Fauzi Ramdhani, 2013
Penerapan Model pembelajaran Teaching factory 6 Langkah (Model TF-6m) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vi
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
G. Penjelasan Judul Penelitian ... 9
H. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. Model Pembelajaran... 12
B. Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah ... 13
C. Model Pembelajaran Konvensional ... 23
D. Perbedaan Model Pembelajaran Konvensional Dengan Model TF-6M .. 27
E. Prestasi Belajar ... 29
F. Penelitian Terdahulu ... 34
G. Asumsi ... 36
H. Hipotesis ... 36
BAB III METODOLOGI ... 37
A. Rancangan Penelitian ... 37
C. Data dan Sumber Data ... 39
D. Populasi dan Sampel ... 39
E. Teknik Pengumpulan Data ... 40
F. Instrumen Penelitian ... 40
G. Teknik Analisis Data ... 41
H. Tahapan Penelitian ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Deskripsi Hasil Data Penelitian ... 53
1. Prestasi Belajar Kelas Kontrol ... 54
2. Prestasi Belajar Kelas Eksperimen ... 55
3. Peningkatan Hasil Belajar ... 56
B. Analisis Data ... 57
1. Uji Normalitas ... 57
2. Uji Homogenitas ... 58
3. Uji Hipotesis ... 58
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60
BAB V PENUTUP ... 63
A. Kesimpulan ... 63
B. Rekomendasi ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
Fauzi Ramdhani, 2013
Penerapan Model pembelajaran Teaching factory 6 Langkah (Model TF-6m) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam
bidang teknologi informasi telah memberikan dampak terhadap percepatan
perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Perubahan mempengaruhi dinamika
kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang
pendidikan diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UU No.20/2003), Bab II Pasal 3, bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Perwujudan dari amanat undang-undang, Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) yang merupakan bagian dari pendidikan nasional yang diselenggarakan
sebagai lanjutan dari SMP/MTS, juga mengalami perubahan, demi perbaikan dan
peningkatan kualitas hasil pendidikan. SMK menyiapkan lulusannya untuk
bekerja dalam bidang tertentu dengan bekal sikap kerja, terampil, dan
pengetahuan yang sesuai dengan customer need (dunia usaha dan dunia industri)
atau berwirausaha. Hal itu tersirat didalam UU No.20/2003 Pasal 18 dan
penjelasan Pasal 15 yang mengatur pendidikan menengah kejuruan. Ini juga
sejalan dengan tujuan umum dan khusus SMK yang terdapat dalam Dokumen I
(a) menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani kehidupan secara layak; (b) meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik; (c) menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang mandiri dan bertanggung jawab; (d) menyiapkan peserta didik agar memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia; (e) menyiapkan peserta didik agar dapat menerapkan dan memelihara hidup sehat, memiliki wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni; (f) menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja, baik secara mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan bidang dan program keahlian yang diminati; (g) membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, dan mampu mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.
Sesuai dengan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa SMK bertujuan
mempersiapkan seseorang untuk bekerja dan dengan memperbaiki pelatihan
potensi tenaga kerja. Hal ini meliputi berbagai bentuk pendidikan, pelatihan, atau
pelatihan lebih lanjut yang dibentuk untuk mempersiapkan seseorang untuk
memasuki atau melanjutkan pekerjaan. Dalam proses pendidikan kejuruan perlu
ditanamkan pada siswa sikap mandiri, kreatif, inofatif, efektif, efisien,
keterampilan bekerja, penguasaan pengetahuan dan teknologi sehingga menjadi
lulusan-lulusan SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.
Program Keahlian Agribisnis Produksi Ternak (APTR) yang terdapat pada
lingkup SMK Negeri 2 Subang memiliki tujuan yang sama, yaitu membekali
peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, serta jiwa wirausaha sehingga
menghasilkan lulusan cerdas dan berkarakter yang merupakan tenaga terdidik,
terlatih, dan terampil yang memenuhi kompetensi sesuai dengan costumer need
(dunia usaha dan dunia industri) dalam bidang agribisnis peternakan yang relevan
SMK Negeri 2 Subang). Keberhasilan lulusan yang memenuhi kriteria tersebut,
salah satunya ditentukan oleh keberhasilan proses belajar mengajar.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki siswa Program Keahlian APTR
salah satunya adalah menguasai mata diklat memelihara unggas petelur yang
termasuk dalam mata diklat produktif. Pencapaian kompetensi yang sudah
ditetapkan dalam kurikulum diharapkan akan memperkecil kesenjangan tuntutan
kompetensi di industri dengan penguasaan kompentensi yang dimiliki siswa di
sekolah.
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan selama kegiatan Program
Latihan Profesi (PLP) di SMK Negeri 2 Subang, model pembelajaran yang
digunakan mata diklat produktif adalah model pembelajaran konvensional
sementara untuk praktek jarang dilaksanakan. Model pembelajaran konvensional,
posisi guru masih sangat dominan dan kurang melibatkan siswa dalam
pembelajaran, sehingga siswa kurang memahami terhadap materi yang diberikan
dan berdampak pada penguasaan kompetensi yang seharusnya dimiliki siswa.
Daftar nilai siswa pada mata diklat produktif semester genap tahun ajaran
2011-2012 pada Program Keahlian APTR siswa kelas X menunjukkan, 5,8%
siswa memiliki nilai ≥ 80, 35,3% siswa memiliki 70-79 , dan 58,9 % berada pada
nilai ≤ 70. Hal tersebut menunjukkan masih banyak siswa yang memperoleh nilai
< 80 atau belum memenuhi angka Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang
ditetapkan oleh sekolah.
Rendahnya prestasi belajar siswa berpengaruh terhadap penguasaan
lulusan SMK. Penyebab rendahnya prestasi belajar siswa diantaranya yaitu faktor
intern, yaitu faktor yang terdapat dalam diri siswa (raw input), ada pula faktor
ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar siswa seperti pembelajaran yang
dilakukan oleh guru, kurikulum, sarana prasarana serta lingkungan sekolah,
keluarga, masyarakat, dan lain sebagainya.
Guru merupakan bagian yang paling strategis dan penting dalam proses
belajar mengajar, karena guru melakukan proses pembelajaran dengan
mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran yang dikompetensikan. Pemilihan model
pembelajaran yang digunakan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
kualitas dari hasil pembelajaran.
Sistem pembelajaran yang baik menuntut adanya pengembangan,
perbaikan dan bahkan perubahan sepanjang masa, karena sistem tersebut akan
terus berubah mencari bentuk yang ideal, yang cocok pada setiap bidang ilmu dan
pada waktunya sendiri. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang lebih
efektif yaitu membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan
meningkatkan prestasi belajar siswa, sehingga tuntutan kompetensi yang
seharusnya dimiliki siswa dapat tercapai dengan utuh sesuai dengan standar
kompetensi dan tuntutan kompetensi industri.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran
mata diklat produktif Program Keahlian APTR adalah dengan penerapan suasana
industri atau dapat disebut Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah
suasana industri, siswa dituntut untuk lebih aktif sehingga diperlukan wawasan
yang luas dalam memecahkan suatu masalah yang terjadi, selain itu siswa dapat
merasakan suasana industri secara langsung di sekolah sehingga mereka tidak
khawatir bila lulus nanti dan mereka akan bekerja dengan suasana industri hampir
sama yang telah mereka miliki dan kompetensi yang telah didapat pada saat di
sekolah. Hal ini akan berdampak pada prestasi belajar siswa tersebut. Berdasarkan
uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa
Program Keahlian APTR menggunakan Model TF-6M pada mata diklat produktif
memelihara unggas petelur Program Keahlian APTR yang ada di SMK Negeri 2
Subang, sehingga penulis mengambil judul penelitian ini adalah:
“Penerapan Model Pembelajaran Teaching Factory 6-Langkah (Model TF-6M)
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Diklat Produktif
Memelihara Unggas Petelur Di SMK Negeri 2 Subang”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka
terdapat masalah yang teridentifikasi, yaitu:
1. Prestasi belajar siswa kelas XI APTR pada mata diklat produktif masih belum
mendapatkan hasil yang optimal. Nilai pada mata diklat produktif yang
diperoleh siswa masih banyak yang memperoleh kurang dari angka KKM
yang ditetapkan oleh sekolah.
2. Model pembelajaran konvensional masih belum optimal dalam meningkatkan
memahami terhadap materi yang diberikan dan berdampak pada penguasaan
kompetensi yang seharusnya dimiliki siswa.
3. Kegiatan pembelajaran yang masih berpusat pada guru (Teacher Center)
dituntut pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Center)
sehingga siswa sulit secara mental membangun struktur pengetahuannya
berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya.
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang ditinjau dalam penelitian ini tidak terlalu luas,
maka ruang lingkup permasalahan hanya akan dibatasi pada:
1. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran konvensional
untuk kelas kontrol dan Model TF-6M untuk kelas eksperimen.
2. Mata diklat yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah mata diklat produktif
memelihara unggas petelur sub bahasan memelihara unggas petelur fase layer
dan menangani hasil ternak unggas petelur di kelas XI Program Keahlian
APTR SMK Negeri 2 Subang.
3. Prestasi belajar siswa yang dimaksud yaitu hasil belajar berupa nilai yang
diperoleh saat dilakukan pre test dan post test.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana prestasi belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran
konvensional pada mata diklat produktif memelihara unggas petelur di kelas
2. Bagaimana prestasi belajar siswa yang menerapkan Model TF-6M pada mata
diklat produktif memelihara unggas petelur di kelas XI Program Keahlian
APTR SMK Negeri 2 Subang ?
3. Bagaimana perbedaan prestasi belajar siswa antara yang menerapkan model
pembelajaran konvensional dengan Model TF-6M pada mata diklat produktif
memelihara unggas petelur di kelas XI Program Keahlian APTR SMK Negeri
2 Subang?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang diajukan.
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, tujuan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui prestasi belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran
konvensional pada mata diklat produktif memelihara unggas petelur di kelas
XI Program Keahlian APTR SMK Negeri 2 Subang.
2. Mengetahui prestasi belajar siswa yang menerapkan Model TF-6M pada mata
diklat produktif memelihara unggas petelur di kelas XI Program Keahlian
APTR SMK Negeri 2 Subang.
3. Mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa antara yang menerapkan model
pembelajaran konvensional dengan Model TF-6M pada mata diklat produktif
memelihara unggas petelur di kelas XI Program Keahlian APTR SMK Negeri
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan dari tujuan yang dikemukakan diatas, maka setelah penelitian
ini selesai dilakukan dan hasilnya diperoleh, diharapkan memiliki manfaat sebagai
berikut :
1. Bagi Siswa
Penerapan Model TF-6M dalam penelitian ini diharapkan mampu
melatih siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran, dan dengan
Model TF-6M ini siswa memiliki pengalaman bagaimana suasana yang seperti
di industri sehingga siswa memiliki kompetensi sesuai dengan costumer need
(dunia usaha dan dunia industri).
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru sebagai bahan
perbandingan dalam memilih alternatif model pembelajaran yang akan
digunakan dalam proses belajar mengajar.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat mengapliksikan teori yang didapat saat
perkuliahan dengan keadaan yang nyata dilapangan. Serta dapat menambah
wawasan dan pemahaman penelitian dalam penerapan Model TF-6M pada
mata pelajaran produktif di Program Keahlian APTR di SMK Negeri 2
G. Penjelasan Judul Penelitian
Untuk menghindarkan berbagai penafsiran terhadap definisi yang
digunakan dalam penelitian ini maka diberikan penjelasan beberapa istilah yang
berkaitan dengan judul penelitian penulis. Judul penelitian penulis yaitu:
“Penerapan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M)
Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Diklat Produktif
Memelihara Unggas Petelur Di SMK Negeri 2 Subang”.
1. Penerapan
Penerapan adalah pemasangan, pengenaan atau perihal mempraktikan.
Penerapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mempraktikan Model
TF-6M dan model pembelajaran konvensional pada pada mata diklat produktif
di kelas XI Program Keahlian APTR SMK Negeri 2 Subang.
2. Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M)
Model TF-6M merupakan sebuah konsep pembelajaran yang bertujuan
untuk mengenalkan gambaran industri secara langsung pada siswa sehingga
memungkinkan mereka untuk belajar memahami, mengeksplorasi dan
memilik pengalaman secara jelas dengan operasi penuh seperti industri. Siswa
akan mudah memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru dan siswa
dapat berlatih proses, cara, atau pengoperasian secara real time. Konsep
Model TF-6M ini adalah dengan melakukan 6 langkah dalam tahap-tahap
pembelajaran yaitu: menerima pemberi order, menganalisis order,
menyatakan kesanggupan mengerjakan order, mengerjakan order, melakukan
3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan keberhasilan yang dicapai siswa dalam
bentuk nilai berupa angka setelah mengikuti proses pembelajaran dalam
menyelesaikan ketuntasan belajar. Dalam hal ini berupa hasil evaluasi berupa
penguasaan pengetahuan/keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran dan lazimnya diperlihatkan dengan angka-angka yang diberikan oleh
guru.
4. Mata Diklat Produktif Memelihara Unggas Petelur
Salah satu mata diklat produktif yang harus diselesaikan oleh siswa
Program Keahlian APTR SMK Negeri 2 Subang, selama satu rentang studi.
Pada penelitian ini sub bahasan yang diberikan yaitu memelihara unggas
petelur dan menangani hasil unggas petelur.
H. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan dalam bab ini mengemukakan tentang latar belakang,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, penjelasan istilah, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan pustaka, pada bab ini menguraikan tentang model
pembelajaran, model pembelajaran konvensional, Model TF-6M, perbedaan
antara model pembelajaran konvensional dengan Model TF-6M, prestasi belajar,
penelitian terdahulu, asumsi dasar, hipotesis dan teori-teori yang melandaskan
dalam penelitian ini.
BAB III Metodelogi penelitian, pada bab ini menguraikan tentang metode
sumber data, populasi, sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,
teknik analisis data, dan tahapan penelitian.
BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan, pada bab ini menguraikan
tentang deskripsi data hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan hasil
penelitian.
BAB V Kesimpulan dan rekomendasi, pada bab ini dikemukakan tentang
Fauzi Ramdhani, 2013
Penerapan Model pembelajaran Teaching factory 6 Langkah (Model TF-6m) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi
eksperimen. Metode ini dipilih karena harus dijalankan dengan menyelidiki
suatu kelompok yang diberikan perlakuan. Dalam penelitian eksperimen ini,
peneliti juga membagi menjadi dua grup yaitu grup treatment dan grup
kontrol (Sukardi, 2003:16). Dalam penelitian ini, kedua kelompok tersebut
diberikan perlakuan yang berbeda, kelas kontrol diberi perlakuan dengan
model pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen diberikan perlakuan
Model TF-6M.
2. Desain Penelitian
Adapun desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian pre
test-post test control group design, digambarkan dengan pola seperti berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pre test Perlakuan Post test
Eksperimen O¹ X1 O³
Kontrol O² X2 O4
Keterangan :
O1 dan O2 = Pre test
O3 dan O4 = Post test
X1 = Penerapan Model TF-6M
B. Variabel dan Paradigma Penelitian
1. Variabel Penelitian
Penelitian ini berjudul Penerapan Model Pembelajaran Teaching
Factory 6-Langkah Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa maka terdapat
2 variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel penyebab yang saling tidak
mempengaruhi variabel lainnya. Adapun variabel–variabel bebas dalam
penelitian ini, yaitu:
X1: Prestasi belajar yang menerapkan Model TF-6M.
X2: Prestasi belajar yang menerapkan model pembelajaran konvensional.
2. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan
bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan
perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa nilai hasil pre
test dan post test yang bersumber dari siswa kelas XI Program Keahlian APTR
SMK Negeri 2 Subang Tahun Ajaran 2012/2013 sebagai objek penelitian.
2. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto,
2008:129). Adapun sumber data yang digunakan adalah sumber data internal
yang bersumber dari siswa sendiri yaitu siswa-siswi kelas XI Program
Keahlian APTR SMK Negeri 2 Subang.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti. Subjek populasi dalam penelitian ini adalah
kelas XI Program Keahlian APTR yang berjumlah 1 kelas dengan jumlah
siswa 17 orang.
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sampel total.
Sampel yang jumlahnya sebesar populasi seringkali disebut sampel total
(Surakhmad, 1998). Sehingga, sampel dalam penelitian ini diambil sebesar
populasi yaitu seluruh siswa kelas XI Program Keahlian APTR SMK Negeri 2
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang valid maka digunakan beberapa metode
pengumpulan data yang dianggap tepat dan sesuai dengan permasalahan. Dalam
penelitian ini teknik pengumpulan data adalah:
1. Tes Tertulis
Hasil pengukuran dalam tes biasanya berupa data kuantitatif bisa pula
berupa data kualitatif. Tes hasil belajar yang dilakukan adalah pre test (tes
awal) dan post test (tes akhir) pada siswa.
2. Metode Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data digunakan dalam rangka
mengumpulkan data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa
secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan
tertentu yang diinginkan, atau studi yang disengaja dan sistematis tentang
keadaan atau fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan mengamati dan
mencatat.
Metode observasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
observasi langsung, yang berupa pengamatan dan pencatatan secara langsung
terhadap gejala-gejala yang diselidiki dalam situasi yang sebenarnya, yaitu
pengamatan terhadap proses pembelajaran Model TF-6M dan model
pembelajaran konvensional.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berarti alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mudah dan sistematis. Adapun instrumen penelitian yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Soal Tes
Peneliti menggunakan soal tes berbentuk pilihan ganda yang
mencakup materi yang diajarkan kepada siswa kelas XI APTR. Tes diberikan
sebanyak 2 kali yaitu tes sebelum diberikan perlakuan atau pre test dan tes
setelah diberikan perlakuan atau post test. Sebelum diujikan pada para siswa,
dilakukan serangkaian analisis yang berupa uji validitas serta uji judgment
oleh ahli yaitu guru mata diklat memelihara unggas petelur.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi dalam penelitian ini meliputi lembar pengamatan
terhadap pengelolaan pembelajaran mengamati kemampuan guru dalam
mengelola kelas dan melaksanakan skenario kegiatan pembelajaran dalam
RPP yang telah dibuat oleh peneliti.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara pengolahan data yang telah
dikumpulkan dalam penelitian. Teknik yang digunakan adalah teknik analisis
data statistik inferensial. Berikut langkah–langkah dalam mengolah data
penelitian.
1. Analisis Uji Coba Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian semestinya diuji
kelayakan untuk dapat digunakan. Dalam penelitian ini, pencapaian validitas
1) Pembuatan kisi – kisi soal (Lampiran B.1).
2) Melakukan uji judgment oleh guru mata diklat memelihara unggas petelur
(Lampiran C.2).
3) Melakukan uji validitas (Lampiran C.3).
Uji validitas merupakan suatu skala untuk menunjukan suatu tes akan
mengukur sesuai dengan yang hendak diukur, sehingga dapat tercapai prinsip
suatu tes yaitu valid dan tidak universal. Agar tujuan dari penelitian dapat
tercapai dengan menggunakan tes yang telah valid untuk bidang ini. Untuk
menguji validitas alat ukur maka harus dihitung korelasinya, yaitu dengan
menggunakan Korelasi Product Moment dengan angka kasar:
= ∑ − ∑ −(∑ )
∑ 2 − ∑ 2 ( ∑ 2 − ∑ 2 )
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi (korelasi validitas)
n = Jumlah Subjek
∑X = Jumlah Skor setiap butir soal (yang benar)
∑X2 = Jumlah kuadrat skor setiap butir soal (yang benar)
∑Y = Jumlah skor total
∑Y2 = Jumlah kuadrat skor total
Berikut kriteria validitas acuan yang digunakan :
Tabel 3.2 Kriteria Validitas
Koefisien korelasi Kriteria validasi 0,80≤rxy≤1,00 Sangat Tinggi
0,60≤rxy<0,80 Tinggi 0,40≤rxy<0,60 Cukup 0,20≤rxy<0,40 Rendah 0,00≤rxy<0,20 Sangat Rendah
(Arikunto,2007 : 75)
Setelah didapat nilai rxy, selanjutnya diuji tingkat signifikansinya
dengan rumus dengan taraf signifikansi 0.05 dan derajat
kebebasan n-1. Hasil uji coba instrumen, kemudian dilakukan perhitungan.
Hasil perhitungan seluruh soal yang ada dalam instrumen diperoleh data
sebagai berikut:
Gambar 3.2 Diagram Hasil Perhitungan Uji Validitas
Butir soal dengan kriteria validasi tinggi sebesar 12% atau 6 soal.
Sementara soal yang berkriteria validasi cukup sebesar 16% atau 8 butir soal
dan soal berkriteria validasi rendah dan sangat rendah sebesar 36% atau
masing-masing berjumlah 18 butir soal.
12%
16%
36% 36%
tinggi
cukup
rendah
4) Pengujian tes yang penting lainnya adalah reliabilitas.
Reliabilitas merupakan konsistensi atau keajekan (Sukardi, 2003:127).
Suatu instrumen penelitian memiliki reliabilitas yang tinggi menunjukan
pengaruh pada kesalahan tes semakin berkurang. Rumus yang digunakan
adalah dengan spearmen brown yaitu :
r11=
21+
Keterangan :
r11 = Reabilitas
rxy = indeks korelasi antara dua belahan instrumen
(Arikunto, 2007:93)
Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan
dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas
Koefisien Korelasi Derajat Reliablitas r11< 0,20 Sangat rendah
0,20 ≤ r11< 0,40 Rendah
0,40 ≤ r11< 0,70 Sedang
0,70 ≤ r11< 0,90 Tinggi
0,90 ≤ r11< 1,00 Sangat tinggi.
Hasil perhitungan reabilitas instrumen dalam penelitian ini, didapatkan
11 0,92 termasuk dalam kategori sangat tinggi, sementara sebesar
0,754. Berdasarkan uji reabilitas, maka dapat dikatakan bahwa instrument
5) Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran menyatakan sukar atau mudahnya sebuah soal.
Rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks kesukaran tiap butir soal
adalah sebagai berikut :
Keterangan:
P = indeks kesukaran butir soal
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
(Arikunto, 2007:208)
Untuk mengetahui interpretasi indeks kesukaran tiap butir soal yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Taraf Kesukaran
Rentang Tingkat Kesukaran
Kategori
1,00 < IK ≤ 0,30 Sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang
0,70 < IK ≤ 1,00 Mudah
(Arikunto, 2007:210)
Berdasarkan hasil perhitungan taraf kesukaran dalam penelitian ini,
diperoleh data seperti berikut: JS
Gambar 3.3 Diagram Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran
Butir soal dengan taraf kesukaran berkategori mudah sebesar 34% atau
17 soal. Sementara soal yang berkategori sedang sebesar 26% atau 13 butir
soal dan soal berkategori sukar sebesar 40% atau berjumlah 20 butir soal.
6) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal digunakan rumus
sebagai berikut:
Banyaknya peserta kelompok atas
Banyaknya peserta kelompok bawah
Banyaknya kelompok peserta atas yang menjawab soal dengan benar
Banyaknya kelompok peserta bawah yang menjawab soal dengan benar
Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.5 Tingkat Daya Beda Rentang
Berdasarkan hasil perhitungan taraf kesukaran dalam penelitian ini,
diperoleh data seperti berikut :
Gambar 3.4 Diagram Hasil Perhitungan Daya Beda
Butir soal dengan daya beda berkategori jelek sebesar 42% atau 21
soal. Sementara soal yang berkategori cukup sebesar 52% atau 26 soal dan
soal berkategori baik sebesar 6% atau berjumlah 3 soal.
Berdasarkan hasil uji validitas, reabilitas, taraf kesukaran, dan daya
beda ada beberapa soal yang perlu direvisi karena jika soal tersebut dibuang
maka akan ada indikator pembelajaran yang terbuang. Sehingga semua soal
digunakan sebagai instrumen. Untuk melihat rekapitulasi antara validitas,
2. Pengolahan Data Hasil Tes
1) Mencari nilai rata rata kelas dengan rumus
�
=
∑
Uji normalitas dengan chi–kuadrat, langkah–langkah pengerjaanya
adalah:
a. Ungrouped data disusun menjadi grouped data, kelas interval
K=1+3,3logn, panjang kelas: p = R/K (R = nilai maksimum–nilai
minimum)
b. Menentukan batas kelas
c. Hitung rata–rata (X)
d. Hitung simpangan baku (S)
e. Frekuensi hasil observasi (O)
f. Frekuensi harapan (E)
g. Rumus uji dengan chi–kuadrat adalah:
2 = (0− )²
Tabel 3.6 Perhitungan Uji Normalitas
3) Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan, untuk mengetahui bahwa kedua kelas
(kelas eksperimen dan kelas kontrol) memiliki varian yang sama atau
penguasaan yang homogen. Rumus yang digunakan:
= � �
Keterangan :
Vb = varians (sd) yang lebih besar
Vk = varians (sd) yang lebih kecil
(Arikunto, 2008:178)
4) Uji hipotesis
Bila hasil test yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen,
maka dilakukan uji hipotesis dengan rumus :
= 1− 2
� ( 11+ 12
� = 1−1 �1² + 2−1 �2²
1− 2−2
Keterangan :
X1 = mean sampel kelompok eksperimen
X2 = mean sampel kelompok kontrol
n1 = jumlah anggota sampel kelas eksperimen
n2 = jumlah anggota sampel kelas eksperimen
dsg = standar deviasi gabungan
5) Nilai Gain
Data peningkatan merupakan data yang diperoleh dari selisih
antara pre test dan post test yang diberikan kepada siswa. Pengujian
peningkatan dilakukan dengan menggunakan rumus gain skor
ternormalisasi.
<� � >= −
� −
Keterangan:
< g > = Gain skor ternormalisasi
Post test = skor post test
Pre test = skor pre test
Skor maksimum = skor maksimal
Tingkat perolehan gain skor ternormalisasi dikategorikan ke
dalam tiga kategori, yaitu:
g – tinggi : dengan (< g >) > 0,7
g – sedang : dengan 0,7 (< g >) > 0,3
g – rendah : dengan (< g >) < 0,3
H. Tahapan Penelitian
Tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.
Berikut pemaparannya ;
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini, penulis melaksanakan langkah-langkah
a. Membuat proposal penelitian;
b. Mengusulkan surat keputusan mengenai dosen pembimbing skripsi;
c. Melaksanakan bimbingan kepada dosen pembimbing;
d. Melaksanakan seminar proposal penelitian;
e. Mengadakan perbaikan-perbaikan proposal penelitian berdasarkan hasil
seminar dan arahan-arahan Pembimbing I dan Pembimbing II; dan
f. Mengajukan surat izin observasi dan penelitian di SMK Negeri 2 Subang.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan observasi tempat penelitian dan mengadakan konsultasi
dengan Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Subang, dan Wakasek Bidang
Kurikulum terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan;
b. Mengadakan konsultasi dengan guru mata diklat memelihara unggas
petelur terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan;
c. Menyusun RPP;
d. Melaksanakan penelitian di kelas XI Program Keahlian APTR SMK
Negeri 2 Subang dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membagi kelas kontrol dan eksperimen. Kelas kontrol menerapkan
model pembelajaran konvensional, sedangkan kelas eksperimen
menerapkan Model TF-6M.
2) Memberikan pre test dengan menggunakan 50 puluh butir soal pilihan
ganda, setelah terlebih dahulu uji coba instrument dan meminta lembar
judgement (pernyataan) pada guru Mata Diklat Memelihara Unggas
3) Memberikan perlakuan kepada kelas kontrol dengan menerapkan
model pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen dengan
menerapkan Model TF-6M.
4) Memberikan post test pada akhir pertemuan.
e. Konsultasi pada Pembimbing I dan Pembimbing II mengenai hasil
penelitian di lapangan;
f. Melaksanakan perbaikan berdasarkan saran dari pembimbing I dan
Pembimbing II;
3. Tahap Akhir
a. Pengolahan data dilakukan terhadap hasil pre test dan post test yang telah
dilaksanakan selama penelitian;
b. Pengolahan data dimaksudkan untuk menguji peningkatan (gain) dan
menguji hipotesis;
Fauzi Ramdhani, 2013
Penerapan Model pembelajaran Teaching factory 6 Langkah (Model TF-6m) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian yang telah
dilakukan dengan menerapkan Model TF-6M dan model pembelajaran
konvensioanl terhadap siswa kelas XI APTR di SMK Negeri 2 Subang pada mata
diklat memelihara unggas petelur untuk meningkatkan prestasi belajar diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Prestasi belajar untuk kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran
konvensional memiliki nilai rata-rata pre test sebesar 42, nilai rata-rata post
test sebesar 69,17, dan N-Gain sebesar 0,48 atau berkategori “sedang”.
2. Prestasi belajar untuk kelas eksperimen yang menerapkan Model TF-6M
memiliki nilai rata-rata pre test sebesar 41,50, nilai rata-rata post test sebesar
78,75, dan N-Gain sebesar 0,65 atau kategori “sedang”.
3. Berdasarkan hasil analisis data menunjukan, terdapat perbedaan yang
signifikan pada prestasi belajar antara kelas eksperimen yang menerapkan
Model TF-6M dengan kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran
konvensional. Peningkatan prestasi belajar siswa yang menerapkan Model
TF-6M lebih baik dari pada kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran
B. Rekomendasi
1. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk mengembangkan penelitian ini
lebih luas dengan menerapkan Model TF-6M pada bidang keilmuan lain.
Selain itu penelitian selanjutnya diharapkan untuk menganalisis hasil praktek
siswa yang penerapkan Model TF-6M dari aspek psikomotor dan aspek afektif
dan tanggapan siswa terhadap penerapan Model TF-6M.
2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan pada saat menerapkan Model TF-6M
diharapkan peran guru sebagai fasilitator dalam membimbing dan memantau
kelancaraan di unit produksi melakukannya dengan baik dan benar agar tujuan
pembelajaran tercapai.
3. Untuk penelitian selanjutnya, pada saat menerapkan Model TF-6M peralatan
dan kebutuhan praktek lainnya di unit produksi dilengkapi atau disesuikan
dengan keadaaan di industri atau dunia usaha agar menunjang dalam kegiatan
pembelajaran.
4. Untuk guru-guru mata diklat produktif yang mengalami permasalahan prestasi
belajar siswa disarankan melakukan penelitian tindakan kelas dengan
menerapkan Model TF-6M bagi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar
Fauzi Ramdhani, 2013
Penerapan Model pembelajaran Teaching factory 6 Langkah (Model TF-6m) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Dadang Hidayat, M. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (Model TF-6M) Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Dalam Mata Pelajaran Produktif Sekolah Menengah Kejuruan. Disertasi Doktor pada Program Studi Pengembangan Kurikulum SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Dokumen 3 Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan edisi 2004. (Versi elektronik). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional.(2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
___________. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
___________. (2009). KTSP SMK Negeri 2 Subang
Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran . Bandung : Alfabeta
Sanjaya, W. (2007). Startegi Pembelajaran. Jakarta. Kencana
Saputra, S.A. 2007. Statistika. Bandung : FPTK UPI.
Syarifah, Nelly. (2010). Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Teaching Factory Dengan Model Pembelajaran Konvensional Dalam Mata Pelajaran Produktif Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan Kelas XI SMK Negeri 6 Bandung. Skripsi. Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sumiran (2009). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Mata Kuliah Programmable logic Controller Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Pemprograman Bagi Mahasiswa. Tesis Program Pasca Sarjana UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Surakhmad, Winarno. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung. Tarsito
Trianto, (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Tim Penyusun. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI