• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TENTANG BERMAIN TENIS MEJA MELALUI METODE DRIIL PADA SISWA KELAS V SDN 6 BATUDAA KABUPATEN GORONTALO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TENTANG BERMAIN TENIS MEJA MELALUI METODE DRIIL PADA SISWA KELAS V SDN 6 BATUDAA KABUPATEN GORONTALO"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

Roys A. Mano mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Risna Podungge,S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri Gorontalo ; Zulkifli Lamusu, S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TENTANG BERMAIN TENIS MEJA MELALUI METODE DRIIL PADA SISWA KELAS V SDN 6 BATUDAA

KABUPATEN GORONTALO

Roys A. Mano, Risna Podungge, Zulkifli Lamusu1

Masalah dalam penelitian ini adalah : apakah dengan metode drill Hasil Belajar Tentang bermain tenis meja pada siswa kelas V SDN dapat meningkat? untuk meningkatkan hasil belajar tentang bermain tenis meja melalui metode drill pada siswa kelas V SDN 6 Batudaa Kabupaten Gorontalo. Hipotesis tindakan yaitu jika guru menggunakan metode drill maka hasil belajar tentang bermain tenis meja kelas V SDN 6 Batudaa Bab. Gorontalo akan meningkat. Hasil penelitian observasi awal menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih sangat rendah. Hal ini nampak pada data yang diperoleh dari 18 orang siswa kelas V SDN 6 Batudaa Kabupaten Gorontalo bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai tuntas ada 6 orang atau 33,3%. Pada siklus I mulai ada peningkatan yaitu jumlah siswa yang memperoleh nilai tuntas ada 8 orang atau 44,4%. Pada siklus II terjadi peningkatan lagi yaitu jumlah siswa yang memperoleh nilai tuntas ada 14 orang atau 77,8%. Sedangkan nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 70,83dan nilai rata-rata kelas pada siklus II sebesar 80,24%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode driil dapat meningkatkan hasil belajar tentang bermain tenis meja pada siswa kelas V SDN 6 Batudaa Kabupaten Gorontalo.

(2)

1

Roys A. Mano mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Risna Podungge,S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri Gorontalo ; Zulkifli Lamusu, S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan

Tujuan Institusional sekolah dasar yakni sekolah dasar memberikan bekal kemampuan dasar warga negara, dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah (Bafadal, 2003: 6-11)

Salah satu mata pelajaran yang tertuang dalam KTSP sekolah dasar (SD) adalah mata pelajaran Pendididkan Jasmani Olah Raga Dan Kesehatan. salah satu program mata pelajaran ini adalah materi bermain, bermain merupakan sesuatu hal yang sangat digemari oleh anak usia sekolah dasar. Menurut supatra (2008: 6), bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan bermain sangat disukai anak-anak. Bermain yang dilakukan secara tertata sangat bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain merupakan pengalaman yang sangat berharga untuk anak. Pengalaman itu bisa berupa jalinan hubungan sosial untuk mengungkapkan perasaannya dengan sesama temannya dan menyalurkan hasrat. Permainan yang tertuang dalam program pendidikan jasmani dan kesehatan adalah permainan tenis meja. Tenis meja adalah permainan bola tangkis di atas meja yang dimainkan oleh dua orang atau empat orang deangan bet dan bola kecil terbuat dari plastik. Di tengah – tengah meja dipasang net tegak lurus untuk memisahkan bidang permainan.

Permainan tenis meja pada pembelajaran di sekolah dasar khususnya kelas V merupakan materi pembelajaran yang lebih diarahkan pada kemampuan siswa dalam bermain tenis meja dengan peraturaan yang sederhana(dimodifikasi ). Selan itu permainan tenis meja disekolah dasar lebih diarahkan pula pada keterampilan siswa dalam teknik dasar tenis meja berupa : teknik memgang bet, teknik menerima bola( stance),teknik gerakan kaki (Footwork), teknik pukulan (stroker) .berbagai keterampilan yang diharapkan dari siswa tersebut bisa tercapai apabila didukung oleh guru yang memiliki kompetensi di dalam permainan tenis meja tersebut selain itu juga metode yang tepat guna mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran permainan tenis meja maka sepatutnya materi pembelajaran lebih diarahkan kepada pembinaan keterampilan siswa. Olehnya karena itu pembelajaran tenis meja perlu mendapat perhatian.

Metode Drill

Metode Drill merupakan suatu latihan yang dilakukan secara berulang-ulang atau suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan.

(3)

1

Roys A. Mano mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Risna Podungge,S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri Gorontalo ; Zulkifli Lamusu, S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan

Menurut Djamarah dan Zain (2007 : 108) menyatakan bahwa metode latihan (drill) disebut juga metode training. Merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan – kebisaan tertentu, juga sebagai saran untuk memelihara kebisaan-kebisaan yang baik, selain itu dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan, sehubungan dengan itu, dalam situs online dituliskan bahwa drill wajar digunakan untuk kecakapan motoris, misalnya : menggunakan alat-alat (musik, olahraga, menari, pertukangan dan sebagainya). Kecakapan mental, misalnya : menghafal, menjumlah,

mengembalilkan, membagi, dan sebagainya

(http://pakguruonline.pendidikan.net/bukutuapakgurudasarkpddb12html).

Metode drill menurut roestiyah N.K. (1991: 125) adalah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimaka siswan melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Hal senada dikemukakan oleh Sagala (2009 : 217), metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang tlah dipelajari. Mengigat latihan ini kurang mengembangkan bakat atau inisiatif siswa untuk berfikir, maka hendaknya latihan disiapkan untuk mengembangkan kemampuan motorik yang sebelumnya dilakukan diagnosis agar kegiatan itu bermanfaat bagi pengembangan motorik siswa.

Pernyataan diatas senada apa yang dikemukakan oleh Sholihin (dalam

http://www.membaussholihin.com/indek.php) bahwa metode drill meruapakan cara mengajar

dengan memberikan latiahn-latihan terhadap apa yang dipelajari siswa untuk memperoleh suatu keterampilan tertentu, misalnya: kecakapan motoris seperti menggunakan alat-alat, dan kecakapan mental seperti menghafal, menjumlah, membagi, dan sebagainya. Selanjutnya Shalahuddin, dkk (dalam Muradi, 2006) mendefinisikan metode drill sebagai suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama scara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen.

Pembelajaran Tenis Meja Melalui Metode Drill

Pelaksanaan pembelajaran tetang permainan tenis meja diselenggarakan dengan menerapkan suatu metode yang disebut dengan metode drill. Dalam pelaksanaannya, siswa dilibatkan untuk melakukan latihan-latihan untuk bermain tenis meja secara berulang-ulang.

(4)

1

Roys A. Mano mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Risna Podungge,S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri Gorontalo ; Zulkifli Lamusu, S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan

Latihan – latihan yang dilakukan ialah dimulai dengan memantul-memantulkan bola ke lantai, kemudian kedinding, selanjutnya dibentuk kelompok secara berpasangan (dua orang siswa) untu memvoli bola dengan menggunakan bat yang disediakan oleh guru, atau dapat pula mengguanakan bat yang sederhana.

Setelah itu dengan memantulkan bola ke lantai ketika memukul dan menerima bola yang terpantul dari lantai tersebut. Tahapa berikutnya ialah bermaian tenis meja dengan peraturan sederhana. Meja tenis yang digunakan ialah meja belajar siswa yang diatur dengan sedemikian rupa sehingga membentuk seolah-olah sebuah tenis yang sebenarnya . ketika kegiatan latihan-latihan ini sedang berlangsung, pengawasan guru didalam kelas harus tetap terjaga agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dengan catatan bahwa setiap jenis latihan harus dilakukan secara berulang-ulang.

Pada akhir pembelajaran, guru melakukan evaluasi melalui pemberian tes kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui pningkatan kemampuan siswa dalam bermain tenis meja. Setelah itu, pemeblajaran dittutup.

Permainan Tenis Meja

Tenis meja merupakan cabang olahraga yang yang dimainkan didalam gedung (indoor game) oleh dua dan /atau empat pemain. Cara memainkanya dengan mengguanakan bet yang dilapisi karet untuk memukul bola celluloid melewati jarring yang tergantuung diatas meja, yang dikaitakan pada dua tiang jaring. Permaian tenis meja atau lebih dikenal dengan ping pong meruapakan suatu cabang olahraga yang uni dan bersifatrekreatif (Muhajir, 2007: 26). Karena tenis meja permainan maka sudah tentu didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas bermain

Sehubungan dengan aktivitas bermain, Mahendra (2007: 12-18) mengemukakan bahwa bermain pada intinya adalah aktifitas yang digunakan sbgai hiburan. Kita mengartikan bermain sebgai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukalah berati olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat di temukan di dalam keduanya

Perlengkapan Permainan Tenis Meja

Menurut Salim (2008 : 15 -25) permainan tenis meja memerlukan saran dan prasarana antara lain:

(5)

1

Roys A. Mano mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Risna Podungge,S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri Gorontalo ; Zulkifli Lamusu, S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan

Meja berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 274 cm, lebar152,5 cm, dan tinggi 76 cm

b. Rakitan Net

Rakitan-net (net assembly) harus terdiri dari jarring(net), gantungan jarring (suspension) dan tiang penopang (supporting posts), termasuk penjepit-penjepit (clamps) yang dilekatkan ke meja.

Jaring (net) harus digantung regang (suspended) dengan batang (cord) di setiap ujungnya yang diletakkan tegak lurus bersama penyangga (post) setinggi 15,25 cm, batas ukuran tiang luar penyangga berjarak 15,25 cm dari luar garis tepi (side line).

c. Bola

1. Bola harus dengan diameter 40 mm 2. Berat bola harus 2,40 atau 5 gram

3. Bola harus dibuat dari bahan celluloid atau sejenis bahan plastik, harus berwarna putih atau orange, dan pudar (tidak mengkilap).

d. Bet

1. Ukuran berat bentuk bet, tidak ditentukan, tetapi daun bet harus datar dan kaku

2. Ketebalan daun bet, minimal 85% harus terbuat dari kayu alam; dapat dilapisi dengan bahan perekat yang berserat seperti fiber carbon atau fiber galss atau dari bahan kertas yang dipadatkan. Bahan tersebut tidak lebih dari 7.5% dari total ketebalan 0,35 mm, adalah meruapakan bagian yang sangat sedikit/tipis

Sisdaun bet yang digunakan untuk memukul bola harus ditutup dengan karet berbintik biasa, atau bet berbintik yang menonjol keluar; namun memiliki ketebalan termasuk laisan lem perekat tidak lebih dari 2 mm, atau karet datar (bukan berbintik keluar) dengan karet berbintik kedalam harus memiliki ketebalan tidak melebihi dari 4 mm termasuk lem perekat

Tehnik Dasar Bermian Tenis Meja a. Teknik memegang bet (grip)

Teknik memegang bet merupakan factor yang sangat penting dalam permainan tenis meja . Sutarmin (2007; 15-16) menyatakan bahwa cara memegang bet dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

(6)

1

Roys A. Mano mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Risna Podungge,S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri Gorontalo ; Zulkifli Lamusu, S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan

Pegangan Shakehand sangat popular terutama di Negara-negara eropa dan dunia barat. Dengan pegangan ini, seorang pemain dapat menggunakan kedua sisi bet.

2. Pegangan seperti memegang tangkai pena(Penhold Grip)

Penhold Grip dikenal pula dengan pegangn asia, walaupun akhirnya kebanyakan

pemain asia banyak menggunakan pengangan shakehand. Pada pengangan ini hanya satu sisi bet yang dapat digunakan.

3. Seemilier Grip

Seemilier Grip atau disebut dengan American grip meruapakan versi shakehand grip

pada Seemilier Grip, hanya satu sisi bet yang digunakan untuk memukul bola .

b. Teknik servis

servis yaitu memukul untuk menyajikan bola pertama. Caranya, bola dipukul dengan memantuk sekali dimeja sendiri kemudian melewati atas permukaan net/jaring dan akhirnya bola jatuh di meja lawan (Sutarmin, 2007:17).

1. Servis yang benar

a. Pada saat mulai servis, bola harus diam secara bebas diatas permukaan telapak tangan dari tangan bebas, dibelakang garis akhir, dan minimal sejajar dengan permukaan bebas. b. Server (perlaku servis), harus melambung bola secara vertical tanpa putaran, dengan

ketinggian bola minimal 16 cm dari permukaan telapak tangan bebas, kemudian turun tanpa menyentuh apapun sebelum dipukul.

c. Pada saat bola turun, server harus memukul bola hingga menyetuh permukaan meja terlebih dahulu dan setelah melewati atas net atau menggelinding atas net kemudian menyetuh permukaan meja dari penerima bola (reseiver). Pada permainan ganda bola harus menyentuh bagian kanan dari masing-masing meja server dan reseiver secara berurutan.

d. Dari mulai servis sehingga bola dipukul, bola harus berada dipermukaan meja permainan dan dibelakang batas akhir server. Dan bola tidak boleh ditutup/terhalang bagian badan atau pakain server atau pasangannya.

e. Menjadi tanggung jawab pemain untuk melakukan servis agar terlihat oleh wasit atau pembantu wasit sesuai persyaratan pada servis yang benar.

(7)

1

Roys A. Mano mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Risna Podungge,S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri Gorontalo ; Zulkifli Lamusu, S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan

2. Jenis-jenis servis

a. Servis forhand topspin b. Servis backhand topspin c. Servis backhand backspin d. Servis backhand backspin 3. Pengambilan yang benar

Setelah bola servis atau dikembalikan, harus dipukul melwati net dan menyentuh meja lawan, baik secara langsung maupun setelah menyentuh net.

c. Teknik Siap Sedia (Stance)

Stance berarti posisi kaki, badan dan tangan pada saat siap menunggu bola atau pada saat

memukul bola. Ada dua bentuk stance utama yang biasa digunakan dalam permainan tenis meja yaitu:

1. Square Stance

Square stance adalah posisi badan menhadap penuh kemeja. Biasanya posisi ini digunakan untuk siap menerima servis dari lawan atau siap kembali setelah mengembalikan pukulan dari lawan. Dengan satu langkah kesamping kiri, kanan atau kedepan, kebelakang maupun diagonal, pemain diharapkan dapat mengembalikan bola dengan baik.

2. Side Stance

Side stance berati posisi badan mnyamping, baik kesamping kiri maupun kesamping kanan. Pada side stance, jarak antara bahu kemeja atau kenet harus ada yang lebih dekat. Misalnya untuk pukulan forhand bagi pemain tangan kanan, bahu kiri harus lebih dekat ke net, begitu pula kaki kirinya harus lebih dekat ke net. Sebaliknya stance untuk pukulan backhand bagi pemain tangan kanan, bahu kanan serta kaki kanannya harus lebih dekat ke net.

d. Teknik Gerakan Kaki (Footwork)

Fotwoork dalam tenis meja pada garis besarnya digunakan untuk nomor tunggal atau ganda. Fotwoork yang digunakan dalam permainan tunggal sudah otomatis digunakan dalam permaian

ganda. Jika dilihat dari banyaknya langkah fotwoork, untuk tunggal dapat dibedakan: satu langkah, dan tiga langkah atau lebih. Arah pergrakannya biasa kedepan. Ke belakang, kesamping kiri, samping kanan atau diagonal.

Penggunaan gerakan kaki disesuikan dengan jarak yang harus diantisipasi antara bolo yang datang dengan posisi pemain. Jika jaraknya sangat dekat, mungkin tidak usah melangkahkan

(8)

1

Roys A. Mano mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Risna Podungge,S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri Gorontalo ; Zulkifli Lamusu, S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan

kaki atau hanya satu langkah saja. Jika jarak antara bola yang datang dengan posisi pemain agak jauh dengan dua langkah sudah sudah. Akan tetapi, jika jaraknya cukup jauh dari meja harus dicapai dengan tiga langkah atau lebih.

e. Teknik pukulan (Stroke)

Dari situs online, teknik pukulan dalam perminan bulu tangkis pada dasarnya secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu pukulan forehand dan backhand. Pukulan forehand berarti setiap pengembalian atau pukulan yang dilakukan dari sisi tubuh yang dominan, sedankan pukulan yang dilkukan dari sisi tubuh yang tidak dominan.

Pukulan forehand dapat dilakukan dengan tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Agus (2007:82-87)

1. Tahap persiapan a. Dalam posisi siap b. Tangan dilemaskan

c. Bed sedikit dibuka untuk menghadapi backspin, sedikit ditutup atau tegak lurus untuk menghadap topspin.

d. Pergelangan tangan lemas dan sedikit dimiringkan kebawah

e. Bergerak untuk mengatur pisisi kaki kekiri karena sedikit kebelakang untuk melakukan

forehand.

2. Tahap pelaksanaan a. Backswing

1. Pukulan forehand

a. Putar tubuh kebelakang dengan bertumpu pada pinggang dan pinggul b. Putar tangan kebelakang dengan bertumpu pada siku

c. Berat badan dipindahkan ke kaki kanan

d. Untuk menghadapi backspin, bet harus dugerakkan sedikit lebih rendah 2. Pukulan backhand

a. Bet digerakan sejajar dengan pinggang

b. Untuk menghadapi underspin, bet direndahkan sedikit c. Pergelangan tangan dimiringkan kebelakang

d. Bet dalam keadaan tegak lurus atau sedikit ditutup untuk menghadapi topspin dan sedikit dibuka untuk menghadap backspin.

(9)

1

Roys A. Mano mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Risna Podungge,S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri Gorontalo ; Zulkifli Lamusu, S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan

b. Forward Swing 1. Pukulan forehand

a. Berat badan dipindahkan ke kaki kiri tubuh diputar bertumpu pada pinggang dan

pinggul

b. Tangan diputar kedepan dengan bertumpu pada siku c. Kontak dilakukan di depan sisi kanan tubuh

2. Pukulan Backhand

a. Bet langsung diletakkan di depan b. Siku bergerak sedikit kea rah depan c. Kontak dilakukan di depan sisi kiri tubuh

d. Gerakan bagian unjung pergelangan tangan kea rah bawah saat melakukan pukulan sehingga pergelangan tangan menghadap meja, dengan bet dalam keadaan tertutup.

3. Tahap terakhir

a. Pukulan forehand

1. Bet bergerak ke depan dan sedikit dinaikan ke atas 2. Kembali keposisi siap

b. Pukulan backhand

1. Bet bergerak kea rah bola yang dipukul 2. Kembali keposisi siap

Selanjutnya muhajir (2007 : 30 – 31 ) terdapt bebrapa teknik pukulan dasar dalam permainan tenis meja, antara lain : (1) push, (2) drive, (3) block, (4) chop, (5) Service. Kelima teknik pukulan tersebut dapat di jelaskan satu persatu berikut ini.

1. Push

Push adalah teknik memukul bola dengan gerakan mendorong dan sikap bet terbuka. Push

biasanya digunakan untuk mengembalikan pukulan push dan pukulan chop lawan. 2. Drive

Drive adalah teknik pukulan yang dilkukan dengan gerakan bet dari bawah serong keatas

dan sikap bet tertutup. Drive dapat digunakan sebagai pukulan serangan atau dapat juga kita kontrol sesuai dengan keinginan.

(10)

1

Roys A. Mano mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Risna Podungge,S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri Gorontalo ; Zulkifli Lamusu, S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan

Block adalah teknik memukul bola dengan gerakan menghentikan atau membendung bola

dengan sikap bet tertutup. Block biasanya digunakan untuk mengembalikan bola drive atau bola dengan putaran atas (topspin).

4. Chop

Chop adalah teknik memukul bola dengan gerakan seperti menebang pohon dengan kapak

atau disebut juga dengan gerakan membacok. Pukulan Chop

Dapat digunakan untuk mengembalikan pukulan bola yang bermacam-macam. 5. Service (servis)

Service adalah teknik memukul bola untuk menyajikan bola pertama kedalam permainan

dengan cara memantulkan terlebih dahulu bola tersebut kemja penyaji, kemudian dipukul, dan bola harus melewati atas net dan akhirnya memantul diatas meja lawan.

METODE PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diselenggarakan di SDN 6 Batudaa Kabupaten Gorontalo. Pelaksanaan PTK ini dikelas V SDN 6 Batudaa Kabupaten Gorontalo yang terdaftar pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Jumlah siswa yang dikenai tindakan sebanyak 18 orang, terdiri dari 11 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Keseluruhan siswa memiliki latar belakang ekonomi sosial, dan kemampuan jasmaniah yang berbeda-beda.

1. Variabel input; terkait dengan perencanaan pembelajaran (RPP) termasuk didalamnya memuat tentang metode pemebelajaran yang akan digunakn, penyediaan media, sarana dan prasarana, pengolahan kelas, kolaborasi bersama guru lain, dan lain sebagainya.

2. Variabel proses; terkait dengan proses pembelajaran yang merupakan tindakan sesuai rencana pembelajaran. Inti dari proses ini adalah penerapan metode latihan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam bermain tenis meja.

3. Variabel output; terkait capaian hasil belajar siswa dan efektivitas proses pembelajaran. HASIL

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini menunjukkan hanya terdapat 6 orang atau 33,3% dari 18 orang yang ada di kelas V SDN 6 Batudaa Kabupaten Gorontalo yang memiliki kemampuan bermain tenis meja, hal ini menunjukkan sebagian besar

(11)

1

Roys A. Mano mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Risna Podungge,S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri Gorontalo ; Zulkifli Lamusu, S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan

siswa belum mampu bermain tenis meja. Hal ini dapat dilihat pada hasil belajar siswa seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa Observasi Awal No Rentang Nilai Jumlah

Siswa Persentase Kriteria Ket

1 85-100 - - BS Tuntas 2 75-84 6 33,3% B Tuntas 3 65-74 3 16,7% C Tuntas Tidak 4 0-64 9 50% K Tuntas Tidak Jumlah 18 100% Keterangan : BS : Baik Sekali B : Baik C : Cukup K : Kurang

Hasil belajar siswa pada obervasi awal yang dilaksanakan di kelas V SDN 6 Batudaa pada tabel di atas dapat digambarkan pada diagram di bawah ini.

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa dari 18 siswa yang dikenai tindakan, sebanyak 0 orang siswa atau 0% memiliki nilai dengan kriteria baik sekali, 6 orang siswa atau

(12)

1

Roys A. Mano mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Risna Podungge,S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri Gorontalo ; Zulkifli Lamusu, S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan

33,3% memiliki nilai dengan kriteria baik, 3 orang siswa atau 16,7% memiliki nilai dengan kriteria cukup dan 9 orang siswa atau 50% memiliki nilai dengan kriteria kurang.

Berdasarkan hasil pengamatan pada observasi awal menunjukkan bahwa siswa yang mampu bermain tenis meja masih rendah, hal ini menjadi dasar pelaksanaan siklus I. Dengan demikian pelaksanaan tindakan pada siklus I diharapkan dapat memperbaiki serta meningkatkan kemampuan siswa dalam bermin tenis meja melalui metode driil.

Pada tahap siklus I ini, peneliti melakukan tindakan kelas tentang bermain tenis meja yang didampingi oleh guru pengamat sebagai guru mitra di kelas. Pada tahap ini peneliti diamati dari awal sampai akhir pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi.

a) Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I

Untuk kegiatan guru yang diamati oleh guru mitra pada pelaksanaan tindakan, dalam hal ini meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dalam kegiatan pembelajaran bahwa kegiatan guru pada kegiatan awal pembelajaran baik dalam pelaksanaannya, menyampaikan materi termasuk kriteria cukup dan guru menyampikan apersepsi juga baik. Pada kegiatan inti, guru baik melakukan proses pembelajaran terutama menjelaskan materi, menggunakan media pembelajaran dan guru juga baik dalam memberikan penilaian pada hasil belajar siswa. Disamping itu juga, guru dalam membimbing siswa dalam bermain tenis meja cukup baik, serta guru cukup baik dalam memberikan evaluasi pada siswa. Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru mendapat kriteria baik dalam memberikan motivasi pada siswa diakhir pembelajaran.

Untuk jelasnya hasil penilaian kegiatan guru berdasarkan nilai kriteria dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I

Kriteria Jumlah Aspek Persentase (%)

BS (Baik Sekali) 5 33,3%

B (Baik) 6 40%

C (Cukup) 4 26,7%

K (Kurang) 0 0%

Jumlah 15 100%

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 15 aspek yang diamati, sebanyak 5 aspek atau 33,3% memiliki nilai dengan kriteria baik sekali (BS), 6 aspek atau 40% memiliki nilai dengan kriteria baik (B), 4 aspek atau 26,7% memiliki nilai dengan kriteria cukup (B) dan pada aspek pada aspek kurang (K) berjumlah 0%.

(13)

1

Roys A. Mano mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Risna Podungge,S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri Gorontalo ; Zulkifli Lamusu, S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan

b) Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

Selain melakukan pengamatan terhadap kegiatan guru, observer juga melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa. Adapun hasil diperoleh siswa pada kegiatan awal sudah baik sekali yakni siswa sudah dapat mempersiapkan buku catatan dan buku pelajaran, siswa menempati tempat yang telah ditetapkan dan siswa telah mengikuti dengan seksama segala sesuatu yang sedang disampaikan. Pada kegiatan inti secara umum siswa baik dalam pelaksanaannya. Hanya saja pada beberapa aspek yang masih membutuhkan perhatian dan perbaikan seperti beberapa siswa masih kurang memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan guru tentang cara melakukan eksperimen, sebagian besar siswa masih takut dalam mengemukakan pendapatnya sendiri, siswa masih sulit menggunakan bets dalam bermain tenis meja.

Adapun presentase hasil belajar siswa berdasarkan rentang nilai dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Hasil Persentase Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I

No Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase Kriteria Ket

1 85-100 2 11,1% BS Tuntas 2 75-84 6 33,3% B Tuntas 3 65-74 4 22,3% C Tuntas Tidak 4 0-64 6 33,3% K Tidak Tuntas Jumlah 18 100% Keterangan : BS : Baik Sekali B : Baik C : Cukup K : Kurang

Berdasarkan tabel di atas siklus I tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa sudah mulai meningkat, namun hal ini belum mencapai indikator yang telah ditentukan. Untuk itu masih perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

(14)

1

Roys A. Mano mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Risna Podungge,S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri Gorontalo ; Zulkifli Lamusu, S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan

6 5 4 3 2 1 0

Diagram 2. Hasil belajar siswa dikelas V pada Siklus I Frekuensi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

11,1 % (BS) 33,3 % (B) 22,3 % (C) 33,3 % (K)

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa dari 18 siswa yang dikenai tindakan, sebanyak 2 orang siswa atau 11,1% memiliki nilai dengan kriteria baik sekali, 6 orang siswa atau 33,3% memiliki nilai dengan kriteria baik, 4 orang siswa atau 22,3% memiliki nilai dengan kriteria cukup dan 6 orang siswa atau 33,3% memiliki nilai dengan kriteria kurang.

PEMBAHASAN

Pada bagian ini membahas hasil penelitian yang telah dilaksanakan di kelas V SDN 6 Batudaa tentang meningkatkan hasil belajar siswa tentang bermain tenis meja melalui metode driil. Peneliti akan menguraikan atau menjelaskan tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran. Adapun tahap-tahap tersebut sebagai berikut :

a. Tahap persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal sebelum memulai pelaksanaan tindakan. Pada siklus I siswa masih kelihatan takut dan kurang percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya. Padahal guru membutuhkan informasi tentang pengetahuan awal siswa yang nantinya akan dijadikan sebagai pijakan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu guru harus merancang pertanyaan-pertanyaan mudah dipahami oleh siswa dan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan awal siswa.

Siklus II siswa sudah berani mengemukakan pendapatnya dan mengungkapkan pengetahuannya sehingga suasana kelas menjadi lebih efektif dibandingkan pada siklus I.

(15)

1

Roys A. Mano mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Risna Podungge,S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri Gorontalo ; Zulkifli Lamusu, S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan

b. Tahap penyajian materi

Pada tahap penyajian materi ketika dilakukan pada siklus I masih banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan guru juga masih belum mampu mengkondusifkan kelas dan pada saat bermain tenis meja masih banyak siswa yang pasif. Pada siklus II siswa sudah mampu menguasai teknik dasar bermain tenis meja dan mampu bermain tenis meja dengan baik. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan pada tindakan siklus II, yaitu :

a) Melakukan appersepsi yang mengarah kepada materi yang diajarkan, guna menggali pengetahuan awal siswa.

b) Menjelaskan tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi kepada siswa c) Menjelaskan secara secara teoretis tentang materi yang diajarkan

d) Menjelaskan tata tertib dalam belajar

e) Memberikan contoh gerak-gerak dasar permainan tenis meja yang mendukung terbentuknya kemampuan bermain

f) Menyediakan alat/media pembelajaran

g) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan metode yang telah ditetapkan secara lancar h) Menugaskan siswa untuk melakukan tugas gerak sesuai dengan yang telah diperagakan oleh

guru secara berulang-ulang

i) Mengamati pola gerakan siswa saat pembelajaran berlangsung

j) Melakukan koreksi gerakan sesegera mungkin jika ditemukan penyimpangan k) Memanfaatkan secara efektif sarana yang tersedia serta lingkungan

l) Penciptaan suatu kondisi iklim belajar yang kondusif c. Penutup

Pada kegiatan penutup pada siklus I siswa masih ragu-ragu dalam menyimpulkan materi yang pelajarinya, namun pada siklus II siswa sudah baik sekali dalam menyimpulkan materi yang dipelajarinya.

d. Peningkatan hasil belajar

Pelaksanaan tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus. Pada siklus I hasil yang diperoleh siswa masih rendah dan belum mencapai standar yang ditetapkan. Hasil belajar siswa pada siklus I yaitu jumlah siswa yang dikenai tindakan 18 oramg, hanya 2 orang siswa atau 11,1% memiliki nilai dengan kriteria baik sekali, 6 orang siswa atau 33,3% memiliki nilai

(16)

1

Roys A. Mano mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Risna Podungge,S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri Gorontalo ; Zulkifli Lamusu, S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan

dengan kriteria baik, 4 orang siswa atau 22,2% memiliki nilai dengan kriteria cukup dan 6 orang siswa atau 33,3% memiliki nilai dengan kriteria kurang. Sedangkan pada siklus II, hasil yang diperoleh sudah meningkat dibandingkan dengan siklus I yaitu dari 18 siswa yang dikenai tindakan, sebanyak 4 orang siswa atau 22,2% memiliki nilai dengan kriteria baik sekali, 10 orang siswa atau 55,6% memiliki nilai dengan kriteria baik, 4 orang siswa atau 22,2% memiliki nilai dengan kriteria cukup dan 0 orang siswa memiliki nilai dengan kriteria kurang. Perbandingan analisis siklsu I dan siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.6 Perbandingan hasil belajar siswa siklus I dan siklus II

Aspek Siklus I Siklus II

Tuntas 44,4% 77,8%

Tidak Tuntas 55,6% 22,2%

Rata-Rata Kelas 70.83 80,24

Dari tabel di atas dapat dijelaskan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II dengan peningkatan yang signifikan.

Dengan demikian hasil tindakan kelas pada siklus I dan siklus II telah berhasil menjawab hipotesis tindakan yang berbunyi “ jika guru menggunakan metode drill maka hasil belajar bermain tenis meja kelas V SDN 6 Batudaa Kabupaten Gorontalo akan meningkat.”

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diharapkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa bermain tenis meja pada siswa kelas V SDN 6 Batudaa Kabupaten Gorontalo dapat ditingkatkan melalui metode driil. Peningkatan tersebut dibuktikan dengan dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebanyak dua siklus. Capaian indikator kinerja yang terjadi pada siklus II dengan perolehan hasil belajar siswa yang sangat memuaskan, yaitu hasil belajar siswa sudah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan peneliti berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di kelas V SDN 6 Batudaa Kabupaten Gorontalo yaitu 75%. Adapun hasil belajar siswa pada siklus I yaitu siswa yang sudah mampu bermain tenis meja sebanyak 8 orang atau 44,4% dengan nilai rata-rata kelas 70,83 sedangkan pada siklus II sebanyak 14 orang atau 77,8% dengan nilai rata-rata kelas 80,24.

Dengan tercapainya indikator kinerja yang telah ditetapkan, maka hipotesis yang telah diajukan yakni jika guru menggunakan metode drill maka hasil belajar bermain tenis meja kelas V SDN 6 Batudaa Bab. Gorontalo akan meningkat, diterima.

(17)

1

Roys A. Mano mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Risna Podungge,S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri Gorontalo ; Zulkifli Lamusu, S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan

SARAN

Dengan melihat hasil belajar siswa telah terjadi peningkatan maka dapat disarankan sebagai berikut :

1. Dalam pembelajaran permainan tenis meja di sekolah dasar perlu diyakini bagi seorang guru bahwa dengan menerapkan metode driil dalam pembelajaran merupakan salah satu solusi yang terbaik dalam meningkatkan hasil belajar bermain tenis meja.

2. Untuk mengoptimalkan penerapan metode driil ini, sebaiknya dikolaborasikan dengan metode-metode lainnya yang dikemas ke dalam strategi dan model pembelajaran yang efektif 3. Penelitian Tindakan Kelas semestinya dilaksanakan oleh seorang guru dalam peningkatan

kualitas pembelajaran di kelas

4. Setiap sekolah mengharapkan para guru dan siswa serta elemen lainnya untuk memiliki kualitas yang memadai. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan sepenuhnya dari pihak sekolah dan masyarakat kepada para guru untuk meningkatkan kualitasnya menjadi guru profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Salim, 2007, Buku Pintar Tenis Meja. Bandung, Jembar

Ariyati, Sagala (2009: 217-218) menguraikan kelebihan dan kekurangan dari metode latihan (drill),

Djmarah, Saiful Bahri dan Aswan Zan, 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineke Cipta. Husdarta, 2010. Macam-Macam Permainan. Yogyakarta. Graha Ilmu

Muhajir, 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Keseharan Untuk Kelas X. Bandung: Erlangga.

Mahendra 2007. Belajar Dan Bermain. Jakarta: Bumi Aksara

Roestiyah N.K. 2009. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineke Cipta.

(18)

1

Roys A. Mano mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Risna Podungge,S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri Gorontalo ; Zulkifli Lamusu, S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan

Sholihin, Mambaus M. 2008. http://www.mambaussholihin.com/index.php. Metode Mengajar

Diperguruan Tinggi.

Sutarmin, 2007. Terampil Berolahraga Tenis Meja. Surakarta: Era Intermedia. Supatara,2008. Teknik Bermain Dan Permainan. Jakarta: Bumi Aksara

(19)

1

Roys A. Mano mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Risna Podungge,S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri Gorontalo ; Zulkifli Lamusu, S.Pd,M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan

Gambar

Tabel 4.1  Hasil Belajar Siswa Observasi Awal  No  Rentang Nilai  Jumlah
Tabel 4.2  Hasil Pengamatan  Kegiatan Guru Siklus I
Diagram 2. Hasil belajar siswa dikelas V pada Siklus I        Frekuensi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

Referensi

Dokumen terkait

Semoga dengan adanya kegiatan PPL ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk menjadikan calon pendidik profesional yang memiliki sikap, kemampuan, dan keterampilan unggul dalam

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Penggunaan Protein Nabati

Muamalah adalah bagian dari hukum Islam yang berkaitan dengan hak dan harta yang muncul dari transaksi antara seseorang dengan orang lain, atau antara seseorang dengan badan

1.1.a) forests within nature reserves and national parks (forests designated only for nature conservation not compromising productive needs) excluding forests within landscape

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga penuli s

Tujuan proses adalah teknik menetapkan tujuan latihan dengan fokus pada penguasaan dan pengembangan keterampilan target yang dielaborasikan menjadi beberapa perilaku

Aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran menggunakan model bamboo dancing meliputi memperhatikan ketika guru menerangkan dan ketika temannya

Alat Bantu Pensdengaran ini diapikasikan pada semua orang yang daya pendengarannya sudah berkurang terutama untuk orang yang sudah lanjut usia, dengan menggunakan alat ini maka