tabu).
Banyak sekali penemuan para peneliti yang menyatakan bahwa faktor sosial budaya sangat berperan dalam proses konsumsi pangan dan terjadinya masalah gizi diberbagai masyarakat dan negara (Baliwati, dkk, 2004).
2.1.2 Pola Konsumsi Pangan
Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.
Menurut Badan Ketahanan Pangan (BKP) jenis pangan atau kelompok pangan terdiri dari 9 (sembilan) bahan makanan dan diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Padi-padian terdiri dari : beras giling, jagung pipilan, tepung terigu.
2. Umbi-umbian terdiri dari : ketela pohon, ubi jalar, sagu, kentang, talas, ubi kayu.
3. Pangan hewani terdiri dari : daging ruminansia, daging unggas, telur, susu, ikan.
4. Minyak dan lemak terdiri dari : minyak kelapa, minyak sawit, lemak, minyak lain.
5. Buah/biji berminyak terdiri dari : kelapa, kemiri, biji jambu mete, melinjo. 6. Kacang-kacangan terdiri dari : kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau,
kacang merah.
7. Gula terdiri dari : gula aren, gula merah, gula kelapa. 8. Sayur dan buah terdiri dari : sayur-sayuran dan buah 9. Lain-lain terdiri dari : minuman, bumbu, dan lainnya.
Jumlah pangan keluarga didapat dari frekuensi konsumsi bahan makanan atau makanan jadi yang dikonsumsi keluarga selama periode waktu tertentu seperti : hari, minggu, bulan atau tahun.
2.2 Pola pangan harapan (PPH)
Untuk mengukur keberhasilan upaya diversifikasi baik dibidang produksi, penyediaan dan konsumsi pangan penduduk diperlukan suatu parameter. Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menilai tingkat keanekaragaman pangan adalah Pola Pangan Harapan.
Pola Pangan Harapan adalah susunan beragam pangan atau kelompok pangan yang didasarkan atas sumbangan energinya, baik secara absolute maupun relative terhadap total energi baik dalam hal ketersediaan maupoun konsumsi pangan, yang mampu mencukupi kebutuhan konsumsi pangan penduduk baik kuantitas, kualitas maupun keragamannya dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, agama dan cita rasa (Suhardjo, 1996).
PPH pertama kali diperkenalkan FAO-RAPA (Food And Agriculture Organization - Regional Conference For Asia And The Pacific) pada tahun 1989, yang kemudian dikembangkan oleh Departemen Pertanian untuk menjabarkan penganekaragaman pangan melalui Workshop yang diselenggarakan secara kerjasama dengan Organisasi Pangan Dunia.
lemak, buah dan biji berminyak, kacang-kacangan, gula dan sayur/buah. Bobot untuk setiap kelompok pangan didasarkan kepada konsentrasi kalori, kepadatan kalori, zat gizi esensial, zat gizi mikro, kandungan serat, volume pangan dan tingkat kelezatannya ( Suhardjo, 1996)
Dengan PPH tidak hanya pemenuhan kecukupan gizi yang diketahui tetapi sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi yang didukung oleh cita rasa, daya cerna, daya terima masyarakat, kuantitas dan kemampuan daya beli. Dengan pendekatan PPH ini dapat dinilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor pangan. Semakin tinggi skor pangan maka semakin beragam dan semakin baik komposisinya (BKP, 2005)
Tiap Negara mempunyai potensi dan sosial budaya yang berbeda-beda. Bagi Indonesia menurut hasil Workshop on Food and Agriculture Planning for Nutritional Adequacy di Jakarta tanggal 11-13 Oktober 1989 direkomendasikan sebagai berikut:
Tabel 2.1. Pola Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi dan Berimbang nasional (PPH
Sumber : Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan, BKP Tahun 2005
Data Susenas tahun 2005 yang digunakan sebagai dasar untuk menyusun kebutuhan konsumsi pangan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
2.2.1.Perhitungan Skor PPH
2.3 Kerangka Konsep
Konsumsi keluarga yaitu jenis pangan, dan jumlah pangan dalam bentuk tingkat kecukupan energi dan protein akan memberi pengaruh terhadap skor PPH.
Konsumsi Keluarga - Jenis pangan - Tingkat kecukupan
energi dan protein
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah survei yang bersifat deskriptif dengan rancangan cross sectional, bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi pangan keluarga dan Pola
Pangan Harapan (PPH) di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Pertimbangan penulis menetapkan lokasi penelitian ini karena di Desa Kampong Jeumpa merupakan lokasi Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Teknologi Pertanian (Prima Tani) maka penulis tertarik ingin mengetahui gambaran tingkat konsumsi keluarga di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai bulan September s/d November 2010. 3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang bertempat tinggal di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga yaitu sebanyak 110 kepala keluarga.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Besar sampel ditentukan dengan rumus (Notoatmodjo,2002).
n =
n =
n = 52,38
≈ 53 keluarga
Ket :
n= Besar sampel N=Besar populasi
d= Penyimpangan statistika dari sampel terhadap populasi ditetapkan (0,1)
Dari hasil perhitungan rumus di atas diperoleh besar sampel sebanyak 52,38 KK (dibulatkan menjadi 53 KK). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak sederhana dan sebagai responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga. 3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data
a. Data Primer
- Konsumsi keluarga b. Data Sekunder
Data sekunder meliput data:
- Demografi yaitu jumlah penduduk, distribusi penduduk berdasarkan kelompok umur, pendidikan dan pekerjaan.
3.4.2. Cara Pengumpulan Data
1. Data konsumsi keluarga diperoleh melalui wawancara dengan responden (ibu) menggunakan food recall 24 selama 1 hari.
2. Data sekunder diambil dari kantor kepala desa Kampong Jeumpa. 3.5. Definisi Operasional
1. Jenis pangan adalah berbagai macam pangan yang dikonsumsi keluarga dalam sehari yang disesuaikan dengan kelompok pangan dalam Pola Pangan Harapan, yaitu:
- Padi-padian - Umbi-umbian - Pangan hewani - Minyak dan lemak - Buah/biji berminyak - Kacang-kacangan - Gula
- Sayur dan buah
- Lain-lain terdiri dari bumbu
2. Jumlah pangan adalah banyaknya pangan yang dikonsumsi keluarga dalam sehari yang dilihat dari tingkat kecukupan energi dan protein.
4. Tingkat kecukupan protein adalah banyaknya protein yang harus terpenuhi dari makanan untuk kebutuhan tubuh terhadap protein yang dibutuhkan. 5. Skor Pola Pangan Harapan adalah susunan beragam pangan yang didasarkan
pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun relatif) dari suatu pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan masyarakat Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga.
3.6. Aspek Pengukuran
1. Jenis pangan diukur dengan menggunakan susunan kelompok pangan dalam Pola Pangan Harapan yang dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu:
- Sesuai dengan kelompok pangan dalam PPH. - Tidak sesuai dengan kelompok pangan dalam PPH
2. Tingkat kecukupan energi dan protein diukur dengan menggunakan metode recall 24 jam dengan cara bahan makanan dikonversikan dalam bentuk gram
kemudian dianalisis ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan.
3. Untuk skor PPH (Depkes, 2003) - Kurang baik jika skor PPH <72 - Baik jika skor PPh 72-92,9 - Sangat baik jika skor PPh ≥93 3.7. Pengolahan dan Analisa Data
1. Jenis pangan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
4.1.1. Geografi
Desa Kampong Jeumpa merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Glumpang Tiga dengan luas wilayah ± 1 km², dengan batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Meunjee - Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Pulo Batee - Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Bili Aron - Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Pulolon 4.1.2. Demografi
Desa Kampong Jeumpa mempunyai jumlah penduduk sebanyak 456 jiwa, terdiri dari 226 laki-laki dan 230 perempuan serta 110 kepala keluarga.
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga
No Pendidikan Jumlah (Orang) % Sumber : Data Demografi Desa Kampong Jeumpa 2010
paling sedikit adalah Sarjana sebanyak 12 orang (2,6 %) dan masih ada yang tidak pernah sekolah yaitu sebanyak 88 orang (19,2 %).
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga Sumber : Data Demografi Desa Kampong Jeumpa 2010
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa mata pencaharian masyarakat di Desa Kampong Jeumpa pada umumnya adalah petani yaitu sebesar 83 orang (40,4 %), sedangkan yang paling sedikit adalah Sopir yaitu sebesar 11 orang (5,3 % ).
4.2. Gambaran Umum Keluarga Responden
4.2.1. Umur Kepala Keluarga dan Responden (IRT)
Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang bertempat tinggal di Desa Kampong Jeumpa.
Tabel 4.3. Distribusi Umur Kepala Keluarga dan Responden di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga
No Kelompok Umur
terbesar berada pada golongan umur >40 tahun yaitu sebanyak 26 orang (49,1%). Sementara itu jumlah KK terkecil berada pada golongan umur 21-30 yaitu sebanyak 2 orang (3,7%) dan jumlah responden terkecil berada pada golongan umur 21-30 tahun yaitu sebanyak 6 orang (11,3%).
4.2.2. Pendidikan Terakhir Kepala Keluarga dan Responden
Tabel 4.4. Distribusi Tingkat Pendidikan Terakhir Kepala Keluarga dan
Responden di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga N
o
Pendidikan Terakhir KK Responden
n % n %
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar KK dan Responden memiliki tingkat pendidikan terakhir terbanyak adalah SLTA yaitu masing-masing sebanyak 14 orang (26,4%) dan 15 orang (28,3%) dan masih ada belum sekolah yaitu sebesar 7 orang (13,4%) untuk KK dan 4 orang(7,7%) untuk responden.
4.2.3. Pekerjaan Kepala Keluarga dan Responden
Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan KK terbesar adalah petani yaitu sebanyak 21 orang (39,6) dan jenis pekerjaan KK terkecil adalah Pegawai Negri yaitu sebanyak 7 orang (13,2%).
Tabel 4.6. Distribusi Pekerjaan Responden di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga
Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 11 orang (20,7%) dan sebanyak 33 orang (62,2%) tidak bekerja atau merupakan ibu rumah tangga.
4.2.4. Jumlah Anggota Keluarga Responden
Tabel 4.7. Distribusi Keluarga Responden Berdasarkan Jumlah anggota Keluarga di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga No Jumlah Anggota
4.3. Jenis Pangan yang Dikonsumsi Keluarga
Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan menggunakan formulir recall selama dua puluh empat jam diketahui bahwa rata-rata keluarga di Desa Kampong Jeumpa tidak mengonsumsi jenis makanan yang disesuaikan dengan kelompok pangan dalam Pola Pangan Harapan. Dari 53 keluarga hanya 23 keluarga (43,4%) yang mengonsumsi jenis bahan makanan yang sesuai dengan Pola Pangan Harapan sedangkan 30 keluarga (56,6%) tidak mengonsumsi jenis bahan makanan yang sesuai dengan Pola Pangan Harapan. Seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pangan yang Dikonsumsi Keluarga di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga No Jenis Pangan yang Dikonsumsi
Keluarga Jumlah %
1. Sesuai dengan kelompok pangan
dalam PPH 23 43,4
2. Tidak sesuai dengan kelompok
pangan dalam PPH 30 56,6
Jumlah 53 100,0
4.4. Konsumsi Energi dan Protein Keluarga
Tabel 4.9. Distribusi Konsumsi Energi/keluarga/hari di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga
No Konsumsi Energi/Keluarga/hari Jumlah %
1. Cukup (≥ 2000 Kkal) 32 60,4
2. Tidak cukup (< 2000 Kkal) 21 39,6
Jumlah 53 100,0
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa konsumsi energi kategori cukup sebanyak 32 keluarga (60,4%) dan kategori tidak cukup sebanyak 21 keluarga (39,6%). Tabel 4.10. Distribusi Konsumsi Protein/Keluarga/hari di Desa Kampong
Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga
No Konsumsi Protein/Keluarga/hari Jumlah %
1. Cukup (≥ 46,2 gr) 42 79,2
2. Tidak cukup (< 46,2 gr) 11 20,8
Jumlah 53 100,0
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa konsumsi protein kategori cukup sebanyak 42 keluarga (79,2%) dan kategori tidak cukup sebanyak 11 keluarga (20,8%).
Tabel 4.11. Konsumsi Energi dan Protein Keluarga Responden Desa Kampong Jeumpa Berdasarkan Kelompok Umur
4.5. Skor Pola Pangan Harapan
Pola pangan harapan disusun berdasarkan hasil total konsumsi energi yang dikelompokkan kedalam 9 jenis kelompok bahan makanan, kemudian menghitung persentase masing-masing kelompok dan mengalikannya dengan rating menurut FAO.
Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Skor PPH di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga
Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa skor PPH masyarakat Desa Kampong Jeumpa tertinggi berada pada kategori kurang baik (≤ 72) sebanyak 29 keluarga (54,7%) hal ini disebabkan karena sumbangan energi masyarakat lebih banyak berasal dari beras.
Tabel 4.13. Konsumsi Energi Rata-rata Per Orang Per Hari Serta Skor Mutunya di Desa Kampong Jeumpa Kecamatan Glumpang Tiga
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Jenis Pangan
Dari hasil data jenis pangan yang dikonsumsi keluarga di Desa Kampong Jeumpa yang disajikan pada tabel 4.8. dapat diketahui bahwa rata-rata penduduk tidak mengkonsumsi jenis pangan yang sesuai dengan kelompok pangan dalam Pola Pangan Harapan. Dimana dari 53 keluarga hanya 23 keluarga (43,4%) yang mengkonsumsi jenis pangan yang sesuai dengan kelompok pangan dalam Pola Pangan Harapan. Dimana umumnya responden hanya mengonsumsi makanan pokok, lauk serta sayur, sementara buah ada tapi tidak dikonsumsi setiap hari. Selain itu ada juga yang hanya makan nasi dengan lauk saja tanpa sayur dan buah sehingga belum memenuhi semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh.
Menurut Suhardjo (1988), apabila frekuensi makan tidak terkontrol, apalagi makanan yang sering dikonsumsi kaya akan kalori, tinggi lemak dan tinggi karbohidrat maka secara otomatis akan timbul suatu kebiasaan makan yang tidak baik karena dapat menyebabkan obesitas.
Hal ini menunjukkan bahwa jenis pangan yang dikonsumsi penduduk belum beragam. Jika dilihat dari tingkat pendidikan terakhir responden dan KK seperti yang disajikan dalam tabel 4.4 rata-rata pendidikan SLTA namun karena masih tingginya konsumsi energi yang berasal dari padi-padian dibandingkan dengan makanan yang lain.
masyarakat menjadi tidak beragam. Dari hasil penelitian diketahui bahwa jenis padi-padian yang paling banyak dikonsumsi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh produksi dan ketersediaan pangan di Desa Kampong Jeumpa. Ini dapat dilihat dari gambaran umum penduduk dimana 40,4% masyarakatnya dengan mata pencaharian bertani, sehingga produksi padi merupakan hasil pertanian daerah tersebut.
Pemberian makanan di Desa Kampong Jeumpa dalam hal jenis makanan kurang diperhatikan. Pada umumnya menu makanan keluarga dalam sehari belum beragam. Karena menu makanan pada pagi hari, itu juga untuk siang dan bahkan untuk makan malam.
Menurut Suhardjo (1988) dalam menu makanan orang Asia Tenggara termasuk Indonesia, umumnya kandungan karbohidrat cukup tinggi yaitu berkisar antara 70-80%. Bahan makanan sumber karbohidrat ini antara lain padi, kentang, singkong, ubi jalar yang merupakan sumber-sumber kaya akan energi. Bahan makanan pokok dianggap yang terpenting didalam suatu susunan hidangan di Indonesia karena bila suatu susunan hidangan tidak mengandung bahan makanan pokok, tidak dianggap lengkap dan sering orang yang mengonsumsinya mengatakan belum makan meskipun perutnya telah kenyang olehnya.
Menurut Warwati (2000) penganekaragaman konsumsi pangan meniadakan istilah belum makan hanya karena belum menyantap nasi, walaupun sudah mengonsumsi bahan makanan sumber kalori non beras yang lain.
5.2. Konsumsi Energi dan Protein
Jeumpa sebesar 2045 Kkal/orang/hari. Angka ini lebih tinggi dari pada angka kecukupan energi yakni 2000 Kkal. Bila dilihat dari 53 keluarga seperti yang terdapat pada tabel 4.9, 60,4% konsumsi energinya cukup (≥2000 Kkal) sedangkan 39,6% konsumsinya tidak cukup (<2000 Kkal).
Untuk konsumsi protein seperti yang terlihat pada tabel 4.10. 79,2% tingkat konsumsi protein cukup (≥46,2 gr) sedangkan 20,8% konsumsi proteinnya tidak cukup (<46,2 gr).
Sumber energi terbesar masyarakat adalah karbohidrat seperti nasi dimana ibu rumah tangga Desa Kampong Jeumpa banyak yang mengonsumsi nasi dengan porsi lebih dari satu piring.
Untuk mendapatkan data yang lebih spesifik mengenai konsumsi energi dan protein keluarga, maka dikelompokkan perhitungan konsumsi energi dan protein berdasarkan kelompok umur dan dibandingkan dengan Angka Kecukupan Energi dan protein yang dianjurkan. Dari hasil penelitian pada tabel 4.11. dapat dilihat bahwa masih ada yang mengalami kekurangan energi dan protein. Pada pria dengan kelompok umur 20-45 tahun sebanyak 12 orang konsumsi energi kurang dan kelompok umur 46-59 sebanyak 2 orang. Pada wanita terdapat 8 orang energi yang dikonsumsi kurang. Sedangkan konsumsi protein terdapat 2 orang yang kurang.
Hal ini menunjukan bahwa komposisi pangan yang dikonsumsi belum berimbang antar kelompok pangan dan gizi. Rendahnya konsumsi energi penduduk dipengaruhi oleh beberapa hal. Seperti jumlah anggota keluarga yang banyak maka konsumsi panganpun makin berkurang jumlahnya. Seperti yang dapat kita lihat pada tabel 4.7 mayoritas keluarga Kampong Jeumpa mempunyai 4-6 orang anggota keluarga. Hal ini turut menyebabkan konsumsi energi dan protein tiap keluarga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi rata-rata yang dianjurkan untuk per orang per hari.
Disamping itu rendahnya tingkat konsumsi energi dan protein penduduk Desa Kampong jeumpa menunjukkan bahwa penduduk dalam mengonsumsi pangan hanya untuk pemuasan rasa lapar dan haus tanpa memperhatikan pemenuhan akan zat gizi yang diperlukan tubuh, yang juga dapat dilihat dari ketidakragaman pangan yang dikonsumsi oleh penduduk. Sedangkan gizi harus diterima secara teratur dalam ragam mutu dan jumlah yang cukup sehingga dapat memberikan kesehatan, kegairahan dan kekuatan dalam bekerja ( Khumaidi, 1994).
5.3. Skor Pola Pangan Harapan
Pola Pangan Harapan merupakan susunan pangan yang benar-benar menjadi harapan untuk wujudkan, baik untuk konsumsi pangan maupun yang harus tersedia bagi pemenuhan kebutuhan pangan penduduk. Dari hasil penelitian di Desa Kampong Jeumpa didapatlah rata-rata skor PPH penduduk yaitu 68,2. Angka ini masih jauh dari skor PPH yang diharapkan yaitu 100.
dan zat gizi. Seperti yang terlihat pada tabel 4.13` konsumsi padi-padian cukup tinggi sedangkan yang lain kurang memadai.
Kondisi komposisi pangan yang kurang seimbang tersebut menyebabkan skor mutu dan keragaman konsumsi pangan penduduk di Desa Kampong Jeumpa masih rendah yaitu 68,2.
Dari jumlah sumbangan energi pada PPH terlihat bahwa sebagian besar energi disumbangkan oleh padi-padian (terutama beras) sebesar 68,7%. Sementara itu menurut PPH Nasional, skor PPH untuk padi-padian adalah 50%. Energi yang disumbangkan dari umbi-umbian sangat sedikit (2,1%) sedangkan menurut PPH Nasional, skor PPH untuk umbi-umbian adalah 6%. Sementara itu energi yang disumbang dari pangan hewani sebesar 15,9%. Angka ini lebih tinggi dari skor PPH yang dianjurkan yaitu 12%. Namun untuk minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah skor PPH nya masih jauh dari skor PPH Nasional.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis pangan yang dikonsumsi keluarga belum sesuai dengan kelompok pangan dalam PPH. Hal ini terlihat bahwa hanya 43,4% yang jenis pangannya sesuai dengan kelompok pangan dalam PPH. Ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat memanfaatkan bahan pangan yang tersedia sebagai bahan pengganti.
2. Konsumsi energi keluarga rata-rata per hari adalah 2045 Kkal sedangkan konsumsi protein rata-rata keluarga per hari adalah 47,8 gr Ini sudah melebihi angka kecukupan yang dianjurkan yaitu 2000 Kkal untuk energi dan 46,2 gr untuk protein.
3. Skor Pola Pangan Harapan di Desa Kampong Jeumpa yaitu 68,2 masih berada jauh dari skor yang diharapkan yaitu 100. Hal ini terlihat bahwa hanya 9,4% masyarakat di Desa Kampong Jeumpa yang skor PPHnya hampir mencapai angka 100 yaitu > 93. Ini berarti bahwa masyarakat Desa Kampong Jeumpa kurang mengonsumsi pangan yang beranekaragam.
6.2. Saran
mencapai status gizi yang baik sebab status gizi yang baik dapat diwujudkan apabila pangan yang dikonsumsi cukup, baik dalam jumlah, mutu dan keragaman serta aman bagi kesehatan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S, 2003.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Badan Bimas Ketahanan Pangan, Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan, 2005.
Menuju Konsumsi Pangan Beragam, Bergizi dan Berimbang 2010. Jakarta.
Badan Ketahanan Pangan dan Pusat Kajian Makanan Tradisional UGM, 2005. Selayang Pandang pangan Keluarga bagian Pertama, Jakarta.
Baliwati, Y.F Ali Khomsan dan C.M. Dwiriani (Editor), 2004. Pengantar Pangan Dan Gizi, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Depkes RI, 2003. Pedoman Umum Gizi Seimbang, Direktorat Gizi Masyarakat, Jakarta.
________,2000. Info Pangan dan Gizi, Depkes RI, Jakarta ________,1995. Info Pangan dan Gizi, Depkes RI, Jakarta
________,2000. Persatuan Ahli Gizi Indonesia, Depkes RI, Jakarta.
________,2005. Rencana Strategi Departemen Kesehatan 2005-2009, Depkes RI, Jakarta.
Harper, Laura J. 1985. Pangan, Gizi dan Pertanian. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Kantor Menteri Negara Urusan Pangan, 1995. Penentuan Sasaran Skor Mutu Pangan (Komposisi Bahan Pangan) Menuju Pola Pangan Harapan (PPH), Jakarta.
Khumaidi, M, 1994. Gizi Kesehatan Masyarakat, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta.
Notoatmodjo, S, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Suhardjo, 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara, Jakarta.
________,1996. Perencanaan Pangan dan Gizi, Bumi Aksara, Jakarta.
Suryana, A, 2003. Kapita Selekta Evolusi pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan, BPFE, Yokyakarta.
FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM
Waktu Makan Nama Masakan Jenis Bahan Banyaknya
URT Gr
Makan Pagi
Selingan
Makan Siang
Selingan
Makan Malam