• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Umum Kabupaten Kudus Kondisi Fisik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Umum Kabupaten Kudus Kondisi Fisik"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Kondisi Umum Kabupaten Kudus 4.1.1 Kondisi Fisik

Kabupaten Kudus merupakan kabupaten dengan luas wilayah terkecil di Jawa Tengah, yaitu sebesar 42.516 Ha, yang terdiri dari 9 kecamatan, 123 desa dan 9 kelurahan. Secara geografis, Kabupaten Kudus terletak pada koordinat 6051’ – 7016’ Lintang Selatan dan 110036’ – 110050’ Bujur Timur. Secara administratif Kabupaten Kudus berbatasan dengan beberapa wilayah yaitu sebelah utara dengan Kabupaten Jepara dan Pati, sebelah barat dengan Kabupaten Demak dan Jepara, sebelah selatan dengan Kabupaten Grobogan dan Pati, dan sebelah timur dengan Kabupaten Pati. Secara umum Kabupaten Kudus memiliki jenis iklim tropis basah dengan curah hujan tertinggi adalah 368,2 mm pada bulan Januari dan yang terendah adalah 14,6mm pada bulan September (Tabel 9).

Tabel 9. Curah hujan per bulan dari tahun 2004-2008 di Kabupaten Kudus (mm)

Bulan 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata Januari 238 319 777 120 387 368,2 Pebruari 328 167 346 261 722 364,8 Maret 265 253 263 227 224 246,4 April 76 145 151 170 102 128,8 Mei 135 31 152 22 22 72,4 Juni 40 51 5 53 8 31,4 Juli 28 37 0 25 0 18 Agustus 0 62 0 9 36 21,4 September 4 50 0 12 7 14,6 Oktober 8 183 23 41 89 68,8 Nopember 144 115 22 187 92 112 Desember 292 467 325 411 224 343,8 Jumlah 1.558 1.880 2.064 1.538 1.913 1790,6 Sumber : Bappeda, 2008

Sementara itu, berdasarkan data temperatur rata-rata dari tahun 2006 sampai dengan 2008, temperatur tertinggi mencapai 29,30C pada bulan Oktober dan terendah 19,60C pada bulan Januari dan Juni (Tabel 10).

(2)

Tabel 10. Suhu Udara Rata-Rata Maksimum dan Minimum dirinci per Bulan di Kabupaten Kudus Tahun 2006 - 2008 (0C)

Bulan

2006 2007 2008 rata-rata

maks. min. maks. min. maks. min. maks. min.

Januari 25,7 18,7 27,2 20,3 27,1 19,8 26,7 19,6 Pebruari 26,2 19,7 27,6 19,9 25,3 19,9 26,4 19,8 Maret 27,1 19,4 26,9 19,9 26,3 19,9 26,8 19,7 April 27,4 19,3 27,2 20,2 27,6 20,0 27,4 19,8 Mei 27,3 19,7 27,2 20,6 27,8 19,8 27,4 20,0 Juni 27,2 19,9 27,3 20,2 27,5 19,9 27,3 20,0 Juli 27,4 19,8 27,1 20,2 27,9 18,8 27,5 19,6 Agustus 27,7 19,9 27,6 20,0 28,3 19,6 27,9 19,8 September 28,9 19,0 28,6 19,6 29,5 19,8 29,0 19,5 Oktober 29,9 20,0 29,0 20,0 29,1 20,4 29,3 20,1 Nopember 30,2 20,5 28,0 19,7 27,8 20,4 28,7 20,2 Desember 27,7 20,2 26,7 19,4 27,0 19,9 27,1 19,8 Sumber : Bappeda, 2008

Sementara itu, kelembaban rata-rata bulanan di Kudus berkisar antara 72%-83%. Angin yang bertiup adalah angin barat dan angin timur yang bersifat basah dengan kelembaban 88% dan memiliki kecepatan angin minimum 5 km/jam dan kecepatan angin maksimum mencapai 50 km/jam.

Jika dilihat berdasarkan topografi, Kabupaten Kudus memiliki ketinggian terendah 5 m di atas permukaan air laut di Kecamatan Undaan dan ketinggian tertinggi 1600 m di atas permukaan air laut di Kecamatan Dawe. Berikut adalah persentase kemiringan lahan di Kabupaten Kudus :

a. Kemiringan 0-8% di daerah dataran antara lain di Kecamatan Undaan (Desa Undaan Kidul, Desa Undaan Lor, Desa Undaan Tengah), Kecamatan Kaliwungu (Desa Blimbing Kidul, Desa Sidorekso, Desa Kaliwungu, Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe (Desa Margorejo, Desa Samirejo, Desa Karangrejo, Desa Cendono) dan Kecamatan Jekulo (Desa Jekulo).

b. Kemiringan 8-15% menempati sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Dawe sebelah selatan, Kecamatan Gebog (Desa Gribig) dan Kecamatan Mejobo (Desa Jepang).

c. Kemiringan 15-25% menempati Kecamatan Dawe (Desa Kajar) dan Gunung Patiayam bagian Timur.

(3)

d. Kemiringan 25-45% menempati di daerah Gunung Patiayam bagian utara, Kecamatan Gebog (Desa Padurenan).

e. Kemiringan > 45% menempati Kecamatan Dawe (Desa Ternadi) Kecamatan Gebog (Desa Rahtawu, Desa Menawan) dan daerah Puncak Muria bagian selatan.

Berdasarkan jenis tanahnya Kabupaten Kudus sebagian besar memiliki jenis tanah Aluvial Coklat Tua (Tabel 11).

Tabel 11. Luas Tanah Berdasarkan Jenis Tanah (Ha)

Kecamatan A B C D E F G H Kaliwungu 108,8 687,5 2471,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 K o t a 0,0 0,0 1047,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 J a t i 1332,5 0,0 1297,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Undaan 7177,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Mejobo 1053,3 0,0 2623,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Jekulo 3985,4 0,0 1950,5 1675,0 0,0 0,0 584,5 96,3 B a e 0,0 0,0 2332,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Gebog 0,0 1748,3 585,4 0,0 779,9 1275,4 560,4 560,4 D a w e 0,0 0,0 1196,1 0,0 632,5 591,9 3081,6 3081,6 Jumlah 13656,9 2435,8 13503,4 1675,0 1412,4 1867,3 4226,6 3738,3 Keterangan: A(aluvial coklat tua), B(flomosol coklat kelabu), C(asosiasi mediteran coklat tua dan meditran

coklat kemerahan), D(asosiasi grumusul kelabu tua dan meditran coklat kemerahan), E(andosol), F(latosol coklat), G(Asosiasi Latosal dan Grumusal Kelabu Tua), dan H(latosol merah), Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Kudus, 2008.

4.1.2 Kawasan Industri Kabupaten Kudus

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindagkop (perindustrian, perdagangan, dan koperasi) tahun 2008, terdapat 10.542 buah perusahaan industri per unit usaha. Angka tersebut mencakup seluruh perusahaan (unit usaha) baik skala besar, sedang, kecil, maupun rumah tangga. Bila dibandingkan dengan tahun 2007, terjadi peningkatan jumlah unit usaha industri sebesar 0,93 persen. Berdasarkan jenis komoditinya, jenis industri yang paling mendominasi adalah industri pengolahan tembakau yaitu sebsar 34,7 persen dalam skala industri besar dan sedang. Industri lainnya yang cukup menonjol yaitu industri pakaian jadi sebesar 18,9 persen, Industri penerbitan dan percetakan sebesar 9,7 persen, dan industri makanan dan minuman sebesar 8,2 persen (Tabel 12)

(4)

Tabel 12. Banyaknya Perusahaan Industri Besar dan Sedang menurut Jenis Industri dan Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Kudus

Jenis Industri Banyaknya

Perusahaan %

Banyaknya Tenaga Kerja

Makanan dan Minuman 16 8,2% 965

Pengolahan Tembakau 68 34,7% 79.226

Tekstil 16 8,2% 2.205

Pakaian Jadi 37 18,9% 1.966

Kulit & Brg dari Kulit 2 1,0% 53

Kayu & Brg dari Kayu 2 1,0% 635

Kertas & Brg dari Kertas 8 4,1% 4.023

Penerbitan, Percetakan 19 9,7% 4.143

Industri Kimia, Brg dari Bahan Kimia & Jamu 4 2,0% 1.149 Karet, Brg dari Karet & dari Plastik 4 2,0% 686

Brg Galian Bukan Logam 1 0,5% 32

Brg dari Logam, kecuali Mesin & Peralatannya 7 3,6% 243 Mesin, Radio, TV, Peralatan Komunikasi &

Perlengkapannya 12 6,1% 3.548 Jumlah 2007 196 98.874 2006 209 91.046 2005 148 74.450 2004 148 66.293 2003 157 70.308

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kudus, 2008

Kebutuhan luas lahan kawasan industri berdasarkan analisis sampai tahun 2012 adalah sebesar 1.013,6487 Ha dan sekitar 70 % dari kebutuhan tersebut digunakan untuk pengembangan kawasan industri. Berdasarkan keterangan dari Dinas Perindagkop, Kabupaten Kudus belum memiliki area yang khusus digunakan untuk kegiatan industri yang disebut kawasan industri sehingga sampai saat ini hanya ada kawasan yang disebut dengan Kawasan Peruntukan Industri (KPI). KPI ini tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Kudus, akan tetapi terdapat dua kecamatan yang diutamakan menjadi Kawasan Peruntukan Industri (KPI) khususnya untuk industri yang menghasilkan polutan yaitu Kecamatan Jekulo dan Kaliwungu. Pembagian kawasan ini diungkapkan pada pasal 29 Perda No.8 tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah bahwa pembangunan industri dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

(5)

1. kawasan industri polutan, yang pembangunan industrinya diarahkan di Kecamatan Kaliwungu dan Jekulo

2. kawasan industri industri non polutan diarahkan di Kecamatan Mejobo. 4.1.3 Ruang Terbuka Hijau Kabupaten Kudus

Jika dilihat dari penggunaan lahannya, berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup tahun 2006 saat ini lahan yang terbangun di Kabupaten Kudus semakin meningkat terutama untuk bangunan permukiman dan kegiatan industri. Hal ini didukung juga oleh banyaknya lahan persawahan yang dialih fungsikan untuk pembangunan sehingga berdampak pada keterbatasan lahan kosong atau lahan terbuka selain itu pengadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) juga semakin sulit. Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada saat ini didominasi oleh kawasan pertanian. Berdasarkan fungsi utama kawasan, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kudus dibedakan menjadi 2 yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Secara detail luasan kawasan tersebut dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Luas Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya di Kabupaten Kudus

Jenis Kawasan Luas ( Ha ) (persentase)%

Kawasan Lindung

1. Kawasan Hutan Lindung 987,32 2,3%

2. Kawasan Sempadan Sungai 477,5 1,1%

3. Kawasan Cagar Budaya 25 0,1%

4. Kawasan Sekitar Mata Air 37,5 0,1%

5. Kawasan Sekitar Waduk 150 0,4%

6. Kawasan Rawan Bencana Alam 25 0,1%

Jumlah Luas Kawasan Lindung 1.702,32 4,0%

Kawasan Budidaya

1. Kawasan Pertanian Lahan Basah 12.277,00 28,9% 2. Kawasan Pertanian Lahan Kering 2.050,00 4,8%

3. Kawasan Perkebunan Rakyat 2.700,00 6,4%

4. Kawasan Hutan Produksi 894 2,1%

5. Kawasan Permukiman 18.227,32 42,9%

6. Kawasan Pertambangan 200 0,5%

7. Kawasan Peruntukan Industri 625 1,5%

8. Kawasan Campuran 3.840,00 9,0%

Jumlah Kawasan Budidaya 40.813,32 96,0%

Jumlah 42.515,64 100%

(6)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kawasan pertanian meupakan jenis RTH yang paling mendominasi, sedangkan jenis lainnya tidak banyak. Selain itu dapat dilihat bahwa penggunaan lahan lebih banyak dipergunakan untuk kawasan pemukiman hal ini disesuaikan dengan pertimbangan bahwa kebutuhan akan lahan pemukiman akan semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk.

4.2 Kondisi Umum Kecamatan Kaliwungu 4.2.1 Kondisi Fisik

Kecamatan Kaliwungu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kudus yang lokasinya sangat mudah dijangkau karena letaknya di perbatasan kabupaten dan berada pada jalur penghubung antar wilayah. Secara administrasi Kecamatan Kaliwungu dibatasi oleh beberapa wilayah (Gambar 4), antara lain sebelah barat dengan Kecamatan Kota, sebelah timur dengan Kabupaten Jepara, sebelah selatan dengan Kabupaten Demak dan Kecamatan Kota, dan sebelah utara dengan Kecamatan Gebog.

Gambar 4. Peta Kecamatan Kaliwungu

(7)

Jika dilihat berdasarkan topografinya Kecamatan Kaliwungu merupakan bagian dari Kabupaten Kudus yang memiliki topografi datar dengan persentase kemiringan lahannya sebesar 0-8 %. Selain itu, sebagian besar dari Kecamatan Kaliwungu memiliki tanah jenis aluvial coklat tua yang cocok untuk berbagai jenis tanaman terutama tanaman pangan seperti padi. Selain jenis tanah yang cukup baik untuk beberapa jenis tanaman, Kecamatan Kaliwungu memiliki curah hujan yang relatif sedang dengan suhu rata-ratanya sebesar 27-290 C.

Berdasarkan data penggunaan lahan, sebagian besar wilayah Kecamatan Kaliwungu lebih banyak digunakan untuk area terbangun yaitu berupa permukiman dan industri. Sedangkan area tidak terbangun sampai saat ini semakin berkurang salah satunya disebabkan oleh perubahan tata guna lahan menjadi area terbangun (Tabel 14). Area tidak terbangun yang ada mencakup ruang terbuka seperti lapangan olah raga dan ruang terbuka hijau seperti sawah. Tabel 14. Luas Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian Ke Non Pertanian di

Kabupaten Kudus

   Penggunaan tanah semula Peruntukan penggunaan tanah

Kecamatan Sawah Tegalan Permukiman Lain-lain

Bid Luas (Ha) Bid Luas (Ha) Bid Luas (Ha) Bid Luas (Ha)

Kaliwungu 18 3,38 6 0,86 24 4,24 K o t a 3 0,53 2 0,12 5 0,64 -J a t i 7 1,51 5 0,55 12 2,06 -Undaan 1 0,27 - - 1 0,27 -Mejobo 1 0,17 1 0,36 2 0,52 -Jekulo 7 1,02 2 0,38 9 1,41 B a e 7 1,13 3 1,17 10 2,3 -Gebog 3 0,44 5 0,88 8 1,32 -D a w e 3 0,47 1 0,16 4 0,63 Jumlah 50 8,92 25 4,47 75 13,39

-Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Kudus, 2008 4.2.2 Industri di Kecamatan Kaliwungu

Kecamatan Kaliwungu merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Kudus yang diutamakan sebagai Kawasan Peruntukan Industri (KPI) oleh Dinas Perindustrian. Kawasan ini memiliki beberapa jenis industri dari mulai industri rumah tangga sampai dengan industri besar. Beberapa desa di Kecamatan Kaliwungu yang sampai saat ini terdapat kegiatan industri antara lain Desa

(8)

Papringan, Desa Bakalan Krapayak, Desa Sidorekso, dan Desa Kedungdowo. Dari beberapa desa tersebut, tersebar kegiatan industri yang berbeda. Desa Sidorekso dan Papringan merupakan desa yang paling banyak kegiatan industrinya terutama industri rumah tangga salah satunya adalah industri pembuatan genteng. Sedangkan desa Bakalan Krapyak dan Kedungdowo memiliki lebih banyak kegiatan industri besar salah satunya adalah industri rokok PT. Djarum yang tersebar merata di beberapa tempat.

4.3 Kondisi Lokasi Penelitian

Industri rokok PT. Djarum dan industri elektronik PT. Polytron merupakan dua industri besar di Kawasan Peruntukan Industri Bakalan Krapyak yang lokasinya berdekatan dan hanya dibatasi oleh area permukiman. Kedua industri ini berada pada satu lingkup area yang dibatasi oleh beberapa wilayah yaitu sebelah timur berbatasan dengan Dukuh Grogol, sebelah barat berbatasan dengan Dukuh Tanjung, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Gebog, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kerjaksan (Gambar 5).

Gambar 5. Peta Lokasi Industri PT. Djarum dan PT. Polytron di Desa Bakalan Krapyak (Sumber: www.googlemaps.com.2010)

(9)

Lokasi kedua industri ini cukup mudah dijangkau karena didukung dengan jalur sirkulasi yang jelas dan alat transportasi umum yang cukup banyak. Jalur sirkulasi pada kedua area industri ini berupa jalan utama dan jalan percabangan. Jalur utama merupakan jalan besar dengan lebar 6-8 m yang merupakan jalan penghubung antar kota maupun antar kecamatan, sedangkan jalur percabangan merupakan jalan dengan lebar 3-5 m yang merupakan jalur penghubung antar ruang dalam area industri (Gambar 6).

a b

Gambar 6. Kondisi Sirkulasi dan Fasilitas Transportasi di Lokasi Industri (a. Kondisi Jalan dan b Alat Transportasi)

Berdasarkan penggunaan ruangnya, kedua industri ini sebagian besar digunakan untuk area terbangun berupa lahan industri dan permukiman. Sisanya adalah area tak terbangun berupa ruang terbuka hijau (RTH) yang terdiri dari sawah, makam, dan pekarangan (Tabel 15).

Tabel 15 .Penggunaan Ruang di Lokasi Industri PT. Djarum dan PT. Polytron

Penggunaan

ruang Jenis

Luas (ha)

PT. Djarum (persentase)% PT. Polytron (persentase)%

Area terbangun Permukiman 16,89 34% 10,49 15%

Industri 11,73 24% 22,19 31% Area tak terbangun Sawah 13,23 27% 29,26 41% Pekarangan 6,18 13% 4,38 6% Pemakaman 1,17 2% 5,07 7% Total 49,2 100% 71,39 100%

Jika dilihat berdasarkan topografinya kedua lokasi industri berada pada permukaan tanah yang relatif datar dengan jenis tanah Aluvial Coklat Tua. Tanah pada kedua area industri ini cukup baik untuk pertumbuhan beberapa jenis

(10)

tanaman terutama tanaman pangan seperti padi. Pertumbuhan tanaman disini juga didukung oleh ketersediaan air yang cukup. Salah satu sumber air bagi masyarakat disini adalah sungai Winong, tepatnya berada di sebelah barat PT. Djarum dengan arah aliran utara-selatan. Sungai ini merupakan salah satu sumber air bagi masyarakat disini akan tetapi sampai saat ini sungai masih dijadikan sebagai tempat terakhir pembuangan sisa limbah yang sudah diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dengan kondisi yang cukup tercemar sungai masih dimanfaatkan oleh warga, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk pengairan sawah. Selain sungai terdapat saluran drainase yang berfungsi sebagai saluran pembuangan air maupun limbah cair dari kegiatan industri. Jenis dari saluran drainase sebagian besar adalah drainase terbuka (tanpa penutup) dan drainase yang ada di area permukiman biasanya adalah drainase alami (berupa tanah). Lebar drainase rata-rata adalah 1-2 m dengan kedalaman 0,5-1 m. Selain drainase juga terdapat saluran pembuangan air yang berguna untuk mengurangi genangan air yang ada di beberapa ruas jalan (Gambar 7).

(a) (b)

Gambar 7. Tipe Saluran Pembuangan Air yang Ada di kedua lokasi industri (a. saluran drainase terbuka dan b. lubang pembuangan air tertutup) Kedua industri ini berada pada wilayah yang memiliki kondisi fisik sama, akan tetapi berdasarkan jenis dan kegiatan industri di dalamnya, kedua area industri ini memiliki perbedaan. Hal ini dikarenakan oleh adanya perbedaan pengaruh atau dampak yang diberikan kedua industri.

a. Industri rokok PT. Djarum

Industry rokok yang dipilih adalah salah satu industri rokok yang cukup luas dibandingkan dengan industri rokok lainnya, tepatnya berada di dukuh

(11)

Bapangan, Bakalan Krapyak. Luas kawasan peruntukan indusyri yang digunakan untuk kegiatan industri ini adalah 11,7 ha, yang hampir mengisi sebagian besar wilayah Bapangan. Industri rokok ini berada di dalam area permukiman dan hanya dipisahkan oleh jalan selebar 3-5 meter, karena pada awalnya area ini merupakan permukiman penduduk yang sebagian besar lahannya dialih fungsikan untuk kegiatan industri (Gambar 8). Selain area terbangun berupa permukiman juga terdapat bangunan lainnya yaitu berupa fasilitas seperti pertokoan, tempat ibadah, tempat parkir, dan adanya fasilitas pengolahan limbah cair (IPAL) milik PT. Djarum.

Gambar 8. Peta Lokasi Industri Rokok PT. Djarum

(Sumber: http://maps.google.com/2010)  

Industri rokok PT. Djarum merupakan industri skala besar yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan perekonomian masyarakat khususnya di Desa Bakalan Krapyak yang dekat dengan area industri. Tetapi industri ini juga memberikan dampak yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan yang yaitu mengurangi kenyamanan. Berdasarkan keterangan masyarakat setempat beberapa pengaruh industri yang dirasakan antaralain bau menyengat, kebisingan, kondisi yang panas dan sesak, serta tercemarnya air tanah maupun sungai. Tetapi menurut

(12)

masyaraka menguran Sel (IPAL) mi ini diperu Pengolaha Lingkunga limbah ba Tabel 16. Pa TS Ph Am BO CO Fen Mi Sumber : Di Ha kompos da air dapat d nila sebag air tersebu belum lay Gam at dengan a ngi pengaruh lain itu sej ilik PT. Dja untukkan kh an limbah an Hidup. gi industri r Baku Mutu arameter S mmonium OD OD nol inyak lemak inas Lingkun asil akhir da an berupa a dimanfaatk gai paramete ut dianggap ak maka ak mbar 9. Insta adanya tana h dari indus jak tahun 2 arum yang b husus untuk ini menga Pada perat rokok dan a u Air Limba ngan Hidup, ari pengolah air yang tela

an atau tida er. Jika ikan p layak untu kan dilakuka alasi Pengol aman teruta tri. 2005 terdap berada di de k mengolah acu pada p turan terseb atau cerutu k ah Bagi Indu 2010 han limbah ah diendapk ak mengand n nila mamp uk dibuang an pengolah lahan Air Li ama pohon pat Instalas ekat sungai h limbah c peraturan y but terdapa kategori II ( ustri Rokok Kadar

cair ini ber kan dan dije

dung bahan pu bertahan g ke sungai, han kembali imbah (IPA n di area in si Pengolah Winong (G air sisa pen yang diberik at peraturan (Tabel 16). k dan Cerutu r maksimum 100 6,0-9,0 10 100 200 0,5 5,0 rbentuk pad rnihkan. Un n berbahaya dalam air te , sedangkan i. AL) PT. Djar ndustri ini

han Air Lim Gambar 9). ngolahan ro kan oleh D n baku mut u Kategori I m (mg/ L) dat berupa p ntuk memas a digunakan esebut mak n jika air m rum Kudus dapat mbah IPAL okok. Dinas tu air II pupuk stikan n ikan a sisa masih

(13)

Meskipun area industri cenderung dipadati oleh bangunan dan perkerasan, pada area industri ini terdapat area tak terbangun yang cukup luas berupa lahan persawahan, pekarangan, dan pemakaman. Sawah disini didominasi oleh tanaman padi dan tebu yang merupakan milik masyarakat setempat. Sawah ini merupakan sumber penghasilan kedua setelah industri dan hasilnya sebagaian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena hasilnya yang cukup penting bagi masyarakat sehingga sawah masih dipertahankan sampai saat ini dan merupakan lahan terbuka hijau yang paling mendominasi.

Jenis RTH lain yang ada disini adalah pemakaman yang tidak besar dan lokasinya dekat dengan tempat pengolahan limbah, yaitu Makam Winong Pemakaman ini cukup terawat dengan baik, karena pemakaman disini diperuntukkan bagi masyarakat setempat (makam umum) sehingga selain penjaga makam, masyarakat juga datang untuk merawat dan membersihkan makam. Sedangkan pekarangan merupakan space atau lahan kosong baik berada di depan, samping maupun belakang rumah warga. Hampir setiap rumah memiliki pekarangan yang cukup luas dengan tanaman yang bervariasi khususnya tanaman hias dan tanaman buah-buahan.

Selain sawah, pekarangan, dan pemakaman juga terdapat beberapa vegetasi yang ada di sekitar lokasi industri yaitu pohon randu, pohon glodogan tiang, dan beberapa tanaman hias serta tanaman liar. Tanaman tersebut hanya terdapat di beberapa bagian saja tetapi tidak cukup banyak. Pohon randu terletak di pinggir sawah berjajar cukup rapi dengan jarak 4-6 m tetapi pohon ini hanya terdapat di pinggiran sawah. Begitu juga dengan pohon glodogan tiang yang berjajar rapi hanya terdapat di sekeliling pabrik dengan jarak 3-5 m. Tanaman hias juga dijumpai hanya di beberapa spot tertentu misalnya di bagian pintu masuk pabrik. Tanaman lainnya yang ada disini adalah tanaman liar yang banyak dijumpai di area persawahan sawah atau dekat dengan saluran drainase di sekeliling pabrik.

b. Industri elektronik PT. Polytron

Industri elektronik PT. Polytron merupakan salah satu industri besar lainnya yang ada di KPI Bakalan Krapak tepatnya di Dukuh Krapyak. Lokasinya tidak jauh dari industri rokok PT. Djarum yang hanya dipisahkan oleh area

(14)

permukiman. Luas area yang digunakan untuk industri ini lebih besar dari lahan yang digunakan untuk industri rokok PT. Djarum yang ada di Bapangan, yaitu sebesar 22,2 h. Jika dilihat dari pengunaan lahannya area industri ini memiliki penggunaan ruang yang sama dengan wilayah industri PT. Djarum yaitu untuk area terbangun yang berupa permukiman dan area industri serta area tak terbangun berupa sawah, pekarangan, dan pemakaman (Gambar 10).

Gambar 10. Lokasi Industri PT. Polytron

(Sumber: http://maps.google.com/2010)  

Kondisi lingkungan disini hampir sama dengan kondisi lingkungan di Dukuh Bapangan yang panas dan kering karena padatnya bangunan dan pengaruh pencemaran lingkungan. Pencemaran yang dihasilkan tidak cukup besar dan lebih sedikit pengaruhnya dibandingkan dengan industri PT. Djarum. Berdasarkan keterangan masyarakat, industri PT. Polytron tidak menghasilkan bahan pencemar yang berbahaya akan tetapi masyarakat merasa tidak nyaman karena kondisi lingkungan yang semakin panas, padat serta adanya suara bising dari pabrik yang cukup mengganggu. Hal ini didukung oleh hasil sebaran kuesioner pada kedua area industri dimana menurut masyarakat kedua industri tersebut memberikan kerugian terutama pada lingkungan (Gambar 25).

(15)

Sama halnya dengan area industri di Bapangan, disini juga terdapat area tak terbangun berupa sawah, pekarangan, dan pemakaman (Gambar 11). Sawah disini lebih luas di bandingkan dengan sawah yang ada di KPI PT. Djarum tetapi tanamannya serupa yaitu tanaman padi dan tebu. Sawah disini juga merupakan penopang mata pencaharian masyarakat disini setelah industri serta sebagai sumber makanan utama bagi masyarakat. Begitu juga untuk pekarangan, yang juga cukup luas dan biasanya dijadikan pemisah antara rumah satu dengan yang lain. Pemakaman yang dekat dengan industri PT. Polytron adalah makam Krapyak dengan luasan area yang lebih besar jika dibandingkan dengan makam Winong di lokasi industri Bapangan. Selain lebih luas, makam ini juga lebih terawat dan tertata rapi. Tanaman yang ada disini juga cukup bervariasi dari penutup tanah, semak, dan pohon yang jumlahnya merata di setiap ruang pemakaman. Selain itu, terdapat beberapa tanaman lain yang mengisi area industri ini yaitu adanya tanaman pengarah seperti glodogan tiang yang ada di sekeliling pabrik serta tanaman hias di bagian pintu masuk pabrik.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 11. Jenis RTH yang Ada di Area Industri (a. sawah padi, b. sawah tebu, c. pekarangan, dan d. makam)

Gambar

Tabel 9. Curah hujan per bulan dari tahun 2004-2008 di Kabupaten Kudus (mm)
Tabel  10.  Suhu Udara Rata-Rata Maksimum dan Minimum dirinci per Bulan di   Kabupaten Kudus Tahun 2006 - 2008 ( 0 C)
Tabel 11. Luas Tanah Berdasarkan Jenis Tanah (Ha)
Tabel 12. Banyaknya Perusahaan Industri Besar dan Sedang menurut Jenis  Industri dan Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Kudus
+7

Referensi

Dokumen terkait

orang atau lebih, Industri Sedang adalah perusahaan dengan tenaga kerja antara 20 s/d 99 orang, Industri Kecil adalah perusahaan dengan tenaga kerja antara 5 s/d

Ho : penggunaan coconet pada kombinasi jenis tidak berpengaruh nyata terhadap penutupan tebing lahan pasca tambang. H1 : Paling sedikit ada 1 ukuran coconet yang berpengaruh

tanaman dan investasi pada umumnya antara lain dengan terjadinya penguasaan dan penggunaan lahan oleh masyarakat di dalam dan sekitar hutan yang mengakibatkan

Area pemukiman ini terdapat di dalam kawasan permukiman Golf Estate Bogor Raya, permukiman ini ditandai dengan adanya taman yang mengelilingi signage yang bertuliskan “The

Bekas wilayah Kewedanaan Bagansiapiapi yang terdiri dari Kecamatan Tanahputih, Kubu dan Bangko serta kecamatan Rimba Melintang dan Kecamatan Bagan Sinembah kemudian

Pada dasarnya selalu tercapainya target penerimaan PBB Kecamatan Bantar Gebang dipicu karena Kecamatan ini berada di wilayah yang sebagian besar merupakan kawasan industri

Adapun wilayah kerja BPP Kecamatan Wonosari meliputi 14 Desa yaitu : Desa Wunung, Desa Mulo, Desa Wareng, Desa Karangrejek, Desa Siraman, Desa Pulutan,

Pada citra Landsat semak belukar mengindikasikan tanaman yang relatif memiliki kerapatan yang jarang yang umumnya berupa kawasan bekas lahan kering yang telah tumbuh