TUGAS PJBL BLOK SISTEM IMUNOLOGI “ALERGI ” Disusun oleh: Auliasari siskaningrum (105070204111005) PSIK REG 2010 Jurusan keperawatan
Fakultas kedokteran universitas brawijaya Malang
ALERGI
Sasaran belajar : A. Definisi alergi B. Epidemiologi alergi C. Patofisiologi alergi
D. Factor resiko terjadinya alergi E. Manifestasi klinis alergi
F. Pemeriksaan diaknostik alergi G. Penatalaksanaan alergi
A. Definisi alergi
Alergi adalah perubahan reaksi tubuh/ pertahanan tubuh dari system imun terhadap suatu benda asing yang terdapat di dalam lingkungan hidup sehari-hari. Orang-orang yang memiliki alergi memiliki sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap suatu zat biasanya tidak berbahaya di lingkungan. Ini substansi (serbuk sari, jamur, bulu binatang, dll) disebut alergen. Jika seseorang terkena alergen dengan menghirup itu, menelan, atau mendapatkan itu pada atau di bawah kulit mereka. Menurut beberapa ahli, alergi memiliki pengertian:
• Alergi merupakan suatu perubahan reaksi menyimpang dari tubuh seseorang terhadap lingkungan berkaitan dengan peningkatan kadar IgE suatu mekanisme system imun. (retno W subaryo,2002).
• Alergi merupakan respon system imun yang tidak tepat dan seringkali membahayakan terhadap substansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi alergi merupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara antigen dan antibody. (Brunner , 2002)
• Alergi adalah suatu perubahan reaksi atau respon prtahanan tubuh yang menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat yang sebenarnya tidak berbahaya. (Robert davies, 2003)
kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik)atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia berkasi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen. Alergi disebabkan oleh produksi antibodi berjenis IgE.
Tubuh mulai menghasilkan antibody tertentu, yang disebut IgE, untuk mengikat allergen. Antibodi melampirkan ke bentuk sel darah yang disebut sel mast. Sel mast dapat ditemukan di saluran udara, usu dan ditempat lain. Kehadiran sel amst dalam saluran udara dan saluran pencernaan membuat daerah ini lebih rentan terhadap paparan allergen. Mengikat allergen ke IgE, yang melekat pada sel mast. Hal ini menyebabkan sel mast melepaska berbagai bahan kimia ke dalam darah. Histamine menyebabkan sebagain besar gejala reaksi alergi.
B. Epidemiologi alergi
Di amerika penderita alergi makanan pada orang dewasa berjumlah 2-2,5 %, pada anak sekitar 6-8%, setiap tahunnya iperkirakan 100-150 meninggal akibat alergi makanan. Penyebab tersebut karena anafilaktik syok. Kasus terbanyak terjadi pada anak berusia 8-12 tahun. Di indonesai alergi berjumlah 25-40% anak pernah mengalami alergi makanan. Di Negara berkembang, angka kejadian alergi masih rendah dan tidak beraga seperti Negara maju.
C. Patofisiologis alergi Alergen
Fragmen pendek peptide mengaktifkan Th 1 dan th 2
Komplek peptide MHC kls II diikat oleh limfosit B
Sel T helper menghasilkan IgE
Masuk k jaringan diikat oleh reseptor IgE
Sel mast/ basophil aktif
spasme otot polos Histamine dan prostaglandin o2 turun
penyempitan jalan vasodilatasi nyeri
nafas
sesak nafas ruam kulit
bersihan jalan nafas gangguan integritas kulit. tidak afektif
D. Factor resiko dan etiologi alergi • Factor genetis
Walaupun alergi dapat terjaid pada semua orang dan semua golongan umur, resiko terbesar pada anak yang membawa bakat alergi yang diturunkan
oleh orang tuanya. Pada anak ini gejala alergi sering muncul. Jika salah satu orang tua memiliki alergi, maka anak memiliki 19,8 % menderita alergi. Dan jika kedua orang tua maka 48% menderita alergi.
• Factor psikis
Psikis seperti cemass, marah dan takut dapat memicu terjadinya alergi berupa ruam kemerahan pada kulit. Pada orang yang memiliki bakat alergi, sifat pemarah, pencuriga dan emosional dapat menyebabkan alergi akut pada kulit. Pada anak- anak memang jarang terjadi alergi akibat factor psikis.
• Daya tahan tubuh seseorang
• Factor lingkungan
Baru-baru ini dikatakan bahwa kejadian gangguan alergi tidak dapat dijelaskan oleh faktor genetik saja. Empat faktor lingkungan utama perubahan dalam paparan penyakit menular pada anak usia dini, polusi lingkungan, tingkat alergen, dan perubahan pola makan juga mempengaruhi terjadinya alergi.
• Pajanan alergi
Pajanan alergi yang merangsang produksi IgE spesifik dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan. Diketahuai adanya Ige spesifik pada janin terhadap penisilin, gandum, telur dan susu. Pemberian ASi eksklusif dapat mengurangi jumlah bayi yang hipersensitif terhadap makanan. (Widodo Judarwanto,2007).
• Factor pencetus
Jenis makanan tertentu, vaksin dan obat-obatan, bahan dengan bahan dasar karet, debu, dan bulu binatang
Sengatan lebah, gigitan semut api, kacang-kacangan. Suhu panas dan dingin, hujan
• Imaturitas usus.
s e c a r a m e k a n i k i n t e g r i t a s m u k o s a u s u s d a n p e r i s t a l t i k m e r u p a k a n pelindung masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi alergen. Secara imunologis, IgA pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal allergen masuk ke dalam tubuh. Pada usus yang imatur, sistem pertahanan tubuh masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh
• Orang yang pernah mengalami alergi tertentu pada masa sebelumnya. • Penderita asma
• Orang yang memiliki gangguan pernafasan • Penderita polip
• Pederita infeksi sinus, telingan dan tenggorokan • Orang yang memiliki kulit sensitive
E. Manifestasi klinis
Gejala yang terjadi yaitu :
ORGAN/SISTEM TUBUH GEJALA DAN TANDA
1 Sistem Pernapasan Batuk, pilek, bersin, sesak(astma), napas pendek, tightness in chest, not enough air to lungs, wheezing, mucus bronchial , rattling and vibration dada.
2 Sistem Pembuluh Darah dan jantung
Palpitasi (berdebar-debar), flushing (muka ke merahan), nyeri dada, colaps, pingsan, tekanan darah rendah, denyut jantung meningkat; tangan hangat, kedinginan, tingling, redness or blueness of hands; faintness;pseudo-heart attack pain ; nyeri
dada depan, tangan kiri, bahu, leher, rahang hingga menjalar di pergelangan tangan
3 Sistem Pencernaan Nyeri perut, sering diare, kembung, muntah, sulit berak, sering buang angin (flatus), mulut berbau, kelaparan, haus, saliva meningkat, Sariawan, lidah kotor, berbetuk seperti pulau, nyeri gigi, ulcer symptoms, nyeri ulu hati, kesulitan menelan, perut keroncongan, konstipasi (sulit buang air besar), nyeri perut, kram perut, diarrhea, buang angin, timbul lendir atau darah dari rektum, anus gatal atau panas.
4 Kulit Sering gatal, dermatitis, urticaria, bengkak di bibir, lebam biru (seperti bekas terbentur) bekas hitam seperti digigit nyamuk. Kulit kaki dan tangan kering tapi wajahberminyak.Sering berkeringat.
5 Telinga Hidung Tenggorokan Hidung : Hidung buntu, bersin, hidung gatal, pilek, post nasal drip, epitaksis, tidur mendengkur, mendengus Tenggorok : tenggorokan
nyeri/kering/gatal, palatum gatal, suara
parau/serak, batuk pendek
(berdehem), Telinga : telinga terasa penuh/ bergemuruh / berdenging, telinga bagian dalam gatal, nyeri telinga dengan gendang telinga kemerahan atau normal, gangguan pendengaran hilang timbul, terdengar suara lebih keras, akumulasi cairan di telinga tengah, pusing, gangguan keseimbangan. Pembesaran kelenjar di sekitar leher dan kepala belakang bawah
6 Sistem Saluran Kemih dan kelamin Sering kencing, nyeri kencing; tidak bisa mengontrol kandung kemih, bedwetting; vaginal discharge; genitalia gatal/bengkak/kemerahan/nyeri; nyeri bila berhubungan kelamin
7 Sistem Susunan Saraf Pusat Sering sakit kepala, migrain, short lost memory (lupa nama orang, barang sesaat), floating (melayang), kepala terasa penuh atau membesar.
Perilaku : impulsif, sering marah, mood swings, kompulsif, sering mengantuk, malas bergerak, gangguan konsentrasi, muah marah, sering cemas, panic, overactive, kepala terasa penuh atau besar; halusinasi, delusions, paranoid, bicara gagap; claustrophobia (takut ketinggian), paralysis, catatonic state, disfungsi persepsi, impulsif (bila tertawa atau bicara berlebihan), overaktif, deperesi, terasa kesepian merasa seperti terpisah dari orang lain, kadang lupa nomor, huruf dan nama sesaat, lemas (flu like symtomp)
8 Sistem Hormonal Kulit berminyak (atas leher), kulit kering (bawah leher), endometriosis, Premenstrual Syndrome, kemampuan sex menurun, Chronic Fatique Symptom (sering lemas), Gampang marah, Mood swing, sering terasa kesepian, rambut rontok
9 Jaringan otot dan tulang Nyeri tulang, nyeri otot, nyeri sendi: Fatigue (kelelahan), kelemahan otot, nyeri, bengkak, kemerahan local pada sendi; stiffness, joint deformity; arthritis soreness, nyeri dada, otot bahu tegang, otot leher tegang, spastic umum, , limping gait, gerak terbatas
1 0
Gigi dan mulut Nyeri gigi atau gusi tanpa adanya infeksi pada gigi (biasanya berlangsung dalam 3 atau 7 hari). Gusi sering berdarah. Sering sariawan. Diujung mulut, mulut dan bibir sering kering, sindrom oral dermatitis.
1 1
Mata nyeri di dalam atau samping mata, mata berair,sekresi air mata berlebihan, warna tampak lebih terang, kemerahan dan edema palpebra,
Kadang mata kabur, diplopia, kadang kehilangan kemampuan visus sementara, hordeolum..
F. Pemeriksaan diagnostic alergi 1. Tes tusuk (skin prick tes)
Prinsip tes ini adalah adanya reaksi kemerahan dan peradangan terhadap alergen menunjukkan adanya antibody gabungan-sel-mast, yangutamanya antibodi IgE. Antibodi IgE diproduksi di sel plasma dan didistribusikanmelaalui sirkulasi ke seluruh tubuh sehingga terjadi sensitisasi generalisata, oleh karena itu dapat di demonstrasikan melalui tes kulit. Dengan adanya antibody IgE spesifik, selmast pada kulit melepaskan histamin yang menyebabkan penampakan reaksi kemerahandan peradangan pada kulit.Tes ini di lakukan dengan meletakkan satu tetes solusio alergen yang kemudian ditusuk dengan jarum hipodermik. Dua jenis solusio kontrol juga digunakan ; diluen untuk mendeteksi reaksi positif palsu, dan positif kontrol misalnya solusio histamin. Tes tusuk akan berespon dengan puncak 8-9 menit pada histamin dan 12-15 menit untuk allergen
2. Tes intradermal
Intradermal testing terdiri dari injeksi intradermal 0,01-0,05 ml ekstrak allergen. Dapat menyebabkan reaksi alergi generalisata yang fatal dan hanya dilakukan jika tes tusuk negatif. Intradermal tes lebih sensitif dari
tes tusuk. Karena interpretasinya sulit, nyeri pada saat penyuntikan, dan mempunyai resiko anafilaksis sehingga tidak dilakukan sebagai pemeriksaan rutin untuk alergi makanan. Tergantung garis tengah indurasi masing-masing, maka gradasi atau tingkat k e p e k a a n t e r h a d a p a l e r g e n t e r s e b u t d i s e b u t k a n d e n g a n : n e g a t i v e / t i d a k pasti/lemah/positif/ positif kuat atau dengan - / (+) / + / ++ / +++ / ++++ Uji intradermal ini seringkali digunakan untuk titrasi alergen pada kulit.
3. Food challenges
Satu keadaan dimana aplikasi langsung makanan pada kulit mungkin bermanfaat, dan sebelum dilakukannya food challenge pada anak yang dikhawatirkan mengalami reaks ianafilaktik. Sebagai contoh, anak dengan riwayat alergi telur yang parah. Caranya dengan menggosokkan sedikit putih telur mentah pada kulit dan obsevasi selama beberapa menit. Jika terjadi urtikaria, dan respon ini kemudian berangsur-angsur berkurang dan menghilang selama beberapa bulan atau tahun, ini mengindikasikan intoleransi makanan
4. Tes untuk antibody IgE sirkulasi : tes radioallergosorbent (RAST)
Tes Radio allergosorbent(RAST) tes yang paling baik untuk mendeteksi antibodi IgE sirkulasi. Kerugiannnya adalah interpretasi klinis hasil tes RAST subjektif pada kebanyakan orang yang sama pada skin prick test mahal, dan pada IgE sirkulasi total yang sangat tinggi misal pada anak dengan atopi eczema yang berat, mungkin menyebabkan hasil positif palsu.
G. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis penderita alergi, dibagi menjadi 2 yaitu, non farmakologis dan farmakologis.
1. Terapi desentisasi
Berupa penyuntikan berulang alergen (yang dapat mensentisasi pasien)d a l a m j u m l a h y a n g s a n g a t k e c i l d a p a t m e n d o r o n g p a s i e n m em b e n t u k antibodi IgG terhadap alergen. Antibodi ini dapat bekerja sebagai antibody penghambatS . s e w a k t u p a s i e n t e r s e b u t k e m b a l i terpajan ke alergen , maka antibodi penghambat dapat berikatan dengan allergen mendahului antibody IgE. Karena pengikatan IgE tidak menyebabkan degranulasi sel mast yang berlebihan, maka gejala alergi dapat dikurangi.
2. Terapi probiotik
preparat sel mikroba atau komponen mikroba yang dapat mempertahankan kesehatan melalui kegiatan yang dilakukan dalamflora usus).Salah satu pendekatan terbaru yang digunakan
dalam penatalaksanaan alergi makanan.
P e n e l i t i a n y a n g d i l a k u k a n o l e h T r a p p e t a l . (1993) menunjukkan bahwa responden yang diberikan yoghurt memiliki penurunan konsentrasi IgE dalam darah dan frekuensi alergi yang rendah menunjukkan bahwa pemberian bakteri probiotik Lactobacilluscasei (L. casei) secara oral terhadap tikus, dapat menghambat pembentukan IgE oleh ovalbumin. Namun, informasi terhadap efektivitas probiotik dalam penatalaksanaan alergi makanan sangat terbatas.
3. ASi eksklusif
Risiko alergi makanan pada bayi dapat dikurangi dengan peranaktif i b u m e m b e r i A S I e k s k l u s i f s e l a m a 6 b u l a n p e n u h . J a n g a n k e n a l k a n makanan tambahan apapun pada periode ini, terlebih susu formula berbahan dasar sapi serta produk-produk turunan susu. Mengenalkan makanan padat pada usia terlalu dini, yaitu 4 bulan pertama kehidupan anak, dihubungkan d e n g a n p e n i n g k a t a n r i s i k o a l e r g i h i n g g a u s i a 1 0 t a
h u n . B a y a n g k a n d am p a k n y a p a d a a n a k . A n j u r a n s t u d i D r F i o c c h i y a n g d i m u a t d i j u r n a l Annals Allergy, Asthma & Immunology disarankan mengenalkan makanan satu persatu. Para peneliti juga mengingatkan bahwa makanan padat harus dikenalkan dalam jumlah kecil terlebih dahulu. Jangan langsung memberi bayi campuran beberapa jenis bahan makanan. Sebab, dengan begini akansulit diketahui apakah bayi Anda alergi terhadap bahan makanan tertentu.
4. Diet
D i e t d i l a k u k a n s e l a m a 3 m i n g g u , s e t e l a h i t u d i l a k u k a n p r o v o k a s i d e n g a n 1 b a h a n m a k a n a n s e t i a p m i n g g u . M a k a n a n y a n g m e n i m b u l k a n gejala alergi pada provokasi ini dicatat. Disebut alergen kalau pada 3 kali provokasi menimbulkan gejala alergi. Waktunya tidak perlu berturut-turut.
Ada beberapa regimen diet yang bisa digunakan, yaitu ”ELIMINATION DIET”
beberapa makanan harus dihindari yaitu
Buah,Susu, Telur, Ikan dan
Kacang,. M e r u p a k a n m a k a n a n - m a k a n a n y a n g banyak ditemukan sebagai penyebab gejala alergi, jadi makananmakanan dengan indeks alergenisitas yang tinggi.
- ” M I N I M A L D I E T 1 ” ( M o d i f i e d R o w e ’ s d i e t 1 ) : T e r d i r i d a r i b e b e r a p a m a k a n a n d e n g a n i n d e k s a l e r g e n i s i t a s y a n g r e n d a h . R e g i m e n i n i t e r d i r i s a r i b e b e r a p a m a k a n a n y a n g d i p e r o l e h k a n y a i t u a i r , b e r a s , d a g i n g s a p i , k e l a p a , k e d e l a i , b a y a m , g u l a d a n g a r a m
”MINIMAL DIET 2” (Modified Rowe’s Diet 2)
Terdiri dari makanan dengan alergisitas rendah yang lain yang diperbolehkan adalah air, kentang, daging kambing, kacang buncis, kobis, bawang.
EGG and FISH FREE DIET”:
diet ini menyingkirkan telur termasuk m a k a n a n -m a k a n a n y a n g d i b u a t d a r i t e l u r d a n s e -m u a i k a n . B i a s a n y a diberikan pada penderita-penderita dengan keluhan dengan keluhan utamaurtikaria, angionerotik udem dan eksema. ” H I S O W N ’ S D I E T ”
M e n y i n g k i r k a n m a k a n a n y a n g dikemukakan sendiri oleh penderitanya sebagai poenyebab gejala alergi.
• Farmakologi 1. Antihistimin
Secara umum gunakan antihistimin tunggal untuk rhinitis musiman dan dalam kombinasi dengan dekongestan. Antihistimin (azelastin,naphazoline)efektif dengan lebih sedikit efek samping dan data menurunkan gejala asma penyerta.
2. Antiinflamasi
Steroid nasal memberikan pengurangan gejala sampai 90%dan lebih baik dari antihistimin dalam mengurangi gejala.
3. Imunoterapi
Menurunkan histimin dan IgE, menginduksi energy sel T, menghasilkan antibody yang menghambat aktifitas IgE dna meneybabkan perpindahan dari produksi antibody. Jadwal pemberian dosis memerlukan beberapa injeks per minggu selama beberapa minggu, kemudian perminggu atau per dua minggu selama durasi musim dilanjutkan paling tidak 2 tahun. Memberikan control alergi yang efektif pada kebanyakan penderita alergi
4. Terapi antibody monoclonal terhadap IgE 5. Antibody monoclonal terhadap IL-4 dan IL-5 6. Vaksin DNa yang spesifik terhadap allergen
PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN A. Identitas Klien
Nama :... No. RM :... Usia :... tahun Tgl. Masuk :... Jenis kelamin :... Tgl. Pengkajian :... Alamat :... Sumber informasi
:...
No. telepon :... Nama klg. dekat yg bisa dihubungi:
Status pernikahan :... ... Agama :... Status :... Suku :... Alamat :... Pendidikan :... No. telepon :... Pekerjaan :... Pendidikan :... Lama berkerja :... Pekerjaan :... B. Status kesehatan Saat Ini
1. Keluhan utama : ... 2. Lama keluhan : ... 3. Kualitas keluhan : ... 4. Faktor pencetus : ... 5. Faktor pemberat : ... 6. Upaya yg. telah dilakukan : ... C. Riwayat Kesehatan Saat Ini
... ...
D. Riwayat Kesehatan Terdahulu 1. Penyakit yg pernah dialami:
a. Kecelakaan (jenis & waktu) :... b. Operasi (jenis & waktu) :... c. Penyakit: • Kronis :... ... ... • Akut :... d. Terakhir masuki RS :... E. Riwayat Keluarga ... F. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum:... ... • Kesadaran:... • Tanda-tanda vital: - Tekanan darah :……… mmHg - Suhu :
………oC
- Nadi :……... x/meni - RR :……… x/menit
• Tinggi badan: ...cm Berat Badan:...kg 2. Kepala & Leher
a. Kepala: ... ... ... ... ... ... b. Mata: ...
... ... ... ... c. Hidung: ... ... ... ... ...
d. Mulut & tenggorokan:
... ... ... ... ... ...
3. Thorak & Dada: • Jantung - Inspeksi:... ... ... - Palpasi:... ... ... - Perkusi:... ... ... - Auskultasi:... ... ... ... • Paru - Inspeksi:... ... ... - Palpasi:...
... ... - Perkusi:... ... ... - Auskultasi:... ... ... 4. Abdomen • Inspeksi:... ... ... ... ... • Palpasi: • Perkusi:... ... ... ... • Auskultasi:... ... 5. Genetalia & Anus
• Inspeksi:... ... ... • Palpasi:... 6. Ekstermitas • Atas:... ... • Bawah:... ... 10. Kulit & Kuku
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
keperawatan 1 Do :
Ds :
-Spasme otot polos penyempitan jalan nafas sesak nafas bersihan jalan nafas tidak efektif
Bersihan jalan nafas tidak efektif
2 Do : -Ds : -
respon histamine vasodilatasi kemerahan pada kulit gangguan integritas kulit
Gangguan integritas kulit
3 Do : -Ds :-
Inflamasi merangsang hipotalamus suhu naik hipertemia
hipertermia
4 Do :-Ds :-
Pelepasan histamin pelebaran pemb. Darah otak suplai o2 menurun nyeri kepala akut
Nyeri akut.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif, berhubungan dengan spasme jalan nafas
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan vasodilatasi pembuluh darah
3. Hipertermia, berhubungan dengan inflamasi
4. Nyari akut berhubungan dengan suplai o2 menurun
INTERVENSI KEPERAWATAN
hasil
1 Hipertermia -tujuan : menurunkan suhu tubuh pasien -KH: suhu tubuh normal - Pantau suhu tubuh pasien - Kopres - Beri parasetamol -mengertahui perkembnagan pasien -menurunkan suhu tubunh pasien 2 Bersihan jalan nafas tidak efektif
-tujuan : jalan nafas normal
-KH : klien tidak sesak nafas - Pantau keadaan - O2 -O2 membantu memulihkan sesak nafas
3 Nyeri akut -tujuan : nyeri berkurang
-KH : klien merasa nyaman dan nyreri berkurang
- beri analgesic - kaji lokasi nyeri Beri waktu istrahat yang cukup -analgesik untuk penurun nyeri -untuk menurunkan nyeri 4 Gangguan integritas kulit
-tujuan : kulit dalam kondisi bagus -KH : kulit intake -perawatan luka dengan benar -Edukasi tentang alergi Perawatan luka yang benar akan membantu
penyembuhan alerrgi
DAFTAR PUSTAKA
T. heathern herdman . 2009-2011. Nanda internasional diagnose keperawatan. Jakarta : EGC
Handayani, wiwik. 2008. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan imunologi. Jakarta : salamba medika