• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN ANGGARAN 2015 DIREKTORAT INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN ANGGARAN 2015 DIREKTORAT INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DARAT"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI

PEMERINTAH (LAKIP)

TAHUN ANGGARAN 2015

DIREKTORAT INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DARAT

DIREKTORAT INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DARAT

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI LOGAM, MESIN, ALAT TRANSPORTASI DAN

ELEKTRONIKA

(2)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat i

Daftar Isi

Daftar Isi ... i

Kata Pengantar ... ii

Ringkasan Eksekutif ... iii

BAB I Pendahuluan ... 1

Umum ... 1

Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi ... 1

Peran Strategis ... 2

BAB II Perencanaan Kinerja ... 4

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019 ... 4

Sasaran ... 4

Strategi dan Kebijakan ... 10

Rencana Anggaran... 14

BAB III Akuntabilitas Kinerja ... 16

Pengukuran Capaian Kinerja ... 16

Analisis Capaian Kinerja Tahun 2015 ... 17

Industri Otomotif ... 17

Industri Kereta Api ... 22

Industri Sepeda ... 23

Capaian Sasaran Kinerja ... 24

Realisasi Anggaran ... 32

BAB IV Penutup ... 34

Kesimpulan ... 34

(3)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat ii

Kata Pengantar

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud pertanggung jawaban dalam mencapai visi dan misi serta tujuan instansi pemerintah dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan secara baik dan benar (Good Governance). Laporan Kinerja ini disusun berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 29/2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Keputusan Menteri Perindustrian RI Nomor: 75/M-IND/PER/9/2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Perindustrian.

Capaian kinerja yang termuat dalam laporan ini merupakan realisasi kinerja dari target-target kinerja yang telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja (Tapkin) Direktorat Industri Alat Transportasi Darat. Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat selain sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas Direktorat Industri Alat Transportasi Darat selama tahun 2015, juga kiranya dapat sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi seluruh pemangku kepentingan dan umpan balik bagi organisasi Direktorat Industri Alat Transportasi Darat guna meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya kepada kita dalam membina serta memajukan Industri Alat Transportasi Darat.

Jakarta, Januari 2016 Direktur

Industri Alat Transportasi Darat Ub.

Kasubdit Program, Evaluasi dan Pelaporan

(4)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat iii

Ringkasan Eksekutif

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud pertanggungjawaban dari instansi pemerintah untuk melaporkan akuntabilitas dan kinerjanya selama satu tahun anggaran yang telah berjalan. LAKIP Direktorat Industri Alat Transportasi Darat (IATD) 2015 disusun untuk menginformasikan mengenai akuntabilitas dan kinerja direktorat selama tahun anggaran 2015.

Dalam mewujudkan visi dan misi direktorat IATD, disusunlah sasaran strategis dengan indikator-indikator yang dapat diukur. Capaian sasaran strategis inilah yang akan diukur sebagai perwujudan kinerja. Pada perjanjian kinerja (Perkin) 2015 terdapat 4 (empat) sasaran strategis dari perspektif stakeholder yang disertai dengan total 8 (delapan) indikator dan 6 (enam) sasaran strategis dari perspektif tugas pokok dan fungsi yang memiliki 8 (tujuh) indikator.

Dari 8 indikator pada sasaran strategis perspektif stakeholder, terdapat 4 indikator yang berhasil mencapai target. Sedangkan untuk sasaran strategis perspektif tugas pokok dan fungsi, dari 8 indikator, hanya 1 indikator yang belum tercapai. Capaian pada tahun 2015 ini beberapa mengalami peningkatan dan beberapa mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2014). Selain itu juga terjadi penyesuaian target dari tahun-tahun sebelumnya dengan menyesuaikan kembali dengan kondisi perkembangan industri alat transportasi darat terkini.

Sasaran kuantitatif industri kendaraan bermotor jangka panjang sesuai dengan Permenperin 123/M-IND/PER/10/2009 beserta capaiannya pada tahun 2015 untuk industri KBM Roda-4 dan Roda-2 adalah sebagai berikut:

Uraian Target s/d Tahun 2015 (unit) Realisasi s/d Tahun 2015 (Jan-Nov) (unit) KBM Roda - 4 Produksi 1.244.000 1.028.329 Penjualan 1.251.000 939.896 Ekspor 220.000 195.799 KBM Roda - 2 Produksi 12.000.000 7.282.684 Penjualan 11.850.000 6.523.080 Ekspor 47.000 6.309.946

Realisasi keuangan pada tahun 2015 mencapai 81,95% dari total anggaran Rp. 40.700.000.000,- atau sebesar Rp. 33.354.174.274,-. Realisasi keuangan ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan realisasi tahun 2014 yang hanya sebesar 22,24%. Namun penyerapan anggaran tahun 2015 belum maksimal, masih terdapat

(5)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat iv beberapa kegiatan yang belum terlaksana terutama kegiatan APBN-P karena terbatasnya waktu penyelenggaraan. Hingga akhir tahun 2015, penyerapan dana APBN-P sebesar 69,21% sedangkan untuk kegiatan baseline mencapai 96,29%.

(6)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 1

BAB I

Pendahuluan

Umum

Industri alat transportasi darat merupakan industri yang berkembang dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Semakin banyak jumlah pabrik perakitan maupun komponen alat transportasi darat (khususnya otomotif) di Indonesia. Pertumbuhan ini dipacu oleh peluang pasar alat transportasi darat yang besar di Indonesia. Sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar, Indonesia menjadi sasaran pemasaran produk yang baik, utamanya alat transportasi. Meskipun alat transportasi umum telah tersedia, namun kecenderungan untuk memiliki kendaraan pribadi masih tetap tinggi. Hal ini dipicu oleh kemudahan dan fleksibilitas waktu yang diperoleh dengan memiliki kendaraan pribadi. Pertumbuhan industri ini memberikan peluang penyerapan tenaga kerja yang lebih besar. Perkembangan industri hilir (perakitan) memicu pertumbuhan industri hulu dan antara sebagai pendukungnya.

Selain penanaman modal asing, saat ini juga telah bermunculan industri dalam negeri (lokal) dalam bidang industri alat transportasi darat. Selain itu industri komponen pendukung sebagai after sales services juga semakin banyak. Dengan demikian diharapkan ke depannya industri alat transportasi darat dalam negeri akan terus berkembang dan mampu bersaing dengan industri luar negeri sehingga ketergantungan terhadap produk luar negeri dapat berkurang.

Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi

Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 105/M-IND/PER/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian Direktorat Industri Alat Transportasi Darat (Dit. IATD) mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Industri Alat Transportasi Darat yang meliputi: 1. Industri Otomotif (KBM Roda-2 dan Roda-4) dan komponennya

2. Industri Kereta Api 3. Industri Sepeda

Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Industri Alat Transportasi Darat (IATD) menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

(7)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 2 2. Penyiapan perumusan kebijakan termasuk penyusunan peta panduan pengembangan

klaster Industri Alat Transportasi Darat;

3. Penyiapan pelaksanaan kebijakan termasuk pengembangan klaster Industri Alat Transportasi Darat yaitu Klaster Otomotif dan Kereta Api;

4. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang Industri Alat Transportasi Darat;

5. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang Industri Alat Transportasi Darat 6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan manajemen kinerja Direktorat.

Struktur Organisasi Direktorat Industri Alat Transportasi Darat adalah sebagai berikut:

Gambar 1 Struktur Organisasi Direktorat Industri Alat Transportasi Darat

Peran Strategis

Industri alat transportasi darat sebagai salah satu industri prioritas pengembangan sektor industri, memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian Indonesia, kontribusi sektor industri alat angkut, mesin dan peralatannya terhadap PDB Indonesia ialah sebesar 5,65 % pada tahun 2012 dan 5,78 % pada tahun 2013 (sampai dengan triwulan III), dengan laju pertumbuhan sebesar 6,94 % pada tahun 2012 dan 10,04 % pada tahun 2013

(8)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 3 (sampai dengan triwulan III). Hal ini disebabkan antara lain karena semakin meningkatnya permintaan akan moda transportasi barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara sejalan dengan tumbuhnya perekonomian Indonesia.

Sejalan dengan Kebijakan Industri Nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 proses pengembangan industri nasional diarahkan untuk menerapkan prinsip-prinsip pembangunan industri berkelanjutan yang didasarkan pada beberapa aspek diantaranya lingkungan dan pengembangan teknologi. Pengembangan industri dilakukan melalui pendekatan klaster yang mengintegrasikan secara sinergi semua potensi pengembangan industri yaitu industri inti (core industry) dengan industri pemasok serta industri terkait lainnya termasuk potensi infrastruktur pendukung, lembaga litbang/perguruan tinggi, dan balai-balai industri yang diharapkan dapat menjadi generator inovasi dalam meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk industri nasional.

Industri Alat Transportasi Darat merupakan sektor industri yang berbasis kepada teknologi tinggi, dimana penguasaan teknologi, sumber daya dan kemampuan manajerial menjadi faktor penting penumbuhan industri. Cabang industri ini secara umum tumbuh dengan cepat dan stabil sehingga memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap perekonomian nasional. Sebagai salah satu sektor industri unggulan masa depan yang menjadi prioritas pengembangan nasional maka Kegiatan Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat sangat diperlukan untuk memperkuat pengembangan sektor ini sehingga memberikan sumbangan yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan taraf hidup masyarakat.

(9)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 4

BAB II

Perencanaan Kinerja

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019

Visi Direktorat Industri Alat Transportasi Darat adalah Indonesia Menjadi Basis Produksi Industri Otomotif dan Komponen Kelas Dunia.

Untuk mendukung pencapaian visi tersebut, misi yang akan dilaksanakan antara lain:

1. Perkuatan struktur industri otomotif melalui peningkatan kemampuan industri komponen dan infrastruktur teknologi.

2. Peningkatan daya saing industri otomotif melalui peningkatan kemampuan SDM dan manajemen industri.

3. Peningkatan penguasaan teknologi dan R&D industri otomotif.

Sasaran

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019, rencana pembangunan industri alat transportasi darat adalah sebagai berikut:

(10)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 5

Tabel 1 Rencana Pembangunan Industri Alat Transportasi Darat 2015 – 2019

Sedangkan berdasarkan Rencana Strategis Ditjen. ILMATE 2015 – 2019, pengembangan industri alat transportasi 2015 – 2019 adalah sebagai berikut:

a. Membangun pusat R&D pengembangan kendaraan bermotor dan komponennya. b. Meningkatkan kerjasama industri otomotif, industri bahan baku dan perguruan

tinggi.

c. Meningkatkan kemampuan lembaga-lembaga uji yang bertaraf internasional.

d. Meningkatkan kerjasama industri dengan industri kendaraan bermotor utama di dunia

e. Memanfaatkan jaringan pemasaran global bagi produk komponen kendaraan bermotor

Kendaraan Bermotor

Industri otomotif telah dikembangkan selama lebih dari 30 tahun dan telah turut memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap perekonomian nasional. Pengembangan industri otomotif sangat strategis karena beberapa hal, di antaranya:

- Memiliki keterkaitan yang luas dengan sektor ekonomi lainnya, - Menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak,

- Dapat menjadi penggerak pengembangan industri kecil menengah, - Menggunakan teknologi sederhana sampai teknologi tinggi.

(11)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 6 Basis pengembangan industri otomotif nasional ke depan cukup baik, dikarenakan beberapa hal seperti:

- Potensi pasar dalam negeri yang cukup besar,

- Sudah memiliki basis ekspor ke beberapa negara di dunia,

- Pengalaman dalam proses produksi yang cukup lama yaitu selama lebih dari 30 tahun.

Berdasarkan KBLI, lingkup industri otomotif meliputi:

Tabel 2 Lingkup Industri Otomotif

KBLI URAIAN

34100 Industri kendaraan bermotor roda empat atau lebih 34200 Industri karoseri kendaraan bermotor roda empat atau lebih

34300 Industri komponen dan perlengkapan kendaraan bermotor roda 4 atau lebih 35911 Industri sepeda motor dan sejenisnya

35912 Industri komponen dan perlengkapan sepeda motor dan sejenisnya

Sesuai dengan Permenperin 123/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Kendaraan Bermotor 2015 – 2019, sasaran kuantitatif dan kualitatif jangka panjang dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

(12)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 7

Gambar 2 Sasaran Kuantitatif Jangka Panjang Industri Otomotif

Gambar 3 Sasaran Kualitatif Jangka Panjang Industri Otomotif

Pengembangan industri otomotif ke depan akan diarahkan pada pengembangan kendaraan sedan kecil, kendaraan niaga, sepeda motor dan komponen kendaraan bermotor dengan penekanan pada kendaraan ramah lingkungan dan hemat energi.

(13)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 8

Kereta Api

Kereta api adalah jenis transportasi yang dapat merupakan jawaban terhadap tuntutan angkutan massal yang memberikan jaminan ketepatan waktu, kenyamanan dan keamanan penumpang atau barang. Kereta api juga dapat merupakan jawaban untuk efisiensi bahan bakar dan pelestarian lingkungan. Mengacu pada bangunan industri 2020, dimana yang akan menjadi pilar utama perindustrian Indonesia yang disebut juga sebagai pilar masa depan adalah industri agro, industri telematika dan industri alat angkut (transportasi). Kereta api sebagai salah satu moda transportasi yang ditemukan pada awal revolusi industri, saat ini daya saingnya menurun. Namun terdapat pertumbuhan pada angkutan perkotaan, kereta api cepat dan kereta api barang.

Indonesia memiliki industri strategis untuk industri kereta api ini yaitu PT. Industri Kereta Api (PT. INKA) yang saat ini sepenuhnya dikuasai dan dimiliki oleh negara Republlik Indonesia. Kondisi geografis dan demografi Indonesia menjadikan industri ini mendesak untuk dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan saat ini.

Adapun Industri Kereta api meliputi antara lain: 1. Industri manufakturing sarana kereta api 2. Jasa rehabilitasi/retrofit sarana kereta api 3. Jasa engineering dan trading kereta api 4. Diversifikasi poduk

Sesuai dengan Permenperin 126/M-IND/PER/10/2009 tanggal 14 Oktober 2009, sasaran daripada Industri Perkeretaapian adalah mengembangkan produk-produk andalan berupa:

 Kereta barang, yang antara lain diperuntukkan sebagai kereta bagasi Jawa, gerbong kontainer Jawa, Gerbong batu bara Kaltim dan gerbong batu bara Sumsel.

 Kereta penumpang, diperuntukkan bagi angkutan penumpang antar kota meliputi kereta ekonomi, kereta argo, kereta anggrek dan kereta ekspor.

 Kereta rel lisrik, diperuntukkan bagi angkutan penumpang dalam kota pengembangannya meliputi antara lain KRL ekonomi.

 Kereta rel diesel, diperuntukkan bagi angkutan penumpang dalam kota pengembangannya meliputi antara lain KRD, KRDE, KRD-I, Railbus.

Adapun produk andalan Industri Kereta Api dalam negeri (PT. INKA) dapat dilihat pada gambar 4.

(14)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 9

(15)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 10

Strategi dan Kebijakan

Berdasarkan Rencana Strategik (Renstra) Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin Alat Transportasi dan Elektronika 2015 – 2019, potensi dan permasalahan pada Industri Alat Transportasi dapat dilakukan analisa berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan agar dapat menentukan arah, strategi dan kebijakan industri alat transportasi dimasa yang akan datang. Analisa SWOT sektor industri alat transportasi dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3 Analisa SWOT sektor Industri Alat Transportasi

Kekuatan:

a. Negara kepulauan dan memiliki wilayah laut yang luas, sebagai lahan ekonomi.

b. Pengalaman dalam proses produksi/perakitan industri alat transportasi.

c. Sudah berkembangnya industri komponen alat transportasi serta industri pendukung.

d. Memiliki tenaga kerja yang berpengalaman dalam bidang produksi, rancang bangun dan perekayasaan dan manufaktur alat transportasi. e. Besarnya potensi/peluang pasar DN (jumlah

penduduk cukup besar, daya beli semakin meningkat).

f. Pasar ASEAN dan APEC terutama dengan adanya kerjasama AFTA dan APEC.

g. Tren global Sourcing, terutama untuk bahan baku. h. Telah memiliki Pusat Desain dan Rekayasa Kapal

Nasional (PDRKN).

i. Memiliki institusi pendidikan di bidang perkapalan dan alat pertahanan.

Kelemahan:

a. Ketergantungan teknologi proses dan teknologi produk yang masih tinggi kepada prinsipal atau pemilik teknologi di luar negeri.

b. Ketergantungan terhadap bahan baku dan komponen impor yang masih tinggi.

c. Kurangnya kebijakan pemerintah yang mendukung berkembangnya merk dagang industri nasional dan kemandirian teknologi.

d. Infrastruktur teknologi pendukung (sertifikasi, laboratorium uji komponen, dll) masih belum memadai.

e. Kurang dukungan dari Perbankan terutama untuk industri perkapalan.

f. Fasilitas produksi industri galangan kapal sebagian besar berusia tua.

Peluang:

a. Besarnya potensi/peluang pasar DN (jumlah penduduk cukup besar, daya beli semakin meningkat).

b. Pasar ASEAN dan APEC terutama dengan adanya kerjasama AFTA dan APEC.

c. Tren global Sourcing, terutama untuk bahan baku d. Tumbuhnya industri sepeda motor dengan

teknologi dari berbagai sumber.

e. Besarnya pasar di Timur Tengah dan Afrika. f. Meningkatnya pasar dalam negeri yang menjadi

load base pengembangan industri perkapalan dan pasar ekspor yang semakin terbuka.

g. Adanya relokasi industri perkapalan dari negara-negara maju.

h. Adanya lembaga keuangan Non Bank untuk pemberdayaan industri perkapalan seperti PT. Pann.

i. Adanya Inpres No. 5 / 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional termasuk industri perkapalan.

j. Fasilitas untuk industri pertahanan sudah mendukung.

Tantangan

a. Adanya upaya-upaya penerapan hambatan non tarif (TBT) di negara tujuan ekspor yang dapat menghambat upaya ekspor.

b. Masyarakat dalam negeri cenderung lebih menyukai produk impor karena alasan kualitas lebih baik. c. Tuntutan pasar semakin meningkat terutama yang

berkaitan dengan aspek keselamatan dan lingkungan.

d. Kurang sinerginya koordinasi antar lembaga terkait dan antar Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota.

e. Negara-negara pesaing di ASEAN berkembang pesat demikian pula di Asia (RRC) lebih pesat lagi perkembangannya.

f. Kurangnya komitmen pemerintah di sektor maritim. g. Iklim investasi belum berpihak kepada investor lokal

yang ada di luar Batam, sementara fasilitas kemudahan di Batam lebih dinikmati oleh PMA. h. Kurangnya advokasi kepada konsumen untuk

pengadaan produk maritime dan alat pertahanan dari dalam negeri.

(16)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 11

Kendaraan Bermotor

Pengembangan industri otomotif ke depan akan diarahkan pada pengembangan kendaraan sedan kecil, kendaraan niaga, sepeda motor dan komponen kendaraan bermotor dengan penekanan pada kendaraan ramah lingkungan dan hemat energi.

Dalam rangka mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan maka strategi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Sektor

- Memperkuat basis produksi kendaraan niaga, kendaraan penumpang kecil, dan sepeda motor.

- Meningkatkan kemampuan teknologi produk dan manufaktur industri komponen kendaraan bermotor.

- Memperkuat struktur industri pada semua rantai nilai melalui pengembangan klaster otomotif.

- Pengembangan keterkaitan rantai supply melalui klaster.

2. Teknologi

- Pengembangan desain engineering

- Pengembangan produk komponen otomotif - Manufakturing penuh sepeda motor utuh.

Kereta Api

Adapun visi Industri Perkeretaapian adalah menjadi perusahaan manufaktur kelas dunia dalam sarana kereta api dan transportasi yang unggul di Indonesia dengan misinya adalah menciptakan daya saing bisnis dan teknologi dalam produk sarana kereta api dan transportasi untuk menguasai pasar domestik dan memenangkan kompetisi di pasar ASEAN dan negara berkembang.

Industri kereta api berusaha meningkatkan nilai tambah dengan melakukan pengembangan teknologi yang menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Peningkatan nilai tambah yang disebabkan pengembangan teknologi yang berdasarkan kebutuhan dapat dilihat pada Gambar 5, sedangkan arah pengembangan teknologinya dapat dilihat pada Gambar 6.

(17)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 12

Gambar 5 Grafik Peningkatan Nilai Tambah

Gambar 6 Arah Pengembangan Teknologi Kereta Api

Dalam rangka pencapaian visi dan misi, maka disusunlah sasaran strategis Pengembangan Industri Alat Transportasi Darat, sesuai dengan Key Performance Indicator yang telah ditetapkan dalam rencana kinerja. Sasaran strategis tahun 2015 dari Direktorat Industri Alat Transportasi Darat dan indikator kinerjanya dapat dilihat pada tabel 4 berikut.

(18)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 13

Tabel 4 Sasaran Strategis Direktorat Industri Alat Transportasi Darat

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2015

Perspektif

Stake Holder Meningkatnya Industri Alat Transportasi Darat nilai tambah

Laju pertumbuhan Industri Alat Transportasi Darat

11 % Kontribusi Industri Alat Transportasi

Darat terhadap PDB nasional terhadap PDB Nasional

6 %

Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri

Kontribusi ekspor produk Industri Alat Transportasi Darat terhadap ekspor nasional

1,5%

Pangsa pasar produk Industri Alat Transportasi Darat terhadap total permintaan di pasar dalam negeri

90 %

Meningkatnya produktivitas SDM industri

Tingkat Produktivitas dan kemampuan SDM IATD

250.000 Rupiah/tenaga

kerja Penambahan jumlah tenaga kerja

industri (Industri Alat Transportasi Darat)

2500 Orang

Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri

Jumlah investasi di industri hulu dan antara IATD

5 proyek

Tingkat kandungan lokal 10 produk

Perspektif Tugas Pokok dan Fungsi

Tersusunnya usulan insentif yang mendukung pengembangan industri

Mengembangkan R & D di instansi dan industri

Rekomendasi usulan insentif fiskal 1

Perusahaan industri yang memperoleh insentif

15 Kerjasama R&D instansi dengan

industri/ Lembaga

1 Meningkatnya akses pembiayaan

dan bahan baku untuk

meningkatkan kapasitas produksi

Tingkat utilisasi kapasitas produksi 80 % Perusahaan yang mendapat akses ke

sumber pembiayaan *)

0 Perusahaan yang mendapat akses ke

sumber bahan baku

15 Meningkatnya promosi industri

Meningkatnya usulan penerapan SNI

Meningkatnya kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan

Perusahaan mengikuti

seminar/konferensi, pameran, misi dagang/investasi Promosi produk/jasa dan investasi industri

20

Meningkatnya usulan penerapan SNI 1

Sertifikasi asessor *) 0

Terbentuknya Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) *)

0 Terbentuknya Tempat Uji Kompetensi

(TUK) *)

0 Jumlah Standar Kompetensi Kerja

Nasional Indonesia (SKKNI)

1

Ket: *) = target merupakan cascading dari Tapkin Ditjen IUBTT namun tidak menjadi Tapkin Direktorat IATD sehingga target = 0

(19)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 14

Rencana Anggaran

Guna mewujudkan rencana kinerja Direktorat IATD tahun 2015 sesuai dengan arah dan kebijakan yang telah ditetapkan, maka telah disediakan dukungan anggaran berdasarkan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran).

Dana tersebut dipergunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan dalam program DIPA 2015 yang dapat dilihat pada Tabel 5.

(20)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 15

(21)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 16

BAB III

Akuntabilitas Kinerja

Pengukuran Capaian Kinerja

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat pada tahun 2015 memiliki 8 (delapan) sasaran yang akan dicapai. Sasaran ini terjadi dari 4 (empat) sasaran dari perspesktif stakeholder dan 4 (empat) sasaran dari perspektif tugas pokok dan fungsi. Setiap sasaran memiliki beberapa indikator yang disertai dengan target yang akan dicapai. Capaian kinerja sasaran Direktorat Industri Alat Transportasi Darat pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 6 berikut.

Tabel 6 Capaian Indikator Kinerja Utama

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Kinerja Perspektif Stakeholder Tingginya nilai tambah industri Laju pertumbuhan Industri Alat Transportasi Darat 11 % 3,17 % (TW III 2015) 29 %

Kontribusi Industri Alat Transportasi Darat terhadap PDB nasional 6 % 1,87 % (TW III 2015) 31 % Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri

Kontribusi ekspor produk Industri Alat Transportasi Darat terhadap ekspor nasional 1,5 % 2,15 % (s/d Okt 2015) 143 %

Pangsa pasar produk

Industri Alat Transportasi Darat terhadap total permintaan di pasar dalam negeri 90 % 96,51 % 107 % Meningkatnya produktivitas SDM industri Tingkat Produktivitas dan kemampuan SDM IATD 250.000 Rupiah/tenaga kerja n/a - Penambahan jumlah tenaga kerja Industri Alat Transportasi Darat

2..500 Orang 8.146 orang 325 %

Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri

Jumlah investasi di industri hulu dan antara IATD

5 proyek 14 proyek 280 %

Tingkat kandungan lokal

(22)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 17

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian Kinerja Perspektif Tugas Pokok dan Fungsi Tersusunnya usulan insentif yang mendukung pengembangan industri Rekomendasi usulan insentif fiskal 1 Jenis 1 Jenis 100% Perusahaan industri yang memperoleh insentif 15 Perusahaan 28 Perusahaan 186,67 % Mengembangkan R & D di instansi dan industri

Kerjasama R&D instansi dengan industri/ Lembaga 1 Kerjasama 1 Kerjasama 100 % Meningkatnya akses pembiayaan dan bahan baku untuk meningkatkan kapasitas produksi Tingkat utilisasi kapasitas produksi 80 % 73,42 % 91,78 % Perusahaan yang mendapat akses ke sumber pembiayaan *) 0 0 - Perusahaan yang mendapat akses ke sumber bahan baku

15 Perusahaan 28 Perusahaan 186,67 % Meningkatnya promosi industri Perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi dagang/investasi Promosi produk/jasa dan investasi industri

20 Perusahaan 21 Perusahaan (kumulatif) 105 % Meningkatnya usulan penerapan SNI Meningkatnya usulan penerapan SNI 1 SNI 1 100 % Meningkatnya kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan

Sertifikasi asessor *) 0 Org 0 -

Terbentuknya Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) *)

0 LSP/thn 0 -

Terbentuknya Tempat Uji Kompetensi (TUK) *)

0 TUK/thn 0 - Jumlah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di sektor Industri Alat Transportasi Darat 1 SKKNI/thn 1 100 %

Ket: *) = target merupakan cascading dari Tapkin Ditjen IUBTT namun tidak menjadi Tapkin Direktorat IATD sehingga target = 0

Analisis Capaian Kinerja Tahun 2015

Industri Otomotif

Otomotif merupakan salah satu komoditas global yang menjadi perhatian dunia. Sektor industri ini tumbuh dengan sangat cepat dan pesat dari tahun ke tahun dan memberikan

(23)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 18 kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja yang cukup signifikan di sektor Hulu (Industri Komponen) dan di sektor Hilir (service dan perbengkelan). Sampai saat ini, industri otomotif telah menyerap kurang lebih 1.335.201 tenaga kerja untuk Industri KBM Roda-4 dan 1.861.600 tenaga kerja Untuk KBM Roda-2 yang terdiri dari tenaga kerja langsung, tenaga kerja tidak langsung (industri komponen) dan tenaga kerja dari sektor perbengkelan dan

service.

Sesuai dengan sasaran kuantitatif industri jangka panjang seperti yang tercantum dalam tabel 2 pada Bab II maka capaian kinerja industri otomotif pada tahun 2015 (Jan-Nov) ini dapat dilihat pada tabel 7 berikut.

Tabel 7 Capaian Sasaran Kuantitatif Industri Jangka Panjang

Uraian Target s/d Tahun 2015 (unit) Realisasi s/d Tahun 2015 (Jan-Nov) (unit) KBM Roda - 4 Produksi 1.244.000 1.028.329 Penjualan 1.251.000 939.896 Ekspor 220.000 195.799 KBM Roda - 2 Produksi 12.000.000 7.282.684 Penjualan 11.850.000 6.523.080 Ekspor 47.000 6.309.946

Sumber: GAIKINDO dan AISI (diolah).

Dari tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa sasaran kuantitatif jangka panjang untuk KBM R-4 dan KBM R-2 masih belum tercapai semua. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, melemahnya nilai tukar rupiah menurunkan minat dan daya beli masyarakat dalam negeri. Menurunnya permintaan dalam negeri mengakibatkan turunnya angka produksi. Selain itu data yang diperoleh masih sementara, hanya sampai bulan November 2015.

Indonesia dengan jumlah penduduk hampir seperempat milyar jiwa merupakan pangsa pasar produk otomotif yang sangat potensial. Hal ini diperkuat dengan menguatnya kondisi ekonomi dan pendapatan per kapita penduduk Indonesia yang meningkat dari tahun ke tahun sehingga meningkatkan daya beli masyarakat pada produk-produk otomotif. Data menunjukkan penjualan dan produksi produk otomotif terus meningkat secara signifikan. Pada tahun 2012 industri KBM Roda-4 berhasil mencapai penjualan sebesar 1.116.230 unit dengan jumlah produksi sebanyak 1.065.557 unit dan meningkat pada Tahun 2013 menjadi 1.229.793 unit untuk penjualan dan 1.202.142 unit untuk produksi. Sementara pada Tahun 2014 penjualan KBM Roda-4 sebesar 1.209.154 unit dan produksi sebesar 1.298.322 unit. Produksi pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2013 namun penjualannya mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah ekspor CBU pada tahun 2014 dari ekspor tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar 202.107 unit. Hingga bulan November tahun 2015, penjualan dan produksi KBM Roda-4 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2014, yaitu penjualan sebesar 939.896 unit dan produksi sebesar 1.028.329 unit. Ekspor tahun 2015 menurun dibandingkan dengan tahun 2014, namun masih lebih tinggi dari ekspor tahun 2013 yaitu sebesar 195.799 unit. Impor

(24)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 19 pada tahun 2015 hingga November menunjukkan penurunan dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah produksi dalam negeri semakin meningkat.

Untuk KBM Roda-2, penjualan tahun 2013 meningkat dari 7.141.586 unit di tahun 2012 menjadi 7.771.014 unit hingga pada tahun 2014 menjadi 7.909.301 unit dengan jumlah produksi yang meningkat pula yaitu sebesar 7.079.721 unit pada tahun 2012 menjadi 7.780.295 unit pada tahun 2013 dan 7.926.104 unit pada tahun 2014. Sementara pada Tahun 2015 hingga bulan November penjualan KBM Roda-2 sebesar 6.523.080 unit dengan produksi sebesar 7.282.684 unit. Secara lengkap, produksi dan penjualan KBM R-4 dan KBM R-2 dapat dijelaskan oleh Gambar 7 dan Gambar 8.

Gambar 7 Grafik Perkembangan Industri KBM Roda-4

(25)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 20

Gambar 9 Diagram Produksi KBM R2 Per Model Tahun 2015

Gambar 10 Penjualan Distribusi KBM R2 Per Model Tahun 2015

Dari gambar 9 dan 10 dapat terlihat proporsi produksi dan distribusi tiap model KBM Roda 2. Proporsi tiap model pada penjualan pada tahun 2015 hampir sama dengan proporsi distribusi tiap model. Proporsi paling banyak adalah model scooter dengan 76% pada penjualan dan 74 % pada penjualan. Setelah scooter, terdapat underbone dengan proporsi 13% untuk produksi dan penjualan. Terakhir adalah jenis sport dengan 11% pada produksi dan 13% pada distribusi. Proporsi penjualan dan produksi model scooter berbanding terbalik dengan model sport. Produksi model scooter lebih besar dari penjualannya sedangkan model sport lebih besar penjualan dibanding produksi. Hal ini disebabkan KBM

(26)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 21 Roda-2 untuk model sport sebagian besar masih impor. Proporsi scooter sangat mendominasi, lebih dari 50% dikuasai oleh scooter.

Gambar 11 Diagram Produksi KBM R4 Per Model Tahun 2015

Gambar 12 Diagram Penjualan KBM R4 Per Model Tahun 2015

Produksi dan penjualan KBM Roda 4 pada tahun 2015 ini dikuasai oleh jenis 4x2 dengan proporsi 62% dari total produksi dan 66% dari total penjualan. Di posisi kedua terdapat jenis KBH2 (Kendaraan Bermotor Roda Emat Hemat Bahan Bakar & Harga Terjangkau) dengan proporsi 19% pada produksi dan 20% pada penjualan. Bus dan double cabin memiliki proporsi paling kecil karena kebutuhan kedua jenis kendaraan ini hanya terbatas, berbeda

(27)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 22 dengan sedan, 4x2, 4x4 serta KBH2 yang merupakan kendaraan yang paling banyak digunakan oleh pengguna pribadi.

Kompetisi dalam sektor otomotif ini cukup ketat, mengingat otomotif merupakan salah satu komoditas internasional yang menjadi perhatian hampir di semua kawasan di dunia. Persaingan ketat dengan pemegang merek internasional menjadikan industri lokal sulit memperoleh peluang. Oleh karena itu berbagai upaya peningkatan daya saing dilakukan oleh pemerintah maupun swasta dengan peningkatan kemampuan SDM, peningkatan regulasi sektor otomotif, kualitas serta menggalakkan promosi.

Industri Kereta Api

Kereta api merupakan moda transportasi barang dan penumpang yang cukup efektif dan efisien karena kapasitas angkutnya yang besar serta tidak memerlukan jalan yang lebar dalam pengoperasiaannya. Moda ini juga menjadi alternatif pilihan penumpang mengingat dalam pengoperasiannya relatif aman dan murah serta bebas dari kemacetan di jalan raya. Akan tetapi secara umum, karakteristik industri ini sama dengan industri alat transportasi yang lain yaitu, padat modal dan padat teknologi. Selain itu, moda transportasi ini sangat tergantung pada ketersediaan infrastruktur yang memadai seperti rel dan stasiun.

Indonesia memiliki hanya 1 (satu) industri pembuat/perakit kereta api yaitu PT. Industri Kereta Api (PT. INKA) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Produk-produk PT. INKA antara lain: Bogie, Gerbong kereta api, Lokomotif dan Kereta Rel Diesel serta Kereta Rel Listrik.

Salah satu kendala yang dihadapi oleh sektor industri ini adalah kurangnya daya saing industri kereta api (PT. INKA) yang diakibatkan oleh terbatasnya permodalan dan teknologi yang dikuasai. Selain itu hanya ada 1 operator tunggal di Indonesia membuat bisnis pembuatan Kereta Api memiliki pasar yang sangat terbatas. Oleh karena itu berbagai tindakan diambil untuk meningkatkan daya saing industri ini, antara lain dengan klasterisasi industri kereta api nasional dan upaya peningkatan SDM dan penyusunan regulasi yang mendukung pengembangan industri ini. Data statistik dari industri kereta api dalam negeri dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Kinerja Industri Kereta Api

No. Uraian Satuan 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(September) a Produksi Freight Car (kereta barang) unit 144 232 824 512 423 300 Passenger Coach (kereta penumpang) unit 109 74 69 109 10 22 b Ekspor Rp. Juta 15.210 22.522 - 613 - c Impor Rp. juta 284.700 421.017 226.024 95.498 101.203 408.731

d Jumlah Tenaga kerja Orang 974 952 946 924 843 844

(28)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 23

Tabel 9 Kapasitas Produksi Kereta Api

Nama Produk Kapasitas

(unit/tahun) Kereta Penumpang 165 KRL 80 KRD 80 Kereta Barang 600 Lokomotif 80 Bus/Truck Gandeng 500 Bus/Truck Sedang 500

Sumber : PT. INKA (diolah)

Dari tabel 9 di atas dapat terlihat bahwa kapasitas produksi kereta api cukup besar dan yang paling besar untuk produksi Kereta Barang. Kapasitas yang besar ini menunjukkan bahwa PT. INKA sudah sanggup memproduksi kereta untuk memenuhi kebutuhan lokal dan ekspor. Perkembangan PT. INKA tentunya akan memicu tumbuhnya industri-industri pendukung lainnya.

Industri Sepeda

Sektor transportasi secara umum adalah penyumbang emisi karbon yang cukup signifikan di dunia. Selain itu, sektor ini mengkonsumsi sekurang-kurangnya 34% Konsumsi Energi Nasional. Di tengah krisis energi dan isu pemanasan global akibat penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan, dibutuhkan alternatif transportasi yang murah, aman, nyaman seta ramah lingkungan.

Sepeda sebagai salah satu alternatif alat transportasi yang murah, aman, nyaman serta bebas polusi di Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan, khususnya karena kesadaran akan polusi dan krisis energi yang terjadi semakin besar di masyarakat Indonesia. Secara umum, industri sepeda di Indonesia sudah memiliki kualitas dan daya saing yang cukup baik. Dari data BPS dapat dilihat bahwa sepeda dikategorikan menjadi 4 kelompok berdasarkan nomor HS 10 digit yaitu racing bicycles, bicycles designed to be ridden by children, other bicycles, dan other cycles. Dari data tersebut racing bicycles merupakan kategori yang menyumbangkan kontribusi ekspor terbesar. Hal ini menandakan kemampuan produksi tipe ini sangat tinggi di Indonesia, sedangkan untuk bicycles designed to be ridden by children dan other bicycles merupakan penyumbang impor produk sepeda di Indonesia. Pada tahun 2014 telah terbit petunjuk teknis pelaksanaan penerapan dan pengawasan pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) sepeda roda dua secara wajib. Pemberlakuan SNI wajib untuk sepeda ini digunakan sebagai perlindungan konsumen dan industri lokal dari produksi sepeda impor. Adapun data statistik dari produk sepeda hingga bulan Oktober tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 10, 11 dan 12.

(29)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 24

Tabel 10 Ekspor Sepeda Berdasarkan No. HS 10 Digit

Sumber : Pusdatin (diolah)

Tabel 11 Impor Sepeda Berdasarkan No. HS 10 Digit

Sumber : Pusdatin (diolah)

Tabel 12 Jumlah Perusahaan – Tenaga Kerja

Tahun KBLI Jml Perusahaan (Unit) Tenaga Kerja (Orang) 2010 30921 13 2.710 2011 30921 12 2.497 2012 30921 10 2.722 2013 30921 13 3.300 2014 30921 10 2.602

Sumber : Pusdatin (diolah)

Capaian Sasaran Kinerja

Pada tabel capaian indikator kinerja (tabel 5) beberapa data capaian yang diperoleh merupakan hasil penghitungan data pada triwulan III tahun 2015. Hal ini disebabkan karena data triwulan IV tahun 2015 belum tersedia. Dari 4 sasaran strategis dengan 8 indikator kinerja yang ditetapkan berdasarkan perspektif stake holder, terdapat 4 indikator kinerja yang capaian kinerjanya tercapai dan dari 6 sasaran strategis dengan 12 indikator kinerja yang ditetapkan berdasarkan perspektif tugas pokok dan fungsi, terdapat 7 indikator kinerja yang capaian kinerjanya tercapai. Penjelasan dari sasaran-sasaran strategis tersebut adalah sebagai berikut:

(30)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 25

 Tingginya Nilai Tambah Industri

o Indikator Kontribusi Industri Alat Transportasi Darat terhadap PDB Nasional. Kontribusi Industri Alat Transportasi Darat terhadap PDB Nasional pada Triwulan III Tahun 2015 ialah sebesar 1,87% (sumber: BPS) dari target sebesar 6%. Pencapaian pada Triwulan III mengalami peningkatan 0,03% dari capaian Triwulan II yang sebesar 1,84%. Meskipun jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2014 yang sebesar 6,13% capaian pada tahun 2015 ini lebih rendah. Menurunnya capaian kontribusi industri alat transportasi darat terhadap PDB Nasional ini dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dalam negeri yang memburuk.

o Laju pertumbuhan Industri Alat Transportasi Darat yaitu sebesar 3,17% (sumber: BPS) dari target sebesar 11%. Target pada tahun 2015 masih sama dengan target pada tahun 2014. Pencapaian ini meningkat dari Triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 2,65% namun pencapaian tahun 2015 ini lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian tahun 2014 yang sebesar 5,52%.

 Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri

o Indikator Kontribusi Ekspor Produk Industri Alat Transportasi Darat Terhadap Ekspor Nasional. Kontribusi Ekspor Produk Industri Alat Transportasi Darat Terhadap Ekspor Nasional pada tahun 2015 (s/d Oktober) ialah sebesar 2,15% (sumber: BPS) dari target sebesar 1,5%. Pencapaian pada Triwulan sebelumnya 2,07% yang berarti telah terjadi peningkatan 0,08%. Capaian tahun 2015 ini meningkat 0,57% dari tahun 2014 yang hanya sebesar 1,68%. Nilai ekspor dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan kurs yang relatif stabil. Dengan menjaga kondisi ekonomi dalam negeri stabil dan kondusif maka daya saing dan kemampuan ekspor industri dalam negeri akan meningkat. Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Perindustrian No. 73/M-IND/PER/9/2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 34/M-IND/PER/3/2015 tentang Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih dan Industri Sepeda Motor diharapkan industri kendaraan bermotor dalam negeri dapat lebih bersaing dan mampu meningkatkan jumlah ekspor serta menurunkan nilai impor.

o Indikator pangsa pasar produk Industri Alat Transportasi Darat terhadap total permintaan di pasar dalam negeri. Pangsa pasar produk Industri Alat Transportasi Darat terhadap total permintaan di pasar dalam negeri ialah sebesar 96,51% dari target sebesar 90%. Permintaan pasar dalam negeri tersebut khususnya untuk produk KBM R-2 dan KBM R-4. Capaian indikator ini mengalami peningkatan sebesar 11,51% dari capaian tahun 2014 yang sebesar 85%. Tingginya capaian indikator pangsa pasar produk KBM R-2 dan

(31)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 26 R-4 terhadap permintaan di pasar dalam negeri, dikarenakan tingginya jumlah kebutuhan (permintaan) produk KBM di dalam negeri, sehingga hampir seluruh penjualan produk KBM ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan (permintaan) dalam negeri selain untuk ekspor. Target pada tahun 2015 juga meningkat dibandingkan dengan target tahun 2014 mengingat tingginya permintaan dalam negeri sehingga potensi penguasaan pangsa pasar dalam negeri besar.

 Meningkatnya Produktivitas SDM Industri.

o Penambahan Jumlah Tenaga Kerja Industri Alat Transportasi Darat. Pada tahun 2013 terdapat penambahan jumlah tenaga kerja sebanyak 30.000 orang dari target sebesar 10.000 orang sehingga target telah tercapai 300%. Pada tahun 2014 ditetapkan target penambahan tenaga kerja sebesar 2.500 orang dan realisasi penambahan tenaga kerja industri alat transportasi darat sebesar 1.554 orang (62,16%). Target pada tahun 2015 sama dengan target tahun 2014 yaitu 2.500 orang, dan total penambahan tenaga kerja tahun 2015 sebanyak 8.146 orang sehingga target telah tercapai 325%. Data penambahan tenaga kerja ini merupakan data penambahan tenaga kerja pada industri utama (main company), belum termasuk industri-industri pendukungnya. Hal ini disebabkan karena tidak diperolehnya informasi rinci dari seluruh industri pendukung. Penambahan investasi dan perluasan pada perusahaan utama (main company) tentunya akan berdampak pula pada peningkatan produksi dan tenaga kerja dari industri pendukungnya.

o Untuk meningkatkan produktivitas SDM industri alat transportasi darat, Direktorat Industri Alat Transportasi darat telah menyelenggarakan program peningkatan kemampuan SDM (diklat) Industri Alat Transportasi Darat.

 Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri

o Jumlah investasi di industri hulu dan antara IATD. Proyek investasi pada tahun 2015 antara lain adalah:

• PT. Hino Motor Sales Indonesia (Karoseri kendaraan bermotor roda empat atau lebih berupa ban truck, bodi bus)

• PT. Sumiden Serasi Wire Products (Industri suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor roda empat atau lebih)

• PT. NPR Manufacturing Indonesia (Industri suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor roda empat atau lebih)

• PT. Pusaka Bersatu (Reparasi mobil)

• PT. FCC Indonesia (Industri suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor roda empat atau lebih)

(32)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 27 • PT. Mugai Indonesia (Industri suku cadang dan aksesoris kendaraan

bermotor roda empat atau lebih)

• PT. Delphi EEA Indonesia (Industri suku cadang dan aksesoris kendaraan bermotor roda empat atau lebih)

• PT. Tjokro Nippon Engineering (Industri komponen dan perlengkapan sepeda motor roda dua dan tiga)

• PT. SGMW Motor Indonesia (Industri kendaraan bermotor roda empat)

• PT. Krama Yudha Tiga Berlian Motors (Industri kendaraan bermotor roda empat)

• PT. Isuzu Astra Motor Indonesia (Industri kendaraan bermotor roda empat)

• PT. Denso Indonesia (Industri kendaraan bermotor roda empat) • PT. Automotive Fasteners Aoyama Indonesia

• PT. Suzuki Indomobil Motor Plant (Industri kendaraan bermotor). Sehingga total ada 14 proyek penanaman modal (investasi) pada tahun 2015 ini dari target 10 proyek. Capaian indikator ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun 2014 yang hanya terdapat 5 proyek. Hal ini menunjukkan kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan antara lain Low Cost Green Car (LCGC) mampu mendorong perusahaan baik PMA maupun PMDN untuk berinvestasi atau memperluas usahanya. Dengan berkembangnya industri hilir, maka industri hulu dan antara akan berkembang juga sebagai industri pendukung (supporting) dari industri hilir tersebut.

o Indikator Tingkat kandungan lokal. Capaian target indikator tingkat kandungan lokal pada tahun 2015 ini tercapai 50% yaitu 10 produk. Capaian indikator ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2014.

 Tersusunnya Usulan Insentif yang Mendukung Pengembangan Industri.

o Indikator Rekomendasi Usulan Insentif Fiskal.

 Telah diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 249/PMK.011/2014 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah Atas Impor Barang dan Bahan Guna Pembuatan Komponen Kendaraan Bermotor Untuk Tahun Anggaran 2015 tanggal 24 Desember 2014.

o Perusahaan Industri yang Memperoleh Insentif.

 Pada tahun 2013, perusahaan yang telah memanfaatkan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) sejumlah 21 perusahaan. Jumlah perusahaan ini mengalami sedikit penurunan pada tahun 2014 menjadi 20 perusahaan. Sedangkan pada tahun 2015, hingga Triwulan IV sebanyak 28 Perusahaan telah memanfaatkan Bea Masuk

(33)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 28 Ditanggung Pemerintah (BMDTP) Atas Impor Barang dan Bahan Guna Pembuatan Komponen Kendaraan Bermotor Untuk Tahun Anggaran 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 249/PMK.011/2014. Anggaran yang telah dimanfaatkan sebesar 99,63% dari total anggaran BMDTP Tahun 2015. Jumlah perusahaan yang menerima insentif pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebanyak 20 perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa program BMDTP ini telah tersosialisasikan dengan baik kepada pelaku usaha. Dengan adanya BMDTP ini maka industri kendaraan bermotor dapat memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk untuk bahan baku dan komponen. Dengan demikian hal ini membuat biaya produksi menjadi lebih rendah sehingga dapat meningkatkan daya saing industri dalam negeri.

 Mengembangkan R&D di Instansi dan Industri.

o Indikator Kerjasama R&D instansi dengan Industri/Lembaga.

Pada triwulan IV tahun 2014 sudah terbentuk desain platform dan prototipe kendaaraan angkutan umum murah yang penggunaannya ditujukan untuk wilayah pedesaan (pick-up yang bisa di-customized menjadi kendaraan multiguna di pedesaan). Pada triwulan I tahun 2015 dilakukan uji durability pada prototipe kendaraan angkutan pedesaan yang telah dibuat dan pada triwulan II tahun 2015 dilakukan koordinasi dengan pihak terkait mengenai strategi pemasaran dan purna jual produk. Selain itu juga dilakukan pembahasan draft peraturan produksi kendaraan angkutan pedesaan. Pada Triwulan III tahun 2015, pembuatan desain platform Kendaraan Pedesaan dilanjutkan dengan melakukan reverse engineering untuk body dan mesin, sedangkan untuk mempersiapkan after sales dari kendaraan ini dilakukan pelatihan perbengkelan kepada SMK dan Perguruan Tinggi yang dirasa mampu dan sesuai untuk menangani after sales service dari kendaraan angkutan pedesaan tersebut. Pada Triwulan IV tahun 2015 masih melanjutkan persiapan produksi kendaraan angkutan pedesaan, diantaranya dilakukan diklat pembuatan komponen kendaraan angkutan pedesaan dan diklat pembuatan dies komponennya.

 Meningkatnya Akses Pembiayaan dan Bahan Baku untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi.

o Indikator Tingkat Utilisasi Kapasitas Produksi.

Kapasitas terpasang untuk industri KBM R-4 dan KBM R-2 ialah 11 juta unit/tahun, dan produksi KBM R-4 dan KBM R-2 pada tahun 2015 (s/d November) sebesar 7.645.702 unit. Dengan demikian, dari hasil perbandingan produksi dan kapasitas terpasang industri KBM R-2 dan R-4, maka utilisasi kapasitas produksi pada tahun 2015 sebesar 73,42%. Capaian

(34)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 29 tingkat utilisasi kapasitas produksi ini menurun 6,58% dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 80%. Produksi KBM yang relatif rendah seiring dengan rendahnya jumlah permintaan sepeda motor dan mobil dalam negeri sebagai akibat melemahnya nilai tukar rupiah. Melemahnya nilai tukar rupiah ini menurunkan minat dan daya beli kendaraan bermotor masyarakat dalam negeri.

 Meningkatnya Promosi Industri.

o Indikator Perusahaan Mengikuti Seminar/Konferensi, Pameran, Misi Dagang/Investasi Promosi Produk/Jasa dan Investasi Industri.

 Sebanyak 21 perusahaan/asosiasi mengikuti pameran hingga Triwulan IV Tahun 2015 dari target 15 perusahaan, yaitu 9 perusahaan/asosiasi pada Triwulan I Tahun 2015, 7 Perusahaan pada Triwulan III Tahun 2015, dan 5 perusahaan/asosiasi pada Triwulan IV tahun 2015. Capaian ini menurun dari capaian tahun 2014 yanng sebesar 24 perusahaan dari target 15 perusahaan. Target pada tahun 2015 ini sama dengan target tahun 2014 dengan mempertimbangkan capaian pada tahun 2013 yang mampu menarik partisipasi 22 perusahaan. Semakin banyaknya jumlah perusahaan yang berpartisipasi dalam pameran maka semakin banyak pula produk dalam negeri yang dapat diperkenalkan.

 Meningkatnya Usulan Penerapan SNI.

o Indikator Meningkatnya Usulan Penerapan SNI.

 Pada tahun 2015, telah diterbitkannya SNI speedometer, selain itu juga dilakukan rapat konsensus penyusunan SNI Spion kategori M & N serta telah tersusun rancangan awal SNI (RASNI) sepeda anak. Kegiatan yang mendukung pencapaian indikastor usulan penerapan SNI antara lain: Workshop Harmonisasi Standar, Rapat Komite Teknik, dan Rapat Konsensus.

 Meningkatnya Kualitas Lembaga Pendidikan dan Pelatihan serta Kewirausahaan.

o Indikator Jumlah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di Sektor Industri Alat Transportasi Darat. Capaian pada tahun 2015 telah dilakukan penyusunan RSKKNI Perbaikan dan Perawatan Mobil di Bidang Kelistrikan serta dua kali rapat teknis mengenai RSKKNI tersebut.

Secara umum 50% indikator sasaran strategis dari perspektif stakeholder dan 7 indikator sasaran strategis dari perspektif tugas pokok dan fungsi telah tercapai. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2014, terdapat beberapa indikator yang nilainya meningkat dan ada beberapa yang mengalam penurunan.

(35)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 30 Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 33.1/M-IND/PER/3/2015 terdapat revisi Perjanjian Kinerja Ditjen ILMATE tahun 2015, perjanjian kinerja yang baru dapat dilihat pada tabel 13 berikut.

Tabel 13 Perjanjian Kinerja Ditjen ILMATE Berdasarkan Permenperin Nomor 33.1 Tahun 2015

SASARAN INDIKATOR KINERJA Satuan TARGET

2015

(1) (2) (3) (4)

PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN

I Meningkatnya peran industri

dalam perekonomian nasional

1 Laju pertumbuhan PDB Industri

Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika

Persen 5,47

2 Kontribusi PDB Industri Logam,

Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika terhadap PDB nasional

Persen 4,92

II Meningkatnya penguasaan

pasar di dalam dan luar negeri

1 Kontribusi ekspor produk ILMATE

terhadap ekspor nasional

Persen 18,97

III Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri

1 Jumlah penyerapan tenaga kerja di

sektor ILMATE

Juta Orang

0,09

IV Menguatnya struktur industri 1 Rasio impor bahan baku, bahan

penolong, barang modal, terhadap PDB Industri non migas

Persen 19,81

PERSPEKTIF PROSES INTERNAL

I Tersusunnya kebijakan

pembangunan industri searah dengan ideologi TRISAKTI dan Agenda Prioritas Presiden (NAWACITA)

1 Tersusunnya Peraturan Pemerintah (PP) Peraturan 1

2 Tersusunnya Peraturan Presiden

(Perpres)

Peraturan 1

3 Tersusunnya Peraturan Menteri

(Permen)

Peraturan 1

II Meningkatnya daya saing

industri melalui

pengembangan standardisasi industri

1 Jumlah Rancangan Standar Nasional

Indonesia (RSNI)

RSNI 8

III Meningkatnya investasi sektor industri melalui fasilitasi pemberian insentif fiskal dan nonfiskal

1 Nilai investasi di sektor industri Rp

Triliun

9,7

(36)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 31

SASARAN INDIKATOR KINERJA Satuan TARGET

2015

(1) (2) (3) (4)

IV Meningkatnya ketersediaan data sektor industri melalui penyelenggaraan sistem informasi industri nasional

1 Jenis Data yang tersedia pada Sistem

Informasi Industri Nasional

Database 2

2 Jenis Informasi yang tersedia pada

Sistem Informasi Industri Nasional

Jenis Informasi

4

Pada revisi perjanjian kinerja tersebut, terdapat beberapa indikator yang berbeda dengan perjanjian kinerja sebelumnya yaitu:

• Perspektif Pemangku Kepentingan:

o Indikator Kinerja Rasio impor bahan baku, bahan penolong, barang modal, terhadap PDB Industri non migas

• Perspektif Proses Internal:

o Indikator Kinerja Tersusunnya Peraturan Menteri (Permen). Pada tahun 2015 ini telah terbit 3 (tiga) Peraturan Menteri, yaitu:

 Permenperin Nomor 34/M-IND/PER/3/2015 tentang Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat Atau Lebih Dan Industri Sepeda Motor.

 Permenperin Nomor 61/M-IND/PER/8/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 34/M-IND/PER/3/2015 tentang Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat Atau Lebih Dan Sepeda Motor

 Permenperin Nomor 73/M-IND/PER/9/2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 34/M-IND/PER/3/2015 tentang Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih dan Industri Sepeda Motor.

o Indikator Kinerja Nilai investasi di sektor industri. Pada tahun 2015, Nilai investasi di sektor industri alat transportasi darat mencapai US$ 1.647.727.000

o Indikator Kinerja Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI). Pada tahun 2015 dilakukan penyusunan 4 (empat) RSNI, yaitu: Kaca Spion Kategori M, N (konsensus - lanjutan tahun 2014); Speedometer (konsensus - lanjutan tahun 2014); sel ion Lithium sekunder penggerak mobil listrik (rapat teknis); Kendaraan berpenggerak (propulsi) listrik - vocabulary (rapat teknis).

(37)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 32

o Indikator Kinerja Jenis Data yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional. Terdapat 2 (dua) buah database pada direktorat IATD, yaitu database industri kendaraan bermotor roda dua dan roda empat.

o Indikator Kinerja Jenis Informasi yang tersedia pada Sistem Informasi Industri Nasional.

Realisasi Anggaran

Dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, dibutuhkan anggaran untuk melaksanakan program-program pendukung tercapainya sasaran. Total anggaran direktorat industri alat transportasi darat tahun 2015 adalah sebesar Rp. 40.700.000.000,-. Realisasi anggaran yang dicapai oleh Direktorat Industri Alat Transportasi Darat hingga Triwulan IV Tahun 2015 mencapai 81,95% (Rp. 33.354.174.274,-). Realisasi keuangan ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan realisasi tahun 2014 yang hanya sebesar 22,24%.

Penyerapan anggaran tahun 2015 belum maksimal, masih terdapat beberapa kegiatan yang belum terlaksana terutama kegiatan APBN-P karena terbatasnya waktu penyelenggaraan. Waktu yang tersedia untuk pelaksanaan kegiatan APBN-P lebih pendek dari kegiatan

baseline karena pengesahan anggarannya tidak pada awal tahun. Hingga akhir tahun 2015, penyerapan dana APBN-P sebesar 69,21% sedangkan untuk kegiatan baseline mencapai 96,29%. Kegiatan yang termasuk APBN-P antara lain adalah: Penguasaan Teknologi Kbm Multiguna Pedesaan Dibidang Perakitan, Peningkatan Kapasitas Produksi Kereta Penumpang Dan Pembuatan Prototype Kereta Penumpang, Peningkatan Jumlah Industri Komponen Kbm Multiguna Pedesaan, dan Pengembangan Industri Karoseri.

Seiring dengan tingginya capaian realisasi anggaran, capaian realisasi fisik tahun 2015 mencapai 90,45%. Namun jika dibandingkan dengan capaian realisasi fisik tahun 2014, terdapat penurunan sebesar 2,21%. Penurunan ini dapat disebabkan oleh keterlambatan pengesahan APBN-P sehingga kegiatan APBN-P baru dapat dilaksanakan pada triwulan II tahun 2015 dengan demikian terdapat beberapa kegiatan dengan kontribusi cukup besar yang belum dapat terlaksana karena keterbatasan waktu.

Untuk lebih jelasnya, rincian realisasi anggaran Direktorat Industri Alat Transportasi Darat tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 14.

(38)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 33

(39)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 34

BAB IV

Penutup

Kesimpulan

Dari bahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari 8 indikator kinerja sasaran strategis perspektif stakeholder terdapat 4 indikator yang tercapai, yaitu: kontribusi ekspor produk industri alat transportasi darat terhadap ekspor nasional dengan capaian sebesar 143%; pangsa pasar produk industri alat transportasi darat terhadap total permintaan di pasar dalam negeri dengan capaian sebesar 107%; Penambahan jumlah tenaga kerja Industri Alat Transportasi Darat dengan capaian 325%; dan Jumlah investasi di industri hulu dan antara IATD dengan capaian 280%.

2. Dari 8 indikator kinerja sasaran strategis perspektif tugas pokok dan fungsi hampir seluruh indikator tercapai, yaitu: rekomendasi usulan insentif fiskal dengan capaian 100%; perusahaan industri yang memperoleh insentif dengan capaian 133,3%; kerjasama R&D instansi dengan industri/lembaga dengan capaian 100%; perusahaan mengikuti seminar/konferensi, pameran, misi dagang/investasi, promosi produk/jasa dan investasi industri dengan capaian sebesar 160%; meningkatnya usulan penerapan SNI dengan capaian sebesar 100%; dan jumlah standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI) di sektor industri alat transportasi darat dengan capaian 100%. Indikator yang tidak tercapai adalah tingkat utilisasi kapasitas produksi dengan capaian 91,78%.

3. Secara umum 50% target sasaran strategis dari perspektif stakeholder dan 87,5% sasaran strategis dari perspektif tugas pokok dan fungsi tercapai dan jika dibandingkan dengan capaian tahun 2014, terdapat beberapa capaian indikator yang mengalami peningkatan namun ada pula yang mengalami penurunan. Capaian yang mengalami peningkatan antara lain: Kontribusi ekspor produk Industri Alat Transportasi Darat terhadap ekspor nasional, dari 1,68% pada 2014 menjadi 2,15%; Pangsa pasar produk Industri Alat Transportasi Darat terhadap total permintaan di pasar dalam negeri dari 85% pada 2014 menjadi 96,51%; Penambahan jumlah tenaga kerja Industri Alat Transportasi Darat dari 1.554 orang pada tahun 2014 menjadi 8.146 orang; Jumlah investasi di industri hulu dan antara IATD dari 5 proyek pada tahun 2014 menjadi 14 proyek; dan Perusahaan industri yang memperoleh insentif 20 perusahaan pada tahun 2014 meningkat menjadi 28 perusahaan.

4. Terjadinya penurunan pada beberapa target sasaran strategis dari tahun 2014 yang diakibatkan oleh penyesuaian ulang dengan kondisi riil perkembangan industri alat

(40)

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat 35 transportasi darat. Ketidaktercapaian beberapa target pada tahun-tahun sebelumnya membuat target sasaran diturunkan.

5. Realisasi anggaran Direktorat Industri Alat Transportasi Darat tahun 2015 ini sudah cukup tinggi yaitu 81,95% dari total anggaran (Rp. 40.700.000.000,-) yaitu sebesar Rp. 33.354.174.274,-. Realisasi keuangan ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan realisasi tahun 2014 yang hanya sebesar 22,24%.

6. Kendala/kelemahan yang terdapat pada pengukuran capaian kinerja Diektorat Industri Alat Transportasi Darat, antara lain ialah kurangnya monitoring data dari industri sehingga seringkali terdapat realisasi yang luput dari rekaman. Perbedaan target dan kondisi tiap tahun mempersulit perbandingan kinerja tiap tahun.

Rekomendasi

Rekomendasi Direktorat industri Alat Transportasi Darat untuk perbaikan kinerja dalam melaksanakan program, yaitu:

1. Memperkuat hubungan dan koordinasi dengan instansi terkait yang berhubungan dengan monitoring kinerja industri, seperti BKPM, BPS, asosiasi industri dan lainnya untuk mempermudah perolehan data untuk monitoring kinerja industri.

2. Meningkatkan pemberian insentif yang menarik dan tepat guna baik fiskal maupun non-fiskal kepada industri alat transportasi darat, agar dapat menarik investasi, meningkatkan produktivitas dan daya saing industri alat transportasi darat tersebut, sehingga dapat meningkatkan pangsa pasarnya baik domestik maupun ekspor. 3. Menggiatkan industri komponen lokal untuk terus mengembangkan kemampuannya

agar dapat menopang industri yang telah ada untuk dapat memproduksi komponen yang sebelumnya diimpor (substitusi impor), sehingga mengurangi ketergantungan terhadap komponen impor dan nantinya akan meningkatkan daya saing industri alat transportasi darat dalam negeri.

4. Meningkatkan penerapan dan mensosialisasikan SNI sebagai bentuk perlindungan konsumen dan industri dalam negeri serta sebagai salah satu instrumen untuk mengurangi impor.

5. Memperkuat infrastruktur pendukung yang mempengaruhi industri alat transportasi darat, seperti akses jalan raya, bandara, pelabuhan, jalur kereta api serta jaminan kepastian ketersediaan energi seperti listrik, gas, BBM.

Gambar

Gambar 1 Struktur Organisasi Direktorat Industri Alat Transportasi Darat
Tabel 1 Rencana Pembangunan Industri Alat Transportasi Darat 2015 – 2019
Tabel 2 Lingkup Industri Otomotif
Gambar 2 Sasaran Kuantitatif Jangka Panjang Industri Otomotif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan yang ada dalam penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah dalam penelitian sekarang bukan hanya faktor pendukung saja, namun juga memasukkan

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prosentase kelahiran prematur anak usia 4 tahun di Kecamatan Kepanjen, mengetahui perbedaan prosentase antara

Dari data yang ada dilanjutkan dengan perhitungan proporsi metode pengadaan barang, dimana sesuai prinsip pareto bertujuan untuk mengetahui metode mana yang mempunyai

Pemberian larutan serbuk biji tanaman jarak yang mengandung agensia antifertilitas jatrophone dengan dosis subkronis 0,2 g/ekor/hari belum berpotensi mempengaruhi

Sehingga dalam mengatur kepemilikan tanah oleh badan hukum asing, selain dapat memakai status dan kewenangan badan hukum yang ditetapkan berdasarkan hukum dari tempat

1.4.1 Pedoman Umum Penyelenggaraan Sertifikasi Profesi Penanggulangan Bencana berisikan prinsip, persyaratan dan proses uji sertifikasi kompetensi yang mencakup mengajukan

Auditor intemal hams memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Ini rneliputi pemahaman kornputer dan informasi, selain kemampuan auditing standart yang

Ini merupakan suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia sebagai makhluk sosial tidak dapat menghindarkan diri dari ketertarikan terhadap bangsa lain dengan konsekuensi menerima