Modul 4
EE2323
Elektromagnetika Telekomunikasi
Gelombang Datar Lintas
Medium
Oleh :
Nachwan Mufti Adriansyah, ST, MT
Nachwan Mufti A Modul 4 Gelombang Datar Lintas Medium
2
Organisasi
Modul 3
Gelombang Datar Lintas Medium
• A. Pendahuluan
• B. Gelombang Jatuh Normal
• C. Konsep Standing Wave Ratio
• D. Gelombang Lintas 3 Medium dan Matching Gelombang
• E. Persamaan Gelombang Jatuh Miring
• F. Gelombang Lintas Medium, Jatuh Miring
• G. Polarisasi Gelombang Lintas Medium
Modul 4 Medan Elektromagnetika akan
membicarakan mengenai gelombang datar serbasama yang melewati 2 atau lebih medium. Terdapat 2 kemungkinan perlakuan terhadap gelombang, yaitu : (1) gelombang dibiaskan atau diteruskan , dan (2) gelombang dipantulkan .
Selanjutnya berkaitan dengan arah orientasi gelombang datang terhadap bidang batas, akan dibicarakan gelombang datang dengan sudut jatuh normal terhadap bidang batas sebagai kasus yang khusus, dan kemudian gelombang dengan sudut jatuh miring sebagai kasus yang umum
Polarisasi juga akan kembali dibahas dalam kasus yang lebih umum. Dalam hal ini dibahas mengenai pengaruh pembiasan dan pantulan terhadap polarisasi gelombang.
4
B. Gelombang Jatuh Normal
Daerah 1 Daerah 2 1 1 1, , 2,2,2 1 1,
H
E
E
2,
H
2 1 1,
H
E
glb datang glb terus glb pantul z = 0z
x
Misalkan gelombang datang normal (tegaklurus) terhadap
bidang batas, maka persamaan-persamaan gelombang dapat dituliskan dalam bentuk fasor sebagai berikut :
Gelombang datang z 1 xo 1 1 ys z 1 xo 1 xs 1 1
e
E
1
H
e
E
E
Gelombang terus z 2 xo 2 2 ys z 2 xo 2 xs 2 2e
E
1
H
e
E
E
Gelombang pantul z 1 xo 1 1 ys z 1 xo 1 xs 1 1e
E
1
H
e
E
E
merambat ke sumbu z positif
merambat ke sumbu z negatif
P
E
H
P
E
H
gelombang datang dan gelombang terusIntensitas medan listrik dan medan magnetik harus kontinyu (malar) pada bidang z = 0,
sehingga harus memenuhi
syarat batas :
2 xs 1 xs 1 xs 2 xs 1 xsE
E
E
E
E
2 xo 1 xo 1 xoE
E
E
z = 0
2 ys 1 ys 1 ys 2 ys 1 ysH
H
H
H
H
2 xo 1 xo 1 xoE
E
E
z = 0Dengan substitusi, didapatkan :
xo1 1 2 1 xo 1 2 1 xo 1 xoE
E
E
E
xo1 xo1 1 2 1 2 1 xoE
E
E
1 2 1 2 1 xo 1 xoE
E
Dengan“ Koefisien Pantul “
1 2 2 1 xo 2 xo2
E
E
Nachwan Mufti A Modul 4 Gelombang Datar Lintas Medium
6
Kasus 1 :
Daerah 1 Dielektrik Sempurna Daerah 2 Konduktor SempurnaDaerah 1 Dielektrik Sempurna Daerah 2 Konduktor Sempurna
0
2 2 2 2j
j
Skin depth mendekati NOL,
tidak ada medan berubah terhadap waktu
1 dan
E
xo1E
xo1
2
z xo xsE
e
E
1
1 Amplitudo gelombang pantul sama dengan gelombang
datang , tapi tanda berlawanan. Berarti semua energi yang
datang dipantulkan seluruhnya
z
sin
E
j
2
e
e
E
e
E
e
E
E
E
E
1 1 xo z j z j 1 xo z j 1 xo z j 1 xo 1 xs 1 xs 1 xs 1 1 1 1
t
sin
z
sin
E
2
E
x1
xo 1
1
Gelombang berdiri !!
j t
1 xs 1 xRe
E
e
E
Daerah 1 ( 1 = 0 )
E
2
E
sin
z
sin
t
1 1 xo 1 x
• Pada tiap waktu,
n
t
n = 0, + 1, + 2, dst Menyebabkan medan = 0 disemua titik posisi• Pada posisi bidang,
1
n
z
n = 0, + 1, + 2, dst Menyebabkan medan = 0 di sepanjang waktu. Hal itu terjadi pada :2
n
z
1 xo1 2E 2Exo1Nachwan Mufti A Modul 4 Gelombang Datar Lintas Medium
8
Untuk medan magnet,
1 1 ys 1 xs 1 1 ys 1 xs
H
E
H
E
j z
1 xo 1 1 xs 1 1 ys z j 1 xo 1 1 xs 1 1 ys 1 1e
E
1
E
1
H
e
E
1
E
1
H
t
cos
z
cos
E
2
H
1 1 1 xo 1 y
j z j z
1 1 xo 1 ys 1 1e
e
E
H
Jika,
H
y1
Re
H
ys1e
jt
maka :
Gelombang berdiri medan magnet, berbeda fasa sebesar /2 terhadap medan
listrik. Amplitudo Hyi maksimum terjadi pada kedudukan Ex1 = 0, sehingga tidak
terjadi transmisi daya rata-rata
Gelombang Jatuh Normal
t
sin
z
sin
E
2
E
x1
xo1
1
Kasus 2 :
Daerah 1 Dielektrik Sempurna Daerah 2 Dielektrik SempurnaGelombang Jatuh Normal
Untuk kasus : daerah 1 dielektrik sempurna, dan
daerah 2 dielektrik sempurna, akan memberikan kondisi yang lebih umum. Ada gelombang yang dipantulkan dan ada gelombang yang diteruskan. Jika misalkan, 1 = 300 dan 2 = 100
Daerah 1 Daerah 2 1 1 1 1 1 , , , 1 1
,
H
E
E
2,
H
2 1 1,
H
E
glb datang glb terus glb pantul z = 0z
x
2 2 2 2 2 , , , dan,
m
V
100
E
xo1
maka :• Intensitas medan magnet datang :
A
m
333
,
0
300
100
E
H
1 1 xo 1 yo
10
Gelombang Jatuh Normal
• Intensitas medan yang dipantulkan : • Intensitas medan yang diteruskan :
A
m
167
,
0
300
50
E
H
1 1 xo 1 yo
m
A
500
,
0
100
50
E
H
2 2 xo 2 yo
V
m
50
100
300
100
300
100
E
E
xo1 1 2 1 2 1 xo
V
m
50
100
300
100
100
2
E
2
E
xo1 1 2 2 2 xo
• Daya datang : • Daya pantul : • Daya Terus :
2
1 yo 1 xo av , 1m
Watt
67
,
16
H
.
E
2
1
P
2
1 yo 1 xo av , 1m
Watt
17
,
4
H
.
E
2
1
P
2
2 yo 2 xo av , 2m
Watt
50
,
12
H
.
E
2
1
P
Terpenuhi konservasi energi,
P
1,avP
1,avP
2,avC. Konsep Standing Wave Ratio
Pengukuran pada sistem transmisi
yang sederhana adalah pengukuran perbandingan amplitudo kuat medan listrik dan magnet untuk bermacam posisi dalam bahan.
2 1 1
gelombang berdiri murni
1 1 1, , Bahan#1 Bahan#2 2 Konduktor sempurna
z
dan
H
f
z
f
E
Pengukuran kuat medan dapat dilakukan dengan probe berupa ujung kabel koaksial
dikupas jika dipasang sejajar medan listrik, atau berupa loop kecil ditembus medan magnet akan membaca kuat medan relatif jika tegangan dan arus yang dihasilkan disearahkan. Arus dan tegangan yang disearahkan ini dapat dibaca langsung setelah dikuatkan lebih dahulu.
Gelombang datar uniform menghasilkan pembacaan yang tetap untuk medium tak
meredam , sedangkan fasa akan tergeser sebesar (z2 - z1) jika probe bergerak dari z1 ke z2 , hanya saja probe tidak peka terhadap perubahan dan pembacaan fasa.
Nachwan Mufti A Modul 4 Gelombang Datar Lintas Medium 12
t
sin
z
sin
E
2
E
x1
xo1
1
Konsep Standing Wave Ratio
Untuk gelombang berdiri murni, gelombang
datang akan dipantulkan seluruhnya dan persamaan gelombang berdiri murni sudah kita turunkan pada halaman-6 , seperti disamping :
Pada gelombang berdiri murni, akan terbaca titik-titik yang menunjukkan harga 0 setiap
jarak ½ seperti terlihat pada gambar di halaman sebelumnya (halaman-11).
Jika bahan#2 merupakan dielektrik sembarang
, maka sebagian energi akan dipantulkan , dan sebagian lagi diteruskan ke bahan#2. Sehingga, pada bahan#1 terdapat komponen gelombang berjalan dan berdiri sekaligus.Akan terlihat dari pengukuran, bahwa harga 0 (nol) untuk kuat medan tidak ada, akan tetapi tetap terdapat harga maksimum dan minimum. Derajat terbaginya gelombang menjadi gelombang berjalan dan gelombang berdiri dinyatakan dengan perbandingan harga maksimum terhadap harga minimum gelombang yang bersangkutan, dan inilah
yang dimaksud sebagai Standing Wave Ratio (SWR), dan dapat dibaca melalui probe atau loop.
min
E
maks
E
SWR
1 x 1 x
Konsep Standing Wave Ratio
Daerah 1 Daerah 2 1 1 1 1 1 , , , 1 1,
H
E
E
2,
H
2 1 1,
H
E
glb datang glb terus glb pantul z = 0z
x
2 2 2 2 2 , , ,
z j z j 1 xo z j 1 xo z j 1 xo 1 xs 1 xs 1 xs 1 1 1 1e
e
E
e
E
e
E
E
E
E
Kuat medan total di daerah 1 :
Medan total di daerah #1 akan maksimum
, jika gelombang datang dan gelombang pantul sefasa atau berbeda fasa sebesar kelipatan 2
1z
maks 1z
maks 2
n
dst
...
,
2
,
1
,
0
n
Nachwan Mufti A Modul 4 Gelombang Datar Lintas Medium
14
Konsep Standing Wave Ratio
Sehingga,
medan maksimum akan terjadi pada titik :
n
2
2
z
maksdst
...
,
2
,
1
,
0
n
Medan total di daerah #1 akan minimum
, jika gelombang datang dan gelombang pantul berbeda fasa sebesar atau 180o
1z
min 1z
min 2
n
dst
...
,
2
,
1
,
0
n
Sehingga,
medan minimum akan terjadi pada titik :
2
n
2
2
z
mindst
...
,
2
,
1
,
0
n
Konsep Standing Wave Ratio
Standing Wave Ratio (SWR)
Telah dijelaskan bahwa Standing Wave Ratio (SWR) adalah :
Derajat terbaginya gelombang menjadi gelombang berjalan dan gelombang berdiri dinyatakan dengan perbandingan harga maksimum terhadap harga minimum
gelombang yang bersangkutan. Didefinisikan dari penurunan sebelumnya :
1
1
min
E
maks
E
SWR
1 x 1x Karena harga mutlak koefisien pantul selalu < 1,
maka SWR selalu positif.
Pada daerah perbatasan, z = 0, harga SWR adalah :
0 0 0
1
1
SWR
dimana, 1 2 1 2 0
z = 01
2
Jika daerah #1 tidak meredam
, maka koefisien pantul akan ‘dirasakan’ sama di semua titik di daerah #1Nachwan Mufti A Modul 4 Gelombang Datar Lintas Medium
16
Konsep Standing Wave Ratio
1 2 1 2 0
z = 01
2
Jika daerah #1 meredam
akan ‘dirasakan’ tidak sama pada titik yang berbeda di , maka koefisien pantul daerah #1daerah 1 daerah 2
Jika daerah #1 adalah meredam (dielektrik tak sempurna),
z = -d
P
d
d d d1
1
SWR
Maka SWR di jarak d dari bidang batas adalah :
d 2 0 d
e
Dari rumus di atas
kita mendapati kenyataan bahwa, untuk medium 1 meredam, maka koefisien pantul akan dirasakan semakin kecil jika jarak titik P terhadap bidang batas semakin besar. Sedemikian, SWR juga akan dirasakan semakin kecil.d 2 0 d 2 0 d
e
1
e
1
SWR
D. Gelombang Lintas 3 Medium
dan Matching Gelombang
Pembahasan mengenai gelombang lintas 3 (tiga) medium umumnya adalah untuk kuantisasi matching gelombang, seperti yang terjadi pada radome (kubah pelindung antena). 0 -L Radome
0
1
1
2
2
Analisis matching gelombang dengan radome
dilukiskan dengan penampang melintang di bawah ini. Daerah 1 adalah daerah dimana antena ditempatkan (berupa udara), daerah 2 adalah lapisan radome, sedangkan daerah 3 adalah udara bebas
Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3
18
Gelombang Lintas 3 Medium
dan Matching Gelombang
0 -L Radome
0
1
1
2
2
in
Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3
z
Medan total pada daerah 1, medium lossless, untuk z = -L
j z j z
1 xo 1 xs 1 1e
e
E
E
j z j z
1 1 xo 1 ys 1 1e
e
E
H
= Impedansi Input,
didefinisikan sebagai :L j L j L j L j 1 1 1 1 1
e
e
e
e
z = -L 1 ys 1 xs inH
E
Impedansi Input ….
Gelombang Lintas 3 Medium
dan Matching Gelombang
1 2 1 2
L j L j L j L j 1 in 1 1 1 1e
e
e
e
L
tan
j
L
tan
j
1 2 1 1 1 2 1 in
2 1dan
real, tak meredamL
sin
j
L
cos
e
j1L
1
1 0 -L Radome 0 1 1
2
2
in
Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3
z
Matching Gelombang ...
Syarat matching :
in
2
Pada daerah antena(daerah 1) tidak terdapat pantulan gelombang
Nachwan Mufti A Modul 4 Gelombang Datar Lintas Medium
20
Gelombang Lintas 3 Medium
dan Matching Gelombang
Syarat matching :
in
2
Pada daerah antena(daerah 1) tidak terdapat pantulan gelombang
L
tan
j
L
tan
j
1 2 1 1 1 2 1 2 in
L
tan
j
L
tan
j
22 1 1 2 12 1 2 1
Persamaan terakhir akan dapat terpenuhi jika :
0
L
tan
1
1L
n
2
n
L
12
n
L
,
1
n
1Pada ketebalan tersebut, gelombang di daerah #1 tidak
dipantulkan dan diteruskan seluruhnya. Pantulan hanya terjadi pada daerah #2. Radome biasanya dibuat dari bahan yang ringan dan cukup tipis.
Antena di dalam radome untuk hubungan LOS
E. Persamaan Gelombang Jatuh Miring
Pada gelombang yang jatuh miring pada bidang batas, secara
umum ada gelombang yang dipantulkan, dan ada juga gelombang yang diteruskan tetapi dibelokkan. Hal ini disebut sebagai fenomena
pembiasan.
Sebelum kita membahas tentang gelombang yang jatuh miring pada bidang batas, ada baiknya kita mempelajari tentang persamaan gelombang yang miring relatif terhadap sumbu-sumbu koordinat.
22
Persamaan Gelombang Jatuh Miring
Jika gelombang medan listrik merambat dalam suatu medium tak meredam ke arah sumbu z positif, dan bergetar searah sumbu-x, maka dapat dituliskan dalam bentuk fasor sebagai berikut :
x z j 0
e
aˆ
E
E
y z j 0aˆ
e
E
H
x y z E H PPerhatikanlah bahwa untuk gelombang jatuh
miring seperti di samping kita dapat menuliskan :
' x ' z j 0
e
aˆ
E
E
y ' z j 0aˆ
e
E
H
Visualisasi gelombang dengan arah
rambatan sembarang
x z E H P sumbu x’ sumbu z’ z’ x y zPersamaan Gelombang Jatuh Miring
' x ' z j 0e
aˆ
E
E
y ' z j 0aˆ
e
E
H
Sedangkan, dapat dituliskan juga ...
x
sin
z
cos
'
z
aˆ
cos
aˆ
sin
'
aˆ
x x zSehingga, jika disubstitusikan akan didapatkan :
sin
ˆ
cos
ˆ
e
E
E
0 j xsin zcosa
xa
z
aˆ
e
E
H
0 j xsinzcos so simple... x z E H P sumbu x’ sumbu z’ z’ x y z 24
Persoalan yang lebih umum
dapat dilihat pada kasus di samping ini.Misalkan :
• Garis putus-putus adalah arah
perambatan gelombang, diwakili oleh vektor :
nˆ
nˆ
vektor satuan, normalterhadap bidang equiphase
(bidang dengan fasa yg sama) • Panah vektor r vektor posisi dari
titik pusat ke suatu titik M pada bidang equiphase
• Garis PW adalah garis pada bidang equiphase
Maka, dapat diamati bahwa :
x y y x z z P W nˆ
r
M
konstan
r
nˆ
x
aˆ
xy
aˆ
yz
aˆ
z Persamaan bidang equiphase !!
konstan
r
nˆ
x
aˆ
xy
aˆ
yz
aˆ
z
cos
cos
cos
konstan
x
xy
yz
zSekarang kita dapat menyimpulkan
, persamaan medan listrik dan magnet untuk arah sembarang , sbb :
r
j
m
e
E
ˆ
E
nˆ
E
H
Persamaan Gelombang Jatuh Miring
E
H
E
H
nˆ
Nachwan Mufti A Modul 4 Gelombang Datar Lintas Medium
26
F. Gelombang Lintas Medium, Jatuh Miring
z y x i
r i
r
iE
E
r iH
rH
Konduktor sempurna“ Hukum Snellius untuk pantulan “
r i
Free space
Ekspresi medan total di free space :
r j r 0 r j i 0 r i r i
E
ˆ
e
e
E
ˆ
E
E
E
dimana,
r r
r i i icos
z
sin
x
r
cos
z
sin
x
r
Kasus 1 :
Medium pemantul konduktor sempurna
Pada medium pemantul adalah konduktor sempurna, gelombang akan dipantulkan seluruhnya
Gelombang Lintas Medium, Jatuh Miring
1 1v
AE
v
CB
Kasus 2 :
Medium pemantul dielektrik
Pada medium pemantul adalah dielektrik, sebagian gelombang akan dipantulkan dan sebagian lagi dibiaskan
r i
2 1v
AD
v
CB
• Untuk gelombang pantul dan
• Untuk gelombang yang dibiaskan :
sehingga, 1 1 2 2 2 1 t i
v
v
sin
sin
AD
CB
Nachwan Mufti A Modul 4 Gelombang Datar Lintas Medium
28
Gelombang Lintas Medium, Jatuh Miring
Pada kasus yang umum, , nonferromagnetik
0 2 1
sehingga, 1 2 t isin
sin
“ Hukum Snellius untuk
pembiasan “
Kasus 2 : Medium pemantul dielektrik
Koefisien Pantul ….
1 1 2 2 t isin
sin
1) Polarisasi Vertikal
i 1 t 2 i 1 t 2 vcos
cos
cos
cos
Medan E terletak pada bidang jatuh, dan medan H sejajar perbatasan medium
i 2 1 2 i 1 2 i 2 1 2 i 1 2 v sin cos sin cos
Sebagai fungsi sudut datang saja,
magnitudo koefisien pantul polarisasi vertikal dapat dinyatakan disamping
Gelombang Lintas Medium, Jatuh Miring
Kasus 2 : Medium pemantul dielektrik
Sudut Brewster
• Sudut datang ketika koefisien pantul
minimum !!
• Fasa akan berubah tanda setelah sudut Brewster Sudut Brewster, B : 2 1 2 B 2
sin
1 2 Btan
Atau, lihat penurunannya pada buku Iskander hal 456 !!
Nachwan Mufti A Modul 4 Gelombang Datar Lintas Medium
30
Koefisien Pantul ….
2) Polarisasi Horisontal
Gelombang Lintas Medium, Jatuh Miring
Kasus 2 : Medium pemantul dielektrik
i 2 1 2 i i 2 1 2 i h
sin
cos
sin
cos
Medan E sejajar bidang perbatasan, medan H terletak pada bidang jatuh,
incident plane
Bidang jatuh
Lihat penurunannya pada buku Iskander hal 458
t 1 i 2 t 1 i 2 h
cos
cos
cos
cos
Sebagai fungsi sudut datang saja, magnitudo koefisien pantul polarisasi vertikal dapat dinyatakan di bawah ini :
Gelombang Lintas Medium, Jatuh Miring
Kasus 2 : Medium pemantul dielektrik
Koefisien Transmisi
(Koefisien Terus) ….1) Polarisasi Vertikal / polarisasi sejajar
2) Polarisasi Horisontal / polarisasi tegak lurus
t 2 i 1 i 2 v
cos
cos
cos
2
t 1 2 i i hcos
cos
cos
2
0 2 1
t 1 i 2 i 2 hcos
cos
cos
2
t i 1 2 i vcos
cos
cos
2
0 2 1
Nachwan Mufti A Modul 4 Gelombang Datar Lintas Medium
32
Gelombang Lintas Medium, Jatuh Miring
Kasus 2 : Medium pemantul dielektrik
Sudut Kritis
(Critical Angle)Sudut kritis
adalah sudut datang ketika sudut biasnya 90o.Untuk kedua bahan nonferoomagnetik, dapat dibuktikan dari hukum Snellius I :
1 2 c
sin
Gelombang Lintas Medium, Jatuh Miring
Kasus 2 : Medium pemantul dielektrik
Koefisien pantul sebagai fungsi sudut jatuh
untuk gelombangberpolarisasi horisontal dan vertikal dari udara ke air dan ke parafin, dianggap = 0
Dengan referensi bidang jatuh, polarisasi sering disebut sebagai polarisasi paralel
34
Kasus 2 : Medium pemantul dielektrik
Gelombang Lintas Medium, Jatuh Miring
Dalam perambatan gelombang antara pemancar dan penerima
di atas permukaan bumi
(komunikasi terestrial) koefisien pantul digambarkan untuk nilai-nilai , , dan dari permukaan bumi tertentu untuk daerah
frekuensi tertentu pula ,
sebagaimana digambarkan di samping : i o j
90
;
R
e
R
R
Jika,1
R
R
maka
0
v
h
Dalam praktek R ~ 0,96 - 0,98 berlaku untuk hubungan terestrial, karena
G. Polarisasi Gelombang Lintas Medium
Pemantulan akan mengubah arah orientasi polarisasi
dari gelombang, seperti terlihat gambar berikut. Sebaliknya, gelombang yang dibiaskan adalah tetap arah orientasi polarisasinyaNachwan Mufti A Modul 4 Gelombang Datar Lintas Medium 36