• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. misalnya: usaha kecil (small business),perusahaan kecil (small firm), usaha skala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. misalnya: usaha kecil (small business),perusahaan kecil (small firm), usaha skala"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Kecil

Baik secara lisan maupun tertulis, banyak pihak menggunakan istilah yang berbeda untuk membahas industri kecil. Di samping penggunaan istilah industri kecil (small industry), ada sejumlah penggunaan istilah lain yang bermakna sama, misalnya: usaha kecil (small business),perusahaan kecil (small firm), usaha skala kecil (small scale business), dan lain-lain. Ada yang menganggap bahwa industri kecil adalah sub sector. Anggapan ini sebaiknya diabaikan karena semua istilah mempunyai kadar yang sama.

2.1.1 Pengertian Industri Kecil

Ada beberapa lembaga pemerintah Indonesia yang membuat patokan atau standar yang menggolongkan suatu industri dapat dikategorikan sebagai industri kecil. Ukuran yang digunakan mengacu pada jumlah pekerja, permodalan maupun pemilikan. Pengertian industri kecil menurut lembaga atau departemen :

a. Badan Pusat Statistik (BPS)

BPS mendefenisikan industri kecil sebagai industri yang mempunyai tenaga kerja 5-19 orang yang terdiri dari pekerja kasar yang dibayar, pekerja pemilik dan pekerja keluarga yang tidak dibayar. Perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja lebih kecil dari 5 orang diklasifikasikan sebagai industri rumah tangga atau kerajinan rakyat.

b. Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Depperindag)

Depperindag mendefenisikan industri kecil sebagai industri kecil yang memiliki nilai investasi seluruhnya sampai dengan Rp. 200 juta diluar

(2)

8 tanah dan bangunan. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 254/MPP/Kep/1997 tanggal 28 Juli 1997.

c. Undang-undang No. 9 tahun 1999 tentang Usaha Kecil Di dalam UU No. 9/1999 ditetapkan bahwa usaha kecil adalah suatu unit usaha yang memiliki nilai asset neto (tidak termasuk tanah dan bangunan) yang melebihi Rp 200 juta, atau penjualan per tahun tidak lebih besar dari Rp 1 miliar.

d. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari :

1. bidang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan

2. perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa) e. Menurut UU No 20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan Usaha Kecil

adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut :

(1) kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan

(3)

9 (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut :

(1) kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan

(2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.1.2 Peranan Industri Kecil

Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, maka kebijakan pembangunan ekonomi bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dapat dipandang sebagai keseluruhan usaha pembangunan yang seimbang di berbagai daerah. Laju perumbuhan ekonomi suatu Negara ataupun suatu daerah tercermin dalam peningkatan pendapatan perkapita dan penyerapan tenaga kerja. Pencapaian tujuan pembangunan regional tidak terlepas dari perencanaan pembangunan sesuai potensi sumber daya yang tersedia di wilayah itu sendiri.

Agar pembangunan regional dapat memberikan manfaat bagi masyarakat maka lingkungan pembangunan pedesaan merupakan suatu proses yang membawa peningkatan kemampuan penduduk pedesaan menguasai lingkungan

(4)

10 sosial disertai peningkatan taraaf hidup masyarakatnya. Di Indonesia industri kecil merupakan tulang punggung pembangunan dan merupakan salah satu prasyarat tercapainya suatu stabilitas politik karena kemampuannya memperkecil jumlah pengangguran baik yang tinggal di daerah pedesaan maupun perkotaan. Macetnya perkembangan industri kecil sebaiknya akan menimbulkan situasi politik yang rawan karena banyaknya pengangguran di Indonesia (Kenneth James, 1993).

Peran industri kecil dalam proses pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tidak dapat diabaikan begitu saja karena selama ini usaha kecil telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan domestik. Sektor perdagangan, transportasi dan usaha kecil telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan domestik. Sektor perdagangan, transportasi dan usaha kecil ternyata berperan penting sebagai penghasil devisa. Oleh karena itu pengembangan usaha kecil dirasa cukup penting sampai 25 tahun mendatang, diproyeksikan kemampuan penyerapan tenaga kerja dari berbagai sektor seperti pertanian, jasa, industri sangat terbatas. Dalam kondisi seperti ini industri kecil diharapkan memainkan peranan khususnya dalam penyerapan tenaga kerja.

Oleh karena itu industri kecil sangat penting untuk didukung mengingat alasan-alasan berikut, pertama masalah fleksibilitas dan adaptabilitasnya didalam memperoleh bahan mentah dan peralatan. Kedua, relevansinya dengan proses desentralisasi kegiatan ekonomi guna menunjang terciptanya integrasi kegiatan pada sektor-sektor ekonomi yang lain. Ketiga, potensinya terhadap penciptaan dan perluasan kesempatan kerja bagi pengangguran, keempat peranannya dalam

(5)

11 jangka panjang sebagai basis bagi mencapai kemandirian pembangunan ekonomi, karena usaha berskala kecil umumnya diusahakan oleh pengusaha dalam negeri. 2.1.3 Kekuatan dan Kelemahan Industri Kecil

Industri kecil dalam perekonomian sendiri memiliki beberapa kekuatan. Kekuatan tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Sangat padat karya, dan persediaan tenaga kerja di Indonesia masih sangat banyak, mengikuti laju pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja yang rata-rata per tahun masih sangat tinggi, sehingga upah nominal tenaga kerja, khususnya dari kelompok berpendidikan rendah di Indonesia masih sangat relatif murah dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia dengan jumlah penduduk dan angkatan kerja yang lebih sedikit.

b. Banyak industri kecil membuat produk-produk yang bernuansa kultur seperti kerajinan dari bamboo dan rotan atau ukir-ukiran dari kayu yang pada dasarnya merupakan keahlian tersendiri dari masyarakat di masing-masing daerah. Hanya saja kelemahan pengusaha-pengusaha kecil tersebut selama ini tidak membuat hak cipta terhadap produk-produk mereka, dan tidak melakukan banyak inovasi baik dalam proses pembuatan maupun desain, sehingga produk-produk mereka akan mudah ditiru oleh orang asing dengan kualitas dan desain yang lebih baik dan memiliki hak cipta. c. Pengusaha-pengusaha kecil dan rumah tangga lebih banyak

menggantungkan diri pada uang sendiri, atau pinjaman dari sumber informal, untuk modal kerja dan investasi mereka; walaupun banyak juga yang memakai fasilitas kredit khusus dari pemerintah. Memang nilai

(6)

12 investasi tetap di industri kecil dan rumah tangga rata-rata jauh lebih rendah dari pada industri besar menengah yang bukan hanya skala usahanya yang besar tetapi proses produksinya lebih kompleks dan padat modal.

d. Secara umum kegiatan industri kecil daan rumah tangga di Indonesia masih sangat agricultured based, karena memang banyak komoditas-komoditas pertanian yang dapat diolah dalam skala kecil. Karena sektor pertanian paling tidak secara potensial merupakan sektor terbesar di Indonesia, maka sebenarnya pengembangan industri kecil di Indonesia mempunyai suatu prospek yang sangat baik termasuk yang berorientasi ekspor. Selain itu karena banyak industri kecil bergerak dibidang agroindustri, maka pada umumnya kelompok industri lebih banyak menggunakan bahan baku dan bahan penolong lokal, atau tingkat ketergantungan tehadap impor jauh lebih rendah dibandingkan intensitas impor industri besar dan menengah.

Kelemahan industri kecil terutama dalam hal kemampuan untuk bersaing masih sangat lemah, tidak hanya di pasar domestik terhadap produk-produk dari industri besar atau impor tetapi juga di pasar ekspor. Tidak hanya daya saing globalnya, tetapi juga diversikasi produk dari industri kecil di Indonesia juga rendah. Kelemahan ini juga disebabkan oleh banyak masalah-masalah yang dihadapi kelompok industri tersebut yang menjadi kendala serius bagi perkembangan serta pertumbuhannya. Masalah-masalah tersebut termasuk keterbatasan dana, baik untuk modal kerja maupun investasi, kesulitan dalam

(7)

13 pemasaran, distribusi dan penyediaan bahan baku dan input-input lainnya, keterbatasan sumber daya manusia dengan kualitas baik, pengetahuan atau wawasan yang minim mengenai bisnis, tidak adanya akses ke informasi, keterbatasan teknologi, dan lainnya. Tingkat keseriusan dari setiap masalah-masalah tersebut bervariasi, tidak hanya antara subsektor, tetapi juga antara sesama pengusaha di subsektor yang sama (Tambunan, 2008 : 118).

2.1.4 Tantangan, Kendala, Dan Peluang Usaha

Melihat sangat banyaknya usaha kecil dan menengah di Indonesia, hal ini sudah pasti menyerap banyak tenaga kerja dan terjadinya pemerataan pendapatan. Kondisi ini menjadikan pemerintah wajib memberikan dukungan kepada usaha kecil dan menengah. Hal ini dimungkinkan, karena tantangan, kendala yang dihadapi oleh usaha kecil dan menengah cukup tinggi, tetapi peluangnya sangat prospektif. Adapun kendala, tantangan, dan peluang usaha yang dimaksud adalah seperti berikut:

1. Tantangan yang dihadapi usaha kecil dan menengah a. GATT/WTO

b. AFTA tahun 2003 c. APEC tahun 2020

d. Blok-blok perdagangan dan investasi lain

2. Kendala yang dihadapi usaha kecil dan menengah a. Kualitas sumber daya manusia rendah

b. Tingkat produktivitas & kualitas produk dan jasa rendah c. Kurangnya teknologi dan informasi

(8)

14 d. Faktor produksi, sarana & prasarana belum memadai

e. Aspek pendanaan & pelayanan jasa pembiayaan

f. Iklim usaha yang belum mendukung (peraturan perundangan persaingan sehat)

g. Koordinasi pembinaan belum berjalan 3. Peluang usaha kecil dan menengah

a. Adanya komitmen politik pemerintah

b. Pembangunan yang makin berkeadilan dan transparan c. Ketersediaan SDM yang berkualitas (eks PHK) d. Sumber daya lama yang beraneka ragam e. Terpuruknya usaha-usaha pengusaha besar f. Apresiasi US dolar yang sangat tinggi.

Adanya tantangan dan kendala yang dihadapi oleh usaha kecil dan menengah, yang diimbangi dengan peluang usaha yang terbuka dengan lebar, tentunya tidak akan dibiarkan begitu saja oleh pemerintah. Hal ini tentu saja harus dicarikan jalan keluar dengan sebaik-baiknya. Apalagi pemerintah menyadari usaha kecil dan menegah masih dapat menyerap tenaga kerja di tengah situasi perekonomian yang sedang terpuruk.

Melihat kondisi ini, tentunya bagi pengusaha kecil dan menengah harus dijadikan tonggak awal bagi pengembangan dan kesempatan usaha yang seluas-luasnya, terutama untuk menggantikan posisi pengusaha besar yang sedang terpuruk. Pemerintah tentunya akan membantu pengusaha kecil dan menengah

(9)

15 untuk mengembangkan usaha, tanpa melihat besar atau kecilnya skala usaha yang dilakukan

2.1.5 Pengembangan Industri Kecil

Faisal Basri (2010:153) menjelaskan bahwa untuk pengembangan industri kecil di masa yang datang ada 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Dalam konteks kebijakan, peran penting pemerintah hendaknya menjamin terintegrasinya kepentingan industri kecil dalam kebijakan makro ekonomi dan tidak diskriminatif. Pengembangan industri kecil tidak hanya berdasarkan atas azas pemerataan tetapi lebih terkait dengan kelangsungan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja.

b. Di tingkat kelembagaan, mekanisme kerjasama antara lembaga pemerintahan, swasta maupun swadaya harus dikembangkan berdasarkan pembagian kerja fungsional.

c. Prioritas pengembangan industri kecil haruslah dalam konteks pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja. Ini berarti pengembangan infrastuktur haruslah diorientasikan kepada pola distribusi sumber daya yang merata terhadap pelaku ekonomi yang ada.

Inti dari pengembangan industri kecil sebagaimana dikemukakan di atas pada dasarnya terletak pada upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya sumber daya manusia yang bermutu, maka industri kecil akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi industri kecil yang tangguh. Hingga saat ini sebenarnya sudah banyak yang dilakukan pemerintah untuk membantu industri kecil. Mulai dari menciptakan banyak credit schemes dari perbankan,

(10)

16 keharusan BUMN menyisihkan sebagian dari profitnya untuk membantu industri kecil, menciptakan sentra-sentra, hingga gerakan nasional kemitraan usaha. Tetapi sayangnya fakta menunjukkan bahwa hingga saat ini kinerja industri kecil negara-negara lain seperti Taiwan, Singapura, dan Korea Selatan. program-program pemerintah selama ini ternyata tidak terlalu efektif (Tambunan, 2008:221).

Menurut Tambunan salah satu penyebabnya adalah bahwa selama ini pemerintah belum memiliki visi yang jelas mengenai peranan industri kecil di dalam perekonomian Indonesia, dan hal ini sangat mempengaruhi kebijaksanaan pengembangan industri kecil selama ini. Industri kecil dianggap penting hanya sebagai salah satu instrument politik untuk menanggulangi masalah-masalah kemiskinan dan ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Industri kecil tidak hanya dilihat sebagai suatu kelompok unit usaha yang seharusnya terintegrasi sepenuhnya didalam dunia usaha nasional secara nyata. Industri kecil harus dilihat sebagai unit usaha yang terintegrasi sepenuhnya dengan industri menengah dan besar di dalam industri nasional. Peranan pemerintah juga harus berubah. Peranan pemerintah dalam mendukung industri kecil dan menengah hanyalah sebagai fasilisator, stimulator, regulator, dan stabilisator.

Hal utama yang perlu dilakukan pemerintah, khususnya pemerintah daerah setempat, bukan memberikan segala macam fasilitas-fasilitas kemudahan seperti credit schemes dengan suku bunga murah, melainkan menghilangkan segala market distortions, termasuk pemerintah harus hand-off dari segala macam pengaturan-pengaturan tata niaga yang kenyataanya selama ini hanya memperbesar distorsi pasar yang lebih merugikan industri kecil itu sendiri.

(11)

17 2.1.6 Pendapatan

Dalam mengukur ekonomi seseorang atau rumah tangga, salah satu konsep pokok yang paling sering digunakan adalah melalui tingkat pendapatannya. Pendapatan menunjukkan seluruh uang yang diterima sesorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi. Pendapatan dapat juga diuraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterima pekerja atau buruh, baik berupa fisik maupun non fisik selama ia melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan, instansi, atau pendapatan selama bekerja. Setiap orang bekerja berusaha memperoleh pendapatan dengan jumlah yang maksimal agar bisa memenuhi kebutuhan hidup. Tujuan utama para pekerja yang bersedia melakukan berbagai pekerjaan adalah untuk mendapatkan pendapatan yang cukup bagi dia dan keluarganya. Dengan terpenuhinya kebutuhan hidup rumah tangganya, maka kehidupan sejahtera akan tercapai. menurut Nurmansyah Hasibuan, upah adalah segala macam bentuk penghasilan (carmings) yang diterima buruh atau pekerja baik berupa uang maupun barang dalam jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.

Peraturan pemerintah tahun 1982 tentang perlindungan upah dalam pasal 1: “ Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pekerjaan kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu perjanjian atau peraturan perundang-undangan dan dibayangkan atas dasar perjanjian kerja antara perusahaan dan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya”. Para pekerja lebih mengutamakan pendapatan real agar kebutuhan

(12)

18 mereka secara minimal dapat dipenuhi dengan perhitungan yang tepat. Karena tenaga beli upah (uang) tersebut sangat dipengaruhi oleh harga umum barang-barang konsumsi atau biaya hidup.

2.2 Sumber Daya Energi

Sumber Daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya. Sumber Daya Alam dan Energi bisa meliputi semua yang terdapat di bumi baik yang hidup maupun benda mati, berguna bagi manusia, terbatas jumlahnya dan pengusahaannya memenuhi kriteria-kriteria teknologi, ekonomi, sosial dan lingkungan. Sumber Daya Energi terdiri dari sumber daya alam non-hayati mineral patra, yaitu minyak bumi dan gas bumi, mineral lain seperti batubara dan uranium, sumber daya alam energi di luar ait dan minyak/gas bumi, seperti panas bumi, surya, angin, arus laut, pasang surut, panas laut serta sumber daya alam hayati seperti kayu bakar. Energi itu sendiri dapat berupa energi kimiawi, listrik, gelombang, nuklir, mekanis dan panas.

2.2.1 Jenis Sumber Daya Energi

Jenis-jenis Sumber Daya Energi dapat dibedakan atas dua yaitu (James 2011:24) : 1. Sumber Daya Energi Terbarukan

Sumber Daya Energi Terbarukan adalah sumber daya energi yang dapat diperbaharui atau dapat diisi kembali atau tidak terhabiskan (renewable/ replenishable/ non-exhaustible) adalah sumber daya energi yang bisa dihasilkan sumber daya energi yang berkelanjutan. Tenaga surya, angin dan sistem pasang surut merupakan sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui.

(13)

19 2. Sumber Daya Energi Tidak Terbarukan

Sumber Daya Energi yang tidak dapat diperbaharui atau diisi kembali atau terhabiskan (non-renewable/ non- replenishable/ exhaustible) adalah sumber daya energi yang habis sekali pakai. Misalnya: minyak bumi, gas bumi dan batubara. 2.2.2 Kelangkaan Sumber Daya Energi

Makin menipisnya sumber daya energi menimbulkan kekhawatiran mandeknya perekonomian. Dengan menganalogikan industri sebagai penduduk dan batubara sebagai makanan, kenaikan harga batubara akan menghilangkan daya saing di pasar barang-barang manufaktur. Begitu juga isu-isu untuk jenis-jenis sumber daya energi lain, meskipun kecenderungan sumber daya energi tersebut ada yang segera dapat diatasi pada periode berikutnya sejalan dengan berkembangnya teknologi.

Usaha manusia untuk menghindari semakin langkanya sumber daya energi telah banyak dilakukan. Usaha tersebut diwujudkan antara lain dalam bentuk subtitusi dalam proses produksi, subtitusi dalam konsumsi dan inovasi teknologi hemat sumber daya energi. Subtitusi dalam produksi dapat dilakukan dengan mengubah kombinasi masukan maupun penggantian masukan dengan subtitusinya. Subtitusi dalam konsumsi antara lain dengan mengganti barang-barang konsumsi tanpa mengubah kualitas/kegunaan konsumsi. Inovasi teknologi untuk memperoleh pemanfaatan sumber daya energi terbesar nampaknya terus mengalami kemajuan.

Akan tetapi meskipun usaha-usaha mengatasi kelangkaan sumber daya energi terus diupayakan namun kelangkaan ternyata masih menjadi momok bagi

(14)

20 sebagian masyarakat. Perbedaan kondisi tersedianya sumber daya energi akan membatasi pertumbuhan potensial suatu perekonomian sebab kelangkaan sumber daya energi dalam segala bentuknya akan sangat mempengaruhi ruang gerak dalam berproduksi. Pembangunan ekonomi mencakup pengertian yang sangat luas dan tidak hanya sekedar menaikkan pendapatan per kapita per tahun saja, bahkan indikator PNB sebagai, sebagai indikator utama, tidak selalu dapat menggambarkan suksesnya suatu pembangunan. Indikator-indikator yang lain seperti pendidikan, distribusi pendapatan, jumlah penduduk miskin juga menunjukkan keberhasilan pembangunan.

Menurut Sukirno, tujuan dari pembangunan ekonomi adalah mencapai kesejahteraan masyarakat yang ditujukan oleh kecenderungan kenaikan pendapatan per kapita dalam jangka panjang. Tujuan pembangunan tidak saja berorientasi pada kemakmuran ekonomi atau peningkatan pendapatan masyarakat, tetapi juga harus menyentuh aspek-aspek non ekonomi.

2.2.3 Peranan Energi dalam Pembangunan di Indonesia

Energi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi tercapainya sasaran pembangunan. Peranan energi untuk pembangunandi Indonesia mencakup dua hal yaitu sebagai sumber dana pembangunan (penerimaan pemerintah) yang berasal dari devisa (ekspor) dan yang utama untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri yang dibutuhkan dalam pembangunan.

• Peranan energi sebagai sumber penerimaan negara

Penerimaan negara dari sektor minyak dan gas bumi (penerimaan migas) memberikan sumbangan yang cukup penting dalam perekonomian

(15)

21 Indonesia. Walaupun peranan migas dalam hal penerimaan negara relatif semakin menurun, namun dalam jangka waktu lima tahun terakhir, rata-rata penerimaan migas masih mencakup yaitu sekitar 30% dari total penerimaan negara. Dimana sektor non-migas lebih mendominasi terutama di sektor pajak. Besarnya penerimaan dari sektor migas dipengaruhi antara lain oleh besarnya tingkat produksi minyak mentah dan kondesat, volume ekspor LNG dan LPG, harga minyak mentah dan biaya produksi. Unsur lain yang juga penting dan mempengaruhi besarnya penerimaan minyak dan gas adalah nilai tukar mata uang (kurs).

2.2.4 Listrik Sebagai Sumber Daya Energi

Energi listrik merupakan sarana produksi maupun sarana kehidupan sehari-hari yang memegang peranan penting dalam upaya mencapai sasaran pembangunan. Sebagai sarana produksi, tersedianya energi listrik dalam jumlah dan mutu pelayanan yang baik serta yang terjangkau merupakan penggerak utama dan sangat mendorong laju pembangunan di berbagai sektor lain. Pembangunan di berbagai sektor ini penting bagi tercapainya tujuan pembangunan seperti meningkatkan pendapatan nasional, mengubah struktur ekonomi, menciptakan tenaga kerja yang pada gilirannya akan menuntut akan tersedianya energi listrik. Disamping itu, tersedianya energi listrik yang merata. Minyak bumi, gas dan batubara dan panas bumi merupakan sumber daya energi yang dimanfaatkan untuk memproduksi listrik. Pemanfaatannya sebagai pemasok untuk memproduksi listrik di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Keterbatasan cadangan minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri menyebabkan

(16)

22 pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk melakukan diversifikasi energi. Untuk sektor Pembangkit Listrik Negara (PLN) bentuk diversifikasi ini telah dapat dirasakan dengan berdirinya pusat-pusat pembangkit listrik tenaga air, gas, maupun panas bumi. Salah satu bentuk energi yang sudah siap untuk digunakan oleh konsumen (energi final), energi listrik merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk mencapai sasaran pembangunan nasional, sehingga perlu diusahakan serasi, selaras dan serempak dengan tahapan pembangunan nasional. Hal ini berarti bahwa sasaran pembangunan ketenagalistrikan harus selalu menunjang setiap tahapan pembangunan nasional baik dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun dalam mendorong peningkatan ekonomi.

2.2.5 Peranan Energi Listrik Dalam Pembangunan

Listrik membawa peranan penting dalam pembangunan, bahkan tingkat pemakaian listrik telah menjadi salah satu ukuran bagi perkembangan dan kemajuan suatu negara. Aspek-aspek kehidupan manusia dalam masyarakat telah banyak dikuasai oleh listrik; mulai dari kegiatan yang paling kecil sampai kepada yang besar sekalipun. Bagaimana pentingnya peranan listrik dapat ditinjau dari penggunaannya untuk beberapa bidang antara lain: bidang produksi seperti industri dan pabrik, bidang penelitian dan riset, bidang pertahanan dan keamanan, bidang komunikasi dan media massa, bidang rumah tangga dan lain sebagainya.

Hal tersebut menunjukkan pentingnya peranan listrik dalam pembangunan. Demikian juga halnya untuk perbaikan kesehatan, pendidikan dan sebagainya, peranan listrik ini sangat menentukan. Ini mengandung arti bahwa dalam

(17)

23 pelaksanaan program pembangunan, penyediaan energi listrik harus diutamakan, sehingga dengan demikian dapat membantu bidang-bidang lainnnya.

2.3 Pemadaman Listrik

Pemadaman listrik bergilir yang sering terjadi di Indonesia belakangan ini sangat meresahkan masyarakat. Apalagi yang terjadi secara tiba-tiba. Kehidupan modern saat ini sangat tidak memungkinkan tanpa adanya energi listrik. Manusia membutuhkannya hampir disemua lini kehidupan. Baik dirumah tangga, pertokoan, perkantoran, pabrik, rumah sakit, sekolah, dijalanan, ataupun ditempat-tempat umum lainnya.

Kebutuhan listrik di Indonesia saat ini sebagian besar disupply dari sumber energi fosil. Dalam beberapa waktu terakhir ini, harga minyak, gas dan batu bara mengalami kenaikan yang sangat berarti. Cadangan sumber energi pun semakin menipis dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari IEA (International Energy Agency), cadangan untuk minyak bumi akan bertahan sampai sekitar 41 tahun, gas bumi sekitar 67 tahun, dan batu bara sekitar 192 tahun ke depan.

Kalau data tersebut dipecah lagi berdasarkan kontribusi per negara, Indonesia khususnya, termasuk dalam peringkat 13 dunia untuk cadangan gas bumi, peringkat 15 dunia untuk cadangan batu bara, dan peringkat 27 dunia untuk minyak bumi dengan nilai kontribusi sebesar 0,29 persen cadangan dunia.

Dari segi konsumsi listrik, rata rata watt/kapita untuk Indonesia adalah 55,3 watts. Jauh jika dibandingkan dengan Amerika1460 watt/kapita dan Jerman 753 watt/kapita. Itupun dengan kenyataan bahwa masih ada 1/3 rakyat Indonesia yang belum mendapat akses listrik (data Susenas).

(18)

24 Permasalahan listrik kita karena kurangnya perhatian yang serius dari pemerintah akan masa depan dan kesejahteran generasi negeri ini kedepan! Kedengarannya sepele tapi dampaknya seperti saat ini (krisis energi). Bagaimana tidak, permasalahan sebenarnya sederhana, karena tidak seimbangnya permintaan dan penawaran. Kenaikan permintaan tidak dibarengi dengan pasokan listrik yang memadai. Peradaban makin modern dan perubahan gaya hidup cenderung meningkatkan permintaan. Semakin tinggi pendapatan masyarakat, tingkat konsumsi non makanan seperti hiburan (elektronik, TV, gaming, internet, dll) juga meningkat. Data proyeksi konsumsi listrik kita ada tapi tindakan preventifnya yang nihil.

Kembali ke masalah supply tadi, teori ekonomi klasik mengatakan apabila supply terbatas maka harga akan terpengaruh naik. Tapi tidak di Indonesia karena ada skim subsidi dan harga (Biaya produksi Rp. 1300 per kwh, harga jual Rp 630 per kwh), akibatnya penawaran terbatas, pemain baru/investor enggan masuk karena tidak profitable disebabkan harga jual ditentukan pemerintah sedangkan biaya input mengikuti pasar. Belum lagi dengan raw materialnya (batu bara) lebih menguntungkan bagi produsen apabila dijual keluar daripada ke lokal (Rp. 400 ribu dibanding Rp. 270 ribu per ton).

Kalau sistem energi kita dibuka, masyarakat akan punya pilihan. Mau pilih harga subsidi tapi sering byarpet alias mati lampu atau harga normal tapi tentunya dengan pelayanan yang lebih baik. Kebijakan ini nantinya juga akan meningkatkan kebiasaan berhemat di masyarakat. Mereka akan berpikir dua kali

(19)

25 untuk membiarkan listrik menyala tanpa diperlukan. Ibarat pulsa hp, akan disayang sayang dan hanya digunakan jika benar benar perlu.

Kemudian dari sudut pemerintah mengapa subsidi dipertahankan lebih karena alasan politis, meredam gejolak akar bawah dan mengamankan kekuasaan. Program jangka pendek untuk memenuhi hayat hidup segelintir orang bukan jangka panjang untuk hayat hidup orang banyak. Bukankah orang tua yang bijak akan tetap mengobati anaknya yang sakit meski terkadang obatnya pahit.

Dampak harga tentu akan mempengaruhi sektor ekonomi lain. Setiap upaya liberalisasi harga listrik untuk masyarakat golongan bawah sebanyak 10 persen, menyebabkan income riil golongan rumah tangga turun sampai sekitar 5,26 persen (Makmun-Abdurahman, 2003). Dan tentunya menyebabkan permintaan terhadap sektor industri akan berkurang. Hal ini bisa diikuti dengan upaya meningkatkan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan, dan merangsang sektor industri untuk menciptakan produk yang bernilai tambah dan utiliti tinggi.

Untuk input faktor (batu bara) sebaiknya diberlakukan sistem quota untuk memenuhi kebutuhan nasional terlebih dahulu baru kemudian diekspor. Ingat kasus palm oil, kenapa harga minyak goreng waktu itu tinggi padahal kita produsen utama. Karena pemerintah tidak menetapkan sistem quota terhadap produsen. Tetapi begitu harga minyak turun, produsen minta-minta untuk dilindungi.

Sementara untuk masyarakat diberikan penyuluhan atau edukasi tentang hemat energi secara personal dan disiarkan (live on tv), bukan sekedar anjuran

(20)

26 berupa iklan layanan masyarakat. Baik itu dari sistem energi, penghitungan pemakain listrik, tips berhemat, sampai ke pemilihan perangkat elektronik. Kalau kebiasaan ini terbentuk dimasyarakat, otomatis para produsen elektronik pun berinovasi dan kreatif menciptakan produk hemat energi. Semoga byarpet listrik nusantara segera dapat teratasi (http://www.alpensteel.com/article/106-225-pemadaman-listrik/2192--pemadaman-listrik-bergilir-di-indonesia).

2.4 Penelitian Terdahulu

Hafnida. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Jumlah Daya Listrik di Kota Medan. Variabel Y adalah jumlah daya listrik di Kota Medan, X1 adalah jumlah alat yang menggunakan listrik, X2 adalah jumlah tanggungan keluarga dan X3 adalah luas bangunan rumah. Metode analisis data yang digunakan adalah OLS (Ordinary Least Square) dan datanya diperoleh dari kuesioner (primer). Variabel X1, X2 dan X3 memberikan pengaruh positif terhadap Y. Dimana X1 mempengaruhi Y sebesar 118,9406, X2 mempengaruhi Y sebesar 94,73930 dan X3 mempengaruhi Y sebesar 0,916075.

2.5 Kerangka Konseptual

Pemadaman listrik secara berkala merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh PLN (Perusahaan Listrik Negara) yang disebabkan karena kurangnya pasokan listrik yang dimiliki oleh negara kita. Pemadaman biasanya selama empat jam setiap harinya. Pemadaman listrik secara berkala ini mengakibatkan penambahan biaya produksi.

Dengan adanya pemadaman listrik secara berkala menyebabkan para pelaku usaha mikro kecil mencari solusi agar mereka tetap beroperasi pada saat

(21)

27 pemadaman listrik terjadi. Untuk itu mereka menggunakan genset. Pemakaian genset ini sudah pasti meningkatkan biaya produksi, semenatara untuk tetap menarik minat para konsumen pelaku usaha mikro tidak membebankan biaya tambahan pada saat pemadaman listrik.

Pendapatan usaha mikro merupakan hasil berupa uang yang dihasilkan oleh pengusaha mikro dalam waktu satu bulan. Peningkatan atau penurunan pendapatan suatu usaha dapat dipengaruhi oleh berbagai, dalam penelitian ini yang mempengaruhi jumlah pendapatan pengusaha mikro adalah pemadaman listrik.

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Analisis Pengaruh Pemadaman Listrik secara Berkala Oleh PLN Terhadap Kegiatan Usaha Mikro di Kecamatan Medan

Baru X1 (Pemadaman Listrik Secara Berkala) Y (Pendapatan Usaha Mikro) D (Pemakaian Genset)

(22)

28 2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.

1. Pemadaman Listrik Secara Berkala berpengaruh negatif terhadap pendapatan usaha mikro di Kecamatan Medan Baru.

2. Pemakaian Genset berpengaruh negatif terhadap Pendapatan Usaha Mikro di Kecamatan Medan Baru.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Penghimpunan, pengelolaan, pendistribusian zakat pada LAZIS UMS dan Baitul Maal Gozis memiliki kesamaan dan perbedaan dalam sistem penerapan akuntansi yang

Untuk menentukan subgrup- subgrup dari grup siklik hingga n dapat dilakukan melalui grup bilangan bulat modulo n dengan operasi penjumlahan Zn. hal ini disebabkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) sebagian besar siswa SMA di Timor Leste memiliki pandangan yang positif terhadap profesionalitas guru fisika;(2)

Perlakuan tersebut antara lain adalah dengan cara diberi sesaji dan dijamasi (disucikan dengan menggunakan air bunga dan disertai dengan pembacaan mantra dan pembakaran

Teknologi java dapat digunakan untuk pembuatan aplikasi database , jaringan, web, ataupun grafis Keberhasilan itu tak lepas dari campur tangan Sun Microsystem yang

Hasil penelitian untuk jumlah tunas menunjukkan bahwa eksplan pada media ½ MS dengan konsentrasi BAP 2,5 ppm mengalami peningkatan pada semua umur pengamatan dan

Siswa sebagian besar menuangkan pesan, ide atau gagasannya menggunakan pola pengembangan dengan teknik deduktif, hasil pembelajaran menulis naskah pidato pada

Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di lingkungan Badan Pengawas Pemilu dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan ASN dengan memperhatikan syarat kompetensi,