• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan Kota Palembang sebagai ibukota dari Sumatera Selatan dalam beberapa dekade mengalami kemajuan dalam perkembangan wilayah dan kotanya. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan pendapatan perkapita Kota Palembang sebesar 6,6% dari RP11.694.366 di tahun 2012 menjadi Rp. 12.460.826 di tahun 2013 (BPS Kota Palembang tahun 2013).

Kemajuan perkotaannya terlihat dari beberapa sektor perkembangan ekonomi yaitu sektor perdagangan, jasa, pariwisata, pertanian, pertambangan, industri dan beberapa sektor perkembangan lainnya. Kemajuan ini memerlukan suatu proses perencanaan yang membutuhkan pengalokasian dana dan waktu yang tidak sedikit. Proses perencanaan tersebut ditunjang oleh beberapa potensi lokal yang dimiliki. Palembang memiliki potensi antara lain kekayaan sumberdaya alam mineral, sumberdaya hutan, sumberdaya lahan, sumberdaya manusia, wisata sejarah dan kebudayaan. Perpaduan berbagai budaya, sejarah dan kultur masyarakat Palembang membuat kota ini memiliki banyak julukan seperti Kota Pempek yang merujuk kepada makanan khas daerah tersebut.

Potensi wisata alam, sejarah dan budaya menjadi daya tarik tersendiri sebagai salah satu tujuan wisata. Beberapa potensi pariwisata budaya di Palembang antara lain Benteng Kuto Besak, Bukit Siguntang, Sungai Musi, Pulau Kemarau dan keanekaragaman wisata kuliner.Sekarang ini Kota Palembang semakin ramai sebagai tujuan wisata (domestik/ mancanegara) dan event olahraga internasional sejak tahun 2004. Agenda besar kompetisi olahraga dimulai dengan Pekan Olahraga Nasional (PON), kemudian SEA Games 2011 dan terakhir Islamic Solidarity Games (ISG) 2013, serta rencana Asian Games pada tahun 2018 yang diadakan di Palembang.

Melihat peluang dan kesempatan tersebut, sektor pariwisata Palembang semakin menarik untuk dikembangkan misalnya melalui kegiatan-kegiatan promo

(2)

pengenalan potensi dan produk unggulan daerah baik yang dilakukan Dinas Pariwisata maupun kerjasama dengan masyarakat/ pengusaha setempat. Salah satu produk makanan olahan khas daerah sebagai wisata kuliner yang terkenal adalah Pempek. Bisnis usaha pempek di Kota Palembang cukup berkembang dan terus menunjukkan kemajuanyang didukung oleh banyaknya toko pempek di Kota Palembang.

Usaha memajukan sektor pariwisata Palembang bidang kuliner ini tidak mudah untuk dilakukan, terdapat tantangan dan hambatan dari sisi pengusaha dan pemerintah daerah misalnya perijinan, modal, promosi, dan jaminan kualitas/ mutu makanan. Banyaknya jumlah usaha pempek dari skala modal usaha kecil hingga besar membuat persebaran lokasi toko tidak menentu dan menimbulkan persaingan usaha yang sangat jelas sesama produsen pempek. Biasanya lokasi strategis seperti sepanjang jalan utama Kota Palembangdidominasi oleh usaha toko pempek ternama. Pelaku bisnis usaha pempek ternama memilih lokasi penjualan di sekitar jalan utama (arteri) dikarenakan kemajuan pembangunan fisik daerah seperti jalan, komplek perkantoran, dan perhotelan.

Terkait dengan penerapan ilmu geografi khususnya di bidang pembangunan ekonomi lokal dan pariwisata, fenomena perkembangan wisata dan bisnis kuliner (pempek) menarik untuk dikaji.Fenomena pemanfaatan ruang sebagai strategi usaha tersebut menjadi daya tarik peneliti mengenai kesuksesan usaha yang diraih. Peneliti berasumsi bahwa strategi pemilihan lokasi usaha toko pempek memiliki pola distribusi spasial yang berbeda-beda antara toko satu dengan toko lainnya. Analisis perkembangan usaha pempek melalui pendekatan geografi ini akan membahas bagaimana strategi usaha masing-masing toko pempek dilihat dari pola distribusi perkembangan lokasi usahanya. Judul penelitian yang dilakukan adalah “Sentra Usaha Toko Pempek di Kota Palembang”.

(3)

1.2 Rumusan Masalah

Kota Palembang merupakan Kota yang memiliki banyak ciri khas makanan, salah satunya adalah pempek. Hal ini membuat banyak pelaku usahabersaingdalam menentukan lokasi-lokasi strategis sebagai outlet penjualan makanankhas pempek dari Kota Palembang. Perkembangan salah satu bisnis usaha kuliner ini mampu mendukung kemajuan sektor pariwisata di Kota Palembangserta mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Namun menurut beberapa pelaku usaha toko pempek, peran pemerintah daerah dinilai masih kurang dalam memajukan salah satu wisata kuliner ini.

Lokasi usaha kuliner pempek yang masih tersebar membuat wisatawan baik lokal maupun mancanegara sulit menemukan dan membandingkan lokasi outlet penjualan pempek yang memiliki kualitas/ citarasa yang bermutu tinggi. Pada dasarnya sudah banyak bisnis usaha pempek di Kota Palembang, namun beberapa outlet penjualan pempek yang banyak dijumpai hanya di wilayah Kecamatan Ilir Timur. Hal tersebut dikarenakan belum adanya pemetaan lokasi-lokasi potensi wisata kuliner khususnya pempek di Kota Palembang sehingga wisatawan belum memahami mengenai lokasi persebarannya, dan menjadi kendala pemerintah daerah khususnya dinas pariwisata untuk mengembangkan potensi wisata kuliner tersebut.

Peran pemerintah dianggap perlu untuk mendukung perkembangan usaha pempekmasyarakat Palembang khususnya melalui dinas pariwisata. Peran pemerintah untuk mendukung kemajuan pariwisata dan memajukan ekonomi lokal misalnya sertifikasi kelayakan usaha, modal usaha, hak paten, dan promosi. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. bagaimana pola sebaran toko pempek (Candy, Pak Raden, dan Beringin) di Kota Palembang?

2. faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran toko pempek (Candy, Pak Raden, dan Beringin) di Kota Palembang?

(4)

3. bagaimana program pemerintah daerah dalam mendukung sektor pariwisata khususnya memajukan potensi wisata kuliner (pempek) di Kota Palembang? 4. mengetahui dimana letak sentra usaha Toko Pempek di Kota Palembang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. mengetahui pola persebaran usaha toko pempek (Candy, Pak Raden, dan Beringin) di Kota Palembang.

2. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sebaran toko pempek (Candy, Pak Raden, dan Beringin) di Kota Palembang.

3. mengidentifikasi dan merekomendasikan kebijakan pemerintah daerah dalam mendukung sektor pariwisata khususnya memajukan potensi wisata kuliner (pempek) Kota Palembang.

4. mengetahui letak sentra usaha toko pempek di Kota Palembang

1.4 Kegunaan dan Manfaat

Adapun kegunaan dan manfaat penelitian ini adalah:

1. sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana strata satu di Fakultas Geografi UGM.

2. mengembangkan ilmu pengetahuan pembangunan wilayah dalam identifikasipenentuan lokasi strategis usaha khususnya toko pempek dan potensi wisata kuliner di Kota Palembang.

3. menjadi referensi bagi para pelaku usaha toko pempek yang ingin memperluas daerah pemasarannya sehingga mampu meningkatkan promosi wisatawan di Kota Palembang.

(5)

1.5 Tinjauan Pustaka 1.5.1 Ilmu Geografi

Geografi merupakan studi mengenai persamaan dan perbedaan fenomena-fenomena geosfer yang meliputi atmosfer, litosfer, hidrosfer, biosfer dan antroposfer. Dalam studi ini dikenal adanya tiga pendekatan untuk mengungkapkan persamaan dan perbedaan unsur-unsur geosfer yaitu pendekatan spasial (spatial approach), pendekatan ekologi (ecological approach) dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).

Analisis ekologi mengkaji mengenai interaksi antara organisme hidup dengan lingkungan disebut ekologi. Organisme hidup meliputi: manusia, hewan dan tumbuhan, sedangkan aspek lingkungan meliputi: hidrosfer, pedosfer, litosfer, dan atmosfer (Bintarto dan Surastopo, 1979).

Pada hakikatnya, analisa keruangan adalah analisa lokasi yang menitikberatkan kepada tiga unsur geografi, yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan

(movement) (Bintarto, 1979). Analisa keruangan bermanfaat dalam mengaplikasikan

memecahkan masalah perkembangan atau aspek pembangunan. Selain itu analisa juga memperlihatkan persebaran penggunaan ruang yang ada dan penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegiatan yang telah digunakan.

Analisis kompleks wilayah merupakan kombinasi antara analisis keruangan dan analisis ekologi. Dalam pendekatan ini wilayah – wilayah didekati dengan pengertian

areal differentiation, yaitu suatu anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan

berkembang karena pada hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah yang lain, oleh karena terdapat permintaan atau penawar antar wilayah tersebut (Bintarto dan Surastopo, 1979).

Pendekatan keruangan dapat digunakan untuk melihat kondisi wilayah kajian serta hubungannya dengan pola distribusi waralaba minimarket yang terbentuk. Kondisi keruangan dengan pola distribusi toko pempek yang terbentuk. Kondisi keruangan atau wilayah kajian menurut Bintarto (dalam buku Luthfi M, 2000), tercermin dari 5 aspek, sebagaimana tersebut dibawah ini:

(6)

1. Jarak

Unsur ini dapat dibagi menjadi jarak absolut dan jarak relative. Jarak absolut merupakan hasil pengukuran jarak yang sebenarnya di lapangan, sedangkan jarak relative tidak dapat diukur secara kuantitatif karena berkaitan dengan hal- hal sosial (social distance).

2. Site dan Situation

Erat kaitannya dengan sifat dan fungsi sebuah kota/ desa/ wilayah 3. Aksesibilitas

Erat kaitannya dengan topografi dan teknologi yang dimiliki oleh suatu wilayah tertentu (termasuk penduduk yang bermukim di dalamnya).

4. Keterkaitan (connectivness)

Besar kecilnya keterkaitan ini banyak menentukan hubungan fungsional antara beberapa tempat.

5. Pola (Pattern)

Merupakan perulangan fenomena atau gejala tertentu di dalam geosfer.

1.5.2 Pendekatan Keruangan dan Konteks Wilayah dalam Geografi

Salah satu ciri yang membedakan geografi dengan ilmu-ilmu lain adalah pendekatan keruangan, dengan unsur-unsur sepertispatial pattern yang memperhatikan lokasi, dan spatial system yang memperhatikan hubungan timbal balik, interaksi dan integrasi (Yunus, 1997). Analisis keruangan analisis yang mempelajari perbedaan lokasi ditinjau dari sifat-sifat penting di dalamnya. Dengan pertanyaan mengenai faktor-faktor yang menguasai pola persebaran dan bagaimana pola tersebut dapat diubah agar penyebaran tersebut menjadi lebih efisien dan lebih wajar. Dengan kata lain dapat diutarakan bahwa dalam analisa keruangan yang harus diperhatikan adalah pertama,penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan kedua,penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang telah direncanakan (Bintarto dan Surastopo, 1979).

(7)

Analisa keruangan dalam geografi sangat bermanfaat dalam aplikasinya terhadap masalah perkembangan. Hal ini dapat dilihat pada unsur penting geografi, sebagaimana berikut ini:

1. Integration of phenomena in place.

Dalam hal ini dipelajari tentang unit keruangan, seperti region atau

areas.Selain itu juga menganalisa ruang seperti luas dan sifat wilayah,

interaksi antar wilayah, fungsi ruang dan sebagainya. 2. Distribution or the association of elements over space.

Dipelajari mengenai pola keruangan, misalnya mendeteksi daerah surplus dan daerah minus, daerah padat penduduk dan daerah yang jarang penduduk, dan manfaat lainnya.Kemudian membahas keterkaitan gejala-gejala tersebut.

3. The organisation of phenomena in space

Dalam hal ini dipelajari mengenai organisasi atau struktur mengenai keruangan (tata ruang), proses perubahan dan statusnya bila dilihat dan ditinjau dari segi hirarki.

Karakter keruangan (tata ruang) menurut Bintarto (dalam buku Luthfi Muta'ali, 2000) sangat erat kaitannya dengan beberapa unsur diantaranya:

(1). jarak, baik absolut maupun relatif (2). site dan situation

(3). aksesibilitas (4). keterkaitan (5). pola atau pattern

1.5.3 Pola Distribusi

Dong Mei dan Arthur Getis (1998) menyebutkan pola (pattern)adalah kekhasan gejala tertentu di dalam ruang atau wilayah, sementara itu pola keruangan dapat dilihat dari tiga jenis kenampakan antara lain kenampakan titik (point features), kenampakan garis (linear features), dan kenampakan area (areal features).Pada

(8)

dasarnya, pola distribusi atau persebaran industri dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu :

a. pola bergerombol/mengelompok (cluster pattern) b. pola tersebar tidak merata/acak (random pattern) c. pola tersebar merata (dispersed pattern)

1.5.4 Teori Lokasi

Teori lokasi industri optimal yang dikemukakan oleh Losch di dasarkan pada permintaan dengan asumsi apabila suatu industri dapat menguasai wilayah pasaran yang terluas maka akan dihasilkan keuntungan yang terbanyak (Daljoeni, 1992). Setiap pemilik industri akan mencari lokasi yang dapat menguasai wilayah pasaran seluas-luasnya. Disamping itu juga sedapat mungkin wilayah pasarannya tidak mengalami tumpang tindih dengan wilayah pasaran milik industri lain yang memiliki produk yang sama karena akan berpengaruh pada pendapatnya.

Menurut Isard dalam Daldjoeni (1992), masalah lokasi merupakan penyeimbang antara biaya dengan pendapat yang diharapkan pada situasi ketidakpastian yang berbeda-beda. Keuntungan relatif dari lokasi dapat ditentukan pada tiap waktu oleh beberapa faktor, yaitu biaya input atau bahan baku, biaya transportasi. Diantara biaya-biaya tersebut mengemukakan bahwa jarak dan aksesibilitas merupakan pilihan terpenting dalam konteks tata ruang.

Weber mendasarkan teori pemilihan lokasi kegiatan industri atas prinsip minimalisasi biaya (Robinson, 2005). Ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja dan kekuatan aglomerasi. Biaya lokasi merupakan faktor utama dalam menentukan lokasi sedangkan kedua faktor lainnya merupakan faktor yang dapat memodifikasi lokasi. Biaya tenaga kerja adalah faktor kedua yang dapat memodifikasi lokasi. Biaya tenaga kerja adalah faktor kedua yang dapat mempengaruhi lokasi hal ini dapat terjadi apabila penghematan biaya tenaga kerja per unit produksi karena berpindahnya lokasi ke dekat sumber tenaga kerja.

(9)

1.5.5 Teori Penentuan Lokasi

Christaller mengemukakan beberapa konsep diantaranya adalah range of

good (jangkauan) dan threshold (nilai ambang). Konsep threshold atau minimum market area adalah jumlah penduduk minimal yang diperlukan untuk mendukung

suatu barang atau pelayanan sebagai tempat pusat, sebelum tempat pelayanan tersebut dapat beroperasi secara menguntungkan. Ukuran yang diperlukan untuk suatu

threshold akan bervariasi sesuai dengan jenis barang atau pelayanan. Setiap barang

atau pelayanan mempunyai daerah pasar yang berbeda ukurannya. Sedangkan untuk konsep range of good, setiap barang atau pelayanan yang ada di tempat sentral mempunyai harga yang berbeda (untuk konsumen) disesuai dengan jauh dekatnya konsumen tinggal.Harga yang harus dibeli atau dikeluarkan oleh konsumen untuk jenis barang tertentu akan bervariasi sesuai dengan seberapa jauh jarak konsumen dari tempat penjualan barang tersebut. Dengan kata lain adalah rata-rata jarak maksimum konsumen yang akan membeli barang atau pelayanan ke tempat pusat (Abler,et.al.,1972).

Perilaku konsumen akan selalu mencari tempat pusat yang terdekat untuk mendapatkan barang maupun pelayanan dengan kualitas yang sama. Karena secara umum dengan semakin jauh jangkauan tempat pusat yang melayani kebutuhan suatu konsumen, maka tambahan biaya yang diperlukan akan semakin tinggi.

Bagi range of good services terdapat dua limit, yaitu:

1. the inner limit, yang membatasi wilayah yang didiami oleh threshold population, yaitu jumlah minimal konsumen yang dibutuhkan agar barang

atau jasa dapat menguntungkan.

2. the outer limit, ini membatasi range of goods or services, diluar itu para

konsumen akan pergi ke tempat sentral lain untuk mendapatkan barang atau jasa, atau menolak kedua-keduanya, karena ongkos transpot yang tinggi. Jadi hanyalah mereka yang mendiami range yang akan beruntung (Small and Witherick dalam Daldjoeni, 1997).

(10)

suatu volume ambang (threshold) dan wilayah pasar tercapai. Keuntungan lalu naik selama revenue dan banyak konsumen berjarak jauh melawan biaya untuk melayani mereka, sampai keuntungan maksimal pada jangkauan (range) 1 tercapai. Sesudah itu, keuntungan menurun sampai jangkauan maksimal revenue (sales) range 2 tercapai. Disinilah cost sama dengan revenue.

Barang maupun pelayanan dibagi menjadi dua, yaitu :

1. high order goods sevices, yaitu barang atau jasa yang memiliki threshold dan range

yang besar, umumnya terdapat di pusat Kota (tempat pusat).

2. low order goods services, yaitu barang atau jasa yang memiliki threshold dan range

yang rendah, yang umumnya terdapat di desa atau daerah dengan hirarki rendah (Christaller dalam Daldjoeni, 1997).

Sehingga akan terdapat banyak variasi jenis pelayanan (jasa dan barang) yang berbeda-beda menurut tingkatan threshold-nya. Sudah selayaknya dan sewajarnya bahwa barang dan jasa tingkat tinggi terdapat di kota-kota besar yang berpenduduk banyak dan tingkat populasinya terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Lebih lanjut Christaller mengemukakan bahwa sentralitas suatu tempat tidak ditentukan oleh lokasinya di pusat, tetapi karena adanya berbagai pekerjaan sentral, barang sentral dan pelayanan sentral. Dalam hal ini jarak ekonomi, yaitu jumlah uang yang diperlukan untuk membiayai segala pengeluaran (biaya transportasi, waktu dan susah payahnya) suatu barang atau jasa sangat penting.

Perkembangan tempat-tempat sentral tergantung konsumsi barang sentral faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi yaitu (a). penduduk (distribusi, kepadatan dan strukturnya), (b). permintaan, penawaran serta harga barang, (c). kondisi wilayah dan transportasi.Estall dan Buchanan (1973) menyatakan bahwa lokasi merupakan salah satu faktor penting dalam aktivitas ekonomi. Pemilihan lokasi merupakan suatu keputusan rasional yang normal, membuat beberapa penilaian tentang prospek untuk suatu bisnis dalam suatu lokasi dan untuk jenis usaha baru, lokasi merupakan keputusan paling awal.

(11)

1.5.6 Teori Persebaran

Pola persebaran suatu fenomena tertentu dapat diklasifikasikan menjadi tiga (Peter Hagget dalam Bintarto & Hadisumarno, 1978), yaitu pola seragam (uniform), pola mengelompok (clustered) dan acak (random). Pola persebaran ini mempertimbangkan segi waktu dan ruang dalam perhitungannya. Pendekatan demikian dinamakan analisis tetangga terdekat (nearest – neighbor analysis).

Analisis tetangga terdekat memerlukan data mengenai jarak antar satu titik dengan titik lainnya sebagai obyek yang diamati. Sehubungan dengan hal ini gerai usaha toko makanan khas dianggap sebagai sebuah titik dalam ruang.Dalam perhitungannya, diharapkan antara satu titik dengan titik yang lainnya tidak memiliki penghalang yang cukup berpengaruh seperti jurang atau sungai yang tidak memiliki jembatan. Hal ini dikarenakan penghalang tersebut cukup sulit dilalui sehingga tidak memenuhi jarak terdekatnya.

Penentuan batas wilayah sebagai kerangka acuan sangat penting dalam menganalisis pola persebaran. Selain itu kerangka dan jumlah titik juga sangat mempengaruhi akurasi dari pola persebaran sebagai contoh jika jumlah sampel mendekati populasi.

1.5.7 Pariwisata

Pariwisata merupakan salah satu fenomena global yang sangat pesat

berkembang di berbagai belahan dunia. Pariwisata merupakan kegiatan multidimensi dan multisektor.Pariwisata tidak saja menjadi penggerak ekonomi tetapi juga dapat mendorongtransformasi sosial dan budaya masyarakat serta turut melestarikan lingkungan. Namunperlu disadari bahwa pariwisata mengandung “tonic & toxic” yaitu memiliki dampakpositif dan negatif pada kehidupan masyarakat (M. Baiquni, 2013).

Tantangan baru bagi pemerintah pusat dan daerah adalah bagaimana kebijakandan program pariwisata dapat diarahkan untuk memfasilitasi sinergi antara gelombangbesar bernama globalisasi dapat dipadukan dengan geliat dinamika

(12)

perubahan lokal yangsedang terjadi. Tantangan yang dihadapi pemerintah tidak mudah, mengingat kecepatangelombang globalisasi telah masuk di berbagai lini kehidupan. Demikian pula dengan medan “pertempuran” tidak lagi menggunakan kekuatan senjata api, tetapi melaluipengaruh teknologi dan informasi yang digerakkan dengan strategi budaya (M. Baiquni, 2013).

1.5.8 Penelitian Sebelumnya

Peneliti menemukan contoh kasus penelitian serupa yang dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta,yaitufaktor lokasi persebaran waralaba minimarket di perkotaan yogyakarta studi kasus Gerai Indomaret dan Circle-K oleh Widya (2008) yang bertujuan untuk mengetahui pola sebaran dan arah perkembangan waralaba di perkotaan Yogyakarta dengan unit analisis Indomaret dan Circle-K menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Hasil yang di dapat dari penelitian ini yaitu pola persebaran CK dan Indomaret di Kota Yogyakarta cenderung mengelompok di daerah utara dan selatan Kota Yogyakarta, Keduanya menunjukan bahwa Keduanya berkembang secara pesat kearah pinggiran Kota khususnya di bagian utara dan selatan.

Penelitian distribusi spasial perkembangan distribution outlet (distro) di perkotaan Yogyakarta oleh Ibnu(2013), bertujuan untuk mengetahui proses persebaran keruangan distro di Perkotaan Yogyakarta dengan menggunakan metode analisis deskriptif, hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sebarannya cenderung mengelompok, penempatan lokasi banyak dipengaruhi karena pasar sudah terbentuk dan persaingan selalu menjadi masalah utama.

Penelitian distribusi spasial waralaba makanan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman oleh Dwi(2013),bertujuan untuk mengetahui persebaran keruangan dari gerai makanan di Kecamatan Depok dengan unit analisis gerai waralaba di Kelurahan Condong Catur dan Caturtunggal dan metode penelitiannya yaitu analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini yaitu, gerai membentuk pola mengelompok, lokasi

(13)

dipengaruhi oleh penggunaan lahan yang ditempati, kebanyakan gerai menempati lahan yang sudah terbangun seperti Indomaret dan Alfamart

Perbedaan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan saat ini adalah sebagai berikut: dengan penelitian yang dilakukan oleh Widya (2008) perbedannya yaitu pada obyek penelitian dan lokasi penelitian. Perbedaan dengan penelitian Ibnu (2013) yaitu pada obyek penelitian, lokasi penelitian dan metode penelitian. Pebedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2013) yaitu pada obyek penelitian, lokasi penelitian dan metode yang digunakan pada penelitian.

Penelitian ini terlihat hampir memiliki persamaan pada konsep penelitiannya, namun perbedaannya terdapat pada objek yang menjadi kajian penelitian dan lokasi penelitiannya. Secara lebih detil untuk membedakan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, diuraikan lebih lanjut pada tabel penelitian terdahulu berikut ini (Tabel 1):

(14)

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No Penyusun Judul Tujuan Unit Analisis Metode

Penelitian Hasil 1 Alwarritzi , Widya. 2008. Skripsi Faktor Lokasi Persebaran Waralaba Minimarket di Perkotaan Yogyakarta (Kasus: Gerai Indomaret dan Circle K)

1. Mengetahui pola sebaran dan arah perkembangan waralaba minimarket di Perkotaan Yogyakarta.

2. Mengidentifikasi faktor lokasi berdirinya gerai waralaba minimarket Indomaret dan Circle K dalam wilayah waralaba individual eksklusif

Indomaret dan Circle K

Kualitatif dan Kuantitatif

1.Pola persebaran CK di Kota Yogyakarta cenderung mengelompok pada daerah utara dan selatan perkotaan Yogyakarta.

2.Keduanya menunjukan bahwa keduanya berkembang secara pesat kearah pinggiran Kota khusunya di daerah

permukiman padat bagian utara dan selatan Kota Yogyakarta

3.Faktor kedekatan dengan jarak asal konsumen menjadi alasan utama konsumen mengunjungi gerai Indomaret dan Circle K 2 Prabowo, Ibnu. 2013. Skripsi Distribusi Spasial Perkembangan Distribution Outlet (Distro) di Perkotaan Yogyakarta

Mengetahui proses persebaran keruangan (distribusi spasial) distro di Perkotaan Yogyakarta Sampel distro di daerah penelitian. Analisis deskriptif

1.Sebarannya cenderung mengelompok

2.penempatan lokasi banyak dipengaruhi karena pasar sudah terbentuk

3.persaingan selalu menjadi masalah utama

3 Ikhsan, Dwi Nur. 2014. Skripsi Distribusi Spasial Waralaba Makanan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Mengetahui Persebaran Keruangan Dari Gerai Makanan Di Kecamatan Depok Gerai waralaba di kelurahan condong catur dan caturtunggal Analisis deskriptif

1. Gerai membentuk pola mengelompok

2. Lokasi dipengaruhi oleh penggunaan lahan yang ditempati 3. Kebanyakan gerai menempati lahan yang sudah terbangun

seperti indomaret dan alfamart

4 Nugraha, Rizal. 2015. Skripsi Sentra Usaha Toko Pempek di Kota Palembang

1. Mengetahui pola persebaran (spasial) toko pempek 2. Faktor-faktor yang

mempengaruhi sebaran toko

Toko Pempek Candy, Pempek Pak Raden, Dan Pempek

Analisis Deskriptif Kwalitatif dan Kuantitatif

1.Outlet/ toko pempek membentuk pola mengelompok khususnya di wilayah bagian tengah (pusat kegiatan perkotaan) dan bagianutara (pusat transportasi udara Kota Palembang)

(15)

pempek di Kota Palembang 3. Mengetahui keterkaitan

program pemerintah daerah dalam pembangunan sektor pariwisata kaitannya turut memajukan potensi wisata kuliner Kota Palembang

Beringin. 2.Faktor yang mempengaruhi persebaran outlet/ toko pempek

di Kota Palembang adalah kelas jalan, jenis pemanfaatan lahan, dan jarak terhadap konsumen

3.Program pemerintah daerah dalam pembangunan sektor pariwisata antaralain:

-Program Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang yaitu pembuatan destinasi wisata baru, festival dan promosi kuliner, pelatihan dan pembinaan pelaku usaha kuliner, kontrol kualitas/ mutu hasil produksi usaha makanan kuliner.

(16)

1.5.8 Kerangka Pemikiran

Usaha toko makanan kuliner di Kota Palembang belum banyak diusahakan masyarakat Palembang dengan skala besar (restoran/ banyak cabang usahaKebanyakan masyarakat usahawan hanya mengusahakan penjualan masakan khas Palembang dengan membuka warung makanan skala kecil saja (tidak memiliki cabang usaha). Terdapat beberapa usaha makanan kuliner Palembang dengan citra rasa setingkat restoran namun belum sanggup menggembangkan usahanya karena keterbatasan modal.

Peneliti mengambil contoh usaha toko makanan kuliner (pempek) khas Palembang yang memiliki cabang lebih dari tiga (restoran) sebagai bahan kajian percontohan kesuksesan usaha toko makanan kuliner (pempek) khas Palembang. Berdasarkan keterangan dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Palembang, terdapat beberapa nama merek dagang usaha toko makanan khas (pempek) di Kota Palembang dengan cabang lebih dari tiga yaitu Candy, Pak Raden, dan Beringin. Keterangan lokasi outlet/ toko pempek (Candy, Pak Raden, Beringin) dan pola persebarannya menurut Dinas Perdagangan dan Perindustriaan serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang, tersebar dan belum terdapat peta persebarannya. Peneliti harus melakukan penelusuran alamat dan plotting koordinat menggunakan global positioning system (GPS) untuk mendapatkan lokasi pada peta dan melakukan analisis pola persebarannya.

Sebaran lokasi usaha dapat dipengaruhi berbagai faktor dengan orientasi mencari konsumen misalnya mendekati pusat-pusat keramaian dan kondisi infrastruktur wilayah. Kebijakan pemerintah juga memiliki pengaruh terhadap perkembangan usaha kuliner khas Palembang, salah satunya kebijakan sektor pariwisata khususnya wisata kuliner. Wisata kuliner dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Palembang. Bentuk kebijakan pemerintah daerah untuk memajukan pariwisata Kota Palembang dimuat dalam

(17)

dokumen-dokumen seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Strategis (Renstra), dan Peraturan Daerah (Perda).

Kebijakan pengembangan sektor pariwisata khususnya wisata kuliner Palembang dapat melihat hasil evaluasi pola-pola persebaran outlet/ toko pempek yang tersebar di Kota Palembang. Pola persebaran lokasi kuliner tersebut dapat dikembangkan dan direncanakan menjadi sentral jajanan/ wisata kuliner dan menjadi percontohan bagi daerah lain untuk mengembangkan potensi pariwisatanya. Kajian pola persebaran usaha kuliner melalui ilmu geografi dengan melihat percontohan yang sudah sukses, diharapkan masyarakat dapat mengadopsi strategi-strategi usaha tersebut sehingga masyarakat Palembang sebagai usahawan baru dapat tumbuh dan memiliki peluang sukses lebih besar.Diagram alir yang berkaitan dengan kerangka pemikiran di atas digambarkan dalam Gambar 1.

(18)

Keterangan

: Garis Alir : Awal : Proses

: Masukan (Input) atau Keluaran (Output) Informasi : Pernyataan/ Keputusan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pola Persebaran Outlet/ Toko Pempek (Mengelompok, Acak, Tersebar Merata)

Jumlah Outlet/ Toko Pempek (Candy, Pak Raden, Beringn)

di Kota Palembang

Contoh Kesuksesan Usaha Kuliner Khas (Pempek) di

Kota Palembang

Rekomendasi Kebijakan Toko Pempek Dengan Cabang

Usaha Lebih Dari Tiga di Kota Palembang (Pempek Candy, Pempek Pak

Raden, Pempek Beringn)

LokasiOutlet/ Toko Pempek (Candy, Pak Raden, Beringn)

di Kota Palembang Infrastruktur Wilayah, Pusat Keramaian (Sekolah, Terminal, Pasar, Pariwisata, dll), Jenis Pemanfaatan Lahan Terbangun (Gedung Perkantoran, Permukiman Penduduk, dll) Faktor-Faktor Pengaruh Perkembangan Usaha Outlet/

Toko Pempek (Candy, Pak Raden, Beringin) di Kota

Palembang

Kebijakan Pemerintah Daerah Pendukung Pembangunan Pariwisata

(Kuliner Khas) di Kota Palembang Seleksi

Gambar

Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Petisi, yang pertama diselenggarakan oleh ilmuwan individu yang mendukung teknologi RG telah menghasilkan lebih dari 1.600 tanda tangan dari ahli ilmu tanaman mendukung pernyataan

Secara parsial, variabel kualitas layanan yang terdiri dari: dimensi variabel bukti fisik (tangibles) dan empati (emphaty) berpengaruh secara signifikan dan

Berbagai dikotomi antara ilmu – ilmu agama Islam dan ilmu – ilmu umum pada kenyataannya tidak mampu diselesaikan dengan pendekatan modernisasi sebagimana dilakukan Abduh dan

Sekolah harus melakukan evaluasi secara berkala dengan menggunakan suatu instrumen khusus yang dapat menilai tingkat kerentanan dan kapasitas murid sekolah untuk

BILLY TANG ENTERPRISE PT 15944, BATU 7, JALAN BESAR KEPONG 52100 KUALA LUMPUR WILAYAH PERSEKUTUAN CENTRAL EZ JET STATION LOT PT 6559, SECTOR C7/R13, BANDAR BARU WANGSA MAJU 51750

Penelitian ini difokuskan pada karakteristik berupa lirik, laras/ tangganada, lagu serta dongkari/ ornamentasi yang digunakan dalam pupuh Kinanti Kawali dengan pendekatan

Dari hasil perhitungan back testing pada tabel tersebut tampak bahwa nilai LR lebih kecil dari critical value sehingga dapat disimpulkan bahwa model perhitungan OpVaR