• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI PUPUK N-K MELALUI DAUN TERHADAP PRODUKSI PUCUK DAUN KOLESOM (Talinum triangulare Wild)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI PUPUK N-K MELALUI DAUN TERHADAP PRODUKSI PUCUK DAUN KOLESOM (Talinum triangulare Wild)"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI PUPUK N-K

MELALUI DAUN TERHADAP PRODUKSI PUCUK

DAUN KOLESOM (Talinum triangulare Wild)

Disusun Oleh:

MAULANA MARMAN

A24061763

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI PUPUK N-K

MELALUI DAUN TERHADAP PRODUKSI PUCUK

DAUN KOLESOM (Talinum triangulare Wild)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Disusun Oleh:

MAULANA MARMAN

A24061763

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(3)

RINGKASAN

MAULANA MARMAN. Pengaruh Kombinasi Konsentrasi Pupuk N-K Melalui Daun Terhadap Produksi Pucuk Daun Kolesom (Talinum triangulare Wild). Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ.

Percobaan lapang untuk melihat pengaruh pemberian kombinasi konsentrasi pupuk N-K melalui daun terhadap produksi pucuk kolesom (Talinum triangulare Wild) telah dilakukan di Kebun Percobaan Ilmu dan Teknologi Benih Leuwikopo, Darmaga, Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Maret sampai dengan Mei 2010.

Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Faktorial RKLT dua faktor dengan tiga ulangan, faktor konsentrasi nitrogen dan kalium. Respon konsentrasi nitrogen dan kalium masing-masing menggunakan empat taraf, yaitu 1, 2, 3, dan 4 g/l, selain itu terdapat pembanding tanpa penambahan konsentrasi nitrogen dan kalium (kontrol) yang tidak termasuk ke dalam rancangan. Data diuji dengan sidik ragam (uji F) dan uji beda nilai tengah menggunakan DMRT dengan α = 5%.

Hasil uji F menunjukkan bahwa penambahan pupuk berupa kombinasi konsentrasi N-K melalui daun berpengaruh terhadap jumlah cabang pada umur 5 dan 6 minggu setelah tanam (MST), ketebalan jaringan daun, bobot tajuk dan jumlah daun saat panen (total). Secara keseluruhan pengaruh kombinasi konsentrasi N-K mulai terlihat pada umur 5 MST.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyemprotan pupuk N melalui daun dengan konsentrasi 2 g urea/l mampu meningkatkan bobot pucuk tanaman paling tinggi pada panen ke-2 (29.7 g/tanaman), panen ke-3 (13.9 g/tanaman) dan panen total (51.3 g/tanaman). Penyemprotan pupuk K tidak mempengaruhi bobot pucuk kolesom, tetapi penyemprotan K dengan konsentrasi 1 dan 2 g KCl/l mampu meningkatkan jumlah total daun tanaman kolesom, berturut-turut 88.8 dan 90 daun/tanaman. Interaksi nyata hanya meningkatkan ketebalan jaringan daun dengan konsentrasi 2 g urea/l dan 2 g KCl/l (1132673 nm).

(4)

Judul Skripsi : PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI PUPUK N-K

MELALUI DAUN TERHADAP PRODUKSI PUCUK DAUN KOLESOM (TALINUM TRIANGULARE WILD).

Nama : MAULANA MARMAN

NIM : A24061763

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S NIP. 19591026 198503 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP : 19611101 19870 3 1003

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Kombinasi Konsentrasi Pupuk N-K Terhadap Produksi Pucuk Daun Kolesom (Talinum Triangulare Wild)”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S selaku pembimbing skripsi, yang telah membantu penulis dalam memberikan arahan, bimbingan, dan diskusi dalam penulisan skripsi ini. Beliau juga telah membantu memberikan pemahaman konsep ekologis dan mengajarkan cara mengenali potensi tanaman sebagai tanaman obat.

Kepada Ir. Ketty Suketi M.Si, penulis sampaikan terima kasih atas bimbingan akademik selama ini. Beliau telah membantu memberikan pemahaman dalam menyusun strategi belajar dan menentukan rencana studi di IPB.

Kepada Dr. Ir. Maya Melati, M.S, M.Sc dan Dr. Ir. Adiwirman, M.S selaku penguji dalam ujian skripsi, yang telah banyak memberikan masukan dan pengarahan dalam ujian skripsi dan perbaikan skripsi.

Penulis sampaikan terima kasih kepada orang tua, mama, papa, adik-adik dan wanita spesial (Luluk E) yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan studi di IPB. Kepada Mbak Hilda Susanti dan Wuri, penulis sampaikan terima kasih atas bantuan dan diskusi berbagai macam materi dalam penelitian ini. Penulis sampaikan terima kasih kepada seluruh teman-teman AGH’43 atas kebersamaan selama kuliah di IPB dan teman-teman kos Hikari, kalian telah banyak memberikan pengalaman dan berbagai cerita untuk mengarungi kehidupan yang lebih baik.

Bogor, Agustus 2010

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Serang, Jawa Barat pada tanggal 31 Oktober 1988 dari ayah Muhamad Narman dan ibu Marsini. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.

Penulis memulai bersekolah di taman kanak-kanak Purata 7 pada tahun 1993-1994. Penulis meneruskan bersekolah di SD Negeri Kusuma Indah I, dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis meneruskan sekolah di SMP Negeri 24 Jakarta tahun 2000-2003, kemudian menyelesaikan SMA N 113 Jakarta pada tahun 2006, pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur USMI. Penulis memilih Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama di perkuliahan penulis aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan, seperti Himagron (Himpunan Mahasiswa Agronomi) dari tahun 2007-2009. Pada tahun 2007-2008 penulis aktif di Himagron IPB sebagai Wakil Ketua Umum, kemudian pada tahun 2008-2009 penulis menjabat sebagai Ketua Umum Himagron. Selama kuliah Penulis pun aktif sebagai asisten praktikum berbagai mata kuliah, seperti asisten mata kuliah Pengendalian Gulma (2009 dan 2010), Ekologi Pertanian (2009), dan Teknik Budidaya Tanaman (2010).

(7)

DAFTAR ISI

Halaman PENDAHULUAN... 12 Latar Belakang ... 12 Tujuan ... 3 Hipotesis ... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Botani Tanaman ... 4

Ekologi dan Penyebaran ... 5

Pemupukan ... 5

Nitrogen... 6

Kalium ... 6

Penyemprotan Nitrogen dan Kalium Melalui Daun... 8

BAHAN DAN METODE ... 9

Tempat dan Waktu Penelitian ... 9

Bahan dan Alat ... 9

Metode Percobaan ... 9

Pelaksanaan Penelitian ... 10

Persiapan Media Tanam ... 10

Penanaman ... 11 Pemeliharaan ... 11 Perlakuan ... 12 Pemanenan ... 12 Pengamatan ... 13 Komponen Pertumbuhan ... 13 Komponen Produksi ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

Hasil ... 15

Keadaan Umum Penelitian ... 15

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam... 17

Jumlah cabang ... 18

Tebal Jaringan Daun ... 20

Bobot Akar ... 21

(8)

Bobot Daun ... 25

Bobot Tajuk ... 27

Rasio Bobot Tajuk/Akar ... 29

Kandungan Klorofil Total Daun ... 30

Jumlah Daun Panen saat Panen ... 31

Bobot Pucuk saat Panen ... 34

Pembahasan ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

Kesimpulan ... 38

Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(9)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Konsentrasi Pupuk N-K ... 10

2. Pengamatan Komponen Pertumbuhan ... 13

3. Pengamatan Komponen Produksi ... 14

4. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Komponen Pertumbuhan dan Produksi ... 17

5. Jumlah Cabang Kolesom pada Berbagai Konsentrasi N-K Setiap Minggu ... 18

6. Respon Bobot Basah dan Bobot Kering Akar terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K ... 21

7. Respon Bobot Basah dan Bobot Kering Batang terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K ... 24

8. Respon Bobot Basah dan Bobot Kering Daun Terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K ... 25

9. Respon Bobot Tajuk Terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K ... 27

10. Respon Bobot Tajuk/Akar Terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K ... 30

11. Jumlah Daun Pada Saat Pemanenan ... 32

(10)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Bibit Kolesom (kiri) dan Keadaan Awal Penanaman (kanan) ... 11

2. Penyemprotan Pupuk Urea dan KCl melalui Daun... 12

3.Tanaman Kolesom (Kiri) dan Pucuk Layak Jual (Kanan) ... 12

4. Keadaan Pertanaman Kolesom ... 15

5. Kolesom yang Terserang Penyakit Layu (Pseudomonas sp.) ... 16

6. Daun Kolesom yang Terserang Belalang ... 16

7. Kurva Jumlah Cabang Tanaman Kolesom terhadap Konsentrasi Pupuk N ... 19

8. Kurva Jumlah Cabang Tanaman Kolesom terhadap Konsentrasi Pupuk K ... 20

9. Tebal Jaringan Tanaman Kolesom terhadap Kombinasi Konsentrasi Pupuk N-K ... 21

10. Kurva Bobot Kering Akar pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K ... 22

11. Akar Kolesom pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K (g KCl/l)... 23

12. Kurva Bobot Basah Batang pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K ... 24

13. Kurva Bobot Kering Batang pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K ... 25

14. Kurva Bobot Basah Daun pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K ... 26

15. Kurva Bobot Kering Daun pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K ... 27

16. Kurva Bobot Tajuk pada Berbagai Konsentrasi Pupuk N ... 28

17. Kurva Bobot Tajuk pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K ... 29

18. Kandungan Klorofil Total Daun pada Berbagai Perlakuan N-K ... 31

19. Kurva Jumlah Daun saat Panen pada Berbagai Konsentrasi Pupuk N ... 33

20. Kurva Jumlah Daun saat Panen Total pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K ... 34

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Layout Petak Percobaan ... 44

2. Analisis Kandungan Klorofil Daun ... 45

3. Kriteria Sifat Fisik Kimia Tanah ... 46

4. Hasil Analisis Tanah ... 46

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman obat merupakan bahan baku yang berperan dalam penyembuhan yang telah digunakan sejak jaman dahulu. Penggunaan tanaman obat dari dahulu sampai sekarang terus meningkat. Penggunaan tanaman obat di Indonesia semakin berkembang pesat, sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kembali menggunakan bahan-bahan obat alami. Obat-obatan alami ini lebih aman dikonsumsi dan memiliki efek samping yang lebih rendah bila dibandingkan dengan obat-obatan sintetik yang terbuat dari bahan-bahan kimia.

Salah satu tanaman liar yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat adalah kolesom (Talinum triangulare Wild). Tanaman kolesom ini merupakan tanaman asli dari Amerika Selatan yang diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1915 melalui Suriname (Heyne, 1987).

Secara keseluruhan tanaman kolesom banyak mengandung nutrisi yang baik dikonsumsi untuk penyembuhan. Di dalam 100 g kolesom mengandung 90-92 g air, 1.9-2.4 g protein, 0.4-0.5 g lemak, 3.7-4.6 g karbohidrat, 0.6-1.1 g serat, 2.4 g abu, 90-135 g Ca, 4.8-5 g Fe, 3 mg beta karotene, 0.08 mg vitamin B, 0.18 mg vitamin B2, 0.3 g niacin, 31 mg vitamin C, dan 105 kJ energi (PROSEA, 1996). Salah satu nutrisi penting yang terdapat pada daun kolesom adalah protein. Kolesom mengandung 18 asam amino. Kandungan asam amino tertinggi yang terkandung dalam daun kolesom adalah asam glutamat (9.38 g/16 g N) dan leusin (9.02 g/16 g N), sehingga kolesom direkomendasikan sebagai sayuran yang berkhasiat sebagai obat dan mampu sebagai sumber protein (Fasuyi, 2006).

Daun kolesom mengandung senyawa bioaktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku obat. Hasil penelitian Susanti et al. (2008) menunjukkan bahwa kolesom mengandung senyawa bioaktif flavonoid, steroid, dan alkaloid. Mualim (2009) menambahkan bahwa salah satu flavonoid yang telah terdeteksi adalah antosianin. Antosianin berperan sebagai antioksidan alami.

(13)

Menurut Wijayakusuma et al. (1995) umbi kolesom mempunyai efek farmakologis sebagai peluruh kencing dan menghilangkan pembengkakan. Daun kolesom digunakan untuk mengobati radang dan melancarkan pengeluaran air susu ibu. Utami (1995) menambahkan bahwa umbi kolesom dapat berkhasiat sebagai afrodisiaka. Menurut Soeseno dan Jaya (1995) para petani di Jawa Barat sengaja menanam kolesom untuk diambil daunnya dan dimasak dengan cara ditumis.

Sebagai bahan baku obat alami yang sangat berpotensi, perlu dilakukan berbagai penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan hasil produksi maupun untuk meningkatkan bahan aktif yang dikandungnya. Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan guna mendukung potensi peningkatan produksi, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian pupuk, sehingga memacu produktivitas dan peningkatan senyawa bioaktif.

Penelitian sebelumnya mengenai kolesom telah dilakukan terkait dengan pemupukan yang dapat meningkatkan produktivitas dan senyawa bioaktif. Menurut Susanti et al. (2008) penggunaan dosis pupuk kandang ayam petelur sebesar 5 t/ha dapat direkomendasikan sebagai pupuk dasar dengan campuran media tanam tanah dan sekam 3:2 (v:v) untuk budidaya kolesom yang dapat menghasilkan biomassa tertinggi. Hasil penelitian Mualim (2009) menunjukkan bahwa pemberian pupuk 100 kg Urea/ha dan 100 kg KCl/ha dapat memberikan produksi antosianin tertinggi.

Bagian tanaman kolesom yang dapat dipanen adalah pucuk dan umbi. Panen pucuk kolesom dapat dilakukan berkali-kali selama masa hidupnya. Menurut Sugiarto (2006) pemanenan daun kolesom terbaik dilakukan setiap 3 minggu sekali yang memberikan produksi optimum. Pemanenan yang dilakukan secara berulang diduga membutuhkan serapan hara yang lebih besar. Pemberian hara yang dilakukan melalui tanah dirasa masih kurang untuk mencukupi kebutuhan hara pada tanaman kolesom yang dipanen secara berulang.

Penambahan pupuk melalui daun merupakan pilihan dalam meningkatkan serapan hara. Diharapkan penambahan pupuk melalui daun dapat lebih cepat mencukupi kebutuhan hara pada tanaman. Menurut Lingga (1998) pemupukan melalui daun akan lebih cepat diserap oleh tanaman dibandingkan melalui daun.

(14)

Sampai saat ini penambahan pupuk melalui daun pada tanaman kolesom belum pernah dilakukan.

Nitrogen dan Kalium merupakan unsur yang penting dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif, pembentukan protein dan asam amino pada tanaman (Darmawan dan Baharsjah, 2010). Penambahan pupuk nitrogen dan kalium melalui daun diharapkan dapat meningkatkan produksi pucuk, kandungan protein dan antosianin pada tanaman kolesom.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian tambahan kombinasi konsentrasi pupuk N-K melalui daun terhadap produksi pucuk kolesom.

Hipotesis

1. Terdapat konsentrasi nitrogen yang terbaik dalam mempengaruhi produksi pucuk kolesom.

2. Terdapat konsentrasi kalium yang terbaik dalam mempengaruhi produksi pucuk kolesom.

3. Terdapat interaksi antara konsentrasi nitrogen dan kalium yang terbaik terhadap produksi pucuk kolesom.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Kolesom merupakan salah satu tanaman obat dari divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Caryophyftales, family Portulacaceae, genus Talinum dan spesies triangulare. Sinonim dari tanaman ini secara botani adalah Talinum racemosum atau Portulaca triangularis (Syukur dan Hernani, 2002). Kolesom merupakan tanaman sukulen yang memiliki lintasan metabolisme inducible CAM (Crassulacean Acid Metabolism) (Pieters et al., 2003).

Kolesom merupakan tanaman herba menahun yang tumbuh tegak. Batang tanaman ini berbentuk bulat, pangkalnya berwarna ungu kemerahan, sedangkan batang bagian tengah sampai ujung berwarna hijau (Wahyuni dan Hadipoentyanti, 1999). Daunnya berbentuk oblongus-spatulatus, berwarna hijau muda, tebal berdaging, filotaksis spiral dan kadang-kadang berhadapan. Secara anatomi daunnya memiliki tipe dorsiventral, stomata parasitic (epidermis atas dan bawah), parenkim daun (jaringan spons) yang mengandung kristal kalsium oksalat bentuk roset dan kelenjar minyak atsiri, berkas pembuluh kolateral. Bunga berwarna merah jambu keunguan. Bentuk tangkai bunga segitiga dan bunga jantan dalam tandan (racemes). Bunga mekar pada pagi hari pukul 09.00. Buahnya berbentuk bulat memanjang, berwarna hijau kekuningan, dan berisikan biji hitam mengkilat. Biji kolesom berbentuk lonjong pipih dan berdiameter ± 1 mm. Akarnya akan menebal menyerupai ginseng (Santa dan Prajogo, 1999).

Kolesom mempunyai beberapa spesies, akan tetapi lebih dikenal ada dua spesies Talinum, yakni Talinum triangulare dan Talinum paniculatum (Syukur dan Hernani, 2002). Masyarakat memang sukar membedakan antara kolesom (Talinum triangulare) dan som jawa (Talinum paniculatum). Ciri-ciri anatomi kedua jenis tanaman ini sukar dibedakan. Perbedaannya terletak pada ciri-ciri morfologinya, yaitu filotaksis, tipe inflorensi, bentuk buah, warna, dan waktu bunga mekar. Som jawa memiliki filotaksis yang berhadapan, tipe inflorensi malai (panicula) dengan tangkai bunga bersudut tumpul, buah berbentuk kapsul (bulat

(16)

dan berwarna merah-cokelat), dan bunga mekar pada sore hari (Santa dan prajogo, 1999).

Tanaman kolesom dapat dikonsumsi oleh manusia dan tidak mengandung toksik, berdasarkan uji toksisitas akut (Nugroho, 2000). Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan yakni umbi dan pucuknya. Di dalam akar kolesom mengandung alkaloid, steroid, saponin dan tannin (Susanti et al., 2008). Manfaat umbi kolesom yaitu untuk mengobati neurasthenia (kelelahan tubuh), debilitas (kelemahan tubuh) setelah dari penyakit kronik (Hargono, 2005) dan obat lemah syahwat (Hutapea, 1994). Pucuk kolesom biasa dikonsumsi sebagai sayuran yang memiliki antosianin dan protein yang baik bagi tubuh (Mualim, 2009).

Ekologi dan Penyebaran

Kolesom merupakan tanaman asli dari Amerika Tropis dan pada tahun 1915 diintroduksi ke Jawa melalui Suriname (Heyne, 1987). Di Asia Tenggara tanaman kolesom dibudidayakan sebagai tanaman hias dalam pot dan sebagai tanaman pagar di pekarangan rumah. Di Amerika Selatan tanaman ini sebagai tanaman obat dan di Afrika terpilih sebagai sayuran dengan sumber protein tinggi (Fasuyi, 2006).

Menurut Wijayakusuma et al. (1995), kolesom dapat ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut. Tanaman ini tumbuh secara alami di pinggir jalan, di daerah pinggiran hutan, dan di kebun. Untuk mendapatkan hasil yang baik, kolesom membutuhkan tanah yang kaya humus, kelembaban yang cukup dan penyinaran yang maksimal.

Pemupukan

Pupuk diberikan pada tanaman dengan tujuan menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Umumnya unsur hara telah tersedia di dalam tanah, tetapi karena secara terus-menerus diserap dan digunakan oleh tanaman maka kandungannya akan berkurang. Penambahan unsur hara akan meningkatkan pertumbuhan tanaman, yang berarti pengangkutan unsur hara oleh tanaman akan terus meningkat (Leiwakabessy dan Sutandi, 1998).

(17)

Unsur hara dapat dianggap esensial bagi tanaman apabila unsur tersebut terlibat dalam fungsi metabolisme tanaman dan tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Jumlah unsur hara esensial ada 17 yang terbagi ke dalam unsur makro dan unsur mikro. Unsur makro terdiri atas C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S, sedangkan unsur mikro terdiri atas Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co (Havlin et al., 2005).

Nitrogen

Unsur nitrogen (N) merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman. Pada umumnya tanaman menyerap N dalam bentuk ammonium (NH4+)

dan nitrat (NO3-) (Soepardi, 1983). Fungsi nitrogen dalam tanaman adalah sebagai

komponen molekul klorofil, unsur protein, asam amino, komponen enzim, berpengaruh terhadap penggunaan karbohidrat dan merangsang pengambilan nutrisi yang lain (Tisdale et al., 1985).

Penyedian N berhubungan dengan penggunaan karbohidrat. Apabila persedian N sedikit maka hanya sebagian kecil hasil fotosintesis yang diolah menjadi protein, sedangkan sisanya diakumulasi dalam bentuk karbohidrat. Penimbunan karbohidrat menyebabkan sel-sel vegetatif tanaman menebal, sehingga tanaman menjadi lemah dan kerdil. Sebaliknya apabila N banyak tersedia, maka akan sedikit karbohidrat yang terakumulasi karena sebagian besar dijadikan sebagai protein penyusun protoplasma (Leiwakabessy dan Sutandi, 1998).

Tanaman dikatakan efisien dalam penggunaan N jika jumlah bobot kering yang terbentuk lebih besar dibandingkan tanaman lainnya yang mendapat jumlah N yang sama (Clark, 1990). Baligar et al. (2001) menyimpulkan bahwa peningkatan efisiensi penggunaan N pada tanaman sangat penting dalam meningkatkan hasil dan kualitas tanaman, menurunkan input N dan meningkatkan kualitas tanah, air, dan udara.

Kalium

Kalium (K) berasal dari mineral primer dan mineral sekunder. Sumber utama K bagi tumbuhan adalah pelapukan mineral yang mengandung K. Kalium tanah dijumpai dalam tiga kemungkinan, yaitu secara kimia terikat dalam mineral

(18)

tanah primer atau sekunder, dapat diikat dan diabsorpsi dari partikel tanah atau dalam larutan tanah (Gardner et al., 1991).

Kalium dapat diberikan ke dalam tanah melalui pupuk organik dan anorganik. Pupuk anorganik yang sering digunakan adalah kalium klorida (KCl). Pupuk KCl mengandung 50-52% K (60-63% K2O). Pupuk kalium lainnya antara

lain kalium sulfat (K2SO4) dan kalium nitrat (KNO3), yang masing-masing

mengandung 50-52% dan 44% K2O (Havlin et al., 2005).

Peranan utama kalium dalam tanaman adalah sebagai aktivator berbagai enzim esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta dalam sintesis protein dan pati (Lakitan, 2001). Kecukupan kalium dalam tanaman juga akan menjamin ketegaran tanaman, membuat tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit serta merangsang pertumbuhan akar (Soepardi, 1983).

Kalium adalah unsur yang mobil, sehingga akan terjadi translokasi dari bagian tanaman yang tua ke bagian tanaman yang lebih muda. Bila terjadi kekurangan K pada tanaman akan tampak pada bagian tanaman yang tua lebih dahulu, lalu diikuti pada bagian tanaman yang lebih muda (Tisdale et al., 1985). Kekurangan K terutama pada awal pertumbuhan akan mengakibatkan perubahan terhadap hasil karbohidrat dan secara cepat diikuti oleh berkurangnya konsentrasi K+ pada tanaman. Gejala kekurangan K akan mengakibatkan daun menjadi kering dan terbakar pada sisi-sisinya serta memperlihatkan klorosis yang tidak merata sehingga fotosintesis terganggu (Havlin et al., 2005).

Kalium merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman kolesom dalam mencapai produksi yang maksimal. Unsur K menjadi faktor pembatas pada semua komponen produksi kolesom, yakni daun, batang, cabang, tajuk, dan daun segar layak jual. Unsur K juga sebagai faktor pembatas dalam produksi antosianin pada tanaman kolesom (Mualim, 2009).

(19)

Penyemprotan Nitrogen dan Kalium Melalui Daun

Penyemprotan nitrogen dan kalium melalui daun pada tanaman kolesom sejauh ini belum pernah dilakukan. Aplikasi penyemprotan ini pernah dilakukan pada komoditas lain. Hasil penelitian Snyder (1998) menunjukkan bahwa pemberian N dan K melalui daun pada tanaman kapas mampu meningkatkan produksi kapas, namun belum dapat menentukan dosis yang terbaik, terbatas

(20)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Bogor. Pengukuran bobot kering, bobot basah, kandungan klorofil dan pengeringan tanaman dilaksanakan di Laboratorium RGCI dan pengukuran ketebalan jaringan daun dilakukan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Kampus IPB Darmaga. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2010.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah setek kolesom, media tanam dengan perbandingan arang sekam dan tanah 3:2 (v:v), pupuk kandang ayam, pupuk SP 18, pupuk Urea, pupuk KCl dan furadan. Alat-alat yang digunakan adalah polibag ukuran 50 cm x 40 cm (volume 10 kg), timbangan, oven, penggaris, label, sprayer dan alat-alat pertanian.

Metode Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Faktorial RKLT dua faktor dengan tiga ulangan, faktor konsentrasi nitrogen dan kalium. Respon konsentrasi nitrogen dan kalium masing-masing menggunakan empat taraf, yaitu 1, 2, 3, dan 4 g/l, selain itu terdapat pembanding tanpa penambahan konsentrasi nitrogen dan kalium (kontrol) yang tidak termasuk ke dalam rancangan. Kombinasi konsentrasi nitrogen dan kalium dapat dilihat pada Tabel 1. Layout petak percobaan dapat dilihat pada Lampiran 1.

(21)

Tabel 1. Konsentrasi Pupuk N-K No Pupuk N (g Urea /l air) Pupuk K (g KCl /l air) No Pupuk N ( g Urea /l air) Pupuk K (g KCl /l air) 1 1 1 9 3 1 2 1 2 10 3 2 3 1 3 11 3 3 4 1 4 12 3 4 5 2 1 13 4 1 6 2 2 14 4 2 7 2 3 15 4 3 8 2 4 16 4 4 17 0 0

Model rancangan yang digunakan adalah :

Yijk = µ+ αj + βk + (αβ)jk + εijk

Yijk = nilai pengamatan perlakuan taraf konsentrasi N ke-j, konsentrasi K ke-k

pada kelompok ke-i. µ = rata-rata umum.

αj = pengaruh konsentrasi N ke-j.

βk = pengaruh konsentrasi K ke-k.

(αβ)jk = pengaruh interaksi taraf ke-j konsentrasi N dan taraf ke-k konsentrasi K.

εijk = galat percobaan

i = jumlah ulangan/blok : 1, 2, 3

j = jumlah perlakuan konsentrasi N : 1, 2, 3, 4 k = jumlah perlakuan konsentrasi K : 1, 2, 3, 4

Data diuji dengan sidik ragam, kemudian dilakukan uji lanjut dengan DMRT pada taraf kesalahan 5 %.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah dan arang sekam dengan perbandingan 3:2 (v:v). Pupuk kandang ayam diberikan sebanyak 25 g/polybag atau setara dengan 5 t/ha, yang dicampurkan bersama dengan media tanam. Media

(22)

tanam yang telah tercampur dengan pupuk kandang ayam dimasukkan ke dalam polibag, kemudian didiamkan selama 2 minggu.

Penanaman

Setek diambil dari bibit yang memiliki pertumbuhan sehat dan seragam pada persemaian. Setek batang yang digunakan berukuran panjang 10 cm tanpa daun dan pangkal batang dipotong miring (Gambar 1). Batang yang dipilih adalah batang yang memiliki warna hijau. Setek batang ditanam di polibag yang telah berisi media tanam. Setiap polibag ditanam 1 setek tanaman. Pemberian pupuk KCl dan urea diberikan sebagai pupuk dasar masing-masing sebanyak 100 kg/ha (0.5 g/polibag) dan pupuk SP 18 diberikan sebagai pupuk dasar sebanyak 50 kg/ha (0.25 g/polibag) (Susanti et al., 2008). Penambahan pupuk KCl dan urea disemprotkan melalui daun sesuai konsentrasi perlakuan.

Gambar 1. Bibit Kolesom (kiri) dan Keadaan Awal Penanaman (kanan)

Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan gulma, dan pencegahan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan sehari sekali pada pagi hari dan disesuaikan dengan musim. Penyiangan gulma dilakukan setiap saat secara manual sehingga polibag perlakuan bebas dari gulma. Pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan memperhatikan gejala serangan.

(23)

Perlakuan

Penambahan pupuk N-K dilakukan dengan menyemprotkan larutan pupuk keseluruh permukaan tanaman hingga basah dan menetes ke tanah, selain itu diusahakan penyemprotan tidak mengenai tanaman lain (dihalangi menggunakan plastik) (Gambar 2). Aplikasi penambahan pupuk N-K mulai dilakukan setelah panen pertama, yakni pada saat umur tanaman 20 hari setelah tanam (HST), dan dilakukan setiap 2 minggu sekali, sampai tanaman berumur 60 HST.

Gambar 2. Penyemprotan Pupuk Urea dan KCl melalui Daun

Pemanenan

Panen dilakukan dengan memangkas pucuk tanaman kolesom sepanjang ± 10 cm yang diukur dari ujung daun bagian atas yang ditegakkan dari setiap cabang yang ada (Susanti et al., 2008). Kriteria pemanenan antara lain: daun bagian pucuk dengan panjang 10 cm dari atas dalam kondisi ditegakkan, daun tidak bolong, dan segar (Gambar 3). Panen pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 20 hari setelah tanam (HST). Pemanenan dilakukan setiap 2 minggu sekali, sampai tanaman berumur 60 HST.

(24)

Pengamatan

Komponen Pertumbuhan (Tabel 2)

Tabel 2. Pengamatan Komponen Pertumbuhan

Komponen pengamatan

Cara pengamatan Alat Waktu

pengamatan

Satuan komponen pengamatan

Jumlah Cabang Menghitung jumlah

cabang masing-masing tanaman - Setiap minggu, mulai umur 3-8 minggu - Tebal Jaringan Daun Pengukuran tebal

jaringan daun dilakukan dengan membuat preparat basah jaringan daun

Mikroskop Olympus DP 25 dan Komputer Akhir penelitian Nm Bobot Basah Akar

Menimbang bobot basah akar Timbangan Akhir penelitian g Bobot Kering Akar

Menimbang bobot akar, setelah di oven pada suhu 105 oC selama 1 hari Timbangan dan oven Akhir penelitian g Bobot Basah Batang

Menimbang bobot basah batang Timbangan Akhir penelitian g Bobot Kering Batang Menimbang bobot

batang, setelah di oven pada suhu 105 oC selama 1 hari Timbangan dan oven Akhir penelitian g Bobot Basah Daun

Menimbang bobot basah daun Timbangan Akhir penelitian g Bobot Kering Daun

Menimbang bobot daun, setelah di oven pada suhu 105 oC selama 1 hari Timbangan dan oven Akhir penelitian g

Bobot Tajuk Menimbang bobot basah

keseluruhan (pucuk,

daun, dan batang)

Timbangan Akhir

penelitian

g

Rasio Bobot Tajuk/Akar

perbandingan bobot daun dan batang dengan bobot akar Timbangan Akhir penelitian - Klorofil Total Daun Pengukuran klorofil menggunakan metode

Sims dan Gamon (2002) yang telah dimodifikasi (Lampiran 2) Alat-alat laboratorium Akhir penelitian µmol/g

(25)

Komponen Produksi (Tabel 3)

Tabel 3. Pengamatan Komponen Produksi

Komponen pengamatan

Cara pengamatan Alat Waktu

pengmatan Satuan komponen pengamatan Jumlah Daun saat Panen/ Tanaman : Panen 1 Panen 2 Panen 3 Panen total

Menghitung jumlah daun yang dihasilkan saat

panen pada

masing-masing perlakuan - 2 minggu sekali, sejak umur 3-8 MST helai Bobot Pucuk saat Panen/ Tanaman : Panen 1 Panen 2 Panen 3 Panen total Menimbang pucuk

setelah di panen pada masing-masing perlakuan Timbangan 2 minggu sekali, sejak umur 3-8 MST g

(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Keadaan Umum Penelitian

Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam dicampur dengan arang sekam. Kandungan hara tanah pada unsur N dan C tergolong cukup, namun memiliki kandungan K yang rendah dan susunan kation dalam tanah yang lain rendah. Tanah yang digunakan memiliki pH yang netral (Lampiran 3 dan 4).

Gambar 4. Keadaan Pertanaman Kolesom

Data dari stasiun klimatologi Darmaga-Bogor, menunjukkan selama penelitian curah hujan bulan Maret dan Mei cukup besar, berkisar 415 dan 331 mm, sedangkan pada bulan April curah hujan sangat sedikit sebesar 43 mm. Pemenuhan kebutuhan air selama bulan April, dilakukan melalui penyiraman pada pagi hari. Temperatur rata-rata selama penelitian yaitu 26.7oC (Lampiran 5).

Curah hujan yang cukup besar dalam periode penelitian ini mengakibatkan tanaman kolesom mudah terserang bakteri. Bakteri yang banyak menyerang

(27)

adalah Pseudomonas sp (Gambar 5). Bakteri ini menyebabkan penyakit layu dengan ciri-ciri busuk dan basah pada batang dan akar, berwarna kecoklatan, berlendir dan daun menggulung, kemudian tanaman mati (Mualim, 2009). Intensitas serangan bakteri ini sebesar ± 20 %. Penanganan penyakit layu dengan mengeradikasi tanaman yang terkena penyakit dan membuangnya jauh dari areal pertanaman kolesom. Serangan hama belalang mulai tampak pada umur tanaman 4 MST. Serangan belalang mengakibatkan daun menjadi robek (Gambar 6). Intensitas serangan hama belalang sebesar ± 5 %.

Gambar 5. Kolesom yang Terserang Penyakit Layu (Pseudomonas sp.)

Gambar 6. Daun Kolesom yang Terserang Belalang

Pemanenan pada tanaman kolesom merupakan bagian dari pemangkasan. Keadaan daun-daun pada pucuk yang dipanen setelah pemangkasan menjadi lebih

(28)

kecil. Pada penelitian ini pembungaan terjadi pada umur 6 MST (1 minggu setelah panen ke-2).

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Komponen Pertumbuhan dan Produksi

Peubah Pupuk N Pupuk K N*K Koefisien

keragaman Jumlah Cabang 3 MST tn tn tn 20.98 4 MST * tn tn 19.26 5 MST ** ** tn 18.09 6 MST ** * tn 19.14 7 MST tn tn tn 25.81 8 MST * tn tn 28.64

Tebal Jaringan Daun ** ** ** 10.34

Bobot Basah Akar tn tn tn 33.00

Bobot Kering Akar tn * tn 13.741

Bobot Basah Batang tn * tn 39.86

Bobot Kering Batang tn ** tn 17.221

Bobot Basah Daun tn * tn 36.32

Bobot Kering Daun tn ** tn 14.221

Bobot Tajuk * ** tn 20.82

Rasio Bobot Tajuk/Akar

tn * tn 30.63

Jumlah Daun saat Panen

Panen 1 (3 MST) tn tn tn 10.13

Panen 2 (5 MST) ** tn tn 16.71

Panen 3 (7 MST) * tn tn 37.75

Panen Total ** ** tn 13.68

Bobot Pucuk saat Panen

Panen 1 (3 MST) * tn tn 23.89

Panen 2 (5 MST) ** tn tn 25.13

Panen 3 (7 MST) tn tn tn 29.46

Panen Total ** tn tn 17.86

Keterangan : *= berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5%, **= berbeda nyata menurut uji F pada taraf 1%, tn= tidak nyata, 1hasil transformasi

Pemberian pupuk N melalui daun berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang (4, 5, 6, 8 MST), bobot tajuk, jumlah daun panen (panen ke-2, panen ke-3

(29)

dan panen total), bobot pucuk saat panen (panen ke-2 dan panen total), dan ketebalan jaringan daun. Pemberian pupuk K melalui daun berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang (5 dan 6 MST), bobot kering akar, bobot basah batang, bobot kering batang, bobot basah daun, bobot kering daun, bobot tajuk, rasio bobot tajuk/akar, jumlah daun (panen total), dan ketebalan jaringan. Terdapat interaksi antara pemberian pupuk N dan K melalui daun hanya pada peubah ketebalan jaringan daun.

Jumlah cabang

Secara keseluruhan jumlah cabang tanaman kolesom meningkat dengan bertambahnya umur, kecuali pada perlakuan 2 g KCl/l, 4 g KCl/l dan kontrol (Tabel 5). Penurunan jumlah cabang diduga terjadi karena adanya pembungaan yang menghambat tumbuhnya cabang-cabang baru. Jumlah cabang tertinggi pada setiap minggu pengamatan adalah tanaman yang diberi tambahan pupuk N dengan konsentrasi 2 g urea/l dan pupuk K dengan konsentrasi 1 g KCl /l, yaitu 1.6 kali lebih banyak dari tanaman kontrol (tanpa pemberian tambahan pupuk N-K).

Tabel 5. Jumlah Cabang Kolesom pada Berbagai Konsentrasi N-K Setiap Minggu

Perlakuan Umur Tanaman (Minggu Setelah Tanam ke- ) Rata-rata

3 4 5 6 7 8

Pupuk N (g urea/l)

1 4.2 4.8ab 5.2b 5.8ab 6.1 7.0ab 5.5

2 4.3 5.1a 6.0a 6.0a 6.7 7.8a 6.0

3 3.5 3.9c 4.3c 4.5b 5.0 5.4b 4.4 4 4.0 4.3bc 4.7bc 5.2ab 5.8 6.5ab 5.1 Pupuk K (g KCl/l) 1 4.3 4.8 5.6a 6.2a 6.9 7.7 5.9 2 4.1 4.6 5.6a 5.5ab 6.1 7.1 5.5 3 3.8 4.4 4.9a 5.3ab 5.7 6.5 5.1 4 3.8 4.3 4.1b 4.7b 5.0 5.5 4.6 Kontrol 2.3 3.3 3.3 3.3 3.0 3.3 2.5

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

(30)

Gambar 7. Kurva Jumlah Cabang Tanaman Kolesom terhadap Konsentrasi Pupuk N

Penyemprotan pupuk urea dengan konsentrasi 2 g urea/l memberikan respon tertinggi terhadap jumlah cabang tanaman kolesom. Pada penyemprotan pupuk urea dengan konsentrasi 3 g urea/l akan menurunkan jumlah cabang, kemudian dengan ditingkatkan kembali konsentrasi pupuk urea menjadi 4 g urea/l mampu meningkatkan kembali jumlah cabang, namun tidak melebihi respon dengan konsentrasi 2 g urea/l. Pola pertumbuhan jumlah cabang tanaman akibat penyemprotan pupuk N membentuk pola kuadratik (Gambar 7). Jumlah cabang tanaman kolesom pada umur 3 MST mengikuti persamaan regresi y = 0.1x2 - 0.64x + 4.85 (R² = 0.3632), pada umur 4 MST mengikuti persamaan regresi y = 0.025x2 - 0.395x + 5.325 (R² = 0.433), pada umur 5 MST mengikuti persamaan regresi y = -0.1x2 + 0.18x + 5.35 (R² = 0.3429), pada umur 6 MST mengikuti persamaan regresi y = 0.125x2 - 0.955x + 6.825 (R² = 0.4439), pada umur 7 MST mengikuti persamaan regresi y = 0.05x2 - 0.51x + 6.8 (R² = 0.232), dan pada umur 8 MST mengikuti persamaan regresi y = 0.075x2 - 0.765x + 8.025 (R² = 0.2586).

(31)

Gambar 8. Kurva Jumlah Cabang Tanaman Kolesom terhadap Konsentrasi Pupuk K

Penyemprotan pupuk KCl dengan konsentrasi 1 g KCl/l memberikan respon tertinggi terhadap jumlah cabang tanaman kolesom. Peningkatan konsentrasi pupuk KCl lebih dari 1 g KCl/l memberikan respon negatif terhadap jumlah daun tanaman kolesom (Gambar 8). Jumlah cabang tanaman kolesom pada umur 5 MST akibat pengaruh penyemprotan pupuk K mengambarkan pola kuadratik mengikuti pola regresi y = -0.2x2 + 0.48x + 5.35 (R² = 0.9882**), sedangkan pada umur 6 MST menggambarkan pola linier negatif mengikuti pola regresi y = -0.47x + 6.6 (R² = 0.9625*).

Tebal Jaringan Daun

Perlakuan penambahan pupuk N-K melalui daun sangat nyata meningkatkan ketebalan jaringan daun kolesom. Tebal jaringan daun terbesar adalah tanaman dengan tambahan kombinasi konsentrasi N-K sebesar 2 g urea/l dan 4 g KCl/l (Gambar 9). Penambahan pupuk melalui daun menyebabkan adanya pertambahan ketebalan jaringan dibandingkan tanpa adanya pertambahan pupuk. Penambahan pupuk melalui daun dengan konsentrasi 2 g urea/l dan 4 g KCl/l meningkatkan ketebalan jaringan daun sampai 2.3 kali lebih besar bila dibandingkan kontrol.

(32)

Gambar 9. Tebal Jaringan Tanaman Kolesom terhadap Kombinasi Konsentrasi Pupuk N-K

Bobot Akar

Pengamatan bobot basah dan kering akar dilakukan diakhir penelitian, hanya bobot kering akar yang nyata dipengaruhi oleh pupuk K (Tabel 6).

Tabel 6. Respon Bobot Basah dan Bobot Kering Akar terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K

Perlakuan Bobot Basah Akar Bobot Kering Akar

Pupuk N (g urea/l) ………g……… 1 9.97 1.23 2 11.66 1.73 3 10.50 1.79 4 10.01 1.39 Pupuk K (g KCl/l) ………g……….. 1 9.92 1.41ab 2 11.48 1.64ab 3 12.28 2.06a 4 8.46 1.048b Kontrol 4.74 0.44

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

(33)

Penyemprotan pupuk K melalui daun dengan konsentrasi 3 g KCl/l nyata tertinggi meningkatkan bobot basah dan bobot kering akar. Penyemprotan pupuk K dengan konsentrasi 3 g KCl/l meningkatkan bobot akar 4.7 kali lebih besar dibandingkan kontrol. Penyemprotan pupuk K mulai dari kontrol sampai konsentrasi 3 g KCl/l terus meningkatkan bobot kering akar, namun dengan penyemprotan pada konsentrasi 4 g KCl/l bobot kering akar menurun. Konsentrasi 3 g KCl/l merupakan batas maksimum penyemprotan pupuk K melalui daun dalam meningkatkan bobot akar tanaman kolesom, jika pemberian konsentrasi K ditingkatkan akan memberikan respon negatif terhadap bobot akar kolesom. Respon bobot kering akar akibat adanya penyemprotan pupuk K membentuk pola kuadratik, dengan persamaan regresi y = -0.3105x2 + 1.4859x + 0.1535 (R² = 0.7561*), dengan titik puncak pada konsentrasi 2 g KCl/l (Gambar 10 dan 11).

(34)

Gambar 11. Akar Kolesom pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K (g KCl/l)

Bobot Batang

Penyemprotan pupuk N dan K melalui daun menunjukkan penambahan bobot basah dan bobot kering batang yang lebih besar bila dibandingkan kontrol. Bobot basah dan kering batang kolesom nyata dipengaruhi oleh penambahan pupuk K, tidak dipengaruhi oleh pupuk N dan interaksi antara kedua faktor tersebut. Penambahan pupuk K dengan konsentrasi 2 g KCl/l memberikan respon bobot basah batang 2.9 kali lebih besar bila dibandingkan dengan kontrol (Tabel 7).

Bobot basah dan bobot kering batang memiliki trend hasil yang sama, yakni membentuk pola kuadratik (Gambar 12 dan 13). Pemberian konsentrasi K mulai dari kontrol sampai pada konsentrasi 2 g KCl/l akan meningkatkan bobot basah dan kering batang, namun setelah konsentrasi ditingkatkan menjadi 3 dan 4 g KCl/l akan menurunkan bobot basah dan bobot kering batang. Penyemprotan pupuk K terhadap bobot basah daun mengikuti pola kuadratik dengan persamaan regresi y = -6.105x2 + 21.493x + 41.435 (R² = 0.873*), dan bobot kering batang mengikuti pola kuadratik dengan persamaan regresi y = -0.3625x2 + 1.3295x + 2.2775 (R² = 0.8021*).

1 g KCl/l 2 g KCl/l 3 g KCl/l

(35)

Tabel 7. Respon Bobot Basah dan Bobot Kering Batang terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K

Perlakuan Bobot Basah Batang Bobot Kering Batang

Pupuk N (g urea/l) ………g……… 1 45.35 2.83 2 56.28 3.31 3 49.50 2.92 4 45.39 2.47 Pupuk K (g KCl/l) ………g……… 1 54.81ab 3.10ab 2 66.04a 3.92a 3 44.93bc 2.57b 4 31.74c 1.94b Kontrol 22.89 1.63

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

(36)

Gambar 13. Kurva Bobot Kering Batang pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K

Bobot Daun

Semakin besar bobot basah daun akan semakin meningkatkan produksi pucuk segar kolesom yang dihasilkan. Pada penelitian ini bobot basah dan bobot kering daun nyata dipengaruhi oleh pemberian pupuk K. Secara keseluruhan dengan adanya penyemprotan pupuk N-K melalui daun mampu meningkatkan bobot basah (3.3 kali) dan bobot kering daun (2.2 kali) dibandingkan dengan kontrol (Tabel 8).

Tabel 8. Respon Bobot Basah dan Bobot Kering Daun Terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K

Perlakuan Bobot Basah Daun Bobot Kering Daun

Pupuk N (g urea/l) ………g……… 1 46.14 1.77 2 54.21 2.01 3 51.34 1.84 4 41.96 1.60 Pupuk K (g KCl/l) ………g……… 1 58.45a 2.33a 2 51.87a 2.07ab 3 46.93ab 1.61bc 4 36.40b 1.24c Kontrol 17.72 1.08

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

(37)

Penyemprotan pupuk N dengan konsentrasi 2 g urea/l memberikan peningkatan bobot basah dan bobot kering daun kolesom yang lebih besar dibandingkan konsentrasi pupuk N yang lain. Konsentrasi 2 g urea/l merupakan titik puncak respon terbaik terhadap bobot basah dan bobot kering akar, penyemprotan dengan konsentrasi lebih dari 2 g urea/l akan memberikan respon negatif terhadap bobot basah dan bobot kering daun kolesom.

Pengaruh penyemprotan pupuk K terhadap bobot basah dan bobot kering daun membentuk pola linier negatif (Gambar 14 dan 15). Bobot basah daun akibat penyemprotan pupuk K mengikuti persamaan regresi y = -7.109x + 66.185 (R² = 0.9749*), dan bobot kering daun kolesom mengikuti persamaan regresi y = -0.373x + 2.745 (R² = 0.9897**).

(38)

Gambar 15. Kurva Bobot Kering Daun pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K

Bobot Tajuk

Bobot tajuk merupakan jumlah bobot pucuk, daun dan batang tanaman kolesom. Bobot tajuk tanaman kolesom dipengaruhi secara nyata oleh adanya penyemprotan pupuk N dan pupuk K melalui daun. Penyemprotan pupuk N atau K melalui daun memberikan peningkatan bobot tajuk 2.5 lebih besar dibandingkan kontrol (Tabel 9).

Tabel 9. Respon Bobot Tajuk Terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K

Perlakuan Bobot Tajuk (g)

Pupuk N (g urea/l) 1 137.75ab 2 162.31a 3 137.60ab 4 122.49b Pupuk K (g KCl/l) 1 159.56a 2 161.45a 3 131.63b 4 107.52b Kontrol 64.82

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

(39)

Penyemprotan pupuk N dengan konsentrasi 2 g urea/l memberikan respon bobot tajuk yang terbesar dibandingkan konsentrasi pupuk N yang lain dan 2.5 kali lebih besar dari kontrol. Pemberian pupuk N mulai dari 1 g urea/l mulai meningkatkan bobot tajuk sampai pada konsentrasi 2 g urea/l, namun dengan penambahan konsentrasi 3 g urea/l mulai menurunkan bobot tajuk tanaman kolesom. Penyemprotan melalui daun dengan konsentrasi pupuk 2 g urea/l merupakan titik puncak bobot tajuk tanaman. Pengaruh penyemprotan pupuk N terhadap bobot tajuk tanaman kolesom akan mengikuti pola kuadratik, dengan persamaan regresi y = -9.9175x2 + 42.539x + 108.07 (R² = 0.7874*). Penyemprotan melalui daun dengan konsentrasi pupuk 2 g urea/l merupakan titik puncak bobot tajuk (Gambar 16).

Gambar 16. Kurva Bobot Tajuk pada Berbagai Konsentrasi Pupuk N

Penyemprotan pupuk dengan konsentrasi 2 g KCl/l memberikan respon bobot tajuk yang terbesar dibandingkan konsentrasi pupuk K yang lain dan 2.5 kali lebih besar dari kontrol. Pemberian pupuk K mulai dari 1 g KCl/l mulai meningkatkan bobot tajuk sampai pada konsentrasi 2 g KCl/l, namun dengan penambahan konsentrasi 3 g KCl/l mulai menurunkan bobot tajuk tanaman kolesom. Pengaruh penyemprotan pupuk N terhadap bobot tajuk tanaman kolesom akan mengikuti pola kuadratik, dengan persamaan regresi y = -6.5x2 + 13.906x + 154.03 (R² = 0.9644**). Penyemprotan melalui daun dengan

(40)

konsentrasi pupuk 2 g KCl/l merupakan titik puncak bobot tajuk tanaman (Gambar 17).

Gambar 17. Kurva Bobot Tajuk pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K

Rasio Bobot Tajuk/Akar

Arah pertumbuhan tanaman dapat dilihat dengan membandingkan rasio bobot kering tajuk/akar. Semakin besar rasio bobot kering/tajuk menunjukkan pertumbuhan tanaman lebih besar kearah tajuk. Dengan melihat rasio bobot kering tajuk/akar dapat membandingkan arah perkembangan pertumbuhan dari pemberian konsentrasi pupuk tambahan N-K yang berbeda.

Penyemprotan pupuk K melalui daun berpengaruh secara nyata terhadap rasio bobot tajuk/akar tanaman kolesom (Tabel 10). Penyemprotan pupuk N melaui daun tidak berpengaruh terhadap rasio bobot tajuk. Pada penelitian ini tidak ada pengaruh interaksi pupuk K dan pupuk N terhadap rasio bobot tajuk/akar tanaman kolesom.

Penyemprotan pupuk K melalui daun dengan konsentrasi 1 g KCl/l memberikan respon rasio bobot tajuk/akar yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Begitu pula dengan konsentrasi 2 g KCl/l memberikan respon yang sama. Penyemprotan pupuk K dengan konsentrasi 3 dan 4 g KCl/l memberikan respon rasio bobot tajuk/akar yang lebih rendah dengan kontrol (Tabel 10).

(41)

Tabel 10. Respon Bobot Tajuk/Akar Terhadap Penyemprotan Pupuk N dan Pupuk K

Perlakuan Rasio Bobot Tajuk/Akar

Pupuk N (g urea/l) 1 14.27 2 14.86 3 14.47 4 12.97 Pupuk K (g KCl/l) 1 16.64a 2 15.17a 3 11.16b 4 13.59ab Kontrol 13.83

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

Penurunan rasio tajuk/akar menunjukkan pertumbuhan kearah akar. Hasil penelitian Mualim (2009) menunjukkan penurunan nilai rasio bobot kering tajuk/akar berkaitan dengan remobilisasi hara dari bagian tajuk (source) ke daerah akar (sink).

Pada penelitian ini rasio bobot tajuk/akar menujukkan penurunan dibandingkan dengan kontrol pada pemberian konsentrasi pupuk 4 g urea/l atau pupuk 3 g KCl/l, dengan demikian pemberian pupuk N dan K pada konsentrasi ini cenderung lebih menumbuhkan akar.

Kandungan Klorofil Total Daun

Kandungan klorofil total daun tertinggi (1.15µmol/g) dihasilkan pada tambahan kombinasi konsentrasi 2 g urea /l + 1 g KCl/l (Gambar 18). Tambahan kombinasi konsentrasi N-K 1-4 g/l melalui daun meningkatkan kandungan klorofil daun dibandingkan dengan kontrol.

Kandungan klorofil total daun terkait dengan fotosintesis yang terjadi di dalam daun. Proses fotosintesis akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman (Darmawan dan Baharsjah, 2010).

(42)

Gambar 18. Kandungan Klorofil Total Daun pada Berbagai Perlakuan N-K

Jumlah Daun Panen saat Panen

Secara keseluruhan jumlah daun total memperlihatkan perbedaan nyata dengan pemberian tambahan pupuk N-K. Pada saat panen pertama pengaruh belum terlihat, karena pemberian pupuk tambahan dilakukan setelah panen ke-1. Pengaruh pupuk mulai terlihat pada panen ke-2, dan terjadi penurunan jumlah daun pada panen ke-3. Pada saat umur tanaman 6 MST telah terjadi pembungaan, sehingga mengakibatkan penurunan jumlah daun.

Penyemprotan pupuk N melalui daun dapat memacu pertumbuhan jumlah daun, pemberian konsentrasi pupuk N dengan 2 g urea/l menghasilkan jumlah daun terbanyak pada panen ke-2, ke-3 dan panen total. Secara keseluruhan dengan adanya penambahan pupuk N dapat meningkatkan jumlah daun saat panen 2.9 kali lebih besar dibandingkan dengan kontrol.

Penyemprotan pupuk K tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun pada setiap panen kolesom, namun pada panen total penyemprotan pupuk K memberikan pengaruh nyata. Penyemprotan pupuk K dengan konsentrasi 2 g KCl memberikan respon jumlah daun terbanyak pada panen ke-2, ke-3, dan panen total. Secara keseluruhan dengan adanya penambahan pupuk K mampu meningkatkan jumlah daun saat panen 2.6 kali lebih besar dibandingkan dengan kontrol (Tabel 11).

(43)

Tabel 11. Jumlah Daun Pada Saat Pemanenan

Perlakuan Jumlah daun (helai) Panen ke- Panen Total

1 2 3

Pupuk N (g urea/l)

1 11.7 52.0a 28.6ab 92.3a

2 11.7 57.5a 30.4a 99.6a

3 12.2 42.6b 21.4bc 76.2b 4 12.4 37.4b 19.9c 69.7b Pupuk K(g KCl/l) 1 11.8 48.7 28.3 88.8ab 2 12.3 51.2 28.5 90.0a 3 11.4 45.1 24.0 80.5bc 4 12.4 44.5 19.6 76.5c Kontrol 12.0 10.3 11.7 34.0

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

Peyemprotan pupuk N dan K dengan konsentrasi 2 g urea/l dan 2 g KCl/l memberikan respon jumlah daun tertinggi pada pemanenan ke-2, ke-3 dan panen total. Respon jumah daun dengan penyemprotan pupuk N dan K cenderung sama yang dilihat mulai panen ke-2 sampai pada panen total. Jumlah daun akan meningkat sampai pada konsentrasi 2 g urea/l dan 2 g KCl/l, jika konsentrasi dari masing-masing pupuk N dan K ditambah, perlahan-lahan akan menurunkan jumlah daun tanaman kolesom.

Penyemprotan melalui daun dengan konsentrasi pupuk 2 g urea/l merupakan titik puncak jumlah daun kolesom. Pengaruh penyemprotan pupuk N terhadap jumlah daun kolesom pada panen ke-2 akan mengikuti pola kuadratik, dengan persamaan regresi y = -2.675x2 + 7.505x + 48.675 (R² = 0.816*), pada panen ke3 akan mengikuti pola kuadratik, dengan persamaan regresi y = -0.825x2 + 0.615x + 29.725 (R² = 0.7934*), dan pada panen total akan mengikuti pola kuadratik, dengan persamaan regresi y = -3.45x2 + 8.13x + 90 (R² = 0.8036*) (Gambar 19).

(44)

Gambar 19. Kurva Jumlah Daun saat Panen pada Berbagai Konsentrasi Pupuk N

Pengaruh penyemprotan pupuk K terhadap jumlah daun saat panen total membentuk pola linier negatif. Pertumbuhan jumlah daun saat panen akibat penyemprotan pupuk K mengikuti persamaan regresi y = -1.3x2 + 1.86x + 89.05 (R² = 0.8971*). Penyemprotan melalui daun dengan konsentrasi pupuk 2 g KCl/l merupakan titik puncak bobot tajuk (Gambar 20).

(45)

Gambar 20. Kurva Jumlah Daun saat Panen Total pada Berbagai Konsentrasi Pupuk K

Bobot Pucuk saat Panen

Bobot pucuk meningkat dengan adanya penambahan pupuk N-K dibandingkan kontrol. Tidak terdapat interaksi antara penyemprotan pupuk N dan pupuk K terhadap boobt pucuk saat panen.

Penyemprotan pupuk N melalui daun dapat meningkatkan bobot pucuk. Pemberian konsentrasi pupuk N 2 g urea/l menghasilkan bobot pucuk terbesar pada panen ke-2, ke-3 dan panen total. Secara keseluruhan dengan adanya penambahan pupuk N dapat meningkatkan bobot pucuk saat panen 2.1 kali lebih besar bila dibandingkan dengan kontrol (Tabel 12).

Penyemprotan pupuk K tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun pada setiap panen kolesom. Penyemprotan pupuk K dengan konsentrasi 2 g KCl/l memberikan respon bobot pucuk terbesar pada panen ke-2, ke-3, dan panen total. Secara keseluruhan dengan adanya penambahan pupuk K dapat meningkatkan bobot pucuk saat panen 1.9 kali lebih besar bila dibandingkan dengan kontrol (Tabel 12).

Penurunan bobot pucuk berhubungan dengan waktu pembungaan. Pada umur 6 MST terjadi pembungaan yang menghambat pertumbuhan pucuk saat dipanen. Panen ke-3 dilaksanakan saat tanaman berumur 7 MST, sehingga memang memperlihatkan penurunan bobot pucuk. Adanya pembungaan,

(46)

mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan lebih mengarah ke pembentukan biji dan pembentukan akar, sehingga menurunkan produksi pucuk kolesom.

Tabel 12. Bobot Pucuk Saat Panen

Perlakuan Bobot Pucuk (g) saat Panen ke- Panen Total

1 2 3

Pupuk N (g urea/l)

1 7.6ab 24.5b 12.9 45.0b

2 7.7ab 29.7a 13.9 51.3a

3 6.2b 18.3c 11.5 36.0c 4 8.7a 17.7c 10.0 36.4c Pupuk K(g KCl/l) 1 7.8 25.2 13.5 46.5 2 8.2 23.4 12.4 44.0 3 6.8 21.5 12.0 40.3 4 7.4 20.0 10.7 38.1 Kontrol 5.75 11.47 6.99 24.20

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05

Gambar 21. Kurva Bobot Pucuk saat Panen pada Berbagai Konsentrasi

(47)

Pembahasan

Pemupukan merupakan kunci dalam memberikan kecukupan hara bagi tanaman. Kecukupan hara suatu tanaman dapat terlihat berdasarkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Kekurangan hara pada tanaman dapat diatasi dengan menambahkan pupuk pada tanaman. Pada penelitian ini dilakukan penambahan pupuk N-K pada tanaman kolesom melalui daun. Berdasarkan hasil penelitian ini penambahan kombinasi pupuk N-K melalui daun secara keseluruhan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kolesom.

Kegiatan pemanenan merupakan bagian dari pemangkasan yang dapat meningkatkan pertumbuhan pucuk aksilar dan meningkatkan pematahan dormansi. Penyemprotan pupuk N dilakukan setelah pemanenan ke-1 (3 MST). Penyemprotan pupuk N yang dilakukan setelah pemanenan akan semakin membantu peningkatan pucuk-pucuk baru. Hal ini karena fungsi nitrogen meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman (Hardjowigeno, 2007). Penyemprotan pupuk N pada tanaman kolesom saat berumur 3 MST merupakan waktu yang tepat, karena umur 3 MST merupakan saat yang menunjang pertumbuhan maksimum di umur 5 MST tanaman kolesom, sehingga mempengaruhi peningkatan produksi pada panen berikutnya.

Penyemprotan pupuk N dengan konsentrasi 2 g urea/l merupakan konsentrasi yang nyata mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi kolesom paling besar (Tabel 12). Penyemprotan pupuk N dengan konsentrasi 2 g urea/l nyata meningkatkan jumlah cabang, ketebalan jaringan daun, dan jumlah daun. Peningkatan jumlah cabang, ketebalan jaringan daun dan jumlah daun, nyata meningkatkan bobot pucuk kolesom. Konsentrasi 2 g urea/l nyata meningkatkan bobot pucuk kolesom pada panen ke-2, ke-3 dan panen total.

Jumlah cabang yang semakin banyak akan semakin meningkatkan bobot pucuk tanaman kolesom. Hal ini disebabkan semakin banyak pucuk yang terbentuk pada cabang-cabang tanaman, maka semakin banyak pucuk yang dipanen dan mampu meningkatkan bobot pucuk. Ketebalan jaringan daun yang semakin besar akan meningkatkan bobot pucuk tanaman kolesom. Hal ini

(48)

disebabkan semakin tebal jaringan daun, maka bobot daun akan semakin meningkat. Jumlah daun yang semakin banyak akan meningkatkan bobot pucuk. Hasil Penelitian Aristian (2010) menunjukkan bahwa pemberian pupuk N pada tanaman jarak nyata meningkatkan jumlah cabang dan pada akhirnya mampu meningkatkan jumlah daun. Hal ini disebabkan karena jumlah daun yang semakin banyak, maka kuantitasnya pada saat panen akan meningkat dan meningkatkan bobot pucuk saat panen.

Penyemprotan pupuk K sampai dengan konsentrasi 3 g KCl/l nyata meningkatkan jumlah daun pada panen total tanaman kolesom (Tabel 11). Penyemprotan pupuk K sampai dengan konsentrasi 3 g KCl/l juga nyata meningkatkan tebal jaringan daun, bobot kering akar, bobot basah dan bobot kering batang, bobot basah dan bobot kering daun, bobot tajuk tanaman, dan rasio bobot tajuk/akar tanaman.

Penyemprotan pupuk K melalui daun pada tanaman kolesom tidak berpengaruh dalam peningkatan produksi pucuk tanaman kolesom. Unsur K merupakan kofaktor dari enzim-enzim dalam proses metabolisme tanaman (Hardjowigeno, 2007).

(49)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penyemprotan pupuk N melalui daun dengan konsentrasi 2 g urea/l mampu meningkatkan bobot pucuk tanaman paling tinggi pada panen ke-2 (29.7 g/tanaman), panen ke-3 (13.9 g/tanaman) dan panen total (51.3 g/tanaman). Penyemprotan pupuk K tidak mempengaruhi bobot pucuk kolesom, tetapi penyemprotan K dengan konsentrasi 1 dan 2 g KCl/l meningkatkan jumlah total daun tanaman kolesom, berturut-turut 88.8 dan 90 daun/tanaman. Interaksi penyemprotan pupuk N dan K nyata hanya meningkatkan ketebalan jaringan daun dengan konsentrasi 2 g urea/l dan 2 g KCl/l (1132673 nm).

Saran

Tanaman kolesom merupakan tanaman tahunan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh kombinasi konsentrasi N-K melalui daun dengan frekuensi aplikasi yang berbeda dan waktu panen yang berbeda, untuk mendapatkan produksi pucuk yang lebih tinggi.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Aristian, K. A. 2010. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jarak (Jatropha curcas) pada Berbagai Dosis Pemupukan Nitrogen dan Kalium. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Baligar, V. C., N.K. Fageria, dan Z.L. He. 2001. Nutrient of use efficiency in plants. Commun Soils Sci Plant Anal 32:921-950.

Clark, R. B. 1990. Physiology of Cereals for Mineral nutrient uptake, use, and efficiency. Baligar VC, Duncan RR(Eds). Crops as Enhamcers of Nutirent Use. London: Acad. Press Inc.

Darmawan, J. dan J. S. Baharsjah. 2010. Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. SITC. Jakarta. 85 hal.

Fasuyi, A. O. 2006. Nutritional potentials of some tropical vegetable leaf meals : Chemical characterization dan functional properties. Afric. J. of Biotech. 5(1):49-53.

Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjemah : Susilo H. Penerbit UI Press. Jakarta. 424 hal. Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta. 288 hal. Hargono, D. 2005. Menambah energi tubuh dengan bahan alami. Herba 35:18-21. Havlin, J. L., S. L. Tisdale, J. D. Beaton, and W. L. Nelson. 2005. Soil Fertility

and Fertilizer An Introduction to Nutrient Management. 7th Edition. New York : Pearson Prentice Hall. 515 p.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Terjemahan dari: De Nuttige Planten Van Indonesie. Penerjemah; Badan Litbang Departemen Kehutanan. Yayasan Sarana Warna Jaya. Jakarta.

Hutapea, J. R. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia III. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Leiwakabassy, F. dan A. Sutandi. 1998. Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Ilmu

Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 164 hal.

Lakitan, B. 2001. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press. Jakarta. 201 hal.

(51)

Mualim, L. 2009. Kajian pemupukan NPK dan Jarak tanam pada produksi antosianin daun kolesom. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nugroho, Y. A. 2000. Khasiat dan keamanan som jawa (Talinum paniculatum Gaertn) dan kolesom (Talinum triangulare Willd). http:// digilib.Litbang.Depkes.go. id. [4 Maret 2010].

Pieters, A. J., W. Tezara, and A. Herrera. 2003. Operation of the xanthophylls cycle and degradation of D1 protein in the inducible CAM plant, Talinum triangulare, under water deficit. Annals of Botany 92:393-399. PROSEA. 1996. Plant Resources of South East Asia 8 (Vegetable). Prosia

Foundation. Bogor, Indonesia.

Santa, I. G. P. dan S. B. Prajogo. 1999. Studi taksonomi Talinum paniculatum Gaertn. dan Talinum triangulare Willd. Warta Tumbuhan Obat Indonesia 5(4):9-10.

Sims, D. A. and J. A. Gamon. 2002. Relationship berween leaf pigment content and spectral reflectance across a wide range of spesies, leaf structures and development stages. Remot. Sens. Environ. 81:337-354.

Snyder, C.S. 1998. Foliar nitrogen and potassium fertilization of cotton. http://www.newsandviews.com. [24 Juni 2010]

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Soeseno, S. dan U. Jaya. 1995. Ginseng Asli dan “Asli”. Trubus 302:18-19. Sugiarto, N.T. 2006. Pengaruh umur dan frekuensi panen pada produksi pucuk

kolesom (Talinum triangulare (jacq) Willd). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Susanti, H., S. A. Aziz, dan M. Melati. 2008. Produksi biomassa dan bahan aktif kolesom (Talinum triangulare (jacq) Willd) dari berbagai asal bibit dan dosis pupuk kandang ayam. Bul. Agron. 36 (1):48-55.

Syukur, C. dan Hernani. 2002. Budi Daya Tanaman Obat Komersil. Penebar Swadaya. Jakarta.136 hal.

Tisdale, S.L., W.L. Nelson, and J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizer. 3th Edition. New York : Mc Millan.

(52)

Wahyuni, S dan Hadipoentyanti. 1999. Karakteristik Talinum paniculatum Gaertn. dan Talinum triangulare Wild. Warta Tumbuhan Obat Indonesia 5:5-6.

Wijayakusuma, H.M., S. Dalimartha, dan A.S. Wirian. 1995. Tanaman Berkhasiat Obat Indonesia.Volume ke-4. Pustaka Kartini. Jakarta. 146 hal.

(53)
(54)
(55)

Lampiran 1. Layout Petak Percobaan Ulangan 1 P1 P11 P15 P5 P8 P3 P13 P6 P17 P4 P14 P2 P7 P16 P12 P9 P10 Ulangan 2 P17 P2 P6 P4 P14 P1 P12 P9 P5 P16 P8 P10 P15 P11 P13 P7 P3 Ulangan 3 P14 P7 P12 P10 P11 P5 P3 P6 P4 P2 P16 P9 P1 P15 P8 P13 P17 Keterangan : P1 = 1 g/l urea dan 1 g/l KCl P2 = 1 g/l urea dan 2 g/l KCl P3 = 1 g/l urea dan 3 g/l KCl P4 = 1 g/l urea dan 4 g/l KCl P5 = 2 g/l urea dan 1 g/l KCl P6 = 2 g/l urea dan 2 g/l KCl P7 = 2 g/l urea dan 3 g/l KCl P8 = 2 g/l urea dan 4 g/l KCl P9 = 3 g/l urea dan 1 g/l KCl P10 = 3 g/l urea dan 2 g/l KCl P11 = 3 g/l urea dan 3 g/l KCl P12 = 3 g/l urea dan 4 g/l KCl P13 = 4g/l urea dan 1 g/l KCl P14 = 4 g/l urea dan 2 g/l KCl P15 = 4 g/l urea dan 3 g/l KCl P16 = 4 g/l urea dan 4 g/l KCl

P17 = 0 gr/l urea dan 0 gr g/l KCl (kontrol)

(56)

Lampiran 2. Analisis Kandungan Klorofil Daun

(Sims dan Gamon, 2002)

Perhitungan Klorofil a dan b, menggunakan rumus :

Klorofil a = (0.01373 x A663) – (0.000897 x A537) – ( 0.003046 x A647) Klorofil b = (0.02405 x A647) – (0.004305 x A537) – ( 0.005507 x A663) Klorofil total = Klorofil a + Klorofil b

Keterangan : A537, A647, A663 adalah nilai absorban pada panjang gelompang masing-masing 537 nm, 647 nm, dan 663 nm.

(57)

Lampiran 3. Kriteria Sifat Fisik Kimia Tanah Sifat Tanah Sangat

Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi C% < 1.00 1.00-2.99 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.00 N% < 0.01 0.01-0.20 0.21-0.50 0.51-0.75 > 0.75 P2O5 HCl 25% (mg/100g) < 10 10-20 21-40 41-60 > 60 P2O5Olsen (ppm) < 10 10-25 26-45 46-60 > 60 K2O HCl 25% (mg/100g) < 10 10-20 21-40 41-60 > 60 KTK (me/100g) < 5 5-16 17-24 25-40 > 40 Susunan Kation K (me/100g) < 0.1 0.1-0.2 0.3-0.5 0.5-1.0 > 1.0 Na (me/100g) < 0.1 0.1-0.2 0.3-0.5 0.5-1.0 > 1.0 Mg (me/100g) < 0.4 0.4-1.0 1.1-2.0 2.1-8.0 > 8.0 Ca (me/100g) < 2 3-5 6-10 11-20 > 20 Kejenuhan Basa (KB) % < 20 21-35 36-50 51-70 > 70 Kejenuhan Al < 10 11-20 21-30 31-40 > 60 pH H2O

Sangat Masam Masam Agak Masam

Netral Agak Alkalis

Alkalis < 4.5 4.5-5.5 5.6-6.5 6.6-7.5 7.6-8.5 > 8.5

Lampiran 4. Hasil Analisis Tanah No Sifat Fisik Kimia

Tanah

Hasil Analisa

No Sifat Fisik Kimia Tanah Hasil Analisa 1 pH H20 6.90 12 KB (%) 33.66 2 pH HCl 6.00 13 Al (me/100g) Tidak terukur 3 C % 3.19 14 H (me/100g) 0.04 4 N % 0.28 15 Fe (ppm) 4.32 5 P Bray (ppm) 36.00 16 Cu (ppm) 3.56 6 P HCl 25% (ppm) 330.30 17 Zn (ppm) 3.64 7 Ca (me/100g) 4.98 18 Mn (ppm) 34.76 8 Mg (me/100g) 0.35 19 Tekstur 9 K (me/100g) 0.08 20 Pasir (%) 6.74 10 Na (me/100g) 0.13 21 Debu (%) 14.72 11 KTK (me/100g) 16.46 Liat (%) 78.54

(58)

Lampiran 5. Data Iklim Bulan Maret sampai Mei 2010 Bulan Curah Hujan (mm) Temperatur (oC) Kelembaban Udara (%) Rata-rata Minimal Maksimal

Maret 2010 415 26.0 23.0 31.8 86

April 2010 43 27.1 23.2 33.2 77

Mei 2010 331 26.7 23.7 32.7 84

(59)

Gambar

Tabel 1. Konsentrasi Pupuk N-K  No  Pupuk N   (g Urea /l air)  Pupuk K   (g KCl /l air)  No  Pupuk N   ( g Urea /l air)  Pupuk K   (g KCl /l air)  1  1  1  9  3  1  2  1  2  10  3  2  3  1  3  11  3  3  4  1  4  12  3  4  5  2  1  13  4  1  6  2  2  14  4
Gambar 1. Bibit Kolesom (kiri) dan Keadaan Awal Penanaman (kanan)
Gambar 2. Penyemprotan Pupuk Urea dan KCl melalui Daun  Pemanenan
Tabel 2. Pengamatan Komponen Pertumbuhan  Komponen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan perbandingan terhadap hasil observasi yang dilakukan pada beberapa obyek serupa dan alternative lokasi yang dipilih untuk analisa kriteria yang diterapkan

The temperature differences between the evaporator and condenser sections with the biomaterial wick were less than that using a sintered copper powder wick, and the use of nano fl

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung..

Dalam menyusun penulisan ilmiah ini penulis menetapkan batasan permasalahan yaitu mengenai perbandingan perhitungan harga jual yang dilakukan CV.Mardonuts dan perhitungan harga

[r]

Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Kabupaten Nagan Raya, Mengundang Penyedia Barang, Pekerjaan Konstruksi sesuai Sub Bidang untuk masing - masing

Menalar konsep kerja protokoler Server softswitch 18 Mengusulka n skema sertifikasi baru VoIP Operator 3.8. Memahami diagram rangkaian operasi komunikasi

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2011 Dalam DOKUMEN PEMILIHAN BAB III INSTRUKSI KEPADA PESERTA ( IKP ) huruf E.. PEMBUKAAN DAN EVALUASI PENAWARAN angka