• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM MATERI BANGUN RUANG DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IV SD N 1 KEBONDALEM LOR KLATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM MATERI BANGUN RUANG DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IV SD N 1 KEBONDALEM LOR KLATEN"

Copied!
386
0
0

Teks penuh

(1)

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DALAM MATERI BANGUN RUANG

DENGAN PENDEKATAN PMRI

DI KELAS IV SD N 1 KEBONDALEM LOR KLATEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S-1)

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh:

Meyta Isnandari

101134226

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014

(2)

i

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DALAM MATERI BANGUN RUANG

DENGAN PENDEKATAN PMRI

DI KELAS IV SD N 1 KEBONDALEM LOR KLATEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S-1)

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh:

Meyta Isnandari

101134226

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014

(3)

ii

SKRIPSI

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DALAM MATERI BANGUN RUANG

DENGAN PENDEKATAN PMRI

DI KELAS IV SD N 1 KEBONDALEM LOR KLATEN

Disusun oleh:

Meyta Isnandari

NIM 101134226

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I,

(Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd.) Tanggal, 4 Juni 2014

Pembimbing II,

(4)

iii

SKRIPSI

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DALAM MATERI BANGUN RUANG

DENGAN PENDEKATAN PMRI

DI KELAS IV SD N 1 KEBONDALEM LOR KLATEN

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Meyta Isnandari

NIM: 101134226

Telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal 12 Juni 2013

dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BS T., M.A. ...

Sekretaris : Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. ...

Anggota : Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. ...

Anggota : Veronika Fitri Rianasari, S.Pd., M.Sc. ...

Anggota : Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. ...

Yogyakarta, 12 Juni 2014

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Rohandi, Ph.D.

(5)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Hidup bukan untuk masa lalu, tetapi hidup untuk masa depan.”

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Allah SWT yang selalu ada dalam doaku

Kedua orang tuaku tercinta

Keluarga besarku

Sahabatku

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis yang saya buat ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan daftar pustaka selayaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Juni 2014

Penulis,

Meyta Isnandari

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Meyta Isnandari

Nomor Mahasiswa : 101134226

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM MATERI BANGUN RUANG DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IV SD N 1 KEBONDALEM LOR KLATEN beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma baik untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu ijin dari saya atau memberi royalti kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta,

Pada Tanggal: 12 Juni 2014

Yang menyatakan

Meyta Isnandari

(8)

vii

ABSTRAK

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DALAM MATERI BANGUN RUANG DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IV SD N 1 KEBONDALEM LOR KLATEN

Meyta Isnandari Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui: (1) keterlaksanaan pendekatan PMRI dalam pembelajaran matematika materi bangun ruang di kelas IV SD N 1 Kebondalem Lor Klaten; (2) keefektifan pembelajaran matematika dalam materi bangun ruang dengan pendekatan PMRI di kelas IV SD N 1 Kebondalem Lor Klaten ditinjau dari keaktifan dan hasil belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian Kuasi eksperimental tipe non-equivalent control design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N 1 Kebondalem Lor Klaten. Instrumen penelitian mengenai hasil belajar menggunakan pretest dan posttest. Hasil dari pretest dan posttest

dianalisis menggunakan program komputer IBM SPSS 20 for Windows dengan menggunakan tiga tahap yaitu : 1) uji perbedaan pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen. 2) uji perbedaan dari pretest ke posttest pada masing-masing kelas. 3) uji perbedaan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis statistik pada data

posttest diperoleh nilai sig. (2-tailed) ≤ 0,05 yaitu 0,000. Selain itu, peneliti juga memperoleh data mengenai keaktifan dari observasi keaktifan maupun kuesioner keaktifan yang diisi oleh siswa. Berdasarkan data observasi keaktifan, di kelas eksperimen diperoleh 73,33% siswa aktif, sedangkan di kelas kontrol hanya 10% siswa aktif. Data dari kuesioner juga menunjukkan bahwa di kelas eksperimen terdapat 90% siswa sangat aktif, sedangkan di kelas kontrol hanya 53,33% siswa sangat aktif. Sehubungan dengan KKM, presentase siswa yang tuntas KKM di kelas eksperimen yakni 90% lebih tinggi daripada di kelas kontrol yakni 0%. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dalam materi bangun ruang efektif dengan pendekatan PMRI di kelas IV SD N 1 Kebondalem Lor Klaten ditinjau dari keaktifan dan hasil belajar siswa.

Kata kunci: matematika, bangun ruang, pendekatan PMRI, keaktifan, dan hasil belajar.

(9)

viii

ABSTRACT

EFFECTIVENESS OF MATHEMATIC LEARNING

WITHIN GEOMETRICAL MATERIAL USING PMRI APPROACH AT FOURTH GRADE CLASS IN SD N 1 KEBONDALEM LOR KLATEN

By: Meyta Isnandari Sanata Dharma University

The research in this thesis has purposes to know about: (1) Implementation of PMRI Approach within mathematic learning Geometrical material at fourth grade class in SD N 1 Kebondalem Lor Klaten; (2) Effectiveness of mathematic learning within Geometrical Material with PMRI approach at fourth grade class SD N 1 Kebondalem Lor Klaten Reviewed by the liveliness and the student learning outcomes.

The research conducted using type of experimental quasi research especially

non-equivalent control design type. Subject of this research is Student at fourth grade class SD N 1 Kebondalem Lor Klaten. The research instrument about student learning outcomes using pretest and posttest.The outcomes of pretest and

posttest analyzed using IBM SPSS 20 for Windows computer programthat using three steps: 1) Test of different control class pretest and experiment class. 2) Test of different pretest to posttest in each class. 3) Test of different class control

posttest and experiment class.

The Result of this research showing that analytical statistic outcomes at

posttest data have a sig value (2-tailed) ≤ 0.05 that is 0.000. Moreover, the research also has a data about the liveliness of neither the liveliness of observation nor the liveliness of questionnaire which fulfill by student. Based on the data of the liveliness of observation, in experiment classes gain 73.33% active student, whereas in control classes only obtain 10% active student. The Data of questionnaire also show up that in experiment classes there are 90% very active student, whereas in control classes only 53.33% very active student. In connection with the KKM, percentage of student who passed the KKM in experiment class that is 90% higher than in control class that is 0%. From analysis outcomes it can be concluded that mathematic learning within geometrical material is effective with PMRI approach at fourth grade class SD N 1 Kebondalem Lor Klaten reviewed by the liveliness and the student learning outcomes.

Keywords: mathematic, geometrical, PMRI approach, liveliness, and learning outcomes.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi

ini bertujuan untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) pendidikan di Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak akan selesai tepat pada

waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma,

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma,

3. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma,

4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik,

5. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, ide, saran dan kritik yang membangun untuk

penelitian ini,

6. Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, ide, saran dan kritik yang membangun untuk

penelitian ini,

7. Tri Suhartini S.Pd., selaku kepala sekolah SD N 1 Kebondalem Lor Klaten

yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di

SD N 1 Kebondalem Lor Klaten,

8. Lailatul Fajri, S.Pd., selaku guru kelas IV B di SD N 1 Kebondalem Lor

Klaten yang telah memberikan bantuan dan waktu kepada penulis,

9. Maryati, S.Pd., selaku guru kelas IV A di SD N 1 Kebondalem Lor Klaten

yang telah memberikan bantuan dan waktu kepada penulis,

10. Siswa kelas IV selaku guru kelas IV B di SD N 1 Kebondalem Lor Klaten

yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini,

(11)

x

11. Ayahku tercinta Sumisnan dan Ibuku tercinta Daryati yang telah

memberikan dukungan baik material ataupun finansial serta doa yang tidak

pernah berhenti untuk penulis,

12. Adikku Novia Isnandari dan Meindyta Isnandari yang telah memberikan

doa dan dukungan untuk penulis,

13. Teman dekatku, Dimas, Nopi, Sisi, dan Maya yang telah memberikan

semangat, doa, dan dorongan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini,

14. Teman-teman PMRI-ku, Esti, Vivi, Yeni, Ayu, Rizky, Hananta, Wulani,

dan Tina yang telah bekerja sama dan semangat dalam menyelesaikan

penelitian ini,

15. Teman-teman PPL SD N 1 Kebondalem Lor Klaten yang telah

memberikan bantuan selama proses penelitian berlangsung,

16. Teman-temanku di kelas B angkatan 2010, yang telah memberikan

semangat dalam penyelesaian skripsi ini, dan

17. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian ini berlangsung.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan

saran yang membangun demi kesempurnaan penulisaan ini. Semoga skripsi ini

bermafaat bagi siapa saja yang membaca.

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Definisi Operasional ... 6

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembelajaran Matematika ... 8

2.2 Pendekatan PMRI ... 10

2.3 Keefektifan ... 14

2.4 Keaktifan ... 14

2.5 Hasil Belajar ... 16

2.6 Materi Bangun Ruang ... 17

2.7 Hasil Penelitian yang Relevan ... 21

2.8 Kerangka Berpikir ... 25

2.9 Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Desain Penelitian ... 26

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian... 27

3.4 Populasi dan Sampel ... 27

3.5 Variabel Penelitian ... 28

3.6 Data Penelitian ... 29

3.7 Instrumen Penelitian ... 29

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

(13)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 44

4.1.1 Deskripsi Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 44

4.1.2 Deskripsi Pembelajaran di Kelas Eksperimen... 44

4.1.3 Data Hasil Belajar ... 54

4.1.4 Data Keaktifan ... 57

4.2 Analisis ... 60

4.2.1 Analisis Data Hasil Belajar ... 60

4.2.2 Analisis Data Keaktifan ... 69

4.2.3 Analisis Data Keterlaksanaan Pembelajaran ... 73

4.3 Pembahasan ... 74

4.3.1 Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMRI ... 74

4.3.2 Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMRI ditinjau dari Hasil Belajar ... 74

4.3.3 Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMRI ditinjau dari Keaktifan ... 76

4.4 Keterbatasan Penelitian ... 77

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 79

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Indikator Keaktifan Menurut Peneliti ... 16

Tabel 3.1 Tabel Kisi-kisi Tes Hasil Belajar ... 30

Tabel 3.2 Tabel Kisi-kisi Kuesioner Keaktifan ... 31

Tabel 3.3 Tabel Kriteria Penyekoran Kuesioner Keaktifan ... 32

Tabel 3.4 Tabel Kisi-kisi Observasi Keaktifan ... 33

Tabel 3.5 Tabel Kisi-kisi Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Menggunakan Pendekatan PMRI ... 34

Tabel 3.6 Tabel Teknik Pengumpulan Data ... 35

Tabel 3.7 Tabel Hasil Perhitungan Validitas ... 36

Tabel 3.8 Tabel Hasil Perhitungan Reliabilitas ... 36

Tabel 3.9 Tabel Kriteria Keaktifan Siswa ... 41

Tabel 3.10 Tabel Kriteria Keaktifan Siswa secara Keseluruhan ... 41

Tabel 3.11 Tabel Kriteria Observasi Keaktifan ... 42

Tabel 3.12 Tabel Rentang Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan PMRI ... 42

Tabel 3.13 Tabel Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan PMRI secara Keseluruhan ... 43

Tabel 4.1 Tabel Tabulasi Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan PMRI ... 54

Tabel 4.2 Tabel Tabulasi Pretest Kelas Kontrol ... 54

Tabel 4.3 Tabel Tabulasi Posttest Kelas Kontrol ... 55

Tabel 4.4 Tabel Tabulasi Pretest Kelas Eksperimen ... 56

Tabel 4.5 Tabel Tabulasi Posttest Kelas Eksperimen ... 56

Tabel 4.6 Tabel Tabulasi Observasi Keaktifan di Kelas Kontrol ... 57

Tabel 4.7 Tabel Tabulasi Observasi Keaktifan di Kelas Eksperimen ... 58

Tabel 4.8 Tabel Tabulasi Keaktifan Kelas Kontrol ... 59

Tabel 4.9 Tabel Tabulasi Keaktifan Kelas Eksperimen ... 60

Tabel 4.10 Tabel Hasil Uji Normalitas Tes Hasil Belajar ... 61

Tabel 4.11 Tabel Hasil Uji Homogenitas ... 62

Tabel 4.12 Tabel Hasil Perbandingan Rata-rata Pretest ... 63

Tabel 4.13 Tabel Hasil Perbandingan Skor Pretest dan Posttest ... 64

Tabel 4.14 Tabel Perbandingan Skor Posttest ... 65

Tabel 4.15 Tabel Hasil Perbandingan Rata-rata T-Test ... 66

Tabel 4.16 Tabel Rata-rata Postest Kelas Kontrol ... 66

Tabel 4.17 Tabel Rata-rata Postest Kelas Eksperimen ... 67

Tabel 4.18 Tabel Hasil Observasi Keaktifan Kelas Kontrol ... 69

Tabel 4.19 Tabel Hasil Observasi Keaktifan Kelas Eksperimen... 69

Tabel 4.20 Tabel Keaktifan Kelas Kontrol ... 71

Tabel 4.21 Tabel Keaktifan Kelas Eksperimen ... 72

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar bangun ruang balok ... 18

Gambar 2.2 Gambar Kubus ... 18

Gambar 2.3 Gambar Balok ... 19

Gambar 2.4 Gambar Jaring-jaring Kubus ... 21

Gambar 2.5 Gambar Jaring-jaring Balok ... 21

Gambar 2.6 Literature Map ... 24

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 27

Gambar 3.2 Variabel Penelitian ... 28

Gambar 4.1 Presentase KKM di Kelas Kontrol ... 68

Gambar 4.2 Presentase KKM di Kelas Eksperimen ... 68

Gambar 4.3 Presentase Keaktifan di Kelas Kontrol (melalui lembar observasi) 70 Gambar 4.4 Presentase Keaktifan di Kelas Eksperimen (melalui lembar observasi) ... 71

Gambar 4.5 Presentase Keaktifan di Kelas Kontrol (melalui kuesioner) ... 73

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Kelas Eksperimen ... [1]

Lampiran 2 RPP Kelas Eksperimen ... [16]

Lampiran 3 RPP Kelas Kontrol ... [110]

Lampiran 4 Bahan Ajar Materi Bangun Ruang ... [119]

Lampiran 5 LKS ... [127]

Lampiran 6 Soal Evaluasi ... [141]

Lampiran 7 Soal Pretest dan Posttest ... [149]

Lampiran 8 Lembar Kuesioner Keaktifan ... [152]

Lampiran 9 Lembar Pengamatan Keaktifan ... [155]

Lampiran 10 Indikator Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Karakteristik Pendekatan PMRI ... [156]

Lampiran 11 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Karakteristik PMRI ... [158]

Lampiran 12 Hasil Validasi Expert Judgment Keterlaksanaan PMRI... [161]

Lampiran 13 Hasil Validasi Expert Judgment Lembar Observasi Keaktifan .. [165]

Lampiran 14 Hasil Validasi Expert Judgment Lembar Kuesioner Keaktifan .. [168]

Lampiran 15 Hasil Kuesioner Keaktifan... [192]

Lampiran 16 Hasil Observasi Keaktifan ... [196]

Lampiran 17 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMRI ... [208]

Lampiran 18 Transkrip video pembelajaran ... [210]

Lampiran 19 Hasil Pekerjaan Siswa (LKS) ... [242]

Lampiran 20 Hasil Pengerjaan Soal Evaluasi ... [256]

Lampiran 21 Hasil Pretest Kelas Kontrol ... [264]

Lampiran 22 Hasil Pretest Kelas Eksperimen ... [267]

Lampiran 23 Hasil Posttest Kelas Kontrol ... [270]

Lampiran 24 Hasil Posttest Kelas Eksperimen ... [273]

Lampiran 25 Hasil Validitas Soal Pretest Dan Posttest ... [276]

Lampiran 26 Hasil Reliabilitas Soal Pretest Dan Posttest ... [278]

Lampiran 27 Hasil Uji Normalitas ... [279]

Lampiran 28 Hasil Uji Homogenitas ... [280]

Lampiran 29 Hasil Uji Perbedaan Nilai Rata-rata Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... [281]

Lampiran 30 Hasil Uji Perbedaan Pretest ke Posttest ... [282]

Lampiran 31 Hasil Uji Perbedaan Skor Rata-rata Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... [283]

Lampiran 32 Surat Izin Penelitian ... [284]

Lampiran 33 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... [285]

Lampiran 34 Foto Penelitian ... [286]

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting untuk membantu

manusia mengembangkan potensi yang dimiliki. Satori (2007: 115) menjelaskan

bahwa pendidikan adalah situasi dimana terjadi dialog antara peserta didik dengan

pendidik yang memungkinkan peserta didik tumbuh ke arah yang dikehendaki

oleh pendidik agar selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakat.

Hal tersebut dapat diartikan dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung di

sekolah harus mampu memunculkan interaksi aktif antara guru dan siswa. Pada

kegiatan ini hendaknya diterapkan prinsip pembelajaran yang menyenangkan serta

berdasarkan pengalaman langsung dalam belajar.

Keaktifan siswa merupakan salah satu hal utama dalam kegiatan

pembelajaran. Belajar adalah bertindak, jadi di dalam belajar ada aktivitas yang

berlangsung. Pengalaman langsung dalam belajar hanya dapat diperoleh ketika

siswa aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya. Tugas guru hanyalah

sebagai fasilitator, sedangkan siswa harus mampu mengolah dan mencerna sendiri

bahan pelajaran yang disediakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Susanto (2013: 183) memaparkan bahwa matematika merupakan salah satu

bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan mulai dari tingkat sekolah

dasar hingga perguruan tinggi, bahkan matematika diajarkan di taman

kanak-kanak secara informal. Belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, karena dengan belajar matematika

kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif. Matematika memberi

penjelasan tentang ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka

konsep-konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi

simbol-simbol tersebut.

Daryanto (2013: 155) menjelaskan hasil penelitian The Third International

Mathematic and Science Study Repeat (TIMSS-R) pada tahun 1999 menyebutkan

(18)

2

urutan 34 untuk matematika. Sementara hasil nilai matematika pada Ujian

Nasional, pada semua tingkat dan jenjang pendidikan selalu terpaku pada angka

yang rendah. Keadaan ini sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika

untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan, mengingat matematika merupakan

induk ilmu pengetahuan. Selain itu, ternyata matematika pun hingga saat ini

belum menjadi pelajaran yang difavoritkan. Rasa takut terhadap pelajaran

matematika (fobia matematika) sering kali menghinggapi perasaan peserta didik

dari tingkat SD sampai dengan SMA bahkan hingga perguruan tinggi. Hal ini

yang mampu menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa yaitu karena

pembelajaran matematika kurang bermakna. Kegagalan siswa dalam menguasai

matematika di sekolah disebabkan oleh kurang baiknya kegiatan pembelajaran

matematika yang diterapkan oleh guru.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti pada hari Senin, 25

November 2013, hal yang terjadi pada kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan

di kelas IV SD N 1 Kebondalem Lor Klaten, siswa belum mampu terlibat secara

aktif dalam kegiatan pembelajaran (terpusat pada guru). Selain itu, banyak

ditemui pelaksanaan pembelajaran yang kurang variatif, dengan kata lain

kemampuan guru yang kurang maksimal dalam menggunakan pendekatan

pembelajaran yang inovatif, efektif, dan efisien mengakibatkan pemahaman siswa

terhadap materi sangatlah rendah. Guru masih menggunakan model pembelajaran

tradisional yang terpaku pada penggunaan metode ceramah dalam kegiatan

pembelajaran. Oleh karena itu, keaktifan dan hasil belajar siswa tergolong rendah.

Hal ini dapat dilihat dari: siswa tidak banyak yang bertanya, aktivitas siswa

terbatas pada mendengarkan dan mencatat materi yang diberikan oleh guru, siswa

ribut jika diberi tugas oleh guru, siswa hanya diam ketika ditanya oleh guru dan

sebagian besar hasil belajar siswa yang berada di bawah KKM (60).

Pembelajaran matematika seharusnya menerapkan konsep matematika yang

telah dimiliki siswa pada kehidupan sehari-hari atau bidang lain. Salah satu

pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari adalah

Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Dalam PMRI, matematika

(19)

3

39), dasar filosofis PMRI menyatakan bahwa matematika adalah kegiatan

manusia (mathematic as human activity) dan sekaligus sebagai alat (mathematics

as a tool). Pada kegiatan pembelajaran dengan pendekatan PMRI harus

berorientasi pada siswa, sedangkan guru dalam PMRI, hanya sebagai fasilitator.

Daryanto (2013: 163) menjelaskan bahwa konsep PMRI sejalan dengan

kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia yang

didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang

matematika dan mengembangkan daya nalar. Menurut beliau, salah satu

pertimbangan mengapa kurikulum pendidikan di Indonesia direvisi adalah

banyaknya kritik yang mengatakan bahwa materi pelajaran matematika tidak

relevan dan tidak bermakna. Guru diharapkan mampu memilih pendekatan

pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut, sehingga siswa

dapat memahami materi dengan baik. Selain itu, guru juga mampu menumbuhkan

keyakinan dalam diri peserta didik agar mampu mengerjakan soal dan berusaha

menghilangkan persepsi dalam diri siswa bahwa matematika itu sulit serta

mengusahakan agar siswa memiliki pengalaman bahwa belajar matematika itu

mudah dan menyenangkan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

pada pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI khususnya dalam materi

geometri (bangun ruang) yaitu Standar Kompetensi (SK) 8. Memahami sifat

bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar di kelas IV SD N 1

Kebondalem Lor semeter genap tahun pelajaran 2013/2014. Materi tersebut

dipilih karena siswa sering salah persepsi dalam membayangkan dan

menyebutkan mana yang disebut bangun ruang balok dan kubus. Peneliti

memperoleh alasan tersebut ketika sedang melaksanakan kegiatan Program

Pengakraban Lingkungan (Probaling 1) dan Program Pengalaman Lapangan

(PPL) yang diadakan oleh Prodi. Ketika membayangkan kubus, siswa A mampu

membayangkan kubus berbentuk kotak dan permukaannya berbentuk persegi,

sedangkan siswa B membayangkan kubus berbentuk kotak, tetapi permukaannya

berbentuk persegi panjang. Kesalahan persepsi ini diakibatkan karena tidak

(20)

4

visual. Penggunaan media realistik dalam penyampaian materi yang bersifat

abstrak dengan menggunakan PMRI dapat menghindari kesalahan persepsi

tersebut. Kesalahan persepsi dapat dihindari karena siswa dapat melihat langsung

secara visual dengan menggunakan indera yang dimiliki. Selain itu, media

realistik yang digunakan dapat dijadikan sebagai sarana untuk memusatkan

perhatian siswa.

Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya yang berfokus

pada implementasi perangkat pembelajaran yang menggunakan pendekatan

PMRI, bukan bagaimana pelaksanaan pembelajarannya. Oleh karena itu, perlu

diadakan penelitian untuk mengetahui apakah pendekatan PMRI efektif atau tidak

jika diterapkan dalam pembelajaran materi bangun ruang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian merumuskan masalah

yang dilakukan agar lebih terarah. Peneliti merumuskan masalah yang diambil

yaitu:

1.2.1Bagaimana keterlaksanaan pendekatan PMRI dalam pembelajaran

matematika materi bangun ruang di kelas IV SD N 1 Kebondalem Lor?

1.2.2Apakah pembelajaran matematika dalam materi bangun ruang efektif

dengan pendekatan PMRI di kelas IV SD N 1 Kebondalem Lor ditinjau dari

keaktifan dan hasil belajar siswa?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk:

1.3.1Mengetahui keterlaksanaan pendekatan PMRI dalam pembelajaran

matematika materi bangun ruang di kelas IV SD N 1 Kebondalem Lor.

1.3.2Mengetahui keefektifan pembelajaran matematika dalam materi bangun

ruang dengan pendekatan PMRI di kelas IV SD N 1 Kebondalem Lor

ditinjau dari keaktifan dan hasil belajar siswa.

(21)

5

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sehingga dapat

digunakan sebagai salah satu langkah memajukan dunia pendidikan. Adapun

manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam

menerapkan pembelajaran yang efektif dan memberikan sumbangan pemikiran

dalam memilih pendekatan pembelajaran yang tepat.

1.4.2Secara praktis

1.4.2.1Bagi Sekolah

1.4.2.1.1 Sekolah mampu meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan.

1.4.2.1.2 Sekolah mampu meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran di setiap

kelas.

1.4.2.1.3 Sekolah mampu meningkatkan hasil belajar siswa di setiap kelas.

1.4.2.2Bagi Guru

1.4.2.2.1 Guru mampu mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa.

1.4.2.2.2 Guru mampu meningkatkan perannya sebagai fasilitator yang baik.

1.4.2.2.3 Guru mampu mengelola proses pembelajaran yang lebih efektif dan

efisien.

1.4.2.2.4 Guru mampu menerapkan pembelajaran menggunakan pendekatan

PMRI.

1.4.2.3 Bagi Siswa

1.4.2.3.1 Siswa mampu meningkatkan pemahaman dan keaktifan dalam kegiatan

pembelajaran.

1.4.2.3.2 Siswa mampu membangun kepercayaan diri dalam menyelesaikan

masalah-masalah matematika.

1.4.2.3.3 Siswa memperoleh pengalaman dalam mempelajari materi bangun

ruang menggunakan pendekatan PMRI.

1.4.2.3.4 Siswa merasa kejenuhan atau kebosanan berkurang pada saat kegiatan

pembelajaran.

(22)

6

1.4.2.4 Bagi Peneliti

1.4.2.4.1 Peneliti memperoleh pengalaman dalam melaksanakan penelitian

eksperimen.

1.4.2.4.2 Peneliti mampu mengetahui keefektifan pendekatan PMRI pada

pembelajaran matematika materi geometri (bangun ruang).

1.4.2.4.3 Peneliti mampu menambah wawasan tentang penggunaan masalah

kontekstual pada materi geometri (bangun ruang).

1.4.2.4.4 Peneliti mampu menerapkan dasar-dasar kemampuan mengajar dan

kemampuan mengembangkan media pembelajaran.

1.4.2.4.5 Peneliti memperoleh pengalaman baru yang dapat dikembangkan untuk

pembelajaran materi lain.

1.4.2.5 Bagi Universitas Sanata Dharma

1.4.2.5.1 Universitas memperoleh sumber bacaan atau tambahan referensi

tentang pendidikan.

1.4.2.5.2 Universitas mampu menyediakan bahan sebagai pertimbangan

mahasiswa atau calon guru yang akan melakukan penelitian sejenis.

1.5 Definisi Operasional

1.5.1Keefektifan adalah suatu ukuran yang menyatakan adanya ketercapaiam

tujuan yang telah ditetapkan.

1.5.2Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan

suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang didalamnya selalu

menggunakan masalah kontekstual, berasal dari jangkauan siswa dan

membuat siswa mampu membayangkan situasi yang disajikan dalam

masalah.

1.5.3Pembelajaran adalah aktivitas yang dilakukan dalam interaksi dengan

lingkungannya untuk mencapai tujuan tertentu.

1.5.4Pembelajaran Matematika merupakan pembelajaran untuk membangun

konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika yang melibatkan pemecahan

masalah dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan siswa dalam

berinteraksi dengan lingkungannya.

(23)

7

1.5.5Bangun ruang adalah sebuah bangun yang memiliki ruang yang dibatasi

oleh beberapa sisi, rusuk atau titik sudut.

1.5.6Keaktifan adalah kegiatan berbuat sesuatu agar tercipta sikap aktif dalam

bertanya, bekerjasama, dan mengerjakan pekerjaan tepat waktunya.

1.5.7Belajar adalah suatu kegiatan dalam proses mencapai apa yang diharapkan

baik dalam pengetahuan maupun sikap, dari yang tidak tahu menjadi tahu.

1.5.8Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai melalui proses belajar mengajar

yang diukur dengan menggunakan tes hasil belajar matematika khususnya

pada aspek kognitif.

(24)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pembelajaran Matematika

2.1.1Pembelajaran

Hamalik (2002:57) menjelaskan pembelajaran adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan

tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang

saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Susanto (2013:

19), pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar

dengan baik.

Pembelajaran menekankan pada kegiatan atau keaktifan siswa, bukan

kegiatan guru. Ukuran kualitas pembelajaran tidak terletak pada baiknya guru

dalam menerangkan, tetapi pada kualitas dan kuantitas siswa dalam arti seberapa

banyak dan seberapa siswa terlibat aktif. Peran guru yang pokok adalah

menciptakan situasi, menyediakan kemudahan, merancang kegiatan dan

membimbing siswa gara mereka terlibat dalam proses belajar secara

berkesinambungan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menjelaskan bahwa pembelajaran adalah

aktivitas yang dilakukan dalam interaksi dengan lingkungannya untuk mencapai

tujuan tertentu.

2.1.2Matematika

Depdiknas (2001: 7) memaparkan matematika secara istilah berasal dari

bahasa latin, manthanein atau mathema yang diartikan belajar atau hal yang

dipelajari. Dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti

yang berkaitan dengan penalaran. Secara lebih lengkap matematika dapat

diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bilangan-bilangan, penalaran,

berpikir logis, algoritma yang berguna dalam pemecahan masalah sehari-hari.

Soedjadi (2000: 1) menyajikan beberapa pengertian tentang matematika,

(25)

9

secara sistematik, (2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan

kalkulasi, (3) Matematika adalah pengethuan tentang penalaran logik dan

berhubungan dengan bilangan, (4) Matematika adalah pengetahuan tentang

fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk, (5) Matematika adalah

pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik, dan (6) Matematika adalah

pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menjelaskan bahwa matematika adalah

bahasa simbol yang terdefinisikan secara sistematik, antara satu konsep dengan

konsep yang lain saling berkaitan dan pembuktian matematika dibangun dengan

penalaran deduktif.

2.1.3Pembelajaran matematika

Pembelajaran matematika menurut Dienes dalam Hudojo (2005:56) adalah

belajar tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang

dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika di

dalamnya. Pada hakekatnya belajar matematika sangat terkait dengan pola

berpikir sistematis, yaitu berpikir merumuskan sesuatu yang dilakukan atau yang

berhubungan dengan struktur-struktur yang telah dibentuk dari hal yang ada.

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar menurut Depdiknas

dalam Susanto (2013: 190), yaitu:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan

atau pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, meyelesaikan model, dan menafsirkan solusi

yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

(26)

10

5. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan

sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menjelaskan bahwa pembelajaran

matematika merupakan pembelajaran untuk membangun konsep-konsep dan

prinsip-prinsip matematika yang membuat siswa aktif dalam pemecahan masalah

sehari-hari (guru sebagai pembimbing dalam belajar) dan siswa mampu

berinteraksi dengan lingkungannya.

2.2 Pendekatan PMRI

2.2.1Sejarah PMRI

Sebelum PMRI muncul di Indonesia, di Belanda lahir suatu pendekatan

dalam pembelajaran matematika yang dikenal dengan sebutan Realistic

Mathematics Education (RME) dan berdiri tahun 1971 di Institut Freudental

dibawah Utrecht University Belanda (Daryanto, 2013: 162). Penggunaan kata

“realistik” dalam pendidikan matematika realistik berasal dari bahasa Belanda “zich realiseren” yang berarti “untuk dibayangkan” atau “to imagine” (Van den

Heuvel-Panhuizen dalam Wijaya, 2012: 20). Pendidikan matematika realistik

lebih menekankan pada penggunaan situasi yang bisa dibayangkan (imagineable)

oleh siswa.

Freudental dalam Suryanto (2010: 14) mengemukakan bahwa matematika

yang diajarkan sebaiknya dikaitkan dengan realitas sejalan dengan pengalaman

siswa serta relevan dengan masyarakat. Gagasan inilah yang menarik pihak

Indonesia sehingga dilakukan adaptasi dari RME. Di Indonesia, adaptasi RME

dinamakan dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia yang dapat

disingkat menjadi PMRI.

2.2.2Pengertian PMRI

Suryanto (2010: 150) menyatakan bahwa PMRI adalah pendidikan

matematika sebagai hasil adaptasi dari Realistic Mathematic Education (RME)

yang diselaraskan dengan kondisi budaya, geografi, dan kehidupan masyarakat

Indonesia. Pendekatan pembelajaran tersebut menekankan bagaimana siswa

(27)

11

masalah-masalah kontekstual. Pada kegiatan pembelajaran, siswa dituntut lebih

aktif. Sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan tidak lagi mendominasi

pembelajaran. Siswa didorong untuk mengeluarkan dan mengkomunikasikan

idenya secara bebas.

Menurut Frudenthal, pendidikan harus mengarahkan siswa kepada

penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali

matematika dengan caranya sendiri (Hadi, 2005: 7). Jika dikaitkan dengan

matematika sebagai kegiatan manusia, siswa harus diberi kesempatan untuk

mampu berinteraksi satu sama lain sehingga siswa bisa menemukan kembali ide

atau konsep matematika secara mandiri dari hasil interaksinya itu. Setelah siswa

menemukan hingga terbentuk konsep-konsep matematika, siswa

menggunakannya untuk menyelesaikan masalah kontekstual selanjutnya sebagai

jembatan untuk memperkuat konsep.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti berpendapat bahwa PMRI adalah suatu

pendekatan dalam pembelajaran matematika yang didalamnya selalu

menggunakan masalah kontekstual, berasal dari jangkauan siswa dan membuat

siswa mampu membayangkan situasi yang disajikan dalam masalah.

2.2.3Prinsip PMRI

Suryanto (2010: 41-43) menyatakan bahawa PMRI memiliki tiga prinsip

yaitu:

1) Prinsip Guided Re-invention (Penemuan kembali secara terbimbing)

Prinsip ini menekankan pada “penemuan kembali” secara terbimbing.

Melalui masalah kontekstual yang realistik (yang dapat dibayangkan atau

dipahami oleh siswa), siswa diberi kesempatan untuk membangun dan

menemukan kembali ide-ide dan konsep matematis. Siswa seolah-olah berperan

sebagai seorang penemu dan guru hanya berperan sebagai fasilitator yang

membimbing siswa mencapai tujuan pembelajaran.

2) Prinsip progressivemathematization (matematisasi progresif)

Prinsip ini menekankan proses matematisasi. Matematisasi dapat diartikan

sebagai proses mematematikakan suatu konteks, yaitu proses menerjemahkan

(28)

12

langkah berurutan, yaitu matematisasi horizontal (siswa mampu memecahkan

masalah yang berawal dari kontekstual menuju matematika formal) dan

matematika vertikal (siswa mampu memecahkan masalah dari matematika formal

menuju matematika formal lebih luas).

3) Prinsip didactical phenomenology (fenomenologi didaktis)

Prinsip ini menekankan fenomena pembelajaran yang bersifat mendidik dan

menekankan fenomena pembelajaran yang bersifat memperkenalkan topik-topik

matematik kepada siswa. Masalah kontekstual dipilih karena aspek kecocokan

aplikasi yang harus diantisipasi dalam pembelajaran dan kecocokan dengan

Re-invention yang berarti bahwa konsep, aturan, cara, sifat, termasuk model,

matematis tidak disediakan oleh guru. Melainkan siswa perlu berusaha sendiri

untuk menemukan atau membangun sendiri berpangkal dari masalah kontekstual.

4) Self-developed model (membangun sendiri model)

Prinsip ini menunjukan adanya fungsi jembatan yang berupa model.

Berpangkal dari masalah kontekstual menuju matematika formal dan ada

kebebasan siswa, maka tidak menutup kemungkinan siswa akan mengembangkan

model sendiri.

Berdasarkan prinsip PMRI diatas, dapat dilihat bahwa PMRI dapat

membantu siswa dalam belajar pada usia sekolah dasar yang berada pada tahap

operasi konkret. Selain itu, dapat membantu siswa dalam membangun

pengetahuannya sendiri dengan caranya sendiri sesuai dengan usia siswa.

2.2.4Karakteristik PMRI

Menurut Treffers dalam Wijaya (2012: 21-23), karakteristik PMRI terdiri

dari:

1) Penggunaan konteks

Masalah kontekstual (nyata) dan tidak diawali dari sistem formal digunakan

sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah

dunia nyata namun juga dapat masalah yang dapat dibayangkan dalam pikiran

siswa selama hal itu masih bermakna bagi siswa. Penggunaan konteks saat

pembelajaran membuat siswa berperan aktif untuk menyelesaikan permasalahan

(29)

13

itu, penggunaan konteks dapat membangun motivasi dan semangat siswa untuk

belajar matematika.

2) Penggunaan model untuk matematisasi progresif

Model merupakan suatu alat ”vertikal” dalam matematika yang tidak bisa

dilepaskan dari proses matematisasi (matematisasi horisontal dan matematisasi

vertikal). Penggunaan model memiliki fungsi sebagai jembatan (bridge) untuk

mempermudah siswa dalam belajar dari pengetahuan (membangun pengetahuan

awal) dan matematika tingkat konkret atau informal menuju pengetahuan

matematika tingkat formal. Diharapkan siswa mampu memecahkan masalah yang

dihadapinya.

3) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa

Siswa dalam PMRI dijadikan subyek belajar dan guru hanya memfasilitasi

siswa dalam belajar. Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi

pemecahan masalah sehingga bermanfaat membantu siswa memahami konsep,

mengembangkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang

dihadapi. Menurut Cropley (1997) dalam Wijaya (2012: 56), sangat yakin bahwa

kemampuan bepikir kreatif dan inovatif serta kemampuan pemecahan masalah

merupakan keterampilan mendasar yang mutlak dibutuhkan di abad ke-21.

4) Interaktivitas

Proses interaksi adalah proses belajar bukan hanya suatu proses individu

melainkan secara bersamaan (siswa dengan siswa atau siswa dengan guru)

merupakan suatu proses sosial sehingga proses belajar siswa akan lebih singkat

dan bermakna. Manfaat interaksi dalam pembelajaran matematika adalah

mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif siswa secara simultan.

5) Keterkaitan

Konsep dalam matematika saling berkaitan satu sama lain sehingga konsep

matematika tidak diajarkan secara terpisah-pisah. Melalui keterkaitan ini, mata

pembelajaran matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih

dari satu konsep matematika secara bersamaan. Keterkaitan dapat terjadi antar

materi pada mata pelajaran matematika maupun mata pelajaran matematika

dengan mata pelajaran yang lain.

(30)

14

Dari karakteristik PMRI dapat dilihat bahwa PMRI mengakomodasi siswa

saat belajar matematika sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan siswa. Dalam

hal ini, PMRI diharapkan dapat membantu siswa dalam membangun konsep

pengetahuan yang siswa bangun sendiri, sehingga pembelajaran matematika lebih

bermakna.

2.3 Keefektifan

Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif jika tujuan yang diinginkan

dapat tercapai, baik dilihat dari tingkat keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar

maupun dari hasil belajar siswa. Menurut Daryanto (2013: 167) pembelajaran

dapat dikatakan efektif jika siswa dapat belajar melalui bekerja, belajar, dan hidup

bersama dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Sadiman dalam Trianto

(2009:20) menjelaskan bahwa keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang

diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar. Keefektifan suatu

pembelajaran dapat diukur dengan cara melihat tingkat pencapaian tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai dengan dan optimal maka perlu perencanaan model pembelajaran secara

matang.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menjelaskan bahwa keefektifan adalah

suatu ukuran yang menyatakan adanya ketercapaiam tujuan yang telah ditetapkan.

Keefektifan pembelajaran dalam penelitian ini ditinjau dari keaktifan dan hasil

belajar terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI

pada siswa kelas IV SD N 1 Kebondalem Lor Klaten.

2.4 Keaktifan

Dimyati (1999: 45) menyebutkan keaktifan sebagai proses siswa mencari,

memperoleh dan mengolah perolehan belajarnya sendiri. Dalam setiap kegiatan

pembelajaran, siswa selalu menampakkan keaktifan, sedangkan Daryanto (2012:

27) menyebutkan keaktifan terdiri dari: (1) Partisipasi siswa dalam proses belajar

mengajar, seperti: ikut serta menentukan tujuan kegiatan belajar, ikut serta dalam

(31)

15

keputusan; (2) Interaksi siswa dengan antar individu seperti guru atau siswa

lainnya, seperti dalam kegiatan berkomunikasi; (3) Siswa menangani atau

menyelesaikan masalah pribadi baik yang berhubungan ataupun tidak

berhubungan dengan pelajaran

Menurut Sanjaya (2006: 141), keaktifan terlihat dari keterlibatan siswa

dalam proses pembelajaran. Keterlibatan tersebut antara lain: keterlibatan fisik,

mental, emosional, maupun intelektual. Contoh keterlibatan siswa yaitu: (1) Siswa

memperhatikan guru ketika menjelaskan pelajaran, (2) Siswa menyelesaikan

setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, (3) Siswa

melakukan kerjasama atau diskusi dalam kelompok, (4) Siswa terlibat dalam

kegiatan mencari sumber belajar yang relevan dengan tujuan pembelajaran, (5)

Siswa memanfaatkan sumber belajar yang tersedia dalam belajar, (6) Siswa

menjawab dan mengajukan pertanyaan kepada guru ataupun siswa lainnya dalam

pembelajaran, (7) Siswa berusaha memecahkan masalah yang diajukan atau

timbul selama proses pembelajaran, (8) Keterlibatan siswa dalam mengevaluasi

sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

Selain itu, Uno (2011: 116) juga menyebutkan keaktifan siswa terdiri dari:

(1) Siswa aktif mencari atau memberikan informasi dalam membuat kesimpulan

pembelajaran, (2) Adanya interaksi aktif secara terstruktur antar siswa, (3)

Adanya kesempatan bagi siswa untuk menilai hasil karyanya sendiri, (4) Adanya

pemanfaatan sumber belajar secara optimal, (5) Siswa terbiasa belajar teratur

walaupun tidak ada ulangan, (6) Siswa memanfaatkan sumber-sumber belajar

yang ada, (7) Siswa melakukan sendiri kegiatan belajar seperti kegiatan praktikum

di laboratorium, (8) Siswa memahami bahwa guru bukan satu-satunya sumber

belajar, (9) Siswa mendengarkan guru yang sedang memberikan ceramah, (10)

Siswa mendiskusikan sesuatu dengan guru ataupun siswa lainnya, dan (11) Siswa

mencari cara untuk memecahkan soal matematika.

Berdasarkan beberapa pengertian keaktifan di atas, peneliti menjelaskan

bahwa keaktifan adalah kegiatan berbuat sesuatu agar tercipta sikap aktif dalam

(32)

16

merupakan tabel mengenai indikator keaktifan yang disusun oleh peneliti

berdasarkan beberapa uraian di atas.

Tabel 2.1 Indikator Keaktifan Menurut Peneliti

Aspek Indikator Keaktifan Deskriptor

Aktivitas siswa

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran

Siswa membaca sumber belajar yang tersedia

Siswa mendengarkan ketika guru sedang menjelaskan materi

Siswa menulis atau mencatat hal-hal penting selama proses belajar

Siswa menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

Siswa melakukan kerjasama atau diskusi tentang sesuatu dengan siswa lain dalam kelompok

Siswa melakukan kegiatan belajar sendiri Siswa memecahkan masalah yang dihadapi selama kegiatan belajar

Siswa memanfaatkan sumber belajar yang ada secara optimal dalam belajar

Siswa terbiasa belajar secara teratur walaupun tidak ada kegiatan ulangan Partisipasi atau

keterlibatan siswa

Partisipasi atau keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran

Siswa ikut serta mengambil keputusan dalam berdiskusi

Siswa mencari cara sendiri untuk memecahkan masalah atau soal matematika

Siswa mencari sumber belajar yang relevan dengan tujuan pembelajaran Siswa berpartisipasi memberikan informasi atau pendapat dalam kegiatan diskusi Interaksi Interaksi dalam proses

pembelajaran, baik antara siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru

Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru atau siswa lain

Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru atau siswa lainnya

Siswa memberikan kesempatan kepada temannya untuk berpendapat

Siswa menanggapi pendapat dari siswa lain

Siswa membantu teman yang mengalami kesulitan dalam belajar

Penilaian Penilaian yang dilakukan siswa selama proses belajar

Siswa mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukan

Siswa menilai hasil karyanya sendiri

2.5 Hasil Belajar

Sudjana (2005: 22) menegaskan bahwa hasil belajar adalah

(33)

17

Kedua ahli tersebut sama-sama memberikan pengertian yang sama bahwa hasil

belajar merupakan sebuah perubahan setelah menerima pengalaman belajar.

Sedangkan Purwanto (2009: 45) memberikan pengertian bahwa hasil belajar

merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajarn.

Benyamin Bloom menggolongkan enam tingkatan pada ranah kognitif dari

pengetahuan sederhana ke penilaian (evaluasi) (Yulaelawati, 2004: 59). Dalam

perjalanannya taksonomi Bloom mengalami perubahan, yaitu berawal dari tahap

mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, dan menciptakan. Sedangkan

ranah afektif yang paling banyak digunakan adalah taksonomi Krathwol yang

mengurutkan ranah afektif berdasarkan penghayatan. Penghayatan dalam ranah

kognitif berhubungan dengan proses ketika perasaan seseorang beralih dari

kesadaran umum menuju penghayatan yang mengatur seseorang untuk

berperilaku konsisten. Selain itu, ranah psikomotorik juga diperhatikan dalam

hasil belajar. Taksonomi Anita Harrow adalah taksonomi psikomotor yang sering

digunakan, dimulai dari refleks yang sederhana ke yang lebih tinggi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini hasil belajar adalah

perubahan tingkah laku siswa dari yang belum tahu menjadi tahu atau belum

mampu menjadi mampu yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dalam penelitian ini, hasil belajar matematika diukur dengan menggunakan tes

hasil belajar matematika yang berupa pre test dan post test. Peningkatan hasil

belajar siswa akan terlihat dari perubahan skor pre test dengan skor post test.

2.6 Materi Bangun Ruang

Copeled (1967: 237) menjelaskan bangun ruang adalah bangun matematika

yang memiliki isi atau volume. Menurut Mustaqim (2008: 207) dalam bangun

ruang terdapat istilah yaitu sisi, rusuk, dan titik sudut. Sisi adalah bidang atau

permukaan yang membatasi bangun ruang; rusuk adalah garis yang merupakan

pertemuan dari dua sisi bangun ruang; dan titik sudut adalah titik pertemuan tiga

buah rusuk pada bangun ruang.

(34)

18

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menjelaskan bahwa bangun ruang adalah

sebuah bangun yang memiliki ruang yang dibatasi oleh beberapa sisi, rusuk atau

titik sudut.

Gambar 2.1 Bangun ruang balok

2.6.1Kubus

Mustaqim (2008: 208) menjelaskan kubus adalah sebuah benda ruang yang

dibatasi oleh enam buah persegi yang berukuran sama.

H G

Nama kubus diatas adalah kubus ABCD.EFGH. berdasarkan gambar diatas

diperoleh:

1) Sisi-sisi pada kubus ABCD.EFGH

Sisi ABCD  Sisi EFGH  Sisi ABFE  Sisi DCGH  Sisi ADHE  Sisi BCGF

Jadi bangun ruang kubus memiliki 6 sisi yang sama besar. Sisi-sisi tersebut

berbentuk persegi (bujur sangkar).

2) Rusuk pada kubus ABCD.EFG

Rusuk AB Rusuk BC Rusuk AE

(35)

19

Jadi bangun kubus memiliki 12 rusuk. Semua rusuknya mempunyai ukuran yang

sama panjang.

3) Titik sudut pada kubus ABCD.EFGH

Titik sudut A Titik sudut E

mempunyai 12 rusuk yang sama panjang, dan (4) mempunyai 8 titik sudut.

2.6.2Balok

Mustaqim (2008: 210) menyatakan bahwa balok adalah sebuah benda ruang

yang dibatasi oleh tiga pasang (enam buah persegi panjang) di mana setiap pasang

persegi panjang saling sejajar (berhadapan) dan kongruen.

H G

1) Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah:

Sisi ABCD Sisi EFGH

Sisi ABFE Sisi DCGH

Sisi ADHE Sisi BCGF

Jadi ada 6 sisi pada bangun ruang balok ABCD.EFGH

Sisi ABCD  Sisi EFGH

Sisi ABFE  Sisi DCGH

Sisi ADHE  Sisi BCGF

(36)

20

2) Rusuk pada balok ABCD.EFGH:

Rusuk AB Rusuk BC Rusuk AE

Rusuk EF Rusuk FG Rusuk BF

Rusuk HG Rusuk EH Rusuk CG

Rusuk DC Rusuk AG Rusuk DH

Jadi ada 12 rusuk pada bangun ruang balok ABCD.EFGH

Rusuk AB = Rusuk EF = Rusuk HG = Rusuk DC

Rusuk BC = Rusuk FG = Rusuk EH = Rusuk AG

Rusuk AE = Rusuk BF = Rusuk CG = Rusuk DH

3) Titik sudut balok ABCD.EFGH:

Titik sudut A Titik sudut E

Mustaqim (2008: 212) menyatakan bahwa jaring-jaring bangun ruang adalah

gabungan dari beberapa bangun datar yang membentuk sebuah bangun ruang.

Jaring-jaring kubus adalah gabungan dari beberapa persegi yang berukuran sama

yang akan membentuk kubus, sedangkan jaring-jaring balok adalah gabungan dari

beberapa persegi panjang yang akan membentuk balok.

(37)

21

Gambar 2.4 Jaring-jaring kubus

Gambar 2.5 Jaring-jaring balok

2.7 Hasil Penelitian yang Relevan

Peneliti menemukan lima penelitian sejenis yang terkait dengan pendekatan

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), keaktifan, dan hasil belajar.

Berikut ini adalah kelima penelitian tersebut:

2.7.1Penelitian Farina Dini Sukawati

Penelitian yang dilakukan oleh Farina Dini Sukawati berjudul Implementasi

perangkat pembelajaran bangun ruang menggunakan pendekatan PMRI di kelas

IV SD N Caturtunggal 3 Sleman. Jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian deskriptif dengan data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan data

kuantitatif. Data kualitatif dikumpulkan peneliti dengan dokumentasi dan

wawancara, sedangkan data kuantitatif dikumpulkan melalui validasi terhadap

perangkat pembelajaran yang telah direvisi, uji keterbacaan, lembar evaluasi, serta

respon guru dan siswa.

Penelitian ini dilakukan dengan 5 tahapan sebelum implementasi yaitu

mempelajari penelitian tahun lalu, revisi perangkat pembelajaran, validasi, uji

keterbacaan, dan implementasi. Implementasi ini dilakukan pada siswa kelas IV

(38)

22

dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan. Hasil implementasi perangkat

pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI mampu membantu guru dan siswa

dalam proses pembelajaran matematika.

2.7.2Penelitian Novi Handayani

Penelitian yang dilakukan oleh Novi Handayani berjudul Keefektifan

pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik yang dipadu dengan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah

3 pada pokok bahasan persegi panjang dan persegi. Jenis penelitian yang

digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan

pembelajaran matematika pada pokok bahasan persegi panjang dan persegi

dengan pendekatan realistik yang dipadu dengan pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw II dilihat dari keaktifan, minat, dan prestasi belajar siswa serta untuk

mengetahui tanggapan guru terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMP Muhammadiyah

Yogyakarta. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari lembar pengamatan

keterlibatan siswa, kuesioner minat siswa, lembar wawancara minat siswa, tes

prestaasi yang berbentuk pre test dan post test serta lembar wawancara tanggapan

guru. Hasil penelitian menunjukkan bahawa pembelajaran matematika dengan

pendekatan realistik yang dipadu dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II

cukup efektif mengaktifkan siswa dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas,

minat siswa berada pada kriteria berminat, ada peningkatan prestasi belajar siswa,

guru memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran matematika dengan

pendekatan realistik yang dipadu dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II.

2.7.3Penelitian Ag. Tri Hardianta

Penelitian yang dilakukan oleh Ag. Tri Hardianta berjudul Pengembangan

perangkat pembelajaran bangun ruang yang mencakup interaktivitas dengan

pendekatan PMRI di kelas IV SD N Kledokan tahun pelajaran 2011/2012. Jenis

penelitian yang digunakan adalah Research and development.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat

(39)

23

PMRI di kelas IV SD N Kledokan tahun pelajaran 2011/2012 serta mengetahui

interaktivitas yang nampak pada kegiatan pembelajaran bangun ruang. Data yang

dikumpulkan bersifat kualitatif yang berkaitan dengan pengembangan perangkat

pembelajaran bangun ruang dengan pendekatan PMRI serta karakteristik PMRI

terutama interaktivitas yang nampak selama pembelajaran. Sampel dari penelitian

ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 32 siswa dan guru matematika kelas IV

SD N Kledokan.

Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara kepada guru matematika,

observasi kegiatan pembelajaran matematika, studi dokumen, dan studi literatur.

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian tentang

interaktivitas yang nampak pada kegiatan pembelajaran bangun ruang di kelas IV

SD N Kledokan berupa interaktivitas guru dengan siswa dan interaktivitas siswa

dengan siswa.

2.7.4Penelitian Odilia Rani Andikawati

Penelitian yang dilakukan oleh Odilia Rani Andikawati berjudul Keefektifan

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dalam

Pembelajaran Matemaatika pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Terhadap Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa di Kelas X SMK SANJAYA

PAKEM. Penelitian ini merupakan penelitian gabungan (deskriptif kualitatif dan

kuantitatif).

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

penggunaan metode Group Investigation terhadap keaktifan dan hasil belajar

siswa dalam pembelajaran matematika. Subjek dari penelitian ini adalah siswa

kelas X yang berjumlah 17 siswa SMK SANJAYA PAKEM. Pengumpulan data

diperoleh melalui lembar pengamatan, tes kemampuan akhir untuk mengetahui

hasil belajar siswa, dan wawancara. Hasil penelitian yang diperoleh adalah

rata-rata keaktifan siswa secara keseluruhan tergolong sangat tinggi dan hasil belajar

siswa dinyatakan tidak tuntas menggunakan metode Group Investigation.

2.7.5Penelitian Patricia Endah Pertaningsih

Penelitian yang dilakukan oleh Patricia Endah Pertaningsih berjudul

(40)

24

Peluang Terhadap Hasil Belajar dan Keaktifan siswa di SMA BOPKRI 2

YOGYAKARTA. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dan data

dianalisis secara kuantitatif.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

penggunaan modul terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian

yang diperoleh adalah rata-rata tes akhir di kelas eksperimen lebih tinggi dari

kelas kontrol dan keterlibatan siswa juga lebih tinggi di kelas eksperimen daripada

kelas kontrol.

Berdasarkan uraian di atas, kaitan antara penelitian yang relevan dengan

penelitian yang dilakukan sama-sama bertujuan untuk mengetahui pembelajaran

matematika dengan pendekatan PMRI yang ditinjau dari keaktifan dan hasil

belajar siswa serta mengetahui keefektifan dalam pembelajaran matematika

tersebut. Namun, dalam penelitian ini materi yang digunakan adalah bangun

ruang. Berikut ini merupakan map literature yang dibuat peneliti berdasarkan

penelitian yang relevan di atas.

Pendekatan PMRI Keaktifan dan Hasil Belajar

Gambar 2.6 Map Literature

Dini (2013)

Implementasi perangkat pembelajaran bangun ruang menggunakan pendekatan PMRI

Tri (2012)

Pengembangan perangkat pembelajaran bangun ruang yang mencakup interaktivitas dengan pendekatan PMRI

Novi (2013)

Keefektifan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik yang dipadu dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II

Endah (2012)

Keefektifan Penggunaan Modul dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Peluang Terhadap Hasil Belajar dan Keaktifan siswa Rani (2013)

Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Group Investigation dalam Pembelajaran Matemaatika pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Terhadap Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa

Yang akan diteliti:

Keefektifan Pembelajaran Matematika dalam Materi Bangun Ruang dengan Pendekatan PMRI Ditinjau dari Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa

(41)

25

2.8 Kerangka Berpikir

Strategi untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, efektif dan

menghasilkan hasil belajar yang tinggin merupakan hal membanggakan yang

menjadi masalah bagi para guru di sekolah dasar. Berbagai cara telah dilakukan,

salah satunya guru berupaya meningkatkan proses pembelajaran dengan

mengubah desain pembelajarannya, yaitu memilih strategi dan pendekatan

tertentu yang diharapkan dapat berpengaruh pada peningkatan keaktifan dan hasil

belajar siswa serta keefektifan pembelajarannya. Dari masalah tersebut, peneliti

mencoba memperkenalkan pembelajaran matematika dengan pendekatan inovatif

yang efektif dan menyenangkan bagi siswa, yaitu pendekatan PMRI. Pendekatan

PMRI mampu menuntun siswa pada keadaan yang sangat konkret. Siswa

diharapkan mampu memunculkan sendiri pengetahuannya (pengetahuan awal)

yang nantinya digunakan dalam memecahkan masalah matematika. Penyampaian

materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari (masalah kontekstual)

merupakan prinsip dari pendekatan PMRI

2.9 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

2.9.1.1Pembelajaran matematika dalam materi bangun ruang efektif dengan

pendekatan PMRI di kelas IV SD N 1 Kebondalem Lor ditinjau dari

keaktifan dan hasil belajar siswa.

(42)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterlaksanaan pendekatan

PMRI dalam pembelajaran matematika dan keefektifan pembelajaran matematika

dengan pendekatan PMRI materi geometri (bangun ruang) di kelas IV SD N 1

Kebondalem Lor ditinjau dari keaktifan dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu,

jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Iqbal Hasan (2004:

10) memaparkan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan

dengan mengadakan manipulasi (perlakuan) terhadap objek penelitian serta

diadakannya kontrol terhadap variabel tertentu.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian kuasi eksperimen

tipe nonequivalent control group design. Desain penelitian ini mempunyai

kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi penuh untuk mengontrol

variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2011:116).

Hal ini dilakukan karena sulit untuk memperoleh kelompok kontrol yang

digunakan untuk penelitian ini. Peneliti menggunakan kelompok kelas yang sudah

ada. Kelompok dalam suatu kelas sudah seimbang, sehingga jika peneliti

membuat kelompok baru akan merusak kealamiahan dari kelas tersebut. Peneliti

juga tidak memiliki wewenang untuk merubah kelas yang sudah ada.

Kedua kelompok tersebut akan diberi pretest untuk mengetahui keadaan

awal dari masing-masing kelompok yaitu pada kelas kontrol maupun pada kelas

eksperimen. Selanjutnya dalam penelitian ini, kelompok eksperimen akan diberi

perlakuan berupa pembelajaran matematika menggunakan pendekatan PMRI.

Adapun design penelitian quasi eksperimen tipe nonequivalent control

group design terlihat dalam tabel berikut:

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Keaktifan Menurut Peneliti
Gambar 2.1 Bangun ruang balok
Gambar 2.3 Balok
Gambar 2.4 Jaring-jaring kubus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Audit ketaatan adalah audit yang dilakukan untuk menilai kesesuaian antara kondisi/pelaksanaan kegiatan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kriteria yang digunakan

Dengan dilakukannya penelitian yang berjudul “Analisis Pemilihan Perangkat Lunak Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP),

inkuiri terbimbing yang dikembangkan pada pokok materi titrasi asam. basa, dan dapat dijadikan acuan dalam pembuatan LKS berbasis

Secara analitis, dalam kelompok transaksi berjalan tersebut terdapat dua neraca lainnya, yaitu neraca perdagangan, yang merupakan hasil bersih dari perdagangan barang atau ekspor

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat, pertolongan, pendampingan, rahmat, dan kasih karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan

Batang semu yang berada di dalam tanah akan berubah 14 bentuk dan fungsinya menjadi umbi lapis (bulbus), antara lapis kelopak bulbus terdapat mata tunas yang

rencana penyusunan skripsi dengan judul “ Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Administrasi Pegawai Pada Kantor kecamatan Ajangale KabupatenE. Bone Berbasis Web “

A1at atau mesin semprot tekanan-rendah yang dipakai untuk menyemprotkan mortar berserat pada aplikasi perbaikan retak beton hams memiliki spesjftkasi teknik