• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Preferensi Masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syari ah (BPR- Syari ah) di Kabupaten Merangin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Preferensi Masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Syari ah (BPR- Syari ah) di Kabupaten Merangin"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Lembaga Keuangan Syari’ah

(BPR-Syari’ah) di Kabupaten Merangin

Syaparuddin

Universitas Jambi

Abastrak: This paper analizes the preferences, development

oppor-tunity and feasibility of Shariah financial institutions, particularly the establishment of BPR Shariah in the Kabupaten Merangin. Data were obtained through field surveys of residents who have their own income, as well as small businessmen and Household. The findings in the field suggest that community preferences are relatively high.

K ey words: Bank syari’ah, preferensi, Merangin.

I. Pendahuluan

Melalui Undang-undang nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintah an Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang per im-bang an keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan tentang pemberian pelayanan, prakarsa dan pemberdaya an yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kepada daerah juga diberi kewenangan untuk mencari sumber per mo dal an bagi pen-gusaha Usaha kecil Menengah (UMKM) melalui penyaluran modal dengan biaya yang relatif murah dan dengan pro sedur yang relatif mudah. Namun, dalam kreativitasnya, peme rin tah daerah harus tetap berpedoman pada ketentuan-ketentuan a tau peraturan-peraturan yang ada.

(2)

Sejalan dengan hal tersebut, peranan lembaga keuangan formal dirasa sangat diperlukan dalam rangka menumbuhkembangkan kapa sitas UMKM. Salah satu lembaga keuangan/perbankan yang ber orien tasi pada masyarakat golongan ekonomi lemah adalah Bank Per kredit an Rakyat (BPR). Keberadaan BPR diharapkan dapat menjadi salah satu lembaga yang berperan dalam pemberdayaan masyarakat. Meskipun peranan BPR relatif penting, namun demi kian jika dilihat dari perkembangannya, jumlah BPP di Propinsi Jambi relatif belum berkembang sebagaimana propinsi lain.

Secara umum, Bank konvensional memiliki dominasi dalam penyediaan sumber permodalan di Provinsi Jambi termasuk di Kabu-paten Merangin. Ini terbukti dari jumlah Lembaga Keuangan Bank (LKB) yang ada di Kabupaten Merangin yang terdiri dari empat unit bank umum, satu unit Bank Pemerintah Daerah dan satu unit Bank Perkreditan Rakyat yang seluruhnya menggunakan sistim konven-sional. Berkenaan dengan hal tersebut di atas maka BPR Syari’ah hendaknya memberikan manfaat ganda terhadap nasabah nya. Sistem mobilisasi dana yang sistematis melalui jalur consultative banking sangat diperlukan untuk mencapai pasar sasaran dari hasil penjualan mempercepat mobilisasi dana masyarakat dengan mendayagunakan jaringan kerja BPR Syariah dengan induk organ isasi secara terpadu, yaitu menjaring dana dari seluruh anggota kelompok masyarakat melalui simpanan. Kemudian dalam satu jaringan bisnis nasabah, BPR Syariah dapat melayani calon nasabah secara individu maupun kelompok sehingga terjadi ikatan bisnis yang erat dan harmonis. Selanjutnya merencanakan dan merealisasi kan anggaran serta ren-cana kerja tahunan dari hasil proyeksi berdasarkan potensi ekonomi wilayah agar lebih realistis.

Dengan demikian seluruh sumber dan penggunaan dana umat bisa tertampung serta tersalurkan dengan baik, produktif, edukatif dan efektif sesuai aliran kas dan rencana keuangan. Berdasar kan hal tersebut, perlu dilakukan studi tentang preferensi masyara kat terkait peluang pengembangan/studi kela yak an lembaga keuangan syari’ah khususnya pendirian BPR Syariah di Kabupaten Merangin.

(3)

II. Perilaku Perbankan dan Preferensi Masyarakat Terhadap BPR Syari’ah

Untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku perbankan dan preferensi masyarakat terhadap BPR Syariah, dilakukan survei lapan-gan yang melibatkan penduduk bekerja/memiliki penghasilan sendiri (selanjutnya disebut responden masyarakat umum) serta pengusaha kecil dan Rumah Tangga (selanjutnya disebut responden pengusaha). Jumlah responden yang diambil sebanyak 130 respon den, terdiri dari 75 responden penduduk bekerja dan 55 responden pengusaha, yang tersebar pada empat wilayah yaitu Pamenang, Sungai Manau, Tabir dan Bangko.

Responden Masyarakat Umum

Responden masyarakat umum yang diteliti terdiri dari 59 laki-laki (78,67 persen) dan 16 perempuan (21,33 persen), dengan umur relatif bervariasi antara paling rendah 20 tahun dan paling tinggi di atas 50 tahun. Bagian terbesar dari unsur responden adalah antara 40 - 49 ta-hun (38,67 persen), dengan rata-rata umur 37,4 tata-hun. Mengacu pada data yang lebih luas, penduduk pada umur umur ini adalah penduduk yang berada dalam usia kerja puncak, yang terlihat dari tinggi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mereka.

Tabel 1. Distribusi Umur dan Jenis Kelamin Responden Masyarakat Umum Pada Penelitian Studi Kelayakan Pendirian BPR Syariah

(4)

Secara umum pendidikan responden masyarakat umum yang terpilih dalam penelitian ini sudah cukup baik. Lebih sepertiga (38,66 persen) di antaranya telah berpendidikan diploma dan sarjana, se-dangkan yang menamatkan SD hanya 1,33 persen dan SLTP hanya 20,00 persen.

Tabel 2. Distribusi Pendidikan Responden Masyarakat Umum Pada Penelitian Studi Kelayakan Pendirian BPR Syariah Kabupaten

Mer-angin

Sesuai dengan distribusi umurnya, sebagian besar responden (66 orang atau 88,00 persen) adalah mereka yang berstatus telah menikah dan sisanya berstatus belum menikah dengan proporsi 12,00 persen. Jumlah anggota rumah tangga responden berkisar dari 1 sampai lebih 5 orang dengan sebagian besar (40,00 persen) diantaranya menang-gung antara 3-4 jiwa. Secara rata-rata jumlah tangmenang-gungan adalah 3,92 orang.

Tabel 3. Distribusi Jumlah Anggota Rumah Tanggapan Responden Masyarakat Umum Pada Penelitian Studi Kelayakan Pendirian BPP

Syariah Kabupaten Merangin.

Dari sisi pekerjaan, responden terdiri dari mereka yang bekerja/ bermata pencaharian sebagai petani, karyawan swasta dan pegawai

(5)

negeri sipil. Secara proporsi keadaan responden menurut pekerjaan/ mata pencaharian ini relatif berimbang, dimana jumlah petani seba-nyak 25 orang (33,33 persen), karyawan swasta 20 orang (26,67 persen) dan pegawai negeri sipil sebanyak 30 orang (40,00 persen).

Berdasarkan rata-rata penghasilan responden masyarakat umum adalah Rp 1.538.400 dengan distribusi memperlihatkan bagian terbe-sar (33,33 persen) berpenghasilan antara Rp.1.000.000,- Rp.1.499.000, diikuti oleh mereka yang berpenghasilan antara Rp.2.000.000, Rp 2.499.000 (22,67 persen), antara Pp.1.000.000- Rp.1.499. 000 (21,33 persen), kurang dari Rp.1.000.000 (17,33 persen) dan Rp 2.500.000 ke atas (5,33 persen).

Tabel 4. Distribusi Jenis Pekerjaan Responden Masyarakat Umum Pada Penelitian Studi Kelayakan Pendirian BPR Syariah Kabupaten

Merangin

Tabel 5. Distribusi Kelompok Penghasilan Responden Masyarakat Umum Pada Penelitian Studi Kelayakan Pendirian BPR Syariah

(6)

Responden Pengusaha

Responden pengusaha yang diteliti memiliki beragam jenis usaha mulai dari usaha pedagang manisan (bahan kebutuhan pokok) sampai kepada pengusaha sawit. Dari keseluruhan jenis usaha tersebut bagian terbesarnya adalah mereka yang memiliki usaha to ko manisan (29,09 persen) dan usaha perdagangan karet (20,00 per sen).

Tabel 6. Distribusi Jenis Usaha Responden Pengusaha Pada Peneli-tian Studi Kelayakan Pendirian BPR Syariah Kabupaten Merangin

Dari sisi jumlah tenaga kerjanya, jenis-jenis usaha yang dite-kun i responden pengusaha depot dikategoriknn otas dua kelom pok skala usaha, yaitu skala usaha rumah tangga dan skala usaha kecil. Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa, 52,73 persen diantaranya adalah responden dengan skala usaha rumah tang ga (jumlah tenaga kerja 1-3 orang) dan 47,27 persen lainnya skala usaha kecil (4-19 orang)

III. Perilaku Perbankan Perilaku Simpanan

a. Masyarakat Umum

(7)

penghasilan masyarakat umum yang diteliti relatif memadai. Hal ini terlihat dari pernyataan mereka tentang kondisi keuangan tiga bulan terakhir. Lebih separuh (52, 00 persen) atau 39 orang diantara nya menyatakn berada dalam kondisi surplus, sedangkan yang lainnya menyatqkan seimbang (48,00 persen atau 36 orang). Sebaliknya, tidak satupun ditemukan yang menyatakan berada pada kondisi keuangan defisit.

Selanjutnya kepada masyarakat yang pada tiga bulan tera-khir ini berada pada kondisi keuangan seimbang juga ditanyakan apakah sebelumnya pernah punya tabungan/simpanan. Dari pertanyaan ter se but, sebagian besar (20 orang dnri 36 orang atau 55,56 persen) menyatakan pernah memiliki simpanan. Distri-busi frekuensi masyarakat umum berdasarkan kondisi keuangan diberikan pada tabel berikut:

Dari masyarakat yang memiliki nilai surplus tersebut, dapat dikemukakan rata-rata nilai surplus perbulan yang disimpan mereka adalah Pp 426.500, dengan distribusi memperlihatkan bagian terbesarnya (33, 33 persen) memiliki nilai surplus antara Rp.500.000 - Rp 749.000.

Tabel 7. Distribusi Masyarkat Umum Berdasarkan Kondisi Keuan-gan di Kabupaten Merangin.

Pada masyarakat umum yang pada tiga bulan terakhir

be-rada pada posisi keuangan seimbang yang sebelumnya pernah punya simpanan, juga didapatkan nilai simpanan yang pernah dilakukan. Rata-rata simpanan perbulan kelompok ini adalah Rp.196.680. Ini menun jukkan bahwa kondisi seimbang yang

(8)

ter-jadi pada kelompok ini bukanlah kondisi yang permanen. bengan demikian, terdapat kemung kin an pada masa yang akan datang kelompok ini berubah status pada kondisi keuangan surplus, yang sekaligus menjadi pe luang pasar bagi pihak perbankan khususnya BPR Syariah.

Distribusi nilai surplus penghasilan masyarakat umum dan distri busi rata-rata nilai simp anan perbulan masyarakat umum (Kondisi Seimban.g) di Kobupaten Mernngin diberikan pada dua tabel berikut:

Tabel 8. Distribusi Nilai Surplus Penghasilnn Masyarakat Umum di Kabupaten Merangin

Tabel 9. Distribusi Rata-Rata Nilai Simpanan Masyarakat Umum Kondisi Seimban di Kabupaten Merangin Perbulan

Dari perilaku menyimpan, dapat dikemukakan bahwa tidak semua masyarakat umum yang memanfaatkan jasa lembaga

(9)

keuang an (bank dan non-bank). Pada masyarakat yang pada saat ini berada dalam kondisi keuangan surplus, lebih sepertiga (38,46 persen) diantaranya yang menyimpan kelebihan dananya di rumah dan tempat lainnya. Lembaga keuangan yang utama tempat menyimpan bagi masyarakat umum kelompok ini adalah Bank Umur, lainnya (20,51 persen), diikuti oleh BPI Cabang (17,95 persen), Koperasi (12,82 persen), BPI Unit Desa (7,69 persen) dan BPR (2,56 persen).

Selanjutnya kepada masyarakat yang pada tiga bulan tera-khir ini berada pada kondisi keuangan seimbang yang sebelum-nya pernah pusebelum-nya tabungan/simpanan, hampir separuh (45,00 persen) bahkan diantaranya yang menyimpan kelebihan dananya di rumah. Lembaga keuangan yang utnma tempat menyimpan bagi masyara kat umum pada kelompok ini adalah Bank Umum lain (35,00 persen), diikuti oleh BPI Unit Desa (10,00 persen), Ko-perasi (5,00 persen), dan BPI CQbanq (5,00 persen).

Tabel 10. Distribusi Lembaga Simpanan Masyarakat Umum di

Ka-bupaten Merangin

Selain beragamnya pilihan lembaga penyimpan uang, alasan terhadap pemilihan lembaga tersebut juga relatif beragam. Namun demi kian, dari keseluruhan alasan yang dikemukakan, alasan utama masya ra kat umum dalam memilih lembaga penyimpan adalah faktor keamanan dan kebiasaan keluarga. Ini tidak hanya berlaku pada kelompok masyarakat dengan penghasilan suplus tetapi juga pada kelompok masyarakat dengan kondisi keuangan seimbang.

(10)

Tabel 11. Distribusi Alasan Memilih Lembaga Simpanan Masyarakat Umum di Kabupten Merangin

b. Pengusaha

Di tingkat pengusaha, dalam konteks perilaku menyimpan keuangan usahanya, kecenderungan untuk tidak memanfaatkan jasa lembaga keuangan bank dan non-bank ini juga terlihat nyata. Proporsinya bahkan lebih besar dibandingkan proporsi pada masya ra kat umum yaitu mencapai 41, 82 persen (yang menyim-pan di rumah atau lainnya).

Data ini secara implisit memberikan arti, masih terbuka pe-luang yang relatif besar bagi lembaga keuangan khususnya BPR Syariah dalam menarik nasabah penabung, selama BPR Syariah dapat meyakinkan colon nasabahnya dalam menyimpan uangnya di lembaga tersebut.

Selanjutnya untuk lembaga keuangan, bank umum lain juga merupakan pilihan utama pengusaha dalam menyimpan keuan-gan usahanya, yaitu mencapai 32,73 persen dari total pengusaha, diikuti dengan pilihan pnda BPI Cabang (12,73 persen), BPI Unit besa (7,27 persen) dan Koperasi (5,45 persen).

Alasan utama pengusaha dalam memilih lembaga keuangan tersebut juga relatif sama dengan alasan yang dikemukakan oleh masyarakat umum. Dimana, 27,27 persen di antaranya menyata-kan dengan alasan keamanan dan 29,09 persen menyatamenyata-kan karena

(11)

telah menjadi kebiasaan keluarga. Alasan-alasan lainnya dengan persen tase yang relatif kecil diantaranya adalah adanya faktor bunga, undian, pelayanan yang baik, fasilitas lengkap, dan lokasi lembaga dekat rumah.

Tabel 12. Distribusi Lembaga Simpanan Pengusaha di Kabupaten

Merangin

Tabel 13. Distribusi Alasan Memilih Lembaga Simpanan Pengusaha di Kabupaten Merangin

Perilaku Pinjaman

(12)

Dari sisi pinjaman dapat dikemukakan bahwa dari total 75 responden mqsyarakat umum, 22 responden (29,33 persen) pernah mendapatkan pinjaman, sedangkan 53 responden (70,67 persen) tidak pernah mendapatkan pinjaman.

Koperasi merupakan lembaga utama yang menjadi pilihan masyarakat umum untuk mendapatkan pinjaman. Hal ini ditan-dai oleh proporsi masyarakat yang mendapatkqn pinjaman dari koperqsi yang mencapai 40,91 persen. Di tempat kedua adalah BPI Cabang (27,27 persen) diikuti oleh BPI Unit Desa (22,73 persen). Tabel 14. Distribusi Frekuensi Lembaga Kredit Masyarakat Umum

di Kabupaten Merangin

Pilihan terhadap koperasi sebagai lembaga untuk mendapat-kan pinjaman oleh masyarakat lebih disebabmendapat-kan alasan pelayanan yang baik dan cepat. Ini dinyatakan oleh 40,01 persen masyarakat umum. Alasan lainnya yang juga cukup mendomi nasi dalam pemilihan lem ba ga untuk mendapatkan pinjaman ini adalah per-syaratan pemin jam an yang lebih mudah (dinya takan oleh 27,27 persen masyarakat) serta alasan lokasi lembaga dekat dengan rumah (18,18 persen).

Selanjutnya, meskipun dari masyarakat yang diwawan-carai hanya 29,33 persen yang menyatakan pernah mendapat-kan pinjam an, namun ketika ditanyamendapat-kan mengenai ke mam puan mem ba yar angsuran kredit, 61,33 persen diantaranya menyata kan memiliki kemam pu an untuk membayar angsuran kredit. Rata-rata perkiraan kemampuan membayar angsuran kredit

(13)

perbulan-nya adalah Rp 316.670, dengan proporsi mencapai 44,00 persen menyata kan mampu membayar angsuran dalam batas antara Rp.250.000 - Rp 749.000.

Tabel 15. Distribusi Alasan Memilih Lembaga Kredit Masyarakat

Umum di Kabupaten Merangin

Tabel 16. Distribusi Perkiraan Kemampuan Membayar Angsuran Kredit Perbulan pada Masa yang Akan Datang Masyarakat Umum

di Kabupaten Merangin Kemampuan Membayar b. Pengusaha

Di tingkat pengusaha, proporsi yang pernah mendapatkan pinjaman ini lebih besar dibandingkan mnsyarakat umum. Pen-gusaha yang pernah mendapatkan kredit mencapai 30,91 persen (17 orang). Koperasi ternyata juga merupakan lembaga utama yang menjadi pilifian pengusaha untuk mendapatkan pinjaman. Hal ini ditan dai oleh proporsi yang mendapatkan pinjaman dari koperasi yang mencapai 35,29 persen. Di tempat kedua adaiah BPI Unit besa (23, 53 persen) dan Bank Umum Lain (23,53 persen).

(14)

Sebagaimana halnya di tingkat mnsyarakat umum, alasan pelayanan yang baik dan cepat juga menjadi faktor utama pen-gusaha dalam memilih lembaga kredit. Ini dinyatakan oleh 35,29 persen pengu sa ha. Alasan lainnya yang juga cukup mendomi-nasi dalam pemilihan lembaga untuk mendapatkan pinjaman ini adalah persyaratan peminjaman yang lebih mudah (dinyatakan oleh 17,65 per sen masyarakat) serta alasan lokasi lembaga dekat dengan rumah (17,65 persen).

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Lembaga Kredit Pengusaha di

Kabu-paten Merangin

Tabel 18. Distribusi Alasan Memilih Lembaga Kredit Pengusaha di Kabupaten Merangin

Selanjutnya, meskipun dari pengusaha yang diwawancarai ha nya 30,91 persen yang menyatakan pernah mendapatkan pinja-man, namun ketika ditanyakan mengenai kemampuan membayar angsur an kredit, seluruh pengusaha menyatakan memiliki ke-mampuan un tuk membayar angsuran kredit jika terdapat peluang untuk mene ri ma kredit tersebut. Rata-rata perkiraan kemampuan

(15)

membayar ang sur an kredit perbulan dari pengusaha ini adalah Rp.1.070.000. Bahkan terdapat 10, 91 persen dari pengusaha yang menyatakan mam pu mengangsur kredit mencapai di atas Rp 3.000.000 perbulannya.

Tabel 19. Distribusi Perkiraan Kemampunn Membayar Angsuran Kredit Perbulan pada Masa Yang Akan Datang Pengusaha di

Kabu-paten Merangin

IV. Preferensi Terhadap BPR Syariah

Pertanyaan yang diajukan mengenai preferensi ini mencakup prefer-ensi mereka terhadap simpanan dan pinjaman BPR Syariah. Kedua pertanyaan pokok ini diajukan dalam rangka mendapatkan pros pek keberadaan BPR Syariah dalam masyarakat di Kabupaten Mera ngin. Meskipun demikian, sebelum mendapatkan persepsi ini, pema ham an responden tentang BPR Syariah bank secara umum merupa kan hal yang penting untuk diketahui.

Tabel 20. Distribusi Pengetahun Masyarakat dan Pengusaha terh-adap BPR Syariah di Kabupaten Merangin 2006

(16)

umum dan pengusaha terhadap BPR Syariah masih relatif terbatas. Ketika diajukan pertanyaan mengenai apakah mereka pernah men-de ngar mengenai BPR Syariah, hanya 10,67 persen dari masyarakat um um yang menyatakan pernah sedangkan pada pengusaha hanya sebesar 12,73 persen. Berdasarkan hal tersebut, untuk mendapatkan ke aku rat an persepsi terhadap BPR Syariah, sebelumnya diberikan pen-je las an yang dianggap cukup memadai kepada resporden menge nai BPR Synriah dan keberadaannya.

a. Preferensi Terhadap Simpanan BPR Syariah

Setelah diberikan pemahaman tentang BPR Syariah secara umum, kepada masyarakat umum dan pengusaha diajukan per-tanyaan menge nai preferensi terhadap simpanan BPR Syariah. Kepada masya ra kat umum dalam kondisi keuangan surplus, dia-jukan pertanyaan ten tang preferensi simpanan terhadap surplus keuangannya saat i ni dan masa yang akan datang jika didirikan BPR Syariah. Kepada masya ra kat umum dalam kondisi non-surplus, diajukan pertanyaan ten tang preferensi simpanannya jika pada masa mendatang kondisi keuangannya menjadi surplus, dan kepada pengusaha diajukan pertanyaan tentang preferensi simpanan terhadap keuangan usaha nya saat ini dan masa yang akan datang jika didirikan BPR Syariah.

Berdasarkan jawaban terhadap simpanan BPR Syari’ah dapat dikemukakan bahwa preferensi masyarakat relatif tinggi. Pada masya ra kat umum kondisi keuangan surplus, hanya 10, 26 persen yang menyatakan akan tetap menyimpan di tempat biasa, sedangkan sebagian besar lainnya menyatakan akan menyim-pan di tempat biasa dan BPR Syariah (17, 95 persen) dan pindah menyimpan ke BPR Synriah (71, 79 persen). Pada masyarakat umum dengan kondisi ke uang an non surplus, sebagian besar (80, 55 persen) menyatakan akan menyimpan di BPR Syariah sean-dainya pada masa yang akan da tang keuangannya berada kondisi surplus, sedangkan sisnnya (19, 45 persen) menyatakan akan menyimpan di koperasi, BRI Cabang dan BPD non-syari’ah yang ada di Kabupaten Merangin. Hal yang sama juga ditemukan pada

(17)

pengusaha. 29, 09 persen pengu sa ha menyatakan menyimpan di tempat biasa dan BPR Syari’ah dan 63, 64 persen di antaranya menyatakan akan pindah menyimpan di BPR Syari’ah.

Tabel 21. Distribusi Frekuensi Preferensi Masyarakat Umum dan Pengusaha terhadap Simpanan BPR Syari’ah di Kabupaten

Mer-angin

Bagi masyarakat umum yang tetap tidak bersedia menyim-pan di BPR Syari’ah, terdapat berbagai alasan. Meskipun demiki-an, alas an utamanya adalah karena dekat dengan rumah (54, 55 persen) dan sudah terbiasa dengan pelayanan bank di tempat yang lama (45,45 persen). Selanjutnyn untuk pengusaha, alasan tidak bersedia nya mereka menyimpan di BPR Syari’ah adalah alasan karena sudah ter bia sa (75,00 persen) dengan alasan keuntungan yang lebih baik di bank lain (25,00 persen).

(18)

Pen-gusaha terhadap Preferensi Simpanan BPR Syari’ah di Kabupaten Merangin

Bagi masyarakat umum yang bersedia menyimpan di BRI

Syari’ah, baik yang menyimpan hanya di BPR Syariah maupun BPR Syari’ah sekaligus bank lain, dengan alasan ingin coba-coba (42,19 persen), dan alasan syari’ah (47,81 persen). Di tingkat pen-gusaha, a las an yang sama dikemukakan adalah untuk coba-coba (29,41 persen), alasan syari’ah (49,02 persen) dan keuntungan lebih baik (21,57 persen).

b. Preferensi Terhadap Pinjaman BPR

Preferensi responden terhadap pinjaman BPR Syari’ah juga relatif tinggi. Hanya 6,67 persen dari masyarakat umum yang menyatakan te tap akan meminjam di tempat biasa, sedangkan untuk pengusaha ha nya 7,27 persen.

Alasan utama pada masyarakat umum yang tetap memin-jam di tempat lain adalah karena sudah terbiasa dengan sistem dan prose dur meminjam yang ada di tempat biasa. Selanjutnya di tingkat peng usa ha, 75,00 persen menyatakan karena sudah

(19)

terbiasa dan 25,00 persen menyatakan karena bunga/nisbah yang lebih rendah.

Tabel 23. Distribusi Frekuensi Preferensi Masyarakat Umum dan Pengusaha terhadap Pinjnman BPR Syari’ah, di Kabupaten

Mer-angin

Bagi yang menyatakan akan meminjam di tempat biasa

dan BPR Syari’ah, atau hanya BPR Syari’ah terdapat tiga alasan utama ya itu nisbah lebih rendah (dinyatakan oleh 32,86 persen masyarakat dan 25,48 persen pengusaha), lebih sesuai syari’ah (dinyatakan oleh 51,43 persen masyarakat dan 37,26 persen pengusaha), serta alasan i ngin coba-coba (dinyatakan oleh 15,71 persen masyarakat dan 37,26 persen pengusaha).

Tabel 24. Distribusi Frekuensi Alasan Preferensi Masyarakat Umum dan Pengusaha terhadap Pinjaman BRI Syari’ah, di

Gambar

Tabel 1.  Distribusi Umur dan Jenis Kelamin Responden Masyarakat  Umum Pada Penelitian Studi Kelayakan Pendirian BPR Syariah
Tabel 2. Distribusi Pendidikan Responden Masyarakat Umum Pada  Penelitian Studi Kelayakan Pendirian BPR Syariah Kabupaten
Tabel 4. Distribusi Jenis Pekerjaan Responden Masyarakat Umum  Pada Penelitian Studi Kelayakan Pendirian BPR Syariah Kabupaten
Tabel 6. Distribusi Jenis Usaha Responden Pengusaha Pada Peneli- Peneli-tian Studi Kelayakan Pendirian BPR Syariah Kabupaten Merangin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beim CLIL-Ansatz geht es aber nicht um einen „Automatismus“, sondern darum, dass die Fremdsprache so natürlich wie möglich den Kindern näher gebracht wird, das heißt in

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara tidak langsung citra perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan.. Berdasarkan hasil analisis,

“Dia telah menjadikan di bumi ini sebagai sumber daya alam yang sangat memadai untuk segala keperluan manusia, agar manusia mau bersyukur kepada Allah, tetapi sangat sedikit

179 0327-9999 Institut Teknologi Bandung (ITB) 168 0327-9999 Universitas Jenderal Soedirman 156 0327-9999 Polman Bandung 120 0326-1049 Universitas Brawijaya 087

Informacinio karo metu komunikacinio proto ir politinio lauko plėtrai ir kismui didelę įtaką daro ne tik struktūrinis įtikinėjimas, bet įvairiausios pilietinės informacinės

Penelitian tentang penggunaan gula sebagai penambahan dalam pembuatan baglog sudah pernah diteliti dan penggunaan limbah ampas tahu juga sudah pernah diteliti oleh Manik

• Petunjuk yang diperlukan untuk dapat menggunakan alat dengan cara yang aman.yang terdapat pada alat atau kemasan.. √ √ √

Discography adalah pemeriksaan radiografi dari diskus intervertebralis dengan bantuan sinar-x dan bahan media kontras positif yang diinjeksikan ke dalam nukleus pulposus