• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profesor Leiden University: Di Indonesia, Kriminalnya Banyak, Penjaranya Sedikit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Profesor Leiden University: Di Indonesia, Kriminalnya Banyak, Penjaranya Sedikit"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Profesor Leiden University:

Di Indonesia, Kriminalnya

Banyak, Penjaranya Sedikit

UNAIR NEWS – Program Studi Magister Sains Hukum dan

Pembangunan (MSHP) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga kembali mengadakan seminar dengan menggandeng profesor asing. Seminar bertajuk “Stadium General: Legal Research and its Development” dihadiri oleh Prof. Dr. Adriaan Bedner, guru besar asal Van Vollenhoven Institute for Law, Government and Development, Faculty of Law, Leiden University.

Ini merupakan kali ketiga profesor asal Belanda tersebut hadir berbagi ilmu kepada mahasiswa UNAIR. Selain Prof Adriaan, hadir pula sebagai pembicara Herlambang Perdana Wiratraman, S.H., M.A., sekretaris Pusat Kajian Hukum Hak Asasi Manusia atau lebih dikenal dengan Center of Human Rights Law Studies (HRLS) UNAIR.

Pada kesempatan ini, Prof Adriaan memberikan materi mengenai Beasiswa Bidang Humum Indonesia dan Yurisprudensi sebagai Kendala untuk Lembaga Hukum Transplantasi. Materi ini merupakan karyanya yang diterbitkan dalam Hague Journal on the Rule of Law. Penelitian hukum merupakan prinsip penting untuk mengetahui bagaimana hukum di suatu negara mengambil peran penting dalam pelaksanaan program pembangunan. Ia juga menyinggung mengenai fragmentasi pemerintahan, korupsi, gangguan sistem politik, dan banyak hal lainnya.

Profesor yang menguasai bahasa Indonesia dengan baik tersebut juga memaparkan mengenai bagaimana kondisi penegakan hukum di Indonesia dan Belanda. Salah satunya mengenai fenomena kriminalitas dan jumlah penjara yang ada di dua negara tersebut.

(2)

tingkat kriminalitas. Sedangkan di Indonesia, kejahatan kriminal banyak jumlahnya, akan tetapi sedikit sekali penjaranya,” ungkap Prof Adriaan.

Sebagai bentuk dari Tri Darma Perguruan Tinggi, seperti yang disampaikan oleh Herlambang, hasil dari seminar ini dapat menjadi bahan pengembangan keilmuan hukum di Indonesia.

“Seminar ini ditujukan untuk memberikan inovasi pada penelitian hukum, mengembangkan keilmuan hukum. Selain itu untuk menumbuhkan kepekaan hukum, serta isu-isu keadilan sosial,” kata Herlambang.

“Menghadirkan dosen tamu yang berkualitas penting untuk dilakukan. Mengingat, hal tersebut untuk menunjang perkembangan keilmuan, khususnya pada Sekolah Pascasarjana,” ujar Dr. H. Suparto Wijoyo, Koordinator Program Studi MSHP. Sebelum menghadirkan profesor dari Universitas Leiden, MSHP juga pernah mendatangkan dosen tamu dari Universitas Osaka, Jepang, yang membahas mengenai pembangunan lingkungan. Prodi yang baru yang telah berjalan tiga tahun tersebut bertekad untuk dapat dikenal serta memiliki jaringan dan kolega dari berbagai kampus bukan hanya di Indonesia, namun juga di dunia. Suparto juga mengatakan bahwa di Leiden, MSHP merupakan program yang diimpikan. MSHP menjadi satu-satunya program di Indonesia yang menawarkan bidang ilmu hukum saintifik yang kontekstual, serta melihat pembangunan yang dinamis. Oleh karena itu, MSHP dan Leiden telah sepakat menjalin kerjasama yang baik. Bahkan, Prof Adriaan bersedia menerima tawaran untuk memberikan kuliah tamu, menjadi konsultan, serta menjadi pembimbing tesis di MSHP.

“Harapanya, pada prodi MSHP ini mahasiswa tidak hanya menjadi magister yg terampil dalam regulasi, tetapi juga terampil di bidang development policy. Negara ini membutuhkan orang yang memahami hukum dalam konteks pembangunan,” kata Suparto.

(3)

Terjalinya hubungan baik antara prodi MSHP UNAIR dan Universitas Leiden salah satunya karena faktor kedekatan keilmuan dan telah adanya kecocokan. Selain itu, terdapat dosen UNAIR yang pernah menorehkan prestasi ketika masih melangsungkan studi di Leiden. Faktor itu yang membawa relasi tersendiri antara MSHP UNAIR dan Universitas Leiden. (*)

Penulis : Ahalla Tsauro

Editor : Binti Q. Masruroh

UNAIR Gandeng Peneliti Asing

untuk Bicara Sampah dan Tata

Kelola Kota

UNAIR NEWS – Hubungan personal yang berjalan baik selama

bertahun-tahun menjadi faktor penting bagi kerjasama antara Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga dengan Vrije Universiteit Amsterdam dan Delft University of Technology. Buktinya, pada Jumat (4/3), kedua belah pihak menggelar seminar bertajuk “International Seminar on Urban History”. Seminar yang digelar di Ruang Siti Parwati FIB UNAIR ini dihadiri oleh Dr. Freek Colombijn dari Vrije Universiteit Amsterdam, dan Dr. Pauline K.M van Roosmalen dari Delft University of Technology.

Freek dan Pauline merupakan dua peneliti asal Belanda yang telah melakukan penelitian selama bertahun-tahun di Indonesia. Freek telah menaruh perhatian risetnya terhadap pengelolaan sampah, sedangkan Pauline mengenai tata perkembangan kota. Penelitian mereka sejalan dengan kajian studi Departemen Ilmu Sejarah UNAIR yang berfokus pada sejarah perkotaan.

(4)

“Kerjasama ini dimulai dengan hubungan personal. Dengan Freek, sejak 2005 ia sering berkunjung ke UNAIR. Sekarang sudah ada Memorandum of Understanding (MoU) dengan FIB. Kerjasama ini dalam rangka mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kedatangan mereka kali ini dalam rangka kunjungan ke Indonesia dan memberikan ceramah ilmiah di Departemen Ilmu Sejarah, termasuk melanjutkan riset tentang pengelolaan sampah di Surabaya,” tutur Gayung Kasuma, S.S., M.Hum., selaku Ketua Departemen Ilmu Sejarah UNAIR.

Dalam seminarnya, Freek berbicara tentang berbagai penelitiannya di Indonesia, termasuk penelitiannya tentang sampah di Surabaya yang ia lakukan sejak enam tahun terakhir. “Dimana-mana lingkungan sangat penting untuk manusia. Banyak masalah lingkungan yang dilalaikan. Saya ingin mengetahui kenapa manusia tidak bisa berinteraksi dengan ekosistem secara baik. Kita tahu bahwa banyak masalah lingkungan hidup, tapi kita tidak bergerak. Menurut saya itu sangat mengkhawatirkan. Dan saya fokus pada sampah dan pengelolaannya,” tutur Freek. Sebelumnya, Freek juga melakukan berbagai penelitian di Indonesia. Seperti kekerasan di Indonesia, kehidupan sosial masyarakat Indonesia setelah merdeka, modernisasi kota-kota di Indonesia. Penelitian studi doktoralnya membahas tentang perkembangan Kota Padang, Sumatera Barat. Mengenai penelitian tentang sampah ini, Freek berencana untuk menerbitkannya dalam sebuah buku.

“Penelitian ini belum selesai, sedang dilaksanakan. Mungkin penelitian ini tidak pernah selesai. Saya sudah mengumpulkan bahan di lapangan selama enam tahun. Sementara itu saya juga menulis tentang topik lain. Mudah-mudahan penelitian ini akan menjadi artikel dalam bentuk buku,” papar Freek.

MoU antara Departemen Ilmu Sejarah dengan Freek telah dilakukan sejak Desember 2015 silam yang berlangsung di Vrije Universiteit Amsterdam, dan akan terus berlangsung hingga lima

(5)

tahun ke depan.

Dalam beberapa bulan ke depan, Freek juga akan memberikan pelatihan tentang publikasi ilmiah internasional. Pelatihan ini untuk mendorong para dosen melakukan penelitian dan publikasi ilmiah internasional, sesuai dengan target FIB UNAIR bahwa minimal terdapat sepuluh judul penelitian yang dimuat dalam jurnal internasional pada 2016 ini.

“Dengan adanya MoU tingkat fakultas, akan membantu paling tidak saling berbagi tentang proses dan indentifikasi menuju jurnal ilmiah internasional. Sehingga bisa lebih mudah dimuat ke terindeks Scopus,” papar Gayung.

Seminar ini merupakan seri ke dua dari rangkaian seminar yang diadakan oleh Departemen Ilmu Sejarah UNAIR. Pada Februari lalu, Departemen Ilmu Sejarah menghadirkan pembicara dari Australia, Prof Howard Dick, penulis “Surabaya, City of Work: A Socioeconomic History, 1900-2000” dan Robbie Petters penulis “Surabaya, 1945-2010: Neighbourhood, State and Economy in Indonesia’s City of Struggle”.

Ke depan, kerjasama internasional akan terus dilakukan sesuai dengan target universitas menuju World Class University. Gayung mengatakan bahwa Departemen Ilmu Sejarah sangat terbuka terhadap keilmuan lain yang ingin sinergis dan memiliki disiplin ilmu yang sama. Sebab menurutnya, Ilmu Sejarah belajar tentang masyarakat, yang di dalamnya mengkaji problematika sosial, budaya, arsitektur, ekonomi, dan bidang-bidang lainnya.(*)

(6)

Mahasiswa Yaman Lanjutkan

Studi Doktoral di UNAIR

UNAIR NEWS – Dari sekian banyak mahasiswa baru jenjang master dan doktoral yang dikukuhkan oleh Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. Moh Nasih, MT., Ak, Kamis kemarin, ada satu mahasiswa asing asal Yaman yang turut dilantik menjadi mahasiswa jenjang doktoral. Dia adalah Abdulrahman Taresh Abdulghani, S.E., M.SE.

Abdul, sapaan akrabnya, turut dilantik menjadi mahasiswa doktoral pada program studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UNAIR, pada Kamis (11/2). Mahasiswa baru asal negara Yaman itu juga merupakan penerima beasiswa Unggulan dari Biro Perencanaan Kerjasama Luar Negeri (BPKLN), Pemerintah RI tahun 2015.

Abdul memaparkan bahwa UNAIR merupakan salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia, sekaligus kampus terbaik di Jawa Timur, hal itulah yang menjadi alasanya untuk memilih studi di UNAIR. Ia juga merasa betah untuk melanjutkan studi tingkat doktoral karena selama ini ia memiliki segudang pengalaman, baik selama menjalani kuliah jenjang magister yang juga di UNAIR.

“Saya merasa bahwa pendidikan dan manajemen pelayanan di UNAIR ini bagus, mulai dari staf hingga direktur yang menangani bidang pendidikan. Mereka sudah melayani mahasiswa asing dengan baik. Dosen-dosen di UNAIR sabar dalam memberikan penjelasan materi kuliah kepada saya. Saya juga sudah belajar bahasa Indonesia, jadi sekalian saja ambil studi S-2 dan S-3 disini,” tutur Abdul yang dulunya merupakan penerima beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB).

Selama di UNAIR, Abdul mengerjakan tesis penelitian studi tentang ASEAN+5. Nantinya, selama studi doktoral, ia akan

(7)

berkonsentrasi tentang perencanaan dan pembangunan di Indonesia. “Saya merasa percepatan pembangunan di Indonesia ini unequal,” terang mahasiswa baru S-3 Ilmu Ekonomi FEB UNAIR ini. (*)

Penulis: Binti Quratul Masruroh Editor: Bambang ES.

Rektor: Amalkan Ilmu Melalui

KKN-BBM

UNAIR NEWS – Sebagai bentuk pengamalan Tri Dharma Perguruan

Tinggi, Universitas Airlangga terus berupaya menghadirkan mahasiswa dan dosen ke tengah-tengah masyarakat. Melalui program Kuliah Kerja Nyata – Belajar Bersama Masyarakat, mahasiswa diajak untuk belajar merumuskan dan menyelesaikan masalah di tengah publik.

Rektor UNAIR, Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak., melepas 2.327 mahasiswa dan 112 dosen pembimbing lapangan (DPL) untuk terjun dalam program KKN-BBM ke-53 UNAIR. Bertempat di Airlangga Convention Center, Senin (11/1), pelepasan KKN-BBM ke-53 UNAIR dihadiri oleh Wakil Rektor III, Direktur Pendidikan, Ketua Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Masyarakat (LP4M), Ketua Lembaga Penelitian dan Inovasi, dan tamu lainnya.

Para mahasiswa dan dosen tersebut melaksanakan program KKN-BBM reguler di lima daerah, yaitu Surabaya (314 mahasiswa dan 18 DPL), Sampang (481 mahasiswa dan 24 DPL), Probolinggo (494 mahasiswa dan 23 DPL), Bojonegoro (507 mahasiswa dan 23 DPL), dan Nganjuk (495 mahasiswa dan 24 DPL).

(8)

KKN-BBM Tematik Cipta Karya di sepuluh kelurahan yang berada di lima kecamatan di Surabaya, diantaranya Kecamatan Asemrowo, Bubutan, Krembangan, Semampir, dan Simokerto. Diantara para peserta KKN-BBM UNAIR, ada juga 36 mahasiswa asing yang terdiri dari 16 mahasiswa asal Malaysia dan 20 mahasiswa asal Brunei Darussalam.

Dalam sambutannya, Rektor UNAIR mengatakan pada mahasiswa bahwa kegiatan belajar akan lebih optimal apabila disertai praktik dan contoh yang nyata. “Pengetahuan tidak ada gunanya apabila tidak disertai amalan atau implementasi. Tunjukkan keunggulan Anda sebagai mahasiswa UNAIR. Keunggulan ini dibuktikan secara logis, sistematis, dan solutif dalam menghadapi masalah di masyarakat,” tutur Prof. Nasih.

Seluruh kelompok peserta KKN-BBM akan melakukan pengabdian masyarakat pada empat bidang, yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi produktif, dan lingkungan. Kegiatan tersebut berlangsung pada tanggal 11 Januari – 6 Februari 2016. Salah satu mahasiswa UNAIR peserta KKN-BBM reguler di Nganjuk, Ganang, menyampaikan bahwa ia dan rekan satu timnya akan mengadakan berbagai program, salah satunya di bidang kesehatan. “Kami akan mengadakan program cuci tangan dan sikat gigi bagi anak-anak usia dini. Hal ini dilakukan agar mereka memiliki kesadaran terhadap perilaku bersih dan sehat,” tutur Ganang.

Nur Izatin Asyiqin, mahasiswa asal Brunei Darussalam, yang melaksanakan KKN-BBM reguler di Nganjuk, bercerita bahwa ia dan rekan satu timnya akan memberikan pelatihan Bahasa Inggris kepada warga sekitar. “Dengan kehadiran kami di sana, saya berharap bisa membantu mereka untuk berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Inggris,” tutur Izatin.

(9)

Para mahasiswa melakukan persiapan sebelum diterjunkan KKN-BBM di Airlangga Convention Center (Foto: UNAIR News)

Cipta karya

Satu hal yang baru dari pelaksanaan KKN-BBM ke-53 UNAIR adalah penyelenggaraan KKN Tematik Cipta Karya yang dilangsungkan di 10 kelurahan di Surabaya. Program KKN Tematik Cipta Karya ini merupakan bentuk kerjasama dari UNAIR dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI.

Dalam pelaksanaannya, program KKN Tematik Cipta Karya yang pertama kali dilangsungkan oleh UNAIR ini mengajak mahasiswa untuk belajar bersama masyarakat di bidang sanitasi, penyediaan air minum, dan pemukiman.

“Khusus untuk KKN Tematik Cipta Karya, kami baru terapkan di Surabaya tepatnya di sepuluh kelurahan. Sebab, program ini baru sebatas uji coba. Kalau yang di Surabaya ini hasilnya positif, maka program ini akan menyusul ke semua daerah,” tutur Ketua LP4M UNAIR, Prof. Dr. H. Jusuf Irianto, Drs., M.Comm.

(10)

Dalam program KKN Tematik Cipta Karya ini, mahasiswa UNAIR diminta untuk memfasilitasi masyarakat untuk memelihara proyek pekerjaan umum yang telah dikerjakan oleh Kementerian PU dan Pera.

“UNAIR menyediakan mahasiswa dan perangkatnya. Sementara, sasaran programnya adalah proyek-proyek cipta karya yang dibangun di Surabaya. Mahasiswa diminta untuk memfasilitasi bagaimana cara memberdayakan masyarakat, dan memanfaatkan proyek itu secara optimal, termasuk pemeliharaannya,” jelas Prof. Jusuf.

“Mahasiswa tidak berperan pada aspek fisik, tapi mahasiswa diminta untuk memfasilitasi masyarakat untuk membentuk organisasi dalam memelihara proyek cipta karya itu,” imbuh Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR itu. (*)

Penulis: Defrina Sukma Satiti

Ajak

Mahasiswa

Asing

Promosikan UNAIR di Negara

Asal

UNAIR NEWS – Program kelas internasional atau yang lebih

dikenal dengan istilah Academic Mobility Exchange for Undergraduate at Airlangga (AMERTA) angkatan ke-3 telah usai. Sekitar 30 mahasiswa asing dan 60 mahasiswa UNAIR mengikuti serangkaian acara perpisahan yang digelar di ruang 301 Gedung Kahuripan, Jumat (9/1).

(11)

International Office and Partnership (IOP) tersebut digelar selama satu semester. Kedua pihak terkait memberikan beasiswa kepada peserta sebanyak Rp. 1,5 juta tiap bulan. Selain itu, para peserta diberikan kesempatan untuk mengambil beragam mata kuliah. Misalnya, cyber culture, cyber law, hukum adat, tropical medicine dan bahasa Indonesia.

“Mahasiswa diberi kebebasan untuk mengambil minimal tiga mata kuliah plus pelajaran bahasa Indonesia,” jelas Dewi Sartika, M.Ed., selaku manajer kelas internasional IOP.

Program yang akan terus berlanjut ini diharapkan mampu membawa nama UNAIR semakin terkenal di kancah internasional. Wakil Rektor I Prof. Djoko Santoso, dr., Ph.D., Sp.PD., K-GH., FINASIM menuturkan harapan besarnya kepada seluruh mahasiswa asing yang mengikuti program AMERTA.

“Saya berharap kalian bisa mengenalkan UNAIR dan bercerita berbagai pengalaman kalian kepada keluarga, teman dan civitas di kampus kalian masing-masing,” ujaranya.

Salah satu peserta program asal Filipina bernama Djerilee mengaku sangat senang bisa belajar di Indonesia. “Saya bersyukur bisa belajar di Indonesia meski hanya satu semester. Saya bisa dapat banyak teman dan pengalaman,” kata dia.

Senada dengan Djerilee, Siti Wardah asal Brunei Darussalam mengatakan, banyak pengalaman saya meramu berbagai macam jamu yang ada di Indonesia. “Di Indonesia ini saya belajar banyak hal, utamanya mengenai jamu. Saya juga sempat berkunjung ke Sumenep Madura untuk belajar jamu langsung dari keturunan raja di sana,” jelasnya. (*)

Referensi

Dokumen terkait

Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.. Prinsip

Dalam ekonomi yang melakukan perdagangan luar  negeri, aliran pendapatan dan pengeluaran dapat dijelaskan sebagai berikut : apabila aliran aliran pendapatan

Kepentingan yang jika tidak kita saring dengan baik, maka tentu akan merusak kebudayaan local kita, mengikis kearifan local kita masyarakat Indonesia pada khususnya dan

Transportasi Pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut penderita/korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai dengan aman tanpa memperberat keadaan

<paya pembentukan organisasi kerjasama kawasan telah membuahkan hasil dengan ditandatanganinya Deklarasi ASEA0 atau Deklarasi #angkok pada tanggal 1 Agustus /2 di #angkok

Untuk dapat di terapkan nya hukuman qishas kepada pelaku harus memenuhi syarat-syarat yang berkaitan dengan korban, syarat-syarat tersebut adalah korban harus orang -

Alhamdulillahi Rabbil’Alamin, Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Dalam kaitan hal tersebut sangat penting bagi setiap pimpinan untuk memliki kemampuan untuk mengatasi model-model mental yang tidak sesuai dengan tujuan