• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Optimisme terhadap Resiliensi pada Mahasiswa Tingkat Akhir yang Mengerjakan Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peranan Optimisme terhadap Resiliensi pada Mahasiswa Tingkat Akhir yang Mengerjakan Skripsi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

[29]

Prosiding Konferensi Nasional Peneliti Muda Psikologi Indonesia 2016 Vol. 1, No. 1, Hal 29-37

Peranan Optimisme terhadap Resiliensi pada Mahasiswa Tingkat Akhir

yang Mengerjakan Skripsi

Shahnaz Roellyana1 Ratih Arruum Listiyandini2 Fakultas Psikologi Universitas YARSI

shahnazroellyana93@gmail.com

ABSTRAK

Berbagai tantangan dan kesulitan yang disebabkan oleh pengerjaan skripsi adalah permasalahan yang tidak dapat dihindari bagi setiap mahasiswa tingkat akhir. Oleh karena itu, mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi membutuhkan peran resiliensi. Resiliensi adalah kualitas pribadi yang memungkinkan individu untuk bangkit ketika menghadapi kesulitan. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa resiliensi bisa dipengaruhi oleh faktor protektif internal, salah satunya adalah optimisme. Optimisme adalah keyakinan individu untuk mendapatkan hasil yang baik dan memiliki harapan positif saat dihadapkan dengan kesulitan. Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui peranan optimisme terhadap resiliensi pada mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi. Penelitian ini menggunakan teknik sampling insidental, dengan jumlah sampel 151 mahasiswa tingkat akhir yang telah mengerjakan skripsi lebih dari 1 semester dengan rentang usia 21-25 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah skala Life Orientation Test Revised (LOT-R) dan Connor Davidson Resilience Scale (CD-RISC) yang telah diadaptasi. Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa optimisme berperan secara signifikan terhadap resiliensi pada mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi sebesar 12.3%. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi memiliki keyakinan untuk mendapatkan hasil yang baik dan selalu berpikiran positif, maka itu akan membantu mereka untuk lebih mampu menghadapi kesulitan yang terjadi selama proses pengerjaan skripsi.

Kata Kunci: Mahasiswa Tingkat Akhir, Skripsi, Optimisme, Resiliensi

PENDAHULUAN

Dalam dunia perguruan tinggi mahasiswa akan mempelajari teori-teori dan menempuh SKS semester demi semester terkait dengan jurusan yang dipilihnya. Setelah sampai pada tingkat akhir dan telah mencapai jumlah SKS yang dijadikan prasyarat untuk menempuh ketahapan berikutnya, mahasiswa akan masuk pada tahap terakhir dalam dunia perkuliahan, yaitu tugas akhir atau yang disebut juga dengan skripsi. Skripsi adalah

syarat wajib untuk mahasiswa meraih gelar sarjana. Skripsi merupakan karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa program sarjana pada akhir masa studinya berdasarkan hasil penelitian, atau kajian kepustakaan, atau pengembangan terhadap suatu masalah yang dilakukan secara seksama (Darmono & Hasan, 2005).

Mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi dituntut untuk memiliki rasa optimis, semangat hidup yang tinggi, mencapai prestasi optimal dan berperan aktif dalam menyelesaikan

(2)

[30] masalah, baik masalah akademis maupun non-akademis (Yesamine, 2000). Namun pada kenyataannya, tidak sedikit mahasiswa yang merasa terbebani dan mengalami berbagai kesulitan dalam mengerjakan skripsi. Kesulitan-kesulitan tersebut, seperti kesulitan dalam hal mencari tema, judul, sampel, alat ukur yang digunakan, kesulitan mendapatkan referensi, keterbatasan waktu penelitian, proses revisi yang berulang-ulang, dosen pembimbing yang sibuk dan sulit ditemui, lamanya umpan balik dari dosen pembimbing ketika menyelesaikan skripsi, dan lain-lain (Maritapiska dalam Wulandari, 2012).

Dalam menghadapi berbagai kesulitan yang diakibatkan oleh pengerjaan skripsi, mahasiswa membutuhkan peran resiliensi. Resiliensi adalah kapasitas individu untuk menghadapi dan mengatasi serta merespon secara positif kondisi-kondisi tidak menyenangkan yang tidak dapat dihindari, dan memanfaatkannya untuk memperkuat diri sehingga mampu beradaptasi terhadap perubahan, tuntutan, dan kekecewaan yang muncul dalam kehidupan (Dewi, 2014). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa resiliensi bisa dipengaruhi oleh adanya faktor protektif internal di dalam individu itu sendiri. Riset di negara Barat menunjukkan bahwa faktor protektif yang secara umum dianggap berperan adalah regulasi emosi, pengendalian diri, fleksibilitas kognitif, efikasi diri, empati, keinginan mencari tantangan baru, dan optimisme (Revich & Shatte dalam Listiyandini & Akmal, 2015).

Poetry (2010) berpendapat bahwa individu dengan resiliensi yang baik adalah individu yang optimis, yang percaya bahwa segala sesuatu dapat berubah menjadi lebih baik. Optimisme merupakan salah satu bagian dari kekuatan karakter menurut Peterson & Seligman (2004). Optimisme adalah suatu sikap individu yang memiliki harapan kuat terhadap segala sesuatu walaupun sedang menghadapi masalah, karena individu tersebut yakin mampu memecahkannya (Slamet, 2014). Dalam

menerima kekecewaan, individu yang optimis cenderung menerima dengan respon aktif, tidak putus asa, merencanakan tindakan ke depan, mencari pertolongan, dan melihat kegagalan sebagai sesuatu yang dapat diperbaiki (Adilia, 2010). Oleh karena itu, mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi membutuhkan peran optimisme agar dalam proses penyelesaian skripsi mahasiswa tingkat akhir memiliki sikap menerima masukan-masukan pembimbing dengan respon aktif, tidak mudah putus asa apabila menemukan kesulitan-kesulitan terkait skripsinya, merencanakan pengerjaan skripsi dengan lebih terjadwal, dan berusaha mencari jalan keluar saat menemui hambatan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ningrum (2011) dengan menggunakan sampel 80 mahasiswa menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan antara optimisme dengan coping stress mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Artinya semakin tinggi optimisme mahasiswa, maka semakin baik pula coping stress yang dimilikinya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah optimisme mahasiswa, maka semakin buruk coping stress. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rosyani (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara resiliensi dan coping. Artinya, semakin tinggi resiliensi maka semakin tinggi pula kemampuan coping stress. Dari dua penelitian tersebut, maka dapat diindikasikan bahwa optimisme juga dapat berkorelasi dengan resiliensi pada mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi. Namun demikian, pada penelitian yang dilakukan oleh Listiyandini & Akmal (2015) dengan menggunakan sampel 35 mahasiswa menunjukkan bahwa kekuatan karakter optimisme tidak berkorelasi dengan resiliensi. Adanya perbedaan beberapa data penelitian tersebut, mendorong peneliti untuk mencari tahu dan menggali lebih lanjut mengenai peranan optimisme terhadap resiliensi pada

(3)

[31] mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin membuktikan bahwa optimisme berperan terhadap resiliensi pada mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi. Mahasiswa yang mengerjakan skripsi dengan optimisme tinggi akan cenderung memiliki resiliensi yang lebih tinggi. Sebaliknya, apabila optimisme mahasiswa yang mengerjakan skripsi rendah, maka resiliensinya akan cenderung lebih rendah. Optimisme

Scheier dan Carver (2002) mendefinisikan optimisme sebagai keyakinan individu secara umum akan hasil yang baik dari usahanya, yang kemudian mendorong individu tersebut untuk terus berusaha dalam mencapai tujuan, serta adanya keyakinan untuk selalu mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya. Scheier dan Carver (2001) menyatakan bahwa konsep optimisme berfokus pada ekspektasi individu terhadap masa depan. Konsep ini memiliki ikatan dengan teori psikologi mengenai motivasi, yang disebut dengan expectancy-value theories. Expectancy-value theories terdiri dari:

1. Tujuan (goals)

Tujuan adalah tindakan, kondisi akhir, atau nilai yang individu lihat sebagai sesuatu yang diinginkan atau tidak diinginkan. Individu akan mencoba menyesuaikan perilaku, menyesuaikan dirinya terhadap apa yang ingin dicapai, dan individu akan mencoba untuk menghindari apa yang tidak mereka inginkan.

2. Harapan (expectancies)

Perasaan percaya diri atau ragu-ragu mengenai kemampuan meraih tujuan (goal). Dengan adanya kepercayaan diri yang cukup individu akan berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Optimisme akan

mengarahkan individu untuk selalu memiliki harapan yang positif dan memiliki hasil yang baik akan masa depannya.

Resiliensi

Connor dan Davidson (2003) mendefinisikan resiliensi sebagai: “Resilience embodies the personal qualities that enable one to thrive in the face of adversity“. Menurut Connor dan Davidson (2003), resiliensi meliputi kualitas pribadi yang memungkinkan individu untuk bangkit ketika menghadapi kesulitan.

Connor dan Davidson (2003) menyatakan bahwa resiliensi terdiri dari lima aspek, yaitu :

1 Kompetensi personal, standar tinggi, dan keuletan

2. Kepercayaan pada diri sendiri, toleransi terhadap afek negatif, dan kuat atau tahan dalam kondisi stres 3. Menerima perubahan secara positif dan

dapat membuat hubungan yang aman dengan orang lain

4. Pengendalian diri 5. Pengaruh spiritual

Mahasiswa Tingkat Akhir yang Mengerjakan Skripsi

Secara umum mahasiswa tingkat akhir adalah mahasiswa yang hampir menyelesaikan semua mata kuliahnya dan sedang mengambil tugas akhir atau skripsi (Pratiwi & Lailatulshifah, 2012). Menurut Winkel (2004) periode usia mahasiswa tingkat akhir adalah antara rentang usia 21-25 tahun. Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan atau fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku (Zuchrufia, 2013).

Skripsi dibuat agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi

(4)

[32] dianggap mampu memadukan pengetahuan dan keterampilannya dalam memahami, menganalisis, menggambarkan, dan menjelaskan masalah yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya (Andarini & Fatma, 2013).

Tetapi pada kenyataannya, mahasiswa mengalami tantangan dan hambatan dalam proses penyelesaian studinya. Hambatan tersebut misalnya rasa malas, adanya mis-komunikasi dengan dosen pembimbing, kesulitan memperoleh bahan atau referensi, kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya dukungan, ketidakmampuan mengatur waktu, serta adanya aktivitas lain seperti bekerja paruh waktu (Andarini & Fatma, 2013).

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Desain yang digunakan adalah asosiatif. Tujuan penelitian kuantitatif ini adalah untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti yaitu untuk mengetahui peranan optimisme terhadap resiliensi pada mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi. Dalam penelitian ini, peneliti berhipotesis bahwa optimisme berperan secara signifikan terhadap resiliensi pada mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi.

Partisipan Penelitian Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi diwilayah DKI Jakarta. Peneliti mengambil populasi di DKI Jakarta karena berdasarkan data grafik statistik Dikti, Provinsi DKI Jakarta termasuk dalam populasi mahasiswa kedua terbesar dengan jumlah mencapai 500.858 mahasiswa

(http://forlap.dikti.go.id/mahasiswa/homegr aphjenjang).

Karakteristik Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 151 mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi.

Peneliti juga menetapkan karakteristik subjek yang akan terlibat dalam penelitian ini, yaitu:

1. Subjek adalah mahasiswa tingkat akhir yang sudah mengerjakan skripsi lebih dari satu semester (6 bulan) dan masih pada fase 7 tahun kuliah, karena peneliti menduga bahwa mahasiswa yang telah mengerjakan skripsi lebih dari satu semester, akan lebih banyak mengalami kejenuhan sehingga optimismenya akan lebih rentan, dibandingkan dengan mahasiswa yang baru memulai penyusunan skripsi.

2. Subjek berada pada rentang usia 21-25 tahun dengan berdasarkan rentang usia mahasiswa tingkat akhir menurut Winkel (2004).

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling. Desain non-probability sampling yang digunakan yaitu, sampling insidental.

Instrumen Penelitian Skala Optimisme

Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk mengukur optimisme adalah Life Orientation Test Revised (LOT-R) yang disusun oleh Scheier, Carver, & Bridges (1994). Alat ukur Life Orientation Test Revised (LOT-R) dibuat menjadi tiga jenis aitem, yaitu aitem positif, aitem negatif, dan aitem pengalih. Namun, dalam penghitungan skor akhir yang akan diperhitungkan hanya aitem-aitem positif dan negatif, sedangkan aitem-aitem pengalih tidak diikutsertakan dalam penghitungan.

(5)

[33] Skala LOT-R diuji coba kepada 50 mahasiswa dan memperoleh nilai setiap aitem LOT-R pada corrected item total correlation >0.2 dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,624.

Skala Resiliensi

Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk mengukur resiliensi adalah Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) yang disusun oleh Connor & Davidson (2003), yang mengacu pada lima aspek resiliensi dari Connor & Davidson (2003).

Skala CD-RISC diuji coba kepada 70 mahasiswa dan memperoleh nilai setiap aitem CD-RISC pada corrected item total correlation >0.2 dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,868.

ANALISIS & HASIL Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov dan mendapatkan signifikansi >0.05 yaitu p=0.319, dengan demikian data penelitian ini berdistribusi normal.

Uji Linieritas

Uji linieritas mendapatkan signifikansi >0.05 yaitu p=0.479, dengan demikian kedua variabel memiliki hubungan yang linier.

Uji Korelasi

Uji korelasi dalam penelitian ini menggunakan pearson product moment dan mendapatkan korelasi positif yang signifikan antara optimisme dan resiliensi dengan r=0.351 (p=0.000).

Uji Regresi

Analisis regresi sederhana antara optimisme dan resiliensi mendapatkan nilai F=20.900 dan p=0.000. Selain itu didapatkan juga koefisien determinsi (R square) yaitu 0.123 atau 12.3%.

Uji Beda

Hasil analisis uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara optimisme jika ditinjau dari asal universitas responden (F=4.013, p<0.05). Analisis deskriptif menunjukkan bahwa mahasiswa yang berkuliah di universitas negeri memiliki rata-rata optimisme yang lebih tinggi (µ=17.91) dibandingkan dengan mahasiswa yang berkuliah di universitas swasta (µ=17.58). Lebih lanjut, hasil analisis korelasi antara usia dengan optimisme menunjukkan terdapat korelasi positif sebesar r=0.219 dengan nilai signifikansi p=0.007.

Hasil analisis uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara resiliensi jika ditinjau dari jenis kelamin responden (F=6.325, p<0.05). Analisis deskriptif menunjukkan bahwa mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki memiliki rata-rata resiliensi yang lebih tinggi (µ=75.23) dibandingkan dengan mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan (µ=71.90).

DISKUSI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa optimisme berperan secara signifikan (F=20.900, p<0.01) terhadap resiliensi, dengan kontribusi sebesar 12.3%. Dengan demikian, hipotesis bahwa optimisme berperan secara signifikan terhadap resiliensi mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi dapat diterima. Optimisme adalah keyakinan individu untuk mendapatkan hasil yang baik dan memiliki harapan yang positif saat dihadapkan dengan berbagai kesulitan, sedangkan resiliensi adalah kapasitas individu untuk mengatasi serta merespon secara positif kesulitan-kesulitan yang terjadi dan memanfaatkannya untuk memperkuat diri. Pada mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi, ketika

mereka memiliki keyakinan akan

mendapatkan hasil yang baik dan memiliki harapan positif, maka mereka akan cenderung lebih mampu untuk menghadapi

(6)

[34]

kesulitan-kesulitan yang terjadi selama proses pengerjaan skripsi.

Ningrum (2011) menyatakan bahwa mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dengan optimisme yang tinggi cenderung memiliki coping stress yang lebih baik. Dalam proses penyelesaian skripsi, keyakinan untuk mendapatkan hasil yang baik dan selalu berpikiran positif akan membantu terbentuknya sikap menerima masukan-masukan pembimbing dengan respon aktif, tidak mudah putus asa apabila menemukan kesulitan-kesulitan terkait skripsinya, merencanakan pengerjaan skripsi dengan lebih terjadwal, dan berusaha mencari jalan keluar saat menemui hambatan. Hal ini pada akhirnya akan membantu mahasiswa tingkat akhir untuk bangkit kembali dari kesulitan-kesulitan yang ada dalam proses penyelesaian skripsinya.

Berdasarkan hasil analisis faktor demografis menunjukkan bahwa mayoritas responden berasal dari universitas swasta (62.9%) dan minoritas responden berasal dari universitas negeri (37.1%). Ditemukan bahwa mahasiswa yang berkuliah di universitas negeri dan universitas swasta memiliki perbedaan optimisme yang signifikan (t=0.047, p<0.05). Mahasiswa yang berkuliah di universitas negeri memiliki optimisme lebih tinggi (µ=17.91) dibandingkan dengan mahasiswa yang berkuliah di universitas swasta (µ=17.58). Di Indonesia, proses penyeleksian mahasiswa universitas negeri sangatlah ketat, melalui beberapa ujian masuk dan berbagai syarat. Universitas negeri memiliki komitmen untuk lebih mengutamakan kualitas calon mahasiswa yang sesuai dengan bakatnya atau kecerdasannya dibandingkan dengan universitas swasta yang kurang begitu ketat dikarenakan ujian masuk hanya sebuah formalitas saja (Utami, 2012). Dengan adanya perbedaan tersebut, mahasiswa yang dapat masuk di universitas negeri merasa sudah pernah melalui proses yang lebih sulit, sehingga walaupun sudah mengerjakan skripsi lebih dari 1 semester

(6 bulan) mereka akan tetap optimis bahwa skripsi yang mereka kerjakan akan mampu terselesaikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Scheier dan Carver (2002), bahwa pengalaman keberhasilan di masa lalu akan mempengaruhi individu untuk lebih percaya diri dan mengharapkan keberhasilan di masa yang akan datang.

Berdasarkan hasil analisis korelasi antara usia dengan optimisme menunjukkan terdapat korelasi positif sebesar r=0.219 (p=0.007). Nilai koefisien korelasi yang bersifat positif menunjukkan bahwa semakin tinggi usia, maka semakin tinggi optimismenya. Sejalan dengan pendapat Berk (2010), individu dengan rentang usia 21-25 tahun atau dewasa awal memiliki keterampilan penyelesaian konfik yang baik, keyakinan diri untuk menggapai cita-cita, karakter moral yang kuat, dan rasa tanggung jawab pribadi. Dengan demikian, mahasiswa tingkat akhir yang usianya lebih matang cenderung memiliki optimisme yang lebih tinggi. Semakin matangnya usia mahasiswa tingkat akhir ia akan semakin terampil dalam melakukan pemecahan masalah yang ada dalam skripsinya, mempunyai keyakinan yang kuat bahwa ia mampu menyelesaikan skripsinya dengan baik, dan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap dirinya bahwa ia harus segera lulus.

Berdasarkan hasil analisis kaitan faktor demografis dengan resiliensi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan resiliensi yang signifikan bila ditinjau dari jenis kelamin sebesar t=0.013 (p<0.05). Mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki memiliki rata-rata resiliensi yang lebih tinggi (µ=75.23) dibandingkan dengan mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan (µ=71.90). Mahasiswa laki-laki yang mengerjakan skripsi lebih memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada pada proses penyelesaian skripsinya dibandingkan dengan perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rinaldi (2010), bahwa laki-laki memiliki resiliensi yang lebih baik dibandingkan dengan

(7)

[35] perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan Barends (dalam Rinaldi, 2010) juga mengindikasikan bahwa laki-laki memiliki keyakinan dalam memecahkan masalah dan percaya pada kemampuannya (kompetensi) untuk menguasai tugas atau situasi yang sulit, secara lebih baik dibandingkan dengan wanita. Sejalan dengan pendapat Connor dan Davidson (2003), individu yang resilien memiliki self efficacy atau keyakinan terhadap kemampuan yang mereka miliki dalam memecahkan masalah yang terjadi dalam hidup.

Pada penelitian ini, optimisme hanya berperan sebesar 12.3% terhadap resiliensi. Hasil analisis statistik menemukan, terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi resiliensi sebesar 87.7%. Revich dan Shatte (2002) menyatakan bahwa resiliensi bisa dipengaruhi oleh adanya faktor protektif internal di dalam diri individu itu sendiri. Faktor protektif selain optimisme yang secara umum dianggap berperan adalah regulasi emosi, pengendalian diri, fleksibilitas kognitif, efikasi diri, empati, keinginan mencari tantangan baru. Selain itu, Kumpfer (dalam Oktaviani, 2012) juga menyatakan bahwa resiliensi dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal yang penting dalam kehidupan individu, seperti keluarga, komunitas, budaya, sekolah, dan rekan sebaya. Dengan demikian, faktor lain yang mempengaruhi resiliensi sebesar 87.7% mungkin dapat diindikasikan oleh faktor protektif internal selain optimisme dan faktor eksternal seperti dukungan sosial. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel protektif internal selain optimisme dan dukungan sosial agar dapat diketahui variabel manakah yang paling memberikan kontribusi terhadap resiliensi.

KESIMPULAN

Optimisme memiliki peran signifikan dalam meningkatkan resiliensi

pada mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi. Kontribusi yang diberikan optimisme dalam meningkatkan resiliensi sebesar 12.3% dan 87.7% dipengaruhi oleh faktor lain. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi memiliki keyakinan untuk mendapatkan hasil yang baik dan selalu berpikiran positif, maka itu akan membantu mereka untuk lebih mampu menghadapi kesulitan-kesulitan yang terjadi selama proses pengerjaan skripsi.

SARAN

Saran Teoritis

Pada penelitian selanjutnya, diharapkan:

1. Peneliti dapat menggunakan variabel protektif internal selain optimisme dan faktor eksternal seperti dukungan sosial, agar dapat diketahui variabel manakah yang paling memberikan kontribusi terhadap resiliensi.

2. Menanyakan lebih detail terkait jangka waktu proses penyelesaian skripsi dan faktor-faktor eksternal yang berperan dalam keterhambatan proses penyelesaian skripsi.

3. Peneliti dapat menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan pengambilan data melalui wawancara dan observasi agar mendapatkan hasil yang lebih valid. Saran Praktis

1. Dengan adanya penelitian ini, mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi diharapkan dapat memiliki keyakinan untuk mendapatkan hasil yang baik dari usaha-usahanya dan selalu berpikir positif terkait dengan proses penyelesaian skripsinya, agar mampu melewati kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam proses pengerjaan skripsi.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa optimisme berperan terhadap resiliensi.

(8)

[36] Oleh karena itu diharapkan bagi institusi pendidikan tinggi dan para dosen pembimbing agar memberikan masukan dan arahan pada mahasiswa tingkat akhir untuk memiliki keyakinan yang baik dan selalu berpikir positif dalam proses pengerjaan skripsi, supaya dalam menghadapi berbagai kesulitan yang hadir dalam proses pengerjaan skripsi mahasiswa bisa menjadi lebih resilien. DAFTAR PUSTAKA

Adilia, M. D. (2010). Hubungan Self Esteem dengan Optimisme Meraih Kesuksesan Karir pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah.

Andarini, S. R. & Fatma, A. (2013). Hubungan antara Distress dan Dukungan Sosial dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa dalam Menyusun Skripsi. Talenta Psikologi Vol. 2 No. 2, Agustus 2013.

Berk, L. E. (2010). Development Through The Lifespan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Connor, K. M., & Davidson, J. R. T. (2003). Development Of A New Resilience Scale: The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC). Journal Of Depression And Anxiety. Vol 18: 76-82.

Darmono, A & Hasan, A. (2005). Menyelesaikan Skripsi dalam Satu Semester, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Dewi, A. M. (2014). Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok terhadap Peningkatan Resiliensi Siswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan Bimbingan Dan Konseling Vol. 2 No. 1, Oktober 2014.

Listiyandini, R. A & Akmal, S. Z. (2015). Hubungan antara Kekuatan Karakter dan Resiliensi pada Mahasiswa. Prosiding Temu Ilmiah Nasional

2015. Fakultas Psikologi Universitas Pancasila.

Ningrum, D. W. (2011). Hubungan antara Optimisme dan Coping Stres pada Mahasiswa UEU yang sedang Menyusun Skripsi. Jurnal Psikologi Vol. 9 No. 1, Juni 2011.

Oktaviani, D. (2012). Resiliensi Remaja Aceh yang Mengalami Bencana Tsunami. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Program Studi Sarjana Reguler. Depok.

Pendidikan Tinggi (DIKTI). (2015). Grafik Statistik Jumlah Mahasiswa (Jenjang Pendidikan).

http://forlap.dikti.go.id/mahasiswa/ho megraphjenjang. (Diakses 19 November 2015).

Peterson, C., & Seligman, M. E. P. (2004). Character Strengths and Virtues: A

Handbook and Classification.

Washington DC: APA.

Poetry, R. V. (2010). Resiliensi pada Mahasiswa Baru Penyandang Cerebral Palsy (CP). Skripsi. Universitas Brawijaya.

Pratiwi, D & Lailatushifah, S. N. F. (2012). Kematangan Emosi dan Psikosomatis pada Mahasiswa Tingkat Akhir. Jurnal Psikologi. Universitas Wangsa Manggala. Yogyakarta.

Rinaldi. (2010). Resiliensi pada Masyarakat Kota Padang ditinjau dari Jenis Kelamin. Jurnal Psikologi Vol. 3 No. 2, Juni 2010.

Rosyani, C. R. (2012). Hubungan antara Resiliensi dan Coping pada Pasien Kanker Dewasa. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Program Studi Sarjana Reguler. Depok.

Scheier, M. F., Carver, C. S., & Bridges, M. W. (1994). Distinguishing optimism from neuroticism (and trait anxiety, self-mastery, and self-esteem): A re-evaluation of the Life Orientation Test. Journal of Personality and Social Psychology. 67,1063-1078.

(9)

[37] Scheier, M. F. & Carver, C. S. (2001).

Optimism, Pesimism, And Self-Regulation: Implication for Theory, Research, and Practice. Journal of American Psychological Assosiation. 31-51.

Scheier, M. F. & Carver, C. S. (2002). Optimism Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford University Press.

Slamet. (2014). Pelatihan Motivasi Berprestasi Guna Meningkatkan Efikasi Diri dan Optimisme pada Mahasiswa Aktivis Organisasi Di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Jurnal Hisbah Vol. 11 No. 1, Juni 2014.

Utami, N. R. P. (2012). Pengaruh Status Perguruan Tinggi, Status Mahasiswa, Kecerdasan Emosional dan Persepsi Mahasiswa Mengenai Kompetensi Dosen terhadap Pemahaman IFRS pada Mahasiswa Akuntansi di Kota Semarang. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Uyun, Z. (2012). Resiliensi dalam Pendidikan Karakter. Prosiding Seminar Nasional Psikologi Islami. 200-208

Winkel, W.S. (2004). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

Wulandari, R. P. (2012). Hubungan Tingkat Stres dengan Gangguan Tidur pada Mahasiswa Skripsi Di Salah Satu Fakultas Rumpun Science-Technology UI. Skripsi. Universitas Indonesia.

Yesamine, O. (2002). Hubungan antara Kecenderungan Problem Focused Coping dengan Depresi Mahasiswa Tingkat Akhir. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Zuchrufia, A. R. (2013). Pengaruh Menonton Film Drama Komedi Korea terhadap Emosi Positif pada Mahasiswa yang Sedang Menempuh Skripsi. Skripsi. Universitas Ahmad Dahlan.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui komposisi asam lemak dan kandungan logam berat kecap keong sawah (Bellamya javanica), yang difermentasi selama tujuh

Kini semua institusi yang terlibat dalam sektor perkhidmatan kewangan Islam di bawah APKI perlulah mematuhi peruntukan undang-undang yang terkandung dalam APKI

Telah berhasil dimodifikasi alat pengering tipe cabinet untuk menentukan karakteristik suhu, dan efisiensi waktu pengeringan pada biji pinang muda dan tua dengan menggunakan

1) Rancang Bangun Sistem Informasi Akademik Siswa Berprestasi di SMP Negeri 1 Sangkapura ini menggunakan Metode Simple Additive Weighting (SAW). 2) Penentuan prestasi

Setelah organ-organ reproduksi istirahat selama 24 bulan atau selama 2 tahun, maka diharapkan semua organ –organ reproduksi ibu akan kembali seperti sebelum

4070 penyempurnaan untuk meningkatkan persepsi keadilan dari pelamar karena hal tersebut dapat memberikan rasa kecewa dalam diri pelamar. Bagi organisasi, rendahnya persepsi

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Wickramasinghe (2010) dijelaskan bahwa time demands of work berpengaruh positif dan signifikan terhadap turnover intention karyawan,