• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARADIGMA DAN TEKNIK INTEGRASI ILMU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARADIGMA DAN TEKNIK INTEGRASI ILMU"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Lembaga Pengkajian & Pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (LPP AIK)

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA)

LPP AIK UHAMKA

PARADIGMA DAN TEKNIK

INTEGRASI ILMU

(2)

Ada 3 Poin

yang akan

kita bahas

pada sesi

ini, yaitu:

01

Mengenal Pengertian & Urgensi Paradigma

Ragam Paradigma dan Teknik Integrasi Ilmu

02

Panduan Teknis Islamisasi Ilmu, Pengilmuan Islam

dan Integrasi-Interkoneksi Ilmu

(3)

Apa itu paradigma?

01

George Ritzer:

Capra:

02

Paradigma adalah suatu cara pendekatan investigasi suatu objek atau titik awal

mengungkapkan point of view, formulasi suatu teori, mendesign pertanyaan atau

refleksi yang sederhana.

Paradigma adalah kumpulan konsep, nilai, persepsi, dan praktik yang dimiliki

bersama oleh suatu komunitas yang membentuk suatu visi realitas yang menjadi

landasan bagiamana komunitas itu mengatur dirinya sendiri.

Fegurson:

03

Paradigma adalah pola pikir dalam memahami dan menjelaskan suatu aspek

tertentu dari setiap kenyataan.

(4)

Apa Pentingnya

Paradigma?

Thomas Kuhn di dalam bukunya, The Structure of

Scientific Revolutions, menyatakan bahwa teori

data dalam sains bergantung pada paradigma,

dalam

mempelajari

paradigma,

ilmuan

memperoleh teori, metode dan standar sekaligus.

(hlm 107)

Seperti yang dipahami oleh Thomas Kuhn bahwa

pada dasarnya realitas sosial itu dikonstruksi oleh

mode of thougth (cara berpikir) atau mode of

inquiry (cara penyelidikan) tertentu, yang pada

gilirannya akan menghasilkan mode of knowing

(cara mengetahui) tertentu pula.

(5)

Integrasi-Interkoneksi

Ilmu

Pengilmuan

Islam

Islamisasi

Ilmu

(6)

P

ERTAMA

:

P

ARADIGMA

I

SLAMISASI

I

LMU

Paradigma islamisasi ilmu pengetahuan

dikemukakkan oleh seorang intelektual

Malaysia, kelahiran Indonesia, Sayyed

Naquib Al-Attas dan Ismail Raji

al-Faruqi

(1921-1986),

seorang

cendekiawan

Muslim

kelahiran

Palestina yang besar di Amerika.

Islamisasi

ilmu

dimaksudkan

sebagai

respons

positif

terhadap

realitas

pengetahuan modern yang sekularistik, di

satu sisi, dan Islam yang terlalu religius di

sisi lain, dalam model pengetahuan baru

yang utuh dan integral tanpa pemisahan di

antara keduanya.

(7)

TEKHNIK ISLAMISASI

MODEL AL-FARUQI

MODEL ISLAMISASI

ISMAIL AL-FARUQI

01

Penguasaan disiplin ilmu modern

Penguasaan khasanah Barat

02

Penentuan relevansi Islam bagi masing masing bidang ilmu modern.

03

Pencarian sintesa kreatif antara khasanah Islam dengan ilmu moden.

04

Pengarahan aliran pemikiran Islam ke jalan-jalan yang mencapai pemenuhan

rencana Allah SWT.

05

Adapun

program-program aksi untuk

melakukan islamisasi

ilmu ini diarahkan

oleh tujuan yang

(8)

LANGKAH-LANGKAH ISLAMISASI

MODEL AL-FARUQI

1. Penguasaan disiplin ilmu modern.

2. Survey Disiplin Ilmu

3. Penguasaan khasanah Islam

4. Analisa ilmiah terhadap khasanah ilmu pengetahuan Islam.

5. Penentuan relevansi Islam yang khas dengan disiplin-disiplin ilmu.

6. Penilaian kritis terhadap disiplin ilmu modern.

7. Penilaian kritis terhadap khasanah Islam.

8. Survey permasalahan yang dihadapi ummat Islam.

9. Survey permasalahan yang dihadapi ummat manusia.

10. Analisa kreatif dan sintesa.

11. Penuangan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka Islam.

12. Penyebarluasan disiplin ilmu yang telah diislamisasikan.

(9)

TEKHNIK ISLAMISASI

MODEL AL-ATTAS

MODEL ISLAMISASI

NAJIB AL-ATTAS

Menurut al-Attas, proses

Islamisasi Ilmu

pengetahuan dilakukan

melalui 2 proses penting,

yaitu:

Pengasingan dari watak,

kepribadian, kebudayaan dan

peradaban Barat dalam ilmu

pengetahuan, baik humaniora

maupun eksakta.

.

0

1

Pengisian ilmu

Pengetahuan dengan

unsur-unsur dan konsep-konsep kunci

Islam. Al-Atas, Sekularisme, h.

200-201)

0

2

(10)

Kedua:

Pengilmuan Islam

Gagasan Pengilmuan Islam pertama

kali diulas oleh Cendekiawan Muslim

Indonesia,

Kuntowijoyo

dalam

bukunya Islam sebagai Ilmu (2004).

Kuntowijoyo

memilih

program

keilmuan

dengan

paradigma

pengilmuan Islam daripada Islamisasi

Ilmu.

(11)

Mengapa perlunya pengilmuan Islam?

Ada tiga alasan menurut Kuntowijoyo:

 Tugas itu dikerjakan oleh

“demistifikasi Islam” Maka perlunya

ajaran Islam (Alquran & As-sunnah) untuk dihadapkan pada

realitas, baik realitas sehari-hari maupun realitas ilmiah. Dengan

kata lain dari teks ke konteks.

 Karena ilmu-ilmu tidak semuanya objektif, tetapi melalui paham2

seperti marxisme, freudianisme, darminisme dll. Maka umat Islam

sudah harusnya menjadikan Islam sebagai ilmu dengan maksud

sifat subjektif agama itu berubah menjadi sifat objektif ilmu.

 Adanya pengakuan faktor manusia. Menurut Kuntowijoyo proses

pengilmuan Islam melalui dua metode, yaitu Integralisasi dan

objektivikasi. Integralisasi

ialah mengintegralkan kekayaan

keilmuan manusia dengan wahyu, sedangkan objektivikasi ialah

menjadikan pengilmuan Islam sebagai rahmat untuk semua.

(12)

01

Integralisasi

Objektivasi

02

Cara untuk menyatukan wahyu Tuhan dengan temuan pikiran manusia, tidak akan

mengucilkan Tuhan (sekularisme), atau mengucilkan manusia (other worldly

asceticisme).

Cara pengilmjuan Islam melalui konkretisasi keyakinan internal, sehingga diterima

oleh pihak non-islam sebagai sesuatu yang natural. Contohnya adalah ilmu

ekonomi Syari’ah, yang menjadi ilmu ekonomi yang bermanfaat bagi semua

orang, semua agama, non-agama, atau bahkan anti agama.

PENGILMUAN ISLAM

MODEL KUNTOWIJOYO

Mazhab Pengilmuan Islam Kuntowijoyo, merekomendasi 2 (dua) teknik integrasi, yaitu:

(13)

Skema Pengilmuan Islam Melalui Objektivikasi

Internalisasi

• Misalnya zakat merupakan keyakinan bahwa harta

perlu dibersihkan

Eksternalisasi

• Bahwa membayar zakat itu adalah ibadah

Objektifikasi

• Suatu perbuatan (seperti zakat) disebut objektif bila

perbuatan itu dirasakan oleh orang non Islam sebagai

(14)

Lima Program Reinterpretasi Kuntowijoyo untuk Pengilmuan Islam

Mengubah Cara Berpikir Subjektif ke cara

berpikir objektif

Mengubah pemahaman yang a-historis

menjadi historis.

Dari Penafsiran Individual ke

Penafsiran Struktural

Mengubah Islam yang Normatif Menjadi

Teoritis

Merumuskan Formulasi Wahyu yang General

menjadi Formulasi yang spesifik-empiris.

Contoh: sebuah ayat Alquran yang melarang hidup berlebih-lebihan atau hidup berfoya-foya. Perlu ditafsirkan secara sturktural/system.

Contoh: adanya ayat Alquran yang memerintahkan untuk mengeluarkan zakat. Secara subjektif zakat tujuannya adalah “pembersihan” harta dan “jiwa” kita. Tapi secara objektif tujuan zakat pada instinya adalah tercapainya kesejahteraan social. Demikian juga Riba, sisi objektifnya adalah cita-cita

egaliterianisme ekonomi untuk tercapainya kesejahteraan sosial Menurut Kuntowijoyo, selama ini kita cenderung lebih menafsirkan

ayat2 Alquran pada level Normatif dan kurang memerhatikan adanya kemungkinan untuk mengembangkan norma2 itu menjadi kerangka teori ilmu. Contoh: Ketika memahami konsep tentang masakin (orang2 fakin & miskin), perlu dilihat pada konteks yang

lebih riil, lebih factual, sesuai dengan kondisi2 social, ekonomi, maupun kultural. Bukan sebagai orang2 yang sekedar dikasihani

semata. Menurut Kuntowijoyo, kalau kita bisa menformulasikan Islam secara teoritis, banyak disiplin ilmu yang secara orisinal dapat dikembangkan menurut konsep2 Alquran.

Contoh: ketika memahami kisah bangsa israil yang tertindas pada zaman Fir’aun sering hanya dipahami pada konteks zaman itu. Padahal dapat dikembangkan pemahaman bahwa kaum yang tertindas itu sebenarnya ada di sepanjang zaman dan ada pada setiap social. Oleh karena itu, kita harus menjelaskan siapakah golongan2 yang berada pada posisi tertindas itu dalam sejarah dan sekarang.

01

02

03

04

05

(15)

Ketiga:

Paradigma Integrasi-Interkoneksi

Paradigma

integrasi-interkoneksi diperkenalkan

oleh cendekiawan Muslim

Indonesia, Prof. Amin

Abdullah.

Menurut Amin Abdullah,

integrasi-interkoneksi

merupakan trialektika

antara tradisi teks

(hadlaratan-Nas), tradisi

akademik ilmiah

(hadlaratal-ilm), dan tradisi

etik kritis

(hadlaratl-falsafah).

Skema Jaring Laba-laba

(16)

LANGKAH-LANGKAH

INTEGRASI-INTERKONEKSI

MODEL AMIN ABDULLAH

Informatif

Konfirmatif

suatu displin ilmu perlu diperkaya dengan informasi yang dimiliki oleh disilin ilmu lain, sehingga

wawasan civitas akademika semakin luas. Misalnya ilmu agama yang bersifat normatif perlu

diperkaya dengan teori ilmu sosial yang bersifat historis, demikian pula sebaliknya.

Terlibat aktif dalam melakukan berbagai riset, publikasi, konsultasi, pelayanan sosial, atau pekerja

sosial yang diselaraskan dengan worldview, prinsip-prinsip etika dan nilai-nilai islami.

Korektif

Berarti suatu teori ilmu tertentu perlu dikonfrontir dengan ilmu agama atau sebaliknya,

(17)

Model Kelas Lanjutan

Paralelisasi

Komparasi

Similarisasi

Komplementasi

Komplementasi

Komparasi

menyamakan begitu saja konsep-konsep sains dengan konsep-konsep dari agama, meskipun belum tentu sama. Misalnya menyamakan ruh dengan jiwa, yang bisa mengakibatkan direduksinya agama ke taraf sains.

menganggap paralel konsep yang berasal dari Qur’an dengan konsep yangberasal dari sains karena kemiripan konotasinya tanpa menyamakan keduanya. Misalnya peristiwa isra’ mi’raj paralel dengan perjalanan ke ruang angkasa dengan menggunakan rumus fisika S = v.t (Jarak = kecepatan x waktu).

antara sains dan agama saling mengisi dan saling memperkuat satu sama lain, tetapi tetap memertahankan eksistensi masing-masing. Misalnya mafaat Puasa Ramadan untuk kesehatan yang dijelaskan dengan prinsip-prinsip diatery dari ilmu kedokteran.

membandingkan konsep/teori sains dengan konsep/wawasan agama mengenai gejala-gejala yang sama, misalnya teori motivasi dari psikologi dijabarkan dari ayat-ayat suci al-Qur’an.

asumsi-asumsi dasar dari teori ilmiah yang didukung oleh temuan-temuan empirik dilanjutkan pemikirannya secara teoritis abstrak ke arah pemikiran metafisik/ghaib, kemudian dihubungkan dengan prinsip-prinsip agama dan al-Qur’an mengenai hal tersebut. Contohnya, adanya keteraturan dan keseimbangan yang sangat menakjubkan di dalam

mengungkapkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang menunjang dan membuktikan kebenaran-kebenaran (ayat-ayat) Qur’an. Misalnya potensi madu sebagai obat yang dihubungkan dengan QS an-Nahl : 69. Atau penelitian mengenai pengalaman zikir terhadap ketenangan perasaan manusia terkait dengan QS Ar-Ra’d : 28

01

02

03

04

(18)

Model Kelas Ahli

Kelas Ahli (Waryani),

dengan teknik

Hermenuetisasi, yaitu

menghubungkan secara

triadik sirkularistik

antara religion,

philosophy dan science.

(Waryani : h.

1376-1379)

(19)

Thanks

Referensi

Dokumen terkait

Dikotomi ilmu umum dan ilmu agama yang selama ini menjadi paradigma pengembangan keilmuan dianggap sebagai salah satu sebab memudarnya bargaining pendidikan tinggi Islam

Jadi, apabila terdapat perbincangan tentang masalah islamisasi ilmu pengetahuan, sebenarnya hal itu merupakan hubungan antara ilmu pengetahuan dengan Islam yang

Dalam merealisasikan proses Islamisasi ilmu pengetahuan tersebut Al-Faruqi menetapkan tujuan dalam kerangka kerjanya yaitu: Penguasaan disiplin ilmu modern,

Respons terhadap islamisasi ilmu pengetahuan bahkan seperti pengalaman Kuntowijoyo bisa clikatakan wajar, karena di kalangan masyarakat ilmiah tertanam kuat suatu

BAB V RELEVANSI ISLAMISASI ILMU DENGAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DI UNIVERSITAS ISLAM DI INDONESIA. Pengislaman Nalar

Di samping itu islamisasi Ilmu Pengetahuan juga merupakan reaksi atas krisis sistem pendidikan yang dihadapi umat Islam, yakni adanya dualisme sistem

Gagasan islamisasi ilmu pengetahuan muncul sebagai respon atas dikotomi antara ilmu agama dan sains yang dimasukkan Barat sekuler dan budaya masyarakat modern

Hal ini mengindikasikan bahwa Islam sebagai asas normatif-inklusif memberikan kebebasan kepada umat Islam dalam mempelajari ilmu pengetahuan dengan tidak memandang