• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN PEMERINTAH CINA TERKAIT SEXUAL REVOLUTION DAN DAMPAKNYA BAGI MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBIJAKAN PEMERINTAH CINA TERKAIT SEXUAL REVOLUTION DAN DAMPAKNYA BAGI MASYARAKAT"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

JURNAL

KEBIJAKAN PEMERINTAH CINA TERKAIT SEXUAL

REVOLUTION DAN DAMPAKNYA BAGI MASYARAKAT

Indriana 11/317861/SP/24747 Abstract:

China’s economic development since 1978 has affectedmany aspects of social life of the Chinese people, including the tendency to view sexuality more openly. This is known as China’s Sexual Revolution. With social changes that happening in the society, supported by advanced technology, the revolution affects government policies, for example regarding Internet, One-Child Policy, and entertainment business. Within this context, harmony is the standard norm applied by government in making and implementing policies in order to create a society with minimum conflict. This research will explore policies regarding the sexual revolution and its effect in the contemporary Chinese society.

Keywords: China, sexual revolution, harmony.

PENDAHULUAN

Pertumbuhan di bidang ekonomi yang sangat pesat membuat Cina menjadi salah satu negara yang dewasa ini memiliki pengaruh yang kuat, baik di tingkat regional Asia maupun dunia internasional. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari kebijakan liberalisasi ekonomi pada masa pemerintahan Deng Xiaoping.1 Keterbukaan dalam bidang ekonomi membuat Cina dapat melakukan transaksi perdagangan yang intensif dengan dunia internasional.

Interaksi perdagangan dan investasi yang semakin meningkat telah mempengaruhi politik Cina. Pengaruh internal dan eksternal, tekanan dunia internasional, dan tuntutan pengembangan kebijakan, terutama di bidang ekonomi untuk mengikuti mekanisme pasar yang berlaku mendorong pemerintah Cina melakukan perubahan pada beberapa kebijakan. Dalam kurun waktu yang cukup lama setelah pemberlakuan liberalisasi ekonomi, banyak kebijakan politik negara juga ikut terpengaruh. Didukung oleh globalisasi dan kemajuan

(2)

2 teknologi, pertumbuhan ekonomi tidak saja mempengaruhi sistem politik, tetapi juga aspek-aspek lain, termasuk kondisi sosial masyarakat.2

Interaksi yang terjadi di masyarakat dalam jangka panjang akan mempengaruhi kebijakan politik negara. Yang terjadi di Cina adalah bahwa perubahan sosial dalam masyarakat ikut mempengaruhi beberapa kebijakan politik pemerintah. Fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat Cina menunjukkan adanya hubungan antara kemajuan ekonomi dengan aspek sosial-politik masyarakat di mana liberalisasi ekonomi memungkinkan masuknya pengaruh dari luar, yang kemudian mengubah persepsi masyarakat terhadap berbagai hal. Indikasinya, masyarakat menjadi lebih terbuka dan menyerap pengaruh dari luar untuk dipraktikkan dalam kehidupan mereka, baik dalam aspek politik maupun sosial. Salah satu fenomena sosial itu adalah apa yang disebut sebagai China’s sexual revolution (revolusi seksual Cina).

Secara singkat, revolusi seksual Cina dapat diartikan sebagai sebuah fenomena yang merepresentasikan perubahan besar dalam “clash of civilization”, sebuah momentum di mana urusan seksual lebih diperhatikan dalam dunia modern.3 Bagi masyarakat Cina, revolusi seksual mengindikasikan terdapatnya pergeseran nilai seks yang cukup drastis. Seks yang awalnya dipandang sebatas urusan reproduksi, kini meluas menjadi suatu komoditas bisnis yang cukup menjanjikan. Bahkan generasi muda Cina sudah tidak malu lagi untuk memperlihatkan bentuk-bentuk kasih sayang seperti bergandengan tangan dan berciuman di depan umum.4 Membicarakan seks di Cina pasca Revolusi Kebudayaan sudah menjadi hal yang cukup biasa. Bila pada masa Mao Zedong, urusan seks adalah hal yang tabu dan harus dibatasi,5 namun setelah adanya kebijakan pemerintah terkait hukum pernikahan dan perceraian, serta perkembangan tren masyarakat Cina pasca reformasi ekonomi, perbincangan tentang seks menjadi hal yang biasa.6

Keterbukaan yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi memiliki peran yang signifikan terhadap perubahan pola hidup dan pola pikir masyarakat Cina. Di antara dampak yang dirasakan dari peningkatan ekonomi bagi masyarakat Cina adalah terdapatnya dorongan untuk memenuhi kualitas hidup yang mengarah pada konsumerisme dan hedonisme, termasuk dalam hal seks. Seks sekarang telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat

2

Cheek, p. 26.

3G. Sigley, „Sex, Politics, and The Policing of Virtue in the People‟s Republic of China,‟ dalam E. Jeffreys

(ed.), Sex and Sexuality in China, Routledge, New York, 2006, p. 43.

4 „More Openness in Chinese Sexuality,‟China Daily (daring), 17 October 2012,

<http://www.chinadaily.com.cn/china/2012-10/17/content_15825255.htm>, diakses pada 11 Maret 2015.

5 L. Kang, Globalization and Cultural Trend in China, University of Hawai‟i Press, Honolulu, 2004, p. 84. 6 Kang, p. 86.

(3)

3 Cina kontemporer, terutama masyarakat kota.7 Menariknya, pengaruh dari berbagai kebijakna pemerintah, baik yang positif maupun sebaliknya, membuat fenomena “revolusi seksual” ini semakin meluas dalam budaya masyarakat Cina kontemporer.

Jurnal ini hendak menjawab pertanyaan dengan semakin berkembangnya fenomena

revolusi seksual di masyarakat, bagaimana pemerintah Cina merespon “revolusi seksual” dengan kebijakan-kebijakan sosial tertentu, serta apa implikasi dari kebijakan tersebut bagi masyarakat Cina. Untuk analisis, penulis menggunakan dua kerangka

konseptual yang relevan, yaitu harmoni dalam perspektif Cna dan globalisasi.

Konsep „harmoni‟ dalam perspektif Cina berasal dari ajaran Konfusius yang telah mengakar dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Cina. Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, konsep-konsep ajaran Konfusius masih diterapkan hingga era kontemporer, termasuk konsep “harmoni sosial.” Berasal dari kata kata he (和), yang memiliki konotasi

penerimaan afirmatif dan koordinasi yang berimbang, koheren, terencana dengan teratur, harmoni mengandung ide mengenai “masyarakat yang baik”yang dicirikan oleh ketiadaan konflik dan terdapatnya kerja sama dari setiap anggota masyarakat. Dalam konteks Konfusianisme, konsep he mengakar dalam budaya masyarakat Cina sebagai jalan untuk mengkonseptualisasi norma dan aturan bagi perilaku individu dalam hubungannya dengan moral, keluarga, dan tingkatan masyarakat yang lain.8 Di sini, harmoni dapat diartikan sebagai suatu kompleks normatif dalam ajaran Konfusianisme yang berpegang pada kebaikan dan etika yang harus dilestarikan. Ide yang dicetuskan dari harmoni ini adalah mengenai perbedaan sosial, dimana he berperan sebagai model awal dari ide humanis mengenai bagaimana hidup seharusnya diatur dalam berbagai level untuk mencapai keseimbangan dan tatanan yang diinginkan.9

Dalam praktiknya, konsep ini digunakan oleh para pejabat pemerintahan pada masa dinasti Cina untuk melegitimasi hukum paternalistik mereka. Para pejabat ini memiliki cukup kekuasaan untuk membuat aturan berdasarkan kepentingan mereka sebagai kebijakan negara. Dalam teori Konfusius, individu tidak pernah dipahami sebagai sebuah bagian yang terisolasi dan entitas konstitutif yang terpisah; individu merupakan makhluk sosial yang interaktif. Secara sederhana, konsep “harmoni sosial” ini menunjukkan sebuah kondisi di mana terdapat

7A. Taylor, „China‟s Sexual Revolution Has Reached the Point of No Return,‟ Business Insider (daring), 31

August 2012, <http://www.businessinsider.co.id/the-incredible-story-of-chinas-revolution-2012-8>, diakses pada 10 Februari 2015.

8Xuan Wang, Harmony as Language Policy in China: An Internet Perspective, Tilburg University, the

Netherlands, September 2012, p. 4, <https://www.tilburguniversity.edu/upload/6ed0ff66-891c-4cbf-bf2f-0abfa633aa61_tpcs%20paper35.pdf>, diakses pada 11 April 2015.

(4)

4 keselarasan kesatuan dan koordinasi dari beberapa bagian, baik masyarakat maupun individu yang berbeda, menjadi satu kesatuan yang utuh (seamless whole).10

Dalam konteks “harmoni sosial” ini, Kang Xiaoguang berpendapat bahwa konsep status yang sudah tertanam secara kultural, yaitu bahwa kaisar dan petinggi dinasti dianggap sebagai pemegang kekuasaan yang absolut, dapat secara parsial menjelaskan adanya “keengganan” terhadap konflik dan kompetisi yang menjadi karakteristik sistem politik multipartai.11 Masyarakat Cina percaya bahwa sebuah “masyarakat yang baik” menekankan lebih pada harmoni daripada konflik, sehingga pemerintah yang “baik” harus “menangani dengan baik secara keseluruhan” urusan-urusan negara.12

Dalam masa kontemporer, konsep harmoni diperkenalkan kembali melalui konsep “harmonious society” (“masyarakat harmonis”) oleh Presiden Hu Jintao melalui pidatonya pada 4 September 2004. Masyarakat harmonis dideskripsikan sebagai “sebuah konsep pembangunan yang ilmiah” yang terdiri dari enam elemen: aturan hukum yang demokratis, keadilan dan kebenaran, kejujuran dan keramahan, kekuatan dan keaktifan, stabilitas dan ketertiban, serta koeksistensi manusia dengan alam. Hal ini berarti lingkungan politik dan struktur sosial dengan penerapan moral sangat dibutuhkan oleh Cina dalam menghadapi perbedaan sosial yang semakin dalam, ketidakpuasan dan tekanan serta untuk memenuhi alasan ideologis dan “moral vacuum” yang diakibatkan oleh Revolusi Kebudayaan.13

Konsep harmoni akan menjelaskan bagaimana karakteristik kebijakan pemerintahan Cina secara keseluruhan dalam aspek-aspek sosial. Pemerintah Cina memegang teguh prinsip harmoni untuk menghindari konflik dalam masyarakat yang mungkin bisa muncul dari “revolusi seksual.” Konsep ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana pemerintah menanggapi fenomena “revolusi seksual” untuk menghindari konflik antara pemerintah dengan masyarakat dan antarunsur masyarakat.

Konsep kedua yang digunakan di sini adalah globalisasi. David Held, Anthony McGrew, David Goldbatt, dan Jonathan Perraton mendefinisikan globalisasi sebagai suatu fenomena yang memperluas, memperdalam, dan mempercepat saling keterkaitan global dalam segala aspek kehidupan sosial kontemporer. Para ahli ini berpendapat bahwa aspek

10C.K. Wong, „Comparing Social Quality and Social Harmony from A Governance Perspective,‟

Development and Society, vol. 38, no. 2, December 2009, p. 249.

11„Kang Xiaoguang,‟ Renmin University of China (daring), <http://ard.ruc.edu.cn/en/20838.html>, diakses

pada 27 Maret 2015.

12T.J. Shi, „Traditional Values in Modern Chinese Context,‟ Carnegie Endowment For International Peace,

22 June 2009, <http://carnegieendowment.org/2009/06/22/traditional-values-in-modern-chinese-context/253i>, diakses pada 27 Maret 2015.

(5)

5 spasional-temporal dan atribut yang bersifat keorganisasian dalam global interconnectedness berjalan berlawanan dengan periode sejarah. Hal ini menyebabkan globalisasi memiliki empat dampak aspek, yaitu; desisional, institusional, distributif, dan struktural.14 Melalui definisi ini, globalisasi dapat berpengaruh baik dalam aspek sosial, politik, dan ekonomi di setiap masyarakat, termasuk masyarakat Cina.

Menurut Samuel Huntington, globalisasi memiliki dampak berupa “clash of

civilizations” yang kemudian menyebabkan globalisasi politik. Globalisasi terjadi karena

terdapatnya sumber konflik bersifat kultural yang akan mendominasi dunia, bukan lagi ideologis maupun ekonomis. Karakteristik kultural akan lebih sulit untuk berubah daripada politik dan ekonomi. Semakin tinggi peradaban suatu kelompok komunitas dan semakin luas tingkat identitas kulturalnya, hal tersebut membedakan manusia dengan makhluk lainnya.15

Dalam praktiknya, globalisasi sangat berpengaruh terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat Cina. Keterbukaan ekonomi yang berimbas pada mudahnya masuknya pengaruh dari luar membuat intensitas interaksi antara masyarakat Cina dengan dunia internasional meningkat. Hal ini kemudian menjadi salah satu pemicu terjadinya perubahan aspek sosial masyarakat, termasuk keterbukaan dalam soal seks. Perubahan ini kemudian bukan hanya berpengaruh di bidang sosial saja, namun juga terhadap politik pemerintahan. Penulis akan menggunakan konsep globalisasi ini untuk menjelaskan fenomena “revolusi seksual” yang terjadi di Cina, kebijakan pemerintah untuk meresponnya, dan implikasinya bagi kehidupan sosial masyarakat.

Argumen utama yang disampaikan dalam jurnal ini yaitu bahwa Pemerintah Cina menjalankan kebijakan “Thunder Strike” (kebijakan sensor dan kebijakan mengenai tempat hiburan dan prostitusi) dan pelonggaran kebijakan satu anak. Kebijakan-kebijakan itu akan berimplikasi luas kepada kehidupan sosial masyarakat Cina, sejalan dengan globalisasi. Argumen ini akan dianalisis lebih lanjut dalam jurnal yang terdiri atas empat bagian. Setelah bagian pertama ini, bagian kedua memberikan gambaran singkat tentang “revolusi seksual Cina.” Bagian ketiga akan menunjukkan kebijakan-kebijakan pemerintahdalam aspek sosial menyangkut “revolusi seksual” tersebut dan analisis mengenai implikasinya bagi kehidupan masyarakat Cina secara lebih luas. Jurnal akan ditutup dengan bagian keempat yang berisikan kesimpulan dan inferens yang dapat diperoleh dari temuan hasil penelitian.

14C. Stohl, „Globalization Theory,‟ dalam D.K. Mumby (ed.), Engaging Organizational Communication

Theory and Research: Multiple Perspectives, SAGE Publications, New York, 2005, p. 237.

Referensi

Dokumen terkait

DAN INFUSUM LENGKUAS MERAH (ALPINIA PURPURATA K. SCHUM.) PADA KONSENTRASI 100% TERHADAP.. PERTUMBUHAN BAKTERI

Hal ini disebabkan pada saluran pemasaran III yang ada di Desa Kompas Raya, para produsen bokar lump mangkok harus melewati dua lembaga pemasaran yang ada, sehingga

Analisis rasio keuangan dapat dimanfaatkan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan (Mardiyanto 2009). Pada penelitian ini akan digunakan rasio keuangan solvabilitas

Berdasarkan temuan yang diperoleh diharapkan dalam proses pembelajaran guru lebih memahami perbedaan yang ada dan lebih kreatif dalam mengarahkan pembelajaran serta

Oleh karena itu, untuk indikator-indikator baik dari segi standar akuntansi pemerintahan maupun good governance dengan nilai terendah, sebaiknya terus dioptimalkan untuk

Konservatisme pendidikan sekular yang memusatkan perhatiannya pada perlunya melestarikan dan meneruskan keyakinan-keyakinan dan praktik-praktik yang sudah ada, sebagai

Bagamat isang salita lamang ang ginagamit ng mga Pilipinonyebe (wala talagang katawagan ta!ong  &#34;ga Pilipino sa snow sapagkat ang n!e#e a! galing sa wikang $astila na

Gondok biasa disebabkan oleh gangguan pada kelenjar tiroid sehingga tidak dapat mensekresikan hormon tiroid sesuai dengan kebutuhan tubuh.Juga dapatterjadi karena kekurangan