• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Belajar - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GI (GROUP INVESTIGATION) TERHADAP AKTIVITAS ILMIAH DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS XI IPA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 1 SOKARAJA TAHUN AJARAN 2014/2015 - repository perpust

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Belajar - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GI (GROUP INVESTIGATION) TERHADAP AKTIVITAS ILMIAH DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS XI IPA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 1 SOKARAJA TAHUN AJARAN 2014/2015 - repository perpust"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakekat Belajar

Sebagian besar dari proses perkembangan berlangsung melalui proses belajar, belajar yang disadari atau tidak, sederhana maupun kompleks, belajar sendiri atau dengan adanya fasilitator yaitu guru, atau dari buku dan media elektronik. Pembelajaran dilakukan dilingkungan sekolah, lingkungan keluarga atau lingkungan masyarakat. Belajar selalu berkenaan dengan perubahan yang terjadi pada seseorang dan umumnya pembelajaran yang menuju kearah yang lebih baik. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa ciri-ciri dari kegiatan belajar adalah belajar merupakan aktivitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam diri seseorang , baik secara aktual maupun potensial. (Sukmadinata & Syaodih, 2005).

(2)

hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap (Hamalik, 2001). Belajar menempatkan seseorang dari status abilitas yang satu ke tingkat abilitas yang lain. Perubahan abilitas tersebut meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor (Bloom. 1975 dalam Sardiman, 2007)..

Menurut Gagne dalam Suprijono (2009) belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seorang secara alamiah.

Dari pengertian-pengertian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut diperoleh melalui proses adaptasi dalam kepribadian manusia secara alamiah dan ditampakkan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain.

2.2 Hakekat Pembelajaran

(3)

berpusat pada peserta didik. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran.

Berdasarkan uaraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu interaksi antara guru dan peserta didik untuk membentuk tingkah laku yang diinginkan serta dapat mempermudah dalam proses belajarnya. Isjoni (2011) menyatakan pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilkukan siswa.

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku kapanpun dan di manapun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

(4)

yang telah ada dalam diri mereka masing-masing. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar konstruktivisme ini sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa.

2.3 Hakekat Pembelajaran Biologi

Biologi merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Biologi berasal dari kata “Bios” yang berarti hidup, dan “logos’ yang berarti ilmu. Jadi biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup.

(5)

Biologi sebagai ilmu memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain. Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan kehidupannya dari berbagai aspek persoalan dan tingkat organisasinya. Produk keilmuan biologi berwujud kumpulan fakta- fakta maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses keilmuan biologi (Sudjoko,2001).

Pembelajaran biologi pada hakikatnya merupakan suatu proses untuk menghantarkan siswa ke tujuan belajarnya, dan biologi itu sendiri berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Biologi sebagai ilmu dapat diidentifikasikan melalui objek, benda alam, persoalan/gejala yang ditunjukkan oleh alam, serta proses keilmuan dalam menemukan konsep-konsep biologi.

Proses pembelajaran biologi merupakan penciptaan situasi dan kondisi yang kondusif sehingga terjadi interaksi antara subjek didik dengan objek belajarnya yang berupa makhluk hidup dan segala aspek kehidupannya. Melalui interaksi antara subjek didik dengan objek belajar dapat menyebabkan perkembangan proses mental dan sensori motorik yang optimal pada diri siswa.

(6)

Menurut Sastrodinoto (1985), tujuan mempelajari biologi yaitu mengembangkan cara berpikir ilmiah melalui suatu penelitian dan percobaan, mengembangkan pengetahuan praktis dan metode biologi untuk memecahkan masalah kehidupan individu dan sosial, merangsang studi lanjut dibidang bilogi, serta membangkitkan pengertian dan rasa sayang terhadap makhluk hidup. Oleh karena itu pembelajaran biologi merupakan suatu hasil dari serangkaian kegiatan untuk mengembangkan pengetahuan, konsep, dan fakta tentang alam sekitar yang diperoleh berdasarkan pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. (Depdikbud, 2003).

2.4 Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajarn kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk memaksimalkan tujuan belajar (Depdiknas, 2003). Bern dkk.(2001) mengemukakan dalam cooperatif learning merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran yang mengunakan kelompok belajar kecil yaitu siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa bekerja dan belajar secara berkelompok dalam dalam jumlah kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.

(7)

1) Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, sepertimiliknya sendiri.

3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memilikitujuan yang sama.

4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang akan jugadikenakan untuk semua anggota kelompok.

6) Siswa akan berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untukbelajar bersama selama proses belajarnya.

7) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yangditangani dalam kelompok kooperatif.

Ciri–ciri pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim,dkk (2000) adalah sebagai berikut :

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materibelajarnya.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan heterogen (tinggi,sedang dan rendah).

3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda.

(8)

Keberhasilan dalam kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok baik secara individu maupun secara kelompok (Slavin, 1995). Sehubungan dengan pengengertian tersebut , Jhonson (1994) menegaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil 2 sampai 5 orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok.

2.5 Pengertian Model Pembelajaran GI (Group Investigation)

Model pembelajaran adalah bingkai dari pendekatan, strategi, metode, tekhnik, dan taktik di mana model meripakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir serta disajikan khas oleh guru. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Menurut Arends dalam Suprijono, (2009) Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

(9)

melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model pembelajaran Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran (Rusman, 2011).

(10)

kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual.

2.6 Sintak – sintak Pembelajaran GI (Group Investigation)

Sintak-sintak atau langkah-langkah penerapan desain pembelajaran Group Investigation, (Slavin, 1995), dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Seleksi topik

Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.

2. Merencanakan kerjasama

Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.

3. Implementasi

(11)

keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

4. Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

5. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

6. Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

2.7 Pengertian dan Indikator Aktivitas Ilmiah

(12)

“aktivitas adalah keaktifan, kegiatan, kesibukan kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan ditiap bagian kerja diperusahaan”.

Kerja ilmiah didefinisikan sebagai usaha sistematik untuk mendapatkan jawaban atas masalah atau pertanyaan (Dawson, 2006). Schermerhon & John (1998) mendefinisikan kinerja ilmiah sebagai kuantitas dan kualitas pencapaian tugas-tugas ilmiah, baik yang dilakukan oleh individu maupun kelompok. Ditinjau dari proses pelaksanaan percobaan, kinerja ilmiah siswa dinilai dari prosedur dan teknis yang telah ditempuhnya dalam menyelesaikan percobaan. Penilaian berdasarkan proses ini tidak melihat hasil kerja siswa, namun lebih ditekankan pada “bagaimana” seseorang siswa menyelesaikan

pekerjaannya secara teliti dan dapat dipertanggungjawabkan. Selama prosedur dan teknis yang dilaksanakan telah sesuai dengan apa yang digariskan, maka dapat disimpulkan bahwa kinerjanya cukup baik. Jika ditinjau dari kontekstualnya penilaian kinerja ilmiah siswa dapat juga dilihat dari aspek kontekstualnya, yakni kemampuannya sendiri.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas kerja ilmiah adalah kegiatan atau keaktifan yang sistematis untuk menemukan suatu jawaban atau pertanyaan dengan langkah kerja ilmiah.

Semo dkk (2013) menyebutkan indikator aktivitas kerja ilmiah dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam antara lain :

1. Merumuskan masalah

(13)

melalui pengamatan yang dilakukan di lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung(melalui gambar atau video).

2. Siswa menunjukkan hipotesis dalam pembelajaran Biologi

Dari permasalan yang ada siswa menduga jawaban sementara atau dugaan sementara. Dugaan sementara terkait materi pembelajaran biologi bisa berupa sebab, akibat, cara penanggulangan, atau pengertian.

3. Menguji hipotesis

dalam kegiatan menguji hipotesis siswa melaksanakan kerja ilmiah sesuai prosedur atau petunjuk yang telah diberikan oleh peneliti. Siswa mencari jawaban dari dugaan sementara sebelumnya.

4. Membuat kesimpulan

Dalam kegiatan menyimpulkan siswa menginterpretasikan hasil kegiatan kerja ilmiah kelompok dalam diskusi baik melalui lisan maupun tulisan. Melalui tulisan dilakukan dalam proses diskusi kelompok sehingga didapatkan kesepakatan bersama dalam menjawab permasalahan yang ada. Melalui lisan dilakukan setelah proses diskusi kelompok dan proses pembelajaran dikelas siswa bisa membuat kesimpulan dari proses diskusi dan proses pembelajaran dikelas.

5. Menyampaikan kesimpulan (Mengkomunikasikan)

(14)

2.8 Pengertian dan Indikator Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah diartikan sebagai suatu kecenderungan, kesiapan, kesediaan,seseorang untuk memberikan respon/tanggapan/tingkah laku secara ilmu pengetahuan dan memenuhi syarat (hokum) ilmu pengetahuan yang telah diakui kebenarannya. Sikap ilmiah merupakan pendekatan tertentu untuk memecahkan masalah, menilai ide dan informasi utnuk membuat keputusan. Pengembangan keputusan berdasarkan bukti yang telah dikumpulkan dan dievalusai secara objektif. Diperlukan juga sikap kritis berdasarkan bukti yang relevan. Orang yang melakukan prosedur ini dikatakan memiliki sikap ilmiah. Sikap ilmiah memilikiperan penting dalam mengembangkan kecakapan ilmiah.

Dalam pembelajaran sikap ilmiah siswa sangat diperlukan sikap rasa ingin tahu, bekerja sama secara terbuka, bekerja keras, bertanggung jawab, kepedulian, kedisiplinan dan kejujuran. Ini dikarenakan dengan sikap ilmiah tersebut pembelajaran akan berjalan dengan baik, sehingga mencapai tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan, dimana siswa diharapkan mampu aktif dan kreatif dalam pembelajaran.

“Scientist” atau ilmuwan mempelajari gejala-gejala alam melalui

observasi, eksperimentasi dan analisis yang rasional. Ia menggunakan sikap-sikap tertentu (Scientific attitudes). Sikap-sikap-sikap tersebut antara lain :

a. Jujur

(15)

b. Terbuka

Seorang ilmuwan mempunyai pandangan luas, terbuka dan bebas dari praduga. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Ia akan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum menerima/ menolaknya. Jadi ia terbuka akan pendapat orang lain.

c. Toleran

Seorang ilmuwan tidak merasa bahwa ia paling hebat. Ia bersedia mengakui bahwa orang lain mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih luas, atau mungkin saja pendapatnya bisa salah. Dalam belajar menambah ilmu pengetahuan ia bersedia belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain, serta tidak memaksakan suatu pendapat kepada orang lain.

d. Skeptis

Ilmuwan dalam mencari kebenaran akan bersikap hati-hati, meragui, dan skeptis. Ia akan menyalidiki bukti-bukti yang melatarbelakangi suatu kesimpulan. Ia akan bersikap kritis untuk memperoleh data yang menjadi dasar suatu kesimpulan tanpa didukung bukti-bukti yang kuat.

e. Optimis

Seorang ilmuwa selalu berpengharapan baik. Ia tidak akan berkata bahwa sesuatu itu tidak dapat dikerjakan, tetapi akan mengatakan “ Berikan saya kesempatan untuk memikirkan dan mencoba mengerjakan “.

f. Pemberani

(16)

g. Kreatif

Ilmuwan dalam mengembangkan ilmunya harus selalu kreatif agar terlihat lebih menarik.

Tes sikap ilmiah yang dikembangkan oleh Harlen (1992) yaitu ada dimendi pengelompoakan antara lain

1. Sikap ingin tahu

2. Sikap respek terhadap data fakta 3. Sikap penemuan dan kreatifiktas 4. Sikap berpikir terbuka dan kerjasama 5. Sikap ketekunan

6. Sikap peka terhadap lingkungan

Keterangan indikator sikap ilmiah yang diamati :

Sikap ilmiah Indikator

1. Rasa ingin tahu 1. Melakukan kajian literatur dari berbagai sumber 2. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari

guru

3. Mengajukan pertanyaan kepada guru terkait materi yang diajarkan

4. Antusias dalam mencari jawaban dari pertanyaan guru atau teman

5. Melakukan diskusi untuk menguji hipotesis 2. Berpikir kritis 1. Mengidentifikasi permasalahan yang ada.

2. Menganalisis permasalahan yang ada. 3. Memberikan tanggapan dari pertanyaan guru 4. Memberikan tanggapan dari pertanyaan siswa 5. Menyanggah jawaban dari kelompok lain 3. Berpikiran

terbuka

1. Mengajukan pertanyaan jika belum memahami penjelasan guru dan teman

2. Menerima pendapat teman jika jawaban teman lebih baik

3. Menghargai pendapat teman dalam proses diskusi kelompok

4. Mau merubah pendapat jika data kurang akurat 5. Mau menerima informasi baru terkait materi yang

(17)

4. Kerjasama 1. Berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran 2. Saling membantu tugas antar kelompok diskusi 3. Membagi tugas dalam menyelesaikan tugas diskusi

kelompok

4. Berbagi informasi mengenai permasalahan yang sedang di diskusikan

5. Memecahkan permasalahan melalui proses diskusi kelompok

5. Ketekunan 1. Sungguh-sungguh dalam mendiskusikan permasalahan yang ada pada LKS

2. Mencari berbagai informasi yang tepat dalam mendiskusikan permasalahan yang ada pada LKS 3. Berusaha mengerjakan permasalahan diskusi dengan

referensi yang tepat dan jawaban yang akurat 4. Melaksanakan diskusi dengan tepat waktu 5. Mampu menyelesaikan semua tugas dengan baik

yang diberikan oleh guru

2.9 Hasil Penelitian yang Relevan

1. Handayani, dkk (2009) menyatakan bahwa model GI dapat meningkatkan meningkatkan kemampuan kerja ilmiah dan hasil belajar kognitif biologi siswa kelas X SMA Negeri 1 Lawang.

Referensi

Dokumen terkait

(3) Permohonan perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sesuai dengan format surat permohonan perpanjangan Izin Wakil Penjamin Emisi Efek dan/atau

Mind Map adalah bentuk pencatatan dengan struktur radian yang sangat menarik karena dipenuhi oleh aneka warna, kata, angka, gambar, kode dan symbol sebagai hasil yang kreatif

Predictors: (Constant), Debt to total asset ratio, Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP. Predictors: (Constant), Debt to total asset ratio, Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP

The transformNode metho d returns a String value c o ntaining a fo rmatted XML do c ument using the spec ified XSL style sheet.. You m ust use the r eadyState property

setting dengan ASPn terhadap viabilitas sel pulpa secara in vitro. Membandingkan efek penambahan KMTn pada ASPn sebelum

Pada umumnya pihak korban akan langsung menyetujuinya yang kemudian kedua belah pihak akan melakukan perundingan dan pihak korban akan menetapkan sanksi bagi pihak pelaku, jika

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas Bank Syariah Dengan Pembiayaan Sebagai

Optimalisasi Pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air Berskala Pico Hydro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..