• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

III.1. Objek Penelitian

III.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk didirikan berdasarkan akta notaris Raden Kadiman No. 137 tanggal 31 Maret 1950. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusannya No. J.A.5/12/10 tanggal 31 Maret 1950 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 30 tanggal 12 Mei 1950, tambahan No.136. Perusahaan yang awalnya berbentuk Perusahaan Negara, berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan Akta No. 8 tanggal 4 Maret 1975 dari Notaris Soeleman Ardjasasmita, S.H. sebagai realisasi Peraturan Pemerintah No. 67 tahun 1971. Perubahan ini telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 68 tanggal 26 Agustus 1975.

Perseroan telah memperoleh persetujuan untuk melakukan Penawaran Umum Perdana sesuai dengan persetujuan privatisasi dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang tertuang dalam Surat Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia No.PW.01/5972/DPRRI/IX/2009 tanggal 16 September 2009, dan persetujuan RUPS yang dituangkan dalam Akta No. 24 tanggal 16 Nopember 2010, dibuat dihadapan Fathiah Helmi, SH, Notaris di Jakarta dan persetujuan pemegang saham Perseroan, antara lain berkenaan dengan jumlah saham baru dan harga penawaran, yang dituangkan dalam

(2)

tanggal 26 Januari 2011. Disamping itu, hal ini telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 4 Tahun 2011 tanggal 11 Januari 2011 tentang Perubahan Struktur Kepemilikan Saham Negara melalui Penerbitan dan Penjualan Saham Baru pada Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Penerbangan Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

Sejarah penerbangan komersial di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari masa-masa perjuangan rakyat Indonesia dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sejarah ini dimulai pada tahun 1948 saat Presiden Soekarno menghimbau kepada pengusaha dan rakyat Aceh untuk menghimpun dana guna pembelian pesawat terbang guna menunjang mobilitas pemimpin pemerintahan. Maka terkumpulah sejumlah uang untuk membeli sebuah pesawat tipe Douglas DC-3 Dakota yang kemudian diberikan registrasi RI-001 diberi nama Seulawah yang berarti gunung emas.

Berhubung jadwal penerbangan cukup padat maka pesawat RI-001 harus menjalani perawatan yang dilakukan di luar negeri. Pada 7 Desember 1948 pesawat RI-001 mendarat di Calcutta untuk memulai perawatan. Namun ketika sedang menjalani perawatan di India, tentara Belanda melancarkan agresi militer kedua pada tanggal 19 Desember 1948 sehingga setelah perawatan selesai pesawat RI-001 tidak dapat kembali ke Indonesia.

Pada saat yang bersamaan, Pemerintah Burma tengah memerlukan angkutan udara. Dalam rangka menutupi beban operasional maka diputuskan pesawat RI-001 disewakan kepada pemerintah Burma. Akhirnya pada tanggal 26

(3)

Januari 1949 pesawat RI-001 tersebut diterbangkan dari Calcutta ke Rangoon dan diberikan nama Indonesian Airways.

Nama Garuda diberikan oleh Presiden Soekarno yang mengutip sajak Bahasa Belanda gubahan pujangga terkenal Noto Soeroto: “Ikben Garuda, Vishnoe’s vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw einladen” yang artinya “Aku adalah Garuda, burung milik Wishnu yang membentang sayapnya menjulang tinggi di atas kepulauanmu”.

Tanggal 28 Desember 1949 pesawat tipe Douglas DC-3 Dakota dengan registrasi PK-DPD dan sudah dicat dengan logo Garuda Indonesian Airways terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Ini merupakan penerbangan pertama kali dengan nama Garuda Indonesian Airways.

Garuda Indonesia kemudian resmi menjadi perusahaan negara pada tahun 1950, dimana pada saat itu Garuda Indonesia memiliki 38 buah pesawat yang terdiri dari 22 jenis DC3, 8 pesawat laut Catalina dan 8 pesawat jenis Convair 240. Armada perusahaan terus berkembang hingga pada tahun 1956 untuk pertama kalinya Garuda Indonesia membawa penumpang jamaah Haji ke Mekkah. Pada tahun 1961 pesawat jenis turboprop lockheed electras bergabung dengan jajaran armada Garuda Indonesia. Pada tahun 1965 Garuda Indonesia memulai perjalanan terbangnya ke Eropa dengan tujuan akhir di Amsterdam.

Sepanjang tahun 80an armada Garuda Indonesia dan kegiatan operasionalnya mengalami restrukturisasi besar-besaran yang menuntut perusahaan merancang pelatihan yang menyeluruh bagi karyawannya dan mendorong perusahaan mendirikan Pusat Pelatihan Karyawan (Garuda Training

(4)

Centre) yang terletak di Jakarta Barat. Selain pusat pelatihan, Garuda Indonesia juga membangun Pusat Perawatan Pesawat (Garuda Maintenance Facility / GMF) di bandara internasional Soekarno-Hatta.

Di masa awal 90an strategi jangka panjang Garuda Indonesia disusun hingga melampaui tahun 2000. Armada juga terus ditingkatkan sehingga di masa itu Garuda Indonesia termasuk dalam 30 besar di dunia.

Sejak awal tahun 2005 tim manajemen yang baru mulai membuat perencanaan bagi masa depan Garuda Indonesia. Di bawah kendali manajemen baru, Garuda Indonesia melaksanakan evaluasi ulang dan restrukturisasi perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi kegiatan operasional, membangun kembali kekuatan keuangan, menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam memahami pelanggan, dan yang terpenting adalah memperbaharui dan membangkitkan semangat Garuda Indonesia.

Bagi perusahaan, pelayanan dalam kegiatan operasional merupakan kunci indikator kinerja. Pengukuran strategi yang melibatkan restrukturisasi pada seluruh rantai pelayanan (service chain) menegaskan komitmen perusahaan untuk menjadi perusahaan yang berorientasi pada pelanggan.

Restrukturisasi perusahaan yang di dalamnya juga mencakup restrukturisasi hutang mencatat sukses sebagaimana tercermin dalam laba yang diraih perusahaan di tahun 2009 yang melebihi Rp 1 triliun. Dalam kerangka restrukturisasi hutang, perusahaan memiliki pemegang saham yang baru per akhir Desember 2009 yaitu Bank Mandiri yang memiliki 10,6% saham di perusahaan melalui penyelesaian hutang Obligasi Konversi senilai Rp 1,02

(5)

triliun, sehingga per akhir Desember 2009 struktur kepemilikan saham perusahaan adalah Pemerintah Republik Indonesia (85,8%), PT Bank Mandiri (10,6%), PT Angkasa Pura I (1,4%), PT Angkasa Pura II (2,2%).

Garuda Indonesia memiliki gedung manajemen baru di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta yang didukung oleh 5.075 orang karyawan yang tersebar di kantor pusat dan 43 kantor cabang. Pada akhir Desember 2009, Garuda Indonesia mengoperasikan 70 pesawat yang terdiri dari 3 pesawat jenis Boeing 747-400, 6 pesawat jenis Airbus 300, 4 pesawat jenis Airbus 330-200 dan 57 pesawat jenis B-737 (seri 300, 400, 500 & 800). Pesawat ini melayani lebih dari 50 rute tujuan domestik dan internasional serta lebih dari 10 juta pelanggan.

III.1.2. Visi, Misi, Tujuan, dan Nilai Perusahaan Visi

Menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan Indonesia.

Misi

Sebagai perusahaan penerbangan pembawa bendera bangsa (flag carrier) Indonesia yang mempromosikan Indonesia kepada dunia guna menunjang pembangunan ekonomi nasional dengan memberikan pelayanan

Tujuan Perusahaan

Tujuan perusahaan adalah menjadi maskapai penerbangan terkemuka dengan reputasi yang sejajar dengan maskapai kelas dunia lainnya. Sedangkan sasaran

(6)

perusahaan yang hendak dicapai adalah menciptakan perusahaan yang terus tumbuh dan berkembang dengan keuntungan yang berkelanjutan.

Nilai Perusahaan

Tata nilai perusahaan disebut sebagai FLY-HI yang terdiri dari: 1. eFficient & effective

Insan Garuda Indonesia senantiasa melakukan tugas yang diembannya secara teliti, tepat dan akurat dalam waktu sesingkat mungkin dan tenaga serta biaya seefisien mungkin tanpa mengorbankan kualitas. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menjamin pelanggan memperoleh layanan yang berkualitas.

2. Loyalty

Insan Garuda Indonesia dapat melaksanakan setiap tugas yang didelegasikan kepadanya dengan penuh dedikasi, tanggung jawab dan disiplin. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menjamin konsistensi kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan.

3. customer centricity

Insan Garuda Indonesia senantiasa penuh perhatian, siap membantu dan melayani. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menempatkan pelanggan sebagai pusat perhatian.

4. Honesty & openness

Insan Garuda Indonesia harus selalu jujur, tulus dan ikhlas dalam menjalankan seluruh aktivitasnya dan melakukan komunikasi dua arah yang jelas dan transparan dengan memperhatikan prinsip kehatihatian, serta tetap

(7)

menjaga kerahasiaan. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menjamin keamanan, keselamatan dan kenyamanan pelanggan. 5. Integrity

Insan Garuda Indonesia harus menjaga harkat dan martabat serta menghindarkan diri dari perbuatan tercela yang dapat merusak citra profesi dan perusahaan. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menjamin layanan dan relasinya dengan pelanggan berjalan bersih secara hukum dan moral.

III.1.3. Struktur Organisasi dan Informasi Perusahaan III.1.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. memiliki struktur organisasi yang terdiri atas dewan komisaris, dewan direksi, komite-komite dan kepala divisi. Susunan personalia pejabat Garuda Indonesia berdasarkan laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tahun 2010 adalah sebagai berikut:

DEWAN KOMISARIS

No Nama Jabatan

1. Hadiyanto Komisaris Utama

2. Sahala Lumban Gaol Komisaris

3. Wendy Aritenang Komisaris

4. Adi Rahman Adiwoso Komisaris

5. Abdulgani Komisaris Independen

DEWAN DIREKSI

No Nama Jabatan

1. Emirsyah Satar Direktur Utama 2. Elisa Lumbantoruan Direktur Keuangan

(8)

3. Hadinoto Soedigno Direktur Teknik 4. Agus Priyanto Direktur Niaga 5. Achirina Direktur SDM & Umum 6. Capt. Ari Sapari Direktur Operasi 7. Elisa Lumbantoruan Pjs. Direktur Strategi & TI

KOMITE AUDIT

No Nama Jabatan

1. Adi Rahman Adiwoso Ketua merangkap Anggota Independen 2. Adi Dharmanto Anggota Independen

3. Etty Retno Wulandari Anggota KOMITE KEBIJAKAN CORPORATE GOVERNANCE

No Nama Jabatan

1. Wendy Aritenang Ketua

2. Baitul Ihwan Anggota

3. G. Suprayitno Anggota

KOMITE KEBIJAKAN RISIKO

No Nama Jabatan

1. Sahala Lumban Gaol Ketua

2. Asril Fitri Syamas Anggota

3. Lily Rosilawaty Sihombing Anggota PEJABAT KEPALA DIVISI

No Nama Jabatan

1. Sri Mulyati Vice President Internal Audit

2. Ike Andriani Vice President Corporate Secretary

3. Pujobroto Vice President Corporate Communication

(9)

Gambar III.1. Struktur Organisasi Garuda Indonesia sumber : Annual Report Garuda Indonesia tahun 2010

BOARD OF COMMISSIONER AUDIT COMMITTEE CORPORATE GOVERNANCE POLICY  COMMITTEE  RISK POLICY COMMITTEE

(10)

III.1.3.2. Tugas dan Tanggung Jawab

Uraian pekerjaan berupa tugas dan tanggung jawab pengurus Perusahaan adalah:

1. Dewan Komisaris, memiliki tugas antara lain:

a. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan direksi dalam pengurusan perusahaan termasuk memberi nasehat kepada direksi mengenai pelaksanaan RJPP, RKAP serta ketentuan-ketentuan anggaran dasar dan keputusan RUPS dan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Memantau efektivitas praktik GCG yang diterapkan perusahaan dan bilamana perlu melakukan penyesuaian.

c. Melakukan tugas lainnya yang secara khusus diberikan kepada komisaris menurut anggaran dasar, peraturan perundangan yang berlaku dan/atau berdasarkan RUPS.

2. Direksi

Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Tugas direktur utama adalah mengkoordinasikan kegiatan direksi. Tanggung jawab Direksi yang sesuai dengan bidang kerjanya adalah sebagai berikut:

a. Direktur Niaga bertanggung jawab terhadap pencapaian sales, revenue

dan services melalui pengelolaan network, marketing, revenue dan service

(11)

b. Direktur Operasi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan operasi penerbangan, melalui pengelolaan awak pesawat, ground operations,

flight dispatch, operation control dan dukungan operasional lainnya. c. Direktur Teknik bertanggung jawab terhadap penjaminan ketersediaan

pesawat yang airworthy melalui pengendalian dan pengelolaan kualitas perawatan pesawat.

d. Direktur Strategi dan Teknologi Informasi bertanggung jawab terhadap perumusan strategi dan perencanaan jangka panjang serta dukungan teknologi informasi yang handal.

e. Direktur Keuangan bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan perusahaan melalui pengelolaan treasury, budget, akuntansi dan aset. f. Direktur SDM & Umum bertanggung jawab terhadap pengelolaan sumber

daya manusia serta layanan administrasi dan umum. 3. Komite Audit

Komite audit membantu komisaris dalam menelaah informasi keuangan perusahaan sebelum diterbitkan, dan memantau laporan penilaian audit internal kepada komite termasuk komisaris dalam hal risiko-risiko yang dihadapi perusahaan dan penerapan manajemen risiko oleh direksi. Komite audit juga menelaah serta melaporkan kepada komisaris segala persoalan menyangkut perusahaan.

4. Komite Kebijakan Corporate Governance

Komite Kebijakan Corporate Governance bertugas membantu Dewan Komisaris dalam hal mengkaji kebijakan GCG yang berlaku di PT Garuda

(12)

Indonesia (Persero) Tbk secara menyeluruh serta menilai konsistensi penerapannya.

5. Komite Kebijakan Risiko

Tugas komite ini adalah membantu dewan komisaris dalam mengkaji sistem manajemen risiko yang terintegrasi, telah disusun dan diimplementasikan oleh perusahaan serta menilai toleransi risiko yang dapat diambil perusahaan.

6. Corporate Safety Committee

Komite ini khusus dibentuk untuk membahas kebijakan yang berkaitan dengan keselamatan penerbangan, yang secara umum memiliki tugas dan wewenang untuk:

a. Membantu mempertahankan dan meningkatkan kualitas operasional dan memastikan keselamatan penerbangan (operational quality and safety assurance)

b. Memeriksa dan memberikan laporan tingkat kepatuhan atas seluruh hal-hal dan aspek-aspek yang dipersyaratkan (mandatory items) oleh standar perusahaan dan standar internasional, termasuk standar teknis penerbangan (technical standard) dan standar keselamatan penerbangan (flight aviation safety standard)

7. Audit Internal

Satuan Pengawasan Intern (SPI) bertanggung jawab secara administratif kepada direktur utama dan secara fungsional kepada komite audit. Audit internal bertujuan memberikan jasa konsultasi dan evaluasi yang independen

(13)

dan obyektif melalui analisa, penilaian, rekomendasi dalam lingkup internal control, serta tata kelola dan manajemen risiko untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan.

8. Audit Eksternal / Akuntan Publik

Fungsi pengawasan independen terhadap aspek keuangan perusahaan dilakukan dengan melaksanakan pemeriksaan audit eksternal yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik. Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris No: 035/DEKOM/KEU-12/IX/09 tanggal 15 September 2009 Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio & Rekan (Deloitte Touche Tohmatsu) ditunjuk sebagai Auditor Independen Perusahaan yang akan melakukan audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi, Evaluasi Kinerja, Laporan Keuangan PKBL, Excess Cash Report dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundangundangan dan Pengendalian Intern Garuda Indonesia. 9. Sekretaris Perusahaan

Dalam struktur organisasi perusahaan, corporate secretary bertanggung jawab secara langsung kepada direktur utama dan bertanggung jawab dalam menangani hubungan dengan publik dan pihak-pihak internal serta menangani data-data perusahaan.

III.1.4. Kondisi Bisnis Perusahaan III.1.4.1. Ringkasan Keuangan

Pendapatan usaha Garuda Indonesia terdiri atas penerbangan berjadwal, penerbangan borongan, dan pendapatan lainnya. Penerbangan berjadwal

(14)

mencakup pendapatan dari penumpang, kargo, kelebihan bagasi, dan surat atau dokumen. Sementara penerbangan borongan mencakup layanan penerbangan haji dan charter. Pendapatan usaha Garuda Indonesia pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 36,6% menjadi Rp 19.349.675.420.104,- dibandingkan tahun 2007. Pada tahun 2009 pendapatan usaha Garuda Indonesia sebesar Rp 17.860.373.610.109,- mengalami penurunan 7,7% dari pendapatan usaha tahun 2008. Penurunan pendapatan usaha tahun 2009 disebabkan oleh menurunnya pendapatan berjadwal sebesar 9,4% dan pendapatan lainnya sebesar 5,3%, walaupun pada tahun 2009 pendapatan borongan meningkat sebesar 1%. Selanjutnya pada tahun 2010 pendapatan usaha kembali mengalami peningkatan yakni mencapai Rp 19.534.331.480.504.

Laba usaha Garuda Indonesia tahun 2008 hingga 2009 bervariasi sejalan dengan performa pendapatan usaha. Laba usaha tahun 2008 mencapai Rp 1.353.207.252.631,- dengan margin laba usaha sebesar 6,99%. Pada tahun 2009, laba usaha mengalami penurunan sebesar 32,2% menjadi Rp 918.288.915.596,-. Akibatnya margin laba usaha turun menjadi 5,14%. Sedangkan pada tahun 2010 Garuda Indonesia mengalami rugi usaha yang mencapai Rp 67.159.351.704, yang diakibatkan oleh peningkatan jumlah beban usaha walaupun pendapatan usaha juga mengalami peningkatan.

Laba bersih pada tahun 2008 mencapai Rp 975.048.626.198,- dengan demikian margin laba bersih sebesar 5,04%. Pada tahun 2009, laba bersih Garuda Indonesia juga mengalami peningkatan menjadi Rp 1.018.615.935.445,-. Sebagai akibatnya margin laba bersih tahun 2009 menjadi 5,7%. Untuk tahun

(15)

2010, laba bersih Garuda Indonesia mengalami penurunan yang cukup drastis yakni mencapai Rp 515.521.855.691,-.

Jumlah aset Garuda Indonesia tercatat tahun 2008 mencapai Rp 15.303.831.403.492,-. Pada tahun 2009 jumlah aset mengalami penurunan sebesar 3,3% menjadi Rp 14.802.423.237.228,-, seiring dengan penurunan sebesar 8,9% dalam aset lancar dan 0,8% dalam aset tidak lancar. Tahun 2010 jumlah aset Garuda Indonesia juga mengalami penurunan hingga mencapai Rp 13.666.017.921.179,- seiring dengan penurunan dalam aset lancar dan tidak lancar.

Kewajiban lancar Garuda Indonesia tahun 2008 sebesar Rp 7.085.154.280.368,-. Sedangkan tahun 2009 jumlah kewajiban lancar mengalami penurunan menjadi Rp 6.347.677.546.808,- antara lain disebabkan oleh penurunan hutang usaha secara signifikan dari Rp 2.069.528.072.930,- di tahun 2008 menjadi Rp 1.266.936.961.689,- di tahun 2009. Kewajiban tidak lancar pada akhir tahun 2008 naik mencapai Rp 6.802.696.302.093,-. Pada tahun 2009 kewajiban tidak lancar mengalami penurunan yang besar sehingga nilainya mencapai Rp 5.233.722.113.811,- yang disebabkan oleh penurunan hutang jangka panjang dan penyelesaian obligasi konversi dari Rp 1.018.809.000.000,- di tahun 2008 menjadi nihil di tahun 2009. Kewajiban lancar di tahun 2010 juga mengalami penurunan hingga mencapai Rp 5.241.275.472.939,-

Ekuitas perusahaan terus mengalami peningkatan yang berarti. Pada tahun 2008 ekuitas mencapai Rp 1.366.535.125.263,-. Pada tahun 2009 ekuitas meningkat hingga mencapai Rp 3.214.070.614.401,- sejalan dengan laba bersih

(16)

pada tahun 2009 dan adanya peningkatan modal disetor yang merupakan penyertaan Bank Mandiri terkait dengan penyelesaian hutang Obligasi Konversi kepada Bank Mandiri. Tahun 2010 jumlah ekuitas juga mengalami peningkatan hingga mencapai Rp 3.457.261.695.881,-.

III.1.4.2. Kegiatan Usaha Perusahaan

Dalam pelaksanaan operasi, Garuda Indonesia memiliki Strategic Business Unit (SBU) dan anak perusahaan yang turut menunjang kinerja perusahaan. Strategic Business Unit (SBU) adalah sebuah unit usaha mandiri yang berada di dalam lingkup perusahaan yang berorientasi pada optimasi sumber daya untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Unit ini memberikan hasil produksi dan layanan jasa kepada pelanggan baik di dalam maupun di luar perusahaan. Garuda Indonesia memiliki 3 SBU yang bertanggung jawab kepada Direksi, yaitu Garuda Sentra Medika (GSM), Garuda Cargo dan Citilink (Low Cost Carrier).

1. SBU Garuda Sentra Medika

SBU Garuda Sentra Medika (GSM) memiliki visi menjadi pusat penyedia layanan kesehatan terkemuka yang menjadi pilihan utama di kalangan perusahaan penerbangan dan BUMN di Indonesia. Pada awal didirikannya, GSM dimaksudkan untuk menunjang bisnis Garuda Indonesia dengan menjadi pemimpin di bidang jasa pelayanan kesehatan penerbangan (aviation medical services) dan mengembangkan usaha jasa pelayanan kesehatan yang terkait dengan usaha penerbangan. Dengan berjalannya

(17)

waktu, GSM diharapkan dapat mengembangkan bisnis kesehatan yang handal dengan standar yang tinggi sehingga mampu menjadi mandiri dan bersaing dengan industri sejenis.

2. SBUCargo

SBU Cargo menangani pelayanan jasa angkutan barang melalui transportasi udara. Karena SBU Cargo belum mengoperasikan pesawat freighter yang mampu mengangkut kargo secara khusus, SBUCargo saat ini hanya menjual muatan kargo pesawat yang terdapat di penerbangan reguler.

3. SBUCitilink

SBU Citilink melayani kebutuhan pelayanan penerbangan dengan pendekatan low cost carrier yang menargetkan segmen budget traveler di pasar domestik. Hingga 31 Desember 2009, Citilink mengoperasikan 2 pesawat Boeing 737-300 dan 1 pesawat Boeing Boeing 737-400 dengan 38 kokpit dan 50 awak kabin. Citilink melayani 7 rute dengan poros di Surabaya yang menghubungkan jaringan Ampenan, Banjarmasin, Balikpapan, Batam, Jakarta, Kupang dan Makassar.

Garuda Indonesia juga memiliki beberapa anak perusahaan yaitu PT Aerowisata, PT Abacus Distribution Systems Indonesia, PT Garuda

Maintenance Facility Aero Asia dan PT Aero Systems Indonesia. 1. PT Aerowisata

PT Aerowisata didirikan di Jakarta pada tanggal 30 Juni 1973 dengan misi mengembangkan usaha jasa yang berkaitan dengan industri pariwisata dan

(18)

hospitality. Susunan pengurus PT Aerowisata selengkapnya adalah sebagai berikut:

Komisaris Utama : Emirsyah Satar

Komisaris : Abdulgani

Komisaris : A. Anshari Ritonga

Direktur Utama : Alexander Maneklaran Direktur Keuangan dan Pengembangan Usaha : Doddy Virgianto 2. PT Abacus Distribution Systems Indonesia

Merupakan perusahaan yang bergerak di penyedia jasa teknologi informasi dan komunikasi. Visi perusahaan adalah menjadi salah satu GDS (Global Distribution Systems) dan penyedia jasa teknologi dan komunikasi terdepan di Indonesia. Ruang lingkup kegiatan meliputi bidang jasa sistem komputerisasi reservasi, menyewakan perangkat komputer kepada biro-biro perjalanan, menyediakan fasilitas pelatihan kepada karyawan biro perjalanan dan menyediakan petugas yang dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi oleh biro perjalanan dalam mengoperasikan computerized reservation systems (CRS). Susunan pengurus PT Abacus DSI adalah sebagai berikut:

Komisaris Utama : Agus Priyanto Komisaris : Achirina Komisaris : Tan Kien Hui

Direktur Utama : Widjaya Hadinukerto 3. PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia

(19)

Didirikan pada tanggal 26 April 2002 untuk melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang jasa perbaikan dan perawatan pesawat terbang serta bidang lainnya yang berkaitan dengan jasa perbaikan dan perawatan pesawat terbang serta memupuk keuntungan bagi perseroan dengan menyelenggarakan jasa perbaikan dan perawatan pesawat terbang termasuk engine dan komponennya. Susunan pengurus PT Garuda MFAA adalah sebagai berikut:

Komisaris Utama : Emirsyah Satar Komisaris : Hadinoto Soedigno Direktur Utama : Richard Budihadianto Wakil Direktur Utama : Agus Sudaryo

Direktur Personalia & Umum : Hanrozan Haznam Direktur Keuangan : Gatot Satriawan 4. PT Aero Systems Indonesia

Sebelumnya dikenal dengan nama PT Lufthansa Systems Indonesia, yang berdiri sejak tahun 2005. Ruang lingkup kegiatan ASI meliputi bidang jasa konsultasi dan rekayasa sistem teknologi informasi serta jasa pemeliharaan kepada perusahaan-perusahaan penerbangan dan industri-industri lainnya. Susunan pengurus PT ASI adalah sebagai berikut:

Komisaris Utama : Eddy Porwanto

Komisaris : Hadinoto Soedigno

(20)

Direktur Utama : Rian Alisjahbana Direktur Keuangan : Firdaus Muchtar Direktur Operasional : Ridwan Irianto 5. PT Gapura Angkasa

PT Gapura Angkasa adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengadaan jasa pelayanan teknis penanganan pesawat udara di darat (ground-handling)

dan penunjang usaha penerbangan. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memiliki penyertaan kepemilikan sebesar 37,5% pada anak perusahaan ini.

III.2. Desain Penelitian

III.2.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari situs web Garuda Indonesia dan Singapore Airlines. Penelitian ini membutuhkan data berupa laporan keuangan perusahaan yaitu laporan keuangan Garuda Indonesia serta laporan keuangan Singapore Airlines. Penelitian ini juga mengumpulkan data-data yang relevan dari perpustakaan Universitas Bina Nusantara, literatur-literatur, dan situs internet.

III.2.2. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu analisis yang didasarkan pada kondisi objek yang akan diteliti. Analisis yang akan dilakukan penulis terhadap objek adalah analisis strategi bisnis dengan menggunakan analisis Porter, analisis akuntansi, serta analisis keuangan yakni

(21)

berupa analisis vertikal dan horizontal, analisis rasio keuangan, analisis Du Pont, dan analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow analysis).

III.2.3. Metode Penyajian Data

Metode penyajian data yang digunakan penulis atas data-data hasil analisis disajikan dalam bentuk diagram dan narasi untuk menjelaskan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan Singapore Airlines. Data hasil analisis terhadap laporan keuangan Singapore Airlines digunakan sebagai pembanding dalam analisis rasio keuangan.

Singapore Airlines digunakan sebagai pembanding dalam melakukan analisis rasio keuangan karena perusahaan ini merupakan salah satu competitor

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk di wilayah Asia Tenggara. Selain itu, Singapore Airlines digunakan sebagai pembanding disebabkan karena tidak ada laporan keuangan competitor maskapai penerbangan di Indonesia yang tersedia untuk publik, selain PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang merupakan satu-satunya perusahaan maskapai penerbangan yang telah go public di Indonesia.

Gambar

Gambar III.1. Struktur Organisasi Garuda Indonesia  sumber : Annual Report Garuda Indonesia tahun 2010

Referensi

Dokumen terkait

Bertanggung jawab untuk mengadakan kelas-kelas edukatif dan kreatif bersama para ahli. Selain itu, event planner juga bertanggung jawab mengadakan event-event yang

a) Bertindak sebagai pimpinan cabang dan bertanggung jawab pada direktur utama atas semua operasional cabang. b) Memimpin kegiatan pemasaran dalam perbankan.

Dalam struktur organisasi, penulis merupakan bagian dari divisi multimedia dan media sosial (Multimedia & Social Media), khususnya video journalist yang menangani media

Suzuki Indomobil Motor International menganut struktur organisasi fungsional yang terpusat, dimana setiap fungsional bertanggung jawab atas 3 fungsi

Pemimpin Redaksi adalah orang yang pertama bertanggung jawab terhadap semua isi dari penerbitan surat kabar. Selain itu juga bertanggung jawab jika terdapat tuntutan hukum

Struktur organisasi yang baik akan mempermudah control intern bagi perusahaan tanggung jawab dari setiap karyawan dalam menjalankan tugas masing-masing sangat

Kepala Bagian Outfitting Membantu dan bertanggung jawab kepada kepala depatemen produksi dalam mengurus bagian outfitting mesin kapal.. Kepala Bagian K3 Membantu dan bertanggung jawab

Kontraktor pelaksana juga bertanggung jawab langsung kepada pemilik proyek untuk melaksanakan pekerjaan yang diawasi oleh tim pengawas dan pemilik proyek jika ada masalah di lapangan