• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pola Hidup Terhadap Penyakit Stroke Pada Pasien Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pola Hidup Terhadap Penyakit Stroke Pada Pasien Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH POLA HIDUP TERHADAP PENYAKIT STROKE

PADA PASIEN YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH

SAKIT UMUM DR.ZAINOEL ABIDIN

BANDA ACEH TAHUN 2009

T E S I S

Oleh

ADE FIRZA SURYATI

077013001/IKM

ROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

PENGARUH POLA HIDUP TERHADAP PENYAKIT STROKE

PADA PASIEN YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM

DR.ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2009

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ADE FIRZA SURYATI 077013001/IKM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH POLA HIDUP TERHADAP PENYAKIT STROKE PADA PASIEN YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DR.ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2009

Nama Mahasiswa : Ade Firza Suryati Nomor Induk Mahasiswa : 077013001

Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Prof. dr. Sutomo Kasiman Sp. PD, Sp. JP) (Dr. Fikarwin Zuska) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (dr. Ria Masniari Lubis, MSi)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 01 September 2009

____________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Sutomo Kasiman Sp. PD,Sp. JP Anggota : 1. Dr. Fikarwin Zuska

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH POLA HIDUP TERHADAP PENYAKIT STROKE PADA PASIEN YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM

DR.ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2009

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2009

(6)

ABSTRAK

Penyakit stroke sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan karena selain dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat juga dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup. Stroke dapat disebabkan oleh pola hidup masyarakat yang tidak sehat. Di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh, penyakit stroke menempati urutan keenam dari 10 besar penyakit rawat inap terbanyak tahun 2007 yaitu sebanyak 304 kasus.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pola hidup (pola makan, olahraga dan merokok) terhadap penyakit stroke pada pasien yang dirawat inap di RSUZA Banda Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang menggunakan desain cross sectional study. Populasi adalah pasien stroke yang dirawat inap di RSUZA Banda Aceh pada bulan Juni dan Juli tahun 2009 yang berjumlah 57 orang dan sampel adalah total populasi. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi-square dan analisis multivariat dengan uji statistik regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pola makan (p=0,010), olahraga (p=0,035) dan merokok (p=0,049) terhadap penyakit stroke. Dari ketiga faktor tersebut yang paling dominan berpengaruh terhadap penyakit stroke pada pasien yang dirawat inap di RSUZA tahun 2009 adalah pola makan.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh agar dapat meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat Banda Aceh dalam memasyarakatkan pola hidup sehat.

(7)

ABSTRACT

Stroke until nowstill become a health problem because instead cause of death in a short time, can cause a permanent physical defect/handicap. Stroke can cause a community’s unhealthy pattern/style of life. In the Zainoel Abidin Banda Aceh Hospital, stroke was the sixth of the ten biggest most hospitalized diseases in 2007, comprising 304 cases.

The purpose of this analytical study by cross-sectional approach is to analyze the influence of the patterns of life (such as the patterns of eating, exercise, and smoking) on stroke patients who were hospitalized in the Zainoel Abidin Banda Aceh Hospital. The population of this study were 57 stroke patients who were hospitalized in the Zainoel Abidin Banda Aceh Hospital from June to July 2009 and all of the patients were selected to be the samples in this study. The data obtained were statistically analyzed through univariate analysis, bivariate analysis with Chi-square test, and multivariate analysis with multiple logistic regression test.

The result of this study showed that there was a significant influence between the patterns of eating (p=0,010), exercise (p=0,035) and smoking (p=0,049) and the stroke disease. The most dominant factor of the three factors having influence on the stroke suffered by the patients who were hospitalized in the Zainoel Abidin Hospital Banda Aceh in 2009 was the pattern of eating

It is suggested that Banda Aceh District Health Office to increase health promotion to the people of Banda Aceh in an attemp to socialize the pattern of healthy life.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T. karena atas berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini, yang berjudul ”Pengaruh Pola

Hidup terhadap Penyakit Stroke pada Pasien yang Dirawat Inap di Rumah Sakit

Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009”.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak

Prof. dr. Chairudin P. Lubis, DTM&H, Sp. A(K).

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada dr.

Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara, Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Ketua Program Studi Magister

Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Prof. Dr. Ida Yustina,

MSi selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara. Terima kasih juga penulis haturkan kepada Prof. dr.

Sutomo Kasiman Sp. PD, Sp. JP selaku Ketua Komisi Pembimbing yang selalu

bersedia meluangkan waktu dalam membimbing, memberikan masukan, dan

pemikiran dengan penuh kesabaran ditengah-tengah kesibukannya, Dr. Fikarwin

Zuska sebagai anggota Komisi Pembimbing yang dengan tulus ikhlas membimbing

(9)

selaku Direktur Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh beserta staf

yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Terima kasih yang tak terhingga juga kepada suami tercinta H. M. Syahriadi

serta ananda tercinta Aisyah Humaira dan Fatimah Az-zahra yang senantiasa

memberikan dorongan, semangat, dan mendoakan penulis selama mengikuti

perkuliahan hingga selesai pendidikan. Terima kasih juga kepada ayahanda tercinta

H. M. Rusli dan ibunda tercinta Alm. Hj. Rostina yang selalu mendoakan dan

memberikan dorongan serta perhatian kepada penulis.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada para keluarga pasien yang

menjadi subjek penelitian yang bersedia meluangkan waktu untuk wawancara, serta

teman-teman mahasiswa/mahasiswi Program Studi Magister Ilmu Kesehatan

Masyarakat minat studi Administrasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Angkatan 2007 yang telah banyak membantu dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari

berbagai pihak guna perbaikan serta penyempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis

mengucapkan terima kasih banyak. Semoga tesis ini bermanfaaat bagi kita semua dan

mendapatkan berkah serta rahmat Allah S.W.T. Amin ya Rabbal’alamin.

Medan, Juli 2009 Penulis

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan tanggal 13 Februari 1966, beragama Islam, anak

keenam dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda H. M. Rusli dan Ibunda Alm.

Hj. Rostina. Menikah dengan H. M. Syahriadi dan dikaruniai 2 orang putri, Aisyah

Humaira dan Fatimah Az-zahra, sekarang menetap di Jl. T. Chik Dipineung IX No.5

Kampung Pineung Banda Aceh.

Memulai pendidikan di Sekolah Dasar Hang Kesturi Medan lulus tahun 1979,

melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Hang Kesturi Medan lulus

tahun 1982, meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Medan

lulus tahun 1985, melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara Medan lulus tahun 1992, selanjutnya meneruskan pendidikan S-2 di

Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

tahun 2007.

Riwayat pekerjaan, pertama kali ditempatkan di Rumah Sakit Umum dr.

Zainoel Abidin dari tahun 1993 sampai tahun 1996 sebagai dokter PTT (Pegawai

Tidak Tetap). Tahun 1996 sampai sekarang sebagai dokter PNS di Rumah Sakit

Umum dr. Zainoel Abidin. Tahun 2007 sampai sekarang menjalani tugas belajar di

Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat minat studi Administrasi Rumah

(11)

DAFTAR ISI

(12)

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 42

3.6. Metode Pengukuran ... 43

3.6.1. Variabel Bebas (Independen)... 43

3.6.2. Variabel Terikat (Dependen)... 45

3.7. Metode Analisis Data... 46

BAB IV : HASIL PENELITIAN ... 48

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 48

4.2 Karakteristik Responden. ... 49

4.3 Analisis Univariat ... 51 Olah Raga terhadap Stroke... 54

4.4.3...Pengaruh Merokok terhadap Stroke... 55

4.5Analisis Multivariat... 56

BAB V : PEMBAHASAN ... 58

5.1 Penyakit Stroke ... 58

5.2 Pengaruh pola makan terhadap terjadinya stroke... 59

5.3 Pengaruh olahraga terhadap terjadinya stroke ... 63

5.4 Pengaruh merokok terhadap penyakit stroke ... 64

5.5 Keterbatasan Penelitian... 66

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

6.1 Kesimpulan ... 67

6.2 Saran... 67

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)... 44

3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen) ... 46

4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Pekerjaan ... 50

4.2. Distribusi Frekuensi Pola Makan Responden ... 51

4.3. Distribusi Frekuensi Olah Raga Responden ... 52

4.4. Distribusi Frekuensi Merokok Responden ... 52

4.5. Distribusi Frekuensi Stroke... 53

4.6. Hasil Analisis Uji Bivariat antara Variabel Independen dengan Diagnosa Stroke di RSU Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009 ... 54

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(15)

ABSTRAK

Penyakit stroke sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan karena selain dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat juga dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup. Stroke dapat disebabkan oleh pola hidup masyarakat yang tidak sehat. Di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh, penyakit stroke menempati urutan keenam dari 10 besar penyakit rawat inap terbanyak tahun 2007 yaitu sebanyak 304 kasus.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pola hidup (pola makan, olahraga dan merokok) terhadap penyakit stroke pada pasien yang dirawat inap di RSUZA Banda Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang menggunakan desain cross sectional study. Populasi adalah pasien stroke yang dirawat inap di RSUZA Banda Aceh pada bulan Juni dan Juli tahun 2009 yang berjumlah 57 orang dan sampel adalah total populasi. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi-square dan analisis multivariat dengan uji statistik regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pola makan (p=0,010), olahraga (p=0,035) dan merokok (p=0,049) terhadap penyakit stroke. Dari ketiga faktor tersebut yang paling dominan berpengaruh terhadap penyakit stroke pada pasien yang dirawat inap di RSUZA tahun 2009 adalah pola makan.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh agar dapat meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat Banda Aceh dalam memasyarakatkan pola hidup sehat.

(16)

ABSTRACT

Stroke until nowstill become a health problem because instead cause of death in a short time, can cause a permanent physical defect/handicap. Stroke can cause a community’s unhealthy pattern/style of life. In the Zainoel Abidin Banda Aceh Hospital, stroke was the sixth of the ten biggest most hospitalized diseases in 2007, comprising 304 cases.

The purpose of this analytical study by cross-sectional approach is to analyze the influence of the patterns of life (such as the patterns of eating, exercise, and smoking) on stroke patients who were hospitalized in the Zainoel Abidin Banda Aceh Hospital. The population of this study were 57 stroke patients who were hospitalized in the Zainoel Abidin Banda Aceh Hospital from June to July 2009 and all of the patients were selected to be the samples in this study. The data obtained were statistically analyzed through univariate analysis, bivariate analysis with Chi-square test, and multivariate analysis with multiple logistic regression test.

The result of this study showed that there was a significant influence between the patterns of eating (p=0,010), exercise (p=0,035) and smoking (p=0,049) and the stroke disease. The most dominant factor of the three factors having influence on the stroke suffered by the patients who were hospitalized in the Zainoel Abidin Hospital Banda Aceh in 2009 was the pattern of eating

It is suggested that Banda Aceh District Health Office to increase health promotion to the people of Banda Aceh in an attemp to socialize the pattern of healthy life.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit stroke sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang

utama baik di negara maju maupun di negara berkembang, karena disamping

menyebabkan angka kematian yang tinggi, stroke juga sebagai penyebab kecacatan

yang utama. Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia, bahkan di

banyak rumah sakit dunia stroke merupakan penyebab kematian nomor satu. Banyak

ahli kesehatan dunia juga yakin bahwa serangan stroke adalah penyebab kecacatan

nomor satu di dunia (Suyono, 2005).

Angka kecacatan akibat stroke umumnya lebih tinggi dari angka kematian,

perbandingan antara cacat dan mati dari penderita stroke adalah empat berbanding

satu. Stroke paling banyak menyebabkan orang cacat pada kelompok usia diatas 45

tahun. Banyak penderitanya yang menjadi cacat dan tidak mampu lagi mencari

nafkah seperti sedia kala (Lumbantobing, 2003).

Kasus stroke di seluruh dunia diperkirakan mencapai 50 juta jiwa, dan 9 juta

di antaranya menderita kecacatan berat. Yang lebih memprihatinkan lagi 10 persen di

antara mereka yang terserang stroke mengalami kematian. Tingginya angka kejadian

stroke bukan hanya di negara maju saja, tapi juga menyerang negara berkembang

seperti Indonesia karena perubahan tingkah laku dan pola hidup masyarakat (Gemari

(18)

Menurut Basjiruddin yang dikutip oleh Gemari online (2009), sedikitnya 10%

dari 5,5 juta kematian di dunia disebabkan penyakit stroke, dan 50 juta orang yang

masih hidup kehilangan pekerjaan karena cacat yang ditimbulkannya.

Penderita stroke menunjukkan kenaikan setiap tahunnya, dimana insiden

stroke di Amerika Serikat ± 700.000 pertahunnya dan merupakan penyebab kematian

ketiga setelah penyakit jantung koroner dan kanker. Perbandingan antara penderita

stroke pria dan wanita di Amerika Serikat adalah 1,2 : 1 serta perbandingan antara

kulit hitam dan kulit putih yakni 1,8 : 1. (Caplan, 2000). Di negara industri, penyakit

stroke umumnya merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak pada kelompok

usia lanjut setelah penyakit jantung dan kanker (Lumbantobing, 2003).

Penyakit Tidak Menular (PTM) utama yang terdiri dari penyakit

kardiovaskular, stroke, kanker, Diabetes Mellitus (DM), Penyakit Paru Obstruktif

Kronik (PPOK), telah meningkat di beberapa negara terutama di negara berkembang.

Secara global World Health Organization (WHO) memperkirakan PTM

menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan di seluruh dunia (Sam, 2007).

WHO bahkan memperkirakan pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73%

kematian dan 60% kesakitan di seluruh dunia (Depkes, 2007).

Di Indonesia, stroke juga merupakan salah satu penyebab kematian terbesar.

Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat tajam akhir-akhir ini, bahkan menurut

Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) saat ini Indonesia adalah negara dengan

penderita stroke terbesar di Asia (Ranakusumah dalam Kantor Berita Indonesia (KBI)

(19)

Menurut Misbach dalam Gemari online (2009), penyakit stroke menduduki

urutan ketiga sebagai penyebab kematian di Indonesia. Hal ini tidak jauh berbeda

dengan laporan kematian stroke yang ada di negara-negara maju. Penyebab terjadinya

stroke adalah karena pola hidup yang tidak teratur, serangan jantung terutama atrium

fibrialasi, merokok, serta penyempitan pada pembuluh darah otak

Berdasarkan laporan WHO, kasus stroke yang terjadi di Indonesia tahun 2002

telah menyebabkan kematian lebih dari 123.000 orang. Dan karena belum adanya

strategi penanganan yang baku, jumlah kematian akibat stroke ini diperkirakan akan

meningkat setiap tahunnya (Lamsudin dalam Suyono, 2005).

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

tahun 2001, proporsi kematian akibat PTM meningkat dari 25,41% di tahun 1990

menjadi 48,53% di tahun 2001. Proporsi kematian karena Penyakit Jantung dan

Pembuluh Darah meningkat dari 9,1% tahun 1986 menjadi 26,3% tahun 2001.

Proporsi kematian akibat stroke meningkat dari 5,5% tahun 1986 menjadi 11,5% di

tahun 2001. Keadaan ini terus meningkat dari tahun ke tahun dengan kejadian PTM

yang terus mewabah yang disebabkan pola hidup yang salah (Yayasan Jantung

Indonesia, 2006).

Terdapat beberapa pembagian faktor risiko stroke, yaitu: 1. Faktor risiko

stroke yang tak dapat diubah (nonmodifiable), terdiri dari: a) Umur, b) Jenis kelamin,

c) Keturunan, d) Ras, dan 2. Faktor risiko stroke yang dapat diubah (modifiable),

meliputi: a) Hipertensi, b) Penyakit jantung, c) Diabetes Mellitus (DM),

(20)

asimtomatik, h) Riwayat stroke dan TIA, i) Penyakit infeksi, j) Riwayat migrain, k)

Kontrasepsi oral, l) Pola makan, m) kurang olahraga, n) obesitas (Caplan, 2000;

Rowland, 2000; Aliah dan Widjaja, 2006).

Dari faktor risiko tersebut diatas, pola hidup masyarakat yang meliputi pola

makan, aktivitas fisik/olahraga, merokok, alkohol dan stres merupakan salah satu

faktor risiko yang diduga berperan dalam menimbulkan penyakit pemicu serangan

stroke. Menurut Yastroki (2007), keadaan rawan stroke di Indonesia terus meningkat.

Kombinasi perubahan fisik, lingkungan, kebiasaaan, gaya hidup dan jenis penyakit

yang berkembang dengan tiba-tiba, menyebabkan risiko masyarakat terkena serangan

stroke di Indonesia secara kumulatif bisa meningkat menjadi 10 sampai 15 kali atau

yang pasti jauh lebih besar dibandingkan masa-masa sebelumnya.

Perubahan pola hidup sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan

peningkatan penyakit yang terjadi dewasa ini. Perubahan pola hidup yang sangat

mencolok mengakibatkan banyak masalah kesehatan. Wajar saja bila saat ini banyak

bermunculan penyakit (Gemari online, 2009).

PTM seperti penyakit kardiovaskuler, stroke, diabetes tipe II, penyakit paru

obsruktif kronik dan kanker tertentu, dalam kesehatan masyarakat sebenarnya dapat

digolongkan sebagai satu kelompok Penyakit Tidak Menular utama yang mempunyai

faktor risiko yang sama yaitu rokok, pola makan yang tidak seimbang, kurang

bergerak dan adanya kondisi lingkungan yang tidak kondusif terhadap kesehatan

(Argedireja dalam KBI Gemari, 2003). Perubahan pola struktur masyarakat dari

(21)

masyarakat diduga sebagai hal yang melatarbelakangi prevalensi PTM, sehingga

kejadian penyakit tidak menular semakin bervariasi dalam transisi epidemiologi

(Sam, 2007).

Pola hidup sehat banyak berhubungan dengan kesehatan jantung serta jaringan

pembuluh darah termasuk stroke (Yastroki, 2007). Saat ini risiko serangan stroke

meningkat 10-15 kali, keadaan ini dibandingkan dengan tahun 1970 yang hanya

sekitar 2,5 % jelas ada peningkatan yang cukup tajam. Adapun penyebab tingginya

angka kejadian stroke di Indonesia akhir-akhir ini lebih disebabkan karena pola hidup

masyarakat yang tidak sehat, seperti malas bergerak, makanan berlemak dan

kolesterol tinggi, sehingga banyak diantara mereka mengidap penyakit yang menjadi

pemicu timbulnya serangan stroke (Samino dalam KBI Gemari 2002).

Masyarakat Aceh memiliki kebiasaan makan makanan yang sangat khas.

Perbedaan yang cukup menyolok didalam tradisi makan dan minum masyarakat Aceh

dengan masyarakat lain di Indonesia adalah pada lauk pauknya. Lauk pauk yang biasa

dimakan oleh masyarakat Aceh sangat spesifik dan bercita rasa seperti masakan

India. Lauk pauk utama masyarakat Aceh dapat berupa ikan, daging (kambing, sapi,

ayam, itik). Diantara makanan khas Aceh adalah gulai kambing (kari kambing), sie

reboih (daging rebus), gulai itik/ayam, gulai pliek-u, gulai rampoe, yang umumnya

menggunakan santan kental (AcehVirtual, 2009; Wibowo, 2009).

Dalam tradisi minum pada masyarakat Aceh adalah minum kopi di warung/

kedai kopi. Kebiasaan ini jarang ditemui pada beberapa masyarakat lain di Indonesia.

(22)

membudaya di kalangan masyarakat Aceh (Wibowo, 2009). Disamping itu

masyarakat Aceh juga mempunyai aneka jenis penganan yang sangat khas antara lain

kue timphan, meusekat, dodol dan ketan durian yang bahan dasarnya adalah santan

dan gula (Wikipedia, 2007).

Semua jenis makanan dan minuman tersebut sangat berpotensi untuk

timbulnya penyakit penyakit seperti hipertensi, dislipidemia, diabetes mellitus dan

penyakit jantung, dimana penyakit penyakit tersebut merupakan salah satu faktor

risiko untuk terjadinya stroke (Aliah dan Widjaja, 2006).

Berdasarkan Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Dokter Zainoel Abidin

(RSUZA) Banda Aceh tahun 2007 mengenai 10 besar penyakit rawat inap diperoleh

data bahwa penyakit serebrovaskular (stroke) menempati urutan ke 6 (304 kasus).

Sementara sebagai penyebab kematian, penyakit tersebut menempati urutan ke 7 dari

ratio 10 besar penyakit penyebab kematian. Hipertensi menempati urutan ke 3 (3970

kasus) dari 10 besar penyakit rawat jalan, DM menempati urutan pertama (11.234

kasus) pada 10 besar penyakit rawat jalan dan urutan ke 3 (377 kasus) pada 10 besar

penyakit rawat inap. Sementara penyakit jantung menempati urutan ke 7 (2322 kasus)

pada 10 besar penyakit rawat jalan (RSUZA, 2007).

Salah satu penyakit pemicu timbulnya serangan stroke yang utama adalah

hipertensi. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Framingham, seorang penderita

hipertensi memiliki risiko terkena stroke 7 kali lebih tinggi dibanding orang normal

(Klinik sehat, 2008). Peningkatan tekanan sistolik maupun diastolik berkaitan dengan

(23)

maka risiko stroke meningkat 2 kali lipat. Apabila hipertensi dapat dikendalikan

dengan baik maka risiko stroke turun sebanyak 28–38%. Pengendalian hipertensi

dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pengendalian gaya hidup (lifestyle)

dan pemberian obat antihipertensi (Bethesda Stroke Center, 2007).

Penyakit pemicu stroke lainnya adalah diabetes melitus. Menurut Langi dalam

Patologi (2009), Individu yang mengalami diabetes melitus mempunyai risiko

serangan jantung dan stroke 2 kali lebih sering dibandingkan orang normal. Bahkan

menurut Ranakusumah yang dikutip Aceh Forum Community (2007), meski penyakit

hipertensi termasuk penyakit yang memiliki peluang tinggi untuk mendapatkan

serangan stroke, namun secara umum penderita diabetes justru memiliki risiko tiga

kali lebih besar mendapatkan serangan stroke daripada penderita hipertensi.

Penyakit jantung juga merupakan penyakit yang erat kaitannya dengan stroke.

Dari studi Framingham diperoleh bahwa peningkatan insidensi stroke 18 kali pada

fibrilasi atrial yang berhubungan dengan penyakit jantung katup rematik, dan pada

fibrilasi atrial bukan katup risiko stroke meningkat hingga hampir 5 kali. Dengan

demikian, penyakit jantung adalah faktor risiko yang penting bagi stroke iskemik,

sedangkan perannya sebagai faktor risiko pada stroke hemoragik masih perlu

pembuktian yang lebih pasti (Aliah dan Widjaja, 2006). Penyakit jantung koroner

merupakan penyebab kematian terbanyak pada penderita stroke (Klinik sehat, 2008).

Seseorang yang mempunyai faktor keturunan penyakit jantung dan stroke

harus lebih berhati-hati dengan pola hidup yang dijalani. Walaupun pola hidup yang

(24)

tetapi manfaat yang akan diperoleh adalah sangat besar. Semakin banyak faktor

pemicu risiko dalam tubuh, makin besar kemungkinan seseorang terkena jantung

koroner dan stroke. Apabila seorang memiliki tiga faktor misalnya perokok,

kolesterol tinggi dan kurang berolahraga kemungkinan terkena serangan jantung 6

kali dibanding orang yang mempunyai satu faktor bahkan 10 kali dari mereka yang

tanpa risiko (Papuamania.com, 2003).

Upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular sudah

dilakukan oleh berbagai pihak bukan hanya oleh pemerintah saja baik secara

sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Fokus pencegahan dan penanggulangan bersifat

paripurna dan promotif sampai rehabilitatif dengan fokus utama adalah pencegahan,

deteksi dini dan paliatif pada golongan penyakit yang angka kejadiannya tinggi dan

feasible untuk dilaksanakan. Saat ini Depkes telah menyusun kebijakan dan strategi

nasional pencegahan dan penanggulangan PTM yang meliputi 3 komponen utama,

yaitu surveilans PTM, promosi dan pencegahan PTM serta manajemen dan pelayanan

PTM. Kebijakan tersebut tidak mungkin dilaksanakan hanya bersandarkan pada

kemampuan pemerintah, tetapi harus melibatkan seluruh komponen masyarakat

(Argedireja dalam KBI Gemari, 2003).

Menurut Suyono dalam Yastroki (2007), saat ini Yastroki juga sedang

mengembangkan upaya memasyarakatkan pola hidup sehat, sekaligus pencegahan

stroke. Karena pola hidup sehat banyak berhubungan dengan kesehatan jantung serta

jaringan pembuluh darah termasuk stroke. Untuk mendapatkan hasil yang optimal,

(25)

juta jiwa dan telah mengalami kemajuan demografis membiasakan dirinya untuk

hidup sehat, memahami dan akrab dengan tanda-tanda awal serangan stroke dan

mampu memelihara dirinya dengan baik, melalui pengembangan Gerakan Peduli

Stroke (Gelis). Gerakan ini, menurutnya, merupakan jawaban untuk hidup sehat

dalam alam modern, sekaligus membantu masyarakat memahami langkah-langkah

yang perlu diambil, akrab dengan keadaan dirinya, mengetahui secara mendalam

kemungkinan menderita penyakit degeneratif, khususnya stroke, dan mempunyai

komitmen tinggi untuk ikut mengembangkan jaringan yang dapat menolong dirinya.

Upaya itu antara lain berupa peningkatan kesadaran, pendidikan, dan sekaligus

pelatihan hidup sehat yang diwujudkan melalui berbagai upaya di sekolah, atau di

lingkungan masyarakat luas. Tujuannya adalah agar setiap anak bangsa, terutama

keluarga rawan stroke, juga keluarga dengan penderita stroke, dapat menjadi

pendamping yang akrab terhadap kemungkinan terkena stroke. Pemberian

pengetahuan tentang pola hidup sehat tersebut idealnya diberikan sejak sekolah dasar.

Berdasarkan tinjauan diatas, tampak bahwa stroke merupakan salah satu

masalah kesehatan yang cukup besar dan memerlukan penanganan yang tepat serta

melakukan pencegahan dengan baik pula tentunya. Berbagai faktor dapat menjadi

tolok ukur dalam menilai besarnya kemungkinan seseorang akan mengalami serangan

stroke. Karenanya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana

pengaruh faktor kebiasaan masyarakat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

terhadap risiko serangan stroke tersebut karena salah satu faktor yang diduga

(26)

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut : Apakah ada pengaruh pola hidup (pola makan, olahraga dan merokok)

terhadap penyakit stroke pada pasien yang dirawat inap di RSUZA Banda Aceh

Tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pengaruh pola hidup (pola makan, olahraga dan

merokok) terhadap penyakit stroke pada pasien yang dirawat inap di

RSUZA Banda Aceh Tahun 2009.

2. Untuk mengetahui variabel pola hidup yang paling dominan memengaruhi

terjadinya stroke.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh pola hidup (pola makan, olahraga dan merokok) terhadap

penyakit stroke pada pasien yang dirawat inap di RSUZA Banda Aceh Tahun 2009.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi bagi Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam dalam membuat kebijakan untuk menurunkan kejadian penyakit

stroke melalui upaya peningkatan pola hidup sehat.

2. Sebagai tambahan informasi bagi masyarakat untuk dapat menghindari

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Stroke 2.1.1. Definisi

Menurut WHO, stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak,

baik fokal maupun menyeluruh (global) yang berlangsung dengan cepat, dengan

gejala-gejala yang berlangsung selama lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian

tanpa adanya penyebab lain selain daripada gangguan vaskular (Junaidi, 2003; Aliah

dkk, 2007).

2.1.2. Epidemiologi

Kasus stroke di seluruh dunia diperkirakan mencapai 50 juta jiwa, dan 9 juta

di antaranya menderita kecacatan berat. Yang lebih memprihatinkan lagi 10 persen di

antara mereka yang terserang stroke mengalami kematian (Gemari online, 2009).

Di negara industri, penyakit stroke umumnya merupakan penyebab kematian

ketiga terbanyak pada kelompok usia lanjut setelah penyakit jantung dan kanker

(Lumbantobing, 2003). Insiden stroke di Amerika Serikat ± 700.000 pertahunnya

dan merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung koroner dan

kanker. Perbandingan penderita stroke di Amerika Serikat antara pria dan wanita

adalah 1,2 : 1 serta perbandingan stroke antara kulit hitam dan kulit putih yakni 1,8 :1

(28)

Di Indonesia, stroke juga merupakan salah satu penyebab kematian terbesar.

Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat tajam akhir-akhir ini, bahkan menurut

Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) saat ini Indonesia adalah negara dengan

penderita stroke terbesar di Asia (Ranakusumah dalam Kantor Berita Indonesia (KBI)

Gemari, 2002).

Menurut Misbach dalam Gemari online (2009), penyakit stroke menduduki

urutan ketiga sebagai penyebab kematian di Indonesia. Hal ini tidak jauh berbeda

dengan laporan kematian stroke yang ada di negara-negara maju. Penyebab terjadinya

stroke adalah karena pola hidup yang tidak teratur, serangan jantung terutama atrium

fibrialasi, merokok, serta penyempitan pada pembuluh darah otak.

Berdasarkan laporan WHO, kasus stroke yang terjadi di Indonesia tahun 2002

telah menyebabkan kematian lebih dari 123.000 orang. Dan karena belum adanya

strategi penanganan yang baku, jumlah kematian akibat stroke ini diperkirakan akan

meningkat setiap tahunnya (Lamsudin dalam Suyono, 2005).

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

tahun 2001, proporsi kematian akibat stroke meningkat dari 5,5% tahun 1986 menjadi

11,5% di tahun 2001 (Yayasan Jantung Indonesia, 2006).

Stroke merupakan salah satu penyakit penyebab kematian dan kecacatan yang

utama di Indonesia. Stroke paling banyak menyebabkan kecacatan pada kelompok

usia diatas 45 tahun. Banyak penderitanya yang menjadi cacat dan tidak mampu lagi

mencari nafkah seperti sediakala, menjadi tergantung pada orang lain dan tidak jarang

menjadi beban bagi keluarganya. Beban ini dapat berupa beban tenaga, beban

(29)

Berdasarkan Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Dokter Zainoel Abidin

(RSUZA) Banda Aceh mengenai 10 besar penyakit rawat inap tahun 2007 diperoleh

data bahwa penyakit serebrovaskular (stroke) menempati urutan ke enam (304

kasus). Sementara sebagai penyebab kematian, penyakit serebrovaskular menempati

urutan ketujuh dari ratio 10 besar penyakit penyebab kematian tahun 2007 di RSUZA

(RSUZA, 2007).

2.1.3. Klasifikasi Stroke

Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke, semuanya berdasarkan atas

gambaran klinik, patologi anatomi, sistem pembuluh darah dan stadiumnya. Dasar

klasifikasi yang berbeda-beda ini perlu, sebab setiap jenis stroke mempunyai cara

pengobatan, preventif dan prognosa yang berbeda, walaupun patogenesisnya serupa

(Misbach, 1999).

Menurut Misbach (1999) dan Junaidi (2003), klasifikasi stroke antara lain;

1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :

a. Stroke Iskemik yaitu penyakit stroke yang terjadi oleh karena suplai darah ke

otak terhambat atau berhenti. Terdiri dari: Transient Ischemic Attack (TIA),

trombosis serebri, emboli serebri.

b. Stroke Hemoragik yaitu penyakit stroke yang terjadi oleh karena pecahnya

pembuluh darah di otak terdiri dari perdarahan intraserebral, perdarahan

(30)

2. Berdasarkan stadium/pertimbangan waktu :

a. Serangan iskemik sepintas/TIA

Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran

darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam

b. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)

Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari

24 jam, tetapi tidak lebih dari seminggu.

c. Progressive stroke atau stroke in evolution

Gejala neurologik yang makin lama makin berat.

d. Complete stroke

Gejala klinis sudah menetap

3. Berdasarkan sistem pembuluh darah :

a. Sistem karotis

b. Sistem vertebrobasiler

Untuk penggunaan klinis yang lebih praktis lagi adalah klasifikasi dari New

York Neurologicai Institute, dimana stroke menurut mekanisme terjadinya dibagi

dalam dua bagian besar, yaitu (Caplan, 2000; Rowland, 2000):

1. Stroke Iskemik (85%) yang berdasarkan penyebabnya terdiri dari :

a. Trombosis (75 – 80%)

b. Emboli (15 -20%)

(31)

2. Stroke Hemoragik (10 – 15%) yang terdiri dari :

a. Perdarahan Intraserebral (PIS)

b. Perdarahan subaraknoidal (PSA)

2.1.4. Patofisiologi Stroke

Patofisiologi stroke dapat dibedakan atas (Aliah dkk, 2007):

1. Patofisiologi stroke iskemik

Stroke iskemik terjadi oleh karena adanya perubahan aliran darah di otak, dimana

terjadi penurunan aliran darah secara sigifikan. Ada beberapa faktor yang

memengaruhi aliran darah di otak, antara lain :

a. Keadaan pembuluh darah, dapat menyempit akibat aterosklerosis atau

tersumbat oleh trombus atau embolus.

b. Keadaan darah : viskositas darah yang meningkat dan hematokrit yang

meningkat menyebabkan aliran darah ke otak lebih lambat, anemia yang berat

menyebabkan oksigenasi otak menurun.

c. Tekanan darah sistemik memegang peranan terhadap tekanan perfusi otak.

d. Kelainan jantung : menyebabkan menurunnya curah jantung serta lepasnya

embolus yang menimbulkan iskemia otak.

Sebagai akibat dari menurunnya aliran darah ke sebagian otak tertentu, maka

akan terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini

dimulai ditingkat seluler, berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang diikuti

dengan kerusakan pada fungsi utama serta integritas fisik dari susunan sel,

(32)

2. Patofisiologi stroke hemoragik

Gambaran patologik pada otak menunjukkan ekstravasasi darah karena

robeknya pembuluh darah otak diikuti pembentukan edema dalam jaringan otak

disekitar hematom. Akibatnya terjadi diskontuinitas jaringan dan kompresi oleh

hematom dan edema pada struktur sekitar (termasuk pembuluh darah otak) dan

menyempitkannya, sehingga terjadi pula iskemi pada jaringan yang dilayaninya.

Gejala klinis yang timbul bersumber dari destruksi jaringan otak, kompresi

pembuluh darah otak dan akibat kompresi pada jaringan otak lainnya (Aliah dkk,

2007).

2.1.5. Gejala Klinis

Menurut Yatim (2000) dan Aliah dkk (2007), gejala klinis yang timbul akibat

gangguan peredaran darah otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh

darah dan lokalisasinya.

Gejala klinis dari stroke dibedakan atas (Aliah dkk, 2007):

1. Stroke iskemik

Gejala utama stroke iskemik akibat trombosis serebri adalah timbulnya defisit

neurologik secara mendadak, didahului gejala prodromal, terjadi pada waktu

istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun. Biasanya

terjadi pada usia diatas 50 tahun. Pada punksi lumbal, liquor serebrospinalis

jernih, tekanan normal, dan eritrosit kurang dari 500. Pemeriksaan CT Scan dapat

(33)

Pada stroke iskemik akibat emboli serebri, biasanya didapatkan pada usia

yang lebih muda, gejala timbul mendadak dan pada waktu aktif. Bila embolus

cukup besar dapat mengakibatkan penurunan kesadaran. Pada punksi lumbal,

liquor serebrospinalis normal.

Perdarahan otak dilayani oleh 2 sistem yaitu sistem karotis dan sistem

vertebrobasiler. Gangguan pada sistim karotis menyebabkan (Mangunsong dan

Hadinoto, 1992):

a. Gangguan penglihatan, seperti : amaurosis fugax, hemianopsihomonim.

b. Gangguan bicara, seperti : disfasia, afasia

c. Gangguan motorik, seperti : hemiplegi, hemiparesis kontralateral.

d. Gangguan sensorik, seperti : hemihipestesia

Gangguan pada sistem vertebrobasilar menyebabkan :

a. Gangguan penglihatan, seperti : pandangan kabur, buta.

b. Gangguan nervus kranialis bila mengenai batang otak.

c. Gangguan motorik, seperti: hemiparesis kontralateral.

d. Gangguan koordinasi.

e. Gangguan sensorik, seperti: hemianestesia kontralateral.

f. Gangguan kesadaran.

g. Kombinasi.

2. Stroke hemoragik

a. Stroke hemoragik dengan perdarahan intra serebral (PIS)

Gejala prodromal biasanya tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi.

(34)

emosi. Gejala yang timbul biasanya berupa nyeri kepala yang hebat sekali

disertai mual dan muntah, hemiparesis/hemiplegi. Kesadaran biasanya menurun

dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% terjadi antara

setengah sampai 2 jam dan 12% terjadi setelah 2 jam).

b. Stroke hemoragik dengan perdarahan subaraknoidal (PSA)

Gejala prodromal : nyeri kepala hebat (10%), 90% tanpa keluhan sakit kepala.

Kesadaran sering terganggu serta dijumpai tanda rangsang meningeal. Gejala

neurologik fokal bergantung pada lokasi lesi.

2.1.6. Diagnosis Stroke

Diagnostik stroke didasarkan atas hasil penemuan klinis, pemeriksaan

tambahan dan laboratorium (Aliah dkk, 2007). Diagnosa klinis dapat ditetapkan dari

anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologis dimana didapatkan gejala-gejala yang

sesuai dengan waktu perjalanan penyakitnya dan gejala serta tanda yang sesuai

dengan daerah pendarahan pembuluh darah otak tertentu (Mangunsong dan Hadinoto

1992).

Pada stroke iskemik, dari anamnesa di dapat keluhan dan gejala neurologik

mendadak, tanpa adanya trauma kepala serta adanya faktor risiko stroke. Pada

pemeriksaan fisik dijumpai adanya defisit neurologik fokal, ditemukan penyakit

sebagai faktor risiko seperti hipertensi, kelainan jantung dan lain-lain. Pemeriksaan

(35)

Imaging (MRI), angiografi, dan pemeriksaan likuor serebrospinalis dapat membantu

membedakan infark dan perdarahan otak. Pemeriksaan laboratorium,

Electrocardiografi dan lain-lain dapat digunakan untuk menemukan faktor risiko

(Aliah dkk, 2007).

Pada stroke hemoragik, diagnosa ditegakkan juga didasarkan atas gejala dan tanda-tanda klinis serta hasil pemeriksaan tambahan, dimana hasil CT scan adalah paling terpercaya (Aliah dkk, 2007).

2.1.7. Penatalaksanaan

Penderita yang baru saja mengalami stroke sebaiknya segera dibawa ke rumah

sakit agar dapat diberikan penanganan yang optimal. Dari penelitian diperoleh

kesimpulan bahwa semakin cepat pertolongan diberikan, semakin baik hasil yang

dicapai (Lumbantobing, 2003). Menurut Misbach (1999), prognosis penderita sangat

tergantung terutama kepada kecepatan pertolongan saat therapeutic window yang

relatif sangat pendek (±3 jam). Oleh karena itu pertolongan terpadu dan rasional

secara cepat, tepat dan cermat akan menurunkan mortalitas dan morbiditas sehingga

akan meningkatkan kualitas hidup penderita.

Adapun tujuan terapi pada fase akut adalah (Lumbantobing, 2003):

1. Mencegah agar stroke tidak berlanjut atau berulang

2. Melakukan upaya agar cacat dapat diatasi

3. Mencegah terjadinya komplikasi

(36)

5. Membantu pemulihan penderita, misalnya melalui obat-obatan, terapi fisik dan

psikis

6. Mencegah terjadinya kematian

Penatalaksanaan stroke terdiri dari (Aliah dkk, 2007):

1. Penatalaksanaan stroke iskemik, dibedakan pada fase akut dan fase pasca akut

a. Pada fase akut, sasaran pengobatan adalah untuk menyelamatkan neuron yang

menderita jangan sampai mati dan agar proses patologik lainnya yang

menyertai tidak mengganggu fungsi otak. Tindakan dan obat yang diberikan

harus menjamin perfusi darah ke otak tetap cukup. Memantau jalan nafas,

fungsi pernafasan dan sirkulasi serta penggunaan obat untuk memulihkan

aliran darah dan metabolisme otak yang menderita.

Menurut Lumbantobing (2003), tujuan terapi medik pada stroke

iskemik adalah agar reaksi lanjutan yang terjadi setelah otak mengalami

iskemi seperti edema (sembab) disebagian otak, perubahan vaskularisasi dan

perubahan neurotransmiter jangan sampai merugikan penderita. Diupayakan

agar aliran darah didaerah yang iskemik dapat dipulihkan, demikian juga

metabolismenya.

b. Pada fase pasca akut, sasaran pengobatan dititik beratkan pada tindakan

rehabilitasi penderita dengan fisioterapi, terapi wicara dan psikoterapi serta

pencegahan terulangnya stroke dengan jalan mengobati dan menghindari

(37)

2. Penatalaksanaan stroke hemoragik

Karena biasanya penderita berada dalam keadaan koma, maka pengobatan dibagi

dalam pengobatan umum dan pengobatan spesifik (Aliah dkk, 2007).

a. Pengobatan umum: Dengan memperhatikan jalan nafas dan pernafasan,

menjaga tekanan darah, mencegah terjadinya edema otak, memperhatikan

balans cairan serta memperhatikan fungsi ginjal dan pencernaan.

b. Pengobatan spesifik: Dengan pengobatan kausal yaitu pengobatan terhadap

perdarahan di otak dengan tujuan hemostasis, misalnya dengan menggunakan

asam traneksamat. Untuk stroke hemoragik dengan perdarahan subaraknoidal,

setelah lewat masa akut, dianjurkan angiografi untuk mencari lesi sumber

perdarahan. Bila ditemukan maka bisa dilakukan operasi bedah saraf.

2.1.8. Faktor Risiko

Faktor risiko stroke adalah faktor yang dapat menyebabkan orang lebih rentan atau mudah mengalami stroke, baik iskemik maupun hemoragik. Pengenalan faktor-faktor risiko ini penting, karena banyak pasien mempunyai faktor-faktor risiko lebih dari satu faktor atau bahkan kadang-kadang faktor risiko ini diabaikan (Aliah dkk, 2007).

Pembagian faktor risiko stroke terdiri dari (Caplan, 2000; Gilroy, 2000;

Rowland, 2000; Junaidi, 2003; Aliah dan Widjaja, 2006):

1. Faktor risiko stroke yang tidak dapat di hindarkan atau tidak dapat diubah (non

(38)

a. Umur

Umur merupakan salah satu faktor risiko stroke terpenting. Pada studi

Framingham menunjukkan bahwa insiden rates stroke pada 10.000 penduduk

kelompok usia 45-55 tahun 22%, 55-64 tahun 32% dan 65-74 tahun sebanyak

83% (Caplan, 2000). Terdapat pertambahan eksponensial pada insidensi

stroke dengan pertambahan usia, dimana stroke iskemik terbanyak timbul

pada usia diatas 65 tahun (Caplan, 2000; Rowland, 2000). Saat ini stroke juga

mulai mengancam usia-usia produktif dikarenakan perobahan pola hidup tidak

sehat seperti banyak mengkonsumsi makanan siap saji yang sarat kolesterol,

merokok, minuman keras, kurangnya berolahraga dan stres (Medicastore,

2007).

b. Jenis kelamin

Beberapa penulis menyatakan bahwa insidensi stroke pada lelaki lebih tinggi

dari pada wanita. Namun usia harapan hidup rata-rata pada perempuan

umumnya lebih panjang, sehingga didapati insidensi penderita stroke pada

usia lanjut lebih banyak pada wanita (Caplan, 2000; Aliah dan Widjaja, 2006).

c. Keturunan

Riwayat stroke pada salah seorang anggota keluarga lapis pertama merupakan

faktor risiko stroke yang menentukan (Aliah dan Widjaja, 2006).

d. Ras

Di Amerika Serikat, berbagai laporan epidemiologi menunjukkan

(39)

orang-orang Afrika Amerika lebih banyak menderita stroke dibandingkan

penduduk kulit putih (Caplan, 2000; Rowland, 2000).

2. Faktor risiko stroke yang dapat dihindarkan atau diubah (Modifiable)

a. Hipertensi

Peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko

stroke yang utama, baik stroke iskemik maupun stroke hemoragik, dimana

kurang lebih 70% penderita stroke adalah pengidap hipertensi. Konsensus

Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia menegaskan bahwa pengendalian

hipertensi merupakan salah satu upaya pencegahan stroke baik primer maupun

sekunder (Aliah dan Widjaja, 2006).

b. Penyakit Jantung

Faktor risiko major dari penyakit jantung antara lain : Fibrilasi Atrial (AF),

infark jantung atrial, stenosis mitral, trombus pada ventrikel kiri, katup

jantung prostetik, kardiomiopati, endokarditis infektif. Fibrilasi atrial

menahun didapati pada 7-30% penderita stroke berusia lebih 60 tahun (Aliah

dan Widjaja, 2006).

c. Diabetes Melitus (DM)

DM dapat menyebabkan stroke iskemik karena terbentuknya plak

aterosklerotik pada dinding pembuluh darah yang disebabkan gangguan

(40)

relatif bagi terjadinya stroke sebesar 1,5 - 3 kali, tergantung pada tipe dan

beratnya diabetes (Aliah dan Widjaja, 2006).

d. Dislipidemia

Kelainan lipid serum berupa peninggian kolesterol total, Low Density

Lipoprotein (LDL), Trigliserida, dan penurunan High Density Lipoprotein

(HDL) dianggap sebagai faktor yang amat penting dalam patofisiologi

aterosklerosis dan stroke (Junaidi, 2003; Aliah dan Widjaja, 2006). Kadar

kolesterol total > 220 mg/dl meningkatkan risiko stroke antara 1,31 – 2,9 kali

(Junaidi, 2003).

e. Merokok

Kebiasaan merokok menyebabkan kemungkinan untuk menderita stroke lebih

besar, risiko meningkat sesuai dengan beratnya kebiasaan merokok (Junaidi,

2003).

e. Minum alkohol (Recent heavy alcohol consumption)

Konsumsi alkohol mempunyai efek ganda atas risiko stroke, yang

menguntungkan dan yang merugikan. Apabila minum sedikit alkohol (kurang dari

40 ml perhari) secara merata setiap hari akan mengurangi kejadian stroke iskemik

dengan jalan meningkatkan kadar HDL dalam darah. Tetapi bila minum banyak

alkohol yaitu lebih dari 60 ml perhari akan menambah risiko stroke (Junaidi,

2003). Terdapat bukti-bukti (14 studi dari tahun 1989-1997) bahwa alkohol

(41)

Peminum alkohol berat adalah penyandang faktor risiko yang independen bagi

(42)

g. Aktivitas fisik/olahraga

Melakukan aktivitas fisik yang mempunyai nilai aerobik (jalan cepat,

bersepeda, berenang dan lain-lain) secara teratur minimal 3 kali seminggu

untuk dewasa, tiap kali 20-30 menit akan dapat menurunkan tekanan darah,

memperbaiki kontrol diabetes, memperbaiki kebiasaan makan dan

menurunkan berat badan (Kelompok Studi Serebrovaskuler, 2004).

h. Pola makan

Pola makan dapat memengaruhi risiko stroke melalui efeknya pada tekanan

darah, kadar kolesterol serum, gula darah, berat badan dan sebagai prekursor

aterosklerosis lainnya.

i. Stenosis Arteri Karotis Asimtomatik

Penyempitan arteri karotis adalah lazim dan meningkat menurut usia. Risiko

mendapat stroke pertahun pada stenosis < 75% adalah 1,3%, untuk >75% adalah

3,3%, sedangkan risiko stroke ipsilateral adalah sebesar 2,5% (Aliah dan Widjaja,

2006).

j. Obesitas atau kegemukan

Obesitas atau kegemukan adalah ketidakseimbangan jumlah makanan yang

masuk dibanding dengan pengeluaran energi oleh tubuh. Obesitas sering

dikaitkan dengan banyaknya lemak dalam tubuh (Yayasan Jantung Indonesia,

2008). Salah satu cara yang paling sering dipakai di klinik dan di lapangan

(43)

(IMT) atau Body Mass Index (BMI) yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi

dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Dikatakan obesitas apabila IMT

>30 kg/m2 (Sanif, 2007). IMT dianggap ideal bila hasilnya berkisar antara

18,5 – <25. Makin jauh menyimpang dari batas atas ideal (25), semakin

berisiko menderita kelainan dan berbagai penyakit akibat kegemukan,

termasuk stroke (Yatim, 2000).

Berdasarkan penelitian, orang-orang yang gemuk ternyata berisiko

terserang stroke lebih besar dibanding mereka yang mempunyai ukuran tubuh

sedang-sedang saja. Hal ini disebabkan, karena mereka yang kegemukan

cenderung bertekanan darah tinggi, yang merupakan pencetus terjadinya

stroke (Gemari online, 2009).

Menurut hasil penelitian Skandinavia (Scandinavian study), bahwa

obesitas akan mengakibatkan terjadinya peningkatan faktor-faktor pembekuan

darah, sebagaimana diketahui bahwa faktor pembekuan darah merupakan

faktor risiko untuk terjadinya stroke. Obesitas akan meningkatkan risiko

stroke 20% dibanding mereka yang bukan obesitas (Sanif, 2007).

k. Riwayat stroke dan TIA

Riwayat stroke dan TIA adalah faktor risiko yang penting bagi stroke, makin

sering terjadi TIA, makin tinggi risiko untuk stroke. Adanya riwayat stroke

lebih besar risikonya dari pada TIA untuk terjadinya stroke berikutnya (Aliah

(44)

l. Penyakit infeksi

Infeksi yang melibatkan otak adalah faktor risiko stroke iskemik yang penting

termasuk TBC, cacingan, malaria, sifilis dan leptospirosis (Junaidi dan

Widjaja, 2006).

m. Kontrasepsi oral

Risiko stroke meningkat jika memakai obat oral kontrasepsi dengan dosis

obstradial ≥50 ug. Umumnya risiko stroke terjadi jika pemakaian ini

dikombinasi dengan adanya usia > 35 tahun, perokok, hipertensi, diabetes dan

migrain (Bethesda Stroke Center, 2007).

n. Stres

Stres dapat mengakibatkan hati memproduksi radikal bebas lebih banyak.

Selain itu stress dapat menurunkan fungsi imunitas tubuh serta juga

menyebabkan gangguan fungsi hormonal (Aliah dan Widjaja, 2006).

Orang-orang yang memiliki satu atau lebih faktor risiko tersebut diatas

termasuk stroke prone person yaitu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk

mendapat serangan stroke daripada orang normal pada suatu saat selama perjalanan

hidupnya bila tidak dikendalikan (Yastroki, 2007).

2.2. Pola Hidup

Ditinjau dari faktor risiko stroke diatas, salah satu yang saat ini diduga sangat

berpengaruh adalah pola hidup. Pola hidup sehat banyak berhubungan dengan

(45)

Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit kardiovaskuler, stroke,

diabetes tipe II, penyakit paru obsruktif kronik dan kanker tertentu, dalam kesehatan

masyarakat sebenarnya dapat digolongkan sebagai satu kelompok Penyakit Tidak

Menular utama yang mempunyai faktor risiko yang sama yaitu rokok, pola makan

yang tidak seimbang, kurang bergerak dan adanya kondisi lingkungan yang tidak

kondusif terhadap kesehatan (Argedireja dalam KBI Gemari 2003).

Dari hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2004), kerjasama

Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan, Penelitian dan Pengembangan (Litbang)

tahun 2004 diperoleh hasil bahwa tiga faktor risiko utama yang saling terkait sebagai

penyebab PTM seperti penyakit kardiovaskuler (hipertensi, jantung koroner) dan

stroke adalah kebiasaan merokok disamping kurang aktifitas fisik, makan tidak

seimbang (diet rendah serat/kurang buah dan sayur, tinggi kalori/ lemak hewani) dan

kegemukan (Yayasan Jantung Indonesia, 2006).

Menurut Misbach dalam Suyono (2005), berdasarkan hasil penelitian di

banyak negara menyatakan bahwa pencegahan serangan stroke dapat dilakukan oleh

semua orang, terutama mereka yang mempunyai risiko stroke kalau secara dini

mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi dan dengan penuh disiplin mengikuti pola

hidup sehat dengan tidak merokok, tidak minum minuman keras, tidak

mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi, dan mengikuti

langkah-langkah hidup sehat sejahtera lainnya dengan olahraga secara teratur dan menghindari

(46)

Menurut Guang (2002), dari sekian banyak dan macam-macam penyakit

sekarang ini, sumbernya adalah pola hidup yang keliru. Jika kita menjalankan pola

hidup yang sehat, maka penyakit akan jauh dari kita. Pola hidup sehat meliputi

makanan yang pantas, olahraga dengan takaran yang pas, tidak merokok dan kurangi

alkohol serta batin yang tenang.

Keadaan rawan stroke di Indonesia terus meningkat. Kombinasi perubahan

fisik, lingkungan, kebiasaan dan gaya hidup menyebabkan risiko masyarakat terkena

serangan stroke di Indonesia secara kumulatif bisa terasa meningkat menjadi 10

sampai 15 kali atau yang pasti jauh lebih besar dibandingkan masa-masa sebelumnya

(Yastroki, 2007).

Usia merupakan salah satu faktor risiko stroke, namun saat ini stroke mulai

mengancam usia-usia produktif dikarenakan perubahan pola hidup tidak sehat seperti

banyak mengkonsumsi makanan siap saji yang sarat kolesterol, merokok, minuman

keras, kurangnya berolahraga dan stress (Ranakusumah dalam Kantor Berita

Indonesia Gemari, 2002).

Pada Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia 1999,

dikemukakan upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan primer penyakit stroke,

yaitu : memasyarakatkan pola hidup sehat bebas stroke dengan menghindari

merokok, stress mental, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan,

obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya, mengurangi kolesterol, lemak

dalam makanan, mengendalikan hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, serta

menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang dan berolahraga secara teratur

(47)

Menurut Samino dalam KBI Gemari (2002), penyebab tingginya angka

kejadian stroke di Indonesia akhir-akhir ini lebih disebabkan karena pola hidup

masyarakat yang tidak sehat, seperti malas bergerak, makanan berlemak dan

kolesterol tinggi, sehingga banyak diantara mereka mengidap penyakit yang menjadi

pemicu timbulnya serangan stroke.

Salah satu penyakit pemicu timbulnya serangan stroke yang utama adalah

hipertensi yang merupakan masalah yang umum dijumpai pada pasien stroke, dan

menetap setelah serangan stroke (Bethesda Stroke Center, 2007). Berdasarkan studi

yang dilakukan oleh Framingham, seorang penderita hipertensi memiliki risiko

terkena stroke 7 kali lebih tinggi dibanding orang normal (Klinik sehat, 2008).

Peningkatan tekanan sistolik maupun diastolik berkaitan dengan risiko yang lebih

tinggi. Untuk setiap kenaikan tekanan diastolik sebesar 7,5 mmHg maka risiko stroke

meningkat 2 kali lipat. Apabila hipertensi dapat dikendalikan dengan baik maka

risiko stroke turun sebanyak 28–38% (Bethesda Stroke Center, 2007).

Penelitian Lamassa dkk pada 4462 pasien stroke memperlihatkan bahwa

hipertensi dijumpai pada 48,6% kasus. Penelitian di RS Bethesda pada 117 kasus

stroke diperoleh faktor risiko stroke terdiri dari hipertensi (70,8%), hipertensi dan

DM (12,4%), hipertensi dan penyakit jantung (8,4%), hipertensi dan dislipidemia

(9,4%) (Bethesda Stroke Center, 2007).

Pengendalian hipertensi dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu

pengendalian gaya hidup (lifestyle) dan pemberian obat antihipertensi. Pengendalian

gaya hidup meliputi (a) mempertahankan berat badan normal untuk dewasa

(48)

kurang dari 6 gram garam dapur atau kurang dari 2,4 gram Na+/hari, (c) tidak minum

alkohol, atau minum alkohol kurang dari 3 unit/hari bagi lakilaki dan kurang dari 2

unit bagi perempuan, (d) olahraga aerobik 30 menit/hari, jalan cepat lebih baik

daripada angkat besi, (e) makan buah dan sayur, pilih yang segar dan (f) mengurangi

konsumsi lemak baik yang jenuh maupun yang tidak jenuh (Bethesda Stroke Center,

2007).

Penyakit pemicu stroke lainnya adalah diabetes melitus (DM). Menurut Langi

dalam Patologi (2009), individu yang mengalami diabetes mellitus mempunyai risiko

serangan jantung dan stroke 2 kali lebih sering dibandingkan orang normal. Bahkan

menurut Ranakusumah yang dikutip Aceh Forum Community (2007), meski penyakit

hipertensi termasuk penyakit yang memiliki peluang tinggi untuk mendapatkan

serangan stroke, namun secara umum penderita diabetes justru memiliki risiko tiga

kali lebih besar mendapatkan serangan stroke daripada penderita hipertensi.

Penyakit Diabetes merupakan faktor risiko mayor untuk terkena stroke, di

mana diabetes dapat menyebabkan terjadinya sumbatan pada pembuluh darah di otak

yang dapat menimbulkan kematian pada sel atau jaringan otak (infark subkortikal).

Penyakit DM dapat meningkatkan jumlah radikal bebas dalam darah yang kemudian

berdampak pada terjadinya stress oxidative. Stres tipe ini merupakan faktor risiko

terjadinya pengerasan dan penebalan pembuluh darah. Pembuluh darah yang

mengeras dan menebal tersebut akan menghambat laju peredaran darah atau bahkan

(49)

berpotensi menyebabkan stroke (Ranakusumah dalam Aceh Forum Community,

2007). Menurut Junaidi (2003), DM mempercepat terjadinya aterosklerosis baik pada

pembuluh darah besar maupun pembuluh darah kecil di seluruh tubuh termasuk

pembuluh darah otak.

Penyakit jantung erat kaitannya dengan stroke karena memiliki penyebab

yang sama yaitu hiperkolesterol. Hiperkolesterol menyebabkan terjadinya gangguan

pembuluh darah yang paling umum yaitu aterosklerosis yang dapat mengenai

pembuluh arteri besar dan sedang, seperti pembuluh serebral, vetebral, koroner, renal,

aorta dan pembuluh di tungkai. Pada penderita jantung, risiko stroke akan meningkat.

Demikian sebaliknya, penderita stroke memiliki risiko penyakit jantung yang

meningkat pula (Kalim dalam Medicastore, 2007).

Dari studi Framingham diperoleh bahwa peningkatan insidensi stroke 18 kali

pada fibrilasi atrial yang berhubungan dengan penyakit jantung katup rematik, dan

pada fibrilasi atrial bukan katup risiko stroke meningkat hingga hampir 5 kali.

Dengan demikian, penyakit jantung adalah faktor risiko yang penting bagi stroke

iskemik; sedangkan perannya sebagai faktor risiko pada stroke hemoragik masih

perlu pembuktian yang lebih pasti (Aliah dan Widjaja, 2006).

Seseorang yang mempunyai faktor keturunan penyakit jantung dan stroke

harus lebih berhati-hati dengan pola hidup yang dijalani. Walaupun pola hidup yang

sudah tertanam bertahun tahun sangat sulit dan membutuhkan waktu untuk dirubah,

tetapi manfaat yang akan diperoleh adalah sangat besar. Semakin banyak faktor

(50)

koroner dan stroke. Apabila seseorang memiliki tiga faktor misalnya perokok,

kolesterol tinggi dan kurang berolahraga kemungkinan terkena serangan jantung 6

kali dibanding orang yang mempunyai satu faktor bahkan 10 kali dari mereka yang

tanpa risiko (Papuamania.com, 2003).

Pola makan tidak seimbang yang tinggi lemak tapi rendah serat dan

karbohidrat akan menimbulkan akibat yang tidak baik bagi tubuh. Selain menimbun

lemak, makanan tersebut juga bisa mengganggu metabolisme dan meningkatkan

kadar kolesterol dalam darah. Jika kadar kolesterol tinggi dalam darah akan

mempercepat terjadinya penebalan pada dinding pembuluh darah dan akhirnya terjadi

penyempitan dan suatu waktu terjadi penyumbatan (Papuamania.com, 2003).

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa jika konsumsi seorang anak tidak

terkontrol sehingga menimbulkan obesitas, maka saat memasuki usia 30 – 40 tahun

kemungkinan besar anak tersebut akan menderita penyakit jantung koroner. Fakta

lain dari hasil penelitian di Jepang menemukan bahwa dari sekitar 200 pria dan

wanita Jepang yang menjadi objek penelitian, mereka yang terbiasa mengkomsumsi

sayuran lima sampai enam hari dalam seminggu, 58% lebih rendah risiko terserang

stroke dibanding mereka yang hanya mengkonsumsi satu sampai dua kali dalam

seminggu (Papuamania.com, 2003).

Pada studi Framingham pada pria usia setengah baya, diperoleh hasil

hubungan terbalik antara asupan buah dan sayuran dengan risiko stroke (Junaidi,

2003). Penelitian-penelitian epidemiologi juga menunjukkan bahwa negara yang

(51)

terserang penyakit jantung koroner dan penyumbatan darah dibandingkan dengan

negara yang masyarakatnya mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol

(Yatim, 2000).

Menurut Kusmana dalam Papuamania.com (2003), aktivitas fisik terutama

aerobik meningkatkan aliran darah yang bersifat gelombang yang mendorong

peningkatan produksi Nitrit Oksida (NO) serta merangsang pembentukan dan

pelepasan endothelial drive relaxing factor (EDRF) yang merelaksasi dan melebarkan

pembuluh darah. Karena itu bergerak atau melakukan aktivitas fisik secara teratur

merupakan konsep awal upaya pencegahan penyakit kardiovaskuler dan stroke.

Aktivitas apapun asal mampu meningkatkan denyut jantung antara 110 – 130 per

menit, berkeringat dan disertai peningkatan frekwensi pernapasan namun tidak

sampai terengah-engah sudah cukup baik untuk mencegah penyakit jantung dan

stroke. Orang-orang yang banyak beraktivitas berisiko lebih rendah terkena penyakit

jantung dibanding mereka yang kurang beraktivitas.

Pada studi prospektif terhadap 7735 pria Inggris yang berumur antara 40-59

tahun menunjukkan manfaat dari aktivitas fisik derajat sedang dapat menurunkan

risiko stroke secara bermakna (Junaidi, 2003).

Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko sebesar 2 - 4 kali terkena

penyakit jantung koroner dibandingkan dengan bukan perokok. Dari hasil penelitian

ditemukan 4.000 jenis bahan kimia, 40 diantaranya bersifat karsinogenik. Nikotin dan

Carbon Monoksida (CO) mempunyai efek meningkatkan kebutuhan oksigen juga

(52)

adrenalin, meningkatkan frekwensi denyut jantung, tekanan darah serta menyebabkan

gangguan irama jantung. CO menggantikan tempat oksigen di haemoglobin,

menganggu pelepasan oksigen dan mempercepat aterosklerosis. Kandungan bahan

kimia dari asap rokok yang disebarkan ke udara (side stream smoke) mempunyai

kandungan bahan kimia yang lebih banyak dibandingkan dengan asap yang dihirup

langsung oleh perokok (mean stream smoke). Bahan kimia dalam side stream smoke

dapat bertahan beberapa jam lamanya dalam ruang setelah merokok

(Papuamania.com, 2003).

Perokok berat yang setiap hari menghabiskan 20 batang rokok atau lebih,

akan meningkatkan potensi stroke sekitar 4,1 kali dibandingkan dengan mereka yang

tidak merokok. Sedangkan perokok sedang yang menghabiskan 10 batang rokok

sehari memiliki potensi stroke sekitar 2,5 kali dari pada yang tidak merokok (Gemari

online, 2009). Dasar patofisiologinya adalah rokok menaikkan kadar fibrinogen

darah, hematokrit dan menambah agregasi trombosit dan viskositas darah. Secara

keseluruhan risiko relatif stroke pada perokok adalah 1,5 hingga 4 kali dibandingkan

dengan bukan perokok (Aliah dan Widjaja, 2006).

2.3. Landasan Teori

Pengenalan faktor-faktor risiko stroke sangat penting, karena banyak pasien

mempunyai faktor risiko lebih dari satu faktor atau kadang-kadang faktor risiko ini

diabaikan. Setelah mengetahui apa yang menjadi faktor risiko maka perlu diketahui

(53)

pengenalan faktor risiko stroke dan penanganannya akan sangat menurunkan

terjadinya stroke. Stroke terjadi setelah kumulasi faktor-faktor risiko dalam jangka

waktu lama. Karenanya pencegahan dapat dilakukan sedini mungkin (Bethesda

Stroke Center, 2007).

Berdasarkan Guidelines dari American Heart Association (AHA) tahun 2002

tentang pencegahan primer penyakit kardiovaskular dan stroke yaitu:

1. Berhenti merokok

2. Mengontrol tekanan darah

3. Pola makan yang sehat

4. Penggunaan aspirin untuk orang dengan faktor risiko penyakit jantung

koroner

5. Mengontrol kadar lemak dalam darah

6. Melakukan olahraga yang teratur

7. Menjaga berat badan

8. Mengendalikan diabetes

9. Mengendalikan atrial fibrilasi kronik

Dalam penelitian ini, penulis merumuskan beberapa faktor yang relevan

dengan konsep penelitian yaitu aspek pola hidup masyarakat yang terdiri dari pola

(54)

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan landasan teori diatas dapat dirumuskan kerangka konsep

penelitian sebagai berikut:

Variabel bebas Variabel terikat

Dislipidemia Hipertensi

DM Penyakit jantung Pola Makan

Olah Raga

Merokok

Stroke

`

Keterangan --- : variabel yang tidak diteliti

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.5Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik yang menggunakan

rancangan Cross Sectional Study yaitu pengumpulan data pada suatu saat untuk

menganalisis pengaruh pola hidup masyarakat terhadap penyakit stroke pada pasien

yang dirawat inap di RSUZA Banda Aceh pada tahun 2009.

3.6Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.3. Lokasi

Penelitian akan dilakukan di RSUZA Banda Aceh. Pemilihan lokasi penelitian

dengan pertimbangan bahwa RSUZA Banda Aceh merupakan rumah sakit

pemerintah terbesar dan sebagai rumah sakit rujukan di Nanggroe Aceh Darussalam.

Berdasarkan laporan tahunan RSUZA Banda Aceh Tahun 2007 diperoleh

bahwa penyakit serebrovaskuler (stroke) termasuk dalam 10 besar penyakit rawat

inap terbanyak, juga termasuk dalam 10 besar penyakit penyebab kematian.

3.2.4. Waktu

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Tabel 3.2.  Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)
Tabel 3. 3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 9 Pontianak, penulis ingin memberikan saran bahwa (1) Pembelajaran

Adapun alasan penggunaan metode penelitian kualitatif adalah bahwa penelitian ini dilakukan untuk mengetahu tingkah laku dari suatu individu matau kelompok untuk

Adapun pedapat Barhaman (1976) mengatakan bahwa awalan pada gerakan menendang bola berfungsi untuk membantu kecepatan pada permulaan sehinga dapat mengakibatkan

perencanaan awal. Pada tahap ini pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw. 3)Tahap pengamatan

Masalah penelitian adalah:adakah hubungan daya ledak otot tungkai, daya ledak otot lengan dan daya tahan kekuatan otot perut terhadap smash normal pada

Keteladanan sikap cinta tanah air pada Syarat Kecakapan Umum (SKU) yang dipraktikkan dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka di Dabin 5 UPTD Pendidikan Kecamatan

Membangun perangkat lunak yang dapat mengelompokan berita berbahasa Indonesia dengan menerapkan algoritma Clustering based on frequent word sequences (CFWS).. Melakukan

Model Problem Based Learning (PBL) meliputi situasi kehidupan yang tidak sederhana. Peran guru dalam model ini yaitu menyediakan berbagai masalah autentik dan