• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian

4.1.1 Seting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Blingijati Winong Pati. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober – 10 November 2012. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 4 SDN Blingijati Winong Pati yang berjumlah 17 siswa, terdiri dari 6 putra dan 11 putri.

SDN Blingijati berada di desa Blingijati Kecamatan Winong Kabupaten Pati. Letak SDN Blingijati jauh dari pusat kota Pati. Letak Desa Blingijati terletak di tengah-tengah Jalan raya menuju Kecamatan Winong dan Kecamatan Gabus. SDN Blingijati terletak di tengah-tengah pemukiman warga. Sebelah utara berbatasan dengan rumah penduduk, Sebelah selatan berbatasan dengan rumah penduduk, Sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk, dan sebelah barat berbatasan dengan jalan raya.

SDN Blingijati tahun ajaran 2012/2013 mempunyai siswa 135 dari kelas 1 sampai kelas 6. SDN Blingijati juga mempunyai fasilitas yang lengkap. Diantaranya laboratorium komputer, lapangan volly, lapangan sepak bola, kantin sekolah dan taman sekolah.

4.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian

SD N Blingijati merupakan salah satu SD di wilayah Kecamatan Winong yang masyarakatnya memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah. Sebagian orang tua siswa berprofesi sebagai pegawai, petani dan berdagang. Lingkungan ekonomi sosial dan pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan dan kepribadian anak usia sekolah dasar. Kesadaran pendidikan anak-anak juga masih sangat rendah. Hal ini terlihat seringnya sebagian besar tidak mengerjakan tugas/PR masih ditambah lagi maraknya media TV yang membuat anak enggan dan malas belajar.

(2)

4.2 Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan perbaikan pembelajaran ini dilakukan oleh peneliti dibantu oleh teman sejawat, yang bertindak selaku pengamat atau observer. Pola yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah penelitian tindakan kelas ( PTK ). Mata pelajaran yang dijadikan objek perbaikan pembelajaran adalah Matematika dengan kompetensi dasar Menentukan keliling, luas jajargenjang dan segitiga. Sedangkan sebagai subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV SDN Blingijati Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dan kondisi awal sebelum siklus. Pada setiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi atau pengamatan, dan refleksi. Masing-masing tahapan disajikan sebagai berikut :

4.1.1 Kondisi Awal

Pelaksanaan pembelajaran Matematika yang telah dilakukan di SDN Blingijati masih mengalami kendala. Dari 17 siswa, sebagian belum dapat mencapai KKM. Selain hal tersebut, pembelajaran Matematika juga belum mencapai hasil belajar yang memuaskan, nilai ulangan matematika masih rendah. dari 17 siswa yang terdiri dari 6 putra dan 11 putri, rata-rata nilai siswa sebelum dilakukan penelitian adalah 6,6. sedangkan yang mencapai ketuntasan belajar hanya 42%.

Hal ini menunjukkan masih banyaknya siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran, sehingga hasil belajar yang dicapai belum maksimal. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa banyak yang belum faham tentang materi yang diajarkan dan tingkat keberanian mereka untuk mengajukan pertanyaan dan berpendapat masih lemah. Hal ini dapat dilihat pada perolehan nilai pada tabel 1 di bawah:

(3)

Tabel I Nilai Tes Pra Siklus

No Nilai Frekuensi Prosentase

1 ≥ 75 7 41%

2 65 - 74 2 12%

3 55 - 64 6 35%

4 45 - 54 2 12%

Jumlah 17 100%

Untuk lebih jelasnya data nilai tes pra siklus pada tabel dapat dibuat diagram lingkaran seperti tampak pada gambar 1 berikut:

Gambar 4.1

Diagram Nilai Tes Pra Siklus

Nilai   75 Nilai 65 ‐ 74 Nilai 55 ‐ 64 Nilai 45 ‐ 54 12% 41% 35% 12%

Berdasarkan data hasil tes menunjukkan sebagian siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Berikut data ketuntasan belajar kondisi awal dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:

Tabel II

Ketuntasan Belajar Matematika Hasil Tes Pra Siklus No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa

Jumlah Prosentase

1 Tuntas 7 41%

2 Belum Tuntas 10 59%

Jumlah 17 100%

Perbandingan antara yang sudah tuntas dan yang belum tuntas dapat dilihat dalam diagram lingkaran.

(4)

Gambar 4.2

Diagram Ketuntasan Belajar Pra Siklus

Tuntas Belum Tuntas 41% Tuntas 59% Belum Tuntas 4.1.2 Pelaksanaan Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 02 November 2012 dengan materi Keliling, luas jajar genjang dan segitiga. Kemudian dilanjutkan pemberian tes evaluasi siklus I. Adapun tahapan siklus I adalah sebagai berikut:

a) Perencanaan

1) Guru merencanakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi yang akan diajarkan yaitu Keliling, luas jajargenjang dan segitiga dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I (terlampir)

2) Membuat soal evaluasi pada siklus I dengan materi Keliling, luas jajargenjang dan segitiga (terlampir)

3) Perangkat tes siklus I berupa: kisi-kisi soal evaluasi I (terlampir), soal tes evaluasi I (terlampir), kunci jawaban soal evaluasi I (terlampir), hasil tes siklus I (terlampir), analisis hasil tes siklus I (terlampir).

4) Merancang lembar diskusi siswa siklus I (terlampir). 5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati:

a. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT). (terlampir).

b. Kerjasama siswa dalam kelompok (terlampir).

c. Pengamatan kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT), siklus I (terlampir).

6) Membentuk kelompok-kelompok dengan memperhatikan penyebaran kemampuan siswa.

(5)

7) Menyiapkan sarana yang digunakan dalam pembelajaran antara lain: nama kelompok, nomor 1-5 untuk setiap anggota.

b) Pelaksanaan Tindakan

Guru memberi tindakan kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa tentang materi keliling, luas jajargenjang dan segitiga.

2) Guru menjelaskan materi sesuai dengan materi pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

3) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 3-5 siswa dan memberi kartu nomor.

4) Guru menentukan tempat duduk siswa.

5) Guru membagikan lembar kerja siswa dan lembar jawaban diskusi kelompok. 6) Siswa menyelesaikan lembar kerja siswa dengan berfikir bersama.

7) Guru berkeliling membimbing, mengawasi, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah.

8) Guru memberi motivasi siswa untuk melaksanakan diskusi dalam kelompoknya. 9) Guru menyebutkan satu nomor dari para siswa dan tiap kelompok dengan nomor

yang sama mengangkat tangannya dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. 10) Siswa melakukan presentasi terhadap hasil diskusi kelompok.

11) Memberikan soal evaluasi pada akhir siklus I. 12) Hasil belajar matematika siklus I.

Hasil belajar matematika siklus I adalah sebagai berikut: Tabel III

Nilai Tes Matematika Siklus I

No Nilai Frekuensi Prosentase

1 ≥ 75 11 65%

2 65 – 74 2 12%

3 55 – 64 2 12%

4 45 – 54 2 12%

(6)

Untuk lebih jelasnya data nilai tes siklus I pada tabel dapat dibuat diagram lingkaran seperti tampak pada gambar 1 berikut:

Gambar 4.3

Diagram Nilai Tes Matematika Siklus I

Nilai   75 12% 65% 12% 12% Nilai 65 ‐ 74 Nilai 55 ‐ 64 Nilai 45 ‐ 54

erdasarkan data hasil tes menunjukkan sebagian siswa belum mencapai ketuntasan

Tabel IV

Ketuntasan Belajar a Hasil Tes Siklus I

No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa B

belajar. Berikut data ketuntasan belajar kondisi awal dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut: Matematik Jumlah Prosentase 1 Tuntas 11 65% 2 Belum Tuntas 6 36% Jumlah 17 100%

erbandingan antara yang sudah tuntas dan yang belum tuntas dapat dilihat dalam Gambar 4.4

Diagram Ketuntasan Belajar Matematika Siklus I P diagram lingkaran. Tuntas Belum Tuntas 65% Tuntas 36% Belum Tuntas

(7)

c)

dilakukan oleh peneliti dengan bantuan seorang guru dari SDN Bli

erhadap Guru yang Mengajar

ooperatif tipe

Nu

yang mengajar siklus I adalah sebagai berikut: Pengamatan Kinerja Guru da lolaan Pembelajaran Siklus I

Pengamatan Pengamatan

ngijati Pengamatan yang diamati yaitu pengamatan terhadap siswa dalam kerjasama kelompok dan keaktifan siswa, Serta pengamatan terhadap guru yaitu mengamati kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT).

1) Pengamatan t

Mengamati kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran k

mbered Heads Together (NHT).

Hasil pengamatan terhadap guru

TABEL V lam Penge

No Kinerja Guru Jumlah Skor Nilai Skor 1 Kinerja Guru Baik Sekali 2 8

2 Kinerja Guru Baik 6 18

3 Kinerja Guru Cukup 5 10

4 Kinerja Guru Kurang - -

Jumlah 13 36

Jumlah Skor Maksimal 13 52

2) engam iswa

lam kegiatan pembelajaran di kelas secara puan siswa dalam mengikuti kegiatan

Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus I

No K Nilai Skor

P atan terhadap Keaktifan S a) Peneliti mengamati aktifitas siswa da

menyeluruh dengan bimbingan guru. b) Peneliti mengamati keaktifan dan kemam

belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran NHT. Hasil pengamatan keaktifan siswa siklus I adalah sebagai berikut:

TABEL VI

eaktifan Siswa Jumlah Skor

1 Keaktifan Siswa Baik Sekali 1 4

2 Keaktifan Siswa Baik 5 1 5

3 Keaktifan Siswa Cukup 4 8

4 Keaktifan Siswa Kurang - -

Jumlah 1 0 27

(8)

3) Pengamat iswa dalam K pok

an LKS yang dilakukan an partisipasi siswa dalam diskusi s I adalah sebagai TABEL VII

Pengamatan Kerjasama Siswa dalam Kelompok Siklus I No Kerjasama Siswa Jumlah Nilai Skor

an terhadap Kerjasama S elom a) Peneliti mengamati aktifitas siswa dalam mengerjak

secara kelompok dengan bimbingan guru. b) Peneliti mengamati kekompakan siswa d

kelompok dengan menggunakan model pembelajaran NHT. Hasil Pengamatan Kerjasama Siswa dalam kelompok siklu berikut:

Skor

1 Kerjasama Baik Sekali - -

2 Kerjasama Baik 3 9

3 Kerjasama Cukup 2 4

4 Kerjasama Kurang - -

Jumlah 5 13

Jumlah Skor Maksimal 5 20 d)

melaksanakan pengamatan atas tindakan kelas, selanjutnya diadakan refl

1)

gamatan, Tingkat kemampuan mengajar guru dalam kriteria seda

2)

aktivitas siswa dalam katagori sedang. Pada umumnya sisw

Refleksi Setelah

eksi terhadap segala kegiatan yang telah dilakukan. Hasil refleksi siklus I antara lain: Pengamatan Kinerja Guru

Berdasarkan hasil pen

ng, guru telah mempergunakan waktu dengan tepat sehingga materi dapat disampaikan dengan baik. Agar siswa lebih berani untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya sebaiknya guru lebih banyak memberikan motivasi kepada siswa agar siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan tidak mengalami kesulitan dan sebaiknya perlu ditingkatkannya guru dalam memfasilitasi dan memberikan bimbingan kepada siswa secara individu maupun kelompok.

Pengamatan Aktivitas Siswa Dari hasil pengamatan

a kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan, yaitu keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru, mengemukakan

(9)

pendapat, mempresentasikan hasil diskusi, dan membuat pertanyaan. Hal ini disebabkan masih banyak siswa yang malu dan kurang berani dalam mengajukan pendapat. Oleh karena itu guru perlu memberikan motivasi serta berusaha berinteraksi dengan siswa.

Pengamatan Ke

3) rjasama Siswa dalam Kelompok

a siswa secara keseluruhan belum mak

4)

belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar siswa se

m tercapai yaitu kinerja guru ma

4.1.3 Siklus II

n pada tanggal 08 November 2012 dengan pokok bahasan ke

a) Pe

canakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) Dari hasil pengamatan terhadap kerjasam

simal karena masih dalam kategori sedang. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang bermain atau mengganggu teman yang lain dalam berdiskusi. Pada siklus II guru harus mendorong siswa untuk lebih kompak lagi dalam berdiskusi. Dengan demikian diharapkan kerjasama siswa menjadi lebih maksimal sehingga kegiatan diskusi bisa berjalan lebih efektif.

Hasil Belajar Matematika Siklus I Dari hasil belajar siklus I,

cara klasikal yaitu ≥ 75%. Siswa masih bingung menerapkan rumus-rumus di dalam soal tersebut. Dengan melihat hasil ketuntasan siswa yang belum mencapai indikator keberhasilan, maka perlu dilakukan siklus II.

Berdasarkan refleksi tersebut, ada indikator yang belu

sih sedang, keaktifan siswa sedang, kerjasama siswa sedang, serta ketuntasan belajar klasikal belum mencapai indikator keberhasilan; maka perlu dilakukan siklus berikutnya, yaitu siklus II. Pada siklus II diharapkan indikator keberhasilan tercapai atau bisa menjadi lebih baik dari siklus I.

Pelaksanaan

Siklus II dilaksanaka

liling, luas jajargenjang dan segitiga. Kemudian dilanjutkan pemberian tes evaluasi siklus II. Adapun tahapan siklus II adalah sebagai berikut:

rencanaan 1) Guru meren

pada materi yang akan diajarkan yaitu Keliling, luas jajargenjang dan segitiga dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II (lampiran).

(10)

2) Membuat soal evaluasi pada siklus II dengan materi keliling, luas jajargenjang dan segitiga. (lampiran).

3) Menyusun angket dan lembar observasi. Lembar angket yang digunakan oleh peneliti adalah angket minat siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) (lampiran). Lembar observasi yang akan digunakan oleh

peneliti adalah lembar pengamatan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) untuk guru (lampiran); lembar observasi keaktifan siswa

(lampiran); dan lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok (lampiran). 4) Membentuk kelompok-kelompok dengan memperhatikan penyebaran kemampuan

siswa.

5) Menyiapkan sarana yang digunakan dalam pembelajaran antara lain: nama kelompok, nomor 1-5 untuk setiap anggota.

b) Pelaksanaan Tindakan

Guru memberi tindakan kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa tentang materi keliling, luas jajargenjang dan segitiga.

2) Guru menjelaskan materi sesuai dengan materi pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

3) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 3-5 siswa dan memberi kartu nomor.

4) Guru menentukan tempat duduk siswa.

5) Guru membagikan lembar kerja siswa dan lembar jawaban diskusi kelompok. 6) Guru berkeliling membimbing, mengawasi, dan membantu siswa yang mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan masalah.

7) Guru memberi motivasi siswa untuk melaksanakan diskusi dalam kelompoknya.Guru menyebutkan satu nomor dari para siswa dan tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangannya dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

(11)

9) Memberikan soal evaluasi pada akhir siklus II. 10) Pengisian angket siswa pada akhir siklus II. 11) Hasil evaluasi belajar matematika siklus II

Hasil evaluasi belajar matematika siklus II adalah sebagai berikut: Tabel VIII

Nilai Tes Matematika Siklus II

No Nilai Frekuensi Prosentase

1 ≥ 75 15 88,23%

2 65 - 74 2 11,77%

3 55 - 64 0 -

4 45 - 54 0 -

Jumlah 17 100%

Untuk lebih jelasnya data nilai siklus II pada tabel dapat dibuat diagram lingkaran seperti tampak pada gambar 4.5 berikut:

Gambar 4.5

Diagram Nilai Tes Matematika Siklus II

Nilai   75 Nilai 65 ‐ 74 Nilai 55 ‐ 64 Nilai 45 ‐ 54 88% 12% Tabel IX

Ketuntasan Belajar Matematika Hasil Tes Siklus II No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa

Jumlah Prosentase

1 Tuntas 15 88,23%

2 Belum Tuntas 2 11,77%

Jumlah 17 100%

Perbandingan antara yang sudah tuntas dan yang belum tuntas dapat dilihat dalam diagram lingkaran.

(12)

Gambar 4.6

Diagram Ketuntasan Belajar Matematika Siklus II

Tuntas Belum Tuntas 88,23% Tuntas 11,77% Belum Tuntas c) Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan pada siklus II sama seperti pengamatan siklus I. Yaitu pengamatan terhadap siswa dan pengamatan terhadap guru.

1) Pengamatan terhadap Guru yang Mengajar

Peneliti mengamati kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

Hasil pengamatan terhadap guru mengajar siklus II adalah sebagai berikut: TABEL X

Pengamatan Kinerja Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran Siklus II No Kinerja Guru Jumlah Skor Nilai Skor

1 Kinerja Guru Baik Sekali 7 28

2 Kinerja Guru Baik 6 18

3 Kinerja Guru Cukup - -

4 Kinerja Guru Kurang - -

Jumlah 13 46

Jumlah Skor Maksimal 13 52 2) Pengamatan terhadap Keaktifan Siswa

a. Peneliti mengamati aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas secara menyeluruh dengan bimbingan guru.

b. Peneliti mengamati keaktifan dan kemampuan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran NHT.

(13)

TABEL XI

Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus II

No Keaktifan Siswa Jumlah Skor Nilai Skor 1 Keaktifan Siswa Baik Sekali 5 20

2 Keaktifan Siswa Baik 5 15

3 Keaktifan Siswa Cukup - -

4 Keaktifan Siswa Kurang - -

Jumlah 10 35

Jumlah Skor Maksimal 10 40 3) Pengamatan terhadap Kerjasama Siswa dalam Kelompok

a) Peneliti mengamati aktifitas siswa dalam mengerjakan LKS yang dilakukan secara kelompok dengan bimbingan guru.

b) Peneliti mengamati kekompakan siswa dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok dengan menggunakan model pembelajaran NHT.

Hasil pengamatan kerjasama siswa siklus II adalah sebagai berikut: TABEL XII

Pengamatan Kerjasama Siswa dalam Kelompok Siklus II No Kerjasama Siswa Jumlah Skor Nilai Skor

1 Kerjasama Baik Sekali 2 8

2 Kerjasama Baik 3 9

3 Kerjasama Cukup - -

4 Kerjasama Kurang - -

Jumlah 5 17

Jumlah Skor Maksimal 5 20

d) Refleksi

Dengan melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I, maka pada siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan pada bagian yang kurang maksimal. Dan pada siklus II ini ada peningkatan-peningkatan yang mengarah pada ketercapaian indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini. Peningkatan-peningkatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

(14)

1) Pengamatan Kinerja Guru

Tingkat kemampuan mengajar guru dalam kategori sangat tinggi. Guru telah mempergunakan waktu dengan tepat sehingga materi dapat disampaikan dengan baik. Siswa lebih berani untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya, kinerja guru sudah lebih baik dalam memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan matematika dan tidak mengalami kesulitan. Guru dalam memfasilitasi dan memberikan bimbingan kepada siswa secara individu maupun kelompok sudah mengalami peningkatan.

2) Pengamatan Aktifitas Siswa

Siswa lebih banyak memanfaatkan waktu untuk bertanya jawab dengan guru serta melakukan diskusi dengan siswa lainnya. Sudah ada peningkatan pada siswa yang berani mengajukan pendapat. Siswa tidak malu-malu dan takut lagi dalam menyampaikan pendapat dan pertanyaan. Sehingga siswa sudah aktif saat pembelajaran berlangsung serta siswa telah memahami tentang model pembelajaran

Numbered Heads Together (NHT) yang telah diterapkan oleh guru.

3) Pengamatan Kerjasama Siswa dalam Kelompok

Pengamatan kerjasama siswa mengalami peningkatan pada siklus II. Siswa aktif dalam mengikuti diskusi dan tingkat kerjasama mereka dalam kelompok sangat bagus. Siswa bersama kelompoknya saling bekerjasama dalam berdiskusi. Tidak ada siswa yang mengganggu temannya yang sedang berdiskusi. Jadi prosentase kerjasama siswa pada siklus II telah mencapai kriteria yang diharapkan. Pada siklus II siswa lebih kompak dalam berdiskusi bila dibandingkan dengan siklus I.

4) Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus II

Dari hasil belajar siklus II, sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar matematika secara klasikal yaitu ≥ 75%. Mereka sudah faham cara menerapkan rumus-rumus dan bagaimana cara mengerjakan soal tersebut. Dari siklus II dapat disimpulkan bahwa banyak siswa yang sudah menguasai materi, serta adanya peningkatan pada hasil belajar siswa.

(15)

5) Pengamatan Angket Minat Siswa terhadap Model Pembelajaran NHT

Dari hasil pengamatan angket, minat siswa terhadap model pembelajaran NHT sangat tinggi, secara tertulis dari 15 pertanyaan yang diberikan pada skhir siklus II diperoleh prosentase 80%.

Dengan melihat hasil belajar siswa, kinerja guru, keaktifan siswa, dan kerjasama siswa terhadap model pembelajaran NHT yang sudah mencapai indikator keberhasilan, maka tidak perlu dilakukan siklus-siklus berikutnya.

4.2 Hasil Analisis Data

4.2.1 Analisis Data Pengamatan Siklus I 1) Pengamatan Kinerja Guru

TABEL XIII

Pengamatan Kinerja Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran Siklus I No Kinerja Guru Jumlah Skor Nilai Skor

1 Kinerja Guru Baik Sekali 2 8

2 Kinerja Guru Baik 6 18

3 Kinerja Guru Cukup 5 10

4 Kinerja Guru Kurang - -

Jumlah 13 36

Jumlah Skor Maksimal 13 52

Prosentase = 52

36 x 100% = 69,23%

Hasil pengamatan terhadap guru didapat prosentase sebesar 69,23%; yang artinya guru mengajar dengan kriteria sedang, tetapi pada siklus I ini masih kurang dari prosentase keberhasilan, yaitu 75%, sehingga perlu diadakan perbaikan di siklus selanjutnya.

(16)

2) Pengamatan terhadap Keaktifan Siswa

TABEL XIV

Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus I

No Keaktifan Siswa Jumlah Skor Nilai Skor

1 Keaktifan Siswa Baik Sekali 1 4

2 Keaktifan Siswa Baik 5 15

3 Keaktifan Siswa Cukup 4 8

4 Keaktifan Siswa Kurang - -

Jumlah 10 27

Jumlah Skor Maksimal 10 40

% 5 , 67 % 100 40 27 % 100 (%) Pr = × = × = maksimal skor Jumlah diperoleh yang skor Jumlah osentase

Dari pengamatan keaktifan siswa didapat skor yang diperoleh oleh siswa mencapai 27 dengan prosentase 67,5% diambil dari analisis hasil observasi keaktifan siswa. Secara keseluruhan keaktifan siswa dalam pembelajaran termasuk kriteria sedang. Pada siklus I ini masih kurang dari prosentase keberhasilan yaitu 75%, sehingga perlu diadakan perbaikan di siklus selanjutnya.

3) Pengamatan terhadap Kerjasama Siswa dalam Kelompok

Aspek-aspek pengamatan terhadap kerjasama siswa dalam kelompok yaitu: a) Siswa melakukan diskusi kelompok.

b) Siswa menjawab pertanyaan kelompok. c) Siswa berpartisipasi dalam kelompok.

d) Siswa bersama-sama dalam kelompok menyimpulkan materi.

(17)

TABEL XV

Pengamatan Kerjasama Siswa dalam Kelompok Siklus I Nama Klmpk Kerjasama Siswa Jml Rata2 Kriteria A B C D E Kel. 1 3 3 2 2 3 13 65% Sedang Kel. 2 3 2 2 3 2 11 55% Rendah Kel. 3 3 2 2 4 4 15 75% Tinggi Kel. 4 3 2 2 2 3 12 60% Sedang Jumlah 12 9 8 11 12 (%) tiap item 75% 56,25% 50% 68,75% 75%

(%) klasikal Jumlah 51 63,75% Sedang Hasil pengamatan terhadap kerjasama siswa secara klasikal memperoleh skor total 49 dengan prosentase 63,75%; maka kerjasama siklus I dikategorikan sedang. Kerjasama siswa pada siklus I masih kurang dari prosentase keberhasilan yaitu 75%, sehingga perlu diadakan perbaikan di siklus selanjutnya. (perhitungan bisa dilihat pada lampiran).

4.2.2 Analisis Data Pengamatan Siklus II 1) Pengamatan Kinerja Guru

TABEL XVI

Pengamatan Kinerja Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran Siklus II No Kinerja Guru Jumlah Skor Nilai Skor

1 Kinerja Guru Baik Sekali 7 28

2 Kinerja Guru Baik 6 18

3 Kinerja Guru Cukup - -

4 Kinerja Guru Kurang - -

Jumlah 13 46

Jumlah Skor Maksimal 13 52

% 46 , 88 % 100 52 46 % 100 (%) Pr = × = × = maksimal skor Jumlah diperoleh yang skor Jumlah osentase

(18)

Hasil pengamatan terhadap guru didapat prosentase sebesar 88,46%; yang artinya guru mengajar pada siklus I dengan kriteria sedang, tetapi pada siklus II ini sudah mencapai prosentase keberhasilan, yaitu 75%. Dengan demikian tidak perlu diadakan perbaikan di siklus selanjutnya.

2) Pengamatan terhadap Keaktifan Siswa

TABEL XVII

Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus II

No Keaktifan Siswa Jumlah Skor Nilai Skor 1 Keaktifan Siswa Baik Sekali 5 20

2 Keaktifan Siswa Baik 5 15

3 Keaktifan Siswa Cukup - -

4 Keaktifan Siswa Kurang - -

Jumlah 10 35

Jumlah Skor Maksimal 10 40

% 5 , 87 % 100 40 35 % 100 (%) Pr = × = × = maksimal skor Jumlah diperoleh yang skor Jumlah osentase

Dari pengamatan keaktifan siswa didapat skor yang diperoleh oleh siswa mencapai 35 dengan prosentase 87,5% diambil dari analisis hasil observasi keaktifan siswa. Secara keseluruhan keaktifan siswa dalam pembelajaran termasuk kriteria sangat tinggi sehingga pada siklus II ini sudah mencapai prosentase keberhasilan yaitu 75%. Dengan demikian tidak perlu diadakan perbaikan di siklus selanjutnya.

3) Pengamatan terhadap Kerjasama Siswa dalam Kelompok

Aspek-aspek pengamatan terhadap kerjasama siswa dalam kelompok yaitu: a) Siswa melakukan diskusi kelompok.

b) Siswa menjawab pertanyaan kelompok. c) Siswa berpartisipasi dalam kelompok.

d) Siswa bersama-sama dalam kelompok menyimpulkan materi.

(19)

TABEL XVIII

Pengamatan Kerjasama Siswa dalam Kelompok Siklus II Nama

Klmpk

Aktifitas Siswa

Jml Rata2 Kriteria A B C D E

Kel. 1 3 4 3 3 4 17 85% Sangat tinggi

Kel. 2 3 3 2 4 2 14 70% Tinggi

Kel. 3 4 3 3 4 4 18 90% Sangat tinggi

Kel. 4 3 3 3 3 3 15 75% Tinggi

Jumlah 13 13 11 14 13

(%) tiap

item 81,25% 81,25% 68,75% 87,5% 81,25%

(%) klasikal 64 80% Sangat tinggi

Hasil pengamatan terhadap kerjasama siswa secara klasikal memperoleh skor total 64 dengan prosentase 80%, maka kerjasama siklus II dikategorikan sangat tinggi. Pada kerjasama siswa siklus II sudah mencapai prosentase keberhasilan yaitu 75%. Dengan demikian tidak perlu diadakan perbaikan di siklus selanjutnya. (perhitungan bisa dilihat pada lampiran).

4.2.3 Analisis Data Hasil Belajar Matematika 1) Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I

Dari hasil belajar siklus I, siswa yang mendapat nilai ≥ 7,5 sebanyak 11 siswa dan yang mendapat < 7,5 sebanyak 6 siswa, rata-rata nilai kelas mencapai 71,32 dan ketuntasan belajar klasikal 64,71%. Hal ini belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu ≥ 75% (lampiran).

Dengan melihat hasil ketuntasan siswa yang belum mencapai indikator keberhasilan, maka perlu dilakukan siklus II.

2) Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus II

Dari hasil belajar siklus II, siswa yang mendapat nilai ≥ 7,5 sebanyak 15 siswa dan yang mendapat < 7,5 sebanyak 2 siswa, rata-rata nilai kelas mencapai 82,05 dan ketuntasan belajar klasikal 88,23%. Hal ini sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu ≥ 75% (lampiran).

(20)

Dari hasil belajar siklus II dapat disimpulkan bahwa banyak siswa yang sudah menguasai materi keliling, luas jajargenjang dan segitiga, serta adanya peningkatan pada hasil belajar matematika siswa.

4.2.4 Analisis Data Pengamatan Angket Minat Siswa terhadap Model Pembelajaran NHT

Dari hasil pengamatan angket minat siswa untuk mengetahui minat siswa terhadap model pembelajaran NHT, secara tertulis dari 15 pertanyaan yang diberikan pada skhir siklus II diperoleh prosentase 80%. Jadi minat siswa pada model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dengan media LKS dikategorikan sangat tinggi (lampiran).

Dengan melihat hasil belajar siswa, kinerja guru, keaktifan siswa, dan kerjasama siswa terhadap model pembelajaran NHT yang sudah mencapai indikator keberhasilan, maka tidak perlu dilakukan siklus-siklus berikutnya.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 01 sampai 08 November 2012 menunjukkan bahwa model pembelajaran Numbered Heads

Together (NHT) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah matematika materi keliling, luas jajargenjang dan segitiga dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan pada:

1) Perbandingan hasil pengamatan kinerja guru. TABEL XIX

Perbandingan Hasil Pengamatan Kinerja Guru. No Kinerja Guru Siklus I Siklus II

1 Kinerja Guru Baik Sekali 8 28

2 Kinerja Guru Baik 18 18

3 Kinerja Guru Cukup 10 -

4 Kinerja Guru Kurang - -

Jumlah 36 36

Jumlah Skor Maksimal 52

(21)

Pada tabel di atas terjadi peningkatan antara siklus I dan siklus II. Pada siklus I guru melakukan pembelajaran dengan kriteria sedang. Hal ini dapat dilihat dari prosentase yang diperoleh mencapai 69,23%; akan tetapi guru belum maksimal dalam memfasilitasi dan membimbing siswa dalam belajar secara individu maupun klasikal, hal ini dikarenakan guru masih belum maksimal dalam memahami model pembelajaran

Numbered Heads Together (NHT). Sebaliknya guru lebih siap dan lebih memahami

dalam mempersiapkan model pembelajaran yang hendak digunakan. Setelah diadakan perbaikan pada siklus II, guru dalam memfasilitasi dan membimbing siswa sudah meningkat lebih baik yaitu guru sudah benar-benar siap dalam memfasilitasi siswa serta guru sudah lebih baik dalam membimbing siswa saat diskusi secara individu maupun klasikal. Peningkatan ini dapat dilihat dari prosentase yang diperoleh mencapai 88,46% sehingga guru dalam melakukan pembelajaran dikatakan sangat tinggi. Berikut diagram lingkaran perbandingan hasil pengamatan kinerja guru siklus I dan Siklus II.

Diagram 4.7

Perbandingan Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus I dan Siklus II

Kinerja Guru Siklus I Kinerja Guru Siklus II 69,23% Siklus I 88,46% Siklus II

2) Perbandingan hasil pengamatan keaktifan siswa. TABEL XX

Perbandingan Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa

No Keaktifan Siswa Siklus I Siklus II 1 Keaktifan Siswa Baik Sekali 4 20

2 Keaktifan Siswa Baik 15 15

3 Keaktifan Siswa Cukup 8 -

4 Keaktifan Siswa Kurang - -

Jumlah 27 35

Jumlah Skor Maksimal 40

(22)

Pada tabel di atas antara siklus I dan siklus II terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Keaktifan siswa pada siklus I yaitu hanya 67,5%. Hal ini dikarenakan siswa masih malu dan takut untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga guru perlu meningkatkan motivasi dan berinteraksi dengan siswa. Setelah mengadakan perbaikan pada siklus II, keaktifan siswa sudah mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari prosentase yang diperoleh mencapai 87,5% karena guru lebih banyak memotivasi dan berinteraksi dengan siswa dengan cara melakukan tanya jawab.

Berikut diagram lingkaran perbandingan hasil pengamatan keaktifan siswa Siklus I dan Siklus II:

Diagram 4.8

Perbandingan Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II

Keaktifan Siswa Siklus I Keaktifan Siswa Siklus II 67,5% Siklus I 87,5% Siklus II

3) Perbandingan hasil pengamatan kerjasama siswa. TABEL XXI

Perbandingan Hasil Pengamatan Kerjasama Siswa Siklus I dan Siklus II No Kerjasama Siswa Siklus I Siklus II

1 Kerjasama Baik Sekali - 8

2 Kerjasama Baik 9 9

3 Kerjasama Cukup 4

4 Kerjasama Kurang -

Jumlah 13 17

Jumlah Skor Maksimal 20

Prosentase 63,75% 80%

Hasil pengamatan terhadap kerjasama siswa dalam kelompok pada siklus I didapat prosentase 63,75% dimana masih kurang dari tingkat keberhasilan yaitu 75%.

(23)

Hal ini disebabkan karena masih banyak siswa yang tidak melakukan diskusi, mereka ramai sendiri dan tidak memperhatikan teman-temannya yang sedang berdiskusi.

Sedangkan pada siklus II kerjasama siswa dalam kelompok meningkat menjadi 80% yang termasuk kategori sangat tinggi dan prosentase tersebut sudah memenuhi prosentase keberhasilan yaitu 75%. Hal ini dikarenakan kerjasama yang kompak pada diri siswa dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran NHT dan tidak ada siswa yang mengganggu kelompoknya dalam berdiskusi.

Berikut diagram lingkaran perbandingan hasil pengamatan kerjasama siswa Siklus I dan Siklus II:

Diagram 4.9

Perbandingan Hasil Pengamatan Kerjasama Siswa Siklus I dan Siklus II

Kerjasama Siswa Siklus I Kerjasama Siswa Siklus II  I 63,75% Siklus 80% Siklus II

4) Perbandingan hasil belajar matematika

TABEL XXII

Perbandingan Hasil Belajar Matematika

Siklus Nilai Rata-rata Jumlah Siswa Tuntas Prosentase Siswa Tuntas Jumlah Siswa Tidak Tuntas Prosentase Siswa Tidak Tuntas Pra Siklus 66 7 41% 10 59% Siklus I 71,32 11 64,71% 6 35,29% Siklus II 82,05 15 88,23% 2 11,77%

Dari analisis hasil belajar matematika pada pra siklus siswa yang belum tuntas belajar atau yang memperoleh nilai < 75 sebanyak 10 siswa dan yang sudah tuntas belajar atau yang memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 7 siswa. Dengan nilai rata-rata

(24)

siswa 66 dengan ketuntasan belajar secara klasikal 41% dan belum memenuhi indikator keberhasilan. Pada siklus I siswa yang tuntas belajar atau yang memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 11 siswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar atau yang memperoleh nilai < 75 sebanyak 6 siswa. Dengan nilai rata-rata siswa 71,32 dengan ketuntasan belajar secara klasikal 64,71% dan belum memenuhi indikator keberhasilan. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa atau baru merasakan pembelajaran dengan model Numbered Heads Together (NHT). Untuk itu perlu dilakukan pembelajaran siswa untuk mengetahui peningkatan pada hasil belajar siswa.

Dari hasil belajar siswa pada siklus II bahwa siswa yang tuntas belajar atau yang memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 15 siswa, sedangkan yang tidak tuntas belajar atau yang memperoleh nilai < 75 sebanyak 2 siswa. Dengan nilai rata-rata siswa 82,05 dengan ketuntasan belajar secara klasikal 88,23% sehingga indikator keberhasilan sudah dicapai dengan ketuntasan belajar klasikal ≥ 75%. Siswa sudah faham dan mengerti dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru.

Dari analisis hasil belajar siklus I dan siklus II terjadi peningkatan yang sangat signifikan. Dan tidak perlu diadakan siklus-siklus selanjutnya.

Berdasarkan tabel XXII perbandingan hasil belajar matematika pada siklus I dan siklus II dapat disajikan dalam diagram sebagai berikut:

Diagram 4.10

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siklus I dan Siklus II

0 2 4 6 8 10 12 14 16 Tuntas belum Tuntas 6 siklus I 2 siklus II 11 siklus I  15 siklus II 7 pra siklus  10 pra siklus

(25)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran

Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan kemampuan siswa

memecahkan masalah matematika pada materi keliling, luas persegi dan segitiga semester 1 SDN Blingijati Kecamatan Winong tahun ajaran 2011/2012.

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) merupakan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung, sehingga pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat menjadi solusi bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar matematika yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal keliling, luas jajargenjang dan segitiga.

Gambar

Tabel I  Nilai Tes Pra Siklus
Tabel III
TABEL V  lam Penge
TABEL VII
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari prosentase jawaban angket di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar PAI pada aspek akhlak dengan materi sifat-sifat terpuji siswa kelas VII-B sudah mulai naik

Berdasarkan evaluasi dan pemantauan dari pihak yayasan, maka sarana penunjang belajar madrasah khususnya infra struktur, seperti : meja siswa, kursi, meja guru,dll perlu

Sedangkan untuk menyatakan suatu model fit, karena hanya ada tiga item pengukuran, dengan sendirinya merupakan model yang just identified, dan merupakan model yang fit sempurna.

Peran RT/RW adalah mengatur warga dan turut dalam perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan pengawasan penyediaan air bersih bagi masyarakat sehingga secara

permukiman. b) Pusat ini ditandai dengan adanya pampatan agung/persimpangan jalan (catus patha) sebagai simbol kultural secara spasial. c) Pola ruang desa adat yang berorientasi

Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti dari guru BK berdasarkan buku catatan kasus (permasalahan- permasalahan yang dialami peserta didik dalam belajar) yaitu masih

Fragmentasi adalah cara memutuskan bagian tubuh tumbuhan yang kemudian membentuk individu baru. Fragmentasi terutama pada ganggang Oscillatoria. Pada filamen yang

Sebanyak 40% dari responden memberikan saran bahwa pohon buah merupakan jenis tanaman yang bagus untuk ditanam di kawasan hutan kota, 28% memilih tanaman endemik, 25% memilih