• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

14 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajar Menurut Teori Konstruktivisme

“Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam

perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut

aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan

tertentu11.” Sedangkan belajar menurut teori kontruktivisme adalah suatu

pendekatan dimana peserta didik secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisikannya bila perlu. Sehingga belajar merupakan proses perubahan tingkah laku menuju kearah yang lebih baik. Belajar dalam proses pembelajaran diusahakan agar memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan jati diri dan pengetahuan pada diri peserta didik. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran peserta didik harus lebih berperan aktif , sehingga peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas.

Teori belajar konstruktivisme lahir dari pandangan Piaget dan Vigotsky. Menurut pandangan Piaget dan Vigotsky adanya hakikat sosial dari sebuah proses belajar dan juga tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggotanya yang beragam, sehingga terjadi perubahan konseptual. Piaget menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam diri peserta didik. “Keaktifan peserta didik menjadi unsur yang

amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri adalah

(2)

15

jaminan untuk mencapai hasil belajar yang optimal12.” Proses pembelajaran

konstruktivisme Piaget menekankan pada kegiatan internal individu terhadap objek yang dihadapi dan pengalaman yang dimiliki seseorang. Konsep belajar konstruktivisme Vigotsky mengartikan bahwa belajar adalah adanya sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting. ”Pertama, belajar merupakan proses

secara biologi sebagai proses dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai

proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial

budaya13. Konstruktivisme Vigotsky menekankan pada interaksi sosial dan

melakukan konstruksi pengetahuan dari lingkungan sosial.

Pandangan konstuktivisme Piaget dan Vigotsky menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya melalui pembentukan kelompok belajar. Kelompok belajar memberikan kesempatan kepada peserta didik secara aktif untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan peserta didik kepada teman sebaya. Hal ini nantinya akan membantu peserta didik untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas dan melihat ketidaksesuaian pandangan diri mereka sendiri.

2.2. Tinjauan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah campuran peserta didik yang terdiri dari peserta didik yang berprestasi rendah, berprestasi tinggi, jenis kelamin, dan suku. Hal ini memberikan kesempatan

12 Budiningsih, 2008, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, hal.

450.

(3)

16

kepada peserta didik dengan latar belakang dan kondisi yang beragam untuk bekerja sama, belajar dan saling menghargai.

Pembelajaran kooperatif ini akan dapat dicapai apabila semua anggota tim bisa belajar mengenai kompetensi dasar yang telah diajarkan. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana peserta didik bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap sesama teman satu timnya serta mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya. Pembelajaran ini terdapat tugas-tugas yang diberikan pada peserta didik, bukan melakukan sesuatu sebagai sebuah tim tetapi belajar sesuatu sebagai sebuah tim. Pembelajaran ini akan menciptakan sebuah interaksi yang lebih luas yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik dan peserta didik dengan guru.

Model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting: prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman dan pengembangan keterampilan sosial.

Tujuan pembelajaran kooperatif akan tercapai melalui enam fase. Enam fase atau langkah utama yang terlibat dalam pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning adalah:

“1. Pelajaran dimulai dengan guru membahas tujuan-tujuan pembelajaran dan membangkitkan motivasi belajar.

2. Fase ini diikuti oleh persentasi informasi, seringkali dalam bentuk teks daripada ceramah.

3. Siswa kemudian diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok belajar.

4. Dalam langkah berikutnya siswa dibantu guru, bekerja

bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas

(4)

17

5. Persentasi akhir kelompok atau menguji segala yang sudah dipelajari siswa.

6. Memberi pengakuan pada usaha kelompok maupun individu.” (Richard I.Arends, 2010:6)14

Pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan melalui berbagai tipe, guru dapat memilih tipe yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Tipe-tipe dalam model pembelajaran kooperatifyaitu: tipe STAD ( Student Teams

Achievement Divisions), tipe Jigsaw II, tipe TGT (Teams Games Tournament),

tipe TAI (Teams Assisted Individualization), tipe GI (Group Investigation). Kelima metode ini melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual dan kesempatan sukses yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda.

2.3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)

Metode GI (Group Investigation) berasal dari jaman John Dewey dan dikembangkan serta diperbaharui oleh Shlomo dan Yael Sharan. ”GI merupakan

pendekatan kooperatif yang kompleks dengan perencanaan pengaturan kelas

yang umum di mana siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan

pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif”15

. Metode pembelajaran GI merupakan salah satu metode kooperatif yang mendorong peserta didik untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri, saling bekerja sama dalam kelompok dan menguasai materi yang disampaikan oleh guru. GI ini mengajak peserta didik untuk lebih aktif dalam berfikir dan mengkomunikasikan gagasan dalam proses pembelajaran.

14

Richard L. Arend, loc. cit, hal.7.

15

Robert E. Slavin, 2009, Cooperatif Learning (Teori, Riset dan Praktek), Nusa Media, Bandung, hal. 24.

(5)

18

GI merupakan salah satu model pembelajaran dimana peserta didik dibebaskan membentuk kelompoknya sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Kelompok ini kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi, dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Tiap kelompok lalau mempresentasikan atau menampilkan penemuan mereka di hadapan seluruh kelas.

Dalam metode kooperatif GI, peran guru adalah bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator, guru tersebut berkeliling di antara kelompok-kelompok yang ada, untuk melihat bahwa peserta didik bisa mengelola tugasnya, membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran.

Dalam Group Investigation, peserta didik bekerja melalui enam tahap. Tahap- tahap ini dan komponennya dijabarkan dibawah ini :

Tahap 1 : Mengidentifikasi Topik dan Mengatur Murid ke dalam kelompok

- Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan

sejumlah topic, dan mengkategorikan saran- saran.

- Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk

mempelajari topic yang telah mereka pilih

- Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan

siswa dan harus bersifat heterogen.

- Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan

memfasilitasi pengaturan.

Tahap 2 : Merencanakan tugas yang akan dipelajari

Para siswa merencanakan bersama mengenai :

- Apa yang kita pelajari?

- Bagaiman kita mempelajarinya?

- Siapa yang melakukan apa?( pembagian tugas)

(6)

19

menginvestigasikan topic?

Tahap 3 :Melaksanakan Investigasi

- Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis

data, dan membuat kesimpulan.

- Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-

usaha yang dilakukan kelompoknya

- Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi,

dan mensistesis semua gagasan

Tahap 4: Menyiapkan laporan akhir

- Anggota kelompok menentukan pesan- pesan esensial

dari proyek mereka

- Anggota kelompok merencanakan apa yang akan

mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka

- Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara

untuk mengkoordinasikan rencana- rencana presentasi

Tahap 5 : Mempresentasikan Laporan Akhir

- Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam

bergbagai macam bentuk

- Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan

pendengarannya secra aktif

- Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan

penampilan presentasi berdasarkan criteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.

Tahap 6 : Evaluasi

- Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai

topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan pengalaman- pengalaman mereka.

- Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi

pembelajaran siswa

- Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi

pemikiran paling tinggi.16

Menurut Suherman (2001: 75) metode pembelajaran kooperatif teknik

Group Investigation memiliki kelebihan dan kekurangan, di antaranya:

1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif teknik Group Investigation. - Peserta didik menjadi lebih aktif.

16

(7)

20 - Tugas guru menjadi lebih ringan.

- Setiap kelompok mendapatkan tugas yang berbeda sehingga tidak mudah untuk mencari jawaban dari kelompok lain

- Diskusi menjadi lebih aktif.

- Peserta didik yang nilainya tertinggi diberikan penghargaan yang dapat mendorong semangat belajar peserta didik.

2. Kekurangan model pembelajaran kooperatif teknik Group

Investigation.

- Peserta didik cenderung ribut, sebab peran seorang guru sangat sedikit.

- Membutuhkan waktu yang lama.

- Biasanya peserta didik mengalami kesulitan dalam menjelaskan hasil temuannya kepada temannya.

Dari pendapat di atas maka dapat kita ketahui bahwa kelebihan dari metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ini adalah peserta didik menjadi lebih aktif, tugas guru lebih ringan, menumbuhkan rasa tanggungjawab, diskusi menjadi lebih efektif. Sedangkan kelemahannya adalah peserta didik cenderung menjadi ribut, peserta didik mengalami kesulitan dalam menjelaskan materi kepada temannya.

2.4. Motivasi

Motivasi sangat berperan penting dalam proses belajar peserta didik, dengan adanya motivasi mendorong peserta didik untuk berusaha keras agar dapat memperhatikan dan memahami materi pembelajaran.

(8)

21

”Menurut pakar psikologi, motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Dalam bahasa sederhana, motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan Anda melangkah, membuat Anda tetap melangkah, dan menentukan ke mana Anda mencoba melangkah”17

Peserta didik yang termotivasi untuk mempelajari materi pembelajaran akan menggunakan seluruh perhatian, pikiran,dan tenaganya untuk lebih berusaha keras memahami, menyerap dan mengingat materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Penulis berpendapat, bahwa motivasi di dalam pembelajaran adalah ketertarikan pada proses pembelajaran untuk lebih memperhatikan, memahami dan mengingat secara terus-menerus serta diikuti oleh perasaan senang atas kepuasan yang diperoleh di dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran diperlukan sebagai suatu proses pemusatan perhatian agar yang dipelajari oleh peserta didik akan mudah dipahami. Peserta didik dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan atau tidak diminati untuk dilakukan. Terjadilah suatu perubahan tingkah laku yang meliputi keseluruhan pribadi peserta didik baik dari aspek kognitif, psikomotor, maupun afektif. Peningkatkan motivasi belajar peserta didik di dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan bentuk kegiatan peserta didik, bekerja untuk mengalami sendiri yang ada di lingkungan sekitar peserta didik secara berkelompok dan mengkonsepkan pengalaman-pengalaman yang di dapat oleh peserta didik. Peserta didik dengan kegiatan tersebut akan memperoleh pengalaman pembelajaran yang dirasa sangat optimal.

17

Robert E. Slavin, 2009, Psikologi Pendidikan (Teori Dan Praktik), Indeks, Jakarta, hal. 99.

(9)

22

Indikator motivasi belajar peserta didik terdiri dari adanya perhatian, adanya kegiatan dan adanya rasa senang terhadap materi pembelajaran yang di sampaikan. Indikator adanya perhatian dijabarkan menjadi dua bagian, yaitu perhatian terhadap bahan ajar dan memahami materi pelajaran di dalam pembelajaran. Kegiatan dibedakan menjadi pelaksanaan aktivitas kegiatan terhadap bahan ajar dan secara aktif untuk menyelesaikan tugas-tugas di dalam proses pembelajaran secara tepat waktu. Rasa senang meliputi rasa senang mengetahui bahan pelajaran, senang mengikuti proses pembelajaran, dan antusias di dalam menyelesaikan tugas belajar.

2.5. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik setelah peserta didk tersebut mengalamai aktivitas atau proses belajar. Aktivitas atau proses tersebut dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, motivasi, dan ketrampilan dari peserta didik sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar,minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis ; 2. Faktor yang datang dari luar diri peserta didik atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran. Hasil belajar yang dicapai peserta didik menurut Sudjana, melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut :

Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak

(10)

23

mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan yang telah dicapai.

Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia ,mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dankemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranahpsikomotorik, keterampilan atau perilaku.

Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.18

Indikator hasil belajar peserta didik ditandai dengan adanya nilai peserta didik yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. Dalam penelitian ini KKM yang ditetapkan oleh Sekolah Menengah Kejuruan Pelita Salatiga untuk mata pelajaran akuntansi kelas XI adalah 75. 2.6. Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan dan Standar Kompetensi

Lulusan

Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan

(11)

24

meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau seluruh kelompok mata pelajaran.

”Standar Kompetensi ditetapkan berdasarkan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Pasal 1 :

1. Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.

2. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.

3. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran Peraturan Menteri ini.”19 Keseluruhan standar kompetensi lulusan tersebut adalah kompetensi minimum yang harus dilaksanakan. Setiap satuan pendidikan dapat menambahkan kompetensi – kompetensi yang dinilai penting untuk menunjang mutu dan relevansi kompetensi lulusan.

Dasar Kompetensi kejuruan merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di dalam Program Keahlian Akuntansi. Produktif Akuntansi merupakan salah satu mata diklat yang ada di dalam program keahlian akuntansi. Program keahlian akuntansi bertujuan untuk membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam:

a. Mempersiapkan tamatan yang memiliki kepribadian dan berakhlak mulia sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang kompeten sesuai program keahlian akuntansi.

19

(12)

25

b. Membekali peserta didik untuk berkarir, mandiri yang mampu beradaptasi di lingkungan kerja sesuai bidangnya dan mampu menghadapi perubahan yang terjadi di masyarakat.

c. Membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam :

1) Mengelola dokumen transaksi 2) Memproses dokumen dana kas kecil 3) Memproses dokumen dana kas di bank 4) Memproses entri jurnal

5) Memproses buku besar memproses buku besar 6) Mengelola kartu piutang

7) Mengelola kartu persediaan 8) Mengelola kartu aktiva tetap 9) Mengelola kartu utang

10) Menyajikan laporan harga pokok produk 11) Menyusun laporan keuangan

12) Menyiapkan surat pemberitahuan pajak

Penelitian tindakan akan dilakukan pada standar kompetensi mengelola administrasi dana kas kecil, dengan kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil. Pada kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil, akan membahas mengenai materi pembelajaran prosedur pengelolaan administrasi dana kas kecil yang berisi tentang prosedur

(13)

26

pembentukan dana kas kecil (awal), prosedur penggunaan dana kas kecil, dan prosedur pengisian kembali dana kas kecil secara sistematis.

2.7. Pembelajaran Dengan Metode GI Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Pengelolaan Administrasi Dana Kas Kecil.

Pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif Group Investigation (GI) merupakan pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk

berperan aktif di dalam setiap kegiatan pembelajaran.

”Menurut Killen, beberapa ciri esensial group investigation sebagai pendekatan pembelajaran adalah :

1. Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki independensi terhadap guru;

2. Kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan;

3. Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan

mereka untuk mengumpulkan sejumlah data,

menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan; 4. Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di

dalam belajar;

5. Hasil-hasil dari penelitian siswa dipertukarkan di antara seluruh siswa.” 20

Peran peserta didik dalam pembelajaran GI, peserta didik benar-benar dituntut untuk aktif berfikir mandiri dan aktif bekerja dalam kelompok sesuai dengan kompetensi dasar yang diajarkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Kompetensi dasar yang dibahas dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil, pada materi pembelajaran prosedur pengelolaan administrasi dana kas kecil yang berisi tentang materi prosedur pembentukan dana kas kecil (awal), prosedur penggunaan dana kas kecil, dan prosedur pengisian kembali dana kas kecil dengan

20

(14)

27

menggunakan metode pembelajaran GI. Setiap prosedur pengelolaan administrasi dana kas kecil diuraikan tentang bagaimana cara pengelolaan administrasi dana kas kecil dan tugas dari masing-masing bagian prosedur pengelolaan administrasi dana kas kecil.

Penerapan metode pembelajaran GI pada kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil ini peserta didik kelas XI Program Keahlian Akuntasi yang terdiri dari 15 anak dibagi ke dalam tiga kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima peserta didik. Setiap kelompok mendapatkan topik atau materi tentang prosedur pengelolaan administrasi dana kas kecil. Tiga kelompok ini memiliki tugas yang berbeda yaitu melakukan investigasi atau wawancara kepada Kepala Bendahara Yayasan SMK Pelita Salatiga, Kepala Tata Usaha SMK Pelita Salatiga, dan Kepala Bank Artha Pelita SMK Pelita Salatiga. Setelah melakukan wawancara tersebut, kelompok membuat laporan hasil investigasi yang kemudian hasilnya akan dipresentasikan di depan kelas.

Penerapan metode pembelajaran GI pada kompetensi dasar ini, guru berperan sebagai mediator dan fasilitator di dalam setiap kegiatan pembelajaran peserta didik. Diharapkan dengan pembelajaran ini motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran meningkat, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar seluruh peserta didik.

2.8. Kerangka Berpikir

Kinerja akademik (hasil belajar) peserta didik pada kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil ditentukan oleh proses

(15)

28

belajar peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Untuk memahami materi tersebut sudah sewajibnya guru dapat menumbuhkan motivasi peserta didik, agar dalam proses pembelajaran di kelas mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Penggunaan metode Group Investigation (GI) dipilih sebagai metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam rangka mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran. Metode GI ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Kerangka berpikir penelitian yang mendasari penulis dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut :

Skema 2.1. Kerangka Penelitian Pembelajaran Kooperatif GI

Pembelajaran Guru Mengajar Dengan Metode Ceramah Bervariasi Motivasi yang rendah Hasil Belajar Peserta Didik Rendah Tindakan Perbaikan Guru Mengajar Dengan Metode Kooperatif GI Siklus 1 Siklus 2 Hasil Belajar Peserta Didik (mencapai  75) Motivasi Belajar Peserta Didik Mencapai Indikator Keberhasilan (  75%)

(16)

29 2.9. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan metode kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat membuat peserta didik di kelas XI Program Keahlian Akuntansi pada kompetensi dasar menyiapkan pengelolaan administrasi dana kas kecil menunjukkan pengaruh positif berupa:

1. Peningkatan motivasi belajar peserta didik.

Bertujuan untuk meningkatkan perhatian, kegiatan, dan rasa senang peserta didik terhadap proses pembelajaran.

2. Peningkatkan hasil belajar peserta didik.

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik dalam pembelajaran.

Referensi

Dokumen terkait

Mikroorganisme dari rizosfer tanaman karet yang mampu menggunakan metanol dapat digunakan untuk memproduksi protein sel tunggal dan dapat dimanfaatkan sebagai

Visi pendidikan al wasliyah lembaga pendidikan Al-washliyah menjadi wadah pendidikan modern yang mampu menabur butir butir nilai rahmatan lil alamin dalam rangka

Pada frekuensi kadar Troponin yang meningkat sebanyak 43 orang (63,2%) dan yang normal sebanyak 25 orang (36,8%), dari seluruh data penelitian, jumlah pasien yang mengalami

PPID pembatu dapat memperpanjang jangka waktu sebagaimana diatur dalam huruf h selambat-lambatnya 7 (Tujuh) hari kerja apabila informasi yang dibutuhkan bervolume

Hipotesis yang menjadi asumsi awal penelitian adalah bahwa ada hubungan antara penguasaan kosakata bahasa Indonesia dan kemampuan memahami unsur intrinsik cerita

Paradoks dari kekayaan batubara yang dimiliki oleh Kalimantan Timur tidak saja hanya dari penyerapan tenaga kerja, yang paling ironis justru masih ada- nya desa-desa di

Perusahaan perlu memonitor persepsi harga yang ditetapkan oleh para pesaing agar persepsi harga yang ditentukan oleh perusahaan tidak terlalu tinggi atau sebaliknya,

Ketuntasan klasikal yang didapatkan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian, yaitu 80%, maka dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran