• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DATA UMUM KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV DATA UMUM KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

DATA UMUM KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK

4.1 Demografi / kependudukan

Kabupaten Demak merupakan bagiain wilayah provinsi Jawa Tengah yang terletak dibagian timur kota Semarang, letak Kec. Mranggen dapat di tempuh 15 km daru pusat kota Semarang. Jumlah penduduk Kabupaten Demak berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010 sebanyak 1.063.768 jiwa terdiri dari 528.925 laki-laki (49,72 persen) dan 534.843 perempuan (50,28 persen). Jumlah penduduk ini naik sebanyak 79.819 orang atau sekitar 0,74 persen dalam kurun waktu sepuluh tahun dari tahun 2000.

Wilayah Kecamatan Mranggen, khususnya Desa Waru, Desa Kangkung, Desa Batursari, dan Desa Mranggen yang letaknya dekat dengan Kota Semarang merupakan sasaran bagi pendatang-pendatang baru untuk bertempat tinggal, baik pendatang dari bagian dalam kota maupun pendatang dari bagian yang lebih jauh dari itu. Bagi pendatang yang berasal dari bagian dalam kota, Kecamatan Mranggen merupakan daerah yang sangat menarik untuk bertempat tinggal, karena menawarkan tingkat kenyamanan yang jauh lebih tinggi ketimbang suasana yang ada di bagian dalam kota. Sementara bagi pendatang yang berasal dari luar kota, Kecamatan Mranggen merupakan daerah yang tepat untuk memperoleh peluang kerja yang lebih besar. Pertambahan luas lahan permukiman dan pemadatan rumah mukim menjadi konsekuensi logis yang selalu menyertai gejala ini. Hal ini merupakan pemicu utama terjadinya taudifikasi atau proses terbentuknya permukiman kumuh.

Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, seakan-akan terjadi penurunan jumlah penduduk di tahun 2010. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan metodologi antara data tahun 2010 dengan tahun sebelumnya. Jumlah penduduk tahun sebelumnya merupakan jumlah penduduk hasil registrasi yang diperoleh dari desa, sedangkan jumlah penduduk tahun 2010 merupakan hasil Sensus Penduduk 2010 ditambah mutasi penduduk bulan Juni hingga Desember.

(2)

Gambar 4.1 Piramida Penduduk Kabupaten Demak Tahun 2010

Menurut kelompok umur, sebagian besar penduduk Kabupaten Demak termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 716.641 orang (67,09 persen), dan selebihnya 351.367 orang (27,86 persen) berusia dibawah 15 tahun dan 43.258 orang (5,05 persen) berusia 65 tahun keatas. Sedangkan besarnya Angka ketergantungan (dependency ratio) Kabupaten Demak adalah 490,62. Hal ini berarti bahwa setiap 1.000 orang berusia produktif menanggung sebanyak 490 orang lebih penduduk usia dibawah 15 tahun dan 65 tahun keatas.

Dilihat dari kepadatan penduduknya, pada tahun 2010 kepadatan penduduk Kabupaten Demak mencapai 1.185 orang/Km2. Penduduk terdapat di Kecamatan Mranggen dengan kepadatan 2.200 orang/Km2, sedang penduduk paling jarang berada di Kecamatan Wedung dengan kepadatan hanya 724 orang/Km2.

Selama tahun 2010 terdapat 13.944 orang (7.428 laki-laki dan 6.516 perempuan) yang datang dan menjadi penduduk Kabupaten Demak. Jumlah ini turun dari tahun sebelumnya yang sekitar 18.081 orang. Sedang penduduk yang pergi mencapai 9.455 orang (4.351 laki-laki dan 5.104 perempuan) turun dari tahun sebelumnya yang berjumlah 11.159 orang.

(3)

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Kabupaten Demak Tahun 2006 – 2010

Tahun

Jenis Kelamin

Total Sex Ratio Laki – Laki Perempuan

2006 2007 2008 2009 2010 515.006 531.606 531.646 536.243 528.925 528.105 541.581 545.334 549.740 534.843 1.043.111 1.073.187 1.076.980 1.085.983 1.063.768 97,52 98,16 97,49 97,54 98,89

Selama tahun 2010, di Kabupaten Demak terdapat 13.842 kelahiran. Kelahiran tertinggi terjadi di Kecamatan Mranggen yaitu sebesar 2.441 kelahiran atau sekitar 17,6 persen dari total kelahiran yang terjadi di Kabupaten Demak, sedang tingkat kelahiran terkecil terdapat di Kecamatan Kebonagung sebesar 309 kelahiran atau 2,23 persen. Dilihat dari tingkat kelahiran kasar (Crude Birth Ratio - CBR) yang merupakan jumlah anak yang dilahirkan per 1.000 orang penduduk, tercatat CBR Kabupaten Demak tahun 2010 adalah 13,08. Sedang menurut tingkat kematian kasar (Crude Death Ratio - CDR) yang merupakan jumlah kematian per 1.000 orang penduduk, maka CDR Kabupaten Demak pada tahun yang sama adalah 4,90.

Angka-angka ini naik di banding angka tahun sebelumnya (2009) dimana tingkat kelahiran kasar sebesar 8,22 dan tingkat kematian kasar 4,13. Rasio anak terhadap wanita usia 15-49 tahun (Child Women Ratio - CWR) Kabupaten Demak adalah 309,13 yang berarti bahwa terdapat 309 anak berusia 0-4 tahun pada setiap 1.000 wanita usia 15-49 tahun. Angka ini sedikit dibawah angka tahun 2009 yang mencapai CWR sebesar 362,23.

(4)

Tabel 4.2 Rata-rata Jumlah Penduduk per Desa/Kelurahan dan per Rumah Tangga Di Kabupaten Demak Tahun 2010

Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), yang dimaksud dengan penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun keatas. Penduduk usia kerja ini dibedakan sebagai angkatan kerja yang terdiri dari bekerja dan mencari pekerjaan, serta bukan angkatan kerja yang terbagi atas yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya.

Penduduk Kabupaten Demak usia 15 tahun keatas yang bekerja pada tahun 2010 sebanyak 503.793 orang yang terdiri atas 291.889 laki-laki dan 211.904 perempuan, dirinci menurut lapangan usahanya. Menurut Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Demak, banyaknya pencari kerja yang mendaftar selama tahun 2010 adalah sebanyak 12.623 orang.

Sebagian besar dari pencari kerja tersebut berpendidikan setingkat SLTA (65,52 persen), dan selebihnya 13,72 persen berpendidikan setingkat SLTP, 18,96 persen berpendidikan Diploma/ Perguruan Tinggi dan 1,81 persen berpendidikan SD.

(5)

Mayoritas penduduk di kabupaten Demak bekerja pada sektor pertanian sebesar 40,23% dari jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja. Selanjutnya yang banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan sebesar 17,27%, sektor industri pengolahan 15,98%, sektor jasa 12,24% dan sektor kostruksi 9,83% . Sedangkan sektor lainya (pertambangan/penggalian, listrik, air, gas, angkutan, komunikasi dan keuangan) menyerap 4,45%.

Pertumbuhan penduduk yang dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan kematian disebut pertumbuhan alami dan pertumbuhan penduduk yang dipengaruhi oleh tingkat kelahiran, kematian dan migrasi disebut pertumbuhan non alami. Proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Rembang menggunakan rumus geometri sebagai berikut:

Pn = Po (1 + r) n Keterangan :

Pn = Jumlah Penduduk Tahun Proyeksi

Po = Jumlah Penduduk Tahun Dasar

r = Laju Rata-rata Pertumbuhan Penduduk n = Selisih Tahun Proyeksi dengan Tahun Awal

Melalui proyeksi penduduk dengan rumus perhitungan tersebut di atas, akan didapatkan angka-angka proyeksi jumlah penduduk untuk masing-masing kecamatan. Proyeksi penduduk ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui tingkat perkembangan penduduk di masa yang akan datang dan juga untuk mengetahui tingkat kebutuhan fasilitas dan utilitas umumnya.

(6)

Tabel 4.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk saat ini dan Proyeksi untuk 5 Tahun (Tahun 2010 - 2014)

Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk Jumlah Kepala Keluarga Pertumbuhan

Tahun Tahun r 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 % Mranggen 158.882 160.968 163.082 165.223 167.392 40.181 40.709 41.243 41.785 42.333 1,31 Karangawen 84.193 84.459 84.726 84.994 85.262 23.559 23.633 23.708 23.783 23.858 0,32 Guntur 72.551 72.885 73.220 73.557 73.895 19.960 20.052 20.144 20.237 20.330 0,46 Sayung 98.907 99.659 100.416 102.179 101.948 23.698 23.878 24.060 24.242 24.427 0,76 Karangtengah 59.425 59.536 59.647 59.759 59.871 59.163 59.274 59.384 59.496 59.607 0,19 Bonang 96.292 96.912 97.536 98.164 98.797 23.452 23.603 23.755 23.908 24.062 0,64 Demak 98.511 98.962 99.415 99.871 100.328 25.970 26.089 26.208 26.328 26.449 0,46 Wonosalam 71.761 71.978 72.197 72.415 72.635 19.416 19.475 19.534 19.593 19.652 0,30 Dempet 51.458 51.726 51.995 52.265 52.537 15.698 15.780 15.862 15.944 16.027 0,52 Gajah 43.452 43.584 43.716 43.848 43.981 13.065 13.105 13.144 13.184 13.224 0,30 Karanganyar 68.650 68.905 69.162 69.419 69.677 17.717 17.783 17.849 17.915 17.982 0,37 Mijen 71.426 50.657 50.890 51.124 51.358 13.458 13.520 13.582 13.644 13.707 0,46 Wedung 71.469 71.764 72.061 72.358 72.657 19.416 19.496 19.577 19.658 19.739 0,41 Kebonagung 37.791 38.122 38.456 38.793 39.133 11.176 11.274 11.373 11.472 11.573 0,88 Total 1.063.768 1.070.118 1.076.518 1.082.969 1.089.471 325.929 327.669 329.423 331.190 332.970

(7)

4.2 Letak Geografis

Wilayah Kabupaten Demak terletak di bagian utara Pulau Jawa dengan luas wilayah 89.743 ha dengan jarak bentangan Utara ke Selatan 41 km dan Timur ke Barat 49 km dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Adapun kecamatan yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa adalah kecamatan Sayung, Bonang, dan Wedung. Secara geografis Kabupaten Demak terletak pada 110º27’58’’-110º48’47’’ Bujur Timur dan 6º43’26’’-7º09’43’’ Lintang Selatan dengan batas-batas administrasi wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Utara : Kabupaten Jepara dan Laut Jawa

• Sebelah Timur : Kabupaten Kudus dan Kabupaten Grobogan

• Sebelah Selatan : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang • Sebelah Barat : Kota Semarang

Sebagai daerah agraris yang kebanyakan penduduknya hidup dari pertanian, sebagian besar wilayah Kabupaten Demak terdiri atas lahan sawah yang mencapai luas 50.893 ha (56,71 persen), dan selebihnya adalah lahan kering.Menurut penggunaannya, sebagian besar lahan sawah yang digunakan berpengairan teknis 36,11 % dan tadah hujan 34,83 %, dan setengah teknis dan sederhana 29,06 %. Sedang untuk lahan kering 34,82 % digunakan untuk tegal/kebun, 29,60 persen digunakan untuk bangunan dan halaman, serta 18,17 % digunakan untuk tambak.

4.3 Hidrologi

Sumber-sumber air di wilayah Demak berupa sumber air di permukaan tanah dan air tanah. Sumber air di permukaan tanah berasal dari sungai-sungai, laut dan pantai.

Sungai-sungai utama yang terdapat di wilayah Demak adalah sebagai berikut:

- Sungai Jragung, Kali Jragung berhulu di G. Ungaran dan mengalir menuju timur laut bermuara di Laut Jawa. Anak sungai Jragung yang berada di wilayah Kabupaten Semarang adalah Kali Klampok, K. Sililin, dan K. Trima.

- Sungai Tuntang, Hulu sungai ini berasal dari G.Ungaran di sebelah barat dan G.Merbabu di sebelah selatan menuju timur laut. Salah satu anak sungai Tuntang adalah Kali Senjoyo yang merupakan sungai terpanjang di Kabupaten Semarang (+35 km), dengan anak sungainya yaitu K. Tlogo, K. Taman, dan K. Macanan. Anak Sungai Tuntang yang lain

(8)

adalah K. Kurmo, K. Bade, K. Ngromo/Bancak. Sungai ini dimanfaatkan oleh penduduk sebagai saluran pengairan terutama di daerah hilir di Kabupaten Demak.

- Sungai Serang, Kali Serang merupakan sungai utama yang berhulu di sekitar G. Merbabu dengan beberapa anak sungai yang terletak di wilayah Kabupaten Semarang, yaitu K. Gading, K. Regunung, K. Ngadirejo, K. Pepe. K. Klatak, dan K. Bandung.

Tabel 4.4. Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Demak Nama DAS Luas (Ha) Debit (m³/dtk) (rata-rata/tahun)

DAS BABON 594 15

DAS JRAGUNG 30.585 44

DAS SERANG 32.100 90

DAS TUNTANG 26.464 16

Sumber : BBWS Jratun Seluna

Selain itu di kawasan Demak juga memiliki potensi cekungan air tanah yang cukup tinggi yakni :

Tabel 4.5. Jenis Air Tanah di Kabupaten/Kota

No. Jenis Air Tanah Debit

1 Air tanah dangkal 166,2 juta m³/th

2 Air tanah dalam 4,1 juta m³/th

Sumber : RTRW Kabupaten Demak Tahun 2011-2031

4.4 Administratif

Secara administrasi Kabupaten Demak terdiri dari 14 kecamatan, 243 desa, dan 6 kelurahan, 512 dusun, 6.326 Rukun Tetangga (RT) dan 1.262 Rukun Warga (RW), dengan luas wilayah 89.743 ha (gambar 4.2 Peta administrasi). Jarak Ibukota Kabupaten Demak dan Ibukota Kabupaten lain di sekitarnya :

Demak – Semarang : 26 km

Demak – Kudus : 25 km

Demak – Jepara : 45 km Demak – Grobogan : 38 km

(9)

Tabel 4.6 Luas Wilayah Menurut KecamatanDi Kabupaten Demak Tahun 2010

No. Kecamatan Kelurahan Desa Jumlah

Luas Wilayah Ha % Thd Total 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Mranggen Karangawen Guntur Sayung Karangtengah Bonang Demak Wonosalam Dempet Gajah Karanganyar Mijen Wedung Kebonagung 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 19 12 20 20 17 21 13 21 16 18 17 15 20 14 19 12 20 20 17 21 13 21 16 18 17 15 20 14 7.222 6.695 5.753 7.869 5.155 8.324 6.113 5.788 6.161 4.783 6.776 5.029 9.876 4.199 8,06 7,46 6,41 8,77 5,74 9,27 6,81 6,46 6,85 5,33 7,56 5,60 11 4,68 Jumlah 6 243 249 89.743 100 4.5 Kondisi Topografi

Kabupaten Demak mempunyai relief yang beraneka ragam, terdiri dari pantai, dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan. Kondisi topografi wilayah Kabupaten Demak antara 0 – 100 m di atas permukaan air laut (dpl). Pembagian daerah berdasarkan ketinggian adalah sebagai berikut:

1. Region A : - Ketinggian 0 – 3 meter

Lokasi : Kecamatan Demak, Bonang, Karangtengah, Mijen, Sayung dan Wedung. 2. Region B - Ketinggian 3 – 10 m

Lokasi : sebagian besar Kecamatan di Kabupaten Demak - Ketinggian 10 – 25 m

(10)

- Ketinggian 25 – 100 m

Lokasi : sebagian kecil dari Kecamatan Mranggen dan Karangawen. 3. Region C - Ketinggian lebih dari 100 m

(11)
(12)
(13)

4.6 Struktur Geologi

Tekstur tanah dari wilayah Kabupaten Demak dibagi dua region : - Region A :

Tekstur tanah halus (liat), meliputi sebagian dari hampir seluruh kecamatan dari wilayah Kabupaten Demak kecuali Kecamatan Karangtengah seluas : 49.066 Ha.

- Region B :

Tekstur tanah sedang (lempung) meliputi sebagian dari hampir seluruh kecamatan dari wilayah Kabupaten Demak kecuali Kecamatan Dempet dan Gajah seluas : 40.677 Ha. Struktur Geologi Kabupaten Demak terdiri dari struktur Aluvium, miosen fasies sedimen, pliosen fasies sedimen, plistosen fasies gunung api dan pliosen fasies batu gamping.

- Struktur Aluvium terdapat hampir semua kecamatan di Kabupaten Demak yaitu di Kecamatan Mijen, Bonang, Demak, Gajah, Karanganyar, Wonosalam, Karangtengah, Dempet, Sayung, Guntur, Mranggen dan Karangawen.

- Miosen, fasies sedimen terdapat di sebagian Kecamatan Karangawen yaitu di Desa Jragung dan sebagian di Kecamatan Mranggen.

- Pliosen, fasies sedimen terdapat di sebagian Kecamatan Karangawen yaitu di Desa Jragung dan sebagian di Kecamatan Mranggen.

- Plistosen, fasies gunung api terdapat di sebagian kecamatan Karangawen yaitu Desa Margohayu dan Wonosekar dan terdapat di Kecamatan Mranggen khususnya di Desa Sumberejo.

- Pliosen, fasies batu gamping yaitu hanya terdapat di Kecamatan Mranggen. 4.7 Iklim

Sebagaimana musim di Indonesia pada umumnya, di Kabupaten Demak hanya dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik,

(14)

sehingga terjadi musim penghujan. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April – Mei dan Oktober – November.

Menurut Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Pertambangan dan Energi (DPUPPE) Kabupaten Demak, selama tahun 2010 di wilayah Demak telah terjadi sebanyak 29 sampai dengan 135 hari hujan dengan curah hujan antara 223 mm sampai dengan 3.112 mm. Jumlah hari hujan terbanyak terjadi di daerah Brumbung, sementara curah hujan tertinggi terjadi di daerah Mijen.

Tabel 4.7 .Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan di Kabupaten Demak menurut Stasiun Hujan Tahun 2010

(15)

4.8 Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang

Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang Kabupaten Demak, selanjutnya tujuan tersebut akan dijabarkan dalam kebijakan sebagai berikut :

1. pengendalian alih fungsi lahan pertanian produktif; 2. pengembangan komoditas pertanian yang prospektif; 3. pengembangan kawasan pesisir;

4. pengembangan pusat pelayanan;

5. pengembangan prasarana wilayah pada kawasan perkotaan dan perdesaan; 6. peningkatan pengelolaan kawasan lindung;

7. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan;

8. pengembangan kawasan industri yang mempertimbangkan efektivitas ruang; 9. peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan.

Kebijakan yang telah ditetapkan diatas, selanjutnya masing-masing dijabarkan dalam strategi penataan ruang sebagai berikut :

1. Strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian produktif meliputi :

- mengarahkan perkembangan kegiatan terbangun pada lahan-lahan yang bukan merupakan sawah irigasi;

- menetapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

2. Strategi pengembangan komoditas pertanian yang prospektif meliputi :

- menentukan zona kawasan pertanian lahan basah, lahan kering, dan hortikultura;

- mengembangkan budidaya tanaman buah-buahan. 3. Strategi pengembangan kawasan pesisir meliputi :

(16)

- melindungi kawasan yang terkena abrasi;

- mengembangkan kawasan pengolahan perikanan. 4. Strategi pengembangan pusat pelayanan meliputi:

- mengembangkan sistem keterkaitan ekonomi kawasan perkotaan-perdesaan; - mengembangkan pusat pelayanan baru yang mampu berfungsi sebagai PKL; - mengoptimalkan peran Ibukota Kecamatan sebagai PPK.

5. Strategi pengembangan prasarana wilayah pada kawasan perkotaan dan perdesaan meliputi:

- meningkatkan kualitas jaringan jalan yang menghubungkan simpul-simpul kawasan produksi dengan kawasan pusat pemasaran;

- meningkatkan pelayanan sistem kelistrikan dan telekomunikasi di kawasan perdesaan;

- mengembangkan sistem prasarana sumberdaya air;

- mengembangkan sistem sanitasi lingkungan di kawasan perkotaan. 6. Strategi peningkatan pengelolaan kawasan lindung meliputi:

- meningkatkan kualitas perlindungan di kawasan lindung sesuai dengan sifat perlindungannya

- meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap manfaat perlindungan kawasan lindung;

- memindahkan secara bertahap permukiman berada di kawasan rawan banjir dan/atau rob dan/atau abrasi.

7. Strategi pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan meliputi :

- membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana;

(17)

- mengembangkan ruang kawasan perkotaan perkotaan secara efisien dan kompak;

- mengembangkan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan;

- membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan.

8. Strategi pengembangan kawasan industri yang mempertimbangkan efektivitas ruang meliputi :

- menentukan batas kawasan peruntukan industri;

- mengatur kegiatan industri pada masing-masing kawasan peruntukan industri;

- meningkatkan pengelolaan kawasan industri.

9. Strategi peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan meliputi:

- mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan;

- mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional;

- turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan.

4.9 Rencana Sistem Perkotaan

Setiap pusat pelayanan suatu kawasan dibentuk oleh suatu wilayah pengembangan dengan beberapa kawasan pengembangan di dalamnya. Setiap pusat wilayah pengembangan membawahi beberapa pusat kawasan pengembangan dan berfungsi melayani kawasan di sekitarnya (hinterland) yang hirarki pelayanannya lebih kecil sesuai dengan konsep pengembangan yang telah ditetapkan. Wilayah pengembangan dan kawasan pengembangan dalam struktur tata ruang Kabupaten Demak ditentukan berdasarkan efisiensi jangkauan pelayanan dan kawasan-kawasan strategis. Pengembangan tersebut secara efektif tidak termasuk pada kawasan – kawasan yang dilindungi (kawasan lindung).

Titik simpul pengembangan (kota-kota), baik sebagai pusat pertumbuhan maupun pusat-pusat pelayanan dari permukiman. Kawasan pengembangan dan Wilayah

(18)

pengembangan mempunyai hubungan timbal balik dengan pola memusat berupa orientasi pada kawasan-kawasan terdekat yang mempunyai tingkat pelayanan (hirarki) lebih tinggi. Dengan demikian maka kawasan-kawasan permukiman akan berorientasi ke pusat pelayanan dan pengembangan, dan pusat kawasan pengembangan akan berorientasi pada pusat wilayah pengembangan sehingga membentuk suatu struktur tata ruang yang dinamis dan kompak.

Penentuan skala pelayanan (hirarki kota-kota) berdasarkan pada penilaian yang sudah ada, dengan memperhatikan :

- Penyediaan fasilitas pelayanan besaran kota - Tingkat aksesbilitas

- Tingkat Interaksi / Garfitasi kota

- Kecenderungan orientasi perkembangan (ruang dan kegiatan)

- Jumlah penduduk

Fungsi masing-masing dari pusat pelayanan adalah hasil analisis kesesuaian lahan dan sekaligus mempertimbangkan kebijaksanaan daerah yang berlaku. Secara rinci masing-masing pusat pelayanan di Kabupaten Demak adalah sebagai berikut :

- Kota Hirarki I : Kota Demak - Kota Hirarki II : Kota Mranggen

- Kota Hirarki III : Kota Wedung, Gajah dan Kota Dempet

- Kota Hirarki IV :Kota Sayung, Bonang, Karangtengah, Karangawen, Guntur, Wonosalam, Mijen, Karanganyar, Kebonagung

Dengan mempertimbangkan kondisi wilayah Kabupaten Demak, maka untuk memudahkan dalam dalam pembagian sistem pusat pelayanan, maka akan ditentukan pula sistem perwilayahan pembangunan dalam Satuan Wilayah Pembangunan berdasarkan keterkaitannya dengan sistem pelayanan.

(19)

4.10 Bencana Alam dan Lingkungan

Kabupaten Demak tidak memiliki potensi bencana alam yang besar seperti Gunung Berapi, gerakan tanah ataupun tanah longsor. Permasalahan lingkungan yang berkaitan dengan kondisi topografi dan geologi adalah adanya daerah angin topan, banjir, abrasi dan rawan banjir di Kabupaten Demak, untuk lokasi kawasan banjir demak dapat dilihat pada gambar 4.5 . Permasalahan lingkungan tersebut diatas, dapa dijabarkan sebagai berikut :

- Angin Topan

Bencana angin topan di kabupaten demak terdapat di Kecamatan Bonang yaitu (Desa Purworejo), Kecamatan Karanganyar (Desa Ketanjung), Kecamatan Sayung (Desa Surodadi, Tugu Dan Gemulak), Kecamatan Dempet (Desa Sidomulyo Dan Gempoldenok) Kecamatan Wonosalam (Desa Botorejo).

- Banjir

Adapun daerah yang sering terjadi banjir pada musim penghujan yaitu hanya terdapat di Kecamatan Guntur yang terdapat didesa Blerong. Bencana banjir yang terjadi sering menggangu aktifitas penduduk yang ada di daerah kecamatan Guntur.

- Rawan Banjir

Rawan banjir pada musim penghujan berada di sebagian besar kecamatan Demak, Sayung, Karangtengah, Bonang, Karanganyar, Wonosalam, Guntur dan Mranggen. Hal tersebut dikarenakan berbagai aktivitas manusia dan pesatnya perkembangan pembangunan yang mengakibatkan semakin meningkatnya kebutuhan terhadap lahan. Perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian dan hutan menjadi lahan untuk perumahan, akan berpengaruh pada berkurangnya tingkat peresapan air ke dalam tanah yang menyebabkan banjir pada musim hujan dan menurunnya permukaan air tanah.

- Abrasi

Abrasi terjadi di Kawasan Pesisir Daerah Pantai Kabupaten Demak diakibatkan oleh aktivitas manusia (penebangan hutan mangrove untuk diambil kayunya, dan konversi hutan mangrove menjadi tambak) dan proses alami (terpaan gelombang laut yang terjadi secara terus-menerus serta perubahan pola arus yang menyusur pantai). Konfigurasi daratan pantai yang berupa tonjolan (tanjung) memiliki kontribusi utama sebagai penyebab terjadinya

(20)

pembelokan arus menyusur pantai (AMP) dan defraksi gelombang yang menuju pantai, sehingga berakibat terjadinya abrasi (erosi) di pantai tertentu. Sebagai imbangan terjadinya fenomena abrasi, akan terjadi pula fenomena akresi (sedimentasi), yang mengakibatkan terjadinya tanah timbul di tempat lain.

Dari hasil pengamatan terlihat beberapa tempat yang mengalami abrasi antara lain: sebagian daerah pantai utara yaitu kecamatan sayung, boning dan wedung. Hal tersebut disebabkan kurang mantapnya sistem penyangga pantai, terutama sebagai akibat struktur tanah yang rapuh (dispers) serta kurangnya tanaman pelindung pantai di ketiga sebagian kecamatan yang berbatasan dengan laut.

4.11 Kawasan Perbatasan

Wilayah Kabupaten Demak berbatasan dengan Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Kudus, dan Kabupaten Jepara. Kawasan perbatasan yang perlu diperhatikan perkembangannya adalah Genuk - Sayung , Semarang Timur – Mranggen, Dempet – Godong, Mijen – Welahan (Jepara) dan Karanganyar – Kudus. Adapun lokasi dari kawasan perbatasan tersebut, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Permasalahan kawasan perbatasan Kabupaten Demak dengan daerah disekitarnya ini adalah adalah adanya ketimpangan perkembangan, ketimpangan sosial ekonomi, dan peyediaan permasalahan prasarana serta sarana umum (PSU). Jika permasalahan ini tidak ditangani dengan baik, maka dapat menimbulkan permasalahan sosial di kawasan perbatasan. Dalam upaya menumbuhkan Kawasan Perbatasan, maka dalam pengelolaannya perlu adanya kerja sama dengan daerah yang bersangkutan, sehingga tidak merugikan kedua belah pihak. Kawasan Perbatasan di wilayah Kabupaten Demak meliputi :

a. Kawasan Sayung – Genuk (Kota Semarang)

Aspek-aspek yang perlu dikerjasamakan pada kawasan perbatasan Sayung - Genuk adalah : - Pengembangan industri

- Transportasi (Pengelolaan pelajon/ commuter) - Penyediaan Perumahan dan fasilitas pendukungnya - Penanganan rob dan banjir.

(21)

Aspek-aspek yang perlu dikerjasamakan di kawasan perbatasan Pedurungan - Mranggen adalah

- Pengembangan industri

- Transportasi (Pengelolaan pelajon/ commuter) - Penyediaan Perumahan dan fasilitas pendukungnya c. Kawasan Dempet – Godong (Kabupaten Grobogan)

Aspek-aspek yang perlu dikerjasamakan di kawasan perbatasan Pedurungan - Mranggen adalah :

- Perlindungan lahan sawah beririgasi

- Penyediaan Perumahan dan fasilitas pendukungnya d. Kawasan Mijen – Welahan (Kabupaten Jepara)

Aspek-aspek yang perlu dikerjasamakan di kawasan perbatasan Mijen - Welahan adalah : - Perlindungan lahan sawah beririgasi

- Penyediaan Perumahan dan fasilitas pendukungnya e. Kawasan Karanganyar – Kudus (Kabupaten Kudus)

Aspek-aspek yang perlu dikerjasamakan di kawasan perbatasan Karanganyar - Kudus adalah:

- Perlindungan lahan sawah beririgasi

- Penyediaan Perumahan dan fasilitas pendukungnya

(22)
(23)

Gambar

Gambar 4.1 Piramida Penduduk Kabupaten Demak Tahun 2010
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Kabupaten Demak Tahun 2006 – 2010
Tabel 4.2 Rata-rata Jumlah Penduduk per Desa/Kelurahan dan per Rumah Tangga  Di Kabupaten Demak Tahun 2010
Tabel 4.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk saat ini dan Proyeksi untuk 5 Tahun  (Tahun 2010 - 2014)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dukuhsalam, Kantor Balai Desa, Dinas Pertanian Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal. Data yang sudah diproleh kemudian dianalisis untuk mengetahui luas lahan

Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki lahan pertanian yang cukup luas, oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan Negara

Tekanan penduduk terhadap lahan pertanian yang tinggi disebabkan oleh jumlah penduduk bermatapencaharian petani melebihi ketersedian luas lahan sawah, bukan disebabkan

Sebagian besar masyarakat Kecamatan Jenawi penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang hidupnya mengandalkan dari sektor pertanian. Lahan kering berpotensi

Perkembangan Pertanian Lahan Basah/Sawah Penurunan luas lahan pertanian di Kecamatan Prafi sesuai dengan hasil analisis melalui digitasi dan perhitungan geometri yang

Berdasarkan kriteria diatas, maka daerah yang dapat dikembangkan sebagai lahan pertanian lahan basah adalah sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung, sebagian wilayah

Salah satu upaya pembinaan mental yang dilakukan di jama’ah Al- khidmah kecamatan Bonang kabupaten Demak adalah dengan melakukan Dzikir Iklil, dzikir ini merupakan dzikir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Perubahan fungsi lahan pertanian, 2) Dampaknya alih fungsi lahan terhadap kehidupan pendudukyang meliputi luas