• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstrak. Kata Kunci : Revolusi Industri 4.0, Kompetensi Guru. I. Pendahuluan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abstrak. Kata Kunci : Revolusi Industri 4.0, Kompetensi Guru. I. Pendahuluan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Urgensi Kompetensi Profesional Guru dalam Pendidikan Kreatif Gen-Z di Era Revolusi Industri 4.0

Dr. Agustina, S.Pd., M.Pd. Widyaiswara Madya BDK Palembang

Abstrak

Revolusi industri 4.0 telah mengubah kehidupan lintas sektor termasuk bidang pendidikan. Makalah ini menyoroti tentang kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai oleh guru di era revolusi industri 4.0 saat ini, yaitu: (1) educational competence, (2) competence in research, (3) competence of technological commercialization, (4) competence in future strategies, (5) counselor competence, dan (6) competence in globalization. Adapun bentuk peningkatan kompetensi guru dalam menghadapi tantangan pembelajaran di era revolusi industri 4.0 adalah mengikuti forum-forum seperti MGMP, forum ilmiah, pelatihan (diklat), dan juga kegiatan lain seperti lomba karya ilmiah yang dapat mengasah keterampilan dari seorang guru.

Kata Kunci : Revolusi Industri 4.0, Kompetensi Guru. I. Pendahuluan

Saat ini, era revolusi generasi keempat (4.0) yang lebih familiar disebut dengan industry revolution 4.0 atau disingkat IR4, telah hadir dan memgubah berbagai aspek kehidupan kita. Industri 4.0 ini sering pula disebut sebagai revolusi digital dan era disrupsi teknologi. Era ini disebut revolusi digital karena terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi pencatatan di semua bidang, dan disebut sebagai era disrupsi teknologi karena otomatisasi dan konektivitas di sebuah bidang akan membuat pergerakan dunia industri dan persaingan kerja menjadi tidak linear (Yahya, 2018).

Revolusi industri 4.0 adalah sebutan dari tren otomasi dan pertukaran data dalam teknologi industri (pabrik), mencakup sistem siber, internet of things, komputasi awan (cloud) dan kecerdasan buatan (AI). Sejarah revolusi industri

(2)

dimulai dari industri 1.0, 2.0, 3.0, hingga saat ini memasukl industri 4.0. Industri 1.0 ditandai dengan mekanisasi produksi untuk menunjang efektifitas dan efisiensi aktivitas manusia, industri 2.0 dicirikan oleh produksi massal dan standarisasi mutu, industri 3.0 ditandai dengan penyesuaian massal dan fleksibilitas manufaktur berbasis otomasi dan robot. Industri 4.0 menggantikan industri 3.0 ditandai dengan cyber fisik dan kolaborasi manufaktur (Hermann et al, 2016).

Terdapat empat desain prinsip industri 4.0 menurut Hermann et al (2016). Pertama, interkoneksi (sambungan) yaitu kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan orang untuk terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of Things (IoT) atau Internet of People (IoP). Hal ini membutuhkan kolaborasi, keamanan, dan standar. Kedua, transparansi informasi merupakan kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan virtual dunia fisik dengan memperkaya model digital dengan data sensor termasuk analisis data dan penyediaan informasi. Ketiga, bantuan teknis yang meliputi; (a) kemampuan sistem bantuan untuk mendukung manusia dengan menggabungkan dan mengevaluasi informasi secara sadar untuk membuat keputusan yang tepat dan memecahkan masalah mendesak dalam waktu singkat; (b) kemampuan sistem untuk mendukung manusia dengan melakukan berbagai tugas yang tidak menyenangkan, terlalu melelahkan, atau tidak aman; (c) meliputi bantuan visual dan fisik. Keempat, keputusan terdesentralisasi yang merupakan kemampuan sistem fisik maya untuk membuat keputusan sendiri dan menjalankan tugas seefektif mungkin.

Menurut data Kominfo, pengguna internet di Indonesia berjumlah 88, 1 juta dari 252,4 juta penduduk Indonesia, yang menempatkan negara kita sebagai pengguna internet terbesar setelah China, India, US, dan Brasil. Namun menjadi salah satu negara pengguna internet terbesar belum mampu membawa negara ini maju dan siap dengan hadirnya revolusi Industri 4.0, karena Revolusi Industri 4.0 tidak sekedar soal penyediaan jaringan internet besar-besaran atau mengenalkan pelbagai aplikasi pintar namun juga bagaimana kita menyiapkan pendidikan berkualitas dengan baik sehingga kita mampu mengejar ketertinggalan dengan negara-negara maju.

(3)

II. Pendidikan Generasi Z

Generasi diartikan sebagai orang-orang yang dilahirkan dalam kurun waktu tertentu yang sama. Setiap generasi memiliki kekhasan sifat dan perilaku, termasuk dalam cara belajar, dan memiliki jenis tuntutan yang berbeda.kita mengenal adanya Generasi Pendiri bangsa atau pahlawan, Generasi Baby Boomers, Generasi X, Generasi Y atau Milenial, dan Generasi Z.

Tabel 1.

Cohort generasi berdasarkan tahun kelahiran Deskripsi Baby

Boomers GenerasiX GenerasiY GenerasiZ Tahun

Lahir 1946-1964 1965-1979 1980-1995 1996 -sekarang

Generasi Z merupakan generasi milenial atau digital native yang cenderung memiliki gaya dan pola belajarnya sendiri. Berdasarkan hasil studi peneliti dari Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran dalam Hinduan et al. (2017) berikut beberapa keragaan mahasiswa Gen Z di Indonesia.

a. Berdasarkan jenis gajetnya.

Sebanyak 99% memiliki smartphones, 66% memiliki notebook (bahkan beberapa di antaranya lebih dari 1 buah), 42% memiliki komputer pribadi, 36% memiliki tablet, dan 15% memiliki laptop.

b. Jenis media sosial yang digunakannya.

Semua mahasiswa yang disurvey (100%) memiliki akun Line, 97% memiliki akun WhatsApp, 91% memiliki akun Facebook, 98% memiliki akun Instagram, 82% memiliki akun Path, dan 78% memiliki akun Twitter. Sebanyak 12% memiliki akun LinkedIn, dan menggunakan Telegram sebanyak 20%.

(4)

Pada umumnya, gajet mereka pergunakan untuk media sosial (98%), akademik (93,5%), nonton filem (85%), email (84%), main games (74%), pesan barang daring (68%), dan online banking (16,5%).

Sangat banyak strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk Gen Z. Pada prinsipnya strategi pedagogy dan andragogi yang bersifat universal tetap dapat digunakan, modifikasi dilakukan hanya pada bagian-bagian etrtentu yang dapat dibantu dengan penggunaan teknologi. Beberapa di antaranya dijelaskan oleh Chun et al (2016) yaitu sebagai berikut:

1. Penyampaian yang cepat, sampaikan dalam bentuk visual (data dan grafik atau kalau perlu dengan video).

2. Kinestetik, eksperimental, pemecahan masalah, aktivitas langsung 3. Pencarian informasi yang cepat, nyaman, dan pintas (mahasiswa dapat mengakses dari mana saja, kapan saja.

4. Meningtegrasikan multimedia (gunakan media social 5. Tugas ganda (multitasking)

6. Umpan balik cepat, tujuan yang jelas, menantang, hadiah, dan positif 7. Penyampaian materi pendek-pendek disertai jeda.

8. Pendekatan uji coba

9. Tugas harus berupa pemecahan masalah (problem solving) dan bukan mengingat (memorisasi)

10. Berupa kerja kelompok

11. Fleksibilitas untuk menguasai materi ajar sesuai yang terbaik bagi diri mahasiswanya.

Selain itu salah satu tantangan dalam bidang pendidikan di era revolusi industri 4.0 ini adalah pemanfaatan teknologi internet dalam pembelajaran yang merupakan bagian dari pembelajaran abad 21. Dalam pembelajaran abad 21, siswa dituntut untuk menguasai keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan di bidang teknologi. Agar hal tersebut dapat terwujud, maka dibutuhkan peningkatan kompetensi dan kreativitas guru dalam menghadapi tantangan tersebut. Guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru dan

(5)

tantangan global dapat memberikan pengaruh keterampilan dan pengetahuan tersebut kepada siswa.

III. Urgensi Kompetensi Profesional Guru di Era Revolusi Industri 4.0 Data UNESCO dalam Global Education Monitoring (GEM) Report 2016 menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia menempati peringkat ke-10 dan empat belas negara berkembang. Sedangkan komponen penting dalam pendidikan, yaitu guru menempati urutan ke-14 dari 14 negera berkembang di dunia (Detik.com, 29 April 2019). Di sisi lain, revolusi industri 4.0 telah melahirkan revolusi belajar. Pendidikan di era revolusi industri mengalami disrupsi yang sangat hebat sekali. Peran guru yang selama ini sebagai penyedia utama ilmu pengetahuan bahkan satu-satunya menjadi banyak bergeser. Apabila fungsi guru hanya sebatas transfer ilmu kepada siswaatau hanya sekedar mengajar saja di dalam kelas, maka perannya akantergantikan olehteknologidi era revolusi industri4.0 ini. Di masa mendatang, peran dan kehadiran guru di ruang kelas akan semakin menantang dan membutuhkan kreativitas yang sangat tinggi.

Menurut Qusthalani (2016), lima kompetensi yang harus dipersiapkan guru memasuki era revolusi industri 4.0 adalah,

Yang pertama educational competence yaitu kompetensi mendidik/ pembelajaran berbasis internet of thing (IoT) sebagai basic skill di era ini, contoh nyata penerapan IoT adalah pemberlakuan pembelajaran secara elektronik atau e-learning, pendidikan jarak jauh (distance learning), perpustakaan digital (digital library), e-commerce bagi UMKM kampus, dan lain-lain. Untuk itulah, kompetensi guru harus terus di-upgrade dengan membiasakan diri dengan berbagai peralatan yang terkoneksi dengan IoT dalam proses pembelajaran.

Kedua competence for technological commercialization yaitu punya kompetensi membawa siswa memiliki sikap entrepreneurship (kewirausahaan) dengan teknologi atas hasil karya inovasi siswa. Menurut Zhang dan Shi (2016) komersialisasi teknologi adalah proses yang dimulai dengan wawasan pasar-tekno dan diakhiri dengan fungsi berkelanjutan dari produk yang dibutuhkan pasar.

(6)

Ketiga competence in globalization yaitu dunia tanpa sekat, tidak gagap terhadap berbagai budaya, kompetensi hybrid, yaitu global competence dan keunggulan memecahkan problem nasional. Menurut Pawlowski dan Holtkamp (2012) ada tujuh kompetensi global, yaitu: (1) kompetensi umum atau generic competence, (2) kompetensi IS atau Information System, (3) kompetensi TIK, (4) kompetensi manajemen proyek dan kepemimpinan, (5) kompetensi manajemen pengetahuan dan kolaborasi, (6) kompetensi komunikasi, dan (7) kompetensi interkultural.

Keempat competence in future strategies yaitu kompetensi memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi di masa depan dan strateginya, dengan cara joint-lecture, joint-research, joint-resources, staff mobility dan rotasi, paham arah SDG’s, dan lain sebagainya. Guru harus mampu memprediksi dan memperkirakan berbagai kemungkinan yang terjadi dalam dunia pendidikan, juga berupaya mengembangkan jariangannya melalui berbagai aktivitas akademik seperti: (1) menjalin kerjasama bidang penelitian (penelitian kolaboratif dengan kampus luar negeri), (2) program joint-lecturer, (3) pertukaran guru, dan lain-lain. Dengan banyak mengikuti kerja sama dengan berbagai kampus di seluruh dunia akan berdampak positif terhadap perkembanagan kampus dalam negeri.

Kelima conselor competence yaitu kompetensi guru untuk memahami bahwa ke depan masalah peserta didik bukan hanya kesulitan memahami materi ajar, tetapi juga terkait masalah psikologis akibat perkembangan zaman. Seorang guru harus mampu menjadi konselor bagi para siswanya dalam membrikan motivasi, semangat, dorongan, dan nasihat-nasihat bagi permasalahan yang mereka hadapi.

Penguatan sistem pendidikan membutuhkan strategi yang lebih terkini dalam era industri 4.0, salah satunya adalah sebuah gerakakan yang dicanangkan oleh pemerintah yaitu gerakan literasi baru. Literasi baru yang diberikan diharapkan menciptakan lulusan yang kompetitif dengan menyempurnakan gerakan literasi lama yang hanya fokus pada peningkatan kemampuan membaca, menulis, dan matematika. Gerakan literasi baru yang dimaksudkan disebutkan Aoun (2017) terfokus pada tiga literasi utama yang diprediksi menjadi

(7)

keterampilan yang sangat dibutuhkan di masa depan yaitu, 1) Literasi digital, yaitu diarahkan pada tujuan peningkatan kemampuan membaca, menganalisis, dan menggunakan informasi di dunia digital (Big Data),

2) Literasi teknologi, yaitu kemampuan untuk memahami sistem mekanika dan teknologi dalam dunia kerja,

3) Literasi manusia, yang diarahkan pada peningkatan kemampuan berkomunikasi, berinteraksi dengan baik, tidak kaku, dan berkarakter.

Hal ini sejalan dengan apa yang disebut sebagai framework pembelajaran Abad 21 yang dikembangkan oleh Partnership for 21st Century Learning (P21) yang menuntut peserta didik untuk memiliki keterampilan, pengetahuan dan kemampuan dibidang teknologi, media dan informasi, keterampilan pembelajaran dan inovasi serta keterampilan hidup dan karir. Framework ini juga menjelaskan tentang keterampilan, pengetahuan dan keahlian yang harus dikuasai agar siswa dapat sukses dalam kehidupan dan pekerjaannya.

Gambar 1. Framework Pembelajaran Abad 21

Kemendikbud juga merumuskan bahwa paradigma pembelajaran abad 21 menekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Adapun penjelasan mengenai framework pembelajaran abad ke-21 menurut BSNP (2010) adalah:

(8)

(a) Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-Solving Skills), yaitu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks pemecahan masalah;

(b) Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration Skills), yaitu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak;

(c) Kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills), yaitu mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan yang inovatif;

(d) Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communications Technology Literacy), yaitu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari;

(e) Kemampuan belajar kontekstual (Contextual Learning Skills), yaitu menjalani aktivitas pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai bagian dari pengembangan pribadi, dan

(f) Kemampuan informasi dan literasi media, yaitu memahami dan menggunakan berbagai media komunikasi untuk menyampaikan beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam pihak.

IV. Strategi Pembelajaran Era 4.0

Digitalisasi pendidikan membawa perubahan besar. Kini, ruang kelas bukan satu-satunyatempat belajar. Dunia virtual pun bisa menjadi kampus. Terkait dengan itu pula, kini di tengah Revolusi Industri 4.0 sejumlah profesi tergantikan oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence). Karena perubahan yang cepat itu, peran guru harus lebih dari mengajar, tetapi juga mengelola belajar siswa. Guru perlu lebih fleksibel, kreatif, menarik, dan lebih menyenangkan bagi siswa.

Ada beberapa strategi pembelajaran di era revolusi industri 4.0. 1. Pembelajaran Progresif

Pembelajaran didaktik dimana guru menerangkan pelajaran secara verbal dan siswa menjadi pendengar, sudah tidak relevan dengan era 4.0, seharusnya digantikan dengan pembelajaran progresif, dimana guru bisa

(9)

membantu siswa belajar bagaimana belajar. Pembelajaran progresif memahami bahwa tujuan dari belajar seperti yang tertuang dalam empat pilar pembelajaran dari Delors Report, yaitu Learning to Know: Belajar tidak hanya mengetahui namun juga memahami secara mendalam apa yang bermakna bagi kehidupannya maupun tidak; Learning to do: Belajar tidak sekedar menerima informasi, namun juga mengimplementasikan informasi tersebut dalam dunia nyata; Learning to be, belajar untuk menjadi diri sendiri; dan Learning to Live Together: belajar untuk hidup bersama, saling memberi, menghargai, toleransi, dan terbuka.

2. Menciptakan Lingkungan Pendidikan Ramah Anak

UNICEF mengembangkan kerangka kerja untuk sistem pendidikan dan sekolah ramah anak. Sekolah ramah anak dicirikan sebagai inklusif, sehat, protektif untuk semua anak, efektif, dan terdapat keterlibatan keluarga serta masyarakat. Anak-anak belajar tidak hanya di sekolah, tetapi juga dirumah dan di lingkungan sekitar. Lingkungan di mana anak-anak berada harus bisa menciptakan keramahan.

Sekolah atau Lingkungan Yang Ramah Anak dicirikan sebagai berikut:

Inklusif untuk Siswa Efektif Untuk Belajar

Kesehatan dan Proteksi terhadap Siswa Sensitif Terhadap Isu Gender

Ada keterlibatan Anak-anak, Keluarga dan Masyarakat. 3. Melek Teknologi atau Internet/IoT

Salah satu produk IoT yang akrab di telinga kita adalah layanan Global Postitioning System atau GPS, dan baru-baru ini muncul Google Assistance. Revolusi Industri 4.0 (sangat identik dengan lahirnya revolusi belajar) memaksa guru harus menguasai keterampilan yang berkaitan dengan teknologi, khususnya internet -lebih dalam lagi IoT. Guru juga

(10)

perlu mempelajari teknologi internet mulai dari sederhana yang memungkinkan guru bisa mengimplementasikannya dalam pembelajaran di kelas, misalnya menggunakan Youtube, Google Classroom, Adobe Spark, Mind Map, dan sejenisya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Tantangan kian berat bagi para pendidik di era revolusi industri 4.0 saat ini. Gempuran teknologi digital mau tidak mau berimbas pada dunia Pendidikan. Banyaknya jenis pekerjaan yang hilang dan digantikan dengan jenis pekerjaan baru menuntut lulusan perguruan tinggi untuk menguasai berbagai kompetensi yang sesuai dengan karakteristik revolusi industri 4.0. Dalam memenuhi tujuan tersebut, maka posisi guru sebagai ujung tombak perguruan tinggi dituntut untuk mengembangkan kompetensinya juga.

Beberapa kompetensi yang dimaksud adalah educational competence, competence in research, competence for technological commercialization, competence in globalization, conselour competence, dan competence in future strategies. Bentuk peningkatan kompetensi guru dalam menghadapi tantangan pembelajaran di era revolusi industri 4.0 adalah mengikuti forum-forum seperti MGMP, forum ilmiah, pelatihan (diklat), dan juga kegiatan lain seperti lomba karya ilmiah yang dapat mengasah keterampilan dari seorang guru.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Aoun 2017. Aoun, J.E. (2017). Robot-proof: higher education in the age of artificial intelligence.US: MITPress.

Chun, C., K Dudoit, S. Fujihara, M. Gerschenson, A. Kennedy, B. Koanui, V. Ogata, dand J.

Sterns. 2016. Teaching generation Z at the University of Hawai'i. Available at https://papers.iafor.org/submission34202/.

Harto, K. 2018. Tantangan Dosen PTKI di Era industri 4.0. Jurnal Tatsqif: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan, 16(1), 1—15.

Hermann, M., Pentek, T., & Otto, B. (2016). Design principles for industrie 4.0 scenarios. In Proceedings of the Annual Hawaii International Conference on System Sciences. https://doi.org/10.1109/HICSS.2016.488

Hinduan, Z.r., M.I. Agia, dan S. Kholiq. 2017. Generation Z in Indonesia: Psychological Capital, Work Value, and Learning Style. Universitas Padjadjaran.

Pawlowski, J.M. & Holtkamp, P. (2012). Toward on Internalization of the Information Systems Curriculum. Dalam Prosiding MKWI 2012 (Multi Conference Business Information System), Braunscweig: Maret 2012 UNESCO. 2011. UNESCO ICT Competency Framework for Teachers. Paris:

UNESCO

Zhang, Y. dan Shi, P.Y. 2016. Core Competencies for Commercialising Emerging Technologies. https: //www.researchgate.net/publication/267718249. Diunduh pada 12 Januari 2019.

Utomo, Susilo Setyo. Guru di Era Revolusi Industri. https://eprints.uny.ac.id/65069/1/GURU_DI_ERA_REVOLUSI_INDUST RI_204.0.pdf

Gambar

Gambar 1. Framework Pembelajaran Abad 21

Referensi

Dokumen terkait

tersebut lebih kecil bila dibandingkan dengan UMR Kabupaten Jembrana tahun 2013 sebesar Rp 1.212.500,00. Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan

Hal pertama yang dilakukan adalah mengubah tabel pengelompokan setiap lima belas menit menjadi tabel pengolahan baru untuk setiap rentang lima belas menit untuk

Hasil penelitian menggunakan metode pipesim dan dilakukan simulasi dengan skenario pertama yaitu memanfaatkan fasilitas yang telah ada dan dilakukan dengan Pad yang terdekat

Lalu pada penelitian Hardinigsih (2002) menyatakan bahwa Return on Asset (ROA) dan Price to Book Value lah yang terbukti berpengaruh signifikan terhadap return saham dan

BB081 -Adiatma Yudistira Manogar Siregar, SE.,MEconSt..

Teknik perlindungan investasi konstruksi terhadap serangan organisme perusak yang sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama pada kayu bangunan yang digunakan adalah

Keterkaitan antara kesiapan karyawan dengan revolusi industri 4.0 yang sangat kuat dapat dikarenakan keberadaan Revolusi Industri 4.0 atau Digitalisasi Industri

Revolusi Industri merupakan rangkaian perkembangan industri di dunia yang dimulai dengan era revolusi industri 1.0. Pada saat itu, perkembangan industri dimulai dengan