• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Merujuk pada tim editorial majalah Intisari No. 637 bulan Oktober

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Merujuk pada tim editorial majalah Intisari No. 637 bulan Oktober"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya, media seperti majalah memiliki tim editorial yang meliputi editor in chief, editor senior, editor, reporter dan penulis, serta yang

mengatur urusan visual seperti desainer grafis dan fotografer1. Tim editorial ini

bisa dibilang adalah tim yang sangat penting karena tim inilah yang memproduksi hampir seluruh konten yang ada pada majalah. Namun, dengan adanya internet, aktivitas meja redaksi dapat berubah total.

Internet telah menghadirkan apa yang kemudian disebut dengan konvergensi media. Secara singkat, konvergensi media dapat didefinisikan

sebagai aliran konten yang terjadi di berbagai platform media2. Lebih lanjut,

konvergensi media merupakan interaksi yang terjadi antara satu platform media dan platform media lainnya. Dalam konvergensi media ini, audiens memiliki peran yang cukup besar dalam membuat serta mendistribusikan konten.

Membuka lowongan sebesar-besarnya bagi kontributor untuk

mengirimkan konten ke redaksi adalah salah satu contoh kebijakan redaksional baru yang ada di era konvergensi media. Kontributor memang telah ada sebelumnya pada media konvensional tetapi biasanya berfungsi sebagai pengasuh kolom tertentu. Di era konvergensi media, audiens dapat berkontribusi lebih besar lagi, bahkan hingga menjadi basis dari sebuah media atau dapat dikatakan sebagai penyedia konten terbesar. Basis kontributor ini kemudian menjadi kebijakan yang cukup unik mengingat media pada umumnya memiliki reporter dan penulis pada tim editorial untuk memproduksi konten.

1 Merujuk pada tim editorial majalah Intisari No. 637 bulan Oktober 2015.

2 Henry Jenkins. 2006. Convergence Culture: Where Old and New Media Collide. New York: NYU

(2)

2

Basis kontributor kemudian menghadirkan semacam sebuah ruang kolaboratif antara media, terutama media online, dan audiens. Melalui ruang kolaboratif ini, pengurus media dan audiens dapat saling bekerja sama dalam mengembangkan media, mulai dari produksi konten, membangun diskusi interaktif antarpengguna, hingga urusan publikasi serta distribusi konten dari media yang bersangkutan. Efeknya, pesan pada media berbasis kontributor ini tidak lagi bersifat satu arah dan satu sudut pandang saja. Ruang kolaboratif telah memungkinkan adanya feedback yang diberikan oleh audiens atau pengguna hingga opini serta sudut pandang baru bagi media dalam membahas sebuah isu atau topik.

Memiliki kebijakan redaksional baru seperti basis kontributor ini, sebuah media jelas memiliki manajemen khusus untuk mengelolanya, terutama dari segi konten. Manajemen sendiri merupakan metode sistematis dalam mengatur aktivitas yang mencakup empat hal, yakni: perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, serta pengontrolan3. Dengan berbasis kontributor, sebagian tahap

produksi konten tidak berada di dalam pengawasan langsung pihak media. Oleh karena itu, manajemen diperlukan untuk tetap menjaga keefektifan sumber daya serta kualitas konten demi tercapainya tujuan dan terjaganya citra media.

Basis kontributor ini digunakan sepenuhnya oleh Magdalene, sebuah web magazine di Indonesia yang fokus pada isu-isu di sekitar keperempuanan dan kaum marginal. Jika melihat pada website-nya, Magdalene bahkan hanya memiliki satu orang sumber daya manusia yang menduduki posisi reporter

sekaligus penulis4. Oleh karena itu, peran kontributor terasa begitu besar dalam

keberlangsungan web magazine Magdalene ini.

Magdalene sendiri diterbitkan secara online pertama kali pada 26 September 2013 hasil inisiasi dari Devi Asmarani dan Hera Diani. Magdalene membahas berbagai isu-isu di sekitar keperempuanan dan kaum marginal yang selama ini luput dibicarakan oleh media mainstream perempuan lainnya. Melalui bentuk

3 James AF Stoner, R. Edward Freeman & Daniel R. Gilbert, Jr. 1995. Management. Sixth Edition.

London: Prentice-Hall International. Hal. 10

4 Halaman About Us pada website Magdalane. Bisa diakses di

(3)

3

web magazine yang berbasis kontributor, Magdalene diharapkan bisa hadir sebagai media yang menyuarakan opini yang selama ini diredam karena dianggap kurang lazim. Media semacam ini terbilang jarang ada di Indonesia, apalagi untuk perempuan dan kaum minoritas. Magdalene bisa jadi adalah media online berbentuk web magazine pertama di Indonesia yang berani membahas isu dan topik sensitif seperti feminitas, kesetaraan gender, juga toleransi seperti ini. Merujuk dari penjabaran di atas, peneliti tertarik untuk menggali proses manajemen media dari Magdalene sebagai web magazine yang berbasis kontributor. Penelitian ini dianggap penting karena web magazine yang menjadikan kontributor sebagai penyedia konten terbesar hampir jarang ditemukan di Indonesia. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui latar belakang serta perkembangan Magdalene sebagai web magazine yang membahas isu-isu di sekitar keperempuanan dan kaum marginal yang selama ini luput dibicarakan oleh media mainstream perempuan lainnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana manajemen media pada Magdalene.co sebagai web magazine perempuan yang berbasis kontributor?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini ingin mencapai dua buah tujuan, yaitu:

1. Mengetahui proses manajemen media pada Magdalene.co sebagai web magazine berbasis kontributor.

2. Mengetahui peran serta fungsi manajemen pada redaksi Magdalene.co dalam mengelola web magazine berbasis kontributor.

(4)

4 D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis:

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmu komunikasi berkaitan dengan pengembangan studi mengenai new media, terutama dalam hal manajemen serta pengelolaan konten pada media online. 2. Manfaat Praktis:

Penelitian ini diharapkan dapat memaparkan aspek-aspek manajerial dalam mengelola sebuah web magazine berbasis kontributor serta memperlihatkan sebuah dinamika yang ada pada industri new media Indonesia di era konvergensi media.

E. Kerangka Pemikiran 1. Manajemen Media

Menjalankan sebuah media, jelas tidak bisa hanya dengan mengikuti alur saja. Sama seperti menjalankan sebuah organisasi atau bisnis, manajemen merupakan kunci utama dari keberhasilan sebuah media dalam mengelola serta mempertahankan eksistensinya, terlebih lagi pada media online. Adanya manajemen media ini kemudian difungsikan untuk mengatur bidang-bidang atau bagian media serta sumber daya media yang ada dan diberdayakan sesuai dengan kemampuan dan fungsinya agar mencapai hasil diharapkan.

Karena merupakan sebuah media, web magazine tentu saja juga memiliki sistem manajemen dalam pengelolaannya. Hanya saja, kehadiran dan pemanfaatan internet telah memunculkan metode baru dalam memproduksi, mengolah dan mengelola produk media, hingga sistem kerja pada web magazine. Oleh karena itu, manajemen media pada web magazine jelas akan berbeda dengan majalah konvensional kebanyakan. a. Manajemen media secara umum

Pada dasarnya, manajemen media sebenarnya merupakan upaya untuk memproduksi dan mengolah informasi menjadi sebuah media dan kemudian mendistribusikannya. Oleh karena itu, tidak heran jika

(5)

5

divisi redaksi terlihat sebagai bagian yang terpenting dalam media. Namun, sebenarnya dalam mengelola sebuah media, tiap-tiap divisi sama pentingnya. Menurut Rahayu dalam Rahmitasari (2010:35), manajemen media mengkaji sejumlah persoalan menyangkut fungsi manajemen, leadership, produksi konten, marketing, manajemen sumber daya manusia, manajemen teknologi, budaya organisasi, dan sebagainya. Di sinilah manajemen media diperlukan keberadaannya untuk menyelaraskan kerja per divisi agar tidak ada yang terasa lebih unggul dari yang lainnya.

Manajemen setidaknya memiliki empat fungsi utama. Melihat dari konsep manajemen yang diutarakan oleh Stoner (1995: 11-12), keempat fungsi tersebut adalah:

i. Planning (perencanaan)

Perencanaan merupakan fungsi awal yang meliputi penetapan tujuan organisasi. Tujuan jangka pendek dan jangka panjang ditetapkan pada tahapan fungsi ini. Baik manajer maupun anggota dan pekerja dapat berbagi ide serta gagasan dalam proses menetapkan tujuan.

ii. Organizing (pengorganisasian)

Tahapan fungsi pengorganisasian merupakan

pengoordinasian sumber daya manusia dan penentuan tanggung jawab kepada masing-masing anggota atau pekerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Setiap divisi memiliki tanggung jawabnya masing-masing tetapi para manajer divisi tetap perlu untuk saling berkoordinasi agar proses pemenuhan tanggung jawab dapat berjalan dengan selaras.

iii. To lead (kepemimpinan)

Fungsi di mana para manajer mengarahkan serta memotivasi anggotanya agar dapat melaksanakan tanggung jawab dengan baik dan benar. Fungsi ini juga memungkinkan para manajer

(6)

6

untuk menciptakan lingkungan kerja yang apik untuk menunjang kinerja anggota atau pekerja.

iv. Controlling (pengendalian)

Pengendalian merupakan fungsi manajemen untuk

mengetahui apakah kinerja anggota atau pekerja sudah sesuai dengan rencana atau belum. Para manajer juga diperkenankan untuk memberi respon positif jika kinerja anggota atau pekerja sudah baik dan memberikan arahan jika kinerja anggota atau pekerja tidak sesuai arahan.

Lebih lanjut, menurut Pries dalam Albarran (2006:40) manajemen produksi merupakan segala aktivitas dan proses yang dilakukan untuk mewujudkan produk yang sesuai dengan tujuan organisasi. Adapun manajemen produksi meliputi (1) perancangan produk, (2) perancangan proses pembuatan produk, (3) perencanaan material atau bahan baku, (4) penjadwalan produksi, (5) pembagian pekerjaan dalam proses produksi, (6) pengawasan proses produksi, dan (7) revisi rencana jika ada kekeliruan produksi.

Dalam proses produksi, manajemen memiliki peran dalam beberapa tingkatan. Merujuk pada konteks produksi konten di media elektronik, Van Tassel dan Poe-Howfield (2010:180) memaparkan tingkatan-tingkatan peran manajemen sebagai berikut:

i. Development

Tahap development meliputi riset dan brainstorming ide. Ide terpilih kemudian akan dijadikan konten sebuah media. Rencana anggaran serta aturan terkait proses produksi juga dibahas pada tahapan ini.

ii. Preproduction

Tahap ini merupakan perpanjangan dari tahap development yang bertujuan untuk mengevaluasi rencana produksi serta

(7)

7

mempersiapkan kebutuhan teknis yang dibutuhkan saat proses produksi.

iii. Production

Tahap di mana rencana yang sudah disusun kemudian diwujudkan. Pada media, tahapan ini meliputi pencarian informasi ke lapangan dan juga wawancara narasumber yang telah dihubungi sebelumnya. Tahapan ini juga mencakup proses penyuntingan hasil liputan serta pengaturan tata letak sebagai penegas konten media. Output dari tahap ini adalah konten media yang sesuai dengan rencana.

iv. Postproduction

Pada tahap ini adalah evaluasi kinerja selama proses produksi, sehingga kinerja ke depannya dapat lebih baik lagi. v. Predistribution

Tahap predistribution ini merupakan rencana pemasaran dari produk media. Tahap ini membutuhkan kerja sama antara tim produksi dan tim marketing.

Dari penjabaran di atas, dapat diketahui bahwa manajemen memiliki peran yang penting dalam berjalannya sebuah media. Segala aspek yang ada pada media, termasuk proses produksi konten, kemudian dikelola oleh pihak manajerial dengan berpedoman pada

empat fungsi utama manajemen, yakni perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian. Dengan dikelola secara baik, media dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga lebih mudah bagi media untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan.

(8)

8 b. Manajemen media online

Uraian di atas merupakan konsep dari manajemen media yang berbasis cetak. Dengan adanya campur tangan internet, manajemen pada media online akan cukup berbeda.

Peran internet yang sangat besar dalam penyelenggaraan media online ini langsung membuatnya menjadi sarana media ditampilkan, sarana produksi, serta sarana penyebaran informasi secara sekaligus. Seperti yang diketahui, media konvensional memiliki bentuk fisik yang bisa dilihat dan dipegang secara nyata. Lain halnya dengan media online yang bentuk fisiknya tidak terlihat dan terdiri dari halaman-halaman web di dalamnya. Oleh karena itu, distribusi pada media online bukanlah berupa distribusi fisik, melainkan lebih kepada distribusi informasi dengan cara mengakses situs media online tersebut lewat jaringan internet.

Dalam praktiknya, media online melakukan beberapa

penyesuaian dari manajemen media konvensional. Setelah mencari informasi, pekerja bisa langsung menuliskan hasilnya pada platform yang disediakan oleh media secara online. Penyuntingan pun bisa langsung dilakukan secara online pada platform yang sama, sesegera mungkin setelah informasi diterima oleh editor. Hasil akhir dari informasi juga bisa langsung ditayangkan atau diunggah setelah selesai tanpa perlu menunggu produksi media dalam bentuk fisik. Pada media online, deadline yang dimiliki oleh pekerja juga lebih singkat dibandingkan media konvensional. Hal ini dikarenakan media online mengutamakan kecepatan, sehingga informasi yang didapat harus diproses dan diunggah sesegera mungkin.

Tidak hanya aktivitas pembuat informasi saja yang berlangsung secara online, aktivitas antara media dan pembaca pun juga dilakukan secara online. Karakteristik media online yang interaktif telah memungkinkan aktivitas ini terjadi. Adapun aktivitas yang terjadi biasanya berupa survei dan kuis online, serta pembaca bisa langsung

(9)

9

memberikan komentar atau tanggapan pada informasi yang sedang diaksesnya.

Kemudian, perbedaan juga terlihat pada desain dan visualisasi media online yang dapat berubah sewaktu-waktu mengikuti isi, tema, serta konten yang paling update. Tidak ada pakem yang terlalu harus dipatuhi dalam hal desain dan visualisasi media online. Selain itu, visualisasi media online didesain oleh web designer, yang mana memiliki spesifikasi kemampuan yang berbeda dengan desainer grafis pada media konvensional.

Salah satu kelebihan media online terletak pada kapasitas informasinya yang nyaris tidak terbatas. Informasi, sumber-sumber, serta referensi yang tersimpan pada bank arsip ini bisa diakses lagi oleh pembaca dengan memanfaatkan fasilitas search engine yang tersedia pada halaman web media online. Namun, karena bank arsip

ini tidak berbentuk fisik, melainkan sebuah cloud5, maka perlu ada

pengontrolan khusus supaya informasi yang tersimpan tidak hilang. Di sisi lain, unsur teknologi informasi yang begitu kuat pada media online ini memungkinkan munculnya divisi baru yang bertugas untuk menangani urusan teknologi. Divisi baru ini jelas mengubah struktur organisasi media yang selama ini ada. Namun, mengingat teknologi adalah tumpuan utama media online, keberadaan divisi teknologi ini perlu untuk dipertimbangkan.

Dari penjabaran di atas, terlihat bahwa penyesuaian pada manajemen media online terjadi karena pengaruh internet dan teknologi. Namun, pada dasarnya, media online tetap menjalankan manajemen sesuai dengan empat fungsi yang sama dengan media konvensional, yakni perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,

5 Cloud computing atau biasa disebut cloud merupakan sarana penyimpanan dan pengaksesan data

lewat internet. Ruang penyimpanan pada cloud ini bisa didapatkan sesuai dengan permintaan. Untuk sebuah situs web, cloud tidak didapatkan dengan gratis dan harus berlangganan dengan membayar sejumlah uang yang telah ditentukan. Data diambil dari situs web IBM mengenai cloud computing. Diakses pada 15 April 2017. Terarsip di https://www.ibm.com/cloud-computing/learn-more/what-is-cloud-computing/

(10)

10

dan pengendalian. Penyesuaian yang disebabkan oleh campur tangan internet dan teknologi ini sebagian besar hanya terlihat pada media yang digunakan dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen tersebut, yakni internet.

2. Kehadiran Media Baru

Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, internet telah menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat dunia. Hingga pertengahan tahun 2016 saja, pengguna internet dunia sudah melewati jumlah 3,5 miliar pengguna, yang mana jumlah tersebut sudah sama

dengan 50,1 persen populasi penduduk dunia saat ini6. Dari 3,5 miliar

pengguna tersebut, lebih dari setengahnya merupakan pengguna yang berasal dari benua Asia.

Peningkatan pengguna internet juga terjadi di Indonesia. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan bahwa jumlah pengguna internet hingga tahun 2016 sudah mencapai jumlah 132,7 juta pengguna. Jumlah ini meningkat sebesar 51,8 persen dibandingkan tahun 2014 yang mana baru ada sekitar 88 juta pengguna.

Populasi pengguna internet terbesar di Indonesia masih berada di Pulau Jawa dengan jumlah sebanyak 86,3 juta pengguna atau sekitar 65 persen dari angka total pengguna internet di Indonesia. Namun, yang mengejutkan adalah pengguna internet terbanyak saat ini justru berasal dari kelompok usia 35-44 tahun dengan jumlah 38,7 juta pengguna, mengalahkan kelompok usia 10-24 tahun yang tahun ini berjumlah 24,4

juta pengguna7. Meningkatnya jumlah pengguna internet pada kelompok

usia 35- 44 tahun ini menunjukkan bahwa sekarang internet tidak lagi hanya milik kalangan muda dan pelajar saja. Kalangan pekerja dan orang

6 Berdasarkan data yang diolah oleh situs Internet World Stats per 30 Juni 2016. Diakses pada 6

Januari 2017. Terarsip dalam http://www.internetworldstats.com/stats.htm

7 Data mengenai jumlah pengguna internet di Indonesia didapat dari Infografis Hasil Survei

Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia tahun 2016 oleh APJII dan Tim Polling Indonesia yang diterbitkan pada November 2016.

(11)

11

tua pun mulai memperlihatkan ketertarikan mereka terhadap keberadaan

internet, terutama dalam mendapatkan informasi terkini8.

Saat ini, internet memang bisa dibilang telah menjadi sumber utama bagi para penggunanya dalam mencari informasi terkini. Kemudahan untuk mengakses di mana dan kapan saja menjadi keunggulan dari internet dibandingkan dengan media konvensional yang telah ada. Tanpa menunggu acara berita atau terbitnya surat kabar, pengguna internet sudah bisa mengakses informasi secara real-time melalui gawai yang dimilikinya sendiri.

Sebagai sumber informasi, media jelas tidak bisa dipisahkan dari teknologi. Bahkan, perkembangan media pun turut mengikuti bagaimana perkembangan teknologi itu sendiri, seperti di era internet saat ini. Tornatzky dan Fleischer mengungkapkan sebuah perspektif yang menempatkan teknologi sebagai kekuatan yang mendorong suatu

perubahan, yaitu teknosentrik9. Perspektif ini pun bisa digunakan untuk

melihat fenomena di mana teknologi seperti komputer dan internet saat ini menjadi faktor dominan perubahan sebuah media. Kehadiran komputer dan internet telah membuka kemungkinan bagi media untuk memiliki cara baru dalam proses produksi hingga distribusi serta berkomunikasi. Dengan kata lain, digunakannya komputer dan internet dalam media merupakan salah satu titik awal dari kemunculan media baru.

New media atau media baru sendiri merupakan sebuah istilah yang merujuk pada sebuah perubahan dalam proses produksi media, distribusi,

dan penggunaan media. Lebih lanjut, Lievrouw dan Livingstone10 dalam

bukunya, Handbook of New Media, mendefinisikan media baru sebagai

8 Menurut data survei APJII dan Tim Polling Indonesia mengenai Penetrasi dan Perilaku Pengguna

Internet Indonesia tahun 2016, sekitar 31,3 juta pengguna atau 25,3 persen dari populasi memanfaatkan internet untuk update informasi.

9 Louis G. Tornatzky dan Mitchel Fleischer. 1990. The Process of Technological. Dalam Ana

Nadhya Abrar. 2003. Teknologi Komunikasi: Perspektif Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: LESFI. Hal 33.

10 Leah Lievrouw & Sonia Livingstone. 2009. Handbook of New Media. London: SAGE Publication.

(12)

12

sebuah infrastruktur yang terdiri atas tiga buah komponen, yaitu (1) perangkat yang digunakan untuk berkomunikasi atau menyampaikan informasi; (2) aktivitas atau praktik yang dilakukan orang-orang untuk berkomunikasi atau berbagi informasi; dan (3) struktur sosial yang terbangun di sekitar perangkat serta aktivitas tersebut.

Media baru memiliki karakteristik yang membedakannya dengan

media konvensional. McLuhan11 mengungkapkan setidaknya ada tiga

karakteristik utama yang dimiliki oleh media baru:

a. Digitality, di mana proses media telah diubah dan berlangsung secara digital;

b. Interactivity, media baru bersifat interaktif dengan memungkinkan pengguna memberikan feedback sehingga komunikasi dapat terjadi secara dua arah;

c. Adanya desentralisasi yang mana proses produksi dan distribusi pesan tidak lagi sepenuhnya dikuasai oleh komunikator.

Ada beberapa perbedaan yang terjadi dalam proses komunikasi manusia akibat hadirnya teknologi komunikasi dan media baru ini. Menurut Rogers, sedikitnya ada tiga perbedaan yang terlihat jelas. Pertama adalah interactivity, di mana teknologi mampu memberi respon terhadap penggunanya dan pengguna dituntut untuk lebih aktif dalam berkomunikasi terhadap pengguna lainnya. Kedua adalah de-massified, yang mana pada media baru ini, kontrol tidak lagi berada pada produser media melainkan terletak pada pengguna. Ketiga, yaitu asynchronous, di mana penggunalah yang memiliki kendali atas waktu terjadinya proses komunikasi. Pengguna tidak lagi perlu menyesuaikan waktu akan terjadinya proses komunikasi seperti dulu dengan media konvensional. Dengan beradanya kendali di tangan pengguna, besar terjadi kemungkinan adanya jeda waktu antara pengiriman dan penerimaan pesan.

11 Marshall McLuhan. 1999. Understanding Media: The Extension of Man. London: Routledge,

(13)

13

Pada akhirnya, kehadiran gelombang media baru yang terbilang cukup masif ini tidak serta merta menghilangkan teknologi komunikasi pendahulunya. Media baru dengan karakteristiknya memiliki kemampuan untuk menciptakan suatu metode tersendiri dalam memproduksi dan mendistribusikan informasi. Media baru mampu meningkatkan intensitas

media konvensional dengan menggabungkan fungsi teknologi

komunikasi, internet, serta media konvensional itu sendiri yang kemudian hadirnya praktik-praktik baru dalam media massa.

3. Web Magazine dan Karakteristiknya

Terjadinya konvergensi pada media telah menghasilkan beragam jenis media baru. Salah satu jenis dari media baru yang dua tahun belakangan ini mulai banyak bermunculan adalah web magazine. Pada awalnya, web magazine yang hadir di Indonesia masih sekadar versi daring dari majalah yang selama ini telah terbit secara fisik. Namun, kemudahan akses teknologi saat ini membuat banyak web magazine rintisan baru atau startup mulai bermunculan.

Secara sederhana, web magazine bisa didefinisikan sebagai sebuah majalah yang diterbitkan dan dipublikasikan lewat jaringan internet dalam bentuk website, produk turunan media baru yang paling banyak ditemui.

Oleh Kelleher12, website didefinisikan sebagai berikut:

“Web merupakan kumpulan sumber daya (resources) yang tersedia untuk mengambil browser web. Sumber daya (misalnya halaman web) sering diformat dengan hypertext, yang memungkinkan pengguna mengklik pada gambar sumber daya yang lain. Uniform Resources Locators (URLs) adalah alamat internet untuk sebuah web. Sumber daya juga dapat berupa file audio atau animasi 3D atau video, serta teks, dan gambar. Tetapi penting untuk menyadari bahwa web merupakan bagian dari internet.”

Walaupun memiliki sistem penerbitan yang berbeda, web magazine masih tetap memiliki karakteristik dasar yang tidak jauh berbeda dari

12 Tom Kelleher. 2007. Public Relations Online (Lasting Concepts for Changing Media). London:

(14)

14

majalah konvensional. Dilihat definisinya13, dapat disimpulkan majalah

memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Terbit secara berkala; bukan harian. b. Memiliki halaman cover.

c. Isinya tidak menampilkan pemberitaan atau sari berita, melainkan berupa artikel atau bersifat pembahasan menyeluruh dan mendalam. d. Tematik dan memiliki spesialisasi isu.

e. Nilai aktual konten relatif lebih lama atau jangka panjang.

Dari empat karakteristik majalah di atas, ada dua karakteristik yang sedikit mengalami modifikasi saat diaplikasikan pada web magazine, yaitu (1) terbit secara berkala dan (2) memiliki halaman cover. Pada majalah konvensional atau majalah cetak, tidak terbit secara harian adalah untuk membedakan majalah dengan surat kabar. Namun bagi web magazine, tidak terbit secara harian akan berpengaruh pada traffic dari web magazine itu sendiri.

Traffic ini memiliki peran penting bagi eksistensi sebuah media online. Traffic secara berkala dicek untuk melihat popularitas sebuah website, halaman yang paling banyak dibaca, serta topik yang paling diminati oleh pembaca. Dinamika dari traffic sebuah website ini tergantung pada jumlah visit dan pageview. Melihat perilaku pengguna

internet yang tidak loyal14, jika tidak adanya kegiatan atau konten yang

diterbitkan pada hari itu, maka jumlah pengunjung atau pembaca website tersebut dapat menurun. Oleh karena itu, web magazine perlu untuk memperbaharui kontennya secara rutin dan berkala setiap harinya dengan penjadwalan yang baik demi mempertahankan eksistensinya.

13 Majalah adalah penerbitan berkala (bukan harian) yang terbit secara teratur dan sifat isinya tak

menampilkan pemberitaan atau sari berita, melainkan berupa artikel, atau bersifat pembahasan yang menyeluruh dan mendalam (Kurniawan Junaedhie. 1995. Rahasia Dapur Majalah di Indonesia. Jakarta: Gramedia)

14 Salah satu efek dari media baru adalah pengguna internet dimungkinkan untuk bisa memilih

sendiri informasi yang ingin dibaca dan situs yang ingin dikunjungi. Oleh karena itu, pengguna merasa tidak ada urgensi untuk loyal atau berlangganan pada satu situs tertentu demi mendapatkan informasi yang diinginkan.

(15)

15

Karakteristik lain dari majalah yang mengalami modifikasi adalah memiliki halaman cover. Seperti yang diketahui, halaman cover pada majalah memiliki peran sebagai “pintu gerbang”, yang mana berfungsi untuk mempublikasikan dan merepresentasikan tema serta konten majalah di setiap edisinya. Namun pada web magazine, fungsi dari halaman cover ini kemudian digantikan oleh sebuah homepage yang mana dijelaskan oleh Biagi (2015:180):

“The process of putting docs on the Web drew its terminology from print, the original mass medium. That’s why placing something on the Web is called publishing and the publication begins with a home

page, the front door to the site — the place that welcomes the user and explains how the site works.”

Pada web magazine, karakter artikel yang diterbitkan sebenarnya tidaklah jauh berbeda dengan majalah pada umumnya. Artikel pada

majalah sebagian besar masuk ke dalam kategori berita feature15, yang

mana artikelnya didesain untuk dapat menjelaskan informasi atau isu terhangat secara deskriptif tetapi tetap menghibur, dan social news, yaitu tulisan pada artikel terkait dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dikarenakan termasuk kategori feature dan social news, artikel pada majalah terbilang sangat ringan dan isinya mudah untuk dipahami. Walaupun begitu, artikel tetap memiliki data-data faktual serta analisis yang cukup mendalam. Oleh karena itu, artikel majalah pun turut termasuk dalam kategori berita interpretive, yaitu artikel memiliki kedalaman analisis dan survei terhadap berbagai hal yang terkait dengan peristiwa.

Apa yang kemudian membedakan antara artikel majalah konvensional dengan web magazine adalah pengalaman yang dirasakan oleh pembaca serta penulisnya. Di dunia online, penulis artikel perlu untuk membayangkan dunia dengan dimensi yang tanpa batas. Dalam majalah offline atau majalah konvensional, pembaca tidak bisa mengakses sumber artikel lebih jauh secara langsung. Sedangkan dalam web magazine, setiap

(16)

16

artikel dapat melampirkan tautan sumber informasi, sumber gambar,

bahkan artikel-artikel terbitan lama yang dirujuk untuk mendalami topik16.

Lewat web magazine, pembaca dapat merasakan pengalaman serta keleluasaan eksplorasi dari tiap-tiap artikel yang dibacanya dan kemudian mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Di sisi lain, bagi pengelola media dan penulis artikel, web magazine ini memberikan sebuah tantangan baru untuk menciptakan sarana yang lebih inovatif untuk menyampaikan informasi. Lebih lanjut, Rafaeli dan Newhagen menyebutkan 5 hal yang membedakan jurnalisme online dengan media konvensional (Santana, 2005: 137):

a. Kemampuan internet dalam mengombinasikan berbagai media b. Kurangnya tirani penulis atas pembaca

c. Kendali sepenuhnya ada pada pihak pembaca d. Proses komunikasi berlangsung dengan sinambung e. Adanya interaktivitas pada web.

4. Web Magazine Berbasis Kontributor

Tidak semua media memiliki penyedia konten yang tetap, apalagi bagi media perintis (start-up) yang saat ini sedang banyak bermunculan. Media start-up, seperti web magazine, membutuhkan informasi yang bisa dibilang cukup banyak untuk menaikkan traffic serta eksistensinya di dunia media. Namun, untuk mengeluarkan biaya produksi penulis secara bulanan dalam jumlah banyak, media start-up masih belum mau ambil rugi.

Salah satu cara yang bisa dimanfaatkan oleh media start-up, seperti web magazine Magdalene, untuk mengakali biaya produksi adalah dengan membuka lowongan bagi kontributor untuk menyumbang tulisan ke redaksi media mereka. Sebagai gantinya, media start-up memberikan imbalan yang pantas untuk setiap artikel yang masuk. Imbalan ini tidak

(17)

17

hanya dalam bentuk uang tetapi bisa juga dengan merchandise menarik atau imbalan lain sesuai dengan kebijakan perusahaan media tersebut.

Pada media manapun, proses penerimaan tulisan dari kontributor tidaklah bisa sembarangan. Ada ketentuan dan standar khusus yang diberikan media untuk dipenuhi oleh kontributor. Untuk itu, menjadi penulis kontributor yang baik tidak serta-merta hanya karena bisa dan mau menulis saja. Penulis kontributor juga perlu mengetahui bagaimana menulis artikel dengan baik tetapi bisa tetap menarik dan enak untuk dibaca.

Artikel yang ada pada Magdalene dapat dikategorikan sebagai jurnalisme isu spesifik karena mengangkat tema yang tidak lazim ada di media Indonesia kebanyakan. Untuk itu, peneliti merangkum bahwa penulisan artikel oleh kontributor pada web magazine juga perlu menggunakan teknik (1) mengumpulkan fakta, (2) mem-framing berita, dan kemudian (3) menulis berita.

Teknik mengumpulkan fakta, menurut Abrar (2005), adalah dengan observasi, wawancara, konferensi pers, serta press release. Dalam penulisan untuk Magdalene, sebagian besar kontributor terlihat menuliskan artikel berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil obrolan dengan narasumber tertentu. Untuk itu, peneliti membatasi teknik pengumpulan fakta menjadi dua, yaitu observasi dan wawancara.

Observasi yang dimaksudkan adalah sebuah pengamatan terhadap realitas sosial. Observasi ini bisa terjadi secara langsung dan juga tidak langsung. Observasi langsung yaitu ketika penulis atau wartawan menyaksikan peristiwa dengan mata kepalanya sendiri. Sementara observasi tidak langsung yaitu ketika penulis atau wartawan tidak menyaksikan peristiwa melainkan dapat keterangan dari pihak lain yang menyaksikan.

Kedua adalah wawancara. Wawancara merupakan tanya jawab antara penulis dengan narasumber untuk mendapatkan data mengenai sebuah

(18)

18

fenomena (Itule dan Anderson, 1987, dalam Abrar 2005: 24). Ada tujuh jenis wawancara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan fakta, yaitu: a. Man in the street interview: mengumpulkan pendapat orang awam

mengenai sebuah peristiwa

b. Casual interview: wawancara bersifat mendadak

c. Personal interview: menghasilkan informasi mengenai profil seseorang

d. Information interview: wawancara yang berkaitan dengan peristiwa yang direncanakan

e. Telephone interview: melakukan wawancara lewat telepon

f. Question interview: wawancara tertulis; bisa juga dilakukan lewat e-mail atau media sosial

g. Group interview: wawancara dengan beberapa orang sekaligus untuk membicarakan satu masalah.

Setelah mengumpulkan fakta, kontributor kemudian perlu melakukan framing terhadap artikel yang akan ditulisnya. Framing dilakukan agar pembaca dapat menangkap wacana sesuai dengan yang ingin disampaikan oleh penulis. Pada artikel, yang menjadi objek framing adalah judul, fokus artikel, dan penutup. Teknik yang dilakukan dalam mem-framing berita sebagaimana dikutip dari Abrar (2005) ialah sebagai berikut:

a. Mendefinisikan masalah dengan pertimbangan yang sering kali didasari oleh nilai-nilai kultural yang berlaku

b. Menentukan akar permasalahan dengan mengidentifikasi faktor-faktor kuat yang terlibat

c. Memberikan penilaian moral terhadap akar permasalahan dan efek yang ditimbulkan

d. Menawarkan solusi dengan mendeskripsikan perlakuan tertentu serta dugaan efek yang mungkin terjadi

Tahap terakhir adalah penulisan artikel. Mengingat artikel yang ada pada Magdalene bersifat spesifik, ada baiknya jika ditulis dengan analogi,

(19)

19

anekdot, atau sebagai feature. Feature dapat diartikan sebagai tulisan khas yang memiliki landasan fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik yang dilakukan oleh kontributor.

F. Kerangka Konsep

Dari penjabaran kerangka pemikiran di atas, dijelaskan bahwa kehadiran internet dan new media memberikan dampak yang besar bagi dunia media di Indonesia. Salah satu dari dampak internet dan new media ini adalah banyak bermunculannya media online dalam berbagai jenis, terutama social news dan web magazine. Selayaknya media konvensional, media online pun juga perlu memiliki manajemen, terutama redaksional, untuk memproduksi konten, mengelola isu, serta mempertahankan eksistensinya.

Magdalene merupakan sebuah media rintisan atau start-up berbentuk web magazine di Indonesia. Hingga saat ini, Magdalene tetap menjadikan kontributor sebagai penyedia informasi utama di web magazine mereka. Sebagai media start-up berbasis kontributor, manajemen redaksional memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur dan mengelola ruang berita untuk memproduksi dan menghasilkan media berupa artikel. Terlebih lagi, Magdalene adalah web magazine yang mengangkat isu keperempuanan yang terbilang tabu untuk dibahas di Indonesia. Pengelolaan isu dengan menyesuaikan jumlah serta kualitas artikel yang didapat dari kontributor adalah hal terpenting untuk eksistensi Magdalene dan bisa diperoleh dari manajemen media yang baik.

Konsep kunci manajemen media pada Magdalene akan diteliti dengan mencakup empat proses, yaitu (1) planning atau perencanaan, (2) organizing atau pengorganisasian, (3) leading and actuating atau kepemimpinan dan pengarahan, (4) dan controlling atau pengendalian. Keempat proses ini nantinya akan digunakan untuk melihat lebih jauh proses kerja redaksional pada Magdalene, terutama dalam manajemen medianya serta hubungan kerja dengan kontributor. Konsep penelitian manajemen media pada Magdalene ini selanjutnya dijabarkan sebagai berikut:

(20)

20 1. Perencanaan (Planning)

Merupakan proses penetapan tujuan serta visi-misi dari media dan menyusun strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Pada tahapan proses ini, akan dilihat dan dijabarkan bagaimana latar belakang terbentuknya Magdalene, identifikasi media dan pengguna, serta tujuan-tujuan yang ingin dicapai dengan oleh Magdalene.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Merupakan proses yang melibatkan sumber daya manusia, keuangan, pembagian rubrikasi, serta tata letak pada Magdalene. Pada proses ini juga terjadi, akan dilihat bagaimana Magdalene mengorganisasi sumber daya manusia dan materi, serta konten yang dimilikinya ke dalam rubrikasi. 3. Kepemimpinan dan Pengarahan (Leading and Actuating)

Merupakan proses pengelolaan dan pengaturan dalam mengarahkan anggota organisasi berserta fasilitas penunjangnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, yaitu produk jurnalistik. Di tahapan proses ini,

peneliti akan menjabarkan bagaimana manajemen Magdalene

memproduksi serta mengelola konten yang dimilikinya. 4. Pengendalian (Controlling)

Merupakan proses yang memastikan bahwa kerja redaksional secara keseluruhan telah berjalan sesuai rencana awal untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam hal ini, peneliti akan melihat bagaimana Magdalene melakukan pemantauan dan evaluasi pada kerja redaksi serta pemantauan pada tulisan-tulisan yang sudah terbit di website.

G. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini fokus pada manajemen sebuah web magazine berbasis kontributor yang memiliki segmentasi isu dan topik tertentu; mulai dari proses produksi artikel hingga pengelolaan isu dan topik dalam portal itu sendiri.

(21)

21

Pendekatan kualitatif dipilih karena peneliti ingin memahami

bagaimana dan mengapa suatu realitas komunikasi terjadi17. Peneliti ingin

menggali dan memahami bagaimana manajemen media online, dalam hal ini web magazine Magdalene, secara mendalam. Penelitian kualitatif ini diasumsikan mampu menjawab rumusan masalah penelitian yang ingin mengetahui, menggali, serta memahami manajemen media online berbasis kontributor di Indonesia.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini akan menggali manajemen media dari web magazine Magdalene secara menyeluruh. Metode penelitian studi kasus dianggap tepat untuk digunakan dalam rangka memperoleh hasil penelitian yang diinginkan. Studi kasus merupakan metode riset yang menggunakan berbagai sumber data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok,

suatu program, organisasi, atau peristiwa secara sistematis18. Penelitian

studi kasus memiliki subjek yang terbatas tetapi variabel dan fokus yang diteliti terbilang cukup luas dimensinya.

Digunakannya studi kasus ini mempertimbangkan hal-hal unik yang terdapat pada sebuah organisasi dan kemudian dijadikan unit analisis dengan pendekatan kualitatif. Lebih lanjut, studi kasus dimaksudkan untuk memahami secara lebih menyeluruh mengenai latar belakang masalah dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya.

Peneliti melihat informasi mengenai manajemen media online berbasis kontributor masih sangat minim karena Magdalene masih menjadi salah satu yang terdepan dengan format ini di Indonesia. Studi kasus dianggap tepat untuk memperoleh hasil dan informasi yang mendalam mengenai media online berbasis kontributor. Dengan

17 Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS, hal. 35.

18 Rahmat Krisyantoro. 2008. Teknik Praktik Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media.

(22)

22

menggunakan studi kasus, peneliti dapat terfokus pada fenomena kontributor sebagai penyedia konten terbesar untuk Magdalene tersebut. 3. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini memiliki dua jenis dan sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber data yang menjadi fokus utama pada penelitian, sedangkan data sekunder digunakan sebagai penunjang. Adapun sumber-sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Data Primer

Data primer pada penelitian ini meliputi keterangan mengenai manajemen media pada web magazine Magdalene. Seluruh informasi mengenai manajemen media pada Magdalene akan menjadi data primer pada penelitian ini. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan Devi Asmarani selaku editor in chief Magdalene dan juga melalui observasi website dengan Mario Rustan, selaku kontributor tetap, dan Aulia Kushardini, selaku kontributor lepas, tanpa ada intervensi dari peneliti. Selain itu, data primer juga diperoleh melalui observasi pada website http://www.magdalene.co. 2. Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini meliputi konsep serta teori mengenai manajemen media dan produksi pesan. Data sekunder ini dapat diperoleh melalui studi pustaka dan arsip dokumen.

4. Metode Riset dan Pengambilan Data

Riset dan pengambilan data untuk kebutuhan penelitian akan dilakukan dalam tiga cara, yaitu:

a. Wawancara tatap muka dengan narasumber

Magdalene saat ini belum memiliki kantor tetap. Untuk itu, pengambilan data penelitian akan dilakukan di lokasi yang telah ditentukan bersama dengan narasumber, yakni Hongkong Café Sarinah, Jakarta, pada tanggal 12 Mei 2017.

(23)

23

b. Wawancara melalui surat elektronik atau e-mail

Wawancara melalui surat elektronik atau e-mail akan dilakukan kepada Ayunda Nurvitasari sebagai social media manager Magdalene, Mario Rustan sebagai kontributor tetap Magdalene, dan Aulia Kushardini sebagai kontributor lepas Magdalene. Wawancara melalui e-mail akan dilakukan pada 13 Mei 2017.

c. Observasi website Magdalene (http://www.magdalene.co)

Peneliti akan melakukan observasi pada website Magdalene untuk melihat aktivitas website termasuk konten yang diterbitkan hingga interaktivitas yang terjadi antarpengguna.

H. Teknik Analisis Data

Dari data yang telah diperoleh melalui wawancara dengan pihak Magdalene, observasi website, hingga studi pustaka, makan akan dilakukan analisis pada data tersebut. Analisis data sendiri adalah kegiatan di mana peneliti mengolah data-data hasil penelitian untuk dijadikan informasi dalam suatu penelitian dan kemudian hasilnya juga bisa digunakan untuk mengambil kesimpulan penelitian.

Pada penelitian ini, peneliti akan mengambil langkah-langkah analisis data sebagai berikut:

1. Pengorganisasian data: seluruh data dan fakta yang telah diperoleh, yaitu identifikasi media dan pengguna; tujuan media; struktur organisasi dan pengelolaan SDM; rubrikasi dan layout media; proses penulisan artikel, proses penerimaan dan penyeleksian artikel dari kontributor, serta penyuntingan dan penerbitan; dan hubungan dengan kontributor kemudian diorganisasikan.

2. Kategorisasi data: seluruh data dan fakta seperti yang disebutkan di atas, diorganisasikan dalam empat kategorisasi data, yakni (1) perencanaan (planning), (2) pengorganisasian (organizing), (3) kepemimpinan dan pengarahan (leading and actuating), dan (4) pengendalian (controlling).

(24)

24

3. Interpretasi dan Eksplorasi data: mengartikan serta menjabarkan data-data yang telah dikategorisasikan dan mencari hubungan dengan kasus yang diteliti.

4. Sintesis dan generalisasi: menyusun gambaran keseluruhan dari kasus yang sedang diteliti kemudian menarik kesimpulan yang dapat dijadikan acuan untuk kasus-kasus lain yang serupa.

Referensi

Dokumen terkait

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan selesainya pengerjaan skripsi yang berjudul “Rancang Bangun Aplikasi Manajemen Rapat Di DPRD

Karena hari proyek BI dua itu, saya tidak hanya belajar banyak infomasi tentang pulau-pulau di Indonesia, saya juga bisa bertemu dengan teman- teman yang lain, dan saya bisa

prod oduk uksi si te telu lur r ya yang ng ut utam ama a ad adal alah ah telur ayam buras, ayam ras dan itik. telur ayam buras, ayam ras dan itik. Produksi hasil

Kelompok 1, ternyata memiliki penurunan persentase lemak tubuh yang lebih baik dari pada kelompok 2 Hal ini karena senam aerobik high impact sangat efektif

Keadaan untuk penyimpanan yang selamat, termasuk sebarang bahan yang tidak serasi: Simpan di tempat yang dingin dengan pengalihudaraan yang baik, jauh daripada bahan yang

a) Pemanggilan secara Referensi merupakan upaya untuk melewatkan alamat dari suatu variabel ke dalam fungsi. b) Yang dikirimkan ke fungsi adalah alamat letak dari nilai

Permukaan bidang plafond dan dinding menjadi tempat perletakan sistem jaringan pipa distribusi air limbah dari ruang-ruang servis menuju sarana pembuangan, sedangkan bidang

Salah satu cafe di Kota Bandung yaitu Cafe District 29 mengalami penurunan dalam penjualannya, agar tidak semakin mengalami kerugian besar hal tersebut harus