• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KUALITAS BUAH JERUK VARIETAS SIAM BANJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KUALITAS BUAH JERUK VARIETAS SIAM BANJAR"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KUALITAS BUAH JERUK VARIETAS SIAM BANJAR (Citrus suhuiensis Tan.) DENGAN SIFAT KIMIA TANAH DAN AIR

DI LAHAN PASANG SURUT

(Relationship Between Quality of Citrus Var. Siam Banjar (Citrus suhuiensis Tan.) with Soil and Water Characteristic on Swampy Land)

Sumantri

BALAI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BANJARBARU

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (a) beberapa sifat kimia tanah dan air (b) kualitas buah jeruk varietas Siam Banjar (c) hubungan antara sifat kimia tanah dan kimia air dengan kualitas buah jeruk Total Soluble Solution (TSS) atau Kadar Gula yang dihasilkan pada lahan pasang surut. Penelitian dilakukan di daerah sentra jeruk Siam Banjar Desa Tarantang Kecamatan Mandastana dan Desa Sungai Kambat Kecamatan Cerbon di Kabupaten Barito Kuala selama enam bulan. Metode penelitian ini menggunakan metode survei. Survei dilakukan dengan tahap prasurvei dan survei. Parameter sifat kimia tanah dan air adalah pH tanah dan air, daya hantar listrik tanah dan air, sulfat, magnesium dan kalsium. Parameter kualitas tanah yang diamati Total Soluble Solution (TSS)/Kadar Gula, Kadar Asam, sari buah jeruk (juice) serta rasio antara Total Soluble Solution (TSS)/Kadar Gula dengan Kadar Asam. Hasil penelitian menunjukkan: (a) Kandungan unsur hara pada masing-masing tipe sangat bervariasi. Unsur hara Mg bervariasi dari tinggi pada tipe A sampai rendah pada tipe B dan C. Unsur hara kalsium di tipe A rendah sedangkan tipe B dan C sangat rendah. Selanjutnya pH tanah pada lahan tipe A, B dan C tergolong sangat masam, untuk DHL tanah semua tipe lahan tergolong rendah. Sifat kimia tanah yakni sulfat pada tipe A lebih rendah dibanding tipe B dan C. (b) Kualitas buah jeruk varietas Siam Banjar yang ditunjukkan oleh kandungan TSS atau kadar gula di tipe A nyata lebih tinggi (14,88%) dari pada tipe C (11,89%) dan B (11,59%). Rasio TSS/kadar asam dan kadar asam di tipe A lebih tinggi dari pada tipe B dan C. (c) Hubungan sifat kimia tanah dan kimia air secara bersama-sama mempengaruhi TSS yaitu DHL tanah dan pH air.

Kata kunci : Siam Banjar, lahan pasang surut, sifat kimia tanah dan air, kualitas buah jeruk.

ABSTRACT

The research were to find out (a) several characteristic of soil and water (b) the quality of citrus var. Siam Banjar (c) relation between soil and water characteristic and quality of citrus grown on tidal area. The research conducted on Siam Banjar production center, Tarantang and Sungai Kambat Village for six months with pre and survey method. The

(2)

and Calcium, while the quality of citrus measured as Total Soluble Solution (TSS), acid content, juiciness and ratio sugar/acid. The research showed that (a) high variability of nutrient status on each soil type. Magnesium status was high on type A and low on type B and C. Calcium status was low on type A and very low on type B and C. pH were very acid on all three type of soil, electric conductivity were low on all three type of soil. Sulphate was lower on type A than that on type B and C. (b) the quality of citrus var. Siam Banjar measured as TSS was higher on type A (14,88%) than that on type C (11,89%) and type B (11,59%), while ratio of sugar/acid of citrus var. Siam Banjar grown on type A also higher than that on citrus var. Siam Banjar grown on type B and C. (c) soil and water characteristic affected the TSS. The research also shows the electricity conductivity and pH of soil and water was most dominant factor affecting the TSS.

Keywords : Siam Banjar, tidal land, chemistry of soil and water, citrus quality.

PENDAHULUAN

Salah satu komoditas buah-buahan yang memiliki prospek yang baik adalah jeruk. Di Kalimantan Selatan pada tahun 2004 luas lahan yang dipergunakan untuk pengembangan buah jeruk seluas 17.987 ha. Luas tersebut terbesar dalam pengembangannya adalah Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar (Dinas Pertanian, 2004). Petani telah lama dalam membudidayakan tanaman jeruk di lahan pasang surut daerah Barito Kuala dengan varietas lokal Siam Banjar. Jeruk yang rasanya manis segar dan warna buah orange ini merupakan varietas lokal yang telah dilepas menjadi varietas unggul nasional melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 862/Kpts/TP.240/11/1998 pada tanggal 04 Nopember 1998 (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih, 1997).

Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengembangan jeruk Siam Banjar adalah masih rendahnya mutu buah jeruk. Dengan rasa buah yang tidak seragam ada yang manis atau asam, menjadikan jeruk Siam Banjar kurang memiliki daya saing dengan jeruk Siam seperti jeruk Siam Pontianak.

Berangkat dari hal di atas, ada sesuatu yang menarik untuk diteliti dimana saat ini mutu jeruk hasil produksi di Barito Kuala bervariasi (menyimpang dari varietas unggul yang dilepas), ada yang manis dan asam. Permasalahan ini terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang memiliki peranan dalam mempengaruhi produksi dan mutu buah jeruk. Diantaranya, dugaan karakteristik lahan memiliki pengaruh kepada rasa buah jeruk yang ditimbulkan.

(3)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu

Tempat penelitian ini dilaksanakan pada dua daerah sentra jeruk yakni Desa Tarantang Kecamatan Mandastana dan Desa Sungai Kambat Kecamatan Cerbon di Kabupaten Barito.

Waktu penelitian dilaksanakan selama 6 bulan pada bulan Agustus 2006 hingga bulan Januari 2007.

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode ini dipilih mengingat penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menggambarkan secara sistematis dan aktual mengenai sifat kimia tanah dan air di lahan pasang surut yang berhubungan dengan kualitas buah jeruk.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu pra survei dan survei. Pada tahap pra survei dilakukan wawancara untuk menentukan kondisi lahan jeruk yang dipilih. Wawancara bertujuan untuk mendapatkan gambaran lahan dengan sebaran yang homogen di setiap tipe A, B dan C. Penentuan keseragaman lokasi penelitian berdasarkan pada umur tukungan (rise beds) yang sama, umur tanaman jeruk, jenis input melalui pemupukan dan pengapuran, penjarangan, sistem perbanyakan benih, hama dan penyakit serta sistem pengairan, sertifikasi benih yang sama. Penelitian pra survei dilakukan pada bulan Agustus bertepatan dimulainya buah jeruk yang mulai besar dan siap panen. Setelah memperoleh lahan dengan kondisi yang seragam dilakukan titik sampling untuk mengambil tanah dan buah jeruk.

Pengambilan sampel tanah dan buah jeruk dilakukan pada bulan September 2006 (curah hujan rendah/musim kemarau), pengambilan sampel dilakukan di 3 tipe lahan pasang surut yang berbeda yaitu Desa Tarantang dan Sungai Kambat. Setiap tipe lahan pasang surut, sampel diambil sebanyak 8 ulangan dibantu dengan menggunakan alat GPS (Global Positioning System).

Tahap kedua adalah survei formal yang dilakukan dengan pengambilan contoh tanah dan buah pada titik sampling yang sama. Penelitian tahap survei ini dilakukan pada bulan September 2006.

Pengambilan sampel tanah diambil pada kedalaman 0 - 30 cm. Sedangkan sampel air diambil dari saluran atau tabukan sekitar pohon jeruk dengan menggunakan botol.

(4)

Buah yang dipergunakan untuk dianalisa adalah buah yang masak dan besar. Untuk pengambilan dilakukan pada bagian bawah, tengah dan atas bagian pohon jeruk. Setiap pohon dalam ulangan dilakukan pengambilan 10 buah jeruk yang masak dan selanjutnya dilakukan analisa sifat kimia buah secepatnya.

Parameter Penelitian

Parameter penelitian ini, sifat kimia tanah yang diteliti adalah Ca-dd, Mg-dd, pH H O, 2

2-Daya Hantar Listrik dan SO . Sedangkan parameter kualitas buah jeruk yang akan 4 diketahui adalah Total Soluble Solid (TSS) atau Kadar Gula, Kadar Asam, sari buah jeruk (juice) serta rasio antara Total Soluble Solid (TSS) atau Kadar Gula dengan Kadar Asam. Analisa Data

Analisis statistik terhadap parameter sifat kimia tanah dan air dan kualitas buah akan dilakukan dengan menggunakan ANOVA. Apabila berpengaruh nyata maka data dilanjutkan dengan analisa Beda Nyata Terkecil 95%. Data juga dilanjutkan dengan analisa hubungan antara sifat kimia tanah dan air serta kualitas buah jeruk dengan menggunakan analisis regresi berganda dan stepwise. Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah yaitu sifat kimia tanah di dua lokasi sentra jeruk data yang diperoleh dipadankan dengan kriteria dari PPT Bogor. Sifat kimia berada pada kriteria rendah, sedang atau tinggi.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Kimia Tanah dan Air:

Keasaman (pH) Air dan Tanah

Gambar 1 menunjukkan bahwa pH tanah dan pH air pada tipe lahan A nyata lebih tinggi dari pH tanah dan pH air tipe lahan B dan C. Sedangkan pH tanah dan pH air pada tipe B tidak berbeda nyata dengan pH tanah dan air pada lahan tipe C.

Ketersediaan dan unsur-unsur hara yang diuraikan di atas sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Menurut Hanafiah (2004), bahwa ketersediaan Ca dan Mg berhubungan dengan pH. Pada pH < 6,0 menyebabkan tanaman menderita defisiensi seluruh unsur makro terutama P, Ca dan Mg. Dari hasil analisa pH di tipe A,B dan C ini tergolong dalam katagori sangat masam (PPT Bogor, 1983). Lahan pasang surut tipe A di Desa Sungai Kambat masuk dalam katagori sangat masam, namun lebih tinggi dibandingkan di daerah Tarantang tipe B dan C. Sedangkan nilai pH di tipe A lebih tinggi disebabkan proses pencucian oleh air pasang yang terjadi setiap hari.

Tipe A Tipe B Tipe C

p H 1,02 1,53 2,04 2,55 3,06 3,57 4,08 4,59 5,10 5,61 6,12 6,63 pH Air pH Tanah a a b b b b

Gambar 1. Sifat pH air dan pH Tanah Pada Berbagai Tipe Lahan Pasang Surut yang Ditanami Jeruk Siam Banjar.

(pH Water and pH Soil Character at Some Tidal Swamp Land Which Planted with Siam Banjar)

Ket.: Grafik yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan perlakuan berbeda nyata menurut BNT 5%.

(6)

Daya Hantar Listrik:

Daya Hantar Listrik mempengaruhi kemampuan tanaman untuk menyerap air dan hara. Daya hantar listrik tanah berkaitan dengan kelarutan garam yang ada di dalam tanah tersebut. Kelarutan garam yang tinggi dapat menghambat penyerapan air dan hara tanaman seiring dengan terjadinya peningkatan tekanan osmotik. Dari hasil analisa daya hantar listrik di tipe A, B dan C ini tergolong dalam katagori rendah (PPT Bogor, 1983).

Garam-garam terlarut memiliki pengaruh osmotik yang mengurangi ketersediaan air tanah yang membuat tanaman mengalami gajala seperti kekeringan. Akumulasi gradual garam di zona perakaran dapat mengurangi pertumbuhan akar dan daun yang menyebabkan tajuk tanaman terlihat lebih sempit dan hasilnya lebih rendah. Pada tipe B dan C yang berjauhan langsung dengan pasang surut air laut memiliki nilai yang tinggi dibanding pada tipe A. Hal ini disebabkan air laut yang membawa ion-ion seperti Na, Ca, Mg, Cl dan sulfat masuk ke dalam saluran dan diduga terjebak atau drainase yang buruk sehingga terjadi akumulasi ion-ion secara berkala di musim kemarau.

Gambar 2. Sifat Kimia Tanah (DHL Air dan DHL Tanah) Pada Berbagai Tipe Lahan Pasang Surut yang Ditanami Jeruk Siam Banjar.

(Soil Chemistry Character (Electrical Conductivity of Water and Soil) at Some Tidal Swamp Land Types Which Planted with Siam Banjar)

Ket.: Grafik yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan perlakuan berbeda nyata menurut BNT 5%.

Tipe A Tipe B Tipe C

0 200 400 600 800 1000 DHL Air DHL Tanah

(7)

Sulfat:

Uji beda rata-rata yang dilakukan setelah analisis ragam nilai sulfat pada Gambar 3 menunjukkan bahwa tipe A memiliki kandungan sulfat yang lebih rendah dibanding tipe B dan C.

Nilai sulfat pada tipe B (345,63 ppm) nyata lebih tinggi dari pada tipe C (269,29 ppm) dan tipe A (171,20 ppm). Dari hasil analisa pengamatan sulfat di tipe B ini tergolong dalam katagori tinggi. Konsentrasi sulfat yang tinggi di tipe A, B dan C disebabkan karena lapisan piritnya dangkal dan terangkut saat pembuatan guludan.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Balittra (2005) pada wilayah tipe A nilai sulfat (305,22 ppm) lebih rendah dari pada tipe B dan C wilayah Tarantang (791,42 ppm).

Kalsium:

Nilai kalsium pada tipe A (4,75 me/100 gram) nyata lebih tinggi dari pada tipe B (1,52 me/100 gram) dan tipe C (0,72 me/100 gram). Dari hasil analisa kalsium di tipe A ini tergolong dalam katagori rendah, dan di tipe B dan C tergolong sangat rendah (PPT Bogor, 1983), unsur Ca selalu berlawanan dengan Mg bila Ca tinggi maka Mg rendah.

Gambar 3. Sifat Kimia Tanah Sulfat Pada Berbagai Tipe Lahan Pasang Surut yang Ditanami Jeruk Siam Banjar.

(Sulphate Soil Chemistry Character at Some Tidal Swamp Land Types Which Planted with Siam Banjar)

Ket.: Grafik yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan perlakuan berbeda nyata menurut BNT 5%.

Tipe A Tipe B Tipe C

p p m 0 100 200 300 400 500 a b b

(8)

Kebiasaan petani pada tipe A melakukan peliburan (pembumbunan) pada tanaman jeruk 1 tahun sekali sehingga mampu meningkatkan kandungan unsur hara tanah seperti kandungan Ca-tanah.

Pada lokasi tipe A desa Sungai Kambat sebelum dilibur kandungan Ca-tanahnya = 5,03 me/100 gram, tetapi setelah dilibur kandungan Ca-tanah mencapai 8 me/100 gram.

Sedangkan pada tipe B dan C petani jeruk tidak melakukan peliburan. Hal ini disebabkan karena jika peliburan dilakukan pada tipe B dan C dikhawatirkan terangkatnya pirit ke permukaan yang akan mengakibatkan tanaman keracunan Fe dan SO (Balittra, 4 2005).

Magnesium:

Nilai Magnesium pada tipe A (3,774 me/100 gram) nyata lebih tinggi dari pada tipe B (0,95 me/100 gram) dan tipe C (0,85 me/100 gram). Dari hasil analisa pengamatan magnesium di tipe A ini tergolong dalam katagori tinggi dan di tipe B dan C tergolong rendah (PPT Bogor, 1983). Pada lahan pasang surut tipe A memiliki kandungan Mg tanah yang lebih baik dibandingkan dengan tipe B dan C.

Gambar 4. Sifat Kimia Tanah Kalsium Pada Berbagai Tipe Lahan Pasang Surut yang Ditanami Jeruk Siam Banjar.

(Soil Chemistry Character (Calsium) at Some Tidal Swamp Land Types Which Planted with Siam Banjar)

Ket.: Grafik yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan perlakuan berbeda nyata menurut BNT 5%.

Tipe A Tipe B Tipe C

C a -d d ( m e /1 0 0 g r ) 0 1 2 3 4 5 6 a b b

(9)

Pada lahan pasang surut tipe A memiliki kandungan Mg tanah yang lebih baik dibandingkan dengan tipe B dan C. Hal ini disebabkan karena lahan pasang surut tipe A merupakan lahan pasang surut yang mendapat luapan air pasang baik pada saat pasang besar maupun pada saat pasang ganda dengan demikian pada tipe A terjadi proses pencucian drainase setiap hari.

Sedangkan tipe B mendapat luapan air hanya pada saat pasang besar saja dan tipe C sama sekali tidak mendapat luapan air (Noor, 2004). Tanah dalam bentuk kation sangat berperan dalam mengaktifkan beberapa enzim yang berperan dalam fotosintesis, sedangkan Mg sangat berpengaruh dalam pembentukan klorofil dan mengaktifkan beberapa enzim (Hardjowigeno, 1990).

Sifat Kualitas Buah Jeruk:

Volume sari buah:

Analisis ragam menunjukkan tidak ada beda nyata antar tipe yang berbeda. Nilai rata-rata volume sari buah tipe A (66,32 ml), tipe B (65,31 ml) dan tipe C (65,56 ml).

Gambar 5. Sifat Kimia Tanah Magnesium Pada Berbagai Tipe Lahan Pasang Surut yang Ditanami Jeruk Siam Banjar.

(Soil Chemistry Character (Magnesium) at Some Tidal Swamp Land Types Which Planted with Siam Banjar)

Ket.: Grafik yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan perlakuan berbeda nyata menurut BNT 5%.

Tipe A Tipe B Tipe C

M g -d d (m e /1 0 0 g r) 0 1 2 3 4 5 a b b

(10)

Pada tanaman jeruk peranan bulu-bulu akar dalam menyerap unsur hara sepenuhnya telah diambil alih oleh benang-benang cendawan mikoriza yang tumbuh dan berkembang dalam bulu-bulu akar tersebut (Samson, 1980). Diduga dalam kondisi DHL tinggi mikoriza kurang bisa berkembang sehingga mengurangi kemampuan tanaman menyerap hara P yang tersedia.

Bobot sari buah:

Analisis ragam yang dilakukan menunjukkan tidak ada perbedaan nyata bobot sari buah di 3 tipe lahan jeruk Siam Banjar (Gambar 8). Nilai rata-rata bobot sari buah tipe A (68,51 gram), tipe B (66,69 gram) dan tipe C (66,83 gram).

Gambar 6. Volume Sari Buah Pada Berbagai Tipe Lahan Pasang Surut yang Ditanami Jeruk Siam Banjar.

(Juice Volume at Some Tidal Swamp Land Types Which Planted with Siam Banjar)

Ket.: Grafik yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan perlakuan berbeda nyata menurut BNT 5%.

Tipe A Tipe B Tipe C

V o l u m e s a r i b u a h ( m L ) 60 62 64 66 68 70

(11)

Total Soluble Solid (TSS) Sebagai Indikator Kadar Gula Buah:

Analisis ragam yang diperoleh menunjukkan bahwa TSS sangat berbeda nyata di antara beberapa tipe lahan. Gambar 8 menunjukkan, bahwa TSS nyata lebih tinggi pada tipe lahan A dari pada TSS di tipe lahan B dan C. Sedangkan pada tipe lahan B tidak berbeda nyata dengan TSS pada tipe lahan C. Nilai rata-rata TSS buah tipe A (14,88%), tipe B (11,89%) dan tipe C (11,59%).

Gambar 7. Bobot Sari Buah Pada Berbagai Tipe Lahan Pasang Surut yang Ditanami Jeruk Siam Banjar.

(Juice Weight at Some Tidal Swamp Land Types Which Planted with Siam Banjar)

Ket.: Grafik yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan perlakuan berbeda nyata menurut BNT 5%.

Tipe A Tipe B Tipe C

B o b o t s a r i b u a h ( g r a m ) 60 62 64 66 68 70 72

Gambar 8. TSS Buah Pada Berbagai Tipe Lahan Pasang Surut yang Ditanami Jeruk Siam Banjar.

Ket.: Grafik yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan perlakuan berbeda nyata menurut BNT 5%.

Tipe A Tipe B Tipe C

T S S ( % ) 11 12 13 14 15 16 a b b

(12)

Kadar Asam:

Hasil analisis ragam yang dilakukan menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh tipe lahan terhadap nilai kadar asam. Kadar asam pada semua tipe lahan berkisar antara 0,32% sampai dengan 0,38% (Gambar 9).

Rasio TSS/Kadar Asam:

Gambar 9. Asam Buah Pada Berbagai Tipe Lahan Pasang Surut yang Ditanami Jeruk Siam Banjar. (Fruit Acid Level at Some Tidal Swamp Land Types Which Planted with Siam Banjar)

Ket.: Grafik yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan perlakuan berbeda nyata menurut BNT 5%.

Tipe A Tipe B Tipe C

K a d a r a s a m ( % ) 0,34 0,36 0,38 0,40 0,42 0,44

Gambar 10. Rasio TSS/Kadar Asam Buah Pada Berbagai Tipe Lahan Pasang Surut yang Ditanami Jeruk Siam Banjar.

(Ratio of TSS/Fruit Acid Level at Some Tidal Swamp Land Types Which Planted with

Ket.: Grafik yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan perlakuan berbeda nyata menurut BNT 5%.

Tipe A Tipe B Tipe C

R a s io T S S / k a d a r a s a m 28 30 32 34 36 38 40 42

(13)

Analis ragam menunjukkan tidak berbeda nyata di tipe A, B dan C. Rasio TSS/kadar asam menunjukkan rasa buah jeruk paling manis dengan rasio tertinggi dan semakin rendah rasio TSS/kadar asam rasa buah jeruk masam. Hal ini nampak pada kualitas buah jeruk di tipe A lebih manis dibanding di tipe B dan C. Standar TSS atau kadar gula yang dipersyaratkan dalam kontes buah jeruk minimal 12° Brik (Balittra, 2005).

Hubungan Secara Bersama-sama dari Semua Sifat Kimia Tanah dan Air dengan TSS:

Hasil perhitungan hubungan antara TSS dengan sifat-sifat kimia tanah dan air memiliki persamaan TSS = 16,4 + 0,767 pH air + 0,00041 DHL air - 1,74 pH tanah -

2

0,00603 DHL Tanah + 0,00200 SO4 + 0,177 Ca + 0,183 Mg dengan R = 79,6%. Model regresi berganda tersebut dapat menjelaskan sumbangan peubah bebas sifat kimia tanah dan air yang diamati terhadap hasil TSS adalah sebesar 79,6%. Sedangkan yang tidak diterangkan oleh model adalah 20,4%. Selanjutnya melalui uji koefesian regresi tersebut ditunjukkan bahwa terkecuali Mg tanah dan DHL air yang tidak signifikan berpengaruh. Sedangkan peubah lainnya pH air, DHL Tanah, pH Tanah, SO , dan Ca secara signifikan 4 berpengaruh.

Hasil analisa stepwise menunjukkan unsur Daya Hantar Listrik tanah dan pH air yang memiliki pengaruh yang tertinggi terhadap TSS. Hasil uji stepwise dengan cara backward

2

maka Daya Hantar Listrik Tanah dan pH air yang menyebabkan R yang terendah sebesar 76,1%. Berdasarkan persamaan hubungan antara TSS dengan sifat kimia tanah dan air, maka apabila peubah lain tetap, maka setiap kenaikan 0,767 satu satuan pH air dan penurunan 0,00603 DHL tanah, maka TSS naik 1%.

Sifat daya hantar listrik tanah ternyata memiliki pengaruh terhadap TSS. Hal ini disebabkan kelarutan garam yang tinggi dapat menghambat penyerapan air dan hara tanaman seiring dengan terjadinya peningkatan tekanan osmotik. Selanjutnya proses pembentukan TSS mengalami gangguan akibat kekurangan hara ini. Pada gilirannya DHL tanah di tipe A lebih rendah dari pada DHL tipe B dan C. Trend TSS jadinya lebih tinggi di tipe A dari pada tipe B dan C. Tingkat pembentukan gula yang dinyatakan dalam TSS dalam buah jeruk juga dipengaruhi oleh lingkungan khususnya kualitas air. Dengan adanya kualitas air yang baik seperti nilai pH yang tinggi maka akan menghasilkan TSS yang tinggi seperti pada tipe A. Berbeda halnya dengan tipe B dan C yang memiliki pH air yang rendah yang berakibat nilai TSS menjadi rendah dari tipe A.

Dalam praktik budidaya jeruk kandungan garam atau dinyatakan dalam DHL tanah dan pH air sangat tergantung dengan pengelolaan tata air antara lain:

(14)

1. Pengelolaan tata air mikro, pada lahan bertipe luapan tipe A dalam sistem aliran satu arah, sedangkan pada lahan bertipe luapan B diatur dengan sistem aliran satu arah dan tabat. Sistem tata air pada bertipe luapan C ditujukan untuk menyelamatkan air, karena sumber air hanya berasal dari air hujan.

2. Peliburan (pengangkatan lumpur dari tabukan ke guludan) akan membantu membersihkan saluran-saluran air pada tipe A, namun pada tipe B dan C jangan sampai terjadi pengangkatan pirit. Peliburan pada tipe A pada tanaman jeruk 1 tahun sekali mampu meningkatkan kandungan unsur hara tanah seperti kandungan kalsium tanah. Peningkatan pH tanah disebabkan karena terjadi penurunan konsentrasi besi dan sulfat akibat proses pencucian oleh hujan maupun air pasang (Balittra, 2005).

KESIMPULAN

1. Kandungan unsur hara pada masing-masing tipe lahan pasang surut sangat bervariasi. Unsur hara Mg bervariasi dari tinggi pada tipe A sampai rendah pada tipe B dan C. Unsur hara Kalsium di tipe A rendah, tipe B dan C sangat rendah. Selanjutnya pH tanah pada lahan tipe A, B dan C tergolong sangat masam, untuk DHL tanah semua tipe lahan tergolong rendah. Nilai sulfat tanah pada tipe A lebih rendah dibanding tipe B dan C. 2. Kualitas buah jeruk varietas Siam Banjar yang ditunjukkan oleh kandungan TSS atau

kadar gula di tipe A nyata lebih tinggi (14,88%) daripada tipe C (11,89%) dan B (11,59%). Rasio TSS/kadar asam dan kadar asam di tipe A lebih tinggi daripada tipe B dan C.

3. Hubungan sifat kimia tanah dan kimia air secara bersama-sama mempengaruhi TSS. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa DHL tanah dan pH air adalah sifat kimia tanah dan air yang paling tinggi mempengaruhi TSS atau kadar gula. Apabila sifat kimia tanah dan air lainnya berada dalam keadaan konstan maka setiap kenaikan 0,767 satu satuan pH air dan penurunan 0,00603 DHL tanah, maka TSS naik 1%.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1983. Kunci status kesuburan tanah. Pusat penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor

Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. 2005. Laporan Akhir Teknologi Peningkatan Produktivitas Lahan dan Kualitas Tanaman Jeruk di Lahan Rawa. Balittra. Banjarbaru.

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. 1997. Usulan Pemutihan Varietas Jeruk Siam Banjar. Tanaman Pangan dan Hortikultura XI Kalimantan Selatan. Banjarbaru.

(15)

Dinas Pertanian Kabupaten Barito Kuala. 2004. Laporan Tahunan. Marabahan. Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo. Jakarta. Hardjowigeno. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.

Noor, M. 2004. Lahan Rawa. Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat Masam. PT. Radja Grafindo Persada, Jakarta Samson, J.A. 1980. Tropical Fruits. Tropical Agriculture Series. London.

Gambar

Gambar  1  menunjukkan  bahwa  pH  tanah  dan  pH  air  pada  tipe  lahan A  nyata    lebih  tinggi dari pH tanah dan pH air  tipe lahan B dan C
Gambar 2. Sifat  Kimia Tanah  (DHL Air  dan  DHL Tanah)  Pada  Berbagai Tipe  Lahan  Pasang  Surut  yang Ditanami Jeruk Siam Banjar.
Gambar 3. Sifat Kimia Tanah Sulfat Pada Berbagai Tipe Lahan Pasang Surut yang Ditanami Jeruk  Siam Banjar.
Gambar 4. Sifat Kimia Tanah Kalsium Pada Berbagai Tipe Lahan Pasang Surut yang Ditanami Jeruk  Siam Banjar.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam analisis ini akan dikaji faktor apa yang menjadi pembeda antara tinggi-rendahnya prevalensi stunting anak usia 2-3 tahun di tingkat provinsi setelah dikontrol oleh

Slamet Syamsuddin Drs... Malawi

At a similar loading, alkanolamide indicated a higher degree of silica dispersion, greater silica natural rubber e interaction and higher reinforcing ef ciency than ami-

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara lebih berorientasi pada pelayanan pendidikan yang bermutu dan berkualitas, melakukan penelitian- penelitian yang bermanfaat

Walaupun kategori respon petani terhadap varietas Inpari 30 termasuk pada katagori tinggi, namun apabila dilihat per komponen padi, tidak semua petani menyatakan

Untuk perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan jumlah stroke pada mesin sudah benar, karena industry stemping, jig proses produksinya berada pada jumlah

Kesimpulan yang diperoleh adalah penambahan serbuk lidah buaya memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kelulushidupan ikan mas pasca infeksi bakteri, penambahan serbuk