• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KESABARAN DAN KECENDERUNGAN DEPRESI PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KESABARAN DAN KECENDERUNGAN DEPRESI PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 SKRIPSI"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KESABARAN DAN KECENDERUNGAN DEPRESI PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR YANG SEDANG

MENGERJAKAN SKRIPSI SELAMA MASA PANDEMI COVID-19

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Psikologi

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

Oleh:

Takia Zulaikha Nasrianto 16320174

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2020

(2)

i

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Psikologi

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

Oleh:

Takia Zulaikha Nasrianto 16320174

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2020

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

HUBUNGAN ANTARA KESABARAN DAN KECENDERUNGAN DEPRESI PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR YANG SEDANG MENGERJAKAN

SKRIPSI SELAMA MASA PANDEMI COVID-19

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu sosial Budaya Universitas Islam Indonesia untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Sarjana S-1 Psikologi

Pada Tanggal 6 Juli 2020

_____________________________ Oleh:

Takia Zulaikha Nasrianto 16320174

Mengesahkan , Prodi Psikologi

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Ketua Program Studi

Yulianti Dwi Astuti, S.Psi., M.Soc., Sc.

Dosen penguji Tanda Tangan

1. Rr. Indahria Sulistyarini., S.Psi., MA., Psikolog ____________

2. Rumiani, S.Psi., M.Psi. ____________

(4)

iii

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi Rabbil’alamin

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala atas rahmat dan hidayah-Nya yang selalu memberikan kesabaran serta kekuatan sehingga karya sederhana ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Papaku Nasrianto Sanusi Mamaku Sapriani A. Lasena

Terima kasih untuk segala doa, dukungan, pengorbanan, perhatian, kasih sayang, kepercayaan dan penguatan tak terhingga yang sudah Mama dan Papa berikan. Karya ini merupakan salah satu hadiah kecil yang kupersembahkan untuk Mama Papa sebagai bentuk terima kasih atas semua yang telah Mama dan Papa berikan untuk keberhasilanku. Karya ini tidak seberapa dengan semua yang Mama dan

Papa berikan tapi semoga bisa membuat Mama dan Papa bangga dengan pencapaianku.

(6)

v

HALAMAN MOTTO

“Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar.”

(QS. Ar Rum:60)

“Allah is not in a hurry, you are. That’s why you’re tired, anxious, stressed and dissapointed. Trust what was meant to be yours, will be yours. Unrush yourself.”

(Unknown)

“For all of the things you are pouring your heart into right now, may you know there is grace to breath deep and slow down; celebrate how far you have come

even if you still have a long way to go.”

(7)

vi

PRAKATA

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya. Berkat pertolongan Allah Subhanahu wa ta’ala saya mampu untuk menyelesaikan karya ini dengan baik. Untuk itu saya ucapkan alhamdulillaahirabbil ‘alamin.

Saya menyadari skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari pihak-pihak yang turut memberikan motivasi serta membantu baik dari segi moril maupun materiil. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., M.Ag., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia 2. Ibu Yulianti Dwi Astuti, S.Psi., M.Soc. Sc. selaku Ketua Program Studi

Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

3. Ibu Rr. Indahria Sulistyarini., S.Psi., MA., Psikolog selaku Dosen Pembimbing Skripsi saya. Saya ucapkan banyak terima kasih telah banyak membantu dan membimbing saya dalam proses penyelesaian skripsi saya. Terima kasih atas kesediaannya meluangkan waktu untuk memberi arahan dan masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga Ibu sudah berbaik hati dan memberi banyak kemudahan dan motivasi untuk

(8)

vii

saya menyelesaikan skripsi ini. Saya mohon maaf sebesar-besarnya apabila selama proses penyelesaian skripsi ini, saya berbuat khilaf dan melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Semoga Allah SWT membalas kebaikan Ibu dengan kebaikan yang lebih mulia.

4. Bapak Dr. Faraz, SIP., M.M., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada saya..

5. Seluruh Dosen Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya terima kasih atas ilmu, bimbingan, serta pengalaman yang telah dibagikan kepada saya. Semoga jasa dan kebaikan Bapak dan Ibu dosen dibalas oleh Allah SWT.

6. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. Terima kasih atas bantuan, bimbingan dan kemudahan yang diberikan kepada saya dalam pengurusan kebutuhan penelitian ini. 7. Untuk kedua orangtua saya, Papa Nasrianto Sanusi dan Mama Sapriani A.

Lasena. Terima kasih atas doa, dukungan dan kasih sayang yang tidak henti-hentinya Papa dan Mama berikan buat saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dan kuliah saya dengan baik. Terima kasih atas kesabaran mama dan papa yang tidak menuntut banyak dan hanya meminta agar saya memberikan yang terbaik demi diri saya sendiri.

8. Adik-adikku Syauqi Maulana dan Asyraf Zahid, terima kasih atas dukungannya buat kakak, terima kasih sudah selalu mau mendengar keluh kesah kakak dan membantu kakak ketika kakak membutuhkan kalian.

(9)

viii

9. Muhammad Alief Ramadhani, terima kasih sudah selalu ada dan menemani dalam setiap proses yang saya lalui dari awal sampai saat ini. Terima kasih sudah mau mendengar keluh kesah yang tak henti-henti selama saya menyelesaikan skripsi saya. Terima kasih juga sudah selalu memberi semangat agar saya mau terus mengerjakan skripsi saya ini hingga selesai. Terima kasih sudah menjadi contoh dan penyemangat yang baik. Terima kasih untuk semua doa yang tak henti-hentinya kamu berikan buat saya. 10. Sahabatku di Makassar, Gisyari Ainun, Andina Nidya Savira dan Fitra

Fortuna Lautany, terima kasih sudah menjadi teman terbaik dari SMA. Terima kasih sudah selalu ada untuk mendengar keluh kesah ku, terima kasih atas segala bantuan yang sudah kalian berikan selama ini. Terima kasih karena sudah menjadi sahabat terbaik yang selalu memberikan support serta doa-doanya terutama selama saya mengerjakan skripsi ini. Kalian semangat ya skripsiannya!

11. Untuk Muhammad Rafli Rahmatullah, Fahrizal Jihadsyah, Eriza Maharani dan Muhammad Naufal Fadil, serta teman-teman Joker lainnya, terima kasih karena juga selalu menjadi penghibur dikala saya suntuk mengerjakan skripsi ini. Terima kasih karena selalu berusaha membantu agar saya tidak stres terus menerus dengan segala masalah yang sedang kuhadapi. Terima kasih karena sudah menjadi teman terbaik.

12. Terima kasih Hening, Astri, Syadza, Raisa dan Mas Garli yang sudah membantu banyak dalam pengerjaan skripsi saya terutama saat mengerjakan olah data. Terima kasih karena telah mau direpotkan oleh saya

(10)

ix

dan terima kasih sudah bersedia mengajarkan saya mengolah data menggunakan SPSS, maaf sudah selalu merepotkan kalian, tanpa kalian skripsi saya mungkin akan tertunda lama, terima kasih.

13. Teman seperbimbinganku, Aulia dan Sandya. Terima kasih atas kerja samanya. Maaf kalau aku banyak kurangnya. Kalian semangat ya menyelesaikan skripsinya.

14. Untuk temanku selama kuliah, Intan, Amadea, Atika, Dama, Ian, Refo, Fajri, dan Galuh, dan teman-teman lainnya, terima kasih sudah mau menjadi teman yang sangat baik selama saya kuliah di psikologi ini. Tanpa kalian masa-masa kuliah saya tidak akan se-seru dan semenyenangkan ini. Terima kasih buat semua bantuan yang sudah kalian berikan.

15. Teman-teman KKN-ku, terutama Adel dan Dira. Terima kasih karena selalu memberikan semangat dan doa buat saya.

16. Teman-teman semua yang telah membantu saya dalam mencari responden, terima kasih banyak. Kalian terbaik. Serta kepada semua responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih banyak. Bantuan kalian sangat berarti untuk penelitian ini. Semoga kebaikan kalian semua dibalas oleh Allah SWT.

17. Untuk semua yang telah membantu, mendoakan, serta memberikan dukungan kepada saya yang mungkin tidak dapat saya sebutkan satu-satu, terima kasih banyak ya, semoga Allah balas dengan beribu-ribu kebaikan. Aamiin.

(11)

x

Semoga pengalaman dan pelajaran hidup yang saya peroleh selama ini dapat menjadi manfaat bagi diri saya sendiri dan bagi orang lain. Meskipun masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, semoga skripsi ini dapat membawa manfaat baik bagi pembaca maupun bagi saya sendiri. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Yogyakarta, Juli 2020 Penulis

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv ABSTRACT ... xvi BAB I ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan Penelitian ... 9 C. Manfaat Penelitian ... 10 1. Teoritis ... 10 2. Praktis ... 10 D. Keaslian Penelitian ... 10 1. Keaslian Topik ... 11 2. Keaslian Teori ... 11 3. Keaslian Subjek ... 12

4. Keaslian Alat Ukur ... 12

BAB II ... 13

A. Kecenderungan Depresi ... 13

1. Definisi Depresi ... 13

2. Aspek-aspek Depresi ... 14

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Depresi ... 18

B. Kesabaran ... 19

1. Definisi Kesabaran ... 19

(13)

xii

C. Mahasiswa Tingkat Akhir yang Sedang Mengerjakan Skripsi Selama Masa

Pandemi COVID-19 ... 23

1. Mahasiswa Tingkat Akhir ... 23

2. Pandemi COVID-19 ... 24

D. Hubungan Antara Kesabaran dan Kecenderungan Depresi pada Mahasiswa Tingkat Akhir yang Sedang Mengerjakan Skripsi Selama Masa Pandemi COVID-19 ... 25

E. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III ... 34

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 34

B. Definisi Operasional Penelitian ... 34

C. Subjek Penelitian ... 35

D. Metode Pengumpulan Data... 35

E. Validitas dan Reliabilitas ... 38

F. Metode Analisis Data ... 39

BAB IV ... 40

A. Orientasi Kancah dan Persiapan ... 40

1. Orientasi Kancah ... 40

2. Persiapan Penelitian ... 41

B. Laporan Pelaksanaan Penelitian ... 45

C. Hasil Penelitian ... 46

1. Deskripsi Responden Penelitian ... 46

2. Deskripsi Data Penelitian ... 47

3. Uji Asumsi ... 50 D. Pembahasan ... 56 BAB V ... 64 A. Kesimpulan ... 64 B. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA ... 66

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blueprint DASS-D (Depression Anxiety Stress Scale) ... 36

Tabel 2. Kategori Total Skor DASS-D ... 37

Tabel 3. Blueprint Skala Kesabaran ... 38

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala DASS-D Setelah Uji Coba ... 44

Tabel 5. Distribusi Aitem Skala Kesabaran Setelah Uji Coba ... 44

Tabel 6. Responden berdasarkan jenis kelamin ... 46

Tabel 7. Responden berdasarkan usia ... 46

Tabel 8. Responden berdasarkan angkatan ... 46

Tabel 9. Deskripsi Data Penelitian ... 47

Tabel 10. Norma Kategorisasi... 47

Tabel 11. Kategorisasi Responden pada Variabel Kesabaran ... 48

Tabel 12. Norma Kategorisasi Skala DASS-D ... 49

Tabel 13. Kategorisasi Responden pada Variabel Depresi ... 49

Tabel 14. Hasil Uji Normalitas ... 50

Tabel 15. Hasil Uji Linearitas ... 51

Tabel 16. Hasil Uji Hipotesis ... 52

Tabel 17. Hasil Uji Beda Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

Tabel 18. Hasil Uji Beda Berdasarkan Usia... 54

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Try Out ... 71

Lampiran 2 Tabulasi Data Try Out ... 86

Lampiran 3 Data Induk Try Out ... 95

Lampiran 4 Hasil Analisis Aitem Try Out ... 99

Lampiran 5 Skala Setelah Try Out ... 103

Lampiran 6 Tabulasi Data Setelah Try Out ... 118

Lampiran 7 Data Induk Penelitian ... 144

Lampiran 8 Kategorisasi Data Penelitian ... 154

Lampiran 9 Uji Normalitas ... 158

Lampiran 10 Uji Linearitas ... 160

Lampiran 11 Uji Hipotesis ... 162

Lampiran 12 Uji Beda ... 165

(16)

xv

HUBUNGAN ANTARA KESABARAN DAN KECENDERUNGAN DEPRESI PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR YANG SEDANG

MENGERJAKAN SKRIPSI SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 Takia Zulaikha Nasrianto1, Rr. Indahria Sulistyarini2

Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesabaran dan kecenderungan depresi pada mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi selama masa pandemi COVID-19. Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kesabaran dan kecenderungan depresi. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi selama masa pandemi COVID-19 yang berasal dari Universitas atau Perguruan Tinggi seluruh Indonesia yang terdiri atas 347 responden. Skala kesabaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala oleh Hasanah (2015) yang menggunakan aspek dari Al Jauziyah dalam pengembangan skalanya. Skala depresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala DASS oleh Lovibond dan Lovibond (1995). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi Spearman Rho yang menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif antara kesabaran dan kecenderungan depresi pada mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi selama masa pandemi COVID-19 dengan nilai koefisien korelasi r = -0,466 dan nilai signifikansi p = 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kesabaran yang dimiliki mahasiswa, semakin rendah kecenderungan depresi yang dialami. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kesabaran dan kecenderungan depresi pada mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi selama masa pandemi COVID-19 sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima.

(17)

xvi

THE RELATIONSHIP BETWEEN PATIENCE AND TENDENCY TO DEPRESSION ON FINAL YEAR STUDENTS COMPLETING THESIS

DURING COVID-19 PANDEMIC

Takia Zulaikha Nasrianto1, Rr. Indahria Sulistyarini2

Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRACT

This research aims to determine the relationship between patience and tendency to depression on final year students completing thesis during COVID-19 pandemic. Hypothesis in this research is there is negative relation between patience and tendency to depression. The subject of this research are final year students completing thesis during COVID-19 pandemic from University or College across Indonesia consisting 347 respondents.The scale used for measuring patience on this research is developed by Hasanah (2015) based on aspects from Al Jauziyah. The scale used to measured depression on this research is DASS developed by Lovibond and Lovibond (1995). Data analysis on this research used Spearman Rho’s correlation techniques shows that there’s a negative relation between patience and tendency to depression on final year students completing thesis during COVID-19 pandemic with correlation coefficient r = -0,466 and significant value p = 0,000 (p<0,05). This suggests that the higher the patience among the students, the less tendeency to depression they experienced. Based on these results can be concluded that there is a relation between patience and tendency to depression on final year students completing thesis during COVID-19 pandemic so that this research hypothesis that has been proposed was accepted.

(18)

1

BAB I

A. Latar Belakang

Awal tahun 2020 dimulai dengan gemparnya penyebaran virus yang bermula di Wuhan dan memakan banyak korban jiwa. Kemudian, diketahui bahwa virus yang menyebar tersebut adalah virus corona jenis baru yang kemudian mulai menyebar ke berbagai negara di dunia. Virus corona tersebut atau sekarang dikenal dengan Coronavirus Disease-19 (COVID-19), merupakan keluarga dari virus corona lainnya yang dapat menyerang baik itu manusia maupun hewan yang kemudian dapat menimbulkan infeksi pada saluran pernapasan mulai dari batuk ringan sampai dengan penyakit pernapasan yang lebih berat (WHO, 2020). World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa 80% orang yang terkena virus ini dapat sembuh dan virus ini memiliki fatality rate sebesar 2% yang berarti bahwa virus ini memiliki persentase yang rendah terhadap kematian. Akan tetapi, pada lansia dan orang yang memiliki penyakit beresiko bawaan, virus ini berpotensi untuk memperparah kondisi kedua kelompok tersebut bahkan dapat menimbulkan kematian. Penyebaran virus ini pun terjadi dengan sangat cepat dan dapat ditularkan melalui droplets. Kemudian, pada sebagian orang virus ini tidak memunculkan gejala sama sekali sehingga orang tersebut bisa saja tidak mengetahui bahwa dirinya membawa virus dan menularkannya kepada orang lain (WHO, 2020). Melihat kondisi seperti itu serta penyebarannya yang semakin luas di seluruh dunia, maka tepat pada tanggal 11 Maret 2020, WHO kemudian mengumumkan bahwa penyebaran COVID-19 merupakan sebuah pandemi. Pandemi sendiri merupakan sebuah epidemi dalam skala yang lebih besar, yaitu sebuah kasus dalam jumlah

(19)

2

besar terhadap suatu penyakit atau kondisi medis yang terjadi secara bersamaan diberbagai tempat (Morens et al., 2009).

Total kasus yang sudah terkonfirmasi COVID-19 di seluruh dunia saat ini berdasarkan WHO (2020) sudah mencapai lebih dari 1 juta kasus dengan kurang lebih 62.000 kematian. Indonesia sendiri saat ini memiliki jumlah kasus yang sudah terkonfirmasi kurang lebih 2000 kasus dengan kematian kurang lebih sebanyak 190 orang dan terus bertambah setiap harinya. Melihat angka yang begitu tinggi, pemerintah di Indonesia khususnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengeluarkan status darurat bencana mulai tanggal 29 Februari 2020 hingga 29 Mei 2020 (BNPB, 2020). Hal lain yang dilakukan oleh Indonesia sebagai upaya pencegahan penyebaran virus ini adalah dengan adanya kebijakan untuk melakukan work from home. Hal tersebut ditetapkan sejak tanggal 15 Maret 2020. Presiden RI dalam konfrensi persnya mengimbau agar masyarakat belajar, bekerja serta beribadah dari rumah (CNN Indonesia, 2020). Setelah adanya kebijakan tersebut, beberapa kantor, sekolah, dan institusi mulai ditutup. Selain itu, beberapa akses jalan juga mulai ditutup, dilanjutkan dengan adanya pembatasan jumlah transportasi serta jam operasional transportasi umum dengan harapan bahwa hal tersebut mampu menahan laju aktivitas masyarakat untuk keluar rumah dan melakukan segala kegiatan di dalam rumah dimana kebijakan ini disebut juga dengan lock down (Yunus dan Rezki, 2020). Universitas adalah salah satu institusi yang langsung menerapkan sistem lock down ini. Tidak hanya pegawai yang melakukan work from home, mahasiswa pun melakukan proses perkuliahan secara

(20)

online di rumah masing-masing selama waktu yang telah ditetapkan oleh universitas.

Selain memberi dampak kepada kegiatan sosial dan kegiatan sehari-hari masyarakat, pandemi ini juga memberi pengaruh kepada kondisi psikologis seseorang. Berdasarkan Agung (2020), situasi pandemi dapat menimbulkan perubahan emosi seperti khawatir, cemas serta stres dan apabila berlangsung secara berlebihan dapat mengganggu kondisi psikologis seseorang, salah satunya adalah mengalami depresi. Mahasiswa terutama mahasiswa tingkat akhir merupakan salah satu bagian yang terkena dampak dari situasi ini. Mahasiswa tingkat akhir diminta untuk mengikuti kegiatan kampus secara online seperti proses konsultasi bersama dosen pembimbing, seminar atau ujian akhir yang dilaksanakan dengan vide confrence dan proses penatalaksaan administrasi kampus yang semuanya dilakukan via online. Situasi ini kemudian memunculkan pro dan kontra karena merupakan hal yang baru untuk dilakukan.

Secara umum, masalah yang biasanya dialami oleh mahasiswa tingkat akhir selama mengerjakan skripsi secara offline berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Giyarto (2018), diantaranya adalah adanya kesulitan dalam mencari literatur, kesulitan untuk bertemu dengan dosen pembimbing yang mana hal tersebut menghambat proses penyelesaian skripsi, juga adanya kesulitan dalam menganalisis data. Retnaningsih, Aini dan Triyantini (2015), dalam penelitiannya juga menjabarkan bahwa masalah yang biasanya dialami mahasiswa tingkat akhir diantaranya kesulitan dalam mencari referensi, deadline yang biasanya dirasa sangat singkat, kesulitan dalam membagi waktu, juga adanya reaksi emosi seperti

(21)

4

mudah marah, tidak punya inisiatif, menyendiri atau anti-sosial dan mudah menangis. Adanya faktor tersebut memungkinkan bagi mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsinya untuk mengembangkan depresi. Hal ini sesuai dengan Nurmina (2010), yang memaparkan bahwa mahasiswa tingkat akhir cenderung memiliki pikiran-pikiran negatif yang kemudian dapat memunculkan potensi gejala depresi dimana perilaku yang muncul pada umumnya adalah adanya kebingungan dalam penentuan judul skripsi, kurangnya semangat dalam melanjutkan skripsi hingga timbulnya kecemasan apabila ada yang membicarakan mengenai kelulusan. Adanya beban terhadap prosedur pengerjaan skripsi, hubungan kurang baik dengan dosen serta adanya masalah pada skripsi menurut Untari (2005), juga dapat menimbulkan depresi yang kemudian membuat mahasiswa tingkat akhir akan merasa terbebani pada proses kelulusannya.

Hasil penelitian-penelitian terdahulu juga membuktikan bahwa depresi dapat muncul pada mahasiswa tingkat akhir. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agung Krisdianto & Mulyanti (2016), menunjukkan bahwa sebanyak 45,7% dari subjeknya mengalami depresi ringan dan 13,0% mengalami depresi sedang. Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Usha & Solomon (2017), sebanyak 23,3% subjek mengalami depresi ringan, 23,3% mengalami depresi sedang, 13,3% mengalami depresi berat dan 11,7% mengalami depresi sangat berat. Adapun pada penelitian yang dilakukan oleh Kumar, Shah, Kumari, Kumar, Kumar dan Tahir (2019), menunjukkan bahwa secara keseluruhan, sebanyak 57,7% subjeknya mengalami depresi mulai dari tingkatan depresi ringan hingga depresi sangat berat.

(22)

Hasil wawancara pada subjek berinisial FL yang merupakan mahasiswa di salah satu universitas di Jakarta pada tingkat akhir yang sedang menyelesaikan skripsi menyatakan bahwa dirinya merasa sistem perkuliahan secara online ini dirasa sangat kurang efektif. Menurutnya, dengan proses perkuliahan dan konsultasi bersama dengan dosen yang dilakukan secara online lebih sulit dibandingkan jika dirinya dapat bertemu dengan dosen secara langsung. Subjek memaparkan bahwa dirinya merasa kurang dapat fokus dan kesulitan mendapatkan motivasi untuk mengerjakan skripsi selama kegiatan perkuliahan yang dilakukan secara online karena merasa banyak distraksi. Selain itu, subjek juga menyatakan bahwa dirinya merasa stres dalam mengerjakan skripsinya karena hubungan yang kurang baik dengan dosen terlebih dengan adanya lock down ini sehingga tidak memungkinkan bagi dirinya untuk melakukan penelitian karena banyaknya hambatan (Wawancara, 06/04/2020).

Selanjutnya, hasil wawancara pada subjek AS yang merupakan mahasiswa tingkat akhir di salah satu universitas di Makassar yang sedang menyusun proposal skripsinya menyatakan bahwa dirinya merasa kesulitan dengan perkuliahan online terutama karena dirinya harus berkonsultasi dengan dosen secara online dan hanya via chatting. Subjek menyatakan bahwa dosen sering kali kurang memahami pertanyaan-pertanyaan yang diajukan yang kemungkinan disebabkan oleh kurang dapatnya subjek memaparkan atau menyampaikan pernyataannya dengan baik jika via chatting dibandingkan dengan berbicara secara langsung. Subjek juga menyatakan bahwa dirinya merasa kesulitan kerena dengan ditutupnya universitas, subjek mengalami kesulitan mencari referensi karena tidak bisa mengakses

(23)

buku-6

buku yang berada di perpustakaan. Subjek memaparkan bahwa tidak semua buku memiliki e-book yang dapat diakses oleh internet, maka dari itu subjek mengalami kesulitan dalam mencari referensi guna menyelesaikan proposal skripsinya (Wawancara, 06/04/2020).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah yang dialami mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi selama masa pandemi COVID-19 secara online ini diantaranya ialah semakin sulit untuk berkomunikasi bersama dosen pembimbing, kesulitan dalam mencari literatur berupa buku karena akses perpustakaan yang ditutup, juga kesulitan dalam mencari data penelitian karena adanya batasan-batasan yang harus dipatuhi guna pencegahan penyebaran virus. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pengerjaan skripsi secara online ini menimbulkan masalah yang lebih kompleks dan dapat memunculkan gejala stres berlebih pada mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyelesaikan skripsi. Mahasiswa tingkat akhir yang sebelumnya ketika mengerjakan skripsi secara offline telah memiliki berbagai macam masalah yang harus diselesaikan sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, kemudian dengan adanya sistem online yang harus dijalani oleh mahasiswa guna mengerjakan skripsinya tersebut dengan berbagai macam kendala baru, semakin meningkatkan kemungkinan mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi mengalami kecenderungan depresi.

Hal tersebut juga diperkuat dengan pernyataan oleh Lubis (2009), yang memaparkan bahwa faktor yang dapat menyebabkan depresi diantaranya adalah adanya dilema yang harus dipecahkan, rangkaian situasi stres yang berulang,

(24)

terjadinya bencana yang tidak terduga yang dalam hal ini adalah pandemi COVID-19, serta adanya ketegangan psikologis. Depresi yang dialami oleh mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi selama masa pandemi COVID-19 ini pun dapat menyebabkan terhambatnya proses penyelesaian skripsi yang kemudian dapat menunda kelulusan mahasiswa tersebut. Hal ini karena depresi berdasarkan pemaparan Yosep (Dirgayunita, 2016), ditandai dengan adanya kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, hilangnya semangat serta adanya perasaan tidak berdaya, bersalah, tidak berguna atau putus asa. Beck (Lubis, 2009), juga memaparkan bahwa apabila seseorang mengalami depresi maka ia dapat mengalami penurunan motivasi dalam melakukan aktivitas terutama pada aktivitas yang menuntut tanggung jawab atau inisiatif serta hal-hal yang membutuhkan energi yang besar. Gamayanti, Mahardianisa dan Syafei (2018), juga memaparkan bahwa berdasarkan hasil penelitiannya, salah satu dampak yang biasanya dialami oleh mahasiswa adalah adanya kesengajaan untuk tidak mengerjakan skripsi atau tugas akhirnya karena tidak ingin merasa terbebani sehingga mahasiswa lebih memilih untuk mencari kesenangan dan kegiatan lain yang membuat mahasiswa tidak dapat menyelesaikan studinya tepat waktu. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka penting bagi mahasiswa tingkat akhir untuk berusaha agar tidak mengalami gejala depresi karena dapat menghambat dalam proses pengerjaan skripsi atau tugas akhirnya.

Strategi coping yang baik diperlukan dalam mencegah individu mengalami gejala-gejala depresi. Krisdianto & Mulyanti (2016), dalam penelitiannya memaparkan bahwa dengan mekanisme coping yang baik dapat membantu

(25)

8

seseorang mengantisipasi masalah yang bersifat psikis terutama stres dan depresi. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa dengan adanya mekanisme coping yang baik dapat meminimalisir tingkatan depresi. Salah satu bentuk coping yang dapat dilakukan adalah dengan coping religius. Religiusitas yang baik dinilai mampu untuk membantu menurunkan tingkat depresi yang dialami oleh seseorang. Saefulloh (2008), juga menyebutkan bahwa agama memiliki peran signifikan dalam membantu individu memiliki ketahanan psikologis yang baik agar mampu meredam masalah-masalah psikologis yang dialami. Salah satu bentuk coping religius yang dianjurkan dalam agama Islam ketika seseorang mengalami masalah dalam hidup adalah dengan sabar. Sabar berdasarkan Indria et al. (2019), merupakan sebuah bentuk coping yang berfokus pada emosi serta masalah sehingga merupakan salah satu cara yang baik untuk menurunkan tingkat stres ataupun masalah psikologis lainnya yang berkaitan dengan emosi. Lebih lanjut dalam penelitian tersebut juga dipaparkan bahwa kesabaran dalam Islam merupakan salah satu anjuran dari Allah SWT yang dapat membantu seseorang menghadapi permasalahan dalam hidup. Zulhammi (2016), juga menyatakan bahwa kesabaran merupakan kunci dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Kesabaran sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk tetap tenang saat berada dalam kesulitan, maupun saat sedang frustasi, dalam masalah atau saat sedang menunggu (Schnitker et al., 2019). Adapun berdasarkan perspektif dari beberapa agama, kesabaran dimaknai sebagai pengendalian diri, ketahanan diri dalam merasakan penderitaan dan kepahitan hidup tanpa mengeluh serta kegigihan, kerja keras, dan keuletan dalam mencapai suatu tujuan (Subandi, 2015). Adanya perilaku sabar ini

(26)

diharapkan dapat membantu mahasiswa tingkat akhir agar tidak meningkatkan potensi dirinya mengalami gejala-gejala depresi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Triodita (2010), menunjukkan bahwa kesabaran memiliki korelasi negatif dengan depresi yang berarti semakin tinggi kesabaran yang dimiliki individu, maka semakin rendah tingkat depresi pada individu tersebut, begitu pula sebaliknya. Indria et al (2019), juga memaparkan bahwa dengan menggunakan sabar sebagai bentuk coping, dapat membantu mahasiswa untuk berusaha menahan dirinya dari munculnya rasa putus asa, kemalasan, atau hal-hal lainnya yang dapat menghambat mahasiswa dalam mencapai tujuannya yang dalam hal ini adalah menyelesaikan skripsi atau tugas akhirnya. Hal ini sejalan dengan Mubarok (Nisrina, 2018), yang menjelaskan bahwa kesabaran dimaknai dengan kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosinya berupa ketabahan hati ketika menghadapi kesulitan maupun masalah saat berusaha mencapai tujuannya. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti ingin meninjau lebih lanjut mengenai hubungan antara kesabaran dengan kecenderungan depresi pada mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi selama masa pandemi COVID-19.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesabaran dengan kecenderungan depresi pada mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi selama masa pandemi COVID-19.

(27)

10

C. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi gambaran lebih lanjut mengenai kesabaran dan depresi serta diharapkan dapat membantu pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang psikologi klinis dan dapat menjadi salah satu tambahan hasil penelitian terkait dengan kesabaran dan depresi.

2. Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi para peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara kesabaran dan kecenderungan depresi pada mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi selama masa pandemi COVID-19.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian terkait hubungan antara kesabaran dan depresi sebelumnya sudah pernah dilakukan. Penelitian tersebut dilakukan oleh Triodita (2010) mengenai hubungan antara kesabaran dengan tingkat depresi pada penderita pasca stroke. Akan tetapi, belum ada ditemukan penelitian terkait hubungan antara kesabaran dan depresi pada mahasiswa tingkat akhir. Penelitian mengenai kesabaran pada mahasiswa sebelumnya juga sudah banyak dilakukan salah satunya oleh Safitri (2018), dengan judul hubungan antara kesabaran dengan stress menghadapi ujian pada mahasiswa. Kemudian, ada pula penelitian yang dilakukan oleh Indria et al. (2019), dengan judul hubungan antara kesabaran dan stres akademik pada

(28)

mahasiswa di pekanbaru. Namun, belum ditemukan penelitian yang mengkaji kesabaran pada mahasiswa tingkat akhir. Kemudian, untuk penelitian mengenai depresi pada mahasiswa tingkat akhir sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Krisdianto & Mulyanti (2016), dengan judul mekanisme koping berhubungan dengan tingkat depresi pada mahasiswa tingkat akhir.

Berdasarkan uraian di atas mengenai penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah mengenai hubungan kesabaran dan depresi pada mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi selama masa pandemi COVID-19 yang memiliki perbedaan mendasar yaitu:

1. Keaslian Topik

Topik yang digunakan dalam penelitian ini sudah pernah diteliti pada penelitian terdahulu akan tetapi masih sangat jarang diteliti. Adapun dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat hubungan antara kesabaran dan depresi pada mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi selama masa pandemi COVID-19. Penelitian yang dilakukan oleh Krisdianto & Mulyanti (2016), membahas mengenai bagaimana mekanisme koping berhubungan dengan tingkat depresi pada mahasiswa tingkat akhir. Kemudian, kesabaran pada mahasiswa di pekanbaru diteliti hubungannya dengan tingkat stress akademik pada penelitian yang dilakukan oleh Indria, Siregar, dan Herawaty (2019).

2. Keaslian Teori

Penelitian yang dilakukan oleh Triodita (2010) menggunakan teori dari Beck mengenai depresi sebagai landasan teorinya. Kemudian, pada penelitian

(29)

12

yang dilakukan oleh Safitri (2018), mengenai kesabaran menggunakan teori kesabaran oleh Saqqaf sebagai landasan teorinya. Adapun dalam penelitian ini menggunakan landasan teori Lovibond dan Lovibond (1995), untuk depresi dan teori dari Al Jauziyah (2006), sebagai landasan teori kesabaran.

3. Keaslian Subjek

Belum ada penelitian mengenai hubungan kesabaran dengan depresi pada mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi selama masa pandemi COVID-19.

4. Keaslian Alat Ukur

Penelitian ini menggunakan skala DASS-D oleh Lovibond dan Lovibond (1995), untuk mengukur tingkat depresi dan skala kesabaran oleh Hasanah (2015) untuk mengukur tingkat sabar pada subjek penelitian. Adapun pada penelitian yang dilakukan oleh Triodita (2010), menggunakan skala BDI untuk mengukur tingkat depresi dan skala kesabaran oleh Hasan untuk mengukur tingkat kesabaran pada subjeknya.

(30)

13

BAB II

A. Kecenderungan Depresi

1. Definisi Depresi

Depresi merupakan suatu kondisi dimana seseorang merasakan sesuatu hal yang lebih daripada sedih dan akan menjadi gangguan apabila perasaan tersebut menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari (Pratama & Sulistyarini, 2012). Menurut Freud, depresi merupakan konsekuensi dari rasa marah terhadap diri sendiri yang terkubur dalam alam bawah sadar. Kemudian, Beck menemukan bahwa depresi sebenarnya merupakan konsekuensi dari adanya kepercayaan yang terlalu negatif serta adanya pemrosesan informasi yang bias (Hollon, 2010). Adapun Yosep (Dirgayunita, 2016), mengatakan bahwa depresi merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa yang mempengaruhi perasaan yang ditandai dengan kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, hilangnya semangat serta adanya perasaan tidak berdaya, bersalah, tidak berguna atau putus asa.

Lubis (2009), menyebutkan bahwa depresi biasanya terjadi ketika seseorang mengalami stres yang tidak kunjung reda serta depresi yang dialaminya berkorelasi dengan adanya kejadian dramatis lain yang baru saja menimpa orang tersebut misalnya seperti kematian seseorang yang dianggap penting oleh orang tersebut. Adapun menurut Lovibond dan Lovibond (1995), depresi dilihat dari bagaimana individu kehilangan kepercayaan diri dan insentif serta diasosiasikan dengan adanya probabilitas rendah yang dirasa dalam mencapai tujuan hidup individu tersebut sebagai manusia, tidak hanya

(31)

14

sekedar kesedihan melainkan lebih luas dari hal tersebut. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa depresi merupakan sebuah kondisi dimana individu memiliki permasalahan berkatian dengan emosi atau perasaannya yang biasanya ditandai dengan adanya rasa kesedihan yang berlebihan, timbul rasa putus asa, serta kehilangan motivasi yang dimana hal-hal tersebut kemudian dapat menganggu individu dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

2. Aspek-aspek Depresi

Berdasarkan Lovibond dan Lovibond (1995), aspek-aspek depresi diantaranya adalah:

a. Dysphoria

Disforia adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa tidak tenang atau merasa tidak puas akan hidupnya. Orang-orang yang mengalami disforia mengatakan bahwa pada umumnya mereka memiliki banyak pikiran-pikiran negatif yang tidak realistis dan memiliki hasil akhir yang tidak masuk akal. Disforia biasanya disebabkan oleh banyaknya stresor dari lingkungan sekitar maupun dalam lingkungan pekerjaan, adanya konflik dengan orang terdekat atau keluarga dan bisa juga disebabkan oleh kehilangan orang tersayang.

b. Hopelessness

Hopelesssness atau keputusasan adalah ketika seseorang merasakan atau berada dalam keadaan putus asa atau hilang harapan. Keputusasan seringkali berkontribusi dengan penurunan mood dan dapat

(32)

mempengaruhi bagaimana individu menilai dirinya, orang lain, masalah pribadi bahkan bagaimana individu tersebut menilai dunia. Keputusasan juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang seperti bagaimana individu tersebut merefleksikan pandangan negatif terhadap masa depannya. c. Devaluation of life

Devaluation of life adalah keadaan dimana seseorang mengurangi nilai dari kehidupannya. Individu yang mengalami devaluation of life cenderung merasa dan menganggap bahwa hidupnya tidak memiliki arti dan tidak berharga.

d. Self-deprecation

Self-deprecation adalah sebuah perilaku dimana seseorang mencerca dirinya dengan cara merendahkan dirinya sendiri di depan orang lain. Hal ini juga dilihat ketika individu mencoba membuat dirinya, kemampuannya dan pencapainnya menjadi tidak penting dihadapan orang lain. Orang yang melakukan self-deprecation ini juga memahami kelemahan dan kekurangannya dan tidak takut untuk menunjukkan kelemahan dan kekurangan tersebut kepada orang lain.

e. Lack of interest/involvement

Berkurangnya ketertarikan dan keterlibatan seseorang terhadap berbagai hal. Individu pada umumnya merasa bahwa dirinya tidak mampu mendapatkan ketertarikan untuk melakukan apapun dan juga merasa bahwa dirinya tidak mampu menemukan antusiasme dalam suatu kegiatan.

(33)

16

f. Anhedonia

Ketika seseorang mengalami anhedonia, ia akan merasa kehilangan minat terhadap aktivitas-aktivitas yang dulunya ia senangi. Individu yang mengalami anhedonia juga akan mengalami pengurangan terhadap kemampuannya untuk merasakan kesenangan. Terdapat dua jenis anhedonia diantaranya adalah social anhedonia yaitu ketika seseorang tidak merasa tertarik untuk memiliki hubungan maupun kontak sosial dan tidak mampu merasakan kesenangan dalam situasi sosial dan physical anhedonia yaitu ketidakmampuan seseorang untuk merasakan kesenangan dalam melakukan aktivitas fisik seperti makan, menyentuh atau sex. Anhedonia ini dapat disebabkan oleh pengaruh obat-obatan serta adanya tingkatan stres dan kecemasan yang tinggi.

g. Inertia

Inertia merupakan sebuah tendensi untuk tidak melakukan sesuatu atau tidak mengubah sesuatu atau tetap dalam posisi awal. Inertia pada umumnya terjadi ketika seseorang merasa ‘worn out’ sehingga muncul impuls alamiah untuk melakukan sesuatu yang bersifat pasif yang tidak menggunakan banyak tenaga. Hal yang terjadi adalah, individu pada umumnya kemudian mengisolasikan dirinya, mengabaikan pekerjaannya dan memilih untuk berdiam diri di rumah yang biasanya justru membuat individu tersebut merasa lebih ‘worn out’ dan menghilangkan semangatnya. Individu kemudian cenderung menjadi objek yang sedang beristirahat dan tetap beristirahat secara terus menerus.

(34)

Berdasarkan Nevid, Rathus dan Greene (2005), aspek depresi adalah:

a. Emosional, terdiri dari perubahan mood secara terus menerus, menangis dan meningkatnya iritabilitas.

b. Motivasi, terdiri dari adanya perasaan tidak termotivasi, kesulitan dalam memulai suatu kegiatan bahkan untuk bangun dari tempat tidur, menurunnya tingkat partisipasi dalam kegiatan atau aktivitas sosial, menurunnya minat pada kegiatan seksual dan tidak adanya pemberian respon terhadap pujian atau rewards.

c. Perilaku motorik, terdiri dari pergerakan dan berbicara lebih perlahan daripada biasanya, adanya perubahan terhadap kebiasaan tidur (terlalu sedikit ataupun terlalu banyak), perubahan selera makan (bertambah ataupun kehilangan selera makan), perubahan berat badan (berat badan bertambah ataupun menurun), kurang efektif dalam keberfungsian di tempat kerja ataupun di sekolah.

d. Kognitif, terdiri dari kesulitan untuk berkonsentrasi, adanya pikiran negatif terkait diri sendiri dan masa depan, adanya perasaan bersalah atau menyesal mengenai keadaan di masa lalu, menurunnya self-esteem, adanya pemikiran mengenai kematian atau bunuh diri.

Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui depresi memiliki beberapa aspek. Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan aspek dari Lovibond dan Lovibond (1995), sebagai acuan utama untuk menjelaskan mengenai depresi. Adapun aspeknya terdiri atas dysphoria, hopelessness, devaluation of life, self-deprecation, lack of interest/involvement, anhedonia dan inertia.

(35)

18

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Depresi

Lubis (2009), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan depresi diantaranya adalah situasi yang dapat menurunkan harga diri, situasi yang menghambat tujuan penting atau adanya dilema yang harus dipecahkan, adanya penyakit, gangguan fisik atau abnormalitas, rangkaian situasi stres yang berulang, terjadinya bencana yang tidak terduga dan adanya ketegangan psikologis.

Adapun Bembnowska & Jośko-Ochojska (2015), memaparkan bahwa depresi dapat disebabkan oleh faktor sosiokultural seperti edukasi, agama, kondisi sosial, pola perilaku serta nilai yang dimiliki oleh seseorang. Faktor-faktor tersebut memiliki peran penting dalam mempengaruhi depresi dimana seseorang biasanya tidak mengetahui bagaimana cara menghadapi atau mengatasi masalah yang tengah dihadapi serta tidak mengetahui harus mencari bantuan atau pertolongan pada siapa ketika dihadapkan dengan suatu masalah. Nolen-Hoeksema dan Girgus (1994), juga menyebutkan bahwa depresi akan dialami oleh seseorang apabila dirinya sedang berada dalam keadaan tertekan, ia akan cenderung fokus pada tekanan yang dirasakannya dan secara pasif merenung daripada mengalihkan atau berusaha melakukan aktivitas yang dapat merubah situasi tertekan tersebut.

Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Triodita (2010), menyebutkan bahwa kesabaran memiliki pengaruh pada tingkat depresi seseorang dimana semakin tinggi kesabaran yang dimiliki maka semakin

(36)

rendah tingkat depresinya. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa terdapat hubungan antara kesabaran dan depresi.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa depresi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang berperan penting adalah adanya ketidakmampuan seseorang untuk menghadapi atau mengatasi masalah yang dihadapinya.

B. Kesabaran

1. Definisi Kesabaran

Sabar merupakan kemampuan seseorang untuk tetap tenang saat berada dalam kesulitan, maupun saat sedang frustasi, dalam masalah atau saat sedang menunggu (Schnitker et al., 2019). Menurut Mubarok (Evanurul Marettih & Wahdani, 2017), sabar ialah tabah hati atau tidak adanya keinginan untuk mengeluh ketika dihadapkan dengan godaan maupun rintangan dalam jangka waktu tertentu guna mencapai suatu tujuan. Sabar menurut Mohler (Subandi, 2015), juga diartikan sebagai suatu sikap tidak terburu-buru untuk mendapatkan sesuatu atau sikap untuk menunda mendapatkan apa yang diinginkan. Indria, Siregar, dan Herawaty (2019), menyebutkan bahwa orang yang berperilaku sabar merupakan orang yang dalam menyelesaikan permasalahan yang tengah dihadapinya, ia mampu dengan aktif menjadi orang yang tekun, disiplin, terencana dan terarah.

Adapun dalam agama Islam, sabar adalah satu ajaran yang mempengaruhi atau membuat seseorang untuk senantiasa melakukan tindakan

(37)

20

serta perilaku yang baik dalam menyelesaikan masalah yang tengah dihadapinya (Safitri, 2018). Al Jauziyah (Subandi, 2015), memaparkan bahwa sabar dalam bahasa Arab memiliki 3 makna diantaranya ash-shobru yang berarti menahan atau mengurung, ash-shobir yang berarti obat yang sangat pahit dan tidak disukai orang, dan yang terakhir adalah ash-shobr yang berarti menghimpun dan menyatukan. Jika disimpulkan berdasarkan makna dari bahasa Arab tersebut, sabar berarti menahan diri dari sifat yang keras, mampu menahan penderitaan serta mampu merasakan kehidupan yang terjadi di dalam hidup tanpa mengeluh. Sabar sendiri merupakan salah satu konstruk moral di dalam Al-Qur’an yang paling banyak disebutkan dan memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan baik itu kesehatan mental maupun kesehatan fisik (Khormaei et al., 2015). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sabar merupakan sebuah kemampuan seseorang dalam bersikap tenang, mampu menahan diri, adanya ketabahan hati serta tidak adanya keinginan untuk berkeluh kesah ketika berhadapan dengan suatu masalah atau sedang berada dalam situasi tertekan.

2. Aspek Kesabaran

Aspek kesabaran menurut Al-Jauziyah (2006), terbagi menjadi 5 diantaranya adalah:

a. Menahan diri untuk tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu

Individu yang sabar adalah individu yang mampu memaknai proses yang dilaluinya untuk mencapai sesuatu dan adanya perilaku tidak tergesa-gesa dalam menyelesaikan atau melakukan sesuatu.

(38)

b. Tidak berkeluh kesah ketika ditimpa kesusahan

Individu yang sabar adalah individu yang berani menghadapi segala macam situasi sekalipun situasi tersebut dirasa berat atau membuat dirinya tertekan. Individu yang sabar tidak akan mengeluh apabila dirinya sedang menghadapi masalah bahkan masalah yang berat sekalipun.

c. Menahan diri untuk tidak melemparkan hal-hal yang tidak disukai kepada orang lain

Kemampuan untuk menahan diri untuk tidak melemparkan hal-hal yang tidak disukai kepada orang lain dapat ditunjukkan misalnya dengan bagaimana seseorang dapat menjaga ucapannya, atau bagaimana seseorang berusaha untuk menahan dirinya untuk tidak berbohong, menghina dan melakukan perilaku tercela lainnya.

d. Menahan diri dari dorongan nafsu kemarahan

Kesabaran dapat membantu individu untuk mengontrol emosi negatif yang dirasakannya. Salah satu emosi negatif tersebut adalah kemarahan. Kesabaran dapat membantu individu dalam mengontrol pikiran dan perasannya untuk meredam kemarahan yang dirasakannya serta mengontrol dorongan-dorongan yang timbul dari kemarahan tersebut.

e. Menjaga diri dari berbagai kelebihan yang ada di dunia

Individu yang sabar memiliki kemampuan untuk mengontrol dirinya agar tidak terlarut dalam kenikmatan dunia. Individu dengan tingkat kesabaran yang baik mampu untuk memenuhi kebutuhannya sesuai

(39)

22

dengan apa yang memang ia butuhkan dan merasa cukup dengan hal tersebut.

Adapun Schnitker (Bülbül & Izgar, 2017), menyebutkan bahwa kesabaran terbagi menjadi tiga, diantaranya adalah:

a. Kesabaran dalam kehidupan sehari-hari

Kesabaran dalam kehidupan sehari-hari misalnya dideskripsikan dengan bagaimana seseorang menunggu hal-hal yang biasanya dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti misalnya dalam keadaan macet di jalanan, menunggu bus atau pesawat atau bahkan menunggu antrian disebuah restoran.

b. Kesabaran dalam kesulitan yang dialami di kehidupan sehari-hari

Kesabaran dalam kesulitan yang dialami di kehidupan sehari-hari merupakan bagaimana seseorang dapat mengatasi hal-hal yang menantang misalnya penyakit kronis, permasalahan keuangan dan sebagainya. c. Kesabaran interpersonal

Kesabaran interpersonal merupakan bagaimana seseorang dapat memberikan toleransi kepada orang lain dalam hubungan sosialnya. Misalnya, kesabaran interpersonal ini dapat dilihat dalam situasi seperti ketika seseorang memiliki hubungan dengan atasan, orangtua, atau murid yang menantang.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa aspek dari kesabaran. Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan aspek dari Al-Jauziyah (2006), sebagai acuan utama dalam menjelaskan mengenai

(40)

kesabaran. Adapun aspek kesabaran dari Al-Jauziyah (2006), diantaranya adalah menahan diri untuk tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu, tidak berkeluh kesah, menahan diri untuk tidak melemparkan hal-hal yang tidak disukai kepada orang lain, menahan diri dari dorongan nafsu kemarahan, dan menjaga diri dari berbagai kelebihan yang ada di dunia.

C. Mahasiswa Tingkat Akhir yang Sedang Mengerjakan Skripsi Selama Masa Pandemi COVID-19

1. Mahasiswa Tingkat Akhir

Mahasiswa merupakan peserta didik yang telah terdaftar dalam suatu universitas atau perguruan tinggi (Ramadhani, 2016). Untuk menggapai suatu gelar yang dalam hal ini adalah gelar sarjana, mahasiswa tingkat akhir pada umumnya diberi kewajiban untuk menyelesaikan sebuah tugas akhir atau yang lebih dikenal dengan istilah skripsi (Sari & Indrawati, 2016). Menurut Yesamine (Roellyana & Listiyandini, 2016), dalam mengerjakan skripsi, mahasiswa tingkat akhir dituntut untuk mempunyai rasa optimis serta semangat hidup yang tinggi agar mampu mencapai prestasi yang optimal serta mampu untuk berperasn aktif baik itu dalam masalah akademis maupun non-akademis. Kemudian, Roellyana dan Listiyandini (2016), memaparkan bahwa dalam proses pengerjaan skripsi tersebut, mahasiswa tingkat akhir juga mengalami kesulitan-kesulitan seperti kesulitan dalam mencari tema, judul, sampel maupun alat ukur skripsi, kesulitan dalam mendapatkan referensi, adanya keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian, proses revisi yang

(41)

berulang-24

ulang serta adanya masalah hubungan dengan dosen pembimbing, dan lain-lain. Banyaknya kesulitan yang dialami selama proses pengerjaan skripsi tersebut berdasarkan Nurhindazah dan Kustanti (2016), dapat memunculkan perasaan negatif seperti timbulnya ketegangan, kekhawatiran, stres, frustasi, rendah diri, bahkan kehilangan motivasi yang berakibat mahasiswa tingkat akhir menunda pengerjaan skripsinya bahkan sampai memutuskan untuk tidak menyelesaikannya.

2. Pandemi COVID-19

Pandemic atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan pandemi, seringkali didefinisikan dengan sebuah epidemi dalam skala yang lebih besar (Morens et al., 2009). Epidemi sendiri berdasarkan Oxford Dictionary Online adalah sebuah kasus dengan jumlah besar terhadap suatu penyakit atau sebuah kondisi medis yang terjadi secara bersamaan pada komunitas tertentu. World Health Organization (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020 dengan resmi menyatakan bahwa Corona Virus Desease 19 (COVID-19) sebagai pandemi.

COVID-19 bermula di Wuhan pada bulan Desember 2019 dan kemudian menyebar keseluruh Cina dan hingga saat ini terus menyebar kebeberapa negara lainnya dan terus berkembang (Lipsitch et al., 2020). COVID-19 merupakan salah satu bagian dari keluarga coronavirus yang dapat menyebabkan penyakit baik itu pada manusia maupun pada hewan (WHO, 2020). Secara umum, COVID-19 adalah penyakit akut yang dapat disembuhkan namun juga dapat menjadi mematikan dengan resiko kematian sebesar 2% (Xu et al., 2020). WHO (2020), menyebutkan bahwa virus ini

(42)

ditularkan melalui tetesan kecil atau droplets dan air liur yang dapat menyebar ketika terjadi kontak dekat antar individu terutama dibagian wajah. Apabila tertular virus ini, maka individu akan mengalami sejumlah kondisi medis seperti permasalahan pernapasan ringan yang pada umumnya tidak membutuhkan penanganan khusus. Lansia dan individu yang memiliki penyakit bawaan seperti sakit jantung, diabetes, permasalahan pernapasan kronis dan kanker adalah kelompok yang lebih rentan terkena virus ini yang kemudian dapat berpotensi memunculkan penyakit yang lebih serius hingga kematian. Oleh karena itu, WHO memberikan rekomendasi untuk melakukan social dan physical distancing. Hal tersebut sebagai salah satu upaya untuk menekan laju penyebaran virus ini. Melakukan social dan physical distancing terutama jika bertemu dengan individu yang sedang batuk atau bersin, diharapkan dapat membantu individu menghindari kemungkinan terkena droplets dari orang lain yang kemungkinan sudah terkena COVID-19 ini.

D. Hubungan Antara Kesabaran dan Kecenderungan Depresi pada Mahasiswa Tingkat Akhir yang Sedang Mengerjakan Skripsi

Selama Masa Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 menyebabkan masyarakat di seluruh dunia dihimbau untuk melakukan physical distancing dan tetap berada di rumah dan tidak berpergian apabila tidak diperlukan. Hal tersebut dilakukan dengan harapan mampu menekan laju penyebaran virus. Pemerintah Indonesia sendiri telah menetapkan himbauan untuk melakukan work from home kepada masyarakat dan melakukan

(43)

26

lock down. Adanya himbauan work from home ini kemudian mengakibatkan beberapa kantor, instansi, sekolah, perguruan tinggi hingga akses jalanan di tutup. Salah satu yang terkena dampak dari sistem ini adalah mahasiswa. Sebagian besar perguruan tinggi menerapkan work from home bagi stafnya dan melakukan pembelajaran secara online bagi mahasiswanya. Tidak hanya belajar-mengajar, diskusi bahkan ujian pun juga dilakukan secara online. Hal ini tentu sedikit meresahkan mahasiswa, salah satunya adalah mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi.

Selama proses pengerjaan skripsi, seringkali mahasiswa tingkat akhir menemukan berbagai kesulitan seperti adanya kesulitan dalam penentuan judul, alat ukur, sampel atau responden skripsi, kesulitan dalam menemukan referensi, hingga adanya hubungan yang kurang baik bersama pembimbing. Kesulitan-kesulitan tersebut dapat membuat mahasiswa tingkat akhir mengembangkan perasaan-perasaan negatif sepeti ketegangan, kekhawatiran, stres, frustasi, rendah diri, bahkan kehilangan motivasi yang kemudian membuat mahasiswa tersebut menunda ataupun sama sekali tidak melanjutkan skripsinya (Roellyana & Listiyandini, 2016). Kemudian, dengan adanya pandemi COVID-19 yang mengharuskan mahasiswa tingkat akhir mengerjakan skripsinya secara online tanpa bisa berdiskusi secara langsung bersama dosen, serta adanya keterbatasan referensi dan pelaksanaan penelitian karena tidak diperbolehkan untuk keluar rumah, makin menyulitkan mahasiswa dalam menyelesaikan skripsinya. Banyaknya kesulitan serta tekanan dan hambatan yang dialami oleh mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyelesaikan skripsinya tersebut dapat memunculkan depresi pada mereka. Hal

(44)

ini sesuai dengan pernyataan Lubis (2009), yang menyebutkan bahwa adanya stres yang berulang dan tidak kunjung selesai dapat memunculkan depresi pada seseorang. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Krisdianto & Mulyanti (2016), yang menunjukkan bahwa sebanyak 45,7% dari subjeknya mengalami depresi ringan dan 13,0% mengalami depresi sedang. Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Usha & Solomon (2017), sebanyak 23,3% subjek mengalami depresi ringan, 23,3% mengalami depresi sedan, 13,3% mengalami depresi berat dan 11,7% mengalami depresi sangat berat.

Berdasarkan kondisi tersebut, dibutuhkan suatu keterampilan pada mahasiswa tingkat akhir sebagai upaya agar dirinya tidak mengalami depresi saat mengerjakan skripsinya terutama selama masa pandemi COVID-19 ini. Depresi sendiri berdasarkan Lovibond dan Lovibond (1995), memiliki aspek diantaranya dysphoria, hopelessness, devaluation of life, self-deprecation, lack of interest/involvement, anhedonia dan inertia. Adanya tingkat religiusitas yang baik dapat membantu menurunkan tingkat depresi pada seseorang. Saifudin dan Ersanda (2017), menyebutkan bahwa pada dasarnya, depresi memiliki beberapa penatalaksaan diantaranya adalah terapi dengan obat-obatan, terapi psikofarma dan terapi keagamaan. Satrianegara (2014), juga menambahkan bahwa religiusitas dapat meningkatkan taraf hidup dan kesehatan. Salah satu bentuk religiusitas yang dapat membantu adalah sabar. Kesabaran sendiri dalam Islam merupakan salah satu anjuran dari Allah SWT yang dapat membantu seseorang menghadapi permasalahan dalam hidup (Indria et al., 2019). Adapun aspek-aspek dalam kesabaran menurut Al-Jauziyah (2006), adalah menahan diri untuk tidak

(45)

tergesa-28

gesa dalam melakukan sesuatu, tidak berkeluh kesah, menahan diri untuk tidak melemparkan hal-hal yang tidak disukai kepada orang lain, menahan diri dari dorongan nafsu kemarahan, dan menjaga diri dari berbagai kelebihan yang ada di dunia.

Dysphoria atau disforia merupakan suatu kondisi dimana seseorang merasa tidak tenang atau tidak puas dengan hidupnya. Seseorang yang mengalami disforia umumnya memiliki banyak pikiran negatif. Salah satu penyebabnya adalah karena banyaknya stresor baik di lingkungan sekitar maupun di lingkungan pekerjaan. Menahan diri untuk tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu dapat membantu menghindari adanya disforia. Menahan diri ini bertujuan agar individu mampu mengontrol dirinya dan memaknai proses yang dilaluinya dalam mencapai sesuatu. Dengan bersikap tenang, individu akan mampu mencapai tujuannya dengan lebih maksimal. Sikap tenang ini berdasarkan Putri & Lukmawati (2016), apabila seseorang dapat mencapai ketenangan qolbu, menurut Q.S. Al-Fajr ayat 27 – 28 yang berisi :

يَا يَيَّتُاَا َّنَّفُس ُ َُّْسطََََََِّّّْ ُ (27) اطْطَُِِّ إَ طى طبِّكَِ ََِْطََُِ َُِْطََّةًَ (28) Artinya: “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati

yang puas lagi di ridhionya.” Berdasarkan tafsir dari ayat tersebut, telah ditegaskan oleh Allah SWT bahwa apabila seseorang memiliki jiwa yang tenang, maka ia akan mampu mengerjakan apa yang harus dikerjakannya dengan sebaik-baiknya dan memperoleh segala apa yang dijanjikan oleh Allah, termasuk ketenangan dan kepuasan. Putri dan Lukmawati (2016), juga memaparkan bahwa ketenangan ini bisa didapatkan

(46)

apabila individu telah mencapai tahap kesabaran yang sempurna dimana ketika seseorang telah mencapai tahapan tersebut, Allah akan menjadikan sifat sabarnya sebagai anugerah dengan memberikan nikmat kebahagiaan, ketenangan serta kelegaan batin.

Kemudian, ketika seseorang mengalami depresi ia akan merasakan hopelessness atau keputusasaan. Perasaan ini seringkali berkontribusi dengan menurunnya mood dan dapat mempengaruhi penilaian individu terhadap dirinya, orang lain, masalah pribadinya bahkan dunia. Perasaan ini dapat diatasi apabila seseorang mampu untuk menahan diri dari dorongan nafsu. Kesabaran dinilai mampu membantu individu untuk mengontrol emosi-emosi negatif yang di rasakannya. Adapun perilaku sabar dapat dilatih dengan menanamkan keyakinan akan adanya balasan bagi orang-orang yang sabar dari Allah SWT (Yusuf & Kahfi, 2018). Dengan menanamkan keyakinan tersebut, seseorang dapat kembali memiliki harapan yaitu dengan berharap kepada Allah SWT. Selain itu, Sukino (2018), juga menjelaskan bahwa kesabaran dapat membantu individu untuk mendapatkan gambaran nyata dari tujuan yang ingin dicapainya sehingga ia mampu menyinergikan antara potensi beserta arah tujuan yang ingin dicapainya. Hal ini guna mendapatkan hasil yang maksimal serta mampu memandang dirinya, orang lain, dunia, bahkan masa depannya dengan lebih positif.

Selanjutnya adalah devaluation of life. Devaluation of life adalah keadaan dimana seseorang cenderung merasa bahwa hidupnya tidak memiliki arti dan tidak berharga. Perasaan seperti ini dapat dihilangkan dengan memiliki sikap menjaga diri dari berbagai kelebihan yang ada di dunia. Kemampuan ini dapat membantu

(47)

30

individu dalam mengontrol dirinya agar mampu merasa cukup dengan hal-hal yang dia butuhkan dan tidak terlarut dalam kenikmatan dunia. Adanya perasaan cukup tersebut akan membantu individu dalam merasakan syukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah SWT. Timbulnya perasaan dalam diri seseorang bahwa hidupnya tidak berharga dan tidak memiliki arti bisa jadi disebabkan oleh tingginya hawa nafsu untuk memiliki banyak hal di dunia. Hal ini sejalan dengan Zulhammi (2016), yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa hawa nafsu manusia selalu mendorong kearah keburukan karena selalu mengarahkan manusia hanya untuk mencari kenikmatan hidup dan kemegahan dunia dimana kedua hal tersebut dapat mencelakakan seseorang apabila tidak terkendali. Sehingga apabila seseorang dapat sabar menahan nafsunya dan mampu untuk merasa cukup dengan hal-hal yang memang dibutuhkan olehnya, perilaku tersebut dapat membantu menghindari adanya perasaan devaluation of life.

Lack of interest/involvement merupakan berkurangnya ketertarikan atau keterlibatan seseorang dalam berbagai hal. Individu pada umumnya akan merasa bahwa dirinya tidak mampu mendapatkan ketertarikan untuk melakukan apapun. Kemudian, anhedonia. Anhedonia dirasakan oleh individu dalam bentuk hilangnya minat terhadap aktivitas yang dulunya disenangi. Inertia merupakan sebuah tendensi untuk tidak melakukan sesuatu. Individu cenderung melakukan sesuatu yang bersikap pasif ketika dirinya merasa kelelahan atau “worn out” dan kemudian mengisolasikan dirinya serta mengabaikan pekerjaan yang biasanya ia lakukan, yang justru membuat dirinya makin lelah dan kehilangan semangat. Sabar dengan tidak berkeluh kesah bahkan ketika sedang dihadapkan dengan segala macam

(48)

situasi termasuk situasi yang dirasa berat, dapat membantu menangani ketiga aspek depresi tersebut. Dengan tidak berkeluh kesah menunjukkan bahwa individu mampu melewati segala permasalahan yang sedang dihadapinya dan tidak menghindar atau mengabaikannya. Hal ini juga sejalan dengan penelitian oleh Yusuf & Kahfi (2018), yang memaparkan bahwa konsep sabar dalam psikologi barat dapat dikaitkan dengan resiliensi. Resiliensi atau ketabahan diartikan sebagai kemampuan individu untuk beradaptasi dan bagaimana dirinya mampu menghadapi kesulitan dan bangkit kembali dari situasi yang sulit. Yusuf & Kahfi (2018), juga memaparkan bahwa orang yang memiliki resiliensi atau ketabahan yang tinggi, maka ia akan mampu kembali ke kondisi dirinya yang normal setelah menghadapi masalah meskipun mungkin merasakan tekanan di awal. Orang dengan ketabahan yang baik akan mampu memutus perasaan tidak sehat dengan cepat sehingga dirinya dapat tumbuh menjadi orang yang lebih kuat. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki kesabaran, maka ia mampu bangkit dari masalah yang dihadapinya dengan lebih baik dan tidak mengembangkan perasaan lack of interest/involvement, anhedonia dan inertia.

Self-deprecation adalah sebuah perilaku dimana seseorang mencerca dirinya dengan cara merendahkan dirinya dihadapan orang lain. Orang yang melakukan self-deprecation ini juga memahami kelemahan dan kekurangannya dan tidak takut untuk menunjukkan kelemahan dan kekurangan tersebut kepada orang lain. Menahan diri untuk tidak melemparkan hal-hal yang tidak disukai kepada orang lain adalah aspek kesabaran yang dapat dilakukan untuk menghindari perilaku self-deprecation. Dengan sabar, seseorang mampu untuk menjaga ucapannya dan

(49)

32

menahan dirinya untuk tidak melakukan perilaku tercela atau menghina termasuk menghina dirinya sendiri. Kesabaran juga dapat membantu seseorang untuk mengontrol perilakunya dengan lebih baik. Hal ini sejalan dengan penelitian Yusuf & Kahfi (2018), yang memaparkan bahwa kesabaran dalam psikologi barat erat kaitannya dengan self-acceptance yaitu sejauh mana seseorang mampu menerima dirinya. Seseorang yang sabar akan mampu menerima dirinya baik kekurangan maupun kelebihannya dan menyadari bahwa semua hal tersebut adalah pemberian dari Allah SWT. Dengan keyakinan tersebut, seseorang yang sabar akan lebih mampu untuk mengontrol diri, lisan, serta perilakunya agar tidak melakukan perilaku tidak terpuji seperti merendahkan diri sendiri dihadapan orang lain.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesabaran dapat membantu seseorang dalam menghadapi masalah-masalah baik itu masalah secara umum maupun permasalahan-permasalahan psikologis. Dalam hal ini, jika mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi selama pandemi COVID-19 memiliki tingkat kesabaran yang baik, maka dirinya akan mampu menghadapi permasalahan-permasalahan terkait pengerjaan skripsinya dengan lebih baik dan akan mengurangi potensi dirinya mengalami depresi.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah adanya hubungan negatif antara kesabaran dan kecenderungan depresi pada mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi selama masa pandemi COVID-19. Semakin tinggi kesabaran yang dimiliki mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi selama

(50)

masa pandemi COVID-19, semakin rendah kecenderungan depresi yang dialami dan sebaliknya, semakin rendah kesabaran yang dimiliki maka tingkat kecenderungan depresi yang dialami akan semakin meningkat.

(51)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Untuk menjawab tujuan serta hipotesis dari penelitian yang diajukan, maka variabel dalam penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Depresi 2. Variabel Bebas : Kesabaran

B. Definisi Operasional Penelitian 1. Kecenderungan Depresi

Depresi merupakan suatu kondisi dimana individu merasakan kesedihan berlebih yang kemudian hal tersebut dapat mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Adapun aspek-aspek yang terdapat di dalam depresi diantaranya adalah disphoria, hopelessness, devaluation of life, self-deprecation, lack of interest/involvement, anhedonia dan inertia (Lovibond&Lovibond, 1995). Depresi pada penelitian ini akan diukur menggunakan skala DASS-D (Depression Anxiety Stress Scale) berjumlah 14 aitem dimana skala tersebut akan mengevaluasi tingkat depresi yang dialami oleh seseorang. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka akan semakin tinggi tingkat depresi yang dialami dan semakin rendah skor yang diperoleh, maka akan semakin rendah pula tingkat depresi yang dialami oleh seseorang.

Gambar

Tabel 6. Responden berdasarkan jenis kelamin

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Tingkat Stres Terhadap Motivasi Mahasiswa dalam Menyelesaikan Skripsi pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Relationship Between Stress

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara daya juang dengan prokrastinasi akademik, tingkat daya juang dalam mengerjakan skripsi, tingkat

Dari hasil analisis yang telah dilakukan juga terlihat bahwa karakteristik hardiness mahasiswa yang mengerjakan skripsi di tahun pertama dan ketiga termasuk dalam

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, telah dilaksanakannya pelatihan analisis data bagi mahasiswa tingkat akhir di luar bidang statistika untuk lebih

Interpretasi Tingkat Depresi Berdasarkan DASS Kategori Jumlah Responden Persentase Normal 335 63,20% Ringan 128 24,15% Sedang 65 12,26% Berat 2 0,04% Dari tabel 6

KESIMPULAN Penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa tingkat akhir FKIP Untirta yang sedang menyusun skripsi pada semester genap tahun 2023 secara umum memiliki tingkat Self

Gambaran resilien mahasiswa Psikologi Islam IAIN Kediri tingkat akhir yang mengerjakan skripsi sambil bekerja dalam penelitian ini yang berjumlah 6 subjek dapat dilihat dari kemampuan

Hubungan Stres Terhadap Perilaku Emotional Eating Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Sriwijaya.. Regulasi emosi pada mahasiswa suku Jawa, suku