• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Prosedur

Cara bekerja dalam sebuah organisasi akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan berdasarkan prosedur. Prosedur dipengaruhi oleh uraian pekerjaan atau job description sebuah jabatan. Menurut Sedarmayanti (2009: 134), “Prosedur kerja adalah rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lain sehingga menunjukkan adanya suatu urutan tahap demi tahap serta jalan yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian sesuatu bidang tugas.

Jadi, prosedur kerja merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara berurutan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Prosedur hendaknya didasarkan pada karakteristik organisasi yang bersangkutan.

2.2 Tujuan Pembuatan Prosedur Kerja

Prosedur digunakan sebagai langkah untuk melakukan suatu pekerjaan secara sistematis. Prosedur merupakan bentuk dari pemprosesan, cara yang digunakan untuk menampilkan atau memberikan sesuatu. Kebanyakan dari perusahaan pada dasarnya mempunyai suatu sistem yang biasa atau sistem dasar yang terdiri dari sejumlah prosedur rutin. Prosedur yang rutin tersebut akan memberikan kemudahan bagi kegiatan kantor.

Prosedur dapat digunakan sebagai alat untuk memudahkan dalam melakukan pekerjaan tertentu. Prosedur akan memperjelas tujuan, sasaran, dan program kerja sehingga bermanfaat bagi para pelaksanan maupun semua pihak yang berkepentingan untuk dijadikan sebagai pedoman kerja (Sedarmayanti, 2009).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembuatan prosedur pada intinya adalah untuk mengolah data menjadi informasi dalam wadah formulir, catatan dan laporan dengan tetap menerapkan sistem pengendalian intern yang didukung oleh kegiatan tata usaha melalui penerapan urutan-urutan prosedur yang tepat waktu, relevan, dan terkendali untuk mendukung informasi dengan tepat dan terkendali.

                   

(2)

2.3 Manfaat Prosedur Kerja

Suatu prosedur dibuat tentunya memiliki manfaat. Berdasarkan pengertian yang ada maka manfaat yang dapat diperoleh dari prosedur kerja yaitu (Sedarmayanti, 2009):

1. Prosedur kerja penting artinya sebagai suatu pola kerja yang merupakan penjabaran tujuan, sasaran, program kerja, fungsi-fungsi dan kebijaksanaan ke dalam kegiatan-kegiatan pelaksanaan yang nyata.

2. Melalui prosedur kerja yang dibuat dengan tepat, dapat dilakukan standarisasi dan pengendalian kerja dengan setepat-tepatnya.

3. Prosedur kerja bermanfaat baik bagi para pelaksana maupun semua pihak yang berkepentingan, untuk dijadikan sebagai pedoman kerja.

2.4 Metode Penulisan Prosedur

Penulisan prosedur perlu diketahui guna mencari cara yang efektif dan efisien bagi setiap kantor dalam membuat pedoman kerja. Banyak cara atau metode yang dapat digunakan untuk menulis prosedur. Menurut Nuraida (2008), cara atau prosedur yang dimaksud adalah:

1. Deskriptif

Deskriptif adalah cara yang paling sederhana, yaitu prosedur yang dituliskan merupakan prosedur yang sederhana dan tidak memerlukan simbol-simbol khusus.

2. Chart

Informasi yang ada hendaknya disajikan secara visual agar mempermudah analisis terdapat prosedur atau metode kerja serta mempermudah komunikasi. Simbol dapat membuat gambar-gambar visual yang melukiskan instruksi-instruksi, macam kegiatan, perpindahan suatu kegiatan ke kegiatan yang lain dan sebagainya, sehingga menjadi tampak jelas dan berhubungan dari satu kegiatan ke kegiatan lain. Chart dapat berarti peta, diagram, tabel, atau gambar. Penulisan prosedur dengan chart adalah sebagai berikut.

a. Gambar/skema                    

(3)

Di dalam prosedur ini harus memuat gambar-gambar mengenai tahapan atau tata cara menggunakan sesuatu.

b. Arus pergerakan dokumen (document flow chart)

Di dalam document flow chart digambarkan

bagian/departemen/divisi yang terlibat dalam prosedur tersebut. Dengan kata lain, document flow chart menunjukkan perpindahan dokumen kantor berserta salinannya dari satu bagian ke bagian lain.

c. Proses kegiatan (process chart)

Proses kegiatan perusahaan melewati satu atau beberapa bagian/departemen. Dengan demikian dapat terjadi beberapa proses dalam bagian/departemen yang sama. Jadi, yang menjadi perhatian penting bukanlah dokumen dan bagian departemen, melainkan proses atau pelaksanaan suatu prosedur kerja. Hanya saja dalam proses kerja ini belum jelas siapa penanggung jawab untuk setiap proses.

d. Diagram Gerakan (movement diagram)

Diagram gerakan menunjukkan gerakan melalui ruangan. Diagram gerakan dapat digambarkan dalam sebuah layout berskala pada sebuah meja atau floor plan sehingga gerakan tersebut dapat diukur dan dipandang dalam hubungannya dengan faktor-faktor fisik. 2.5 Simbol-Simbol dalam Penulisan Prosedur

Dalam membuat peta prosedur banyak digunakan gambar atau simbol-simbol yang bermacam-macam. Simbol-simbol-simbol yang digunakan untuk menggambarkan suatu prosedur antara lain sebagai berikut :

                   

(4)

Tabel 2.1

Simbol-simbol yang digunakan dalam Peta Prosedur

No. Simbol Arti

1.

Lingkaran Besar : Operasi

(operation) yang harus dikerjakan. Apabila di tengahnya dibubuhi huruf: C : berarti harus dikerjakan oleh juru tulis (clerk)

N : harus dikerjakan dengan mesin T : harus dikerjakan dengan mesin tik

2. Pemeriksaan mengenai jumlah atau

kuantitas 3.

Pemeriksaan (inspection, control atau check) mengenai mutu atau kualitas (quality)

4.

D

Singkatan dari delay, artinya penahanan atau penundaaan suatu proses karena harus menunggu tindakan atau penyelesaian lebih lanjut

5.

Arah jalannya atau arus (flow) sesuatu dokumen melalui sesuatu proses pengerjaan

6. Lingkaran Kecil: Pemindahan atau

pengangkutan

7. Penyimpanan (storage) secara

permanen

8. Penyimpanan untuk sementara

(temporary)

Sumber : Sedarmayanti (2009) 2.6 Pengertian Arsip dan Kearsipan

                   

(5)

Dalam segi bahasa, kata arsip jika dalam bahasa Belanda adalah “Archief”, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut “Archieve”. Kata arsip sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Archia” yang berarti catatan, yang berubah lagi menjadi “Archieon” yang berarti gedung pemerintah. Sedangkan dalam bahasa Latin disebut ”Archium” dan akhirnya kata ini dipakai dalam bahasa Indonesia dengan sebutan “Arsip”. Ada beberapa istilah lain dari kata arsip itu sendiri seperti file, records, dan warkat.

2.6.1 Pengertian Arsip

Istilah arsip berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata arche, kemudian berubah menjadi archea dan selanjutnya mengalami perubahan kembali menjadi archeon. Archea artinya dokumen atau catatan mengenai permasalahan. Menurut kamus umum bahasa Indonesia arsip adalah simpanan surat-surat penting. Berdasarkan undang-undang nomor 7 tahun 1971 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kearsipan, pasal 1 ayat a dan b (dalam ANRI.go.id), arsip adalah:

a. Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga-lembaga dan badan-badan pemerintah dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan.

b. Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh badan-badan swasta atau perseorangan, dalam bentuk corak apaupun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan. Menurut Drs. The Liang Gie (2007) dalam bukunya Administrasi Perkantoran Modern berpendapat bahwa arsip adalah suatu kumpulan dokumen yang disimpan secara sistematis karena mempunyai suatu kegunaan agar setiap kali diperlukan dalam secara cepat ditemukan kembali.

Adapun menurut Barthos (2007:1) arsip (records) yang dalam istilah bahasa Indonesia ada yang menyebutkan sebagai “warkat”, pada pokoknya dapat diberikan pengertian sebagai setiap catatan tertulis baik dalam bentuk gambar ataupun bagan yang memuat keterangan-keterangan mengenai sesuatu subyek (pokok persoalan) ataupun peristiwa yang dibuat orang untuk membantu daya ingatan orang (itu) pula.

                   

(6)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa arsip adalah kumpulan warkat yang mempunyai nilai guna bagi organisasi/perusahaan (pemerintah atau swasta) dalam bentuk apapun yang dapat dibaca, dilihat, atau didengar baik dalam keadaan tunggal maupun kelompok yang disimpan secara sistematis, sehingga mudah ditemukan kembali setiap kali diperlukan.

2.6.2 Pengertian Kearsipan

Apabila menemukan terdapat adanya arsip maka dalam suatu organisasi akan timbul masalah pengurusan arsip tersebut, dan solusi yang baik dalam pengurusan arsip tersebut adalah menggunakan sistem tertentu dalam suatu organisasi. Terdapat banyak pendapat mengenai pengertian tentang kearsipan yang dikemukakan oleh para ahli. Pendapat tersebut antara lain adalah sebagai berikut.

Kemudian menurut Sugiarto dan Wahyono (2005) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kearsipan adalah suatu bentuk pekerjaan tata usaha yang berupa penyusunan dokumen secara sistematis sehingga dokumen-dokumen tersebut apabila diperlukan kembali dapat ditemukan kembali dengan cepat.

Menurut Quible (2001), filing is involves systematically classifying, coding, arranging, and placing records in storage and facilitating their quick and easy retrieval when requested by a user. Kearsipan adalah melibatkan mengklasifikasikan yang sistematis, pengodean, mengatur, dan menempatkan arsip dalam penyimpanan dan memfasilitasi pengambilan yang cepat dan mudah ketika diminta oleh pengguna.

Menurut Shaw (2001: 78) suatu sistem kearsipan yang baik merupakan hal penting bagi suatu organisasi karena terdapat beberapa alasan sebagai berikut:

1. To keep documents safe.

2. To keep the documents clean and an office tidy.

3. To keep acces to confidental documents under supervision

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kearsipan adalah kegiatan pengaturan dan penyimpanan arsip/wartat berdasarkan sistem dan prosedur                    

(7)

tertentu, sehingga dapat ditemukan kembali ketika diperlukan dengan cepat dan tepat.

2.7 Jenis-Jenis Arsip

Secara garis besar jenis arsip dapat digolongkan menjadi beberapa macam. Menurut Nuraida (2008: 92) jenis-jenis arsip adalah:

1. Arsip dinamis

Arsip dinamis adalah arsip yang setiap hari digunakan secara langsung untuk perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan operasional perusahaan. Arsip dinamis terdiri dari dua macam, yaitu:

 Arsip aktif,

Yaitu arsip dipergunakan secara terus-menerus untuk berbagai keperluan perusahaan atau arsip yang frekuensi penggunaannya cukup tinggi karena banyak diperlukan untuk kegiatan perusahaan.

 Arsip in-aktif,

Yaitu arsip yang sudah tidak dipergunakan lagi secara terus-menerus dalam kegiatan perusahaan untuk saat ini atau arsip yang frekuensi penggunaannya sudah jarang. Arsip in-aktif masih perlu disimpan jika suatu saat diperlukan karena arsip ini berkaitan denagn kegiatan perusahaan atau berguna sebagai bahan referensi.

2. Arsip statis

Adalah arsip yang setiap hari digunakan namun tidak secara langsung untuk perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan operasional perusahaan akan tetapi tetap disimpan dengan alasan historis.

Sedangkan menurut Haryadi (2009: 43), jenis-jenis arsip antara lain: 1. Arsip menurut subjek atau isinya

Contoh dari arsip ini adalah arsip keuangan, seperti laporan keuangan, bukti pembayaran, bukti pembelian, surat perintah membayar, dan daftar gaji; atau arsip kepegawaian, seperti data riwayat hidup pegawai, surat lamaran, dan surat pengangkatan pegawai.

2. Arsip menurut bentuk atau wujudnya                    

(8)

Arsip dalam bentuk ini sangat banyak ragamnya, seperti naskah perjanjian, akte pendirian perusahaan, notulen rapat, laporan-laporan, kuitansi, berita acara, bon penjualan, pita rekaman, microfilm, dan compact disk.

3. Arsip menurut nilai atau kegunaannya

Contoh dari arsip ini adalah arsip yang memiliki nilai informasi, seperti pengumuman, pemberitahuan, dan undangan. Juga arsip yang memiliki nilai kegunaan administrasi, seperti ketentuan-ketentuan organisasi, surat keputusan, prosedur kerja, dan uraian tugas pegawai. Selain itu, arsip yang memiliki kegunaan hukum, seperti akte pendirian perusahaan, akte kelahiran, peraturan-peraturan, surat perjanjian, surat kuasa, kuitansi, berita acara, dan keputusan peradilan.

4. Arsip menurut sifat kepentingannya

Contoh dari arsip ini adalah arsip non-esensial, seperti surat permohonan cuti, surat pesanan barang, dan surat permintaan. Juga arsip penting, seperti surat keputusan, daftar riwayat hidup, laporan keuangan, buku kas, dan daftar gaji. Selain itu, ada juga arsip vital, seperti akte pendirian perusahaan, buku induk pegawai, dan dokumen kepemilikan tanah.

5. Arsip menurut fungsinya

Arsip menurut fungsinya terdiri dari dua macam, yaitu arsip dinamis dan arsip statis

6. Arsip menurut tempat atau tingkat pengelolaannya

Arsip jenis ini dapat dibedakan antara arsip pusat dan arsip unit, berkaitan dengan kearsipan lembaga pemerintah. Bentuknya dapat berupa arsip nasional pusat atau arsip nasional daerah.

7. Arsip menurut keasliannya

Arsip jenis ini dapat dibedakan menjadi arsip asli, arsip tembusan, arsip salinan, dan arsip petikan.

2.8 Peranan Arsip dan Tujuan Kearsipan

Menurut Sedarmayanti (2008) arsip mempunyai peranan yaitu sebagai berikut:                    

(9)

1. Alat utama ingatan suatu organisasi

Arsip menyimpan informasi yang berguna bagi suatu organisasi atau perusahaan mengenai kejadian dimasa lalu yang tidak dapat selalu diingat manusia.

2. Bahan atau alat pembuktian otentik

Arsip merupakan bukti yang otentik bagi organisasi atau perusahaan dalam menjalankan usahanya, khususnya jika terjadi suatu keadaan yang memerlukan suatu pembuktian atau barang bukti.

3. Bahan dasar perencanaan dan pengambilan keputusan

Bagi seorang pengambil keputusan arsip dapat dijadikan dasarnya sehingga hasil keputusan dapat terarah.

4. Barometer kegiatan suatu organisasi

Mengingat setiap kegiatan pada umumnya pada umumnya menghasilkan arsip.

5. Bahan informasi kegiatan ilmiah lainya

Arsip dapat berguna sebagai bahan penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan organisasi.

Tujuan kearsipan adalah untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta untuk menyediakan bahan pertanggungjawaban tersebut bagi kegiatan pemerintah (Barthos, 2007; 12).

Menurut Sedarmayanti (2005: 43) tujuan kearsipan adalah:

1. Agar arsip dapat disimpan dan ditemukan kembali dengan cepat dan tepat. 2. Menunjang terlaksananya penyusutan arsip yang berdaya guna dan

berhasil guna.

2.9 Sistem Pengorganisasian Arsip                    

(10)

Menurut Amsyah (2005) terdapat tiga macam sistem pengorganisasian arsip yaitu sentralisasi, desentralisasi, dan kombinasi sentralisasi dan desentralisasi. Untuk lebih jelasnya berikut penjelasan mengenai ketiga sistem tersebut.

a. Sentralisasi

Sistem pengorganisasian arsip secara sentralisasi adalah penyimpanan arsip dipusatkan di satu unit khusus, yaitu pusat penyimpanan arsip atau disebut juga sebagai sentral arsip. Sistem ini mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

Kelebihan sistem sentralisasi, yaitu:

 Ruang dan peralatan arsip dapat dihemat.

 Petugas dapat mengkonsentrasikan diri khusus pada pekerjaan

kearsipan.

 Kantor hanya menyimpan satu arsip, duplikasinya dapat

dimusnahkan.

 Sistem penyimpanan dari berbagai macam arsip dapat diseragamkan.

Adapun kekurangan dari sistem sentralisasi, yaitu;

 Adapun arsip hanya efisien dan efektif untuk organisasi yang kecil.

 Tidak semua jenis arsip dapat disimpan dengan satu sistem

penyimpanan yang seragam.

 Unit kerja yang memerlukan arsip akan memakan waktu lebih lama

untuk memperoleh arsip yang diperlukan. b. Desentralisasi

Bila suatu kantor/organisasi menganut sistem desentralisasi berarti bahwa semua unit kerja mengelola arsip secara masing-masing, dan dalam penggunaannya tergantung pada ketentuan kantor yang bersangkutan (Amsyah, 2005). Dalam sistem ini semua kegiatan kearsipan mulai dari pencatatan, penyimpanan, peminjaman, pengawasan, pemindahan, dan pemusnahan dilakukan oleh unit kerja masing-masing.

Kelebihan dari sistem desentralisasi adalah:                    

(11)

 Pengelolaan arsip dapat dilakukan sesuai kebutuhan unit kerja masing-masing.

 Keperluan akan arsip mudah terpenuhi karena berada pada unit kerja

sendiri.

 Penanganan arsip lebih mudah dilakukan karena arsipnya telah

dikenal baik.

Adapun kekurangan dari sistem desentralisasi adalah:

 Penyimpanan arsip tersebar di berbagai lokasi sehingga dapat

menimbulkan duplikasi arsip yang disimpan.

 Kantor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan arsip di setiap

unit kerja sehingga penghematan dalam pemakaian peralatan dan perlengkapan sukar dijalankan.

 Penataan dan latihan kearsipan perlu diadakan karena para pegawai pada umumnya mengerjakan berbagai pekerjaan dan tidak mempunyai latar belakang pendidikan kearsipan.

 Kegiatan pemusnahan arsip harus dilakukan setiap unit kerja, dan ini merupakan pemborosan.

c. Kombinasi sentralisasi dan desentralisasi

Sistem pengorganisasian secara kombinasi merupakan perpaduan antara sistem sentralisasi dan desentralisasi. Dimana sistem ini berfungsi untuk mengatasi kekurangan dari kedua sistem tersebut. Sistem ini dilakukan dengan cara arsip yang masih aktif dipergunakan dikelola di unit kerja masing-masing pengolah, dan arsip yang sudah tidak aktif dipergunakan dikelola di sentral arsip, sehingga sistem sentralisasi dan desentralisasi digunakan dalam sistem kombinasi ini

2.10 Siklus Hidup Arsip                    

(12)

Untuk mencapai tujuan manajemen arsip, maka perusahaan harus mengetahui siklus hidup arsip. Pada umumnya setiap jenis arsip akan melewati siklus hidup, yaitu sebagai berikut.

a. Tahap penciptaan

Pada tahap ini dokumen diciptakan/dibuat, lalu digunakan sebagai media penyampai informasi atau dasar dalam pengambilan keputusan. Pada tahap ini dokumen belum dapat dikategorikan sebagai arsip.

b. Tahap penggunaan

Meskipun dokumen telah selesai digunakan, dokumen masih diperlukan untuk waktu yang akan datang. Pada tahap ini dokumen dapat dikategorikan sebagai arsip.

c. Tahap penyimpanan arsip

Arsip yang masih sering dipergunakan dalam berbagai kegiatan perusahaan disimpan di tempat penyimpanan dengan status aktif.

d. Tahap pemindahan menjadi penyimpanan in-aktif

Meskipun arsip sudah tidak diperlukan dalam kegiatan perusahaan, tetapi masih perlu disimpan apabila sewaktu-waktu ada kebutuhan yang relevan dengan kegiatan saat ini. Arsip tersebut kemudian dipindahkan menjadi arsip in-aktif.

e. Tahap pemusnahan atau pemindahan menjadi arsip historis

Arsip dimusnahkan apabila arsip tersebut sudah tidak berguna lagi bagi kegiatan perusahaan. Dengan pertimbangan dan alasan tertentu arsip yang tidak terpakai tetap disimpan sebagai arsip kuno, misalnya karena alasan historis.

Kelima tahap ini hendaknya dilalui oleh setiap jenis arsip. Bila salah satu atau beberapa tahap di atas kurang mendapat penanganan yang serius/tidak efektif, maka sistem kearsipan secara keseluruhan menjadi tidak efektif pula.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem kearsipan dalam pengertian luas tidak hanya menyangkut bagaimana cara menyimpan arsip dengan baik, tapi mencakup hal-hal yang lebih signifikan mulai dari penciptaan sampai pemusnahan arsip.                    

(13)

2.11 Sistem Penyimpanan Arsip

Sistem penyimpanan arsip menurut Amsyah (2005: 71) adalah “sistem yang dipergunakan pada penyimpanan warkat agar kemudahan kerja penyimpanan dapat diciptakan dan penemuan warkat yang sudah disimpan dapat dilakukan dengan cepat bilamana warkat tersebut sewaktu-waktu diperlukan”.

Sistem penyimpanan arsip dibagi menjadi lima, yaitu sistem abjad (Alfabetic Filing System), sistem kronologis (Chonorogical Filing System), sistem nomor (Numering Filing System), sistem subjek/perihal (Subject Filing System), dan sistem geografis (Geographical Filing System). Berikut penjelasan mengenai kelima sistem tersebut:

2.11.1 Sistem Abjad

Menurut Amsyah (2005: 83) sistem abjad adalah “sistem penyimpanan dokumen yang berdasarkan urutan abjad dari kata tangkap (nama) dokumen yang bersangkutan”. Pada umumnya sistem ini dipakai untuk arsip yang

penyusunannya berdasarkan nama orang dan nama

badan/organisasi/perusahaan. Sistem abjad umumnya dipilih sebagai sistem penyimpanan arsip karena:

a. Dokumen-dokumen cenderung dicari atau diminta melalui nama.

b. Dokumen-dokumen dari nama yang sama, akan berkelompok dibawah satu nama dan satu tempat.

c. Dokumen berasal dari banyak koresponden dengan nama yang bervariasi.

d. Unit kerja atau sekretaris biasanya hanya menerima dan menyimpan dokumen yang berhubungan dengan fungsi/tugas masing-masing, sehingga isi dokumen lebih cenderung mengenai masalah yang sama. e. Nama lebih mudah diingat oleh siapapun.

Kelebihan dari sistem abjad ini adalah:                    

(14)

a. Dokumen yang berasal dari satu nama (individu atau badan) yang sama, akan berkelompok menjadi satu.

b. Pemahaman dan pelaksanaannya mudah dan sederhana.

c. Pencarian dokumen dapat dilakukan secara langsung melalui nama pengirim, tanpa harus mempergunakan indeks.

d. Susunan guide dan folder sederhana. Adapun kekurangan dari sistem abjad ini adalah:

a. Pencarian dokumen untuk nama yang tidak dapat dilakukan melalui bagian melalui bagian nama yang lain seperti nama depan atau panggilan, tetapi harus melalui nama belakang.

b. Surat-surat atau dokumen-dokumen yang ada hubungan satu sama lain tetapi berbeda nama pengirimnya akan terletak terpisah di dalam penyimpanan.

c. Ejaan huruf sering berubah seperti oe-u, dj-j, ck-kh, tj-c, sedangkan nama orang ditulis berdasarkan keinginan ejaan masing-masing.

Sumber: Nuraida (2008)

Gambar 2.1

Penataan Arsip Berdasarkan Sistem Abjad

Untuk menentukan subjek dokumen dan peraturan mengindeks nama maka, dibuatkan daftar indeks untuk subjek dan aturan mengindeks nama. Berikut tabel daftar Indeks subjek dan peraturan mengindeks nama:

                   

(15)

Tabel 2.2

Daftar Indeks Subjek Dokumen Subjek Dokumen Daftar Indeks Pemasangan Baru PB Penggantian Nama PN

Pencabutan P

Pengaktifan Kembali PK Sumber: Olahan Penulis, 2012

Tabel 2.3

Daftar Indeks Nama Yang Terdiri Atas Lebih Dari Satu Unit Tanpa Marga

Caption Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 2

Sri Wahyuni Sri Wahyuni

Desy Damara Desy Damara

Agus Romli Agus Romli

Sumber: Zulkifli Hamzah, 1991 2.11.2 Sistem Subjek/Perihal

Menurut Amsyah (2005: 148) sistem subjek adalah “sistem penyimpanan dokumen yang berdasarkan kepada isi dari dokumen bersangkutan”. Isi dokumen sering juga disebut sebagai perihal atau pokok masalah. Sistem subjek memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu:

Kelebihan sistem subjek adalah:

a. Mempermudah pencarian arsip jika hanya perihal dokumen yang diketahui.

b. Dapat diperluas dengan cara menambahkan sub-subjek pada subjek utama.

c. Semua materi yang berkaitan mengelompok dengan satu kegiatan. d. Informasi lengkap dari awal sampai akhir.

Adapun kekurangan dari sistem subjek adalah:                    

(16)

a. Ada kecenderungan daftar subjek atau daftar klasifikasi tumbuh tidak terkendali.

b. Subjek yang berkembang pasti akan mempersulit penentuan indeks dalam pola klasifikasi dan memerlukan alat bantu seperti buku indeks. c. Pengembangan atau perluasan daftar klasifikasi memerlukan bantuan

analis arsip yang berpengalaman.

Sumber: Nuraida (2008)

Gambar 2.2

Penataan Arsip Berdasarkan Sistem Subjek 2.11.3 Sistem Nomor

Sistem nomor hampir sama dengan sistem abjad yang penyimpanannya berdasarkan pada nama, namun pada sistem nomor nama diganti dengan kode nomor (Amsyah, 2005: 100). Sistem nomor disebut sistem peyimpanan tidak langsung (indirect filing system), karena untuk mengingat nomor membutuhkan alat bantu yang disebut indeks. Di bawah ini terdapat contoh daftar indeks.

Tabel 2.2 Contoh Daftar Indeks

Kode Masalah

KP KEPEGAWAIAN

01 Pengadaan

02 Pengangkatan dan Mutasi

                   

(17)

03 Kedudukan 04 Kesejahteraan Pegawai 05 Cuti 06 Penilaian KU KEUANGAN 01 Gaji 02 Biaya Perjalanan 03 Pendapatan 04 Pajak 05 Tagihan 06 Laporan Keuangan Sumber: Sedarmayanti (2005) Sumber: Nuraida (2008) Gambar 2.3

Penataan Arsip Berdasarkan Sistem Nomor

Kelebihan sistem nomor adalah: a. Penyimpanan lebih teliti.

b. Kode nomor dapat disamakan untuk semua unit kerja. c. Perluasan nomor tidak terbatas.

d. Indeks memuat seluruh nama koresponden.                    

(18)

a. Filing tidak langsung, karena untuk dapat menemukan dokumen diperlukan alat bantu berupa indeks nomor.

b. Biaya agak tinggi karena dibutuhkan biaya indeks.

c. Pemindahan angka-angka mengakibatkan adanya kesalahan-kesalahan dalam penyimpanan.

2.11.4 Sistem Geografis

Sistem geografis adalah sistem penyimpanan dokumen yang berdasarkan kepada pengelompokan menurut nama tempat (Amsyah, 2005: 124). Sistem ini sering disebut juga sistem lokasi atau sistem nama tempat.

Sistem ini dapat dikelola menurut tiga tingkatan yaitu menurut nama Negara, nama pembagian wilayah administrasi Negara, dan nama pembagian wilayah adaministrasi khusus. Sistem geografis memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut:

Kelebihan sistem geografis adalah:

a. Mempermudah pencarian kembali suatu arsip jika wilayahnya diketahui.

b. Dapat cepat melihat volume arsip disuatu lokasi atau daerah. Adapun kekurangan geografis adalah:

a. Kemungkinan terdapat kesalahan bila tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang pembagian wilayah.

b. Kompleksitas guide atau folder jika memiliki banyak relasi. c. Diperlukan indeks yang tepat dan teliti.

d. Kemiripan nama lokasi kemungkinan misfiling.                    

(19)

Sumber: Nuraida (2008)

Gambar 2.4

Penataan Arsip Berdasarkan Sistem Geografis

2.11.5 Sistem Kronologis

Sistem kronologis adalah sistem penyimpanan warkat yang didasarkan kepada urutan waktu surat diterima atau waktu dikirim keluar (Amsyah, 2005: 76). Dalam sistem kronologis ini terdapat tiga kata tangkap yaitu subjek utama, subjek kedua, dan subjek ketiga. Subjek utama dari sistem ini adalah tahun, subjek kedua adalah bulan, dan ketiga adalah tanggal. Sistem kronologis ini terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: Kelebihan sistem kronologis adalah:

a. Memudahkan pencarian jika waktunya telah diketahui.

b. Sangat tepat digunakan pada dokumen yang pencariannya mengacu pada urutan tanggal, bulan, dan tahun.

Adapun kekurangan dari sistem kronologis ini adalah:

a. Dokumen-dokumen sejenis tidak dapat disatukan dan bisa tercampur dengan dokumen-dokumen lain.

b. Pada umumnya pemakaian arsip jarang meminta arsip dengan mengambil waktunya, karena mengingat waktu jauh lebih sulit daripada mengingat nama atau subjek.

                   

(20)

Sumber: Nuraida (2008)

Gambar 2.5

Penataan Arsip Berdasarkan Sistem Kronologis

2.12 Prosedur Penyimpanan Arsip

Prosedur penyimpanan arsip adalah langkah-langkah pekerjaan yang dilakukan sehubungan dengan akan disimpannya suatu warkat. Ada dua macam penyimpanan (Amsyah, 2005), yaitu penyimpanan warkat yang belum selesai diproses (pending file) dan penyimpanan warkat yang sudah diproses (permanent file).

1. Penyimpanan Sementara (pending file)

Penyimpanan sementara adalah file yang digunakan untuk menyimpan sementara sebelum suatu warkat selesai diproses. File ini terdiri dari map-map yang diberi label tanggal yang berlaku untuk tiga bulan. Arsip yang pending sampai waktu tertentu dapat dimasukkan kedalam map yang dikehendaki. Setelah selesai diproses warkat dapat disimpan pada file penyimpanan. File pending biasanya ditempatkan pada salah satu laci dari lemari arsip yang digunakan. File ini terdiri dari map-map yang diberi label tanggal yang berlaku untuk tiga bulan. Setiap bulan terdiri dari 31 map tanggal, yang meliputi 31 map bulan sedang berlangsung, 31 map bulan berikutnya, dan 31 map bulan berikutnya lagi. Pergantian bulan ditunjukkan dengan pergantian guide bulan yang berjumlah 12. Penyimpanan sementara ini juga dapat dilakukan dengan menyediakan beberapa kotak file. Setiap                    

(21)

kotak memuat 31 map harian, yang diberi label tanggal 1 sampai dengan 31 (sesuai dengan jumlah tanggal pada bulan yang bersangkutan).

2. Penyimpanan Tetap (permanent file)

Penyimpanan arsip yang dilakukan oleh setiap organisasi/perusahaan akan berbeda-beda disesuaikan dengan sistem yang berlaku pada organisasi tersebut. Penyimpanan tetap merupakan kelanjutan dari penyimpanan sementara arsip, dimana warkat yang telah selesai diproses disimpan dalam penyimpanan tetap tersebut. Terdapat beberapa langkah dalam menyimpan arsip, dapat dilihat dalam gambar 2.6.

Sumber: Amsyah (2005)

Gambar 2.6

Prosedur Penyimpanan Arsip

a. Pemeriksaan (Inspecting)

Langkah ini adalah langkah persiapan menyimpan warkat dengan cara memeriksa setiap lembar warkat untuk memperoleh kepastian bahwa warkat-warkat bersangkutan memang sudah siap untuk disimpan. Apabila terdapat warkat yang belum ditandai dengan tanda tertentu yang menyatakan bahwa warkat siap untuk diarsipkan maka perlu diminta kejelasannya terlebih dahulu.

b. Penentuan Kata Tangkap (Indexing)

Kegiatan menentukan kata tangkap atau biasa disebut mengindeks adalah pekerjaan menentukan pada nama apa atau subjek apa, atau

Inspecting Indexing Placing Sorting Coding                    

(22)

kata tangkap lainnya warkat akan disimpan. Penentuan kata tangkap ini tergantung kepada sistem penyimpanan yang digunakan. Apabila organisasi/ perusahaan menggunakan sistem nomor maka kata tangkapnya adalah nomor yang dianggap penting, sedangkan pada sistem abjad kata tangkapnya adalah nama pengirim, baik nama badan atau nama individu yang tertera dalam warkat tersebut.

c. Pemberian Kode (Coding)

Pemberian kode dilakukan secara sederhana yaitu dengan member tanda atau kode tertentu seperti garis atau lingkaran pada kata tangkap yang akan digunakan. Hal ini akan mempermudah dalam langkah penyortiran dan penyimpanan.

d. Penyortiran (Sorting)

Menyortir adalah mengelompokan warkat-warkat untuk persiapan penyimpanan. Langkah ini digunakan khusus untuk volume warkat yang banyak, sehingga memudahkan dalam penyimpanan tetapi perlu dikelompokan terlebih dahulu sesuai dengan pengelompokan sistem penyimpanan yang dipergunakan.

e. Penyimpanan (Placing)

Penyimpanan sebagai langkah terakhir adalah menempatkan dokumen sesuai dengan sistem penyimpanan dan peralatan yang dipergunakan. Sistem penyimpanan akan menjadi efektif dan efisien apabila didukung oleh peralatan dan perlengkapan yang memadai dan sesuai. Hal ini dimaksudkan agar dokumen dapat tetap terpelihara, terawat, aman, mudah, dan cepat ditemukan kembali apabila diperlukan. 2.13 Prosedur Penemuan Kembali Arsip

Penemuan kembali arsip merupakan salah satu kegiatan dari kearsipan. Kecepatan dan ketepatan pencarian kembali arsip yang dibutuhkan tergantung pada sistem arsip yang digunakan dan kecekatan pegawai dalam mengelola arsip.

Terdapat beberapa langkah dalam prosedur penemuan kembali arsip, dapat dilihat pada gambar 2.7.

                   

(23)

Permintaan Arsip Penentuan Kata Tangkap

Mulai

Selesai Penentuan Kode Arsip

Pencarian Arsip

Sumber: Wursanto (2002) Gambar 2.7

Prosedur Penemuan Kembali Arsip

1. Permintaan arsip

Pada langkah awal ini terdapat permintaan dari pihak yang membutuhkan arsip baik itu dari dalam perusahaan (bagian lain) atau luar perusahaan. Pihak yang membutuhkan arsip tersebut harus mengisi buku/formulir peminjaman arsip.

2. Penentuan kata tangkap

Setelah pihak yang membutuhkan arsip mengisi formulir peminjaman, maka petugas menentukan kata tangkap dari arsip yang dibutuhkan tersebut. Kata tangkap dapat berupa nama orang, nama badan/organisasi/perusahaan, pokok masalah, dan nama tempat/waktu tergantung pada sistem penyimpanan yang dipergunakan.

3. Penentuan kode arsip

Langkah selanjutnya adalah menentukan kode arsip. Kode tersebut dapat berupa huruf, angka, atau kombinasi huruf dan angka.

                   

(24)

4. Pencarain arsip di tempat penyimpanan

Langkah terakhir yaitu pencaraian arsip di tempat penyimpanan sesuai dengan kata tangkap dari arsip yang dibutuhkan.

2.14 Peralatan dan Perlengkapan Kearsipan

Untuk dapat menata arsip dengan kecepatan tinggi dan sedikit kesalahan diperlukan peralatan dan perlengkapan yang sesuai. Saat ini tersedia banyak peralatan dan perlengkapan untuk arsip, dapat langsung dibeli atau dipesan sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Ada beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memilih peralatan dan perlengkapan arsip (Amsyah, 2005), yaitu:

1. Bentuk alami dari arsip yang akan disimpan, termasuk ukuran, jumlah, berat, komposisi fisik, dan nilainya.

2. Frekuensi penggunaan arsip.

3. Lama arsip disimpan di file aktif dan file in-aktif.

4. Lokasi dari fasilitas penyimpanan (sentralisasi dan desentralisasi). 5. Besar ruangan yang disediakan untuk penyimpanan dan kemungkinan

untuk perluasannya.

6. Tipe dan letak tempat penyimpanan untuk arsip inaktif. 7. Bentuk organisasi.

8. Tingkat perlindungan terhadap arsip yang disimpan.

Menurut Nuraida (2008: 96), peralatan dan perlengkapan arsip antara lain sebagai berikut:

1. Filing Cabinet

Filing cabinet adalah lemari arsip yang terdiri dari laci-laci besar untuk menyimpan arsip secara vertikal. Filing cabinet yang standar terdiri dari dua-enam laci. Ada dua macam filing cabinet yaitu untuk folder biasa dan untuk folder gantung.

                   

(25)

Sumber: Nuraida (2008)

Gambar 2.8

Filing Cabinet

2. Hang map (map gantung),

Hang map adalah sejenis map yang dilengkapi dengan tembaga pada bagian atasnya guna menggantungkan arsip di dalam laci filing cabinet, dan berfungsi untuk meletakkan tab.

3. Schnelchecter map,

Schnelchecter map adalah map untuk menyimpan berkas yang telah dilubangi dengan menggunakan perforator terlebih dahulu sehingga berkas tersebut tidak dapat lepas dari kaitan.

4. Folder (sampul arsip),

Folder adalah map tanpa daun penutup pada sisinya dan dilengkapi dengan tab/tonjolan untuk menempatkan kode arsip.

5. Guide (sekat atau petunjuk),

Guide merupakan lembar pemisah yang terbuat dari karton tebal dan merupakan petunjuk serta pemisah antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, sesuai dengan pengelompokkan yang dipilih pada klasifikasi arsip.

6. Tab,

Tab adalah bagian menonjol berukuran kurang lebih 1x3 cm untuk menempatkan kode dan indeks arsip.

                   

(26)

7. Tickler file (berkas penyekat),

Tickler file adalah alat atau kotak kecil berukuran kurang lebih 10x15 cm yang dipergunakan untuk menyimpan kartu kendali dan/atau kartu-kartu peminjaman arsip, di mana cara penyusunan penyimpanan arsip tersebut sama dengan sistem penyimpanan arsip berdasarkan sistem tanggal dan sistem lainnya.

8. Ordner,

Ordner adalah semacam map dari karton tebal dan dapat menampung banyak arsip serta di dalamnya terdapat besi untuk mengkait arsip yang telah diperforator/dilubangi pada bagian pinggir arsip tersebut.

                   

(27)

Sumber: Nuraida (2008)

Gambar 2.9 Tab, Folder, dan Guide                    

(28)

Sumber: Nuraida (2008)

Gambar 2.10

Contoh Klasifikasi Arsip Dalam Ordner

9. Letter tray (baki surat),

Letter tray adalah semacam baki yang terbuat dari plastik atau metal yang berguna untuk meletakkan/menyimpan surat yang biasanya disimpan di atas meja.

10. Safe keeping document (brankas),

Safe keeping document adalah lemari besi dengan bermacam-macam ukuran dan dilengkapi dengan kunci pengaman. Brankas biasanya digunakan untuk menyimpan arsip penting/rahasia.

                   

(29)

Rak buku adalah rak untuk menyimpan buku-buku, seperti di perpustakaan atau untuk menyimpan ordner.

12. Lemari arsip,

Lemari arsip dalah lemari yang terbuat dari kayu yang berfungsi untuk menyimpan berbagai macam bentuk arsip, seperti rol film dan ordner. 13. Visible record cabinet,

Visible record cabinet adalah tempat penyimpanan arsip dengan menggunakan kantong-kantong kartu tersusun yang disimpan dan dijepit di dalam laci atau bak, kemudian disusun dalam satu cabinet.

14. Compact Rolling Shelving (Roll-o-pact/lemari geser),

Compact Rolling Shelving adalah lemari penyimpanan arsip yang disusun sejajar di atas rel dan dapat digerakkan dengan bantuan roda sehingga dapat dirapatkan satu sama lain dengan ringan dan mudah.

15. Rotary filing system,

Rotary filing system adalah sistem file bertingkat (vertikal) yang dilengkapi dengan sistem kode, angka, abjad, dan warna, berpola tingkat, berbentuk bundar serta dapat berputar untuk mendeteksi lebih awal bila terjadi kekeliruan, memakai sistem pintu bergeser ke dalam sehingga tidak menyita tempat.

16. Mobiplan filing system,

Mobiplan filing system adalah alat untuk menyimpan gambar, kartu, map cetakan, dan lain-lain secara vertikal/digantungkan. Alat ini mudah dipindahkan karena ringan dan dilengkapi dengan roda sehingga mempercepat dan mempermudah pelaksanaan tugas.

17. Vertical plan filing system,

Vertical plan filing system adalah lemari yang terbuat dari besi plat untuk

menyimpan gambar dengan sistem penyimpanan yang

vertikal/digantungkan.

18. Data plan tray filing system (kardek),                    

(30)

Data plan tray filing system adalah semacam baki yang terbuat dari plastk atau metal untuk menyimpan arsip secara horizontal, vertikal, atau kombinasi keduanya. Alat ini mudah disesuaikan dengan ruangan yang tersedia.

19. Retrix,

Retrix adalah alat penyimpan arsip yang dilengkapi dengan sistem pencari letak nomor arsip yang dibutuhkan sehingga jika nomor arsip yang dibutuhkan telah dipasang dan diproses, maka arsip yang dibutuhkan akan muncul di antara permukaan arsip lainnya.

20. Memory writer (mesin tik elektronik),

Memory writer adalah mesin tik yang menyediakan tempat untuk

menyimpan data dengan kapasitas terbatas. Untuk

menyimpan/menemukan kembali data yang diperlukan, maka kunci tertentu harus ditekan.

21. Microfilm,

Microfilm adalah suatu alat untuk memproses fotografi di mana arsip direkam pada film dalam ukuran yang diperkecil untuk memudahkan penyimpanan dan penggunaan.

22. Computer,

Computer adalah rangkaian peralatan elektronik yang dapat melakukan pekerjaan secara sistematis, berdasarkan instruksi/program yang diberikan, serta dapat menyimpan dan menampilkan keterangan bilamana diperlukan. 2.15 Prosedur Peminjaman Arsip

Peminjaman arsip adalah keluarnya arsip dari tempat penyimpanan karena dipinjam baik oleh atasan sendiri, teman seunit kerja, ataupun oleh kolega sekerja dari unit kerja lain dalam organisasi. Keluarnya dokumen atau arsip dari tempat penyimpanan arsip memerlukan suatu pengendalian dengan baik, sehingga apabila arsip sedang dipergunakan oleh pihak lain, petugas arsip dapat mengetahuinya. Oleh karena itu diperlukan prosedur peminjaman arsip, agar arsip dapat dikendalikan dengan baik. Ada berbagai cara permintaan peminjaman arsip antara lain melalui telepon, menitipkan pesan, atau datang sendiri.

                   

(31)

Terdapat beberapa hal yang perlu diatur dalam peminjaman arsip antara lain (Sedarmayanti, 2005: 68):

1. Siapa yang berwenang member izin meminjam arsip? 2. Siapa yang diperbolehkan meminjam arsip?

3. Menetapkan jangka waktu meminjam arsip. 4. Menentukan tata cara meminjam arsip.

Apabila arsip tidak ada ditempat penyimpanan, maka harus ada tanda yang mengidentifikasikan bahwa arsip tertentu sedang dipinjam dan harus diketahui data peminjaman arsip, sehingga memudahkan untuk menyimpan kembali arsip pada tempatnya. Ada beberapa tahap yang sebaiknya diperhatikan dalam proses peminjaman arsip, yaitu (Nuraida, 2008):

1. Pencatatan

Untuk mencegah hilangnya arsip, peminjam harus mengisi buku/formulir peminjaman arsip. Apabila jumlah peminjaman arsip tidak terlalu banyak maka dapat dibuatkan buku peminjaman dan diurut secara kronologis.

Table 2.3

Format Buku peminjaman No Tanggal Pinjam Data Arsip yang Dipinjam Lama Pinjam Tanda Tangan Peminjaman Tanggal Kembali Tanda Tangan Penerima Indeks Subjek Sumber: Sugiarto-Wahyono (2005)

Namun apabila frekuensi peminjaman tinggi dan jumlah peminjam banyak, maka pencatatan melalui formulir peminjaman akan lebih efektif untuk digunakan.

Table 2.4

Format Formulir Peminjaman                    

(32)

Indeks Tanggal Kembali Subjek Nama Peminjam Tanggal Arsip Paraf Petugas Unit Kerja Tanggal Peminjam Keterangan

Catatan: formulir dibuat rangkap 2 Rangkap 1 untuk petugas

Rangkap 2 untuk tempat penyimpanan Paraf Peminjam

Sumber: Sugiharto-Wahyono (2005) 2. Pembatalan tanda peminjaman

Apabila arsip telah dikembalikan, maka harus ada pembatalan/pencabutan tanda peminjaman agar tidak membingungkan petugas, arsip masih dipinjam atau tidak.

3. Penagihan pengembalian arsip

Dengan adanya buku atau formulir peminjaman petugas kearsipan dapat mengetahui informasi arsip masih dipinjam atau sudah ada di tempat penyimpanan. Apabila belum dikembalikan, petugas dapat mengingatkan peminjam untuk mengembalikan arsip yang telah dipinjam. Tetapi jika peminjam masih membutuhkan arsip tersebut maka dapat memperpanjang masa pinjaman dengan mengkomunikasikan kepada arsip untuk dicatat kembali di buku atau formulir peminjaman.

Menurut Sedarmayanti (2005) dalam tata cara meminjam arsip, semua arsip yagn dipinjam harus dicatat pada lembar peminjaman arsip rangkap tiga dengan fungsi masing-masing rangkap sebagai berikut:

1. Lembar peminjaman arsip I (berwarna putih) disimpan oleh penyimpan arsip berdasarkan tanggal pengembalian arsip, berfungsi sebagai bukti peminjaman,

2. Lembar peminjaman arsip II (berwarna hijau) disimpan oleh penyimpan arsip, dan diletakkan ditempat arsip yang dipinjam, berfungsi sebagai pengganti arsip yang dipinjam,

                   

(33)

3. Lembar peminjaman arsip III (berwarna biru) diserahkan kepada peminjam, sebagai catatan untuk mengingatkan peminjam.

DEPARTEMEN:

Pusat Penyimpanan Arsip/Unit Pengolah No: LEMBAR PEMINJAMAN ARSIP

*Arsip-arsip yang tercantum di bawah ini dipinjam hanya untuk keperluan dinas

*Tidak dibenarkan untuk menambah dan/atau mengurangi sesuatupun berkas

*Harus dikembalikan dalam keadaan utuh/lengkap kepada Pusat Penyimpanan Arsip/UP No. Urut Indeks Kode & Pokok Masalah Kode & Masalah Jumlah Berkas Lokasi Penyimpanan Catatan

*HARAP JANGAN DICABUT LEMBAR PEMINJAMAN INI* Nama Peminjam: Tanggal Peminjaman : Jabatan : Tanggal Pengembalian : Unit Pengolah : (Tiap perpanjangan peminjaman

harus seizin pusat penyimpanan arsip)

Tanda tangan Kepala Pusat Penyimpanan Arsip/Kepala Biro ………. ………. Sumber: Sedarmayanti (2005)

Gambar 2.11

Lembar Peminjaman Arsip

2.16 Prosedur Perancangan Sistem Kearsipan

Dalam merancang suatu proyek sistem kearsipan ada beberapa prosedur yang harus dilakukan. Menurut Sugiarto Agus dan Teguh Wahyono (2005)                    

(34)

mengemukakan bahwa ada enam prosedur perancangan sistem pengelolaan arsip, yaitu:

1. Identifikasi Masalah

Sebelum merancang suatu sistem kearsipan, terlebih dahulu harus mengidentifikasi masalah mengenai kearsipan yang ada dalam perusahaan tersebut.

2. Menentukan Sistem Kearsipan

Setelah melakukan identifikasi masalah terhadap keadaan yang ada, tahap kedua yaitu menentukan sistem kearsipan yang sesuai dengan karakteristik perusahaan.

3. Menganalisis Sistem

Tahap analisis sistem adalah menentukan sasaran organisasional sistem yang disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan, menentukan kebutuhan-kebutuhan pemakai sistem.

4. Perancangan Sistem

Pada tahap ini semua aspek dari sistem yang sedang berjalan dievaluasi untuk dipadukan dengan kebutuhan sistem yang direncanakan. Hal yang harus diperhatikan dalam tahap ini adalah pengevaluasian terhadap kelemahan-kelemahan yang terdapat pada sistem yang dijalankan yang akan dicapai.

5. Memilih dan Mengimplementasikan

Tahap selanjutnya adalah memilih dan mengimplementasikan. Tahap ini mencakup penggantian sistem yang telah dipilih, pemilihan peralatan, dan perlengkapan yang menunjang bagi sistem yang digunakan.

6. Penerapan Sistem

Tahap terakhir adalah penerapan sistem yang telah dipilih. Pada tahap ini harus selalu dilakukan pengawasan untuk mengetahui dan melihat adanya perubahan-perubahan yang mungkin terjadi.

                   

Gambar

Diagram gerakan menunjukkan gerakan melalui ruangan. Diagram  gerakan  dapat  digambarkan  dalam  sebuah  layout  berskala  pada  sebuah meja atau floor plan sehingga gerakan tersebut dapat diukur  dan dipandang dalam hubungannya dengan faktor-faktor fisik
Gambar 2.8  Filing Cabinet  2.  Hang map (map gantung),
Gambar 2.9  Tab, Folder, dan Guide           

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 264 responden, hanya 93 orang yang mengetahui bahwa tumbuhan cempaka mempunyai khasiat sebagai obat untuk berbagai jenis

diterapkan berupa bentuk-bentuk yang berperan sebagai visualisasi ciri khas kuliner Kota Solo dengan tujuan untuk menarik minat pengunjung, sedangkan Arsitektur Metafora Abstrak

Menurut Sugiarto dan Wahyono (2005:51) mengemukakan bahwa “Sistem penyimpanan adalah sistem yang dipergunakan pada penyimpanan dokumen agar kemudahan kerja

Diah (2012) melaporkan bahwa ketidaklengkapan pengisian dokumen rekam medis tertinggi pada informasi ; umur dan jenis kelamin 47%, diagnosis penyakit 22%. Penyebabnya

Sistem kearsipan adalah penyusunan dan penyimpanan arsip sehingga dengan cara itu sistem arsip yang tepat mempunyai pengaruh besar terhadap kemudahan penelusuran

Sistem penyimpanan adalah sistem yang dipergunakan pada penyimpanan dokumen agar kemudahan kerja penyimpanan dapat diciptakan dan penemuan dokumen yang sudah disimpan

Sistem pengarsipan menurut Amsyah (1996) adalah sistem yang dipergunakan pada penayimpanan berkas dokumen agar kemudahan kerja penyimpanan dapat diciptakan dan

Sistem penyimpanan arsip menurut Amsyah (2005:71), adalah sistem yang dipergunakan pada penyimpanan warkat agar kemudahan kerja penyimpanan dapat diciptakan dan penemuan