SKRIPSI
OLEH
ASMADI HAMID
09C10404082
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
ASMADI HAMID
09C10404082
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Permasalahan kemiskinan masih menjadi persoalan bagi negara
berkembang termasuk Indonesia. Penanggulangan kemiskinan cenderung parsial
dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat belum dioptimalkan.
Oleh karena itu diperlukan suatu upaya yang bersifat sistemik dan menyeluruh
untuk mengurangi angka kemiskinan. Salah satu pendekatan yang dilakukan
adalah pemberdayaan masyarakat dalam berbagai sektor dan tingkatan wilayah.
Hal inilah yang melatarbelakangi dibentuknya Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) sehingga diharapkan dapat terjadi
harmonisasi prinsip-prinsip dasar, pendekatan, strategi serta berbagai mekanisme
dan prosedur pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat sehingga proses
peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat berjalan lebih efektif dan efisien
(PNPM, 2008).
PNPM-MP diluncurkan pemerintah guna peningkatan efektifitas
penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Melalui PNPM-MP
dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang
melibatkan unsur masyarakat mulai tahap perencanaan, pelaksanaan hingga
pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran
kritis dan kemandirian masyarakat terutama masyarakat miskin dapat ditumbuh
kembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan sebagai subyek
Kondisi kesejahteraan sosial dewasa ini dibuktikan dengan tingginya
angka kemiskinan, angka pengangguran, angka putus sekolah, dan meningkatnya
jumlah anak kurang gizi. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
pada bulan Maret 2009, tingkat kemiskinan sebesar 14,15 %, dengan Indeks
Kedalaman Kemiskinan sebesar 2,50% dan Indeks Keparahan Kemiskinan
sebesar 0,68. Kondisi ini menunjukkan bahwa warga negara yang mengalami
kemiskinan sebesar 14,15%, hal ini menunjukkan bahwa pembanguan ekonomi di
Indonesia selama ini mengalami distorsi (distorted development), (BPS Hasil
Sensus Penduduk 2009).
Menurut Midgley (2005) pembangunan yang terdistorsi adalah
pembanguan ekonomi yang tidak sejalan dengan atau kurang berdampak pada
peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat secara luas. Atau dengan perkataan
lain pembanguam ekonomi yang mengalami distorsi apabila keuntungan dari
pembangunan tidak mampu menyentuh dan meningkatkan taraf kesejahteraan
masyarakat secara menyeluruh dan menurunkan jumlah angka kemiskinan secara
bermakna.
Program penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan melalui Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, dengan melibatkan
koordinasi Bank Indonesia melalui program keuangan mikro bersama Bank
Pembangunan Daerah (BPD) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bekerja sama
dengan lembaga-lembaga keuangan milik masyarakat seperti Lembaga Dana dan
Kredit Pedesaan (LDKP) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Program
telah mengedepankan aspek pemberdayaan, meskipun keberasilannya belum
sesuai harapan.
Ruang lingkup kegiatan PNPM-Mandiri pada dasarnya terbuka bagi
semua kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati
masyarakat meliputi: (1) Penyediaan dan perbaikan prasarana/sarana lingkungan
permukiman, sosial, dan ekonomi secara padat karya; (2) Penyediaan sumber daya
keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan
ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang lebih besar perlu diberikan bagi
kaum perempuan dalam memanfaatkan dana bergulir ini; (3) Kegiatan terkait
peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan mempercepat
pencapaian target MDGs. Dana bergulir yang diberikan kepada setiap kelompok
perempuan pada PNPM-Mandiri, sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi rumah
tangga baik di desa maupun perkotaan (kelurahan). Dana bergulir yang diberikan
kepada kelompokkelompok masyarakat (terutama kaum perempuan) diharapkan
dapat digulirkan kembali kepada kelompok lain sehingga perputaran uang
semakin cepat dan banyak kaum perempuan yang tersentuh program tersebut.
Selama pelaksanaan pemberdayaan masyarakat khususnya dalam bentuk dana
bergulir (simpan pinjam) yang dirasa kurang adalah manajemen pengelolaan
keuangan, serta pembinaan pada kecakapan hidup atau keterampilan (skill) yang
bersifat bisa mendukung usaha kelompok kaum perempuan (PNPM. 2010)
Upaya pendukung pengembangan lembaga keuangan mikro adalah :
1. Adanya perundang-undangan atau aturan dan kebijakan yang kurang
memadai
3. Tidak ada ketegasan atau keberanian untuk melakukan pinalti terhadap
Koperasi simpan pinjam atau usaha simpan pinjam yang melanggar
4. Adanya ketidak jelasan tanggung jawab pembinaan dan pengembangan
koperasi simpan pinjam selama masa transisi pada penerapan UU
No.25/1999 mengenai otonomi daerah.
Oleh karena itu diperlukan kerjasama antar pihak yang terkait dalam
memperbaiki kelemahan yang ada dalam mengembangkan SPP PNPM-MP .
Dimana simpanan anggota akan disalurkan kembali dalam bentuk pinjaman
kepada anggota yang memerlukan. Keanggotaan SPP PNPM-MP pada
prinsipnya bebas bagi semua orang yang memenuhi untuk menjadi anggota dan
orang-orang dimaksud mempunyai kegiatan usaha atau mempunyai kepentingan
ekonomi yang sama, misalnya SPP PNPM-MP dengan anggotanya pedagang,
SPP PNPM-MP dengan anggotanya petani, dan SPP PNPM-MP dengan
anggotanya nelayan. Dengan melihat peranan penting SPP PNPM-MP dalam
pembangunan pertanian dan perekonomian nasional seperti yang telah di ketahui
bahwa manfaat dari koperasi ini sangat banyak antara lain yaitu membantu
orang–orang yang kurang mampu, dengan tujuan untuk mensejahterakan
masyarakat luas.
Peranan SPP PNPM-MP disini untuk dapat membantu para petani yang
ada di Desa Gunong Nagan, dalam hal ini PNPM-MP bertindak membeli semua
hasil panen para petani untuk di jual kembali dengan harga yang sesuai dengan
harga pasar. Biasanya saat panen tiba, para pedagang masuk ke Desa untuk
memonopoli semua hasil pertanian. Para pedagang membeli hasil pertanian
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan suatu
penelitian dalam bentuk skripsi yang diberi judul: “Peran SPP PNPM-MP Dalam Meningkatkan Pendapatan Istri Petani di Desa Gunong Nagan
Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya”
1.2 Rumusan Masalah
Bedasarkan Latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana rata-rata pendapatan Istri Petani
sebelum dan sesudah menjadi anggota SPP PNPM-MP Desa Gunong Nagan
Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya?.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan
tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata pendapatan Istri
Petani sebelum dan sesudah menjadi anggota SPP PNPM-MP Desa Gunong
Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, manfaat yang akan diperoleh
dengan diadakannya penelitian ini:
1. Bagi Petani
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan
informasi bagi seluruh Istri petani dalam hal pengambilan keputusan untuk
2. Penulis
Menambah wawasan penulis sebagai bahan perbandingan antara teori yang
telah dipelajari dengan praktek yang diterapkan berdasarkan hasil data dari
Kantor di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya
dan hasil pengamatan dilapangan.
3. Bagi Pemerintah Daerah
Hasil penelitian dan analisis yang didapat diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk menentukan kebijaksanaan
dalam memberikan bantuan modal usaha bagi petani di Desa Gunong Nagan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PNPM Mandiri Pedesaan
PNPM merupakan program penanggulangan kemiskinan yang
melibatkan koordinasi Bank Indonesia melalui program keuangan mikro bersama
Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bekerja
sama dengan lembaga-lembaga keuangan milik masyarakat seperti Lembaga Dana
dan Kredit Pedesaan (LDKP) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
Program pengentasan kemiskinan yang telah dilakukan pemerintah secara
konseptual telah mengedepankan aspek pemberdayaan, sayang hasil yang
diharapkan belum sesuai dengan tujuan yang ditetapkan (Sri Widayati. 2013).
Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program
pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Dalam pelaksanaannya, program
ini memusatkan kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin di wilayah
perdesaan. Program ini menyediakan fasilitasi pemberdayaan masyarakat atau
kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk
Masyarakat (BLM) kepada masyarakat secara langsung. Besaran dana BLM yang
dialokasikan sebesar Rp 750 juta sampai Rp 3 miliar per kecamatan, tergantung
jumlah penduduk (Pedoman Umum PNPM Mandiri), (Sri Widayati. 2013).
Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat diajak
terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses
perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana
dan pelestariannya. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah
binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen
Dalam Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari
alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana hibah dari sejumlah lembaga
pemberi bantuan di bawah koordinasi Bank Dunia (Sri Widayati. 2013).
Sri Widayati (2013) menjelaskan bahwa pengelolaan dana bergulir pada
PNPM pada hakekatnya melibatkan 3 (tiga) unsur dalam hal ini yaitu :
1. Unit Pengelola Kegiatan (UPK) sebagai pengelola dan penyalur seluruh
dana bergulir di tingkat kecamatan.
2. Kelompok peminjam sebagai pengelola dan sekaligus penyalur dana
bergulir kepada anggotanya pada tingkat desa.
3. Tim pengelola kegiatan di desa sebagai fasilisator antara kelompok
peminjam dan UPK di tingkat kecamatan
Perguliran dana diberikan kepada kelompok-kelompok yang ada di desa
yang bersangkutan, dalam arti individu masyarakat yang belum tergabung dalam
kelompok tidak dapat memanfaatkan dana bergulir. Adapun mekanisme
pelaksanaan dana bergulir diawali oleh kelompok peminjam sebagai
pemanfaat dana bergulir, dengan cara pengajuan proposal pinjaman kepada
Penganggungjawab Operasional Kegiatan (PJOK). Proposal tersebut pemaparkan
tentang data anggota kelompok. Besarnya jumlah pinjaman paling sedikit Rp
1.500.000.- sampai dengan Rp 2.000.000.- dan terbesar adalah diatas 2.000.00,-
(menggunakan jaminan surat) dengan tingkat suku bunga sebesar 1,5% perbulan
UPK menjalankan kegiatan simpan pinjam pada kelompok SPP layaknya
lembaga keuangan, dengan menjalankan salah satu peran yaitu memberikan kredit
pada masyarakat. Masyarakat dalam hal ini Kelompok SPP bila ingin melakukan
pinjaman maka prosedur/mekanisme yang ditempuh sama halnya bila mengajukan
pinjaman di lembaga keuangan, yaitu persyaratan yang harus dipenuhi (tanpa
jaminan), tingkat suku bunga pinjaman, dan kewajiban angsuran dalam waktu satu
bulan. Sedangkan sanksi terhadap peminjam yang wanprestasi dikenakan pada
kelompok (Sri Widayati. 2013).
Di tingkat desa UPK dibantu oleh TPK, dalam hal ini TPK tidak
memiliki kewenangan untuk pengambilan kebijakan, akan tetapi lebih
menjalankan funsifungsi administratif keuangan. Dan dalam pelaksanaan
fungsi-fungsi administratif tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan. TPK menerima
(termasuk menagih) angsuran dari kelompok SPP kemudian menyetorkan kepada
UPK. Penyaluran dana bergulir pada PNPM oleh UPK kepada kelompok SPP
layaknya lembaga keuangan, dengan menjalankan salah satu peran yaitu
memberikan kredit pada masyarakat. Masyarakat dalam hal ini Kelompok SPP
bila ingin melakukan pinjaman maka prosedur/mekanisme yang ditempuh sama
halnya bila Kelembagaan ekonomi memiliki peran strategis dalam upaya
pemenuhan kebutuhan pencairan, pengaturan kegiatan produksi, menimbun atau
mendistribusikan kekayaan yang ada. Kelembagaan ekonomi lokal (bank lokal
dan lembaga keuangan mikro) merupakan lembaga yang harus dapat bertahan dan
dapat meningkatkan peran dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
yang ada, oleh karena itu harus ada satu upaya yang sistematis dalam melakukan
masyarakat dengan kontek pemenuhan kebutuhan masyarakat (Haeruman dan
Eriyatno. 2001).
Haeruman dan Eriyatno (2001) mengemukakan sebagian peran dari
kelembagaan ekonomi lokal adalah sebagai lembaga pembiayaan
usaha/perbankan. Salah satu peran dari bank dan atau lembaga non bank adalah
menyalurkan dana kepada masyarakat (lending) dalam bentuk kredit. Bila dilihat
dari kegiatan dari UPK adalah menyalurkan dana dalam bentuk kredit kepada
masyarakat (usaha ekonomi mikro), maka UPK dapat dikatakan sebagai lembaga
pembiayaan (walaupun terbatas). Pada lembaga keuangan mikro ini dapat
menumbuhkan minat masyarakat di pedesaan untuk berusaha atau menumbuhkan
pengusaha-pengusaha kecil di perdesaan, yang pada akhirnya dapat membantu
program pemerintah yaitu untuk:
1. Meningkatkan produktifitas usaha masyarakat kecil di pedesaan.
2. Meningkatkan pendapatan penduduk desa.
3. Menciptakan lapangan kerja baru di pedesaan, sehingga dapat memperkecil
keinginan masyarakat pedesaan melakukan urbanisasi.
4. Menunjang program pemerintah dalam mengupayakan pemerataan
pendapatan penduduk desa dan upaya pengentasan kemiskinan.
2.1.1 Prinsip PNPM Mandiri Perdesaan
Menurut Sri Widayati (2013) Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan yaitu
a. Bertumpu pada pembangunan manusia. PNPM Mandiri Perdesaan memiliki
prinsip bahwa setiap kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia seutuhnya.
b. Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk
berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan
secara mandiri.
c. Desentralisasi. PNPM Mandiri Perdesaan memberikan kewenangan
pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan mengenai kewilayahan
dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah atau masyarakat sesuai dengan
kapasitasnya.
d. Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilakukan harus
mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin serta
kelompok masyarakat yang kurang beruntung.
e. Partisipasi atau keterlibatan masyarakat. masyarakat terlibat secara aktif
dalam setiap proses pengambilan keputusan prencanaan, pemantauan, dan
pelaksanaan pembangunan serta secara gotong royong melaksanakan
pembangunan.
f. Kesetaraan dan Keadilan Gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai
kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam
menikmati manfaat kegiatan pembangunan secara adil.
g. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan di dalam semua
kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan dilakukan secara musyawarah dan
h. Transparansi dan Akuntabilitas. Masyarakat harus memiliki akses atas
segala informasi proses pengambilan keputusan pembangunan, sehingga
pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan, baik secara moral, legal, teknis dan administratif.
i. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan untuk
pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak, dan yang memberikan
manfaat sebanyak-banyaknya kepada masyarakat dengan mendayagunakan
secara optimal berbagai sumber daya yang terbatas.
j. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan
kemiskinan diarahkan untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar
pelaku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.
k. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan pembangunan harus
mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat,
yang tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan.
2.1.2 Konsep Pengelolaan PNPM Mandiri Perdesaan
Menurut Ismawan (2001) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perdesaan berada dibawah binaan Departemen Dalam Negeri
(Depdagri), Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Ditjen
PMD) sebagai instansi pelaksana. PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan di
tingkat kecamatan. Dalam membantu pengelolaan program secara nasional,
dibentuk Tim Koordinasi yang terdiri dari Menko Kesra, Bappenas, Depdagri,
Departemen Keuangan, dan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah di
Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) bertindak sebagai Pimpinan
Proyek (Pimpro) atau sebagai Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PjOK).
2.1.3 Konsep Cara Kerja PNPM Mandiri Perdesaan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perdesaan memiliki tujuan, yakni meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan melalui berbagai tahapan kegiatan dalam sebuah siklus kegiatan
(Suman, 2007). Tahap-tahapan tersebut adalah:
a. Informasi dan sosialisasi. Tahapan ini dilakukan dalam beberapa cara,
diantaranya lokakarya di berbagai tingkat pemerintahan, dan forum-forum
musyawarah masyarakat. Setiap desa dilengkapi papan informasi sebagai
salah satu media penyebaran informasi dan membuka kerjasama dengan
berbagai pihak (media massa, akademisi, dan anggota dewan).
b. Proses Perencanaan Partisipatif. Dilaksanakan mulai dari tingkat dusun,
desa dan kecamatan. Masyarakat memilih Fasilitator Desa (FD) untuk
mendampingi proses sosialisasi dan perencanaan. FD mengatur pertemuan
kelompok, termasuk pertemuan khusus perempuan untuk kegiatan Simpan
Pinjam Perempuan (SPP), untuk membahas kebutuhan dan prioritas usulan.
c. Seleksi Proyek di Tingkat Desa dan Kecamatan. Masyarakat melakukan
musyawarah di tingkat desa dan antardesa (kecamatan) untuk memutuskan
usulan prioritas dan layak didanai. Musyawarah terbuka bagi segenap
anggota masyarakat untuk menghadiri dan memutuskan jenis kegiatan.
d. Masyarakat Melaksanakan Proyek. Dalam forum musyawarah, masyarakat
desa-desa yang terdanai. Fasilitator teknis program akan mendampingi TPK
dalam mendisain prasarana dan penganggaran kegiatan.
2.1.4 Konsep Perguliran Dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP)
Tingkat keberdayaan kaum perempuan harus dipertimbangkan dalam
upaya mensejahterakan masyarakat secara keseluruhan (Suman, 2007). Hal ini
disebabkan karena kaum perempuan dari sudut pandang budaya lokal dalam
masyarakat pertanian, lebih banyak tinggal di rumah dan memiliki banyak waktu
luang. Keterlibatan perempuan di dalam sektor pertanian hanya pada waktu
tertentu, yaitu seperti masa tanam dan masa panen.
Simpan Pinjam Perempuan (SPP) merupakan salah satu kegiatan
program dari PNPM Mandiri Perdesaan yang berupa kegiatan perguliran dana
untuk menjadikan masyarakat miskin perdesaan khususnya kaum perempuan
lebih berdaya. Pemberdayaan yang dimaksud merupakan ketersediaan pilihan
bagi masyarakat miskin untuk memanfaatkan peluang usaha sehingga
mendapatkan tambahan pendapatan. Pengambilan keputusan untuk menentukan
jumlah alokasidana untuk SPP dikendalai oleh jumlah alokasi dana untuk
pembangunan sarana/prasarana. Semakin besar proporsi dana untuk fasilitas
sarana dan prasarana, maka semakin kecil ketersediaan dana untuk kegiatan SPP.
Sedangkan keputusan pembiayaan kegiatan SPP ditentukan oleh kelayakan
proposal yang diajukan oleh kelompok SPP.
Pengorganisasian kelompok SPP dapat dilakukan dengan memanfaatkan
organisasi-organisasi lokal baik formal maupu informal yang sudah ada dalam
lingkungan masyarakat, seperti kelompok dasa wisma atau kelompok pengajian.
keperluan keluarga, seperti untuk biaya pendidikan. Kredit yang disalurkan
kepada kelompok diharapkan menjadi penggerak aktivitas-aktivitas produktif
yang mampu memberikan nilai tambah bagi anggota kelompok. Kredit
berkelompok memiliki akses yang relatif lebih besar dibandingkan kredit individu
karena berkaitan dengan besarnya posisi tawar kelompok (Ismawan, 2001).
Penyaluran kredit kepada pelaku UMKM secara kelompok merupakan
salah satu cara untuk mengurangi kesalahan penggunaan dana kredit (moral
hazard) dan mengurangi resiko kredit bermasalah.
2.2 Pengertian Petani
Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada tanah
pertanian. Definisi petani menurut Adiwilaga (2000) mengemukakan bahwa
petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau
memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan itu.
Pengertian petani tersebut tidak terlepas dari pengertian pertanian dimana
pertanian adalah kegiatan manusia mengusahakan terus dengan maksud
memperoleh hasil-hasil tanaman ataupun hasil hewan, tanpa mengakibatkan
kerusakan alam.
Uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan petani
asli adalah petani yang memiliki tanah sendiri-bukan penyewa maupun
penyakap-terlepas dari apakah tanahnya itu digarap sendiri secara langsung maupun digarap
oleh buruh tani.Bertolak dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa antara
petani dan pertanian tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Oleh
Petani asli adalah petani yang memiliki lahan sendiri, istilah petani asli
dapat ditafsirkan sebagai konstruksi masyarakat desa paling tidak konstruksinya
tentang sosok petani yang ”sebenarnya” (the real peasant). Penambahan
kata”asli”dalam kata”petani”menunjukkan, bahwa petani yang memiliki tanah
sendiri adalah gambaran ideal sosok petani yang hidup dalam konstruksi persepsi
masyarakat. Di sini kita tidak bisa mendikotomikan ”asli” dan ”palsu“,
melainkan”citra ideal” dan ”kenyataan empiri”. Ideal dalam konteks ini tidak
berarti hanya hidup dalam dunia ide dan harapan, karena bisa juga lahir dari
sebuah kenyataan yang pernah ada. Persepsi tersebut lahir dari sebuah pandangan
historis tentang petani yang pernah dikenal masyarakat di waktu lampau, dengan
kalimat lain, penambahan kata ”asli” dalam kata”petani” menandakan bahwa
secara historis apa yang disebut petani itu adalah orang yang menggarap dan
mengelola tanah miliknya sendiri. Singkatnya, pengertian petani secara genuine
adalah orang yang memiliki dan menggarap tanah miliknya sendiri (Margono,
2000)
Konseptualisasi petani asli menunjukkan, bahwa tanah merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan petani. Poin pentingnya bukan hanya
terletak pada soal, bahwa tanah adalah alat produksi utama petani, melainkan
bahwa alat produksi itu mutlak dimiliki petani. Implikasinya, petani yang tidak
memiliki tanah sendiri tidak dianggap sebagai petani sejati atau asli. Implikasi
politisnya, petani mutlak dan mempertahankan dan menjaga hak kepemilikannya
atas tanah. Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa konsep petani asli
2.3 Penerimaan, Biaya dan Pendapatan 2.3.1 Biaya
Menurut Nicholson (2002), Biaya secara garis besarnya terdiri dari dua,
yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya dilihat dari segi waktu terbagi menjadi
dua, yaitu biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang. Jangka pendek
merupakan periode waktu dimana sebuah perusahan harus mempertimbangkan
beberapa inputnya secara absolut bersifat tetap dalam membuat keputusannya.
Jangka panjang merupakan periode waktu dimana sebuah perusahan
mempertimbangkan seluruh inputnya bersifat variabel dalam membuat
keputusannya. Total biaya terdiri dari beberapa biaya yang tergabung didalamnya
diantaranya adalah:
a. Biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk menggunakan
tenaga kerja per orang per satuan waktu. Harga tenaga kerja adalah upahnya
(per jam atau per hari).
b. Biaya barang modal
Biaya barang modal merupakan biaya ekonomi penggunaan barang modal,
bukanlah berapa besar uang yang harus dikeluarkan untuk
menggunakannya, melainkan berapa besar pendapatan yang diperoleh bila
mesin disewakan kepada pengusaha lain, karena itu biaya barang modal
diukur dengan harga sewa mesin.
c. Biaya kewirausahawanan
Wirausaha (pengusaha) adalah orang yang mengombinasikan berbagai
dalam upaya tersebut, pengusaha harus menanggung resiko kegagalan atas
keberanian menanggung resiko tersebut. Pengusaha akan mendapat balas
jasa berupa laba. Makin besar resiko yang dihadapi maka laba yang
diharapkan juga akan semakin besar. Laba disini merupakan laba ekonomi,
yaitu 31 kelebihan pendapatan yang diperoleh dibandingkan jika dia
memilih alternatif lain.
Menurut Dumairy (2004) total biaya dapat di hitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
TC = FC + VC Keterangan:
TC = Biaya Total Produksi (Rp)
FC = Biaya Tetap (Rp)
VC = Biaya Variabel (Rp)
2.3.2 Penerimaan
Penerimaan usaha didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari
penjualan semua produk. Penerimaan usaha meliputi jumlah penambahan
inventaris, nilai penjualan hasil, nilai pengguna rumah dan yang dikonsumsi.
Ketentuan yang harus berlaku ialah tiap unit tempat, kerja dan modal harus
digunakan sehingga memberikan tambahan sebesar-besarnya kepada pendapatan,
apapun ukuran yang dipakai untuk pendapatan tersebut.
Penerimaan tunai usaha didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima
dari penjualan produk atau jasa usaha. Pengeluaran tunai usaha didefinisikan
sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa untuk
keperluan usaha, sedangkan pengeluaran tunai usaha tidak mencakup bunga
pinjaman dan jumlah pinjaman pokok. Jadi, penerimaan tunai dan pengeluaran
tunai usaha tidak mencakup yang berbentuk benda. Makin besar resiko, maka
profit (laba) yang diperoleh harus semakin besar. Profit atau keuntungan adalah
penerimaan total pedagang setelah dikurangi total biaya-biayanya, jika total
penerimaan dinotasikan sebagai (TR), output dinotasikan sebagai (q), total output
dinotasikan sebagai (Q), dan harga jual per output dinotasikan sebagai (P), maka
total penerimaan sama dengan total output dikalikan dengan harga jual per output.
Menurut Dumairy (2004) total penerimaan dapat di hitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
TR = Q X P
Keterangan :
TR = Total Penerimaan (Rp)
Q = Jumlah Unit Produksi (Kg)
P = Total Harga (Rp/Kg)
2.3.3 Pendapatan
Alokasi sumberdaya mempunyai peranan yang sangat penting dalam
memilih jenis usaha, karena itu pula penting dalam menyusun pola organisasi
usaha yang efisien. Jenis usaha dipertimbangkan dalam perencanaan usaha selama
sumbangan yang diharapkan terhadap pendapatan bersih usaha melebihi biaya
yang diluangkan sumberdaya yang digunakan. Menurut Ibrahim (2009),
keuntungan (profit) merupakan tujuan utama dalam melakukan usaha, semakin
didasarkan pada perkiraan dan perencanaan jumlah produk yang dijual. Hal ini
dapat diketahui dari hasil penjualan produk kapan pedagang mendapatkan
keuntungan maksimal (terbanyak).
Menurut Nicholson (2002) pendapatan usaha ada dua yaitu pendapatan
total dan pendapatan tunai. Pendapatan total merupakan selisih antara penerimaan
total (total revenue) dengan biaya total (total cost). Pendapatan tunai dihitung dari
selisih antara penerimaan total dengan biaya tunai. Analisis pendapatan usaha
memerlukan dua keterangan pokok, yaitu penerimaan usaha dan penerimaan
tunai.
Menurut Dumairy (2004) total pendapatan dapat di hitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
ח = TR – TC
Keterangan :
ח = Pendapatan (Profit)
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya Produksi
2.4 Perumusan Hipotesis
Hipotesis atau dugaan sementara dalam penelitian ini adalah: diduga
bahwa tingkat pendapatan Istri Petani mengalami peningkatan sesudah menjadi
anggota SPP PNPM-MP di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten
Nagan Raya dibandingkan dengan tingkat pendapatan istri petani sebelum
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SPP PNPM-MP yang terletak, di Desa
Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Penentuan lokasi
tersebut dilakukan dengan cara sengaja (Purporsive). Objek penelitian adalah
seluruh istri petani yang menggunakan SPP PNPM-MP Tahun 2012 di Desa
Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Ruang lingkup
penelitian terbatas melihat Peran SPP PNPM-MP dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Istri Petani di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten
Nagan Raya.
3.2 Teknik Pengambilan Sampel dan jumlah Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh istri petani yang
bergabung SPP PNPM-MP Tahun 2012 di Desa Gunong Nagan Kecamatan
Beutong Kabupaten Nagan Raya yaitu sebanyak 15 KK istri petani yang
bergabung dalam kelompok Beusabe Mangat. Dikarenakan jumlah populasi yang
sedikit maka sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu sebanyak
15 KK istri petani yang menggunakan Koperasi Simpan Pinjam Tahun 2012 di
Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Daftar nama
Tabel 1. Daftar Kelompok SPP PNPM-MP Beusabe Mangat.
NO NAMA Dusun KETERANGAN
1 Nur Hayati Alue Nagan Ternak bebek
2 Nur Ainsyah Alue Nagan Menanam sayur-sayuran
3 Ruhul Aflah Alue Nagan Dagang
9 Nurmala Sari Alue Nagan Menanam sayur-sayuran
10 Nusri Alue Raya Kolam perikanan
11 Syarifah Alue Raya Ternak bebek
12 Asmanidar Alue Nagan Ternak Ayam
13 Sarian Putri Alue Raya Membuat kue
14 Nireun Alue Nagan Dagang
15 Nurma Alue Nagan Menanam
Kacang-kacangan
Sumber : Ketua Kelompok Simpan Pinjam Desa Gunong Nagan.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Data Primer (Riset Lapangan)
Data ini di peroleh dari hasil wawancara/tanya jawab secara langsung
kepada petani sebagai sampel dan pihak-pihak yang dapat memberikan
keterangan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini. Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara langsung
dengan 15 responden (Istri petani sebagai sampel) di Desa Gunong Nagan
b. Data Sekunder (Riset Kepustakaan)
Data ini di peroleh dari sumber-sumber tidak langsung seperti: buku-buku
dan kantor-kantor pemerintahan seperti; BPS, Kantor Camat, Kantor
Koperasi, dll.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk menganalisis data yang dipreroleh, penulis menggunakan metode:
1. Analisis deskriptif yaitu lewat kuisioner yang disebarkan kepada petani
yang menjadi sampel dalam penelitian ini, kemudian hasil dari jawaban para
petani tersebut akan ditabulasikan dan di jelaskan sehingga menggambarkan
sebuah kesimpulan.
2. Analisis Pendapatan dilakukan untuk menghitung pendapatan istri petani
sebelum dan setelah menjadi anggota SPP PNPM-MP Desa Gunong Nagan
Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Untuk menghitung
pendapatan petani digunakan rumus sebagai berikut:
a. Biaya total yaitu seluruh jumlah biaya produksi yang di keluarkan.
Biaya ini didapat dari menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel.
Untuk mengetahui total biaya produksi dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
TC = FC + VC ... (Dumairy, 2004) Keterangan:
TC = Biaya Total Produksi (Rp)
FC = Biaya Tetap (Rp)
b. Total penerimaan dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai
c. Untuk melihat pendapatan petani sebelum dan sesudah menjadi anggota
koperasi digunakan rumus sebagai berikut:
mengetahui beda nyata atau tidak nyata antara pendapatan sebelum dan setelah menjadi
anggota SPP PNPM-MP. Uji t yang digunakan menurut pendapat (Hasan. 2009).
Dimana persamaan Uji t adalah sebagai berikut:
3.5 Pengujian Hipotesis
Hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H0; β = 0, Faktor-faktor yang diteliti secara bersama-sama tidak memiliki
peran yang signifikan dalam dalam meningkatkan pendapatan
istri petani di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong
Kabupaten Nagan Raya
H1; β ≠ 0, Faktor-faktor yang diteliti secara bersama-sama memiliki peran
yang signifikan dalam dalam meningkatkan pendapatan istri
petani di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten
Nagan Raya
Kriteria Uji hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Apabila th>tt , maka H0 ditolak H1 diterima, artinya SPP PNPM-MP
memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan pendapatan istri petani
di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya
b. Apabila th< tt , maka H0 diterima H1 ditolak, artinya SPP PNPM-MP tidak
memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan pendapatan istri petani
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
4.1.1 Letak Geografis dan Luas Daerah
Desa Bumi Sari merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Beutong yang merupakan salah satu kecamatan dalam wilayah Kabupaten Nagan
Raya yang terletak di arah Timur dari Ibukota Kabupaten (Jeuram). Jarak lokasi
penelitian dengan Ibukota Kabupaten (Jeuram) 28 km. Luas Daerah Kecamatan
Beutong seluruhnya 25.608,90 Ha. Melihat dari data penggunaan tanah di daerah
ini terdapat hampir 10,85% tanah bangunan dan halaman.
Berdasarkan data monografi Kecamatan Beutong Tahun 2012, jenis tanah di
Kecamatan ini terdiri dari tanah alluvial, latosol dan podsolid. Dengan keadaan
geografinya mempunyai 40 persen datar dan 60 persen berbukit dan juga
bergelombang. Dengan perbedaan kemiringan tajam, wilayah datar mempunyai
areal persawahan, perumahan, perkebunan dan perikanan. Wilayah berbukit dan
bergelombang berupa padang rumput, perkebunan rakyat dan hutan.
Keadaan curah hujan di Kecamatan Beutong tidak banyak berbeda dengan
daerah lain yang terdapat dalam wilayah Kabupaten Nagan Raya. Curah hujan
rata-rata 2.96 mm per tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 1.819 hari per
tahun.
Adapun batas-batas wilayah Desa Gunong Nagan adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasn dengan Blang Seuneng dan Tuwi Bunta
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Blang Seumot dan Desa Babah
Krueng
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kulam Jeureuneh dan Desa
Blang Masjid.
4.1.2 Keadaan Penduduk Desa Gunong Nagan
Jumlah penduduk Desa Gunong Nagan adalah sebanyak 158 jiwa dengan
jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 85 jiwa dan penduduk
berjenis kelamin perempuan sebanyak 73 jiwa. Jumlah KK di Desa Gunong
Nagan sebanyak 44 KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2. berikut di
bawah ini:
Tabel 2. Keadaan penduduk Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.
Jumlah Penduduk Pendidikan Pekerjaan
Jenis
Sumber: Kantor Desa Gunong Nagan Tahun 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Desa
Gunong Nagan secara keseluruhan berjumlah 158 jiwa, dengan total KK
keseluruhan adalah 44 KK. Jumlah penduduk Desa gunong Nagan dilihat dari
pendidikan terbanyak adalah lulusan SD yaitu sebanyak 22 orang, kemudian
disusul dengan pendidikan SMP sebanyak 8 orang, yang berpendidikan SMA
jumlah penduduk dilihat dari jenis pekerjaannya adalah sebagian besar penduduk
Desa Gunong Nagan bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 95 orang, disusul
dengan penduduk yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 8 orang, kemudian
penduduk yang bekerja sebagai nelayan sebanyak 7 orang dan terakhir yang
bekerja sebagai honorer sebanyak 5 orang.
4.2 Karakteristik Sampel
Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah gambaran/ keadaan atau
ciri-ciri para responden yang menjadi anggota SPP PNPM-MP di Desa Gunong
Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Adapun karakteristik sampel
meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan, dan jenis pekerjaan.
1. Umur
Karakteristik responden atau sampel yang pertama dilihat dari umur sampel.
Jumlah responden secara keseluruhan adalah 15 orang responden atau sampel,
dimana sebanyak 12 orang atau 80 persen sampel berumur antara 31-40 tahun dan
sebanyak 3 orang sampel atau 20 persen sampel berumur 41-50 tahun. Sedangkan
rata-rata umur responden keseluruhan adalah 39 tahun. Untuk lebih jelasnya
tentang karakteristik responden dari segi umur dapat dilihat pada lampiran 2.
2. Pendidikan
Pendidikan sampel adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh
setiap sampel yang mana di buktikan dengan ijazah. Karakteristik sampel dari segi
pendidikan dapat dilihat bahwa sebanyak 4 orang sampel atau 27 persen sampel
yang berpendidikan SD , kemudian sampel yang berpendidikan SMP adalah
persen yang berpendidikan SMA. Untuk lebih jelasnya tentang karakteristik
sampel dari segi pendidikan dapat dilihat pada lampiran 2.
3. Jumlah Tanggungan
Jumlah keluarga adalah jumlah keseluruhan anggota keluarga yang
berada dalam satu kepala keluarga dan dibuktikan dengan KK. Dari hasil
penelitian ini dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah keluarga dalam setiap KK
sampel adalah sebanyak 4 orang. Dimana jumlah keluarga setiap KK nya berbeda
tergantung jumlah anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu
KK. Untuk lebih jelasnya tentang karakteristik sampel dari segi jumlah keluarga
dapat dilihat pada lampiran 2.
4. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan adalah gambaran tentang pekerjaan yang di tekuni oleg
para ibu dalam hal ini adalah para sampel, dimana jenis pekerjaan sampel ada
yang berbeda-beda. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa sebanyak 6
orang sampel atau 40 persen yang bekerja sebagai peternak ayam. Sebanyak 3
orang sampel atau 20 persen yang berkerja sebagai penanam sayuran, sebanyak 2
orang sampel atau 13 persen yang bekerja sebagai pedagang kios, dan sebanyak 2
orang atau 13 persen yang bekerja sebagai pembuat kue dan sebanyak 2 orang
sampel atau 13 persen yang bekerja sebagai pemelihara ikan di kolam. Untuk
lebih jelasnya tentang karakteristik sampel dari segi pengalaman usaha dapat
4.3 Rekapitulasi Jawaban Quisioner dari beberapa Variabel Penelitian 4.3.1 Variabel Modal
Pada variabel modal diuraikan jumlah modal yang dimiliki oleh sampel,
jenis pengeluaran modal tersebut serta melihat tanggapan sampel terhadap jumlah
modal yang ada sebelum menjadi anggota SPP PNPM-MP dan modal yang ada
pada sampel setelah menjadi anggota SPP PNPM-MP. Dari hasil penelitian di
ketahui bahwa rata-rata jumlah modal yang dimiliki oleh para anggota SPP
PNPM-MP pada usaha dagang adalah sebesar Rp. 2.250.000,- sedangkan rata-rata
modal yang dimiliki setelah menjadi anggota adalah Rp.5.050.000,- modal ini
adalah hasil tambahan dari modal awal dengan jumlah pinjaman yang di berikan
yaitu sebesar Rp. 2.800.000,- per orangnya.
Pada usaha ternak ayam rata-rata modal yang dimiliki sebelum menjadi
anggota adalah sebesar Rp. 1.833.333,- sedangkan rata-rata modal yang dimiliki
setelah menjadi anggota adalah Rp.4.633.333,- modal ini adalah hasil tambahan
dari modal awal dengan jumlah pinjaman yang di berikan yaitu sebesar Rp.
2.800.000,- per orangnya. Selanjutnya pada usaha sayur-sayuran rata-rata modal
yang dimiliki sebelum menjadi anggota adalah sebesar Rp. 1.400.000,- sedangkan
rata-rata modal yang dimiliki setelah menjadi anggota adalah Rp.4.200.000,-
modal ini adalah hasil tambahan dari modal awal dengan jumlah pinjaman yang di
berikan yaitu sebesar Rp. 2.800.000,- per orangnya.
Pada usaha kolam ikan rata-rata modal yang dimiliki sebelum menjadi
anggota adalah sebesar Rp. 1.750.000,- sedangkan rata-rata modal yang dimiliki
setelah menjadi anggota adalah Rp.4.550.000,- modal ini adalah hasil tambahan
2.800.000,- per orangnya. Kemudian pada usaha kue rata-rata modal yang dimiliki
sebelum menjadi anggota adalah sebesar Rp. 1.750.000,- sedangkan rata-rata
modal yang dimiliki setelah menjadi anggota adalah Rp.4.550.000,- modal ini
adalah hasil tambahan dari modal awal dengan jumlah pinjaman yang di berikan
yaitu sebesar Rp. 2.800.000,- per orangnya. Untuk lebih jelasnya tentang Variabel
biaya pada penelitian ini dapat di lihat pada lampiran 3.
4.3.2 Variabel Biaya
Pada variabel biaya menguraikan tentang jumlah biaya yang dikeluarkan
oleh setiap sampel dalam penelitian ini menurut usaha yang dijalani oleh para
sampel sebelum menjadi anggota SPP PNPM-MP dan setelah menjadi anggota
SPP PNPM-MP. Dari hasil penelitian di ketahui bahwa rata-rata jumlah biaya
yang dikeluarkan oleh para sampel sebelum menjadi anggota SPP PNPM-MP
pada usaha dagang adalah sebesar Rp. 2.230.500,- sedangkan rata-rata biaya yang
dikeluarkan oleh sampel yang berusaha dagang setelah menjadi anggota adalah
Rp.4.238.500,- biaya ini dikeluarkan untuk membeli semua kebutuhan kios seperti
beras, minyak, rokok, gula dan barang-barang lainnya yang akan di jual.
Pada usaha ternak ayam rata-rata biaya yang di keluarkan sebelum
menjadi anggota adalah sebesar Rp. 1.716.526,- sedangkan rata-rata biaya yang
keluarkan oleh sampel setelah menjadi anggota adalah Rp. 4.263.118,- biaya ini
dikeluarkan untuk membeli semua kebutuhan ternak ayam seperti bibit ayam,
pakan, obat-obatan dan lain sebagainya. Selanjutnya pada usaha sayur-sayuran
rata-rata biaya yang dikeluarkan sebelum menjadi anggota adalah sebesar
Rp. 1.266.667,- sedangkan rata-rata biaya yang di keluarkan setelah menjadi
kebutuhan pertanian dalam menanam sayuran seperti bibit sayuran, pupuk dan
lain sebagainya.
Pada usaha kolam ikan rata-rata biaya yang di keluarkan sebelum
menjadi anggota adalah sebesar Rp. 1.600.000,- sedangkan rata-rata biaya yang di
keluarkan setelah menjadi anggota adalah Rp. 5.265.000,- biaya ini dikeluarkan
untuk membeli semua kebutuhan pemeliharaan ikan seperti bibit, umpan ikan,
jaring dan lain sebagainya. Kemudian pada usaha kue rata-rata rata-rata biaya
yang di sebelum menjadi anggota adalah sebesar Rp. 1.725.000,- sedangkan
rata-rata biaya yang di setelah menjadi anggota adalah Rp. 3.555.000,- biaya ini
dikeluarkan untuk membeli semua kebutuhan pembuatan kue seperti cetakan,
tepung dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya tentang Variabel biaya pada
penelitian ini dapat di lihat pada lampiran 3.
4.3.3 Variabel Penerimaan
Pada variabel penerimaan menguraikan tentang jumlah penerimaan yang
disapatkan oleh para sampel dalam menjalankan usahanya baik sebelum menjadi
anggota SPP PNPM-MP dan setelah menjadi anggota SPP PNPM-MP. Dari hasil
penelitian di ketahui bahwa rata-rata jumlah penerimaan yang didapatkan oleh
para sampel sebelum menjadi anggota SPP PNPM-MP pada usaha dagang adalah
sebesar Rp. 2.619.750,- sedangkan rata-rata penerimaan yang didapatkan oleh
sampel yang berusaha dagang setelah menjadi anggota adalah Rp. 4.969.250,-
penerimaan ini diperoleh dari hasil penjualan barang-barang di kios yang
kemudian di akumulasikan total keseluruhannya.
Pada usaha ternak ayam rata-rata penerimaan yang didapatkan sebelum
yang didapatkan oleh sampel setelah menjadi anggota adalah Rp. 5.287.500,-
pendapatan ini diperoleh dari hasil penjualan ayam yang sudah dapat di dijual.
Selanjutnya pada usaha sayur-sayuran rata- rata penerimaan yang didapatkan
sebelum menjadi anggota adalah sebesar Rp. 2.200.000,- sedangkan rata- rata
penerimaan yang didapatkan setelah menjadi anggota adalah Rp. 6.800.000,-
penerimaan ini diperoleh dari hasil penjualan sayur-sayuran yang sudah dapat
panen.
Pada usaha kolam ikan rata-rata penerimaan yang didapatkan sebelum
menjadi anggota adalah sebesar Rp. 2.975.000,- sedangkan rata-rata penerimaan
yang didapatkan setelah menjadi anggota adalah Rp.6.787.500,- penerimaan ini
diperoleh dari hasil penjualan ikan yang sudah dapat panen. Kemudian pada usaha
kue rata-rata penerimaan yang didapatkan sebelum menjadi anggota adalah
sebesar Rp. 2.100.000,- sedangkan rata-rata penerimaan yang didapatkan di
setelah menjadi anggota adalah Rp. 6.550.000,- penerimaan ini diperoleh dari
hasil penjualan kue yang dibuat. Untuk lebih jelasnya tentang Variabel
penerimaan pada penelitian ini dapat di lihat pada lampiran 4.
4.3.4 Variabel Pendapatan
Pada variabel jumlah pendapatan yang di dapatkan oleh para sampel
dalam menjalankan usahanya baik sebelum menjadi anggota SPP PNPM-MP dan
setelah menjadi anggota SPP PNPM-MP. Dari hasil penelitian di ketahui bahwa
rata-rata jumlah pendapatan yang didapatkan oleh para sampel sebelum menjadi
anggota SPP PNPM-MP pada usaha dagang adalah sebesar Rp. 389.250,-
sedangkan rata-rata pendapatan yang didapatkan oleh sampel yang berusaha
dari hasil penjualan barang-barang di kios yang kemudian di akumulasikan dari
penguranagn antara penerimaan yang dikurangi dengam modal yang dikeluarkan.
Pada usaha ternak ayam rata-rata pendapatan yang didapatkan sebelum
menjadi anggota adalah sebesar Rp. 521.974 sedangkan rata-rata pendapatan yang
didapatkan oleh sampel setelah menjadi anggota adalah Rp. 1.024.383,-
pendapatan ini diperoleh dari hasil pengurangan antara penerimaan dari penjualan
ayam dikurangi dengan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk usaha ternak ayam.
Selanjutnya pada usaha sayur-sayuran rata- rata pendapatan yang didapatkan
sebelum menjadi anggota adalah sebesar Rp. 933.333,- sedangkan rata- rata
pendapatan yang didapatkan setelah menjadi anggota adalah Rp. 4.235.000,-
pendapatan ini diperoleh dari hasil pengurangan antara jumlah penerimaan dari
usaha sayuran dengan biaya yang dikeluarkan dalam usaha sayuran.
Pada usaha kolam ikan rata-rata pendapatan yang didapatkan sebelum
menjadi anggota adalah sebesar Rp. 1.375.000,- sedangkan rata-rata pendapatan
yang didapatkan setelah menjadi anggota adalah Rp. 1.522.500,- pendapatan ini
diperoleh dari hasil pengurangan antara jumlah penerimaan dari usaha kolam ikan
dengan biaya yang dikeluarkan dalam usaha kolam ikan. Kemudian pada usaha
pembuatan kue rata-rata pendapatan yang didapatkan di sebelum menjadi anggota
adalah sebesar Rp. 375.000,- sedangkan rata-rata pendapatan yang didapatkan di
setelah menjadi anggota adalah Rp. 2.995.000,- pendapatan ini diperoleh dari
hasil pengurangan antara jumlah penerimaan dari usaha pembuatan kue dengan
biaya yang dikeluarkan dalam usaha pembuatan kue.. Untuk lebih jelasnya
4.4 Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas
secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Dapat juga dikatakan jika t hitung > t tabel maka hasilnya signifikan dan berarti
H0ditolak dan H1 diterima. Sedangkan jika t hitung < t tabel maka hasilnya tidak
signifikan dan berarti H0 terima dan H1 ditolak.
Dengan menggunakan bantuan perangkat komputer di peroleh hasil t
hitung yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:
One-Sample Test
Test Value = 0
95% Confidence Interval of the Difference
T df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper
Pendapatan 5.881 14 .000 1725919.667 1096456.75 2355382.58 Modal 50.548 14 .000 4580000.000 4385668.55 4774331.45 Biaya 16.355 14 .000 3847380.333 3342824.83 4351935.84 Penerimaan 19.102 14 .000 5915900.000 5251668.86 6580131.14
Sumber: Data Primer diolah, 2014.
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil sebagai berikut :
Uji t antara X1 (modal) dengan Y (pendapatan) menunjukkan t hitung =
50,548. Sedangkan t tabel (a = 0.05 ; db residual = 14) adalah sebesar 2,145.
Karena t hitung > t tabel yaitu 50,548 > 2,145 maka pengaruh X1 adalah
signifikan pada tingkat kesalahan a = 5%. Hal ini berarti H0 di tolak dan H1
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa SPP PNPM-MP memiliki
peran yang signifikan dalam meningkatkan pendapatan istri petani di Desa
Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.
Uji t antara X2 (biaya) dengan Y (pendapatan) menunjukkan t hitung =
Karena t hitung > t tabel yaitu 16,355 > 2,145 maka pengaruh X2 adalah
signifikan pada tingkat kesalahan a = 5%. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel biaya pada SPP
PNPM-MP memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan pendapatan
istri petani di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan
Raya.
Uji t antara X3 (penerimaan) dengan Y (pendapatan) menunjukkan t hitung
= 19,102. Sedangkan t tabel (a = 0.05 ; db residual = 14) adalah sebesar
2,145. Karena t hitung > t tabel yaitu 19.102 > 2,145 maka pengaruh X3
adalah signifikan pada tingkat kesalahan a = 5%. Hal ini berarti H0 di tolah
dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel penerimaan
pada SPP PNPM-MP memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan
pendapatan istri petani di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong
Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarkan uji t test dapat diketahui bahwa variabel bebas yang
mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (pendapatan)
adalah modal, sumber daya alam dan tekhnologi secara signifikan pada alpha 5%.
Dan dari ketiga variabel bebas tersebut yang memiliki pengaruh paling kuat dalam
meningkatkan pendapatan adalah modal, karena tekhnologi memiliki nilai t hitung
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa SPP
PNPM-MP memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan pendapatan istri
petani di Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Hal
ini dapat dilihat dari hasil uji t terhadap keseluruhan variabe yaitu: pada variabel
modal t hitung > t tabel yaitu 50,548 > 2,145, pada variabel biaya t hitung > t
tabel yaitu 16,355 > 2,145, dan pada variabel penerimaan t hitung > t tabel yaitu
19.102 > 2,145 Hal ini berarti H0 di tolak dan H1 diterima.
Rata-rata pendapatan terbesar istri petani setelah menjadi anggota
SPP PNPM-MP adalah berada pada jenis usahatani Sayur-sayuran sebesar
Rp. 4.235.000,-, sedangkan rata-rata pendapatan terendah istri petani jenis usaha
dagang kios sebesar Rp. 730.750,-,
Sehingga dapat disimpulkan bahwa SPP PNPM-MP memiliki peran yang
signifikan dalam meningkatkan pendapatan istri petani di Desa Gunong Nagan
Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Jumlah pendapatan mengalami
peningkatan setelah menjadi anggota SPP PNPM-MP dibandingkan dengan
sebelum menjadi anggota SPP PNPM-MP di Desa Gunong Nagan Kecamatan
5.2 Saran
Diharapkan bagi para anggota SPP PNPM-MP agar dapat memanfaatkan
pinjaman yang telah di berikan dengan sebaik-baiknya untuk menjalankan usaha
sehingga akan membantu perekonomian keluarga dan menjalankan usaha dengan
DAFTAR PUSTAKA
Adiwilaga. A. 2000, Pengantar Ilmu Pertanian, Penerbit: Rineka Cipta, Jakarta. BPS RI. 2009. Hail Sensus Penduduk. Jakarta.
Diswandi. N, Irvan S, Uswatun H, Sufyan A, Yayuk E, TM. Azis P, dan Nellis M. 2013.Pedoman penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Meulaboh; Universitas Teuku Umar.
Dumairy. 2004. Matematika Terapan Untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta; BPFE.
Haeruman. Dan Heriyanto. 2001. Kajian Pembangunan Ekonomi Desa Untuk Mengatasi Kemiskinan. Bappenas.
Igbal. H. 2009. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Cetakan Keempat. Penerbit: PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Ismawan,B. 2001. Keuangan Mikro Dalam Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. Jakarta: Gema PKM.
Kantor Desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.
Margono. S. 2001. Menata Sistem Pertanian Di Era Otonomi Daerah. Bogor. IPB.
Midgley,james. 2005. Pembangunan Sosial, perspektif pembangunan dalam kesejahteraan sosial. Jakarta : Ditperta Islam.
Nicholson W. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya edisi kedelapan. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
PNPM. 2008. Pedoman umum program nasional PNPM Mandiri. Jakarta : Sekretariat Tim Pengendali PNPM mandiri.
_________. 2010. Petunjuk Teknis Operasional PNPM Mandiri Pedesaan (PTO PNPM-MP). Jakarta : Tim Pengendali PNPM Mandiri Pedesaan.
_________. 2012. Kelompok SPP PNPM MP Beusabee Mangat desa Gunong Nagan Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.
Sadikin M. 2001, Pengembangan Sektor Pertanian (Penanganan Komoditi Unggul), UGM Press, Jakarta.