• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Coba Pesawat Tanpa Awak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Uji Coba Pesawat Tanpa Awak"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR 73 EW

Uji Coba

Pesawat Tanpa

Awak

PII:

Menyikapi

Kecelakaan Kerja Pada

Sektor Konstruksi

(2)

Setingkat lebih tinggi para Peneliti dan Perekayasa yang tergabung dalam Konsorsium Inovasi Pesawat Tanpa Awak BPPT telah membuktikan keberhasilan membuat pesawat tanpa awak canggih. Pesawat tersebut dirancang untuk tugas-tugas pemantauan dan eksekusi khusus sesuai dengan program dan perintah yang diberikan kepadanya. Keberhasilan itu juga sekaligus membuktikan bahwa kemampuan para peneliti dan perekayasan Indonesia telah melampaui bangsa maju, sehingga mereka tidak bisa lagi dipandang remeh seperti anggapan umum sementara pengamat dewasa ini.

Sabtu 15 Juli 2017, mereka telah mematrikan kemampuan unggul di udara Cirebon yang cerah yaitu dengan sukses menerbangkan sebuah pesawat tanpa awak berbahan bakar pertamax dengan gaya dorong 3 HP, mampu menjangkau radius lebih dari 100 km. Dengan suksesnya uji coba di lapangan yang riil ini maka teknologi pesawat tanpa awak itu dianggap telah selesai terekayasa di Laboratorium, yaitu telah mencapai tingkat kesiapan teknologi (TKT-TRL) Level 8 (delapan) yang berarti setingkat lagi akan mencapai sempurna yaitu ketika hasil inovasi para peneliti brilian itu mendapatkan Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT-TRL) level 9 (sembilan) atau mendapatkan sertifikasi layak terbang dari pemerintah.

Acungan jempol dari berbagai pihak membuktikan bahwa kebanggaan memiliki hasil inovasi yang diciptakan secara mandiri oleh anak bangsa telah mendapatkan apresiasi yang tinggi. Ini menegaskan bahwa kemandirian di bidang teknologi itu sangat diharapkan oleh pegioat dan pelaku iptek dinegeri ini, seperti dikatakan Soekarno :” Barang Siapa Ingin Mutiara, harus berani terjun di lautan yang Dalam”.

Rasanya tidak terlalu banyak waktu untuk

menjelaskan fenomena ini dengan menggunakan

teori inovasi karena yang sebenarnya tersurat dalam naskah akademis yang sangat normative belum tentu dapat diimplementasikan kedalam tataran praktis di lapangan, kenapa? Karena paling tidak harus mengetahui kondisi spesifik lapangan tempat untuk uji coba pesawat. Namun secara sederhana dapat dipahami bahwa tingkat kesiapan teknologi berbeda dengan tingkat kesiapan inovasi (TKIn-IRL). Teknologi sebagai total factor productivity (TFP) merupakan salah satu unsur penting Inovasi selain market, organisasi, partnership dan

manajemen risiko. Keselarasan teknologi dengan kebutuhan masyarakat, risiko, organisasi yang mengawal teknologi hingga sampai pasar diuji dengan tingkat kesiapan inovasi ini. Tidak sedikit hasil penelitian yang diciptakan oleh para peneliti dan perekayasa berakhir dengan mangkrak karena tidak lolos dalam uji tingkat kesiapan inovasi. Sebuah “Lembah Kematian” atau sering disebut “Valley of Death” menghadang hasil karya cipta peneliti perekayasa manakala tidak dirancang secara komprehensif diawal penelitian baik dilihat dari espek teknologi maupun social dan ekonomi.

Keberhasilan itu juga sekaligus membuktikan bahwa kemampuan

para peneliti dan perekayasan Indonesia telah melampaui bangsa

maju, sehingga mereka tidak bisa lagi dipandang remeh seperti

anggapan umum sementara pengamat dewasa ini.

Uji Coba Pesawat Tanpa Awak “Alap-Alap”

BPPT

(3)

Uji Coba Pesawat Tanpa Awak “Alap-Alap” BPPT

Teknologi yang diciptakan semestinya mampu menembus pasar dunia. Pasar berskala dunia yang terbuka bagi seluruh pelaku usaha mengalami perkembangan yang pesat belakangan ini karena beberapa faktor, antara lain adanya beberapa negara industri yang mampu menghasilkan produk

berkualitas dengan harga murah, misalnya China dan Taiwan, semakin banyak orang yang melakukan perjalanan antar negara, semakin banyaknya

transportasi antar negara yang mempermudah distribusi produk perdagangan dunia semakin meningkat.

Mengantisipasi kendala yang timbul akibat pasar global ini terutama antara lain perbedaan busaya dan selera, perbedaan daya beli, serta peraturan internasional yang membelenggu perlu diantisipasi secara cermat.

Perlunya membangun Organisasi pemasaran Global. Semakin lama semakin banyak khalayak

berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan membutuhkan konsep segar mengenai cara mengorganisasikan bisnis dan pemasaran sebagai tanggapan terhadap berbagai perubahan signifikan yang terjadi didunia usaha belakangan ini. Berbagai kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan semakin meningkatnya bisnis dan persaingan global, hal ini mengharuskan

perusahaan-perusahaan untuk mempertimbangkan kembali cara pengorganisasian bisnis mereka. Pasar lintas batas negara memberikan berbagai peluang untuk tumbuh dan berkembang.

Untuk memanfaatkan peluang tersebut, pemasar internasional merumuskan berbagai strategi agar dapat dan sesuai dengan berbagai pasar yang ada dan juga agar dapat berhasil bersaing di pasar tersebut. Sebuah persyaratan dasar untuk

menetapkan strategi secara efektif adalah adanya struktur organisasi yang tepat. Etika entrepreneur memulai bisnis, ia harus menyusun organisasi yang akan dikelolanya. Organisasi merupakan kumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, betapa pentingnya pengorganisasian ini terhadap suatu bisnis dalam

pemasaran. Berikut ini akan dibahas tentang pengorganisasian pemasaran global agar dapat bersaing dalam dunia internasional.

Dalam membangun bisnis perlu dibangun partnership yang kuat, perusahaan start-up tidak akan bisa menghindari kebutuhan untuk beriklan atau marketing, yang seringkali bisa jadi beban yang cukup besar. Dengan strategi partnership yang tepat, tujuan bisa tercapai dengan efektif dan efisien.

Dilansir dari entrepreneur.com, entah perusahaan ber tipe business to business (B2B) atau business to consumer (B2C), ada tiga jenis partnership yang bisa dipertimbangkan, yaitu :

Awareness Partnership. Tujuan dari awareness partnership ini adalah untuk meningkatkan visibilitas dan pengenalan untuk nama brand perusahaan. Partnership ini mungkin tidak akan langsung meningkatkan penjualan, tapi saat makin banyak orang tahu nama perusahaan ini, mereka akan mulai mempertimbangkan brand perusahaan untuk kebutuhan mereka. Yang harus diingat dari partnership adalah pesan harus jelas dan

merefleksikan personality brand perusahaan, selain fungsi dan manfaatnya bagi calon konsumen. Perhatikan juga apakah partnership tersebut sejalan dengan target market atau tidak.

(4)

Uji Coba Pesawat Tanpa Awak “Alap-Alap” BPPT

Brand Partnership adalah partnership yang sangat penting untuk meningkatkan brand image dan brand affinity dan meningkatkan legitimasi brand perusahaan. Jika dilakukan dengan benar, brand partnership bisa membawa growth dan revenue untuk bisnis ini.

Functional partnership. Partnership jenis ini bisa meningkatkan fungsionalitas produk yang

ditawarkan kepada konsumen. Dengan partnership jenis ini, kedua brand akan bisa mengoptimalkan fungsi produknya, dan memberi kepuasan lebih untuk pengguna.

Seringkali, functional partnership menghasilkan ROI yang besar tapi lebih banyak menguntungkan junior brand. Kedua brand yang berpartner juga membutuhkan banyak dedikasi untuk kerja sama start-up ini.

Sebagai perusahaan start-up, mencari partner adalah hal yang gampang-gampang susah, tapi bila bisa mengeksekusinya dengan benar, partnership akan bisa membawa start-up perusahaan ke level yang dituju secara cepat.

Manajemen Risiko dilakukan karena risiko bisa terjadi dimana-mana, bisa datang kapan saja, dan sulit dihindari. Jika risiko tersebut menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut bisa

mengalami kerugian yang signifikan. Dalam

beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan kehancuran organisasi tersebut.

Melalui identifikasi risiko, kita bisa mengenali risiko yang relevan yang kita hadapi. Kemudian kita mempelajari risiko tersebut dengan melakukan evaluasi dan pengukuran risiko. Setelah kita

memperoleh pemahaman yang baik mengenai risiko tersebut, kita bisa mengelola risiko tersebut lebih baik. Manajemen risiko penting dipelajari, karena banyak contoh kerugian yang dialami oleh

organisasi karena kegagalannya mengelola risiko, Bahkan beberapa organisasi mengalami kerugian yang signifikan, bahkan kebangkrutan, karena organisasi tersebut ‘gagal’ mengelola risiko.

Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko tersebut sehingga kita bisa memperoleh hasil yang paling optimal. Karena itu risiko yang dihadapi oleh organisasi tersebut juga harus dikelola, agar

organisasi bisa bertahan dengan baik. Perusahaan sering kali secara sengaja mengambil risiko

tertentu, karena melihat potensi keuntungan dibalik risiko tersebut. Proses manajemen dilakukan

melalui tahapan-tahapan: a) Identifikasi risiko, b) Evaluasi dan pengukuran risiko, dan c) Pengelolaan risiko.

Risiko muncul karena kondisi ketidakpastian. Risiko bisa dikelompokkan dengan berbagai kategori, seperti risiko bisnis dan risiko spekulatif, risiko objektif dan risiko subjektif, risiko dinamis dan statis. Setelah melakukan pengelompokan semacam itu, diharapkan kita bisa mempelajari karakteristik risiko lebih baik dan diharapkan kita bisa mengelola risiko. Mengenali sesuatu dengan baik merupakan kunci untuk mengendalikan atau menaklukkan sesuatu tersebut.

Solusi mensiasati ancaman globalisasi

Hasil penelitian dan perekayasaan sebuah produk yang telah melewati uji tingkat kesiapan teknologi belum tentu bisa masuk ke pasar dengan mudah karena kedepan masih perlu strategi bagaimana produk teknologi itu mampu melompati lembah kematian (Valley of Death) antara lain melalui perbaikan organisasi pemasaran, penguatan

partnership, manajemen risiko dan perluasan pasar. Dunia sudah memasuki industry generasi ke empat, merupakan industry berkarakter boarderless sudah tidak mengenal batas-batas negara, maka perlu strategi yang lebih baik antara lain pemanfaatan teknologi ICT dan Smart technology. Dan BPPT telah membuktikan kepada Bangsa akan hal itu…. Walahualam….

Penulis adalah Dosen Universitas Negeri Yogyakarta, Staf Ahli Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia

(5)

PERSATUAN INSINYUR INDONESIA

Menyikapi Kecelakaan Kerja Pada Sektor

Konstruksi*

Mengamati pemberitaan tentang kecelakaan kerja yang terjadi di sektor konstruksi akhir-akhir ini, Persatuan Insinyur Indonesia (PII) turut prihatin dan merasa memiliki tanggungjawab moral dan profesi untuk berperan aktif mencari tahu akar masalahnya dan bersama-sama berupaya menghindari terulangnya kembali peristiwa tersebut di masa-masa mendatang.

Pembangunan infrastruktur di Indonesia pada era pemerintahan saat ini memang mengalami peningkatan yang luar biasa, baik ditinjau dari segi volume, ragam, maupun kompleksitasnya dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Disamping hal-hal tersebut yang meningkat, target waktu penyelesaian proyek juga relatif lebih singkat. Untuk mengimbangi berbagai peningkatan dan tuntutan kecepatan tersebut, diperlukan dukungan sumber daya yang harus semakin baik dan semakin lengkap, baik menyangkut regulasi dan standar, kapasitas manajemen di berbagai tingkatan hingga di tingkat lapangan, peralatan, serta SDM tenaga ahli dan terampil dari berbagai bidang keahlian yang harus semakin profesional untuk menunjang suksesnya pembangunan dengan cepat, tepat, selamat, berdaya guna dan berhasil guna.

Dalam setahun terakhir ini telah terjadi lebih dari 13 kasus kecelakaan konstruksi, yang telah mengakibatkan banyak kerugian, baik korban luka dan korban jiwa, kerusakan pada alat dan lingkungan kerja, terhambatnya proses pelaksanaan, hingga tercorengnya reputasi. Apabila diamati lebih jauh, beberapa kasus kecelakaan tersebut ada yang diakibatkan oleh kegagalan struktur (structural failure), namun terutama diakibatkan oleh kegagalan selama proses pelaksanaan, khususnya terkait dengan pekerjaan pengangkatan (heavy lifting works) dan pemasangan (erection work). Heavy lifting and erection works merupakan bagian dari kegiatan konstruksi yang mengandung resiko sangat tinggi dikaitkan dengan aspek keselamatan (safety). Oleh sebab itu diperlukan tindakan persiapan, kesiapan, dan kelengkapan dari seluruh elemen yang mendukung, diantaranya alat-alat yang

digunakan, lingkungan kerja (termasuk sistim dan prosedurnya), serta SDM (operator, rigger, supervisor). Terhadap seluruh elemen tersebut, perlu dilakukan pengecekan dan pemantauan (monitoring) secara terus menerus oleh manajemen dan supervisor sejak sebelum proses pengangkatan dimulai sampai dengan proses pemasangan diselesaikan tuntas.

Keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan (K4) merupakan nilai-nilai yang wajib dimiliki dalam setiap kegiatan konstruksi sebagai jaminan mutu bagi penyelenggaraan konstruksi yang baik dan benar sesuai UU No. 12 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi. Karena itu, setiap insinyur profesional yang berpraktik di bidang konstruksi wajib memahami dan mematuhi butir-butir ketentuan yang tertuang di dalam SOP (standard operation procedure) ketika melakukan kegiatan di lapangan, termasuk ketika penggunaan dan pengoperasian alat. UU No. 11 Tahun 2014 tentang Keinsinyuran juga menegaskan bahwa pengaturan keinsinyuran berazaskan antara lain profesionalitas, keamanan dan keselamatan, serta keberlanjutan. Dari kedua peraturan perundangan-undangan ini tersirat bahwa hal-hal yang bersifat sumber daya manusia akan lebih menjadi fokus perhatian bagi PII ke depan.

(6)

PERSATUAN INSINYUR INDONESIA

Menyikapi Kecelakaan Kerja Pada Sektor Konstruksi

(lanjutan-1)

Dalam upaya meningkatkan kualitas keselamatan kerja, PII menyambut baik langkah-langkah Kementerian PUPR yang telah mengkampanyekan Gerakan Nasional Keselamatan Konstruksi (GNKK) dan membentuk sebuah komite baru, yaitu Komite Keselamatan Konstruksi (KKK) yang bertugas antara lain melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan konstruksi yang memiliki risiko tinggi akan terjadinya kecelakaan konstruksi. Dalam kaitan agenda GNKK dan KKK ini, PII siap bekerjasama dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk mendukung terwujudnya penyelenggaraan konstruksi yang aman, selamat, sehat dan berkelanjutan.

Dalam perkembangan teknologi yang sangat cepat dewasa ini, penggunaan alat utama dan alat bantu konstruksi yang tepat, lengkap, canggih dan presisi merupakan hal yang sangat direkomendasikan guna mengurangi risiko kegagalan dan kecelakaan. Paralel dengan hal tersebut, perlu dilakukan pula pemutakhiran (updating) keahlian dan keterampilan SDM yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi melalui pelatihan-pelatihan, penyegaran kembali, serta pengenalan teknik dan hal-hal yang bersifat baru.

Secara lengkap, temuan-temuan dan rekomendasi yang dapat kami sampaikan untuk ditindaklanjuti bersama-sama adalah sebagai berikut:

1. Diantara lebih dari 7.000 sertifikat kompetensi Insinyur Profesional bidang teknik sipil yang sudah diterbitkan hingga saat ini, keahlian khusus yang terkait dengan pekerjaan pengangkatan dan pemasangan benda berat (Heavy Lifting and Erection Professional Engineer) di sektor konstruksi memang masih sangat kurang, dan bahkan kompetensi tersebut nyaris belum terdata (belum terdaftar). Hal ini sangatlah berbeda bila dibandingkan dengan tingkat kebutuhannya yang luar biasa.

2. Karena itu, PII akan terus berupaya membangun dan meningkatkan kompetensi tenaga-tenaga ahli yang berkecimpung di

sektor konstruksi, termasuk mendorong lahirnya keahlian-keahlian khusus yang dibutuhkan pasar konstruksi, misalnya heavy lifting and erection engineers. Dalam upaya membangun profesionalisme insinyur, PII akan selalu mengutamakan keamanan dan keselamatan pekerja dan masyarakat, keberlanjutan lingkungan dalam praktik keinsinyuran, serta menegakkan kode etik insinyur sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 11/2014 tentang Keinsinyuran.

3. PII akan mengingatkan seluruh insinyur untuk senantiasa melakukan kewajiban pemutakhiran pengetahuannya, selalu mempelajari teknologi baru, penerapan penemuan baru di bidang teknik sipil menyangkut nano-, bio-, geo-teknologi, memahami dasar pijak dan rujukan untuk proses yang lebih cepat dan aman, serta yang dilakukan secara simultan, termasuk menangani hal-hal baru untuk dimensi dan skala pekerjaan yang lebih besar.

4. Mendorong pihak manajemen untuk selalu melakukan pemantauan, evaluasi pelaksanaan standar dan prosedur kerja (SOP), pemutakhiran, upaya melengkapi, menyempurnakan dan merinci serta melatih penerapannya agar tidak terbuka ruang untuk terjadinya hal-hal di luar prosedur. Hal ini perlu lebih difokuskan khususnya untuk kegiatan mechanical handling equipment dan rigging yang relatif belum banyak yang menguasainya.

(7)

5. Mendorong agar setiap insinyur apabila telah menyelesaikan suatu tahapan kerja, baik survey, studi kelayakan, perancangan hingga pelaksanaan konstruksi, selalu menyertakan/menyerahkan

pedoman/petunjuk tertulis yang menjelaskan fokus perhatian khusus pada langkah lanjutan terutama yang menyangkut pengutamaan keselamatan, keamanan, serta keberlanjutan lingkungan.

6. Mendorong pihak manajemen untuk memastikan bahwa fungsi kerja maupun keandalan alat bantu kerja senantiasa terjaga dengan baik, misalnya dengan memelihara peralatan berat, perlengkapan penerangan di area kerja sesuai standar kerja, selalu terjaga dalam musim penghujan, alat-alat dioperasikan oleh operator dan para asisten yang kompeten. Manajemen harus selalu memperhatikan dengan cermat aspek kompetensi, fisik, dan psikis/mental dari setiap tenaga kerja dan tim proyek yang terlibat di dalam pekerjaan heavy lifting and erection. Selalu mensyaratkan adanya tenaga ahli keselamatan (Safety Engineer) dalam setiap pekerjaan konstruksi dengan standar kompetensi dan billing rate yang memadai. 7. Agar terbangun suasana kerja yang sehat dan

kompetitif, perlu diterapkan reward and punishment policy yang jelas, yaitu perlu ada reward atas suatu prestasi tim kerja yang sukses melaksanakan misinya dengan tepat waktu, sesuai prosedur dan standar, serta zero accident.

8. Untuk mendorong apresiasi, kepatuhan, dan komitmen semua pihak terhadap isu keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja, maka dalam struktur biaya perlu dilakukan pemisahan pos biaya safety dari biaya konstruksi secara keseluruhan. Pencairan pos biaya safety ini harus sejalan dengan

langkah-langkah penyedia jasa untuk menjaga K3 di lingkungan kerjanya. Pembelanjaan pos biaya ini harus berjalan seiring dengan biaya konstruksinya meskipun tidak menyatu (blended) di dalam biaya konstruksi.

9. Dikaitkan dengan volume kegiatan yang sangat besar, kompleks, dan memerlukan kecepatan tinggi, maka perlu dibuka ruang kerjasama dengan dunia internasional, baik pada tingkat perusahaan maupun tenaga ahli terutama untuk hal-hal yang bersifat baru dan berisiko tinggi. Ruang ini dimaksudkan untuk terjadinya alih teknologi, memetik pelajaran dan pengalaman dari praktik-praktik dan kebijakan maupun regulasi yang telah ada sebelumnya.

10. Sebagai antisipasi kemungkinan terulangnya kembali terjadinya kegagalan konstruksi, setiap pemilik/pengelola aset perlu mengambil kebijakan dengan membentuk dan melatih secara terus menerus Emergency Response Team, serta melakukan simulasi berbagai keadaan darurat yang mungkin dihadapi, agar lebih terbiasa dan cepat tanggap bilamana menghadapi keadaan darurat, dengan prioritas tertinggi pada keselamatan manusia.

11. Sebagai institusi yang membina profesionalisme insinyur, PII siap untuk diikut sertakan dalam proses penelitian, pengkajian dan evaluasi pasca kegagalan konstruksi maupun kegagalan bangunan, untuk menjadikan hal tersebut sebagai bagian dari pembelajaran insinyur dan pemutakhiran pengetahuan dan agar tidak terulang lagi di kemudian hari.

*Disampaikan kepada masyarakat pada tanggal 15 Februari 2018

PERSATUAN INSINYUR INDONESIA

Menyikapi Kecelakaan Kerja Pada Sektor Konstruksi

(8)

Engineer Weekly

Pelindung: A. Hermanto Dardak, Heru Dewanto Penasihat: Bachtiar Siradjuddin Pemimpin Umum: Rudianto Handojo, Pemimpin Redaksi: Aries R. Prima, Pengarah Kreatif: Aryo

Adhianto, Pelaksana Kreatif: Gatot Sutedjo,Webmaster: Elmoudy, Web Administrator: Zulmahdi, Erni Alamat: Jl. Bandung No. 1, Menteng, Jakarta Pusat Telepon: 021- 31904251-52.

Faksimili: 021 – 31904657. E-mail: info@pii.or.id

LARGEST INDUSTRIAL OUPUT, 2013

(mil.ton)

457.5

471.2

575.7

479.4

488.6

503.7

541.4

592.5

617

757.3

1,243.40

1,789.10

2,304.80

5,186.20

10,249.50

Inggris

Afrika Slt

Canada

Indonesia

Mexico

Brazil

Saudi Arabia

Korea Slt

Iran

Germany

Japan

Russia

India

USA

China

Referensi

Dokumen terkait

Tangki utama berfungsi sebagai penampung udara tekan yang dihasilkan oleh kompressor yang selanjutnya untuk dialirkan keseluruh sistem udara pada kereta api, baik untuk

 Bahwa setelah sampai Terdakwa dan Saksi Korban kemudian duduk di pasir di pinggir pantai, Terdakwa kemudian memeluk Saksi Korban dari belakang dan mengisap leher Saksi

Sebagai salah satu bagian dari resolusi konflik Aceh pengaktifan kembali lembaga tuha puet gampoengtidak terlepas dari bagian keistiumewaan Aceh di bidang adat sebagaimana diatur

Kesetiaan pada retailer timbul karena konsumen merasa puas dengan pelayanan, pada jangka panjang akan memberi dampak yaitu munculnya kemungkinan konsumen akan menceritakan

Dalam penelitian ini, dimensi ketiga ini lebih kepada apa yang menjadi titipan (amanah) kepada pengelola (manusia/bank syariah) sehingga pemetaanya mengarah pada materi yang

i\ lctode ini mcn[!.hasilkan nilai output yang merupakan gravity dari distribusi nilai output fungsi membership. Metode ini paling banyak dip.unakan.. Karena

Pemangku jabatan turut membangun hubungan yang baik dengan manajemen Taman Nasional Ujung Kulon, Pemda, LSM lain, media massa dan stakeholder lainnya sehingga

difficile, menghindari penggunaan obat yang mengganggu peristaltik (seperti narkotik dan antidiare), mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pada