• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAMAN DAN JUMLAH KELOMPOK ACARI TANAH PADA KEBUN KELAPA SAWIT DI PTPN VIII CIKASUNGKA KABUPATEN BOGOR JULIA FARHANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAGAMAN DAN JUMLAH KELOMPOK ACARI TANAH PADA KEBUN KELAPA SAWIT DI PTPN VIII CIKASUNGKA KABUPATEN BOGOR JULIA FARHANA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAMAN DAN JUMLAH KELOMPOK ACARI

TANAH PADA KEBUN KELAPA SAWIT DI PTPN VIII

CIKASUNGKA KABUPATEN BOGOR

JULIA FARHANA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul: Keragaman dan Jumlah Kelompok Acari Tanah pada Kebun Kelapa Sawit di PTPN VIII Cikasungka Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2015 Julia Farhana NIM A14100044

(4)

ABSTRAK

JULIA FARHANA. Keragaman dan Jumlah Kelompok Acari Tanah pada Kebun Kelapa Sawit di PTPN VIII, Cikasungka Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh RAHAYU WIDYASTUTI dan GUNAWAN DJAJAKIRANA.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam menghasilkan devisa negara melalui produksi minyak sawit dan minyak inti sawit. Pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia sangat didukung oleh adanya potensi wilayah yang luas, beriklim tropis serta mempunyai tanah yang memenuhi syarat. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0-6,0, tetapi pH optimumnya berada antara 5,0-5,6. Tingkat kemasaman (pH) yang cocok berhubungan erat dengan proses dekomposisi pada ekosistem di mana tanaman ini hidup.

Mesofauna tanah merupakan salah satu komponen dari ekosistem tanah. Keberadaan dan aktivitasnya di dalam tanah dapat mempengaruhi kesuburan tanah. Salah satu kelompok mesofauna tanah yang anggotanya cukup besar adalah acari tanah. Kebanyakan anggota acari hidup di darat atau tanah, baik di dalam (dengan kedalaman tertentu) maupun di permukaan tanah. Acari memiliki panjang tubuh antara 0,1 mm sampai 2,0 mm. Warna tubuh acari mulai dari coklat muda hingga hitam dengan bentuk tubuh yang bervariasi. Ukuran tubuh acari akan semakin mengecil seiring dengan kedalaman tanah tempat tinggalnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari keragaman dan jumlah acari tanah pada tanaman sawit menghasilkan (TM) dan tanaman sawit yang belum menghasilkan (TBM). Metode penelitian yang dilakukan adalah ekstraksi fauna dari sampel tanah menggunakan alat Kempson Extractor, kemudian fauna tanah khususnya acari diidentifikasi menggunakan mikroskop stereo.

Hasil penelitian menunjukkan secara umum didapatkan 3 sub ordo pada masing-masing area yaitu sub ordo Oribatida, Gamazina, dan Uropodina. Hasil rataan populasi acari tanah yang diperoleh dari lahan tanaman menghasilkan (TM) sebesar 2880±1089 individu m-2, sedangkan hasil rataan populasi acari tanah yang diperoleh dari lahan tanaman belum menghasilkan (TBM) yaitu 1218±392 individu m-2. Sub ordo Oribatida paling banyak dijumpai baik pada tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman menghasilkan (TM). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tua umur tanaman, populasi acari yang ditemukan juga semakin tinggi, karena semakin tua tanaman semakin banyak vegetasi yang tumbuh sehingga mikroba tanah yang menjadi sumber pakan meningkat. Analisis koresponden menunjukkan bahwa Gamazina merupakan kelompok fauna yang dipengaruhi oleh sifat tanah yaitu pH, Cu, C-organik, N, K, KA, Zn, dan Ca.

(5)

ABSTRACT

JULIA FARHANA. Soil acari diversity and abundance in oilpalm plantation at PTPN VIII, Cikasungka Bogor Regency. Supervised by RAHAYU WIDYASTUTI and GUNAWAN DJAJAKIRANA.

Oilpalm is one of the plantation commodities which have an important role in generating foreign exchange through the production of palm oil and palm kernel oil. Development of oil palm plantation in Indonesia is supported by the large areal potency, tropical climate and suitable soil. Oilpalm can grow at pH 4,0-6,0, but the optimum pH is between 5,0-5,6. Suitable pH associated with the decomposition process in ecosystems where these plants live.

Soil mesofauna is one of components of the soil ecosystem. Its existence and activity in the soil can affect soil fertility. One of soil mesofauna that can be found abundantly is soil acari. Most members of the acari live in soil as well as on the soil surface. Acari has a body length between 0,1 mm to 2,0 mm. Acari body color ranging from light brown to black with varies body shapes. Acari body size will become smaller following to the depth of the soil where they lived. The objective of this study was to determine the soil acari diversity and abundance at area of palm oil productive plants (TM) and immature palm oil plants (TBM). Method of research was extraction of animal from the soil samples using Kempson Extractor, then the soil fauna especially acari was identified using a stereo microscope.

Generally, three sub-orders were obtained in each area, namely suborder Oribatida, Gamazina and Uropodina. Results showed the average population of acari from TM area was 2880±1089 individuals m-2, the average population of soil acari from TBM area was 1218±392 individuals m-2. Sub order Oribatida most often found in TBM and TM, as well. From the result, it could be concluded that the older age of the plant, acari population was found to be higher, because the older plant was producing more litter than the younger plants, so it could increase population of soil microbes. Correspondence analysis showed that Gamazina affected by soil properties, pH, Cu, C-organic, N, K, KA, Zn, and Ca.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

KERAGAMAN DAN JUMLAH KELOMPOK ACARI

TANAH PADA KEBUN KELAPA SAWIT DI PTPN VIII

CIKASUNGKA KABUPATEN BOGOR

JULIA FARHANA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah Keragaman dan Jumlah Kelompok Acari Tanah pada Kebun Kelapa Sawit di PTPN VIII Cikasungka Kabupaten Bogor. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Rahayu Widyastuti M.Sc. dan Dr. Ir. Gunawan Djajakirana M.Sc. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran dan dorongan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi.

2. Ir. Fahrizal Hazra M.Sc. yang telah bersedia sebagai dosen penguji dan memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi.

3. Pegawai Laboratorium di Bagian Bioteknologi Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor serta pihak PTPN VIII Cikasungka Bogor yang telah memberikan izin penulis dalam pengambilan sampel.

4. Muhammad Rizki Fadillah, Ka Winda yang senantiasa membantu penulis di lapang dan juga memberikan motivasi dalam penulisan skripsi.

5. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Mei 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... ix PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 3

BAHAN DAN METODE ... 3

Tempat dan Waktu Penelitian ... 3

Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel ... 4

Alat dan Bahan ... 4

Analisis Sampel Tanah ... 4

Pemilahan dan Identifikasi Acari Tanah ... 5

Analisis Data Pengamatan Acari Tanah ... 6

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Populasi Acari Tanah ... 6

Keanekaragaman Acari Tanah ... 7

Hubungan antara Sifat Tanah dengan Populasi Acari Tanah ... 11

KESIMPULAN DAN SARAN ... 13

Kesimpulan ... 13

Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

LAMPIRAN ... 16

(12)

DAFTAR TABEL

No Teks Hal

1 Jumlah dan keanekaragaman acari di area tanaman menghasilkan (TM) 8 2 Jumlah dan keanekaragaman acari di area tanaman belum menghasilkan

(TBM) 9

3 Sifat fisik dan kimia tanah pada tanaman sawit menghasilkan (TM) dan

belum menghasilkan (TBM) 12

DAFTAR GAMBAR

No Teks Hal 1 Sketsa bagian tubuh acari (sumber: Krantz, 2009) 2

2 Bagan transek pengambilan sampel 4

3 Alat Kempson Extractor 5

4 Populasi acari tanah pada area tanaman menghasilkan (TM) dan

tanaman belum menghasilkan (TBM) 7

5 Jumlah acari tanah pada tanaman sawit yang menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) pada bulan pertama dan kedua 9 6 Sub ordo Oribatida yang berbeda bentuk yang banyak ditemukan di

area tanaman menghasilkan (TM) 10

7 Sub ordo Gamazina (kiri) dan sub ordo Uropodina (kanan) 11 8 Analisis koresponden hubungan sifat tanah terhadap populasi acari

tanah 11

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Hal

1 Perhitungan penetapan populasi acari tanah 16

2 Gambar lain acari pada area tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fauna tanah merupakan bagian penting dari suatu ekosistem di dalam tanah, seperti peranannya dalam proses dekomposisi, memperbaiki aerasi dan meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah. Keberadaan fauna tanah dipengaruhi oleh kondisi lahan. Ada fauna tanah yang memerlukan kondisi iklim mikro tertentu, ada juga fauna tanah yang dapat hidup pada kondisi ekstrim tertentu. Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah (Suin,1997). Keberadaan fauna dalam tanah sangat bergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya.

Peranan fauna tanah sangat penting dalam dekomposisi zat atau bahan-bahan organik dengan cara menghancurkan jaringan-jaringan secara fisik dan meningkatkan ketersediaan bahan bagi aktivitas bakteri dan jamur, yang melakukan perombakan pada bahan-bahan seperti gula, selulosa, dan sejenis lignin, merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humus serta membentuk kemantapan agregat antara bahan organik dan bahan mineral (Barnes et al., 1997).

Fauna tanah cukup baik sebagai bioindikator tanah karena memiliki respon yang sensitif terhadap praktek pengelolaan lahan dan iklim, berkorelasi baik terhadap sifat tanah yang menguntungkan dan fungsi ekologis dapat menggambarkan rantai sebab akibat yang menghubungkan keputusan pengelolaan lahan terhadap produktivitas akhir dan kesehatan tanaman dan hewan.

Perkebunan kelapa sawit beserta teknik budidaya yang dilakukan merupakan suatu habitat. Populasi dari berbagai macam fauna tanah yang dapat mendiami habitat tersebut akan berkumpul sesuai dengan kondisi yang paling cocok bagi pemenuhan persyaratan hidupnya masing-masing. Populasi merupakan sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang sama yang hidup ditempat yang sama dan memiliki kemampuan bereproduksi di antara sesamanya.

Keragaman fauna tanah dimulai dari protozoa, rotifera, nematoda, annelida, mollusca, arthropoda hingga vertebrata. Fauna tanah dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuhnya, yaitu mikrofauna, mesofauna dan makrofauna. Ukuran mikrofauna berkisar antara 20 µm sampai 200 µm, mesofauna berkisar 200 µm sampai 2 mm dan makrofauna lebih dari 2 mm (Coleman dan Crossley, 2004). Mesofauna tanah merupakan salah satu komponen dari ekosistem tanah. Keberadaan dan aktivitasnya di dalam tanah dapat mempengaruhi kesuburan tanah. Salah satu kelompok mesofauna yang banyak dijumpai di tanah adalah kelompok acari tanah. Kebanyakan anggota acari hidup di darat atau tanah, baik di dalam (dengan kedalaman tertentu) maupun di permukaan tanah. Menurut Krantz dan Walter (2009), acari merupakan salah satu dari sebelas subkelas dari kelas Arachnida (kelompok laba-laba) dan filum arthropoda. Anggota filum arthropoda, dicirikan dengan bentuk tubuh bulat atau membulat yang dilengkapi dengan alat gerak yang berbuku-buku atau bersegmen. Acari juga dilengkapi dengan sistem respirasi, meskipun masih sangat sederhana. Banyaknya variasi dan

(14)

2

diversitas pada morfologi anggota acari tentunya akan menunjukkan keragaman karakteristik perilaku (Gambar 1).

Gambar 1. Sketsa bagian tubuh acari (sumber: Krantz, 2009)

Perkebunan kelapa sawit milik negara pada kawasan Jawa Barat dikelola oleh Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN VIII). Perkebunan kelapa sawit PTPN VIII mengedepankan manajemen pemeliharaan tanaman kelapa sawit dalam upaya untuk mengoptimalkan produksi. Salah satu bentuk pemeliharaan yang dilakukan yaitu membentuk piringan, pemupukan, pemangkasan daun, pengendalian gulma, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan PTPN mengacu pada teknologi budidaya kelapa sawit yang dikeluarkan oleh Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan dibanding tanaman lain (Sastrosayono, 2003).

Pemeliharaan tanaman pada komoditas perkebunan yang bersifat tahunan, biasanya dikelompokkan ke dalam tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Anonim (2004) menjelaskan bahwa yang dimaksud TBM pada kelapa sawit adalah masa sebelum panen (dimulai dari saat tanam

(15)

3 sampai panen pertama) yaitu berlangsung 30-36 bulan, sedangkan tanaman menghasilkan adalah tanaman yang dipelihara sejak lebih dari 36 bulan yang telah berbuah. Faktor yang mempengaruhi populasi individu acari selain umur tanaman adalah suhu, kelembaban udara, vegetasi, curah hujan. Tanaman sangat tergantung pada curah hujan dan kelembaban udara yang mengakibatkan terbentuknya karakter khas vegetasi pada suatu area.

Tanah memiliki keterbatasan dalam menyediakan hara bagi tanaman, maka pemupukan menjadi penentu pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Dalam usaha perkebunan kelapa sawit, pemupukan memberikan kontribusi 29 % dari peningkatan produksi tanaman kelapa sawit (Goh et al. 2009). Menurut Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (2008), jenis pupuk yang diberikan berdasarkan umur kelapa sawit atau sesuai anjuran Balai Penelitian Kelapa Sawit. Pupuk yang diberikan adalah pupuk N, P, K, Mg dan B berturut-turut dalam bentuk Urea, TSP, KCl, Kiserit dan Borax. Penambahan pemupukan dengan Borax diberikan pada saat tanaman muda. Kegiatan pemeliharaan lainnya yaitu pemangkasan daun dengan tujuan agar diperoleh pohon yang bersih dan memudahkan pemanenan. Daun yang dipangkas tersebut ditumpuk pada daerah gawangan dan dibiarkan terdekomposisi. Daerah piringan selalu dibersihkan dari gulma, supaya tidak terjadi persaingan antara tanaman kelapa sawit dengan gulma dalam hal pemanfaatan unsur hara dan air. Sementara pengendalian hama dan penyakit biasanya dilakukan dengan pestisida alami maupun pestisida kimia.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari populasi dan keragaman acari tanah pada tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan (TM) dan tanaman yang belum menghasilkan (TBM) pada dua waktu pengamatan yang berbeda.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi pengambilan sampel tanah terletak di Perkebunan Kelapa Sawit milik PTPN VIII Cikasungka, Jasinga, Bogor, Jawa Barat. Ekstraksi dan pemilahan spesimen serta identifikasi acari tanah dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanah, serta analisis kimia tanah seperti C-organik, N, K, Ca, pH, Cu, Zn dan kadar air tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April 2014 sampai Bulan September 2014.

(16)

4

Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel

Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada gawangan tanaman kelapa sawit tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan dipilih 5 tanaman secara acak. Cara pengambilan sampel yaitu dibuat garis transek sepanjang 162 m di area kebun kelapa sawit (jarak antar pohon sawit 9 m). Pada satu garis transek dilakukan pengambilan sampel tanah sebanyak 5 titik di gawangan (Gambar 2). Setiap titik pengambilan akan diambil sampel tanah dan serasah tanaman sawit. Pengambilan sampel tanah dilakukan dua kali selama dua bulan.

Gambar 2. Bagan transek pengambilan sampel Keterangan :

A : Tanaman Menghasilkan (TM)

B : Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) : Tanaman kelapa sawit

: Titik pengambilan sampel (gawangan) *) : Jarak A – B = 1500 m

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, sekop, pisau, penggaris, tali rafia, kertas koran, kain blacu, microtube, label, plastik, tabung sentrifuge, kuas, mikroskop, kamera, alat Kempson Extractor, cawan timbang, gelas piala, dan labu takar. Bahan yang digunakan untuk mengidentifikasi fauna adalah etilen glikol dan alkohol 70%, sedangkan bahan untuk pengukuran kimia tanah adalah aquades, H2SO4 pekat, selenium, NaOH, parafin, asam borat,

indikator conway, larutan DTPA, HCl, larutan NH4OAc, larutan lantan, K2Cr2O7,

FeSO4,dan indikator feroin.

Analisis Sampel Tanah

Sampel tanah untuk analisis sifat kimia tanah dilakukan dengan mengeringudarakan terlebih dahulu, kemudian bongkahan tanah dihaluskan. Selanjutnya sampel tanah dianalisis sifat-sifat fisik dan kimia yang meliputi kadar air, pH yang diambil dua kali selama dua bulan, sedangkan, C-organik, N, Ca, K,

* )

A

B

(17)

5 Cu, dan Zn dianalisis secara komposit. Untuk analisis acari tanah, sampel tanah diambil beserta serasah yang berada di atasnya. Sampel tanah dan serasah secara terpisah dimasukkan ke dalam wadah yang dilapisi saringan, kemudian wadah dimasukkan kedalam kantong plastik agar fauna tanah tidak jatuh. Selanjutnya sampel tanah tersebut kemudian dibawa ke laboratorium untuk diekstrak menggunakan alat Kempson Extractor (Gambar 3).

Gambar 3. Alat Kempson Extractor

Wadah yang berisi tanah dan serasah dikeluarkan dari kantong plastik kemudian di bawahnya diberikan wadah koleksi yang berisi etilen glikol. Fauna tanah akan bergerak ke bawah dan jatuh ke dalam wadah koleksi. Ekstraksi fauna tanah dari sampel tanah dilakukan selama 7 hari, sedangkan sampel serasah dilakukan selama 3 hari dengan suhu 35oC - 60oC. Suhu selama inkubasi dinaikkan secara bertahap agar fauna tanah tetap bertahan. Setelah proses ekstraksi selesai, fauna tanah hasil ekstraksi tersebut disimpan dalam botol 100 ml berisi alkohol 70 %. Alkohol berfungsi sebagai pengawet agar tubuh fauna tidak hancur dan lebih mudah nantinya untuk diamati di bawah stereo mikroskop. Setelah itu fauna tanah yg jatuh ke wadah koleksi disaring dengan saringan yang berukuran diameter 45 µm kemudian dimasukkan ke dalam botol, dan dipastikan tidak ada fauna tanah yang tersisa di dalam wadah koleksi.

Pemilahan dan Identifikasi Acari Tanah

Sampel tanah yang telah diekstraksi, kemudian dipilah untuk memisahkan acari tanah dari fauna tanah lainnya. Pekerjaan tersebut dilakukan di bawah mikroskop stereo dengan menggunakan kuas dan pipet. Acari tanah dipilah untuk selanjutnya diidentifikasi.

Acari tanah diidentifikasi hingga tingkat sub ordo dengan menggunakan mikroskop stereo. Tahap pertama dimulai dengan memisahkan acari tanah berdasarkan ordo, kemudian sub ordo berdasarkan morfologi acari dan berpedoman pada Krantz dan Walter (2009). Proses penghitungan jumlah acari tanah untuk keperluan analisis populasi acari tanah, dilakukan bersamaan dengan identifikasi.

(18)

6

Analisis Data Pengamatan Acari Tanah

Fauna tanah dihitung dan diidentifikasi sampai dengan tingkat sub ordo. Nilai keanekaragaman fauna tanah permukaan tanah dihitung berdasarkan jumlah fauna tanah ditetapkan dengan rumus (Meyer, 1996) :

I =IS

A

di mana : IS : Rata-rata jumlah individu per sampel A : Luas area sampel (m2)

I : Jumlah individu/ m2

Luas area sampel = s2= 20 cm x 20 cm = 400 cm2 = 0,04 m2

Keanekaragaman fauna tanah yang menggambarkan banyaknya taksa (kelompok) dalam suatu habitat dihitung menggunakan Shannon’s diversity (Ludwig dan Reynolds 1988) yaitu :

H′ = − 𝑛𝑖 𝑛 ln 𝑛𝑖 𝑛 𝑠 i=1

di mana : H’ : Shannon’s diversity index ni : Jumlah individu fauna tertentu

n : Jumlah total individu fauna tanah dalam sampel Nilai H’ menurut Magurran (1987) berkisar antara :

< 1,5 : Keragaman rendah 1,5-3,5 : Keragaman sedang > 3,5 : Keragaman tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi Acari Tanah

Acari atau tungau merupakan kelompok predator penting, selain juga sebagai dekomposer, yang menentukan populasi Collembola. Dilaporkan bahwa acari mampu memakan Collembola paling banyak 14 individu m-2, tetapi pada umumnya paling sedikit 2 individu m-2 (Suhardjono, 1992). Acari dapat dipakai sebagai indikator tingkat kesuburan tanah. Pada keadaan tanah yang berbeda, akan menunjukan angka populasi acari yang berbeda. Sehingga ukuran populasi acari pada suatu tempat dapat menunjukan sifat atau keadaan tanah tempat tersebut (Suhardjono, 1985). Vegetasi merupakan penyumbang serasah yang merupakan sumber pakan dan tempat berlindung bagi acari tanah.

(19)

7

Gambar 4. Populasi acari tanah pada area tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM)

Populasi rata-rata acari tanah yang dihasilkan didominasi oleh sub ordo Oribatida baik di area TM maupun di TBM, di mana di area TM populasinya lebih tinggi dibanding TBM (Gambar 4). Jumlah Oribatida pada area TM sebesar 2212±730 individu m-2, Gamazina 340±170 individu m-2, dan Uropodina 327±223 individu m-2, sedangkan TBM jumlah Oribatida 825±180 individu m-2, Gamazina 272±119 individu m-2 dan Uropodina 121±91 individu m-2 (Lampiran 1). Populasi rata-rata yang didapatkan masing-masing area yaitu 2880±1089, individu m-2 (TM), dan 1218±392 individu m-2 (TBM). Secara keseluruhan, terlihat bahwa semakin bertambah usia tanaman, kelimpahan acari tanah semakin meningkat. Hal ini disebabkan terkait dengan berlangsungnya proses dekomposisi yang berjalan dengan baik, peningkatan kesuburan tanah, pertumbuhan tanaman, sehingga kondisi mikrohabitat yang terbentuk semakin mendekati kondisi hutan alam.

Serasah menyediakan tempat hidup bagi berbagai makhluk terutama dekomposer. Serasah berguna sebagai input bahan organik pada lahan terdegradasi. Bahan organik menjadi kunci bagi berlangsungnya dinamika kesuburan tanah, karena dengan dinamikanya sifat-sifat tanah bisa dikelola menuju kondisi yang ideal bagi tanaman. Tinggi rendahnya jumlah acari tanah berkorelasi dengan Collembola tanah karena sebagian anggota kelompok acari merupakan predator bagi Collembola (Suhardjono, 1985). Faktor lain yang berpengaruh terhadap populasi acari adalah pH tanah dan curah hujan (Leow 1978 dalam Suhardjono 1985).

Keanekaragaman Acari Tanah

Dari hasil identifikasi acari tanah di area tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) diperoleh sebanyak 3 sub ordo. Sub ordo yang didapatkan dari ordo acari tanah adalah Oribatida, Uropodina dan Gamazina. Sub ordo Oribatida merupakan sub ordo dengan populasi tertinggi mencapai

(20)

8

2815±1143 individu m-2 (Tabel 1) di area tanaman menghasilkan (TM). Perbandingan total individu acari tanah bulan pertama dan bulan kedua pada area tanaman menghasilkan (TM) menghasilkan perbedaan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena faktor kadar air, kelembaban udara pada pengambilan sampel bulan kedua cukup tinggi.

Berdasarkan perhitungan dengan rumus Shannon’s Diversity Index, area tanaman menghasilkan memiliki indeks keragaman sebesar 1,31 pada bulan pertama dan 0,89 pada bulan kedua. Keragaman ini termasuk golongan rendah sebab dari faktor pengelolaan tanah sampel yang diambil dan sedikitnya jenis acari yang didapat.

Tabel 1. Jumlah dan keanekaragaman acari di area tanaman menghasilkan (TM)

Ordo Sub ordo Jumlah individum-2±SD

Bulan 1 Bulan 2

Acari Oribatida 1610 ± 318 2815 ± 1143

Gamazina 290 ± 143 390 ± 198

Uropodina 470 ± 280 185 ± 166

Total Individu 2370 ± 716 3390 ± 1463

Shannon’s Diversity Indeks 1,31 0,89

Populasi acari tanah pada area tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat dilihat pada Tabel 2. Total individu yang didapatkan sebesar 1425±526 individu m-2 (bulan pertama) dan 1012±227 individu m-2 (bulan kedua). Seperti halnya di area TM, pada area TBM sub ordo Oribatida juga memiliki jumlah individu tertinggi dibandingkan dengan dua sub ordo yang lainnya. Dari hasil pengamatan bulan pertama diperoleh populasi Oribatida sebesar 1080±165 individu m-2, Gamazina sebesar 220±67 individu m-2 dan Uropodina sebesar 125±109 individu m-2. Sedangkan pada bulan kedua didapatkan populasi Oribatida 570±195 individu m-2, Gamazina sebesar 325±172 individu m-2 dan Uropodina sebesar 117±74 individu m-2. Area tanaman belum menghasilkan ini memiliki populasi yang rendah dibandingkan dengan tanaman menghasilkan karena umur tanaman yang berbeda jauh yaitu sekitar 5 sampai 10 tahun dan didukung dengan faktor lingkungan seperti kadar air, kelembaban udara, curah hujan dan lain sebagainya. Serasah pada tanaman belum menghasilkan (TBM) juga lebih sedikit dibanding dengan tanaman menghasilkan. Hal ini menjadi salah satu sebab acari tanah yang ditemukan tanaman belum menghasilkan sedikit

Secara keseluruhan nilai indeks keragaman pada masing-masing pengamatan yang dihitung dengan Shannon’s Diversity Index yang menggambarkan banyaknya taksa atau kelompok dalam suatu habitat, memiliki nilai keragaman rendah (<1,5) menurut Magurran (1987). Pada tanaman belum menghasilkan (TBM) didapatkan nilai keragaman sebesar 1,04 (bulan pertama) dan 1,34 (bulan kedua). Rendahnya nilai indeks keragaman fauna tanah yang didapat pada penelitian ini, disebabkan karena rendahnya variasi jenis bahan organik yang tersedia sehingga jenis fauna tanah yang ditemukan menjadi kurang beragam. Selain itu, Wallwork (1970) menyatakan bahwa pertanian monokultur akan menyebabkan menurunnya keragaman fauna tanah pada area tersebut.

(21)

9 Tabel 2. Jumlah dan keanekaragaman acari di area tanaman belum menghasilkan (TBM)

Ordo Sub ordo Jumlah individu m-2±SD

Bulan 1 Bulan 2

Acari Oribatida 1080 ± 165 570 ± 195

Gamazina 220 ± 67 325 ± 172

Uropodina 125 ± 109 117 ± 74

Total Individu 1425 ± 526 1012 ± 227

Shannon’s Diversity Indeks 1,04 1,34

Pada Gambar 5 terlihat bahwa total individu acari tanah tanaman menghasilkan (TM) lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman belum menghasilkan (TBM). Dapat dilihat terjadi peningkatan total individu pada bulan kedua di area tanaman menghasilkan (3390±1463) individu m-2), namun memilki indeks keragaman yang lebih rendah (0,89) dibandingkan pada bulan pertama (1,31) dengan total individu hanya sebesar 2370±716 individu m-2. Begitu juga dengan indeks keragaman fauna acari tanah pada tanaman belum menghasilkan bulan pertama yang memiliki nilai sebesar 1,04 padahal total individunya jelas lebih tinggi (1425±526) individu m-2), sama halnya dengan indeks keragaman bulan kedua (1,34) yang lebih rendah dengan total individu sebesar 1012±227 individu m-2. Hal tersebut (total individu tinggi namun indeks keragaman rendah) dapat disebabkan oleh adanya dominasi fauna tanah tertentu dalam suatu habitat. Menurut Cover dan Thomas (1991), nilai indeks keragaman akan maksimal ketika semua individu yang ada dalam suatu habitat terwakili secara merata. Total individu meningkat tidak mempengaruhi nilai indeks keragaman melainkan indeks keragaman dipengaruhi oleh banyak jenis keragaman fauna yang didapat.

TM TBM

Gambar 5. Jumlah acari tanah pada tanaman sawit yang menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM) pada bulan pertama dan kedua.

Kelompok acari yang sering dijumpai di tanah yaitu Oribatida, Prostigmata, Mesostigmata, dan Astigmata. Oribatida merupakan kelompok saprophagus. Sedangkan Mesostigmata merupakan kelompok acari yang hampir seluruh anggotanya merupakan predator bagi fauna tanah lain yang berukuran lebih kecil (Coleman et al., 2004). Mesostigmata yang didapatkan pada penelitian

(22)

10

ini adalah sub ordo Gamazina dan Uropodina. Acari memiliki panjang tubuh antara 0,1 mm sampai 2,0 mm. Warna tubuh acari mulai dari coklat muda hingga hitam dengan bentuk tubuh yang bervariasi. Ukuran tubuh acari akan semakin mengecil seiring dengan kedalaman tanah tempat tinggalnya. Acari berperan dalam menghancurkan bahan organik keukuran yang lebih kecil, mengaduk bahan organik, dan berpengaruh pada dinamika populasi fungi (Gobat et al., 2004). Karakteristik Gamazina mudah diketahui dengan sepasang posterolateral tubercles di mana terdapat sepasang setae, meskipun setae terkadang sangat pendek atau tidak ada (Hurlburtt, 1963). Gamazina memiliki panjang idiosoma antara 235-408 mikron, memiliki coxa silindris, biasanya berwarna kuning sampai coklat tua. Uropodina memiliki tubuh yang datar seperti segi empat trapesium, berwarna coklat muda sampai coklat tua sedangkan Oribatida memiliki badan yang terlihat kuat, berwarna coklat hingga kehitaman.

Gambar 6. Sub ordo Oribatida yang berbeda bentuk yang banyak ditemukan di area tanaman menghasilkan (TM)

Oribatida (Gambar 6) adalah salah satu arthropoda yang memiliki rata-rata kerapatan populasi yang paling tinggi sebesar 2212±730 individu m-2 pada tanaman menghasilkan (TM) sedangkan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) sebesar 825±180 individu m-2. Oribatida berperan sebagai dekomposer, selain itu Oribatida merupakan salah satu acari yang menyukai mikroorganisme terutama jamur dan bakteri, serta sisa tanaman (Schneider 2005). Semakin tua umur tanaman, populasi acari yang tertangkap juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan acari adalah arthropoda yang hidup pada serasah yang berada di permukaan tanah dan semakin tua umur tanaman serasah yang ada pada permukaan tanah juga semakin banyak. Serasah yang ada pada permukaan tanah berasal dari bagian tanaman seperti daun, batang, dan lainnya baik yang berasal dari tanaman kelapa sawit maupun dari tumbuhan lainnya seperti gulma. Kerapatan vegetasi akan menyebabkan jatuhan dan ketebalan serasah lebih tinggi, sehingga menyediakan sumber pakan yang lebih baik bagi arthropoda tanah dan dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah (Sebayang et al., 2000).

Sub ordo Gamazina dan Uropodina (Gambar 7) merupakan bagian dari kelompok Mesostigmata di mana total individu yang didapatkan pada tanaman menghasilkan lebih tinggi dibanding tanaman belum menghasilkan. Uropodina merupakan sub ordo yang paling rendah dengan rata-rata total individunya sebesar 327±223 individu m-2 (TM) dan 121±91 individu m-2 (TBM). Hal ini

(23)

11 disebabkan karena jenis kerapatan vegetasi pada masing-masing area. Kondisi lingkungan juga sangat mendukung bagi artropoda terutama acari tanah. Gamazina dan Uropodina berperan sebagai predator, biasanya sub ordo ini memangsa Colembolla (Klarner, et al., 2013)

Gambar 7. Sub ordo Gamazina (kiri) dan sub ordo Uropodina (kanan)

Hubungan antara Sifat Tanah dengan Populasi Acari Tanah

Data analisis fisik dan kimia tanah yang dilakukan yaitu kadar air, pH, N, C-organik, Ca, K, Cu, dan Zn yang diambil secara komposit di area tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan. Untuk melihat pengaruh sifat tanah terhadap populasi acari tanah, dilakukan Coresspondence Analysis. Coresspondence Analysis (Gambar 8) merupakan analisis multivariat yang mempelajari hubungan antara dua atau lebih variabel secara bersamaan dan disajikan dalam suatu diagram ordinasi.

Gambar 8. Analisis koresponden hubungan sifat tanah terhadap populasi acari tanah

1D Pl ot of Row and Col um n Coordi nates for Di m ensi on: 1 Input T abl e (Rows x Col um ns): 2 x 12

Standardi zati on: Row and col um n profi l es

Ei genval ue: ,05008 (100,00% of Inerti a) Contri buti on to Chi -square: 100,80

T anam an M enghasi l kan T anam an Bel um M enghasi l kan

Ori bati da Gam azi na

Uropodi na

Row Coordi nates Col um n Coordi nates -0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 C oo rd in at e V al ue Ca Zn pHN C-organi k Kadar Ai r K Cu

(24)

12

Tabel 3. Sifat fisik dan kimia tanah pada tanaman sawit menghasilkan (TM) dan belum menghasilkan (TBM)

Parameter Tanaman Menghasilkan Tanaman Belum Menghasilkan Kadar air pH 64,98 4,72 68,13 4,79 N 0,25 % 0,25 % C-organik 2,55 % 2,50 % Ca 0,85 me/100g 1,76 me/100g K 0,13 me/100g 0,13 me/100g Cu 1,11 ppm 1,06 ppm Zn 14,93 ppm 16,73 ppm

Sub ordo Gamazina merupakan sub ordo yang berkorelasi positif terhadap pH, C-organik, Cu, K, Zn, kadar air dan Ca. Nilai sifat fisik dan kimia tanah (Tabel 3) yang didapat tidak berbeda jauh antara tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM), tetapi nilai Ca yang didapatkan pada tanaman menghasilkan sebesar 0,85me/100g sedangkan tanaman belum menghasilkan sebesar 1,76 me/100g. Hal ini disebabkan karena tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan (TBM) membutuhkan banyak Ca, karena Ca berfungsi dalam proses pembelahan dan perpanjangan sel dan juga memperkuat batang tanaman. Coresspondence Analysis memiliki prinsip semakin besar perbedaan ordinate valuenya maka semakin rendah hubungan korelasinya. Dapat dilihat perbedaan ordinat value Ca (+0,7) dengan kadar air (+0,575) memiliki korelasi yang tinggi sehingga memiliki hubungan yang erat karena rendahnya selisih nilai ordinate value Ca dengan kadar air. Sedangkan sub ordo Oribatida dan sub ordo Uropodina sejajar terhadap TM hal ini disebabkan karena kondisi vegetasi di TM lebih banyak, sehingga kedua sub ordo ini berkorelasi erat dengan TM tetapi tidak dipengaruhi oleh sifat tanah.

Pengukuran pH tanah sangat penting dalam menentukan mudah tidaknya unsur hara diserap oleh tanaman, menunjukan adanya unsur-unsur beracun dan mudah larut pada tanah masam, di samping itu pH tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan organisme tanah (Hardjowigeno 2010). Tingkat kemasaman (pH) pada tanaman menghasilkan sebesar 4,72 sedangkan pada tanaman belum menghasilkan sebesar 4,79. Dapat diketahui bahwa pada tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0-6,0, tetapi pH optimumnya berada antara 5,0-5,6 (Lubis 1992). Tingkat kemasaman (pH) yang cocok berhubungan erat dengan proses dekomposisi pada ekosistem dimana tanaman ini hidup.

C-organik adalah dasar untuk mengetahui kandungan bahan organik tanah yang merupakan indikator paling penting dan menjadi kunci dinamika kesuburan tanah. Bahan organik menyediakan sumber energi bagi makro dan mikro fauna tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi meningkat. Sub ordo Gamazina memiliki hubungan positif dengan C-organik, hal ini disebabkan karena sub ordo Gamazina hidup di dalam tanah yang membutuhkan banyak makanan berupa bahan organik.

(25)

13

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Acari termasuk mikroarthropoda yang hidup pada tanah dan serasah yang berada di permukaan tanah dan semakin tua umur tanaman serasah yang ada pada permukaan tanah juga semakin banyak, hal ini menyebabkan populasi acari lebih tinggi area tanaman menghasilkan (TM) dibanding pada tanaman belum menghasilkan (TBM). Keragaman acari yang dijumpai pada perkebunan kelapa sawit di PTPN VIII tergolong rendah (<1,5), pada TM keragaman acari bulan pertama lebih tinggi dari bulan kedua sedangkan pada TBM keragaman acari bulan pertama lebih rendah dari bulan kedua. Analisis koresponden menunjukkan bahwa Gamazina merupakan kelompok fauna yang dipengaruhi oleh sifat tanah yaitu pH, Cu, C-organik, N, K, kadar air, Zn, dan Ca.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui jumlah keragaman populasi acari tanah hingga tingkat famili dan berbagai jenis acari tanah lainnya.

(26)

14

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Buku Pintar Mandor (BPM). Seri Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Lembaga Pendidikan Perkebunan.

Barnes, B. V., Donald R. Z., Shirley R. D. and Stephen H. S. 1997. Forest Ecology. 4th Edition. John Wiley and Sons Inc., New York.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Bogor (ID) Balai Besar Pengkajian. ISBN: 978-979-1415-32-3.

Coleman, D. C., D. A. Crossley, J. R. and P.F. Hendrix. 2004. Fundamentals of Soil Ecology. Academic Press. London.

Cover, T. M. and J. A. Thomas. 1991. Elements of Information Theory. John Wiley and Sons Inc. New York.

Gobat, J. M., M. Aragno and W. Matthey. 2004. The Living Soil : Fundamentals of Soil Science and Soil Biology. Science Publishers Inc. New York.

Goh K. J, Ng P. H. C, Lee C. T. 2009. Fertilizer management and productivity oil palm in Malaysia [internet]. [diunduh 2013 Desember 11]. Tersedia pada : http://www.aarsb.com.my/agroMgmt/OilPalm/FertMgmt/Research/FertMgmt &Product.pdf.

Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Hurlburtt, H. W. 1963. The Genus Asca von Heyden (Acarina: Mesostigmata) in North America, Hawaii and Europe. Acarologia. 5:480-518.

Klarner B, Maraun M, Scheu S. 2013. Thropic diversity and niche partitioning in a species rich predator guild - natural variations in stable isotope rations of mesostigmated mites. Soil Biology and Biochemistry. 57:327-333.

Krantz, G. W., Walter, D. W. 2009. The Acarology. 3rd Edition.

Lubis A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) di Indonesia. Pusat Peneltian Perkebunan Marihat Bandar Kuala. Pematang Siantar. 435 hal.

Ludwig A. J, Reynolds F. J. 1988. Statistical Ecology : A Primer on Methods and Computing. J. Wiley. New York.

Magurran, A. E. 1987. Ecological Diversity and Its Measuremen. Chapman and Hall. London.

Meyer E. 1996. Endogeic Macrofauna In : Schinner, F., R. Ohlinger, E. Kandeler, and R. Margesin [eds]. Methods in Soil Biology. Berlin: Springer-Verla. 343 hal.

Schneider, K. 2005. Feeding Biology and Diversity of Oribatids Mites. Darmstadt University.

Sastrosayono S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 65 hal.

Sebayang D, Suryati T, Adianto. 2000. Keanekaragaman dan kelimpahan artropoda tanah di hutan alami, hutan pinus, kebun sayur, dan lahan terbuka di gunung Tangkuban Perahu. Pros. Simposium Keanekaragaman Hayati Artropoda pada Sistem Reproduksi Pertanian; Cipayung, 15-18 Oktober 2000. PEI. hlm 75-79.

Suhardjono Y. R. 1985. Perbandingan Populasi Serangga Permukaan Lantai Hutan Wanariset. Kalimantan Timur. Berita Biologi 3 (3) : 104 - 107.

(27)

15 Suhardjono Y. R. 1992. Fauna Collembola Tanah di Pulau Bali dan Pulau

Lombok [Disertasi]. Jakarta: Universitas Indonesia. Program Pasca Sarjana. Suin, N. M. 1997. Ekologi Fauna Tanah. Bumi Aksara, Jakarta.

Wallwork, J. A. 1970. Ecology of Soil Animals. McGraw Hill Publishing Company Limited. London.

(28)

16

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan penetapan populasi acari tanah Tanaman Menghasilkan (TM)

Mites Sampel IS A I (individu

m-2) G1b1 G2b1 G3b1 G4b1 G5b1 Oribatida 74 75 72 50 51 64 1610 Gamazina 8 16 12 4 18 12 0,04 290 Uropodina 11 34 5 22 22 19 470 Jumlah fauna 93 125 89 76 91 Rata-rata fauna 31 42 30 25 30 Jumlah fauna/m2 775 1042 742 633 758

*Keterangan: G1b1 (gawangan 1 bulan 1),G2b1 (gawangan 2 bulan 1), G3b1 (gawangan3 bulan 1), G4b1 (gawangan 4 bulan 1) dan G5b1 (gawangan 5 bulan 1), IS (rata-rata fauna tanah), A (Luas permukaan)

Tanaman Belum Menghasilkan

Mites Sampel IS A I (individu m-2) G6b1 G7b1 G8b1 G9b1 G10b1 Oribatida 52 39 48 36 41 43 1080 Gamazina 13 7 9 9 6 9 0,04 220 Uropodina 11 1 5 3 0 4 125 Jumlah fauna 76 47 62 48 47 Rata-rata fauna 25 16 21 16 16 Jumlah fauna/m2 633 392 517 400 392

Mites Sampel IS A I (individu

m-2) G1b2 G2b2 G3b2 G4b2 G5b2 Oribatida 84 95 187 73 124 113 2815 Gamazina 12 11 25 7 23 16 0,04 390 Uropodina 9 18 6 1 3 7 185 Jumlah fauna 105 124 218 81 150 Rata-rata fauna 35 41 73 27 50 Jumlah fauna/m2 875 1033 1817 675 1250

(29)

17

Lampiran 2. Gambar lain acari pada area tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM)

Sub ordo Oribatida

Sub ordo Gamazina

Mites Sampel IS A I (individu

m-2) G6b2 G7b2 G8b2 G9b2 G10b2 Oribatida 33 16 20 16 29 23 570 Gamazina 18 9 5 11 22 13 0,04 325 Uropodina 7 0 4 3 0 3 117 Jumlah fauna 58 25 29 30 51 Rata-rata fauna 19 8 10 10 17 Jumlah fauna/m2 483 208 242 250 425

(30)

18

(31)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 27 Juli 1992 dari Bapak M. Syukur dan Ibu Nurjanah. Penulis adalah putri keempat dari empat bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 112 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Biologi Tanah pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga pernah aktif sebagai sekretaris kewirausahaan HMIT pada tahun 2011/2012. Pada bulan Maret 2014 penulis mengikuti kursus fauna tanah atas kerjasama IPB dengan GÖttingen University, Jerman.

Gambar

Gambar 2. Bagan transek pengambilan sampel   Keterangan :
Gambar 4. Populasi acari tanah pada area tanaman menghasilkan (TM) dan    tanaman belum menghasilkan (TBM)
Gambar 5. Jumlah acari tanah pada  tanaman sawit yang menghasilkan (TM) dan  tanaman belum menghasilkan (TBM) pada bulan pertama dan kedua
Gambar 6. Sub ordo Oribatida yang berbeda bentuk yang banyak                       ditemukan di area tanaman menghasilkan (TM)
+2

Referensi

Dokumen terkait

pembelajaran berbasis masalah (PBM) tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok

Bila koliform organisme ini ditemukan di dalam sampel air maka akan diambil suatu kesimpulan bahwa kuman usus patogen yang lain dapat juga ditemukan dalam sampel air tersebut di

 Pada saat bel masuk lagi berbunyi (setelah istirahat) siswa masuk kelas dengan tertib dan duduk tenang ditempatnya masing-masing..  Ketika bel pulang berbunyi, pelajaran

[r]

Dikarenakan hal tersebut, maka diperlukannya suatu penelitian yang dapat melihat tingat kesadaran dan pemahaman para pengguna teknologi khususnya kalangan Mahasiswa FTK UIN

Diagnosis kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post op yaitu objektif dalam jangka waktu 3x24 jam perawatan pasien akan menunjukan outcomes pertama

Dalam bukunya yang berjudul Pengembangan Kurikulum: Teori &amp; Praktik (2011), Idi memaparkan mengenai beberapa model pengembangan kurikulum, diantaranya: 1) model Ralp Tyler;

pendapatan bunga lebih besar dari peningkatan biaya bunga sehingga laba bank. meningkat dan CAR