BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAROS
2.1. GEOGRAFIS, TOPOGRAFIS DAN GEOHIDROLOGI
2.1.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Maros merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, terletak
dibagian barat Sulawesi Selatan antara 40’45’50’07’ lintang selatan dan 109’205’-129’12’ bujur
timur yang berbatasan dengan kabupaten Pangkep sebelah utara, Kota Makassar dan Kabupaten
Gowa sebelah Selatan, Kabupaten Bone disebelah Timur dan Selat Makassar disebelah Barat.
Secara administratif, kabupaten Maros terdiri atas 14 kecamatan , 80 Desa dan 23 kelurahan.
Pembagian wilayah menurut kecamatan, ibukota kecamatan dan jumlah desa / kelurahan sebagai
berikut :
Luas wilayah menurut kecamatan Tahun 2010
No Kecamatan
Ibukota
Kecamatan
Jumlah
desa/Kelurahan
Luas
Persentase terhadap
luas Kab(%)
1
Mandai
Bontoa
6
49,11
3,03
2
Moncongloe
Moncongloe
5
46,87
2,89
3
Maros baru
Baju Bodoa
7
53,76
3,32
4
Lau
Maccini Baji
6
53,73
3,32
5
Turikale
Turikale
7
29,93
1,85
6
Marusu
Temmapadduae 7
73,83
4,56
7
Bontoa
Bontoa
9
93,52
5,78
8
Bantimurung
Kalabbirang
8
173,70
10,73
9
Simbang
Jene’taesa
6
105,31
6,50
10 Tanralili
Borong
8
89,45
5,52
11 Tompobulu
Pucak
8
287,65
17,77
12 Camba
Cempaniaga
8
145,36
8,98
13 Cenrana
Limampocoe
7
180,97
11,18
14 Mallawa
Sabila
11
235,92
14,57
Total
103
1.619,11
100,00
Sumber: diolah Pansus DPRD Kab. Maros (dalam Perda Kab.Maros No.10 tahun 2010)
Ibukota kabupaten Maros terletak tiga puluh kilometer arah utara kota Makassar ibukota Propinsi
Sulawesi selatan. Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin terletak di Kabupaten Maros,
yang merupakan Bandar Udara terbesar di Kawasan timur Indonesia. Letak kabupaten Maros
yang berdekatan dengan Kota Makassar merupakan potensi bagi pengembangan berbagai
kegiatan produksi dan ekonomi di kabupaten Maros.
Kabupaten Maros yang terletak dibawah garis khatulistiwa dan beriklim tropis-humid. Cuaca yang
sangat mempengaruhi potensi pertanian di kabupaten Maros, seperti berikut ini:
a.
Arus Angin
-
Pada bulan November sampai Maret angin bertiup dari arah barat, barat laut dan timur
barat.
-
Pada bulan Juni sampai Agustus angin bertiup dari arah barat dengan kecepatan
rata-rata 7 km/jam.
b.
Temperatur
Rata-rata temperatur sebagai berikut :
-
Pada Daerah Kabupaten Maros temperatur udara rat-rata berkisar antara 26’C dan
27,6’C. Temperatur maksimum yang sangat jarang dialami adalah 34,6’C dan
temperatur minimum 19,9’C.
c.
Curah Hujan
Di Kabupaten Maros terjadi musim hujan dari bulan November sampai bulan Maret. Curah
hujan bulanan rata-rata yang terjadi di kabupaten Maros dapat dilihat dalam tabel berikut :
Curah Hujan Bulanan rata-rata
No Kecamatan
Jan
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1
Mandai
1910 668 X
281 313 x
-
2
102 -
380 943
2
Maros baru
1226 719 186 146 219 83
46 -
17
16
112 486
3
B.Murung
1122 689 142 165 335 x
31 -
18
26
130 684
6
Tanralili
887 455 99
55
334 x
30 0
-
17
159 482
5
Camba
877 601 X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
6
Mallawa
161 118 X
98
X
X
14 -
3
8
107 61
7
Moncongloe
1049 713 749 735 407 X
258 0
55
55
395 977
8
Turikale
1185 700 155 142 194 X
46 -
-
12
X
577
9
Marusu
1284 573 133 251 265 75
38 0
1
27
0
84
10 Lau
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
11 Simbang
X
601 65
96
225 X
X
X
X
X
X
X
12 Tompobulu
1471 719 127 325 249 45
25 0
-
X
147 491
13 Cenrana
X
167 174 206 239 54
6
-
157 59
31
X
14 Bontoa
X
601 65
96
X
X
47 32
103 39
107 513
Sumber Data: Klimatologi BMG kab.Maros 2009 (dalam Draf Final Laporan RP2I Kab.Maros
Dari data yang disajikan diatas dapat disimpulkan bahwa wilayah yang mendapatkan iklim yang
paling sesuai untuk budidaya padi adalah daerah topografi Bantimurung dan Maros baru, yang
terletak dalam kecamatan Bantimurung dan Kecamatan Maros baru daerah topografi
berbukit/bergunung lebih sesuai dengan tanaman palawija.
d.
Perubahan iklim
Perubahan iklim menjadi fenomena yang penting untuk dipertimbangkan. Pada wilayah pesisir,
trend peningkatan evolusi laut pasang mulai menimbulkan abrasi tanah pantai dan juga
berpengaruh pada efektifitas Sistem drainase pada daerah irigasi di wilayah datar dekat laut. Pada
wilayah perbukitan, terjadi peningkatan intensitas curah hujan, yang mengakibatkan banjir pada
sungai dan erosi tanah dalam DAS. Kedua hal ini berpengaruh kepada kapasitas
bendung-bendung irigasi yang ada dan fasilitas pencegahan masuknya lumpur pada saluran induk (kantong
lumpur).
Dampak yang mungkin akan terjadi akibat perubahan cuaca di kabupaten Maros adalah sebagai
berikut :
a.
Pengaruh sistem drainase di wilayah datar dekat laut kecamatan Bontoa, Maros baru dan
Marusu
b.
Peningkatan intensitas curah hujan di wilayah perbukitan, khususnya di Camba, Cenrana
dan Mallawa.
2.1.2. Kondisi Topografis
Kemiringan lereng merupakan bentuk dari variasi perubahan permukaan bumi secara
Global, regional atau dikhususkan dalam bentuk suatu wilayah tertentu variabel yang digunakan
dalam pengidentifikasian kemiringan lereng adalah sudut kemiringan lereng, titik ketinggian
diatasmuka laut dan bentang alam berupa bentukan akibat gaya satuan geomorfologi yang
bekerja.
Secera defenisi bahasanya lereng merupakan bagian dari bentang alam yang memiliki
sudut miring dan beda ketinggian pada tempat tertentu sehingga dapat ditarik suatu anila bahwa
dari sudut (kemiringan) lereng merupakan suatu variabel beda tinggi antara dua tempat yang
dibandingkan dengan daerah yang relatif lebih rata atau datar. Berdasarkan data hasil penelitian
Laporan Geologi Terpadu Kabupaten Maros, pada peta rupabumi dengan skala 1:50.000
(Surwanda Wijaya, dkk 1994) dapat diklarifikasi pengelompokan sudut lereng yang terdapat di
kabupaten Maros, yaitu sebagai berikut :
a.
Wilayah sudut lereng ,3%
b.
Wilayah sudut lereng 3-5%
c.
Wilayah sudut lereng 5-10%
d.
Wilayah sudut lereng 10-15%
e.
Wilayah sudut lereng 30-70%
f.
Wilayah sudut lereng >70%
Klasifikasi Sudut lereng di kab.Maros
No Sudut Lereng Ketinggian diatas muka laut Luas (%) Bentangan dan bantuan penyusunSebaran(kecamatan) Jenis/peruntukan lahan
1
<3
0-30
33,33 Pedataran;
dominan
Aluvium
Lau,Bontoa,Turikale,
Maros
baru,Marusu,Mandai
,Bantimurung,Camb
a dan Tanralili
Persawahan
pertambakan
perkebunan
permukiman
pertambangan
2
3-5
15-300
1,87
Perbukitan,se
dimen
dan
vulkanik
Mallawa,camba,banti
murung,bontoa dan
Tanralili
Permukiman
perkebunan
3
5-10
25-750
4,31
Perbukitan
kars
dan
Mallawa,Camba,Tan
ralili,Tompobulu dan
Perkebunan
peternakan
intrusi serta
pegunungan
vulkanik
bantimurung
permukiman
pertambangan
4
10-15
100-1.565 11,48 Perbukitan
intrusi
vulkanik kars
dan sedimen
Mallawa,Camba,Ban
timurung,Bontoa,Sim
bang,Tanralili
dan
Tompobulu
Perkebunan
peternakan
permukiman , Hutan
belukar , Alang alang
5
15-30
25-1.540
23,30 Pegunungan
vulkanik,Perb
ukitan kars,
intrusi
dan
sedimen
Mallawa,Camba,Ban
timurung,Bontoa,To
mpobulu,Tanralili,Mo
ncongloe
dan
Simbang
Perkebunan,
Hutan
lindung,Semak
belukar,Peternakan,Pe
rmukiman
6
30-70
100-1.458 20,09 Pegunungan
Vulkanik,
Perbukitan
intrusi
dan
Kars
Mallawa,Camba,bant
imurung,Simbang,
dan Bontoa
Hutan lindung,Hutan
produksi
terbatas,Perkebunan,R
ekreasi,Pertambangan
,Permukiman.
7
>70
35-1.437
5,61
Perbukitan
kars
dan
Pegunungan
vulkanik
Mallawa,Camba,bant
imurung,Simbang,To
mpobulu
dan
Tanralili
Hutan lindung,Hutan
produksi
terbatas,Perkebunan,s
emak
belukar,
Rekreasi.
Sumber: Dinas Pertambangan dan energi kab.Maros, 2009 (dalam revisi RTRW kab.Maros)
Kondisi topografi Kabupaten Maros sangat bervariasi mulai dari wilayah datar sampai
bergunung-gunung. Hampir semua wilayah di Kabupaten Maros terdapat daerah daratan dengan
kemiringan lereng 0 – 2 % merupakan daerah yang dominan dengan luas wilayah sekitar 70.882
Ha atau sebesar 43,8 % dari total wilayah Kabupaten Maros, sedangkan daerah yang memiliki
luas daerah yang sempit berada pada kemiringan 2 – 5 % dengan luas wilayah 9.165 Ha atau
sebesar 6 % dari luas total wilayah. Untuk pengembangan wilayah dengan tingkat kelerengan 0 –
2 % dominan berada pada sebelah Barat. Daerah yang mempunyai kemiringan lereng di atas 40
% atau wilayah yang bergunung-gunung mempunyai luas 49.869 Ha atau sebesar 30,8 % dari
luas wilayah Kabupaten Maros yang berada pada sebelah timur wilayah Kabupaten Maros.
Peta Topografi
2.1.3. Geohidrologi
a. Hidrologi
Keadaan hidrologi di Kabupaten Maros dapat diamati dengan adanya air tanah yang
bersumber dari air hujan yang sebagian mengalir di permukaan ( run off ) dan sebagian lagi
meresap ke bumi dan sampai ke tempat-tempat yang dangkal, serta sebagian lagi mencapai
tempat-tempat yang dalam, dimana sering dikategorikan sebagai air tanah tertekan yang dapat
diperoleh dari pemboran dengan kedalaman 75-100 meter.
Pada umumnya jenis air permukaan yang terdapat di Kabupaten Maros adalah berasal dari
sungai-sungai yang mengalir di wilayah tersebut, yaitu sungai Maros, Parangpakku, Marusu, Pute,
Borongkaluku, Batu Pute, Bentimurung, Marana, Cambaya, Pattunuang Asue, Bontotengga dan
Sabantang. Untuk Jenis air ini sebagian besar dipergunakan untuk keperluan pertanian,
sedangkan untuk air tanah dangkal dapat diperoleh dari sumur gali dengan kedalaman sekitar 10
– 15 meter dengan kualitas airnya cukup memenuhi syarat-syarat kesehatan. Untuk jenis air
sumur ini dipergunakan oleh sebagian besar masyarakat sebagai sumber air untuk keperluan
rumah tangga.
Kondisi Daerah aliran sungai (DAS)
No
Nama DAS
Luas DAS
Lahan Kritis (%)
1
Cambajawayya
10,00
1,30
2
Jeneberang
68,01
18,39
3
Maros
841,07
0,46
4
Mario
14,53
6,67
5
Minraleng
524,01
214,91
6
Camba/Laiya
36,00
-
7
Tompobulu
277,00
-
8
Bantimurung
29,00
-
9
Tanralili
19,50
-
10
Toddopulia
7,00
-
11
Toddolimae
9,00
-
12
Benteng Gajah
12,00
-
13
Purna Karya
8,50
-
14
Bone tanjora
10,50
-
15
Samanggi
6,20
-
16
Panagi
6,00
-
17
Cenrana
14,70
-
18
Galaggara
41,00
-
19
Balangkasa
8,10
-
20
Borong kaluku
11,00
-
21
Batu Putih
20,20
-
22
Pattontongan
16,50
-
23
Moncongloe
14,50
-
24
Balombong
7,80
-
25
Leang leang
11,20
-
26
Batangase –Kampala
8,00
-
27
Marana
4,00
-
28
Bulumarapa
18,00
-
29
Borong(Bandara)
4,50
-
30
Manrepo(Tombolo)
4,10
-
31
Balangajia(Bontolangkasa)
10,00
-
32
Ca’bella
6,00
-
Total
2.077,92
241,73
Sumber: Dinas Kehutanan, DinasPU/SDA kab.Maros,Dinas PSDA Prov Sul-sel tahun 2009(dalam Draf final RP2I kab.Maros)
Peta DAS
Dari informasi diatas , dapat disimpulkan bahwa wilayah hulu DAS Maros sudah dalam keadaan
kritis, dikarenakan erosi dan pengikisan bibir sungai.
Hal ini sangat mempengaruhi aliran air sungai Maros pada musim hujan maupun musim kemarau.
Ketersediaan air untuk irigasi pada musim kemarau sudah mulai menurun.
b. Jenis Tanah
Jenis Tanah di Kabupaten Maros diklarifikasikan dalam 4(empat) tipe :
a.
Alluvial Muda merupakan endapan alluvium (endapan aluvial sungai pantai dan rawa) yang
berumur kuarter(resen) dan menempati daerah morfologi pedataran dengan ketinggian 0-60
m dengan sudut kemiringan lereng <3%.
Tekstur beraneka mulai dari ukuran lempung, lanau, pasir, lumpur, kerikil, hingga kerakal
dengan tingkat kesuburan yang tinggi.
b.
Regosol adalah tanah hasil lapukan dari batuan gunung api dan menempati daerah
perbukitan vulkanik. Sifat sifat fisik nya berwarna coklat hingga kemerahan.
c.
Litosol merupakan tanah mineral hasil pelapukan batuan induk, berupa batuan beku(intrusi)
dan/atau batuan sedimen yang menempati daerah perbukitan dengan ketinggian 3-1.150 m
dan sudut lereng , 70%. Kenampakan sifat fisik berwarna coklat kemerahan, berukuran
lempung, lempeng lanauan, hingga pasir lempungan, plastisitas sedang tinggi, agak padu,
solam dangkal, tebal 0,2-4,5 m dan sudut lereng ,70%.
d.
Mediteran merupakan tanah yang berasal dari pelapukan batu gamping yang menempati
daerah perbukitan Kars, dengan ketinggian 8-750 m dan sudut lereng .705.Kenampakan
fisik yang terlihat berwarna coklat kehitaman, berukuran lempung pasiran, plastisitas
sedang-tinggi, agak padu, permeabilitas sedang, rentan erosi, tebal 0,1-1,5 m.
Klasifikasi Jenis Tanah di kab.Maros
Jenis
Tanah
Litologi Batuan
Luas
Sebaran(Kecamatan)
Alluvia
Muda
Endapan Alluvial
14,20%(229,91)
Lau,Bontoa,Turikale,Maros
baru,Moncongloe,Marusu,Mandai,
Camba, B.murung,Tanralili,Tompobulu
Regosol
Batuan vulkanik dan
lapukan gunug api
26,50%(429,06)
Cenrana,Camba, Mallawa,Tompobulu
Litosol
Batuan beku/sedimen
dan lapukannya
37,60%(608,79)
Mallawa,Camba,Bantimurung,Cenrana
,Simbang,mandai,Tompobulu,Tanralili
Mediteran Batu
Gamping
&
lapukan
21,70%(351,35)
Mallawa,Camba,Bantimurung,Bontoa,
Simbang,Tompobulu,Tanralili.
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Kab.Maros, 2009(dalam revisi RTRW)c. Klimatologi
Kabupaten Maros termasuk daerah yang beriklim tropis, karena letaknya yang dekat dengan
khatulistiwa dengan kelembaban berkisar antara 60 – 82 %, curah hujan tahunan rata-rata 347
mm/thn dengan rata-rata hari hujan sekitar 16 hari. Temperatur udara rata-rata 29°C. Kecepatan
angin rata-rata 2 – 3 knot/jam.
Daerah Kabupaten Maros pada dasarnya beriklim tropis dengan dua musim, berdasarkan curah
hujan yakni :
a.
Musim hujan pada periode bulan Oktober sampai Maret
b.
Musim kemarau pada periode bulan April sampai Septembar
Menurut Oldement, tipe iklim di Kabupaten Maros adalah tipe C2 yaitu bulan basah (200 mm)
selama 2 – 3 bulan berturut-turut dan bulan kering (100 mm) selama 2 – 3 bulan berturut-turut.
Beberapa desa di Kecamatan Camba yang berbatasan dengan Kabupaten Bone mempunyai iklim
seperti daerah bagian Timur Sulawesi Selatan yakni musim hujan dari periode bulan Oktober
sampai Maret dan musim kemarau dalam bulan April sampai September.
d. Curah Hujan
Jumlah curah Hujan dan banyaknya hari Hujan menurut bulan Tahun 2010 di kabupaten Maros
Bulan
Curah Hujan
Jumlah hari Hujan
(1)
(2)
(3)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
1.033
532
274
218
430
197
30
23
16
20
28
21
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
229
88
330
201
455
752
19
17
25
25
23
27
Rata-rata
395
23
Sumber: Stasiun Klimatologi Klas I (dalam Maros dalam Angka 2010)
e. Informasi Geografis Lainnya
Geologi dan Geomorfologi
Kabupaten Maros terbagi dalam empat satuan geomorfologi, sebagai berikut :
a.
Satuan pegunungan Vulkanik: menempati bagian utara, tengah dan timur puncak tertnggi
Bulu lekke (1.361 m dpl) menempati luas 30% dari luas daerah kabupaten Maros.
b.
Satuan perbukitan vulkanik: intrusi dan sedimen. Menempati daerah perbukitan yang
menyebar secara setempat-setempat sekitar 15% dari luas Kabupaten Maros.
c.
Satuan perbukitan Kars: satuan perbukitan ini tersebar cuckup luas pada bagian tengah,
timur laut daerah kabupaten Maros.
d.
Satuan Pedataran Alluvium: terletak dibagian barat yang tersebar dengan arah utara-selatan,
menempati sekitar 25% dari luas daerah Kabupaten Maros.
Pembagian Satuan Geomorfologi kab.Maros
No Satuan
Geomorfologi
Daerah
Sebaran
Luas
Daerah
Ciri Morfologi
Bantuan Penyusun
1
Pegunungan
Vulkanik
Utara,tengah,
timur
30
Relief
Topografi,Tinggi
kemiringan,lereng
terjal,
tekstur
topografi kasar
Batuan gunung api
2
Perbukitan
vulkanik
Tersebar
setempat-setempat tidak
terkonsentrasi
15
Perbukita
setempat-setempat
kemiringan lereng
sedang
Batuan
vulkanik,Beku(intrusi)
dan sedimen
3
PerbukitanKarst
Tengah
dan
Timur laut
30
Relief
kars membentuk
topografi
tower
tower
dengan relief yang
kasar
Batu gamping(batu
kapur)
4
Pedataran alluvial Bagian Barat
dengan arah
penyebaran
Utara sampai
selatan
25
Topografi Datar,
relief
rendah,
tekstur topografi
halus
Endapan aluvial
2.2. ADMINISTRASI
Secara umum luas wilayah Kabupaten Maros kurang lebih 1.619,12 km dan secara administrasi
pemerintahan terdiri atas 14 wilayah kecamatan dan 103 desa/ kelurahan.
Kedudukan secara administratif berbatasan dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa.
Banyaknya Desa/kelurahan, lingkungan, dusun, rukun warga/rukun kampung dan rukun tetangga
menurut kecamatan tahun 2010
Kecamatan
Desa/Kelurahan
Lingkungan
Dusun
Mandai
Moncongloe
Maros Baru
Marusu
Turikale
Lau
Bontoa
Bantimurung
Simbang
Tanralili
Tompobulu
Camba
Cenrana
Mallawa
6
5
7
7
7
6
9
8
6
8
8
8
7
11
10
0
11
0
31
19
3
4
0
2
0
6
0
3
16
17
13
25
0
6
34
33
24
30
35
22
33
32
Jumlah
103
89
320
Sumber: Badan pemberdayaan Masyarakat dan pemerintah Desa Kab.Maros(Maros dalam angka 2010)
Peta administrasi
2.3.
KEPENDUDUKAN
1.
Kepadatan Penduduk
Penduduk Kabupaten Maros berdasarkan sensus penduduk Tahun 2010 berjumlah 319.020 jiwa,
yang tersebar di 14 kecamatan, dengan jumlah penduduk terbesar yakni 41.294 jiwa yang
mendiami Kecamatan Turikale.
Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari
penduduk yang berjenis kelamin laki-laki, hal ini tercermin dari angka rasio jenis kelamin yang
lebih kecil dari 100. Namun di Kecamatan Mandai dan Kecamatan Tanralili, rasio jenis kelamin
laki-lakil lebih besar dari 100, hal ini menunjukkan jumlah penduduk di dua kecamatan tersebut
lebih besar dari penduduk perempuan.
Tingkat kepadatan penduduk tertinggi ditemukan di Kecamatan Turikale,1.380 jiwa/km2.
Sedangkan yang terendah di Kecamatan Mallawa, 45 jiwa/km2.
Tingkat Kepadatan penduduk menurut Kecamatan tahun 2010
Kecamatan
Luas
%
Jumlah
penduduk(orang)
%
Kepadatan
penduduk
Mandai
Moncongloe
Maros Baru
Marusu
49,11
46,87
53,76
53,73
0,03
0,03
0,03
0,03
35.044
16.939
23.987
25.226
21,64
10,46
14,81
15,58
714
361
446
469
Turikale
Lau
Bontoa
Bantimurung
Simbang
Tanralili
Tompobulu
Camba
Cenrana
Mallawa
29,93
73,83
93,52
173,70
105,31
89,45
287,66
145,36
180,97
235,92
0,02
0,05
0,06
0,11
0,07
0,06
0,18
0,09
0,11
0,15
41.319
24.201
26.573
28.078
22.209
24.456
14.104
12.554
13.593
10.719
25,52
14,95
16,41
17,34
13,72
15,10
8,71
7,75
8,40
6,62
1.381
328
284
162
211
273
49
86
75
45
Jumlah total
1.619,12
319.002
197
Sumber; BPS Kab.Maros(Maros dalam angka 2010)
2.
Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Struktur penduduk menurut mata pencaharian dimaksudkan untuk melihat struktur lapangan kerja
sebagai mata pencaharian utama masyarakat di kabupaten Maros. Adapun lapangan kerja
masyarakat di kabupaten Maros meliputi; PNS/TNI-POLRI, pertanian, tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan dan wiraswasta.
3.
Pendidikan
Pembagunan bidang Pendidikan bertujuan utuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan
sumber daya manusia (SDM) suatu negara akan menentukan karakter dari pembangunan
ekonomi dan sosial, karena manusia adalah pelaku aktif dari seluruh kegiatan tersebut. Dari tahun
ke tahun partisipasi seluruh masyarakat dalam dunia pendidikan semakin meningkat , hal ini
berkaitan dengan dengan berbagai program yang dicanagkan pemerintah untuk lebih
meningkatkan kesempatan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Peninhkatan
partisipasi pendidikan untuk memperoleh pendidikan tentunya harus diikuti dengan peningkatan
penyediaan sarana fisik pendidikan dan tenaga pendidikan yang memadai.
Kebutuhan fasilitas pendidikan sangat tergantung pada jumlah penduduk usia sekolah. Sesuai
standar kebutuhan untuk keberadaan fasilitas pendidikan didasarkan pada jumlah ruang kelas ,
radius pelayanan setiap fasilitas dan lahan yang dibutuhkan.
4.
Kesehatan
Di kabupaten Maros pada tahun 2010 terdapat 3 rumah sakit , 2 rumah bersalin, 14 puskesmas,
392 posyandu, 4 balai kesehatan , 34 puskesmas pembantu, 61 puskesdes dan 2 polindes. Dalam
pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB), jumlah akseptor baru yang terjaring pada tahun
2010 sebanyak 11.562 orang.
Banyaknya Fasilitas Kesehatan di kabupaten Maros 2007-2010
2007
2
1
14
389
0
35
1
12
2008
2
2
14
392
2
34
27
2
2009
2
2
14
392
2
34
58
2
2010
3
2
14
392
4
34
61
2
Sumber: Dinas Kesehatan kab.Maros (Maros dalam Angka 2010)
Banyaknya tenaga Kesehatan menurut kecamatan di Kabupaten Maros
Kecamatan
Tenaga Medis Tenaga medis
Dokter Dokter gigi Jumlah dokter perawat Bidan Farmasi Ahli gizi Teknisi medis Sanitasi Kesehatan masy
Mandai 6 4 10 13 18 3 5 2 2 6 Moncongloe 2 2 4 8 12 4 2 1 0 6 Maros baru 1 3 4 12 7 0 2 0 1 2 Marusu 5 1 6 12 5 3 3 1 2 5 Turikale 6 3 9 7 13 2 4 0 1 6 Lau 3 2 5 12 9 3 4 2 2 9 Bontoa 1 3 4 14 9 1 3 3 2 4 Bt.Murung 3 3 6 16 11 3 3 1 1 4 Simbang 4 2 6 6 8 0 2 1 1 3 Tanralili 3 2 5 8 10 0 2 0 1 2 Tompobulu 1 2 3 11 4 1 1 0 0 4 Camba 2 2 4 3 7 1 1 0 0 3 Cenrana 2 2 4 2 5 1 1 1 0 2 Mallawa 2 1 3 13 5 0 1 0 1 3 Jumlah 41 32 73 137 123 22 34 12 14 59 Sumber : Dinas Kesehatan Kab.Maros(Maros dalam Angka 2010)
5.
Sosial Masyarakat
Sikap dan prilaku manusia dalam melaksanakan kehidupannya pada dasarnya dilandasi dengan
keyakinan dan agama yang dianut dan menjadi pedoman yang sangat penting dalam kehidupan
berbangsa dan bermasyarakat. Struktur Penduduk menurut agama di kabupaten Maros
didominasi oleh penduduk yang menganut agama Islam. Perkembangan pembangunan dibidang
spritual dapat dilihat dari besarnya sarana peribadatan masing-masing agama.
Banyaknya tempat Peribadatan menurut kecamatan tahun 2010
Kecamatan
Masjid
Musholla
Gereja
Pura
Vihara
Mandai
55
7
4
-
-
Moncongloe
26
1
2
-
-
Maros baru
43
5
-
-
-
Marusu
34
-
4
-
-
Turikale
46
8
2
-
-
Lau
49
3
-
-
-
Bontoa
40
-
-
-
-
Bt.Murung
53
2
-
-
-
Simbang
47
1
-
-
-
Tanralili
46
6
4
-
-
Tompobulu
47
2
1
-
-
Camba
37
7
-
-
-
Cenrana
38
1
1
-
-
Mallawa
36
4
-
-
-
Jumlah
597
47
18
0
0
Sumber: Kementerian Agama Kab.Maros(Maros dalam Angka 2010)
PEREKONOMIAN
1.
Pertumbuhan Ekonomi
Kemajuan perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari perkembangannya PDRB nya .
Nilai PDRB kabupaten Maros selama kurun waktu tahun 2005-2009 mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun . hal ini dipengaruhi oleh prodduksi beberapa jenis
komoditas kegiatan ekonomi yang mengalami peningkatan , disamping itu harga
komoditas beberapa jenis kegiatan
ekonomi tersebut juga mengalami peningkatan.
Tabel . Nilai dan Kontribusi sektor PDRB tahun 2007 s/d 2011 atas dasar harga Konstan
Kab.Maros
No Sektor 2007 2008 2009 2010 (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 Pertanian 393.598,73 41,00 405.983,67 40,04 420.285,13 39,01 444.070,76 38,51 2 Pertambangan & Penggalian 14.629,81 1,52 15.392,72 1,52 16.345,041,52 17.387,77 1,51 3 Industri Pengolahan 209.664,59 21,84 226.453,81 22,33 245.187,79 22,76 267.841,09 23,23 4 Listrik,Gas & Air bersih 8.275,73 0,86 8.893,70 0,88 9.629,22 0,89 10.522,96 0,91 5 Konstruksi 14.561,32 1,52 15.856,18 1,56 17.342,35
1,61
19.268,04 1,67 6 Perdagangan,Hotel & Restoran 76.237,68 7,94 82.225,18 8,11 88.882,05
8,25
97.521,84 8,46 7 Pengakuan & Konsumsi 51.694,39 5,38 56.543,55 5,58 61.395,58 5,70 67.445,90 5,85 8 Keuangan,Sewa, Perusahaan & Js. 56.777,13 5,91 60.382,22 5,96 64.293,40 5,97 67.225,79 5,83 9 Jasa-Jasa 134.596,54 14,02 142.181,47 14,02 154.117,41 14,30 161.897,82 14,04 PDRB 960.035,92 100,00 1.013.912,50 100,00 1.077.477,97 100,00 1.153.181,97 100,00 Sumber: BPS
Perekonomian Daerah
Sebagian besar dari luas wilayah kabupaten Maros merupakan dataran rendah sehingga sangat
potensial untuk kegiatan sektor- sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.
Kawasan pantai sepanjang 31 km sangat sesuai dengan kegiatan pengelolaan hasil laut.
Disamping itu potensi perairan Pantai tersebut dapat dikembangkan menjadi objek wisata bahari.
a.
Pertanian
Kabupaten Maros merupakan salah satu wilayah Kabupaten yang memiliki pengusahaan
pertanian tanaman pangan pertanian yang sangat strategis di provinsi Sulawesi selatan. Luas
baku areal persawahan tahun 2009 mencapai 25.919 Ha. Total areal persawahan yang
paling luas adalah kecamatan Bantimurung mencapai 3.908 Ha. Total produksi padi pada
tahun 2009 sebesar 271.570 ton dengan luas panen 44.907 Ha. Produksi jagung sebesar
24.899 Ton dengan luas panen 5.000 Ha. Hasil produksi perkebunan rakyat yang utama
adalah kemiri(sekitar 5.500-6.000 ton) dan jambu mente sekitar 5.00-1.000 ton. Produksi
hasil hutan terdiri dari Kayu Jati sekitar 850.000 ton, bambu 175.000 batang, rotan 400.000
ton dan getah pinus sekitar 550.000 kg.
b.
Peternakan
Populasi ternak di kabupaten Maros adalah Sapi, kerbau dan kambing dan unggas.Pada
tahun 2009 berdasarkan Sumber data dari Dinas Perikanan, kelautan dan peternakan kab.
Maros Jumlah populasi Sapi sebanyak 30.403 ekor, sedangkan kerbau 4.041 ekor dan
Kambing 11.569 ekor, kuda 4.452 ekor. Untuk populasi ternak unggas, ayam kampung
sebanyak 390.351 ekor, total ayam petelur 212.723 ekor, ayam pedaging 7.982.504 dan itik
241.706 ekor.
2009 2007 2008 2006 2005 0 2,5 5 7,5 3,11 4,33 4,58 5,61 6,27c.
Perikanan
Usaha perikanan kabupaten Maros terdiri atas perikanan laut dan perikanan darat. Produksi
perikanan laut pada tahun 2009 adalah 13.534 ton, dengan jenis tangkapan ikan, teripang
dan kepiting. Sedangkan untuk produksi perikanan darat sebesar 506,6 ton yang terdiri atas
ikan bandeng dan windu.
d.
Pertambangan dan galian
Komoditas unggulan yang lain di kabupaten Maros adalah sektor pertambangan. Namun
baru sebagian kecil dieksploitasi. Dengan demikian peranannya terhadap PDRB kabupaten
Maros relatif sangat rendah yaitu berkisar 1,30 persen.
e.
Perdagangan
Peluang pengembangan sektor perdangan kabupaten Maros, sangat potensial dengan
posisi strategis sebagai wilayah pendukung Mamminasata. Kegiatan perdagangan dengan
skala besar adalah kegiatan ekspor yang dilakukan oleh beberapa perusahaan meliputi
ekspor kancing, kayu jati, dan marmer yang semuanya itu diproduksi secara lokal. Kegiatan
perdagangan potensi produksi wilayah lainnya adalah semen yang masih masuk tahap
perdagangan antar pulau , antar daerah.
f.
Perindustrian
Sektor industri kabupaten Maros menunjukkan kecenderungan meningkat baik dilihat dari
jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja, maupun nilai investasinya. Industri kabupaten
Maros terbagi atas tiga kelompok yaitu industri besar, menengah dan kecil. Kegiatan industri
kabupaten Maros telah ditunjang oleh infrastruktur yang memadai. Lokasi industri umumnya
berada pada jalur utama (jalan arteri), berdasarkan RTRW kabupaten Maros dan rencana
tata ruang kawasan metropolitan Mamminasata, kawasan industri ditetapkan di kecamatan
Marusu.
g.
Pariwisata
Potensi Sumber daya alam (SDA) unggulan kabupaten Maros lainnya adalah potensi wisata
alam seperti permandian alam Bantimurung, Cagar alam Karaenta, taman wisata alam Goa
Pattunuang, taman safari puncak, permandian air panas Reatoa, air terjun Lacolla dan bonto
somba, Batu Napara / sungai putedan pasir putih Kuri. Potensi wisata lainnya adalah taman
purbakala leang-leang yang terletak pada perbukitan kapur yang curam, sekitar 17km dari
kota Maros. Sebagian dari objek-objek wisata tersebut masih belum dikembangkan dan
dikelola secara profesional. Khusus untuk objek wisata alam Bantimurung dengan kondisi
alam tropis yang subur menjadikan daerah ini sebagai permukiman yang ideal dari berbagai
jenis Kupu-kupu, dimana pada saat ini tercatat sekitar 150 jenis kupu-kupu yang di daerah
lain sudah amat sulit ditemukan.
VISI dan MISI Kabupaten Maros
Visi
Mewujudkan masyarakat Maros yang sejahtera dan beriman melalui Pemerintahan yang bersih
dan profesional.
Yang Sejahtera menurut pengertian Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat yaitu suatu
kondisi masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa
kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan dan
kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih, aman dan nyaman. Juga terpenuhinya
hak asasi dan partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan takwa kepada Tuhan yang
maha Esa.
Berdasarkan pengertian tersebut indikatornya adalah tercukupinya kebutuhan minimum hak dasar
yang meliputi; pangan, kesehatan, pedidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan,
sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak
kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial ekonomi dan politik.
Yang dimaksud beriman adalah menjalankan ibadah yang telah disyariatkan oleh agama, ini
mencakup aspek amalan hati, perkataan dan perbuatan dan tunduk kepada Allah, terhadap
perintah dan larangannya. Indikatornya adalah dilaksanakannya nilai- nilai keagamaan bagi para
pemeluk agama.
Yang dimaksud Pemerintahan yang bersih dan profesional adalah pemerintah yang
menjalankan prinsip-prinsip Good Governance yang meliputi 10 prinsip yaitu:
1.
Akuntabilitas: adalah setiap kegiatan dan hasil akhir dari pembangunan daerah harus
dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentua peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2.
Pengawasan: adalah setiap kegiatan pembangunan daerah dipantau secara
proporsionalbaik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat atau rakyat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.
Daya tanggap: adalah tingkat kepekaan para penyelenggara pemerintahan terhadap
perkembangan dan dinamika masyarakat untuk penanganan segera.
4.
Profesionalisme: adalah tingkat kemampuan penyelenggara pemerintah yang
menguasai bidangnya sehingga mampu memberi pelayanan yang optimal kepada
masyarakat.
5.
Efesiensi dan efektifitas: terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan
pemanfaatan sumber daya secara optimal dengan hal yang maksimal.
6.
Transparansi: adalah keterbukaan informasi yang benar , jujur dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan pembangunan daerah dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
7.
Kesetaraan: adalah memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya.
8.
Wawasan ke depan: adalah membangun daerah berdasarkan visi dan strategis yang
jelas dan mengikut sertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga
merasa memiliki dan ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan daerahnya.
9.
Partisipasi: adalah mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pembangunan, yang menyangkut kepentingan
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
10.
Penegakan hukum: adalah mewujudkan supremasi hukum yang adil bagi semua pihak
tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat.
Misi
1.
1.Meningkatkan pertumbuhan ekonomi rakyat dengan mendorong secara sungguh-sungguh
simpul perekonomian;
2.
Mengoptimalkan sumber-sumber pendanaan melalui penciptaan iklim, usaha yang kondusif;
3.
Penataan biroksasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik;
4.
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan;
5.
Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi masyarakat;
6.
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan;
7.
Meningkatkan pembinaan keagamaan;
8.
Meningkatkan pemberdayaan perempuan;
9.
Meningkatkan daya dukung lingkungan hidup.
Berdasarkan Visi dan Misi yang telah ditetapkan, maka upaya pencapaiannya kemudian
dijabarkan secara lebih sistematis ke dalam perumusan strategi, arah kebijakan, program dan
kegiatan. Selain itu, untuk mengukur ketercapaian kinerja maka dirumuskanlah pula indikator
sebagai tolak kinerja.
2.9. INSTITUSI DAN ORGANISASI PEMDA
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, oleh Pemerintah Kabupaten Maros telah dilakukan penyesuaian dan penataan organisasi perangkat daerah sesuai dengan Peraturan Pemerintah tersebut, sehingga dalam kurun waktu tahun 2008 telah diberlakukan Struktur Organisasi Perangkat Daerah.
Dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada awalnya Pemerintah Kabupaten Maros telah menetapkan Organisasi Perangkat Daerah yang terdiri dari 15 (lima belas) dinas, 7 (tujuh) badan, 6 (enam) kantor termasuk Inspektorat, Satpol PP dan RSUD, serta 2 (dua) sekretariat, sebagaimana ditunjukkan di bawah ini : 1. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga
2. Dinas Kesehatan
3. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi 4. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
6. Dinas Pekerjaan Umum
7. Dinas Tata Ruang dan Perumahan
8. Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan 9. Dinas Pengelola Keuangan Daerah
10. Dinas Pertambangan dan Energi 11. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
12. Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemadam Kebakaran 13. Dinas Pertanian
14. Dinas Perikanan, Kelautan, dan Peternakan 15. Dinas Kehutanan dan Perkebunan
16. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
17. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat 18. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa 19. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan 20. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan 21. Bdan Kepegawaian Daerah dan Diklat
22. Badan Lingkungan Hidup
23. Kantor Pelayanan Perijinan Satu Pintu 24. Kantor Perpustakaan dan Arsip
25. Kantor Pengelola Daerah Kawasan dan Penanaman Modal 26. Inspektorat
27. Rumah Sakit Umum Salewangang 28. Satuan Polisi Pamong Praja 29. Sekretariat Daerah
30. Sekretariat DPRD
Seiring dengan tuntutan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan daerah, monitoring dan evaluasi terhadap efektifitas penyelenggaraan pemerintahan senantiasa dilaksanakan, sehingga sampai dengan akhir Desember Tahun 2010 telah dilakukan penyesuaian/perubahan Organisasi Perangkat Daerah dan berlaku efektif pada Tahun 2011 sebagai berikut :
1. Dinas Pendidikan 2. Dinas Kesehatan
3. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi 4. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
5. Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika 6. Dinas Pekerjaan Umum
7. Dinas Tata Ruang dan Perumahan
8. Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan 9. Dinas Pengelola Keuangan Daerah
10. Dinas Pertambangan dan Energi 11. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
12. Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman 13. Dinas Pertanian
14. Dinas Perikanan, Kelautan, dan Peternakan 15. Dinas Kehutanan dan Perkebunan
16. Dinas Perikanan Kelautan dan Peternakan 17. Dinas Pemuda Olah Raga dan Seni 18. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
19. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat 20. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa 21. Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan
22. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan 23. Badan Kepegawaian Daerah dan Diklat
24. Badan Penanggulangan Bencana Daerah 25. Badan Lingkungan Hidup
26. Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Penanaman Modal 27. Kantor Perpustakaan dan Arsip
28. Kantor Pendapatan Daerah 29. Inspektorat
30. Rumah Sakit Umum Salewangang 31. Satuan Polisi Pamong Praja 32. Sekretariat Daerah
33. Sekretariat DPRD 34. Sekretariat KORPRI
2.10. TATA RUANG WILAYAH
Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Maros meliputi rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kebijakan pengembangan pola ruang ditujukan untuk mewujudkan pola penggunaan ruang yang seimbang antara daya lindung kawasan lindung dengan kapasitas produksi dan pemanfaatan kawasan budidaya secara asri dan lestari. Kawasan lindung yang baik yang bersifat: (i) preservasi berupa hutan lindung baik di daerah ketinggian pedalaman yang merupakan daerah hulu (upstream) Daerah Aliran Sungai (DAS), (ii) konservasi berupa taman margasatwa. Selain daripada itu, untuk kepentingan pelestarian warisan sejarah dan budaya dapat ditetapkan suatu kawasan konservasi seperti cagar budaya bangunan buatan manusia yang ditetapkan sebagai benda purbakala. Dalam kawasan budi daya juga diusahakan sebisa mungkin menumbuhkembangkan dan melestarikan kawasan lindung setempat baik ruang darat, maupun udara untuk menjaga keasrian dan kelestarian ragam hayati, yang juga merupakan mata rantai sistem ekologi wilayah, seperti ruang terbuka hijau, baik berupa hutan kota, jalur hijau di sempadan sungai, sempadan danau, dan sempadan jalan. Dalam skala lingkungan mikro terutama di daerah perdesaan diarahkan tumbuh berkembangnya tatanan desa mandiri pangan dan energi yang didukung alam yang asri dan lestari. Pola pemanfaatan daerah perkotaan diarahkan juga dapat terwujud tatanan lingkungan yang swatata dalam memproduksi dan mengolah daya penentralisiran limbah.
Pengembangan kawasan lindung bertujuan untuk mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan, dan menjaga keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung proses pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Maros.
Tabel 52
Luas Penggunaan Lahan berdasarkan Rencana Pola Ruang
Kabupaten Maros
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase
1 2 3 4
1 Kawasan Bandara 384 0.26
2 Kawasan Hutan Lindung 14.611 10.05
3 Kawasan Hutan Produksi 15.364 10.57
4 Kawasan Hutan Produksi Terbatas 6.434 4.43
5 Kawasan Konservasi 28.611 19.69 6 Kawasan Mangrove 135 0.09 7 Kawasan Perikanan 286 0.20 8 Kawasan Perkebunan 7.165 4.93 9 Kawasan Permukiman 3.442 2.37 10 Kawasan Pertambangan 48 0.03
11 Kawasan Pertanian Lahan Kering 29.344 20.19
12 Kawasan Pertanian Pangan Lahan Basah 28.688 19.74
13 Kawasan Tambak 987 6.74
14 Sungai 1.010 0.70
Total 145.311 100
Sumber: Hasil Analisis Tim, 2011
.
Arahan kawasan lindung ditetapkan dengan dasar sebagai berikut:
1. Menetapkan kawasan lindung sebesar minimal 30% dari luas seluruh wilayah Kabupaten Maros yang dikelompokan dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) atau biasa disebut juga Daerah Pengaliran Sungai (DPS), yang meliputi kawasan yang berfungsi lindung di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan, termasuk berbagai kawasan konservasi.
2. Mempertahankan kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin katersediaan sumber daya air.
3. Mengendalikan pemanfaatan ruang di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung.
4.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumbedaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung di Kabupaten Maros mutlak ada dan diperlukan, baik untuk perlindungan pada lingkup ruang wilayah Kabupaten Maros maupun untuk perlindungan pada wilayah sekitarnya. Perlindungan ini dilakukan untuk melindungi lingkungan hidup, manusia dan makhluk hidup lainnya beserta aktivitasnya dari akibat yang ditimbulkan oleh bencana alam, dan/atau ulah manusia dan makhluk hidup lainnya yang merusak kealamian, kelestarian dan keselamatan tata kehidupan.
Kawasan lindung adalah kawasan yang fungsinya tidak diperkenankan adanya kegiatan manusia. Yang termasuk kawasan lindung di Kabupaten Maros terbagi atas :
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
Kawasan perlindungan setempat;
Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan kawasan cagar budaya;
Kawasan rawan bencana alam;
Kawasan lindung geologi; dan
▪ Kawasan lindung lainnya.
4.1.1 Kawasan Yang Memberikan Perlindungan
terhadap Kawasan
Bawahannya
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya merupakan kawasan yang ditetapkan dengan tujuan mencegah terjadinya erosi dan sedimentasi, menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsure hara tanah, air tanah, dan air permukaan serta memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan.
Dilihat dari fungsinya, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya terdiri dari Kawasan hutan lindung dan Kawasan resapan air.
Dalam RTRWK ini, penentuan kawasan lindung didasarkan pada Peta Kawasan Hutan Kabupaten Maros yang dikeluarkan Departemen Kehutanan. Melengkapi peta kawasan tersebut, juga dilakukan analisis penentuan peruntukan kawasan dalam skala
yang lebih rinci berdasarkan data elevasi (wilayah dengan elevasi di atas 2.000 m dpl –
sesuai Peta Kontur digital dari Bakorsutanal menjadi kawasan lindung), kemiringan lereng (>45 % masuk kawasan lindung), dikombinasikan dengan data intensitas hujan dan sifat fisik tanah.
a. Hutan Lindung
Sebaran luas kawasan hutan lindung di Kabupaten Maros terdapat di 7 (tujuh) wilayah kecamatan antara lain: Kecamatan Bantimurung, Kecamatan Camba, Kecamatan Cenrana, Kecamatan Mallawa, Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Simbang dan Kecamatan Tompobulu.
Pengembangan kawasan hutan lindung di wilayah Kabupaten Maros, dilakukan dengan :
a. Dilakukan pendelineasian kawasan yang ditetapkan sebagai hutan lindung sesuai rencana pemanfaatan ruang.
b. Menghindari kegiatan budidaya di kawasan hutan lindung yang dapat merusak fungsi lindung dan menimbulkan degradasi lingkungan sementara ataupun permanen.
c. Melakukan perlindungan terhadap flora dan fauna yang ada di hutan lindung tersebut. d. Pembatasan dan relokasi kegiatan budidaya yang sudah ada dari hutan lindung ke
lahan yang sesuai dengan peruntukannya dalam rencana pemanfaatan ruang.
e. Penetapan enclove bagi kegiatan budidaya di kawasan hutan lindung guna
menghindari perkembangan kegiatan budidaya tersebut.
f. Penegasan status lahan kawasan lindung oleh instansi terkait sehingga jelas dan tegas peruntukannya dan keberadaannya terlindungi.
g. Reboisasi terhadap hutan lindung atau lahan yang telah ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung sehingga sesuai dengan fungsinya.
Berdasarkan hasil analisis pola ruang kawasan hutan lindung di Wilayah Kabupaten Maros memperlihatkan bahwa beberapa kawasan hutan lindung yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Kabuaten Maros melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Selanjutnya dari hasil kaji analisis fungsi kawasan hutan berdasarkan kriteria, fungsi dan pola sebarannya memperlihatkan sebaran kawasan hutan lindung di Kabupaten Maros, meliputi: wilayah Kecamatan Mallawa, Kecamatan Lau, Kecamatan Bontoa, Kecamatan Cenrana, Kecamatan Bantimurung, Kecamatan Simbang dan Kecamatan Tompobulu.
Keberadaan dan terpeliharanya kawasan lindung di Kabupaten Maros dianggap sangat urgen. Pada wilayah dengan curah hujan yang tinggi, seperti di kebanyakan wilayah Kabupaten Maros, kawasan lindung menjadi penyangga bencana banjir, longsor dan erosi. Hutan lindung menjaga kelestarian sungai-sungai yang mengalir di Kabupaten Maros untuk mendukung dan melindungi kawasan budidaya potensial yang ada di bawahnya, dan untuk menjaga kelestarian ragam hayati, demi kepentingan masa kini maupun masa depan penduduk di Kabupaten Maros. Ada sebagian kawasan hutan di wilayah Kabupaten Maros yang telah kritis, oleh karena itu reboisasi dan perubahan peran komunitas di kawasan hutan dari mencari nafkah dengan menebang pohon tak terkendali menjadi mendapatkan tambahan nafkah karena perannya sebagai penjamin fungsi hutan. Revitalisasi fungsi hutan dan peran
masyarakat ini sangat penting untuk ikut andil dalam mengendalikan proses perubahan iklim dan pemanasan global.
Tekanan terhadap kawasan lindung juga akan terjadi di sekitar jalan-jalan penghubung baru. Seperti yang juga terjadi di beberapa wilayah, pembukaan atau peningkatan aksesibilitas dan kapasitas jalan selalu diikuti oleh perobahan tata guna lahan melalui proses alih fungsinya. Khususnya di kawasan lindung, pengendalian alih fungsi ruang di sepanjang kanan dan kiri jalan perlu pengendalian yang sangat ketat. Perlu dibuat sistem pengamanan yang tidak hanya mengandalkan aspek legal hukum dan pengawasan dari petugas, tetapi juga sistem pengamanan yang melibatkan masyarakat itu sendiri, dikemas dalam program yang arif bijaksana. Hendaknya, kegiatan permukiman secara tegas dibatasi, tetapi diarahkan pada kegiatan dan bangunan dalam rangka wisata alam yang dikaitkan dengan konservasi kawasan lindung.
Luas kawasan hutan lindung di Wilayah Kabupaten Maros adalah kurang lebih seluas 14.611 ha. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel 53.
Tabel 53
Rencana Luas Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Maros
No Kawasan Hutan Lindung Luas (Ha) Persentase
1 2 3 4 1 Kec. Bantimurung 2,417 16.54 2 Kec. Bontoa 323 2.21 3 Kec. Cenrana 4,972 34.03 4 Kec. Lau 87 0.59 5 Kec. Mallawa 574 3.93 6 Kec. Simbang 16 0.11 7 Kec. Tompobulu 6,222 42.59 Jumlah 14.611 100
4.1.2 Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat juga dimanfaatkan sebagai kawasan lindung yang melindungi daerah setempat dimana kawasan tersebut berada. Pada kawasan ini tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya dan apabila telah terdapat kegiatan budidaya diupayakan untuk diadakan pemindahan lokasi kegiatan budidaya. Kawasan perlindungan setempat terdiri dari :
a. Kawasan Sempadan Pantai
Sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.
Kawasan sempadan pantai di Kabupaten Maros terdapat di pesisir pantai di Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Marusu, Kecamatan Lau, dan Kecamatan Bontoa. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantai berpasir dengan substrat didominasi oleh pasir yang berasal dari laut maupun yang berasal dari daratan terbawa sungai atau sedimentasi maupun erosi pantai, serta daratan sepanjang tepian laut, dengan ketentuan :
- Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari
titik pasang air laut tertinggi kearah darat; atau
- Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau
terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.
Kawasan hutan bakau (mangrove) yang merupakan sempadan pantai terdapat di Kecamatan Bontoa seluas kurang lebih 5 hektar, Kecamatan Lau seluas kurang lebih 14 hektar, Kecamatan Maros Baru seluas kurang lebih 56 hektar, dan Kecamatan Marusu seluas kurang lebih 60 hektar yang merupakan bagian dari sempadan pantai. Pengembangan kawasan sempadan pantai, adalah:
Adanya perlindungan terhadap kawasan hutan bakau yang ada saat ini dan perbaikan terhadap hutan bakau yang rusak.
Pembangunan areal tambak diarahkan di luar garis hutan bakau, jadi tidak merusak hutan bakau yang ada.
Memberikan status hukum yang jelas terhadap keberadaan dan kelestarian hutan bakau sehingga aman dari berbagai gangguan.
Pengembangbiakan berbagai fauna di kawasan hutan bakau untuk mendukung pelestarian lingkungan.
Pengendalian perkembangan perkampungan di sepanjang pantai. Rehabilitasi kawasan hutan bakau yang sudah mengalami kerusakan
b. Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan sungai yang perlu mendapat perlindungan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian lingkungan. Tujuan perlindungan terhadap kawasan sungai dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kawasan sungai dari gangguan manusia. Sempadan sungai ditetapkan di Sungai Lekopancing, Sungai Bantimurung, dan Sungai Maros dengan ketentuan :
- Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima)
meter dari kaki tanggul sebelah luar;
- Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul diluar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; dan
- Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul diluar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.
Sempadan sungai adalah lahan di kiri dan kanan sungai yang dapat dipengaruhi oleh keadaan air sungai. yang tersebar di 14 kecamatan di Kabupaten Maros. Pengembangan kawasan sempadan sungai, adalah :
Adanya perlindungan terhadap sempadan sungai yang ada saat ini.
Dilakukannya kegiatan reboisasi di sepanjang sempadan sungai untuk mendukungkelestarian alur sungai dan air sungainya itu sendiri. Memberikan status hukum yang jelas terhadap keberadaan dan kelestarian sempadan sungai sehingga aman dari berbagai gangguan.
Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya di sempadan sungai.
Pembebasan lahan atau penguasaan lahan sempadan sungai oleh lembagaberwenang sehingga aman dari gangguan.
c. Kawasan Sekitar Danau atau Waduk
Kawasan sekitar danau di Kabupaten Maros, meliputi Waduk Lekopancing Kecamatan Tanralili dan Bendung Bontosunggu Kecamatan Tompobulu, dengan ketentuan :
- Daratan dengan jarak paling sedikit 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100
(seratus) meter dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi; atau
- Daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap
bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk. .
d. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) Kabupaten Maros adalah menyebar dan seimbang dengan memperhatikan fungsi ekologis, social budaya, estetika, dan ekonomi dengan ketentuan RTH Publik paling sedikit 20% (dua puluh
persen) dan RTH Privat paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari luar kawasan perkotaan yaitu PKN, PKLp dan PPK di Kabupaten Maros. Kawasan RTHKP adalah sarana RTH kawasan perkotaan Maros, meliputi:
- Kawasan hijau pertamanan kota terebar di kawasan perkotaan ibukota kabupaten,
ibukota kecamatan dan kota-kota satelit Kabupaten Maros, dengan peruntukan pada kawasan terbangun kota yang merupakan penunjang pada kawasan pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan jasa, industri dan perumahan;
- Kawasan hijau rekreasi dan olahraga di perkotaan (lapangan olahraga);
- Kawasan hijau pertanian yang di kawasan perkotaan;
- Kawasan hijau di sepanjang jalur jalan, sempadan sungai, pantai, dan danau atau
waduk;
- Taman Pemakaman Umum di Kecamatan Mandai;
- Kawasan hijau pekarangan pada kawasan perumahan di perkotaan;
Cagar Budaya
Kawasan suaka alam, pelestarian alam, cagar budaya di Kabupaten Maros ditetapkan dalam rangka melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah,ilmu pengetahuan, dan pembangunan pada umumnya serta melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, dan keanekaragaman bentuk geologi yang berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, cagar budaya di Kabupaten Maros, meliputi Kawasan Taman Nasional, Kawasan Pantai Berhutan Bakau, dan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan.
Kawasan konservasi Taman Nasional didefinisikan sebagai satuan wilayah yang memiliki keragaman hayati yang unik atau langka sehingga perlu dicegah kepunahannya dengan memberikan perlindungan khusus. Pengelolaan kawasan konservasi ditentukan oleh macam perlindungannya, seperti cagar alam akan dikelola dengan teknik berbeda dari taman nasional misalnya. Kawasan konservasi dikelola oleh Pemerintah Pusat melalui balai-balai konservasi yang ada di Provinsi. Kawasan konservasi di Kabupaten Maros, adalah Kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung seluas kurang lebih 28.610 (dua puluh delapan ribu enam ratus sepuluh) hektar, meliputi:
a. Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berada di Kecamatan Bantimurung seluas kurang lebih 6.750 (enam ribu tujuh ratus lima puluh) hektar;
b. Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berada di Kecamatan Camba seluas kurang lebih 3.623 (tiga ribu enam ratus dua puluh tiga) hektar;
c. Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berada di Kecamatan Cenrana seluas kurang lebih 2.825 (dua ribu delapan ratus dua puluh lima) hektar;
d. Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berada di Kecamatan Mallawa seluas kurang lebih 10.024 (sepuluh ribu dua puluh empat) hektar;
e. Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berada di Kecamatan Simbang seluas kurang lebih 4.184 (empat ribu seratus delapan puluh empat) hektar; dan
f. Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berada di Kecamatan Tompobulu seluas kurang lebih 1.204 (seribu dua ratus empat) hektar.
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di Kabupaten Maros, yang meliputi:
- Situs Leang Rammang-Rammang di Kecamatan Bontoa;dan
- Situs Bulu Sipong di Kecamatan Bontoa;
b. Bangunan dan lingkungan peninggalan sejarah, yakni :
- Rumah Adat Karaeng Loe di Pakere di Kecamatan Simbang;
- Kompleks Makam Kassi Kebo di Kecamatan Maros Baru; dan
Karakteristik wilayah Kabupaten Maros yang terdiri dari wilayah
dataran tinggi (pegunungan) dan dataran rendah (daerah Pesisir) memiliki
potensi terjadinya bencana alam (kawasan rawan bencana). Untuk
menghindari terjadinya dampak kerusakan yang diakibatkan oleh bencana
alam tersebut tentunya dibutuhkan perencanaan kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap ekosistem sekitarnya dan perlindungan terhadap
aktifitas manusia.
Kawasan rawan bencana diidentikkan sebagai kawasan yang sering
atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Kawasan rawan bencana
alam di Kabupaten Maros ditetapkan dalam rangka memberikan
perlindungan semaksimal mungkin atas kemungkinan bencana alam
terhadap fungsi lingkungan hidup dan kegiatan lainnya, terdiri atas;
-
Kawasan rawan bencana banjir berada di sebagian Kecamatan Maros
Baru, sebagian Kecamatan Lau, sebagian Kecamatan Marusu,
sebagian Kecamatan Bontoa, sebagian Kecamatan Turikale, sebagian
Kecamatan Simbang, dan sebagian Kecamatan Bantimurung;dan
-
Kawasan rawan tanah longsor berada di sebagian wilayah Kecamatan
Camba, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah
Kecamatan Tompobulu, sebagian wilayah Kecamatan Bontoa dan
sebagian wilayah Kecamatan Bantimurung;
Kegiatan pengembangan di lahan yang rawan bencana alam, adalah:
a.
Dilakukannya kegiatan reboisasi di kawasan ini sehingga memberikankeamanan kepada penduduk di sekitarnya.
b.
Menghindari kegiatan budidaya baik pertanian maupun permukiman, sehinggalahan seperti ini tidak membahayakan aktifitas manusia di sekitarnya.
c.
Adanya pendelineasian dan pemetaan yang tegas mengenai lahan-lahan yangrawan bencana alam, sehingga terhindar dari bencana alam.
Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air diarahkan untuk menjamin
kelestarian ekosistem alami dalam penyerapan air hujan sehingga tidak
terjadi run-off dalam jumlah berlebihan yang berpotensi menjadi genangan
banjir dengan strategi :
- Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air;
- Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan
dan pemanfaatan lahan pada sumber air;
- Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu;
- Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian